Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1a. Latar Belakang


Bunaken adalah sebuah Kecamatan di Manado, Sulawesi Utara dengan letak
geografis pesisir dan berada paling utara kota Manado. Luas wilayah Kec. Bunaken sebesar
4.036,59 Ha dengan panjang garis pantai ± 12 Km. Letak Kecamatan Bunaken berada pada
pinggiran kota Manado, sehingga menjadikan ciri kehidupan masyarakat masih lekat dengan
kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagai masyarakat yang masih memiliki permasalahan
kemiskinan, kualitas sumber daya manusia yang cukup rendah, maupun kurangnya
peningkatan sumber daya alam.
Untuk itu, perlu diketahui karakteristik wilayah agar dapat memaksimalkan sumber
daya manusia dan sumber daya alam, serta mengetahui kendala dan permasalahan yang
dihadapi masyarakat pada Kecamatan Bunaken.

1b. Tujuan
1. Mengetahui sejarah Kecamatan Bunaken
2. Mengetahui organisasi dan administrasi pada Kecamatan Bunaken
3. Mengetahui sumber daya manusia yang ada di Kecamatan Bunaken
4. Mengetahui sumber daya alam yang ada di Kecamatan Bunaken
5. Mengetahui pola ruang Kecamatan Bunaken
6. Mengetahui struktur ruang Kecamatan Bunaken

1c. Lingkup Penulisan


1. Sumber daya manusia dan sumber daya alam kecamatan Bunaken
2. Pola ruang dan struktur ruang kecamatan Bunaken

1d. Batasan Penulisan


1. Makalah ini membahas mengenai data kecamatan Bunaken
2. Pengumpulan data dilakukan secara online dengan mencari dari berbagai website, hal
ini dikarenakan pembatasan sosial berskala besar yang menjadi penghalang utama kami
untuk terjun langsung pada kecamatan Bunaken.
BAB II

KAJIAN TEORI

2a. Teori Ruang


Kecamatan Bunaken merupakan salah satu kecamatan dengan letak geografis pesisir dan
berada paling utara kota Manado. Luas wilayah Kec. Bunaken sebesar 4.036,59 Ha dengan
panjang garis pantai ± 12 Km. Di dalam RTRW Kota Manado tahun 2014 - 2034, dijelaskan
terdapat dua peruntukan lahan di kawasan pesisir Kec. Bunaken di antaranya kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Sebagai wilayah yang berada pada kawasan pesisir tentu saja
kehidupan masyarakat pada Kec. Bunaken memiliki karakteristik yang unik baik dari segi
fisik alamiah, non alamiah, maupun sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan peta Topografi
di dalam RTRW Kota Manado 2014 - 2034, kawasan permukiman Kec. Bunaken pada
umumnya berada pada ketinggian 0 – 25 m yang merupakan daerah datar dengan ekosistem
pesisir yang cukup beragam. Adapun penggunaan lahan yang masih didominasi oleh
perkebunan, sehingga kehidupan masyarakat pada kawasan pesisir Kec. Bunaken adalah
kehidupan yang bergantung pada kondisi alam, dan juga letak Kec. Bunaken yang berada
pada pinggiran kota Manado, sehingga menjadikan ciri kehidupan masyarakat masih sangat
lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan.
Bunaken adalah sebuah pulau yang memiliki luas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di
utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota
provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Pulau Bunaken dapat di tempuh dengan kapal cepat
(speed boat) atau kapal sewaan dengan perjalanan sekitar 30 menit dari pelabuhan kota
Manado. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari
Taman Nasional Bunaken. Taman laut ini memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang
tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Secara keseluruhan
taman laut Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektare dengan lima pulau yang berada di
dalamnya, yakni Pulau Manado Tua (Manarauw), Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau
Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Meskipun meliputi area 75.265
hektare, lokasi penyelaman (diving) hanya terbatas di masing-masing pantai yang
mengelilingi kelima pulau itu.
Bunaken pertama kali ditemukan pada tahun 1975 hingga sekarang dijadikan tempat wisata
andalan di Manado. Awalnya sekelompok penyelam melakukan sebuah rencana ekspedisi.
Meski sebelumnya ada mitos tentang roh jahat yang menghuni tempat tersebut, para
penyelam tidak gentar. Setelah melakukan penyusuran para penyelam menemukan keindahan
alami di bawah laut berupa karang dan ikan-ikan langka. Sejak saat itu tempat tersebut
dikenal sebagai salah satu tempat wisata dan tempat menyelam favorit. Untuk menjaga
keasriannya, lokasi ini pun resmi dijadikan Taman Nasional pada tahun 1991 dan pada tahun
2005 Taman Nasional Bunaken masuk ke dalam salah satu situs warisan dunia UNESCO.
Kawasan Manado Tua sebenarnya telah dihuni oleh penduduk pertama kali pada tahun 1400.
Kemudian di tahun 1850-an, para penduduk tersebut pindah ke Tanjung Parigi tepatnya ke
arah tenggara di tepi pantai. Para penduduk memberi nama daerah yang mereka tinggali
sebagai “Wunakeng” karena merupakan dari singkatan “Kinawungakeng”. Setelahnya, nama
tersebut berubah menjadi Bunaken yang memiliki arti tempat mendarat dari perahu.

2b. Teori Sumber Daya


1. Sumber Daya Manusia
Lebih dari 20.000 jiwa penduduk yang hidup dalam kawasan Taman Nasional
Bunaken. Penduduk di kawasan ini umumnya mencari makan di laut atau bertani. Banyak
yang masih menggunakan perahu cadik dan jala tradisional. Sebagian penduduk Pulau Nain
ahli pertukangan dan membuat cendera mata dari kulit kerang. Penduduk suku Bajo
melewatkan sebagian besar waktu di daseng (bagan), perkampungan di atas air sekitar Pulau
Mantehage. Penduduk yang berasal daratan Sulawesi kebanyakan dari suku Minahasa,
terlihat dalam cara menggunakan berbagai pohon woka. Penduduk yang lain umumnya
pendatang dari Kepulauan Sangir Talaud.
Interaksi antar budaya relatif tinggi, terlihat dari penggunaan dialek bahasa yang sama, serta
kesamaan teknik-teknik pemanfaatan potensi sumber daya alam. Beberapa akomodasi
dilakukan oleh etnis tertentu, sebagai hasil interaksinya dengan kelompok lainnya. Pemilikan
lahan umumnya masih bersifat hak adat, berupa tanah warisan (pasini). Tidak terdapat sistem
pemilikan atas rataan terumbu dan perairan dangkal.
Sebagai masyarakat pesisir dengan ciri permasalahan seperti kemiskinan, kualitas sumber
daya manusia yang cukup rendah, maupun degradasi sumber daya lingkungan, menjadikan
kehidupan masyarakat pada Kec. Bunaken tidak menutup kemungkinan untuk menghadapi
permasalahan demikian. Sehingga perlu diketahui karakteristik permukiman masyarakat,
untuk kemudian diketahui ciri khas dan permasalahan yang dihadapi masyarakat pada
permukiman pesisir Kec. Bunaken.
Untuk mata pencaharian masyarakat, pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian
sebagai Petani. Hal ini karena budaya maritim belum sepenuhnya merambah pada kehidupan
masyarakat, akhirnya jumlah nelayan pada kawasan Kec. Bunaken sangat sedikit. Kemudian
juga didukung dengan kondisi penggunaan lahan yang didominasi oleh lahan perkebunan.
Kemudian untuk tingkat pendapatan masyarakat, pada umumnya masyarakat memiliki
tingkat pendapatan dengan kategori rendah yaitu ≤ Rp. 500.000 per bulan.Dengan tingkat
pendidikan dan pendapat yang rendah, sehingga menjadikan mayoritas kondisi bangunan di
kawasan pesisir Kec. Bunaken adalah Semi Permanen dan memiliki kondisi sanitasi (MCK)
yang buruk.
2. Sumber Daya Alam

Diketahui bahwa penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kecamatan Bunaken terdiri dari
lahan tidak terbangun yaitu lahan perkebunan, hutan mangrove dan tambak. Adapun juga
lahan terbangun yaitu kawasan permukiman dan kawasan hotel/ resort. Untuk pemanfaatan
sempadan pantai Kec. Bunaken yang dilakukan dengan cara buffer dengan jarak 100 m dari
titik pasang tertinggi menuju kearah darat, diketahui didominasi oleh lahan perkebunan 79%.
Kawasan pesisir di Kecamatan Bunaken Memiliki hutan mangrove yang merupakan
Mangrove terakhir di Kota Manado dengan luas ± 141.14 Ha. Berdasarkan hasil penelitian
Diketahui bahwa kawasan hutan mangrove telah Terjadi konversi lahan berupa kawasan
hotel/ Resort dan juga air limbah rumah tangga yang Berakhir pada kawasan hutan mangrove.
Di dalam kawasan terdapat sebuah gunung yang sudah tidak aktif lagi yaitu G. Manado Tua
(+ 400 m dpl). Topografi dasar perairan secara umum memiliki konfigurasi relief/contur
dasar yang beragam. Walaupun topografi dasarnya beragam, tetapi tidak terdapat daerah yang
berbahaya.
Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua termasuk beriklim tropis dengan curah hujan
berkisar antara 2.000 – 3.000 mm per tahun, suhu udara antara 260 – 310 C. Musim
kunjungan terbaik adalah pada bulan Mei s/d Agustus.
Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua sebagai taman laut terindah di dunia memiliki
keanekaragaman jenis organisme akuatik yang langka seperti ikan duyung, dugong-dugong,
lumba-lumba dan berbagai jenis ikan hias seperti Hippocampus sp, kima raksasa, penyu sisik,
penyu hijau. Di wilayah dataran terdapat monyet hitam (Macaca nigra).
BAB III

DESKRIPSI KECAMATAN

3a .SEJARAH KECAMATAN BUNAKEN

Sejarah Terbentuknya Kecamatan Buanaken dapat Paparkan sebagai berikut, dimana


sebelum Kota Manado Berdiri Sendiri Manado Merupakan Bagian Dari Wilayah Minahasa.
Manado Saat itu Terdiri Dari 2 Distrik Yaitu Manado Selatan Dan Manado Utara. Pada
tahun 1924 kedua subdistrik (onderdistrik Zuid Manado dan Noord Manado) disatukan
kembali menjadi distrik Manado. Dalam perkembangan selanjutnya, distrik Manado diubah
menjadi kota Administratif dan kepemimpinan diambil alih oleh bangsa Jepang sampai
dengan Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. Setelah subdistrik, wilayah kota Manado
dimekarkan menjadi 3 (tiga) kecamatan, kemudian sampai tahun 1989 kota Manado memiliki
5 (lima) kecamatan, yaitu: kecamatan Malalayang, Wenang, Singkil, Mapanget, dan
kecamatan Molas; lima wilayah kecamatan ini terdiri dari 68 desa/kelurahan. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Manado nomor 4 Tahun 27 September 2000 tentang Perubahan Status
Desa Menjadi Kelurahan di Kota Manado dan PERDA Nomor 5 tanggal 27 Tahun 2000
tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan, wilayah kota Manado yang semula terdiri atas
5 kecamatan dengan 68 kelurahan/desa dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87
kelurahan dan sekarang 11 kecamatan dengan 89 kelurahan. Dalam perkembangan
selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2000, jumlah kecamatan yang sebelumnya 5
(lima) dimekarkan menjadi 9 (sembilan) kecamatan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 2
Tahun 2012, jumlah kecamatan dari 9 dimekarkan menjadi 11 yang kemudian dimekarkan
Menjadi kecamatan Molas berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988.dan kemudian berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Manado No.5 Tahun 2000 ,Kec. Molas dimekarkan menjadi tiga
yaitu, Kecamatan Singkil, Kec. Tuminting, dan Kec. Bunaken. namun setelah Tahun 2012
desa Bunaken menjadi satu kemcamatan yakni Kecamatan Buanaken Kepulauan,hal ini
berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 2 Tahun 2012.

3b. Organisasi dan Administrasi

Secara Struktur Organisasi Kecamatan Bunaken Dipimpin oleh seorang camat yang di bantu
oleh seorang Sekertaris Kecamatan dan 4 orang Kepala Seksi yakni:Kasie Tata
Pemerintahan,Kasie Pemberdayaan Masyarakat, Kasie Kententraman dan Ketertiban dan
Kasie Pelayanan Umum

Secara Kewilayahan Kecamatanj Bunaken Terdiri dari 5 Kelurahan yakni Kelurahan Bailang,
Kelurahan Meras, Kelurahan Molas, Kelurahan Pandu dan Kelurahan Tongkaina. dan dapat
di lihat pada Petah Wilayah di bawah ini
3c. Sumber Daya Manusia

a. Kondisi Masyarakat Kecamatan Bunaken


Kondisi masyarakat di Kecamatan Bunaken dengan melihat beberapa aspek
yaitu diantaranya kebutuhan biologi, sensasi dan persepsi (rasa) serta kebutuhan
emosi masyarakat. Untuk kebutuhan biologi diketahui bahwa kebutuhan masyarakat
akan air bersih belum terpenuhi kebanyakan masyarakat masih kesulitan air bersih,
hal ini karena tidak terdistribusi dengan baik air minum PDAM, adapun sumber air
bersih namun memiliki kondisi yang kurang baik, karena berasa dan keruh. Kemudian
untuk kebutuhan emosi masyarakat mengaku nyaman dengan tempat tinggalnya, dan
juga untuk tingkat keamanan dan kerukunan masyarakat sangat tinggi, hal ini karena
masyarakat masih memegang kuat budaya gotong royong ataupun budaya pedesaan.

a) Kondisi Sosial
Kepadatan Penduduk pada Kecamatan Bunaken diketahui bahwa kawasan
pesisir di kecamatan Bunaken rata-rata memiliki kepadatan rendah, dengan nilai
total kepadatan penduduk hanya sebesar 31.7%, dengan wilayah penelitian
Segmen 3 yang memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 5%.

b) Organisasi Masyarakat Kecamatan Bunaken


berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa memiliki satu organisasi pesisir
yang khusus bergerak dalam pelestarian hutan mangrove. Organisasi pesisir ini
berada pada wilayah penelitian Segmen 4, Kelurahan Tongkaina dengan nama
“Kelompok Tunas Baru”. Organisasi ini dibentuk oleh masyarakat lokal dan
dijalankan oleh masyarakat lokal juga. Kegiatan Kelompok Tunas Baru adalah
mulai dari menanam bibit mangrove pada kawasan pembibitan, yang kemudian
bibit ini kembali ditanam pada kawasan hutan mangrove oleh masyarakat. Bibit
mangrove ini juga dijadikan sebagai tempat ekonomi yakni bibit mangrove yang
ada dijual pada masyarakat luas. Untuk wilayah yang lain tidak memiliki
organisasi pesisir, hal itu diakibatkan kebayakan masyarakat tidak berprofesi
sebagai nelayan, dan sebagiannya belum merasa penting untuk membuat
organisasi pesisir.

c) Tingkat Pendidikan dan Perekonomian Masyarakat Kecamatan Bunaken


Tingkat pendidikan masyarakarat yang juga cukup rendah yaitu pada
umumnya hanya tamatan Sekolah Dasar. Untuk mata pencaharian masyarakat,
pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai Petani. Hal ini
karena budaya maritim belum sepenuhnya merambah pada kehidupan masyarakat,
akhirnya jumlah nelayan pada kawasan Kecamatan Bunaken sangat sedikit.
Kemudian juga didukung dengan kondisi penggunaan lahan yang didominasi oleh
lahan perkebunan. Kemudian untuk tingkat pendapatan masyarakat, pada
umumnya masyarakat memiliki tingkat pendapatan dengan kategori rendah yaitu
≤ Rp. 500.000 per bulan. Dengan tingkat pendidikan dan pendapat yang rendah,
sehingga menjadikan mayoritas kondisi bangunan Kecamatan Bunaken adalah
Semi Permanen dan memiliki kondisi sanitasi (MCK) yang buruk, sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kondisi Sosial Wilayah Penelitian


Molas Meras Tongkaina
(segmen 1) (segmen 2) (Segmen 3 & 4)
Tingkat Pendidikan SLTA SD SD
Mata Pencaharian Karyawan swasta Petani Petani dan
Nelayan
Pendapatan Sedang. Rp. Cukup Rendah. Rendah ≤ Rp.
1.000.000 – Rp. 500.000 – 500.000
1.500.000,- 1.000.000,-
3d. Sumber Daya Alam
Pada Kecamatan Bunaken, ada lahan yang tidak terbangun, yaitu lahan perkebunan
untuk bercocok tanam, hutan mangrove dan tambak. Untuk pemanfaatan sempadan pantai
Kecamatan Bunaken yang dilakukan dengan cara buffer dengan jarak 100 m dari titik pasang
tertinggi menuju kearah darat, diketahui didominasi oleh lahan perkebunan 79%.
Disebelah Timur Pulau Bunaken terdapat hutan mangrove yag terdiri dari jenis Rhizophora
sp, Sonneratia sp, Bruguiera Sp, dan lainnya. Hutan ini kaya akan jenis kepiting, udang,
moluska dan terdapat berbagai jenis burung antara lain camar (Sternidae), bangau, dara laut,
cangak laut, dan lainnya. Umumnya masyarakat di Pulau Bunaken kesadarannya terhadap
pelestarian lingkungan tinggi hal ini disebabkan sedikit pohon besar untuk pembuatan perahu
sehingga perlu membeli kayu dari luar kawasan pulau. Hutan mangrove yang luas bisa
dijadikan sebagai tempat wisata dan tempat hidup bagi hewan seperti jenis burung, camar
(Sternidae), bangau, dara laut, cangak laut, dan lainnya sehingga bisa menghasilkan
pendapatan bagi masyarakat setempat.

3e. Pola Ruang

Metode Analisis
Data Metode analisis dilakukan untuk menghitung kebutuhan luas RTH berdasarkan
Luas Wilayah menurut UU No.26 Tahun 2007, Kebutuhan Luas RTH yang harus dipenuhi
sebuah kota berkaitan dengan tata ruang wilayah yang diatur dalam Undang-undang No 26
tahun 2007 tentang penataan ruang, yakni minimal 30 % dari luas wilayah kota. Bentuk RTH
dapat berupa RTH alami maupun RTH buatan yang dimiliki secara pribadi maupun umum.
Pada penelitian ini analisis yang digunakan yaitu Analisis Ketersedian RTH, Analisis
Kebutuhan RTH, dan Analisis Kecukupan RTH.

Analisis Ketersediaan RTH


Analisis ketersediaan RTH dilakukan untuk mengetahui jumlah eksisting ketersediaan
RTH, jenis RTH, luas RTH, serta sebaran RTH yang ada di lokasi penelitian. Analisis yang
digunakan yaitu mengidentifikasi ketersediaan RTH dari data sekunder yang diperoleh.

RTH Kecamatan Bunaken Kota Manado


Kecamatan Bunaken memiliki luas wilayah yaitu 36,19 km2 terdiri dari 5 wilayah
administrasi yakni Kelurahan Bailang, Kelurahan Meras, Kelurahan Molas, Kelurahan
Pandu, dan Kelurahan Tongkaina. RTH publik Kecamatan Bunaken sebesar 9,9 % dan RTH
privat sebesar 75,7 %. Identifikasi ketersediaan RTH dengan luas keseluruhan RTH di
Kecamatan Bunaken sebesar 3099,66 Ha dari luas wilayahnya sebesar 3619 Ha.
BAB IV

KESIMPULAN

Tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di Kecamatan Bunaken umumnya tingkat


pendidikannya masih rendah, sehingga diperlukan bimbingan dan penyuluhan untuk
meningkatkan sumber daya manusianya. Jika hal itu sudah terealisasikan, maka pengelolaan
sumber daya alamnya juga dapat tertata dengan baik.
SUMBER
https://maulanusantara.wordpress.com/2009/07/31/potensi-taman-laut-bunaken/
https://www.reddoorz.com/blog/id/tourist-spot/bunaken-manado
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/
pdf/292662763.pdf&ved=2ahUKEwj3-
OOGkYfsAhWZbisKHb1cA6MQFjACegQIARAB&usg=AOvVaw1YeAZhOYYTic_W6L
AbV38Mhttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Bunaken

Anda mungkin juga menyukai