Anda di halaman 1dari 230

2019

SMK/MAK

KESEHATAN,
KESELAMATAN KErJA
DAN LiNgkUNgAN
HiDUP

BiDANg kEAHLiAN ENErgi DAN


PErTAMBANgAN Pr0grAM kEAHLiAN gE0L0gi
PErTAMBANgAN

Mohamad Hiola
Lesly Limpele
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

REDAKSIONAL

Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran

Penulis:
Mohamad Hiola
Lesly Limpele

Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono

Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah

Editor:
Edy Cahyana

Desain Sampul
Sonny Rasdianto

Layout/Editing:
Indah Mustika Ar Ruum

iii
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

KATA PENGANTAR

Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen
Dikdasmen Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum
Keahlian SMK/ MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen
Nomor 07/D. DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum
SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi
secara tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat
interaktifdengan penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas
pernahaman individu yang menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh
para guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena
itu, diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu mata pelajaran
yang sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK
menyampaikan ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan
karya terakhir, namun seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya,
sehingga SMK rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam
menyumbangkan pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan
pernbelajaran di SMK.

SMK Bisa! SMK Hebat!

i
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

PRAKATA

Assalamu’alaikum Waramatullahi Wabbarakatuh


Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan buku K3LH. Selawat serta salam
tercurakan kepada Junjungan kepada Nabi Muhamammad SAW, sampai kepada
sahabatnya hingga pengikutnya akhir zaman. Penulis sangat mengharapkan saran
yang membangun dalam buku K3LH yang akan membahas Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). Beberapa pembahasan pengertian
K3, Undang- Undang Membahs K3 sampai pada Alat Pelindung Diri.
Penulisan buku ini merupakan hal baru bagi penulis sehingga banyak
halangan, rintangan dan tantangan tersendiri dalam penyusunan buku ini. Harapan
semoga buku ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, penulis memahami bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya buku selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala SMK Negeri 1 Kotabunan Ibu Sonya Sugianto, S.Pd, M.Pd, yang telah
memberikan masukan dan dorongan demi tercapainya tujuan penyusunan
buku ini.
2. Tim penilai:
a. Wakasek Kurikulum Bapak Benny Hendry Raymond, S.Pd
b. Wakasek Kesiswaan Bapak Achmad Ariefandy Abdulrahman, S.Kom
c. Wakasek Humas Bapak Nailul Umam Wibowo, S.Pdi
d. Guru Bahasa Indonesia Ibu Valentine Cindy Sunyoto, S.Pd, Gr.
3. Wali Kelas X Geologi Pertambangan Ibu Nanang Amran Tolago, S.Pd
4. Wali Kelas XI Geologi Pertambangan Bapak Rizki Lapadjawa, S.Pd
5. Wali Kelas XII Geologi Pertambangan Bapak Rifai Lakepo, S.Hi
6. Ibu Marniati Kumambong, S.Pd
7. Bapak dan Ibu Dewan Guru dan Staf Tata Usaha yang telah membantu
mengarahkan dan memberikan masukan untuk penyusunan buku K3LH, yang
tidak sempat disebut satu demi satu.
Wassalam
Kotabunan, September 2019

Mohamad Hiola
Lesly Limpele

v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................iv
PRAKATA......................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................ix
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU................................................................x
PETA KONSEP BUKU.............................................................................xi
APERSEPSI...................................................................................xii
BAB I SEJARAH DAN PRINSIP DASAR K3LH..............................................1
A. Pengertian K3LH..................................................................2
B. Sejarah K3LH......................................................................4
C. Prinsip K3LH......................................................................9
BAB II PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN K3LH................................12
A. Undang – Undang K3........................................................13
B. Peraturan Pemerintah terkait K3.............................................16
C. Peraturan Menteri Terkait K3.................................................24
BAB III MEMAHAMI KEBIJAKAN PERUSAHAAN TENTANG K3LH.........................38
A. Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH................................39
B. Membedakan Kecelakaan Akibat Kerja......................................44
C. Membedakan Undang–Undang Tentang Jaminan Kesehatan.............59
BAB IV PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA............................................67
A. Perlengkapan Keselamatan Kerja............................................68
BAB V METODE KESELAMATAN KERJA.......................................................79
A. Metode Keselamatan Kerja....................................................80
B. Metode Ilmiah...................................................................80
C. Keselamatan Kerja..............................................................81
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL.........................................................85
BAB VI INSPEKSI DAN MONITORING KESELAMATAN KERJA..........................95
A. Inspeksi Keselamatan Kerja..................................................100
B. Monitoring Keselamatan Kerja..............................................107
C. Pengendalian Catatan........................................................112
BAB VII MENGANALISIS PROGRAM PENGAWASAN K3LH............................116
A. Program K3LH.................................................................117
B. Pengawasan K3LH.............................................................133
BAB VIII MENGANALISIS KESEHATAN KERJA YANG SESUAI DALAM PEKERJAAN PER-
TAMBANGAN..............................................................................140
A. Keterkaitan Antara K3 dengan Pekerjaan Pertambangan...............141
B. Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pertambangan........................147

v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR ISI

BAB IX MENGEVALUASI PROGRAM K3LH DARI BERBAGAI TINJAUAN PADA PEKERJAAN


PERTAMBANGAN..........................................................................155
A. Program K3LH.................................................................156
B. Keterkaitan K3LH dan Pekerjaan Pertambangan.........................161
C. Tinjauan K3LH.................................................................172
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP.......................................................177
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................188
GLOSARIUM................................................................................189
BIODATA PENULIS........................................................................190

vii
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 berbagai jenis peralatan keselamatan kerja.............................68


Gambar 4.2 Alat Pelindung Diri (APD)...................................................70
Gambar 8.1 Helm..................................................................... 150
Gambar 8.2 Sepatu...................................................................151

v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1 Hasil Monitoring Keselamatam Kerja......................................107


Tabel 6.2 Hasil Analisis Pengukuran dan Pementauan Kinerja.....................109
Tabel 6.3 Evaluasi Kesesuaian..........................................................110
Tabel 6.4 Hasil Persyaratan OHSAS....................................................112
Tabel 9.1 Penyakit Akibat Kerja........................................................173

ix
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Kesehatan, Keselamatan Kerja, Dan
Lingkungan Hidup yang diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan
meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik.
Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas
bisa ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan
untuk mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi
dalam buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri
sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena
masing-masing saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir
Bab. Jika anda belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat
mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila
anda masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini,
silahkan diskusikan dengan teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:

Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan


Contoh Soal
ditanyakan dan cara menyelesaikannya.
Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan
Praktikum
peserta didik sesuai kompetensi keahlianya.
Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah
sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link sumber
Jelajah Internet
belajar dan QR code yang dapat diakses melalui QR code
scanner yang terdapat pada smartphone.
Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
Cakrawala
dengan ilmu yang sedang dipelajari.
Kegiatan yang bertujan untuk melatih peserta didik dalam
Tugas Mandiri
memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi
Penilaian Akhir Bab
yang sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu
bab.
Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik
Penilaian Akhir Semester
setelah mempelajari materi dalam satu semester.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun
Refleksi guru di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi
kegiatan belajar mengajar.

x
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

PETA KONSEP
BUKU

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN


HIDUP GEOLOGI PERTAMBANGAN

SEMESTER GASAL
SEMESTER GENAP

BAB I Sejarah dan Prinsip BAB VI Inspeksi dan Monitoring


Dasar K3LH Keselamatan Kerja

BAB II Peraturan
BAB VII Menganalisis Program
Perundang-Undangan K3LH
Pengawasan K3LH

BAB VIII Menganalisis


BAB III Memahami Kesehatan Kerja Yang
Kebijakan Perusahaan Sesuai Dalam Pekerjaan
Tentang K3LH Pertambangan

BAB IX Mengevaluasi Program


BAB IV Alat Pelindung K3LH Dari Berbagai Tinjauan
Diri Pada Pekerjaan Pertambangan

BAB V Metode Keselamatan


Kerja

xi
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

APERSEPSI

x
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I
SEJARAH DAN PRINSIP DASAR K3LH

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LH peserta didik diharapkan mam
menjelaskan sejarah K3LH
menjelaskan pengertian K3LH
menjelaskan prinsip dasar K3LH

PETA KONSEP

Sejarah dan Prinsip Dasar K3LH

Prinsip Dasar K3LH


Pengertian K3LH Sejarah K3LH

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia memiliki banyak tenaga


kerja dari berbagai latar belakang pendidikan. Banyaknya tenaga kerja diserap oleh
industri berdasarkan pada industri itu sendiri, sebab industri memiliki syarat dan
ketentuan tertentu untuk menerima kariayawan. Dunia industri di Indonesia
memiliki itu sendiri berbeda tergantung pada kebutuhan industri. Ketika mendirikan
industri atau perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki jaminan kesehatan
untuk tenaga kerjanya. Ketika perusahaan beroperasi maka akan ada yang disebut
dengan jaminan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), ini memberikan
gambaran bahwa disetiap kesehatan merupakan salah satu penentu dalam
keselamatan kerja. Kesehatan adalah wajib dimiliki oleh setiap orang agar dalam
menjalankan pekerjaan mengurangi kecelakaan kerja. Seseorang apabila tidak
sehat dalam bekerja maka pekerjaannya tidak akan maksimal. Mengutamakan
Keselamatan Kerja juga itu adalah hal terpenting dalam dunia industri. Menjelaskan
Lingkungan Hidup sangatlah penting sebeb industri dimana tempat bekerja harus
memiliki lingkungan yang bersih, jika lingkungan bersih maka hidup kita menjadi
sehat.
Mari kita membayangkan ketika kita bekerja; pertama tidak memiliki skill,
Kedua kesehatan yang menurun, Ketiga Tempat bekrja atau industri yang tidak
bersih,ke empat keselamatan kerja tidak dijamin. Maka hal tersebut memberikan
gambaran bahwa industri tersebut belum layak beroperasi, agar tidak ada korban
berjatuhan. Adanya Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
tenaga kerja tidak kwatir lagi untuk bekrja, sebab sudah ada jaminan kesehatan
salah satunya JKN- KIS. Saat membahas K3LH tentunya banyak yang akan
diperbincangkan dimulai dari sejaranya, pengertianya, dan bahkan membahas
Prinsip K3LH.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian K3LH
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah suatu
menciptaan kenyamanan dalam pekerjaan agar terhindar atau tercegah dari
bahaya akibat kecelakaan kerja, serta lingkungan yang nyaman.
Berikut akan dibahas pengertian K3 menurut para ahli K3 :
1. Suma’mur, 1992
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah
kecelakaan sperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan
kerja dalam hubunganya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah
satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Keselamatan kerja yang
dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan tenang
dalam pekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan menejemen.
2. Edwin B. Flippo, 1995
Pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh yang bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan
2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

di tempat-temapt kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan


hukuman-hukuman lain.
3. Filosofis (Forum, 2008, edisi no. 11)
Secara filosofi; kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diartikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya menuju masyaratkat adil dan makmur.
4. Secara Keilmuan (Forum, 2008, edisi no. 11)
Kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapanya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
5. Keputusan menteri tenaga kerja R. I. No. Kep. 463/MEN/1993
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainya di tempat kerja/perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.
6. International Labour Organization (ILO)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau Occupational Safety and
Health adalah penigkatan dan pemelihara derajat tertinggi semua pekerja
baik secara fisik, mental dan ksejahteraan sosial disemua jenis pekerjaan,
mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekrjaan
melindunggi pekerja pada setiap dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memilihara pekerja
di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan dan psikologi
pekrja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja
dan setiap orang dengan tugasnya.
7. Occupational Safety Healt Administrasi (OSHA)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah aplikasi ilmu dalam
mempelajari risiko keselamatan kerja manusia dan properti baik dalam
industri maupun bukan. Kesehatan dan keselamatan kerja multidisplin ilmu
terdiri atas fisika, kimia, biologi dan perilaku dengan aplikasi
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa perbedaan definisi mengarah pada perlindungan kesehatan,
sejahteraan masyarakat pekerja melalui uapaya yang dapat
menguntungkan bagi pekrja dan dapat menciptakan kenyaman di
lingkungan kerja seutuhnya. Pada awal dan akhir sasaranya terletak pada
perlindungan buat bagi pekrja. Sebagai contoh adalah ILO, WHO dan
OSHA yaitu membahas tentang perlindungan pekrjaan melalui
penegakan keadilan lingkungan fisik, kimia, biologi, dan ergonomi
psikologi yang dapat mengganggu yang dapat mengganggu status kesehatan
dan keselamatan kerja.
a. Tujuan K3LH Menurut Suma’mur (1992)
Beberapa tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menurut Suma’mur
(1992) adalah:
1) Melindungi Tenaga kerja atas hak dan keselamatanya dalam
melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
meningkatkan kinerja.

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2) Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.


3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
b. Tujuan K3LH Menurut ILO dan WHO
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik beberapa rumusan K3.
Beberapa tujuan K3 menurut ILO dan WHO
1) Menciptakan lingkungan kerja yang selamat dengan melakukan
penilaian secara kualitatif dan kuantitatif
2) Menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan
masyarat sekitarnya melalui upaya promotif, preventif dan
rehabilitatif.
Kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan hidup memberikan
gambaran perlindungan kepada setiap pekerja atau karyawan yang
membutuhkan perlindungan. Penilaian lingkungan kerja secara kualitatif
lingkungan kerja, fisik, kimia, biologi,psikologi ergonomi.

B. Sejarah K3LH
Perkembangan K3 di dunia berawal dari banyaknya kecelakaan yang
timbul akibat kerja baik secara mendiri maupun kelompok. Kecelakaan mendiri
terjadi akibat kecorobohan kerja tidak berhati-hati dalam menjalankan
pekrjaan, sehingga berakibat fatal terhadap pekerjanya, misalnya cidera ringan
dan cidera berat. Sedangkan berkelompok salah satunya kecelakaan mobil yang
seluruh penumpang cidera berat.
Sejarah perkembangan K3 di dunia dimulai dari zaman prasejarah sampai
dengan zaman modern. Masing-masing zaman berkembang teknologi yang
menjadi ilmu-ilmu K3 yang dari waktu ke waktu telah mengalami beberapa
perubahan. Berikut akan dibahas beberapa perkembangan K3 dari zaman
prasejarah sampai padazjaman modern:
1. Zaman Prasejarah
Pada zaman ini yang sebut sebagai zaman batu dan goa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Zaman tersebut adalah zaman Paleolitkum dan
Neolitikum manusia hidup pada zaman ini ditandai dengan pembuatan kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi
mereka saat digunakan. Bentuk tombak dan kapak yang dibuat umumnya
mempunyai bentuk yang besar pada mata kapak atau ujung tombak untuk
menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang
besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar.
Bentuk dan ukuran yang paling kecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak
membahayakan pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
2. Zaman Bangsa Babylonia (Zaman Dinasti Summeria) di Irak
Pada zaman ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar
aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa
ini pada umumnya masyarakat sudah mengenal berbagai macam tipe
peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Perkembagan
pada masa itu dikarenakan setelah ditemukanya tembaga (Cu) dan Suasa
atau Emas (Au) sekitar 3000-2500 SM. Pada 3400 SM masyarakat sudah
mengenal konstruksi menggunakan batubata. Proses pembuatan batu

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
batapun cukup sederhana

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

hanya membutuhkan sinar matahari untuk mengeringkanya. Pada saat itu


juga muncul berbagai keterampilan diantaranya masyarkat sudah bisa
membagun saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada 2000 SM saat
itu muncul peraturan Hammurabi yang dijadikan dasar kuat adanya
kompensasi asuransi bagi pekerja.
3. Zaman Mesir Kuno
Pada zaman Mesir kuno yang dikenal sebagai negara yang mempunyai
raja yang sangat tidak suka akan kehadiran seorang putera atau bayi laki-
laki. Jika ada bayi laki-laki yang lahir maka akan dibunuhnya. Siapakah raja
itu tentunya kita sudah mengenalnya yaitu raja Fir’aun, saat masa semua
para pekerja telah dipaksakan untuk dan melibatkan banyak orang sebagai
tenaga kerja. Pada 1500 SM khususnya pada Raja Ramses II melakukan
pekerjaan ke Laut Merah yang terletak di sebelah timur kota Jeddah.
Pembangaunan terusan dari mediterania ke Laut Merah yang disebut dengan
terusan Suez yang membelah Benua Asia dan Benua Afrika dengan panjang
kurang lebih 163 km , dan resmi dibuka pada 17 November 1869. Disamping
Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangunan Temple
(Candi) Rameuseum untuk menjaga agar pekerjaanya lancar. Raja
Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para
pekerja. Hal ini terindikasi bahwa pada saat Raja Fir’aun dan khususnya Raja
Ramses II memberikan perlindungan berupa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja pada para pekerjanya.
4. Zaman Yunani Kuno
Pada masa pemerintahan Jendral Alexander sudah dilakukan pelayanan
kesehatan bagi angkatan perang. Pada zaman Romawi Kuno tokoh yang
paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates adalah salah seorang yang
menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
5. Zaman Romawi
Pada Zaman itu telah diperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang
diakibatkan adanya paparan bahan-bahan toksin dari lingkungan kerja
seperti Timbal (Pb) dan Sulfur (S). Para ahli yang telah memperkenalkan
masalah gangguan kesehatan yaitu Lectretius, Martial dan Vritivius.
6. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap
pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat dan
meninggal. Masyarkat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour (uap
air) di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada
lingkungan kerja yang mengandung vapour (uap air) harus menggunakan
masker. Sekilas dibahas tentang vapour (uap air) diantaranya:
a. Partikel uap air atau zat lain yang melayang di udara dan terlihat seperti
awan, asap, dll.
b. Zat gas pada suhu di bawah suhu kritisnya Bandingkan gas.
c. Suatu zat yang berada dalam kondisi gas pada suhu di bawah titik
didihnya.
d. Langka sesuatu yang fantastis yang tidak memiliki substansi atau
permanen.
e. Untuk menguap atau menyebabkan penguapan; menguap

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

f. Vapour merupakan uap air yang melayang di udara berbetuk atau


terlihat seperti awan, asap atau yang bersifat polusi.
7. Abad Ke-16
Pada abad ke-16 salah satu toko yang terkenal adalah philipus Aureolus
Theopratus Bombastus Von Hoheinheim atau atau yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit akibat
kerja terutama penyakit yang dialami oleh pekerja tambang. Pada era ini
seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya yang berjudul De Re
Metallica bahkan sudah melakukan upaya pengendalian bahaya Timbal (Pb)
di pertambangan dengan menerapkan prinsip Ventilasi.
8. Abad ke-18
Pada masa ini seorang ahli K3 bernama Bernardino Ramazzini (1664-
1714) dari universitas Modena di Italia, Menulis dalam Bukunya yang
terkenal: Discouse On The Diseases Of Workers (Buku Klasik ini masih sering
dijadikan referensi oleh ahli K3 sampai sekarang). Pada zaman ini dokter-
dokter jarang yang melihat hubungan antara pekerja dan penyakit sehingga
selalu ada kalimat yang diingat pada saat dia mendiagnosa seseorang What
Is Your Occopation? Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang
menyebabkan penyakit akibat kerja yaitu bahaya yang ada dalam bahan-
bahan yang digunakan ketika bekrja adanya gerakan-gerakan janggal yang
dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (Egonomic Factors)
9. Era revolusi Industri (Traditional Industrialijation)
Pada era ini hal-hal yang turut memengaruhi perkembangan K3
adalah penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap
yang baru ditemukan sebagai sumber energi, penggunaan mesin-mesin
yang menggantikan tenaga manusia, pengenalan metode-metode baru
dalam pengolahan bahan baku khususnya dibidang Industri kimia dan
logam). Pada masa ini berkembang pula pengorganisasian kerja dalam
cakupan yang lebih besar. Perkembangan teknologi ini menyebabkan
mulai muncul penyakit- penyakit yang berhubungan dengan pemajanan
karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.
10. Era Industrilisasi (Modern Industrilijation)
Sejak era revolusi industri sampai pada pertengahan abad ke-20
penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti
perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety
devicess (perangkat keamanan) dan interlock dan alat-alat pengaman lainya
juga turut berkembang. Pada zaman ini dibahas lebih khusus ke industri atau
perusahaan yang membutuhkan karyawan dan menaati peraturan K3.
11. Era Manajemen dan Manajemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak 1950-an hingga
sekrang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang
meneliti penyebab-penyebab kecelakaan, bahwa umumnya (85%) terjadi
karena faktor manusia (substandaract) dan faktor kondisi kerja yang tidak
aman (substandarcondition). Pada era ini perkembangan sistem automasi
pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya mellkukan perbaikan
terhadap faktor manusia. Namun sistem otomasi menimbulkan masalah
manusiawi
8
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

yang akhirnya berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-


blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan.
Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control institute
(ILCI) pada 1972 mengemukakan teori Loss Causation model yang
menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan berdasarkan perkembangan
tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal 1984. Akhirnya pada abad
ke-20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan sistem manajemen K3 yang
berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya
keterpaduan semua unit- unit kerja seperti safety, healt dan masalah
lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga menurut adanya kualitas
yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukan
dengan munculnya standar-standar Internasional seperti ISO 9000, ISO 14000
dan ISO 18000.
12. Era mendatang
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya
difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri
dan pekerja. Perkembagan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang
sifatnya publik untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai
menyetuh segala sektor aktivitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk
menjaga harkat dan martabat manusia serta menerapan hak asasi manusia
demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi.
Upaya ini tentu saja lebih banyak berorientasi kepada aspek perilaku
manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3. Pada era mendatang
mempersiapkan diri untuk menerima segala perubahan yang terkait dengan
K3, sebagai perwujudan kepedulian terhadap perlindungan tenaga kerja/
karyawan.
13. Sejarah K3 di Indonesia
Secara pasti tidak dapat diketahui kapan perkembangan K3 di Indonesia
namun demikian diyakini bahwa metode pengobatan Indonesia asli sudah
diterapkan. Untuk menolong korban kecelakaan yang terjadi pada para
petani, buruh industri atau korban perang antar kerajaan pada masa itu.
Secara ringkas sejarah K3 di Indonesia dimulai pada masa sebelum abad
ke-17, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa
kemerdekaan, orde lama, orde baru dan orde reformasi. Perkembangan
K3 di Indonsia sampai sekarang ini lebih diperhatikan hal itu dikarenakan
oleh sumber daya manusia yang memadai, banyaknya tenaga kerja atau
buruh, mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
14. Masa Sebelum abad 17 (Kerajaan di Indonesia)
Seperti halnya sejarah K3 di Indonesia juga tidak tau secara pasti
perkembangan K3 pada abad ke-17 atau pada masa kerajaan. Namun
demikian bahan alamiah yang digunakan sebagai obat untuk prajurit yang
terluka dan pengenalan beberapa bahan toksikan alamiah untuk senjata
merupakan awal pengenalan K3. Pengenalan K3 pada abad ke-17 bermula
pada pengobatan tradisional terhadap prajurit ketika terluka pada saat
berperang atau setelah berperang. .

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

15. Masa Penjajahan Belanda


Perkembanga K3 pada masa Belanda berbeda dengan makna
sesungguhnya. K3 pada masa Belanda ditujukan untuk kesehatan dan
keselamatan militer Belanda dan tidak ditujukan untuk Indonesia. Termasuk
juga beberapa produk peraturan tentang K3 yang dikeluarkan pada masa itu
bertujuan untuk memelihara peralatan, mesin dan karyawan Belanda supaya
tetap sehat dan terpelihara keselamatanya.
16. Masa penjajahan Jepang
Pada masa ini tidak di ketahui pasti tentang adanya K3 atau tidak. Pada
masa ini bisa dikatakan tidak ada perkembangan K3. .
17. Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan ini ditandai dengan adanya dasar hukum
yang jelas berdirinya sebuah negara, yaitu UUD 1945. Pada pasal 27 ayat
2 UU yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekrjaan
dan penghidupan yang layak bagi manusia ini mengandung pengertian
bahwa pekrjaan yang dilakukan harus sesuai dengan norma-norma
kemanusiaan, termasuk juga adanya jaminan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Sudah jelas bahwa perkembangan K3 diatur pada UUD 1945
sehingga buruh Indonesia mendapat jaminan Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3).
18. Masa Orde Lama-Orde Baru
Pada masa ini pemerintah Indonesia mulai memberi perhatian yang lebih
besar terhadap ketenagakerjaan terutama pentinya upaya K3. Pada 1957
Departemen Perburuhan dan Jawatan Keselamatan Kerja yaitu dengan UU
No 14 Tahun 1969 tentang Ketenagakerjaan. Kemudian pada tanggal 12
Januari 1970, lahirlah Undang-Undang Keselamatan Kerja. Pada masa ini
juga terdiri beberapa lembaga yang bergerak di bidang K3 yaitu Dinas
Higiene Perusahaan dan Sanitasi Umum, dan berbagai seminar tentang
Higiene perusahaan.
Di lihat dari istilah Higiene yang dipakai penekananya lebih pada
lingkungan kerja dan kesehatan pekerja, unsur keselamatan kerja belum
menonjol. Tanggung jawab dalam pelaksanaan K3 lebih besar pada
Departemen Tenaga Kerja, meskipun pada awal tahun 2000-an yaitu 2003 K3
mulai mendapat perhatian dari Departemen Kesehatan. Mulai
berkembang K3 berbasis manajemen dengan adanya sistem manajemen
K3. Dapat diperhatiakan bahwa perkembangan K3 sudah lebih baik pada
tahun 2003.
19. Era Reformasi
Pada masa ini seiring dengan semangat otonomi daerah maka
pemerintah terhadap K3 yang selama ini menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah daerah pun memiliki kewajiban untuk
memberikan jaminan K3. Semua tempat kerja wajib menyelenggarakan
upaya kesehatan dan keselamatn kerja. K3 mulai berkembang tidak hanya
diperusahaan namun juga ditempat kerja lain, misalnya rumah sakit.
Perkembangan K3 di dunia yang menekankan manajemen juga banyak
berkembang disini, mulai mengikuti standar internasional.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

20. Masa Mendatang


Perkembangan K3 didunia pada masa mendatang juga ikut memengaruhi
di Indonesia. Implementasi K3 yang masih berorientasi pada kepatuhan
terhadap aturan, pada masa mendatang lebih menekankan pada kesadaran
dan berperilaku yang selamat dan sehat. Harapan perubahan mendatang
pada K3 adalah lebih baik lagi.

C. Prinsip K3LH
1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan, Keselamtan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah Wadah
untuk memberikan kenyaman dan pejaminan kerja pada tenaga kerja atau
karyawan. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasar
kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Upaya Kesehatan dan Keselamatan dan Lingkungan Hidup
Upaya K3 merupakan sebuah usaha suatu penyeresaian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat
sekelilingnya sehingga diperoleh produktivitasnya kerja yang optimal.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:
1) Kapasitas kerja
Kapasitas kerja merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang
untuk melaksanakan pekerjaan dengan beban tertentu secara
optimal, yang kapasitas kerja seseorang dipenuhi oleh kesehatan
umum dan status gizi pekerja, pendidikan dan pelatihan. Perlu
diketahui bahwa tingkat kesehatan dan kemampuan seorang pekerja
merupakan modal awal untuk melaksanakan sebuah pekerjaan.
2) Beban kerja
Beban kerja meliputi meliputi beban kerja fisik dan mental yang
dirasakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaanya. Beban kerja
yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang juga dapat berpengarauh terhadap
perilaku dan hasil kerjanya.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat kerja dan lingkungan
pekerja sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja.
Pengertian dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di lingkungan
tempat bekerja tersebut yang dapat menimbulkan ganguan
kesehatan pekerja.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Faktor fisika
(1) Kebisingan
(2) Suhu
(3) Getaran, dsb

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b) Faktor Kimia
Semua bahan kimia yang dipakai dalam proses pekerja
c) Faktor Biologi
(1) Bakteri
(2) Virus
(3) Mikrobiologi,dll
d) Faktor fal ergonomi
e) Faktor psikososial
f) Stress Kerja
4) Status kesehatan Pekerja
Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh empat faktor
utama yaitu:
a) Lingkungan kerja
b) Tingkalaku Pekerja
c) Service kesehatan pekerja
d) Aspek herediter (genetik)
5) Stutus kesehatan pekerja
6) Pengkajian bahaya potensi lingkungan kerja

CAKRAWALA

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) lebih dikenal dengan pemberian perlin

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN
K3LH adalah Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah sesuatu yang dap

TUGAS MANDIRI

Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH . Peserta didik d

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Jelaskan pengertian K3LH!
Jelaskan pengertian K3 menurut salah satu para ahli!
Sebutkan 4 para Ahli K3!
Uraikan pengertian K3 menurut ILO!
Uraikan pengertian K3 menurut Suma’mur!
Uraikan pengertian K3 menurut Flippo!
Jelaskan sejarah K3LH pada masa Orde lama!
Jelaskan sejarah K3LH pada masa kemerdekaan!
Jelaskan prinsip K3LH!
Sebutkan 10 masa atau zaman pada sejarah K3LH!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

BAB II
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN K3LH

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Peraturan Perundang-undangan K3LH peserta didik diharapkan mam
membedakan Undang-Undang K3
membedakan Peraturan Pemerintah terkait K3
membedakan Peraturan Menteri terkait K3

PETA KONSEP

Peraturan Perundang – Undangan K3LH

Peraturan Pemerintah terkait K3 Peraturan Menteri Terkait K3


Undang – Undang K3

KATA KUNCI

peraturan, undang-undang, pasal, K3LH.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Undang – Undang K3
1. Ciri-Ciri K3LH
Berikut ini terdapat ciri-ciri K3LH dalam perusahaan, terdiri atas:
a. Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety
shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk
dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan
lapangan.
b. Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja
untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di
lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah menghindari
bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud lainnya adalah
memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan, untuk
menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.
c. Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan kertas)
dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).
d. Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Manajemen
perusahaan mengupayakan para karyawannya dengan memberi petunjuk
tentang K3LH supaya para pekerja memahami pengertian K3LH dan
menerapkannya.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan
kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. K3LH telah ditetapkan oleh
pemerintah harus dilaksanakan di setiap perusahaan untuk meminimalissai
kecelakaan di dalam lingkungan kerja. Adapun undang-undang yang telah
dibuat oleh pemerinah antara lain :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam


segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat
kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan atau peledakan;

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam
atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral
lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di
udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat


kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja atau yang
berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian
tersebut dalam ayat (2).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik
dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis
yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal
atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3. Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut


dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa
yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan
tersebut.

B. Peraturan Pemerintah terkait K3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012


TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2) Undang-


Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2918);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
3. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

4. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah


atau imbalan dalam bentuk lain.
5. Perusahaan adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
6. Pengusaha adalah:
a. orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
7. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil
kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan
SMK3 di perusahaan.
8. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/ serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Pasal 3
(1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.
(2) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

BAB II SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman
penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b.
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
dapat memperhatikan konvensi atau standar internasional.

Pasal 6
(1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Kedua
Penetapan Kebijakan K3
Pasal 7
(1) Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
a dilaksanakan oleh pengusaha.
(2) Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha
paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2) perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain
yang lebih baik;

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3) peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;


4) kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan; dan
b. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/ serikat buruh. (3) Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
1) visi;
2) tujuan perusahaan;
3) komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
4) kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

Pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

Bagian Ketiga
Perencanaan K3
Pasal 9
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b
dilakukan untuk menghasilkan rencana K3.
(2) Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada
kebijakan K3 yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1).
(3) Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan sumber
daya yang dimiliki.
(4) Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan
pihak lain yang terkait di perusahaan.
(5) Rencana K3 paling sedikit memuat:
a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Bagian Keempat
Pelaksanaan Rencana K3
Pasal 10

(1) Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana


K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dan Pasal 9.
(2) Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya
manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana.
(3) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki:
a. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan b. kewenangan
di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang berwenang.
(4) Prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri dari:
a. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
b. anggaran yang memadai;
c. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
d. instruksi kerja.
Pasal 11
(1) Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam
pemenuhan persyaratan K3.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. tindakan pengendalian;
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf
f, dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko.
(4) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf h
dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa
kecelakaan.

Pasal 12
(1) Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 harus:
a. menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan
kewenangan di bidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak
lain yang terkait;
2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

d. membuat prosedur informasi;


e. membuat prosedur pelaporan; dan
f. mendokumentasikan seluruh kegiatan.
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan.

Pasal 13
(1) Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf
d harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan
kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.
(2) Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf
e terdiri atas pelaporan:
a. terjadinya kecelakaan di tempat kerja;
b. ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau
standar;
c. kinerja K3;
d. identifikasi sumber bahaya; dan
e. yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf


f paling sedikit dilakukan terhadap:
a. peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;
b. indikator kinerja K3;
c. izin kerja;
d. hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;
e. kegiatan pelatihan K3;
f. kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
g. catatan pemantauan data; h. hasil pengkajian kecelakaan di tempat
kerja dan tindak lanjut;
h. identifikasi produk termasuk komposisinya;
i. informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan k. audit dan
peninjauan ulang SMK3.

Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Pasal 14
(1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten.
(3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat menggunakan jasa pihak lain.
(4) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaporkan kepada pengusaha.

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

(5) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.
(6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau standar.

Bagian Keenam
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Pasal 15
(1) Untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3, pengusaha
wajib melakukan peninjauan.
(2) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
(3) Hasil peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.
(4) Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilaksanakan dalam hal:
a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. adanya pelaporan; dan/atau
h. adanya masukan dari pekerja/buruh.

BAB III
PENILAIAN SMK3
Pasal 16
(1) Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang
ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Audit
SMK3 yang meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
c. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
d. pengendalian dokumen;
e. pembelian dan pengendalian produk;
f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
g. standar pemantauan;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan;

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

i. pengelolaan material dan perpindahannya;


j. pengumpulan dan penggunaan data;
k. pemeriksaan SMK3; dan
l. pengembangan keterampilan dan kemampuan.
(4) Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tertuang
dalam pedoman yang tercantum dalam Lampiran II sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 17
(1) Hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilaporkan kepada
Menteri dengan tembusan disampaikan kepada menteri pembina sektor
usaha, gubernur, dan bupati/walikota sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya peningkatan SMK3.
(2) Bentuk laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang
dalam pedoman yang tercantum dalam Lampiran III sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. organisasi;
c. sumber daya manusia;
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. keamanan bekerja;
f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. tindak lanjut audit.

Pasal 19
(1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap
pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara terkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20
Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19
digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembinaan.

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, perusahaan yang telah
menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini paling lama 1 (satu) tahun.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Pemerintah mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 April 2012


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 April
2012

C. Peraturan Menteri Terkait K3


PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014
TENTANG
PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)
KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan
kontruksi, maka penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
syarat- syarat tentang keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja pada
tempat kegiatan konstruksi;
b. bahwa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum sudah tidak sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri yang baru tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMK3)
Bidang Pekerjaan Umum;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000, Nomor 63) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
Pemerintah

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Nomor 92 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
157);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59
Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);
5.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 100);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013;
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pemilihan Penyedia Barang/
Jasa Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
09/PRT/M/2011 tentang
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI
BIDANG PEKERJAAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
(1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat
K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
(2) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU
adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan
konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

(3) Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan


perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta
jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
fisik lain dalam jangka waktu tertentu.
(4) Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi
khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan
dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang
berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
(5) Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna
Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/
bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat
keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang
PU.
(6) Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan,
kerusakan,kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan
penyakit akibat kerja.
(7) Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
(8) Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat
timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.
(9) Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko.
(10) Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk
menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
(11) Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen
lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan
merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan
konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia
Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
Bidang PU.
(12) Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat Monev
K3 Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi pengumpulan
data, analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan K3
Konstruksi.
(13) Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang selanjutnya disingkat
Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang berfungsi melaksanakan
pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
(14) Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.

2
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa
dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
(2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 konstruksi Bidang
PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a. meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja;
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktivitas.
(3) Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakanpedoman
ini.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
b. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang; dan
c. Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib
menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
(2) SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian Operasional;
d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e. Tinjauan ulang kinerja K3. (3)SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pra Konstruksi:
1) Rancangan Konseptual, meliputi studi kelayakan/feasibility
studi, survei dan investigasi;
2) Detailed Enginering Design (DED);
3) Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 5
(1) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi
bahaya.
(2) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan menjadi:
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai
kontrak diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/
atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai
kontrak dibawah Rp100.000.000.000,00(seratus milyar rupiah).
Pasal 6
(1) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli
K3 konstruksi.
(2) Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan
Petugas K3 konstruksi.
Bagian Kedua
Penerapan SMK3 Pada Tahapan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 7
Penerapan SMK3 Pada Tahap Pra Konstruksi
(1) Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi) wajib
memuat telaahan aspek K3.
(2) Penyusunan Detailed Engineering Desain (DED) wajib:
a. mengidentifikasi bahaya, menilai risiko K3 serta pengendaliannya pada
penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material,pelaksanaan
konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan;
b. mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai dengan tata cara
penetapan tingkat risiko K3 Konstruksi pada Lampiran 1;
(3) Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib memuat:
a. potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi yang
ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau dari
sumber lainnya;
b. kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3 Konstruksi
termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K.

Pasal 8
Penerapan SMK3 pada tahap pemilihan penyedia barang/jasa
(1) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat persyaratan K3
konstruksi yang merupakan bagian dari ketentuan persyaratan teknis.
(2) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat ketentuan tentang
kriteria evaluasi RK3K.
(3) Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan
rekrutmen ahli K3 Konstruksi dan dapat dipersyaratkan sertifikat SMK3
perusahaan.
(4) Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan persyaratan K3
Konstruksi wajib dijelaskan.

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

(5) Evaluasi teknis RK3K penawaran dilakukan terhadap sasaran dan program K3
dalam rangka pengendalian jenis bahaya K3.
(6) Dalam evaluasi penawaran, Pokja dapat melibatkan ahli K3 konstruksi/
petugas K3 konstruksi apabila diantara anggotanya tidak ada yang memiliki
sertifikat ahli K3 konstruksi/petugas K3 konstruksi.
(7) Apabila berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa RK3K penawaran tidak
memenuhi kriteria evaluasi teknis K3 dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, maka penawaran dapat dinyatakan gugur.
(8) RK3K penawaran yang disusun oleh penyedia jasa untuk usulan penawaran
dalam pemilihan penyedia barang/jasa, merupakan bagian dari usulan teknis
dalam dokumen penawaran, sebagaimana diatur dalam pedoman terkait
pemilihan penyedia barang/jasa yang berlaku di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum.
(9) Rencana biaya K3 harus dihitung berdasarkan kebutuhan seluruh
pengendalian risiko K3 konstruksi sesuai dengan RK3K penawaran.
(10) Apabila penyedia jasa tidak memperhitungkan biaya K3 konstruksi atau
rencana biaya K3 konstruksi yang diperhitungkan ternyata tidak mencukupi
untuk pelaksanaan program K3 maka penyedia jasa tetap wajib
melaksanakan program K3 konstruksi sesuai dengan RK3K yang telah
disetujui oleh PPK.
(11) Penyedia jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib melengkapi
RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi untuk seluruh tahapan
pekerjaan.

Pasal 9
Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
(1) RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi/ Pre Construction Meeting (PCM) oleh penyedia jasa, untuk
disahkan dan ditanda tangani oleh PPK dengan menggunakan format pada
Lampiran 2.
(2) RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan SMK3
pada pelaksanaan konstruksi.
(3) Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa penyedia jasa
dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO). Pemimpin KSO harus menetapkan
kebijakan K3 konstruksi yang berlaku untuk seluruh penyedia jasa.
(4) Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam
penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan tambah/kurang,
maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh PPK.
(5) Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan
dilaporkan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan
triwulan), yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pekerjaan.
(6) Apabila terjadi kecelakaan kerja, penyedia jasa wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat, paling lambat 2
x 24 jam.
(7) Penyedia jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja sesuai
hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulanan, dalam rangka

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan RK3K.

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 10
Penerapan SMK3 Pada Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan
(1) Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan
commissioning) untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, ahli K3 konstruksi/
petugas K3 konstruksi harus memastikan bahwa prosedur K3 telah
dilaksanakan.
(2) Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3,
statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk
proyek sejenis yang akan datang.

BAB IV
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Bagian Kesatu Kementerian Pekerjaan
Umum
Pasal 11
Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
meliputi:
a. merumuskan Kebijakan tentang SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;
b. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
c. melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara acak terhadap penerapan
SMK3 Konstruksi Bidang PU pada pekerjaan konstruksi di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;
d. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan;
e. melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja SMK3 Konstruksi Bidang
PU kepada Menteri;
f. bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas pembinaan
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum;
g. memberikan rekomendasi perbaikan untuk peningkatan kinerja
penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU kepada Menteri dan Unit Kerja Eselon
I.

Pasal 12
Pejabat Struktural Eselon I Unit Kerja Teknis Tugas, Tanggung Jawab dan
Wewenang Pejabat Eselon I meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk
pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan;
b. menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sesuai kebutuhan
penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit kerjanya, mengacu
pada ketentuan teknis yang berlaku;
c. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penilaian Aspek K3 Konstruksi
dalam proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
d. koordinasi hasil penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

kerjanya dengan Badan Pembinaan Konstruksi untuk selanjutnya diteruskan


kepada Menteri;
e. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.

Pasal 13
Pejabat Struktural Eselon II Unit Kerja Teknis Tugas, Tanggung Jawab dan
Wewenang Pejabat Eselon II meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk
pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan;
b. mengevaluasi penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan melaporkannya
kepada Unit Kerja Eselon I serta melakukan peningkatan berkelanjutan di
lingkungan Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan;
c. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.

Pasal 14
Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja meliputi
a. mengkoordinasikan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU kepada Kepala
Satuan Kerja dibawahnya;
b. melaksanakan pemantauan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di
lingkungan kerjanya;
c. melaporkan hasil penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan
kerjanya kepada Unit Eselon I melalui Unit Eselon II;
d. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.

Pasal 15
Kepala Satuan Kerja Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Satuan Kerja
meliputi:
a. memfasilitasi pegawai di lingkungan kerjanya untuk menjadi Ahli K3
Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi;
b. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian penerapan
SMK3 Konstruksi Bidang PU pada paket pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan oleh PPK;
c. melaporkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir
b kepada Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja dengan tembusan Pejabat
Struktural Eselon II dan PPK terkait;
d. mengalokasikan biaya Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk organisasi
Pengguna Jasa pada DIPA Satuan Kerja, antara lain untuk:
1) penyediaan sarana dan prasarana K3;
2) program pembinaan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

e. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi


peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.

Pasal 16
Pejabat Pembuat Komitmen Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) meliputi:
a. menerapkan SMK3 konstruksi Bidang PU untuk setiap paket pekerjaan
konstruksi;
b. mengidentifikasi dan menetapkan potensi bahaya K3 konstruksi;
c. c.dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya K3
Konstruksi, PPK dapat mengacu hasil dokumen perencanaan atau
berkonsultasi dengan ahli K3 konstruksi;
d. menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
didalamnyamemperhitungkan biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
PU;
e. menyusun dan menetapkan dokumen kontrak yang didalamnya memuat
ketentuan penerapan SMK3 konstruksi bidang PU;
f. f.membahas dan mengesahkan RK3K yang disusun oleh Penyedia Jasa
pada saat rapat persiapan pelaksanaan, atas dasar rekomendasi ahli K3
konstruksi/ petugas K3 konstruksi;
g. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RK3K;
h. melakukan evaluasi terhadap adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja untuk bahan perbaikan dan laporan kepada kepala satuan kerja;
i. dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RK3K dan evaluasi kinerja
SMK3 Konstruksi Bidang PU, PPK dibantu oleh ahli K3 konstruksi/petugas K3
konstruksi dari internal dan/atau eksternal organisasi PPK;
j. memberi surat peringatan secara bertahap kepada penyedia jasa apabila
penyedia jasa tidak melaksanakan RK3K yang telah ditetapkan, dengan
menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2;
k. menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko K3 apabila peringatan
ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh penyedia jasa, menggunakan contoh format
sesuai Lampiran 3.3;
l. dalam kondisi penyedia jasa melakukan pekerjaan yang dapat berakibat
fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya pengendalian telah
dilakukan secara memadai;
m. segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana pada pasal
11 huruf d, 12 huruf e, 13 huruf c, 14 huruf d, 15 huruf e, dan pasal 16 huruf
k dan huruf l di atas menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
n. bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, apabila PPK
tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf k, huruf l
dan/atau huruf m di atas;
o. memberikan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja kepada penyedia jasa
yang telah melaksanakan SMK3 Konstruksi dalam menyelenggarakan
paket pekerjaan konstruksi tanpa terjadi kecelakaan kerja, dengan
menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.4;

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

p. untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat swakelola, pihak yang berperan


sebagai penyelenggara wajib membuat RK3K kegiatan swakelola;
q. membuat analisis, kesimpulan, rekomendasi dan rencana tindak lanjut
terhadap laporan kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
konstruksi yang diterima dari penyedia jasa.

Pasal 17
Pokja ULPTugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pokja ULP meliputi:
a. memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan
bahwa biaya SMK3 telah dialokasikan dalam biaya umum.
b. apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU,
maka Pokja ULP wajib mengusulkan perubahan kepada PPK untuk
dilengkapi.
c. menyusun dokumen pemilihan Penyedia Barang/Jasa sesuai kriteria yang
didalamnya memuat:
1) Uraian Pekerjaan;
2) Potensi Bahaya;
3) Identifikasi bahaya K3;
4) Persyaratan RK3K sebagai bagian dari dokumen usulan teknis;
5) Evaluasi teknis untuk menilai pemenuhan persyaratan K3 yang tertuang
dalam RK3K, dilakukan terhadap sasaran dan program K3;
6) Mensyaratkan ahli K3 konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai potensi
bahaya K3 tinggi dan dapat mensyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan;
7) Melibatkan Petugas K3 konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai
potensi bahaya K3 rendah.
d. memberikan penjelasan pada saat aanwijzing serta menuangkannya dalam
berita acara aanwijzing tentang potensi dan identifikasi bahaya dari
pekerjaan konstruksi yang akan dilelangkan.
e. menilai pemenuhan RK3K terkait dengan ketentuan dalam pelaksanaan
pemilihan barang/jasa. bagian kedua penyedia jasa

Pasal 18
Penyedia Jasa Perencana Konstruksi Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Perencana Konstruksi meliputi membuat telaahan aspek K3 dalam perencanaan
pekerjaan konstruksi bidang PU.
Pasal 19
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi meliputi:
a. berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3Konstruksi
termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir
pemasukan penawaran;
b. menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
c. apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
1) menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan
yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2) menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang


mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi
untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah.
d. menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 KonstruksiBidang
PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum;
e. membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU
sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;
f. melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
g. menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;
h. bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai
dengan RK3K;
i. mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
j. melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi:
1) Tempat kerja;
2) Peralatan kerja;
3) Cara kerja;
4) Alat Pelindung Kerja;
5) Alat Pelindung Diri;
6) Rambu-rambu; dan
7) Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

BAB V
BIAYA PENYELENGGARAAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN
UMUM
Pasal 20
(1) Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dialokasikan dalam biaya
umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
(2) Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU menjadi
bagian dari RK3K, yang disepakati dan disetujui pada saat rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction Meeting).

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

BAB VI
SANKSI
Pasal 21
PPK yang tidak melaksanakan aturan SMK3 sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri ini maka dapat dikenakan sanksi administratif sesuai
ketentuan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Seluruh lampiran dalam peraturan menteri ini yang meliputi lampiran
1: Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi, Lampiran
2: Format Rencana K3 Kontrak (RK3K), Lampiran
3: Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan Dan Surat Keterangan
Nihil Kecelakaan Kerja, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan
ini.
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 22 April 2014
MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DJOKO KIRMANTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 628

4
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) lebih dikenal dengan Peraturan perli

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini

RANGKUMAN

1. Undang – Undang K3
Ciri-Ciri K3LH
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri K3LH dalam perusahaan, terdiri atas:
a. Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety
shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk
dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan
lapangan.
b. Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja
untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di
lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah
menghindari bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud
lainnya adalah memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan,
untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.
c. Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan
kertas) dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).
d. Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Manajemen
perusahaan mengupayakan para karyawannya dengan memberi petunjuk
tentang K3LH supaya para pekerja memahami pengertian K3LH dan
menerapkannya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970.
3. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 05/prt/m/2014 tentang
pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (smk3)
konstruksi bidang pekerjaan umum.

3
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Peraturan Menteri tentang SMK3 . Peserta didik dapat m

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Sebutkan 2 Undang-Undang yang mengatur tentang K3!
Sebutkan 8 ciri-ciri K3LH!
Sebutkan ketentuan-ketentuan terdapat pada ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1
Sebutkan syarat-syarat Keselamatan Kerja!
Tulislah isi Pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970tentang Keselamatan Kerja!
Jelaskan yang dimaksud dengan kontruksi!
Jelaskan ahli k3 konstruksi!
Jelaskan petugas k3 konstruksi!
Jelaskan potensi bahaya!
Jelaskan penyakit akibat kerja!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali

3
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

BAB III
MEMAHAMI KEBIJAKAN PERUSAHAAN TENTANG K3LH

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LHpeserta didik diharapkan mampu:
menjelaskan Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH
membedakan Kecelakaan Akibat Kerja
membedakan Undang–Undang tentang Jaminan Kesehatan

PETA KONSEP

Membedakan Kecelakaan Akibat Kerja

askan Kebijakan Perusahaan terkait Kebijakan


Memahami dengan K3LH
Perusahaan
MembedakanTentang
Undang–Undang
K3LH Tentang Jaminan Kesehata

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH


1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Penyusunan Kebijakan K3
1) Penetapan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a) tinjauan awal kondisi K3, dan
b) proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
2) Kebijakan K3 harus:
a) disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b) tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c) secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d) dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh,
tamu, kontraktor, pemasok dan pelanggan;
e) terdokumentasi dan terpelihara dengan baik; f.bersifat dinamik;
dang.ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan
3) Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a sampai dengan e diadakan
peninjauan ulang secara teratur.
4) Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan
komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan.
5) Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja
harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan
pelaksanaan K3.
Tidak ada upaya SMK3 tanpa kerja sama, dukungan dan komitmen
dari pekerja. Mereka adalah orang-orang yang berada di kantor atau di
lantai pabrik, melakukanpekerjaan.Mereka merupakan mitra penting dalam
proses atau menciptakan kebijakan K3. Sebagai pemilik perusahaan dan
manajer mempunyai tanggung jawab akhir untuk keselamatandan kesehatan
kerja, itu adalah kepentinganmereka untuk mengambil inisiatif untuk
memulai proses pembuatannya. Namun, ini harus dilakukan ke depan dalam
konsultasi dengan pekerja dan perwakilan mereka. Melalui organisasi K3
atau P2K3 semua dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2. Bagian-bagian kebijakan K3Sebuah kebijakan K3 yang efektif terdiri dari dua
tingkatan:
a. Pada tingkat prinsip umum, menggaris bawahi menghormati kebutuhan
dasar dari semua pekerja dan tindakan membimbing;
b. pada tingkat rinci, memberikan pertanyaan dan tanggapan terhadap
“siapa, apa, kapan, mengapa, dimana dan bagaimana,” langkah-langkah
spesifik untuk keadaan tertentu (seperti mengalokasikan pekerja hamil
untuk pekerjaan yang tidak akan membahayakan pertumbuhan bayi
mereka) Sebuah kebijakan K3 ditulis umumnya memiliki tiga bagian
besar:
1) Sebuah bagian pernyataan atau prinsip(mungkin satu halaman)-
menetapkan bagaimana keselamatan secara keseluruhan akan
dikelola dan jelas menyatakan komitmen organisasi terhadap

3
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
keselamatan dan kesehatan;

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
2) Sebuah bagian organisasi rincian siapa yang bertanggung jawab
untuk apa dan bagaimana karyawan dan perwakilan mereka masuk
ke dalam sistem manajemen keselamatan secara keseluruhan. Dalam
usaha kecil, merupakan hal mungkin bahwa bagian ini hanya akan
berisi satu atau dua nama sebagian besar tanggung jawab akan
dialokasikan kepada orang-orang;
3) Sebuah bagian pengaturan - rincian tentang bagaimana kegiatan-
kegiatan khusus, fungsi dan masalah yang akan dikelola, seperti:
Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko; program
pemantauan, audit, inspeksi; prosedur tanggap darurat;opertolongan
pertama; pelaporan dan investigasi kecelakaan / insiden ;
keselamatan untuk operasional tertentu atau misalnya peralatan
listrik aman, bahan berbahaya dan penanganan manual; bagaimana
kemajuan tentang keselamatan dan kesehatan akan diukur dan
kebijakan akan dievaluasi.
3. Menentukan penanggung jawab K3.
Sebuah kebijakan K3 yang baik akan memberikan panduan jelas yang dapat
diikuti sehingga mengurangi kecelakaan dan kasus-kasus penyakit akibat
kerja. Kunci kesuksesan adalah program diimplementasikan dan dipelihara.
Jadi, salah satu hal yang paling penting untuk memutuskan sebuah kebijakan
adalah siapa yang akan bertanggung jawab. Membuat kebijakan akan
melibatkan tugas dan tanggung jawab kepada anggota. Untuk memilih staf
dengan bijaksana, dapat menggunakan pedoman:
a. Competence (kompetensi): perekrutan, pelatihan dan dukungan
penasihat;
b. Control (pengendalian): mengamankan komitmen, pengawasan dan
instruksi;
c. Cooperation (kerjasama): antara individu dan kelompok;
d. Communication (komunikasi): lisan, tertulis dan visual.
4. Tanggung Jawab Manajemen.
Kita telah membahas fakta bahwa tanggung jawab akhir di tempat kerja
agar selamat dan sehat terletak pada manajemen dan pemilik perusahaan.
Untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan K3
Pastikan semua tingkat manajemen dan seluruh pekerja tahu isi dan
mengikuti kebijakan K3, tanpa kecuali.
b. Penyediaan Sumber Daya
Menyediakan fasilitas yang memadai dan sumber daya sehingga
kebijakan kesehatan dan keselamatan, dapat diimplementasikan dengan
baik termasuk anggaran, personil, pelatihan, kesempatan meningkatkan
kualitas dan wadah untuk berpartisipasi dalam perencanaan, evaluasi
pelaksanaan, dan tindakan menuju perbaikan.
c. Kebijakan pelatihan K3
Pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan, ketika seorang
karyawan baru atau ditransfer ke pekerjaan baru. Sesi orientasi yang
berkaitan dengan K3 biasanya harus mencakup:

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1)Prosedur darurat;
2)Lokasi pertolongan pertama;
3)Tanggung jawab K3;
4)Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman;
5)Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
6)Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;
7)Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka sendiri;
8)Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3. Mereka
bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka
sendiri di tempat kerja sehingga merekaperlu mengambilbagiandalam
memastikan berfungsinya kebijakan K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu
menyadari dan memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan,
standar dan praktik-prakik yang relevan dengan pekerjaan mereka.
5. Tanggung jawab pekerja meliputi:
a. Menghormati semua peraturan kesehatan dan keselamatan;
b. Mengidentifikasi potensi risiko / bahaya pada workstation mereka;
c. Berpartisipasi dalam Komite K3 bersama ;
d. Menciptakan kesadaran diantara rekan sekerja, termasuk yang baru,
tentang budaya K3 yang dipromosikan dan diharapkan di tempat
kerja mereka.
6. Sosialisasi kebijakan K3
Jika kebijakan K3 harus disosialisasikan kepada semua pihak yang ada di
perusahaan baik internal maupun eksternal (termasuk trainee, magang,
manajer). Pekerja baru, supervisor dan manajer perlu memahami kebijakan
K3.
7. Pelaksanaan Kebijakan K3
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Setelah kebijakan K3 ditetapkan harus dilakukan monitoring untuk
memastikan bahwa kebijakan tersebut ditaati. Beberapa hal yang tidak
boleh diabaikan dalam rangka menindaklanjuti pelaksanaan kebijakan
K3 yaitu identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko atau yang secara
sistem dinamakan manajemen risiko. Adapun komponen-komponen dalam
manajemen risiko adalah :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanaan
b. Jumlah manusia yang terpajan
c. Frekuensi pemajanan
Derajat risiko individu; kemungkinan pengendalian bahaya;
kemungkinan untuk mencapai tingkat yang aman; aspek finansial risiko;
pendapat masyarakat dan kelompok masyarakat.
Tanggung jawab sosial manajemen risiko diterapkan dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Proses pengelolaan yang terdiri dari kegiatan identifikasi, evaluasi dan
pengendalian yang berhubungan dengan tercapainya tujuan organisasi
ataupun perusahaan.

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Aplikasi kebijakan dan prosedur pengelolaan untuk memaksimalkan


kesempatan dan meminimalkan kerugian.
c. Aplikasi sistematik dari kebijakan, prosedur dan pelaksanaan kegiatan
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian dan pemantauan risiko.
Identifikasi potensi bahaya merupakan tahapan yang dapat
memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko
yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat
mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul
dari semua kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan
keselamatan terhadap:
a. Karyawan
b. Orang lain yg berada ditempat kerja
c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya.
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
a. Kerugian harta benda (property loss)
b. Kerugian masyarakat
c. Kerugian lingkungan Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Apa yang terjadi? Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-
tiap elemen.
2) Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi? Setelah
mengidentifikasi daftar kejadian sangatlah penting untuk
mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin ada/terjadi.
3) Alat dan teknik metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko
antara lain:
a) Inspeksi
b) Check list
c) Hazops (Hazard and Operability Studies)
d) What if
e) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
f) Audit
g) Critical Incident Analysis.
h) Fault Tree Analysis
i) Event Tree Analysis, dll

Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada tipe dan ukuran
risiko.
8. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian
risiko di tempat kerja yaitu untuk:
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat
kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di
tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan


penanggulangan yang telah diambil;

9. Elemen-elemen dalam penilaian risiko


Keparahan atau tingkat kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu
potensi bahaya yang sudah dievaluasi sebelumnya dapat diperkirakan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Sifat dari kondisi dan situasi apa yang akan dilindungi
1) Manusia
2) Properti (aset perusahaan seperti : mesin, pesawat, bangunan,
bahan dsb.)
3) Lingkungan
b. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia
1) ringan
2) berat/serius
3) meninggal
c. Luasnya kemungkinan bahaya yang ditimbulkan
1) Satu orang
2) Beberapa orang probabilitas atau kemungkinan timbulnya risiko
dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Kemungkinan kekerapan atau lama pemaparan :
(1) Kondisi normal operasi
(2) Sifat pekerjaan : manual atau masinal
(3) Waktu yang dihabiskan untuk bekerja didaerah berbahaya
(4) Jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan
(5) Frekuensi pemaparan.
b) Kemungkinan waktu kejadian kecelakaan
(1) Reliabilitas dan data statistik lainnya
(2) Data historis kecelakaan
(3) Data penyakit akibat kerja
(4) Komposisi risiko.
c) Kemungkinan menghindarkan dan membatasi bahaya :
(1) Siapa yang mengoperasian peralatan/mesin :
(a) Skill (terampil)
(b) Unskill (tidak terampil)
(c) Tidak berawak (unmanned)
(2) Pemahaman dan kesadaran terhadap risiko :
(a) Melalui informasi yang bersifat umum
(b) Melalui pengamatan langsung
(c) Melalui tanda peringatan
(d) Melalui indikator peralatan
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
Faktor manusia untuk menghindarkan dan membatasi risiko :
1) Mungkin
2) Mungkin dibawah kondisi tertentu

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3) Tidak mungkin4)Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang


dimiliki
10. Langkah-langkah Penilaian Risiko
Penilaian risiko di tempat kerja dilakukan dengan mengikuti 5 (lima)
langkah sistematis yaitu:
a. Mengidentifikasi dan mencari potensi bahaya yang terdapat di tempat
kerja.
b. Menetapkan akibat yang ditimbulkan oleh potensi bahaya tersebut dan
bagaimana kemungkinan kejadiaannya.
c. Melakukan evaluasi terhadap risiko dan menetapkan apakah persyaratan
pencegahan yang ada sudah layak atau masih diperlukan tambahan
persyaratan pengendalian lain.
d. Mencatat semua temuan.
e. Mengkaji hasil penilaian dan melakukan revisi apabila diperlukan.
Dalam menentukan suatu risiko apakah dapat diterima atau tidak akan
bergantung kepada penilaian/pertimbangan dari suatu organisasi
berdasarkan tindakan pengendalian yang telah ada meliputi :
a. Sumber daya (finansial, sumber daya manusia, fasilitas, dll)
b. Regulasi atau standard yang berlaku
c. Rencana keadaan darurat
d. Catatan atau data kecelakaan terdahulu, dll.
Dengan catatan bahwa walaupun suatu risiko masih dapat diterima tetapi
tetap harus dipantau/dimonitor secara terus menerus.Risiko dianalisis dengan
menggabungkan penilaian atas kemungkinan dan konsekuensi.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/
documents/publication/wcms_237650.pdf

B. Membedakan Kecelakaan Akibat Kerja


1. Kecelakaan akibat kerja kecelakaan kerja menurut beberapa sumber,
diantaranya:
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
b. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian,atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
c. Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang
berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu kecelakaan
kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak
terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi
suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).
d. Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang
tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan
cedera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

e. Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan


industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian
yang semula tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
f. Menurut Pemerintah c.q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-
sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada penyebabnya.
g. Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan
yang mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat
mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)
h. Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan
atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan
kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo,2007).

2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Pengertian kejadian menurut standar (Australian AS 1885, 1990)
adalah suatu proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera
atau penyakit akibat kerja. Ada banyak tujuan untuk mengetahui klasifikasi
kejadian kecelakaan kerja, salah satunya adalah dasar untuk
mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti tempat kecelakaan itu
terjadi, apa yang karyawan lakukan,dan peralatan apa atau material yang
digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan kerja akan
sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan informasi-
informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan
referensi tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885- 1 tahun 1990.
Berdasarkan standar tersebut kode yang digunakan untuk mekanisme
terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:
a. Jatuh dari atas ketinggian, jatuh dari ketinggian yang sama
b. Menabrak objek dengan bagian tubuh
c. Terpajan oleh getaran mekanik
d. Tertabrak oleh objek yang bergerak
e. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
f. Terpajan suara yang lama
g. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
h. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
i. Otot tegang lainnya
j. Kontak dengan listrik
k. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
l. Terpajan radiasi
m. Kontak tunggal dengan bahan kimia
n. Kontak jangka panjang dengan
o. Kontak lainnya dengan bahan kimia
p. Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
q. Terpajan faktor stress mental
r. Longsor atau runtuh

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

s. Kecelakaan kendaraan/mobil
t. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
u. Mekanisme cidera yang tidak spesifik
Dampak kecelakaan kerja berdasarkan model penyebab kerugian yang
dikemukakan oleh Det Norske Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis
kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja meliputi manusia/pekerja,
properti, proses, lingkungan, dan kualitas.

3. Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah,
retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of
Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian
tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
a. kepala
b. mata
c. leher
d. batang tubuh; bahu, punggung.
e. alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain
jari,jari tangan.
f. alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
sistem tubuh.
g. banyak bagian
Tujuan menganalisis cidera atau sakit yang mengenai anggota
bagian tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan
program, untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai
contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga
bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena
kecelakaan kerja.
4. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis
cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini untuk pencatatan dan
pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan
yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885-1 (1990)1.
Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:
a. Cidera fatal(fatality), adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja
b. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (loss time injury), adalah
suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari
kerja.
c. Cidera yang menyebabkan kehilanganhari kerja (loss time day), adalah
semua jadwal masuk kerja yang karyawannya tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga
termasuk

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.
Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif
setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian
tersebut terjadi.
d. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restrictedduty)
,adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk
perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
e. Cidera dirawat di rumah sakit (medical treatment injury). Kecelakaan kerja
ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja
yang ditangani oleh dokter, perawat,atau orang yang memiliki kualifikasi
untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan. Cidera ringan (first aid
injury) adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu,dan lain-lain.
f. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (non injury incident); adalah
suatu kejadian yang potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan
bahaya pembuangan limbah.
g. Definisi Rate
1) Incident rate adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit
akibat kerja setiap seratus orang karyawan yang dipekerjakan.
2) Frekuensi rate adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja
setiap satu juta jam kerja
3) Loss time injury frekwensi rate adalah jumlah cidera atau sakit
akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta jam kerja
4) Severity ratewaktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari)
pekerjaan alternatif yang hilang dibagi satu juta jam kerja
5) Total recordable injury frekwensi rate adalah jumlah total cidera
akibat kerja yang harus dicatat (MTI,LTI dan Cidera yang tidak
mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja

5. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Faktorpenyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor
yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat
diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu: perbuatan berbahaya, hal ini terjadi karena
metode kerja yang salah, keletihan/kecapaian, sikap kerja yang tidak
sesuai dan sebagainya. Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang
tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan,
proses, sifat

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut
Bennet dan Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai
kejadian yang tidak dapat diduga. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu
dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi
tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat secara
selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan
standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 %dan kondisi yang tidak
selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis

6. Teori penyebab kecelakaan kerja.


a. Teori domino.
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak
aman dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-
hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 %
disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2%
disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih
banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh
manusia.
Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi
apabila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan
faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan
(ancestry) dan lingkungannya (environment). Apabila terdapat suatu
kesalahan manusia maka akan tercipta tindakan dan kondisi tidak aman
serta kecelakaan,dan kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan bahwa
rantai batu tersebut diputus pada batu ke tiga sehingga kecelakaan
dapat dihindari.
Konsep dasar pada model ini adalah:
1) Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian
yang berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
2) Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
3) Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
4) Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

b. Teori Bird dan Loftus


Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh
Heinrich, yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus
tidak lagi melihat kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata,
tetapi lebih menyoroti pada bagaimana manajemen lebih mengambil

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
peran dalam

4
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

melakukan pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan.


c. Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap
komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu
proses dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem
yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu
proses produksi tersebut yang gagal.
Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan
Latent Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian
kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat
kecelakaan tersebut terjadi. Pada umumnya proses investigasi lebih
berkonsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan
dan bagaimana mencegah penyebab langsung tersebut. Akan tetapi ada
hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni latent cause.
Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya;
suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.
a. Penyakit akibat kerja faktor keselamatan kerja menjadi penting karena
sangat terkait dengan kinerja karyawan dan gilirannya dapat terjadi
pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan
kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.Penyakit
akibat kerja (PAK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia.Setiap orang membutuhkan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga,dan lingkungannya.
Salah satu komponen yang dapat meminimalisasi penyakit akibat kerja
adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan
untuk menangani korban yang terpapar penyakit akibat kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.Tujuan memahami
penyakit akibat kerja ini adalah untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan agar lebih mengerti tentang penyakit akibat kerja dan
dapat mengurangi korban yang terpapar penyakit akibat kerja guna
meningkatkan derajat kesehatan dan produktif kerjakerja.
b. Pengertian penyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan
demikian,penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau
man made disease.

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan


bahwa Penyakit Akibat Kerja(PAK)ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas
kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.(Hebbie Ilma
Adzim,2013)
c. Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja;
berikut beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari
penyakit yang ada di tempat kerja.
1) Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara,
vibrasi,peneranganEfek pencahayaan pada mata, kekuatan
pencahayaan beraneka ragam, yaitu berkisar 2.000-100.000 lux
di tempat terbuka sepanjang hari dan pada malam hari dengan
pencahayaan buatan 50-500 lux. Kelelahan pada mata ditandai oleh
:
a) Iritasi pada mata / conjunctiva
b) Penglihatan ganda
c) Sakit kepala
d) Daya akomodasi dan konvergensi turun
e) Ketajaman penglihatan
Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja.
Grandjean (1980) menyarankan sistem desain pencahayaan di
tempat kerjasebagai berikut:
a) Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan
pekerja
b) Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin,meja,
kursi,dan tempat kerja
c) Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis
penglihatan
2) Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan,kabut
3) Golongan biologis: bakteri, virus, jamur, dll
4) Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5) Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
d. Macam-macam Penyakit Akibat Kerja
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:pencemaran
udara oleh partikel dapat disebabkan peristiwa alamiah maupun ulah
manusia yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak jenisnya, tergantung pada jenis kegiatan
industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat
merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang tercemar oleh
partikel dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan atau
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan
yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau
mengendap di dalam paru- paru. Penyakit pneumoconiosis banyak
jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap
ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang
banyak dijumpai di daerah yang

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

memiliki banyak kegiatan industridan teknologi, yaitu silikosis,


asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.
1) Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika
bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan
kemudian mengendap. Debu silica bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang
mengerjakan besi (mengikir, menggerinda)dll. Selain dari itu, debu
silika juga banyak terdapat di tempat penampang besi, timah putih
dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar
juga banyak menghasilkam debu silica bebas SiO2. Pada saat
dibakar, debu silica akan keluar dan terdispersi ke udara bersama-
sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida
besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja berpotensi
tercemar debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lingkungan yamg ketat sebab penyakit
silikosis belum ada obatnya yang tepat.
2) Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes
adalah campuran dari berbagai macam silikat dan yang paling utama
adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai di pabrik
dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat
asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang
terhirup ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak nafas
dan batuk-batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya
akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada
dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.
Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar tidak mengakibatkan asbestosis.
3) Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian
terhisap kedalam paru-paru. Pencemaran ini dapat dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan,atau
pergudangan kapas. Masa inkubasi penyakit bisnosis cukup lama,
yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini berupa
sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama pada hari senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut
atau berat biasanya diikuti juga dengan penyakit bronchitis kronis
dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4) Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

pada pekerja-pekerja tambang batu bara atau pekerja-pekerja yang


banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batu
bara pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut
bertenaga batu bara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga
Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam,
yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis, dan
penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
5) Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa
logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida,
dapat menyebabkan penyakit saliran pernafasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis,
bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit
demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat
timbul pada pekerja- pekerja industribyang menggunakan logam
campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik
pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan bahan
penunjang industri nuklir.
6) Penyakit Saluran
Pernafasan PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun
kronis. Akut misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai
tracheobronchitis akut atau karena virus kronis, misalnya:
asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary
Disease(COPD)atau edema paru akut. Penyakit ini disebabkan oleh
bahan kimia seperti nitrogen oksida.
7) Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, dan terkadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang
dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan
yang merupakan penyebab, membuat peka,atau karena faktor lain.
8) Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan terjadinya hilang pendengaran.
9) Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit
pada punggung yang berkaitan dengan pekerjaan atau yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung
pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan
oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
10) Kanker
Adanya persentase yang signifikan menunjukan kasus kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
tempat kerja (karsinogen)sering kali didapat dari laporan klinis
individu dari pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan, untuk
terjadinya karsinogen mulai>20 tahun sebelum diagnosis.
11) Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh stres atau karbon monoksida dan bahan
kimia lain di tempat kerja.
12) Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver karena virus hepatitis atau
sirosis karena alkohol. Sangat penting mengetahui riwayat pekerjaan
serta bahan toksik yang ada.
13) Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan. Neuropatiperifer sering dikaitkan dengan diabet,
pemakaian alkohol,atau tidak diketahui penyebabnya. Depresi SSP
oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Perilaku seseorang yang tidak baik mungkin merupakan gejala
awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari
100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP.
Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu,
Carbon disulfide juga dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
14) Penyakit yang tidak diketahui sebabnya: Alergi dan gangguan
kecemasanmungkinberhubungandenganbahankimia atau lingkungan
sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities(MCS),
misalnya : parfum, derivate petroleum, rokok.
7. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperatur atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi,
Miliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan
katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan
terhadap sel tubuh manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
7) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme,
Polineurutis
Pencegahan:
1) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2) Pengaturan ventilasi danpenyediaan air minum yang cukup memadai.
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5) Pelindung mata untuk sinar laser
6) Filter untuk mikroskop

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil
samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat,
cair, gas, uap maupun partikel.
Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencerrnaan kulit dan mukosa.Masuknya dapat secara akut dan sevara
kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan
sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.Terjadi pada petugas/
pekerja yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan
seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat
yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane)
jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1) Material safety data sheet(MSDS) dari seluruh bahan kimiayangada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Biologi
1) Viral Desiases: rabies, hepatitis
2) Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
3) Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis Lingkungan
kerja padaPelayanan Kesehatanfavorablebagi berkembang biaknya
strainkuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda
yang terkontaminasi,dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan HepatitisB) dapat
menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil dipekerjaan,
misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi
virus.
4) Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter di Rumah Sakitmempunyai risiko
terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang
praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
menangani limbah

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar


kuman patogen maupundebu beracun mempunyai peluang terkena
infeksi.
Pencegahan :
1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihandasar tentang kebersihan,
epidemilogi,dan desinfeksi.
2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan
alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
4) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar.
5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius,dan spesimen secara benar.
6) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8) Kebersihan diri dari petugas.
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, dan kontruksiyang salah. Efek terhadap
tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu, teknologi,dan
seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses,dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan, kebolehan,dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman,
dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan
tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to
the Jo. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran
pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain)
e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan,
hubungan kerja komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-
ulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shift, dan terpencil).
Manifestasinya berupa stress.
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress
antara lain:

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergensi dan menyangkut


hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja.
4) Beban mental karena menjadi anutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal
8. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasikannya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman:
a. Menentukan diagnosis klinis.
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya.
Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya
secara cermat dan teliti, yang mencakup:
1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis
2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
3) Bahan yang diproduksi
4) Materi (bahan baku) yang digunakan
5) Jumlah pajanannya
6) Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
7) Pola waktu terjadinya gejala
8) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
9) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang
digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang
diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan
diagnosis penyakit akibat kerja.

5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk


dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan
pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja
menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya
dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.
e. Menentukanapakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan
yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan
APD? Riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya
meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat
keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan
penyebabpenyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit?Meskipun demikian, adanya penyebab
lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di
tempat kerja.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan
olehpekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Suatu
pekerjaan/ pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila
tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit
telah ada pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/ pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya
penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan
diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik,
tersedianya berbagai informasi yang didapatbaik dari pemeriksaan klinis
pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila
memungkinkan),dan data epidemiologis.

9. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
b. Mengenali risiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
c. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan. Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang
5
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
dapat ditempuh seperti berikut ini:

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pencegahan Pimer –Healt Promotio


1) Perilaku kesehatan
2) Faktor bahaya di tempat kerja
3) Perilaku kerja yang baik
4) Olahraga
5) Gizib.
Pencegahan Skunder –Specifict Protectio
1) Pengendalian melalui perundang-undangan
2) Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatasjam kerja
3) Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
4) Pengendalian jalur kesehatan imunisasic.Pencegahan Tersier
5) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
6) Pemeriksaan kesehatan berkala
7) Pemeriksaan lingkungan secara berkala
8) Surveilans
9) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
10) Pengendalian segera ditempat kerja.
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib
dilakukan adalah deteksi dini sehingga pengobatan bisa dilakukan
secepat mungkin. Dengan demikian penyakit bisa pulih tanpa menimbulkan
kecacatan. Sekurang-kurangnya tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut.
Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan
cacat. Ada dua faktor yang membuat penyakit mudah dicegah.
a. Bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur,dan dikontrol.
b. Populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi
secara teratur serta dilakukan pengobatan.
Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan
penanganan yang tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja
sangat penting. Sekurang-kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam deteksi dini yaitu:
a. Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis
laboraturium. Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan
terhadap pestisida organofosfat, penurunan kadar hemoglobin (HB),
sitologi sputum yang abnormal,dan sebagainya.
b. Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilai melalui
pemeriksaan fisik laboratorium. Misalnya elektro kardiogram, uji
kapasitas kerja fisik, uji saraf,dan sebagainya.
c. Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis.
Misalnya rasa kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap
pelarut- pelarut organik.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat
ditempuh yaitu pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi:
a. Pemeriksaan sebelum penempatan.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau
ditempatkan pada pos pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap
kesehatan yang

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik yang ditunjang dengan pemeriksaan


lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ tertentu, seperti mata
dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna apabila terjadi
gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan
selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan.
Pada medical check-uprutin tidak selalu diperlukan pemeriksaan medis
lengkap, terutama jika tidak ada indikasi yang jelas. Pemeriksaan ini
juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan
terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai
contoh,audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga kerja yang
bekerja pada lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan radiologis
dada (foto thorax) penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko
menderita pneumokonosis, karena lingkungan kerja tercemar debu.

C. Membedakan Undang–Undang Tentang Jaminan Kesehatan


1. Peraturan Perundang-undangan jaminan kesehatan
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 82 TAHUN 2018
TENTANG
JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,
a. Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2), Pasal 21 ayat
(4), Pasal 22 ayat (3 ), Pasal 23 ayat (5), Pasal 26, Pasal 27 ayat (5), dan
Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 20 0 4 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dan ketentuan Pasal 15 ayat (3 ) dan Pasal 19
ayat (5) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, telah ditetapkan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 20 13 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana
telah bebe rapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 28 Tahun 20 16 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 20 13 tentang Jaminan Kesehatan;
b. bahwa Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 20 13 tentang Jaminan
Kesehatan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
perlu disempurnakan untuk meningkatkan kualitas dan
kesinambungan program Jaminan Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Jaminan
Kesehatan;

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2. Ketentuan Umum
Pasal 1
TENTANG JAMINAN
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah Jamman berupa perlindungan kesehatan agar
Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau Iuran
Jaminan Kesehatannya dibayar oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah.
2. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asmg yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran Jaminan
Kesehatan.
3. luran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Iuran adalah sejumlah
uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/
a tau Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk program Jaminan
Kesehatan.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/
atau anggota keluarganya.
5. Penerima Bantuan Iuran Jarninan Kesehatan yang selanjutnya disebut PSI
Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai
Peserta program Jaminan Kesehatan.
6. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menenma Gaji, Upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
7. Pekerja Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PPU adalah setiap
orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima Gaji atau
Upah.
8. Pekerja Bukan Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PBPU adalah
setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.
9. Bukan Pekerja yang selanjutnya disingkat BP adalah setiap orang yang
bukan termasuk kelompok PPU, PBPU, PSI Jaminan Kesehatan, dan
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah.
10. Pejabat Negara adalah p1mpman dan anggota lembaga negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan pejabat lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang.
11. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerin tahan.
12. Prajurit adalah anggota Tentara Nasional Indonesia.
13. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Anggota Polri adalah Anggota Polri sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang yang mengatur mengenal Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
14. Veteran adalah Veteran Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Veteran Republik
Indonesia.

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

15. Perintis Kemerdekaan adalah Perintis Kemerdekaan sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Perintis
Kemerdekaan atau pemberian penghargaan/tunjangan kepada Perintis
Pergerakan Ke bangsaan/ Kemerdekaan.
16. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau
penyelenggara negara yang mempekerjakan Pegawai Aparatur Sipil
Negara dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.
17. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang
ditetapkan dan dibayar menurut suatu perJanJian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah a tau
akan dilakukan.
18. Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya disingkat PHK adalah
pengakhiran hubungan kerja.
19. Karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara Pekerja/ buruh dan pemberi kerja berdasarkan pera
turan perundang-undangan. Fasilitas Kesehatan ad al ah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/ atau masyarakat.
20. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP
adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk keperluan observasi,
promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
21. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat
FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di
ruang perawatan khusus.
22. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan.
23. Kecelakaan kerja adalah kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
24. Kecurangan (fraud) adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja,
untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program Jaminan
Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan
curang yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
25. Urun biaya adalah tambahan biaya yang dibayar peserta pada saat
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
penyalahgunaan pelayanan.

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

26. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang


memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
28. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya
disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
29. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
30. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

CAKRAWALA

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian perli

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini

6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Penyusunan Kebijakan K3
a. Penetapan kebijakan K3 dilakukan melalui:
1) tinjauan awal kondisi K3, dan
2) proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
b. Kebijakan K3 harus:
1) disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
2) tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
3) secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
4) dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok dan pelanggan;
5) terdokumentasi dan terpelihara dengan baik; f.bersifat dinamik;
dang.ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan
2. Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
a. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar Iuran Jaminan
Kesehatan atau Iuran Jaminan Kesehatannya dibayar oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah.
b. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asmg yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran
Jaminan Kesehatan.
c. luran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut iuran adalah
sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi
Kerja, dan/ atau Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk
program Jaminan Kesehatan.
d. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/
atau anggota keluarganya.
e. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut
PSI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
f. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menenma Gaji, Upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
g. Pekerja Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PPU adalah setiap
orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau
upah.
h. Pekerja Bukan Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PBPU adalah
setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.
i. Bukan Pekerja yang selanjutnya disingkat BP adalah setiap orang yang
bukan termasuk kelompok PPU, PBPU, PSI Jaminan Kesehatan, dan
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah.

6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

j. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara


sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan pejabat lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang.
k. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerin tahan.
l. Prajurit adalah anggota Tentara Nasional Indonesia.
m. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Anggota Polri adalah anggota Polri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenal Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
n. Veteran adalah Veteran Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Veteran Republik
Indonesia.
o. Perintis Kemerdekaan adalah Perintis Kemerdekaan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Perintis
Kemerdekaan atau pemberian penghargaan/tunjangan kepada Perintis
Pergerakan Ke bangsaan/ Kemerdekaan.
p. Pemberi Kerja adalah orang perorangan, pengusaha, badan hukum, atau
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai Aparatur Sipil Negara dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
q. Gaji atau Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada Pekerja yang
ditetapkan dan dibayar menurut suatu perJanJian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.
r. Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya disingkat PHK adalah
pengakhiran hubungan kerja.
s. Karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara Pekerja/ buruh dan Pemberi Kerja berdasarkan per
a turan perundang-undangan. Fasilitas kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/ atau masyarakat.
t. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP
adalah Fasilitas Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk keperluan observasi,
promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
u. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat
FKRTL adalah Fasilitas Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan

6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi


rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat
inap di ruang perawatan khusus.
v. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan.
w. Kecelakaan kerja adalah kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
x. Kecurangan (fraud) adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja,
untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program Jaminan
Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan
curang yang tidak sesua1 dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
y. Urun biaya adalah tambahan biaya yang dibayar peserta pada saat
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan
penyalahgunaan pelayanan.
z. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
aa. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
ab. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya
disingkat BPJS Kesehatan adalah bad an hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
ac. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
ad. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

TUGAS MANDIRI

Tugas peserta didik ialah mencari Peraturan Jaminan Kesehatan. Peserta didik dapat mengu

6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

PENILAIAN AKHIR BAB


Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Tulislah Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja!
Tulislah penyusunan kebijakan K3 !
Tulislah kebijakan K3!
Sebutkan bagian-bagian kebijakan K3!
Sebutkan komponen K3!
Tulislah tujuan tanggung jawab sosial manajemen risiko!
Tulislah mekanisme standar kode yang digunakan terjadi cidera/sakit akibat kerja!
Tulislah pencegahan sekunder!
Apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan!
Apa yang dimaksud dengan peserta jaminan kesehatan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap

6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Perlengkapan Keselamatan Kerja Dasar K3LH peserta didik diha
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)

PETA KONSEP

2. Menjelaskan Fungsi
Perlengkapan Keselamatan
1. Menjelaskan Kerja
Perlengkapan Keselamatan perlengkapan Keselamata
Kerja

3. Menjelaskan Alat Pelindung


Diri (APD)

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan, alat, diri, perlengkapan

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Perlengkapan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja yang biasa disingkat K3 adalah sebuah instrumen yang
memproteksi perusahaan pekerja, lingkungan hidup, serta masyarakat yang ada
disekitar area potensi bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan (proteksi) tersebut
merupakan hak asasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Tujuan utama dari K3 adalah
mencegah, mengurangi, dan berusaha mengurangi risiko kecelakaan kerja (zero
accident).

Gambar 4.1 berbagai jenis peralatan keselamatan kerja


(https://www.academia.edu/25111983/PERALATAN_DAN_PERLENGKAPAN_KESELAMATAN_KERJA_K3)

SalahsatucarauntukmencapaitujuanK3tersebutyaituperusahaanharusmelengkapipekerjanya
dengan alat-alat keselamatan yang memadai. Alat keselamatan kerja ini biasa
disebut dengan istilah APD (Alat Pelindung Diri). APD harus dipakai sesuai
dengan tingkatan bahaya serta risiko dari pekerjaaan, untuk menjaga keselamatan
pekerja dan orang yang berada disekitarnya. Beberapa jenis peralatan dan
perlengkapan keselamatan kerja K3. yang sering dipakai di sebuah perusahaan
adalah seperti dibawah ini :
1. Rompi Reflektor (Safety Vest); rompi ini dilengkapi oleh bahan yang
dapat berpendar bila tersorot cahaya. Pendaran ini akan membantu
mengetahui posisi pekerja saat berada ditempat yang gelap.
2. Helm Pengaman (Safety Helmet); helmet utamanya berfungsi untuk
melindungi kepala pekerja dari jatuhan ataupun benturan benda asing
secara langsung.
3. Kacamata Pengaman (Safety Googles/Glasses); kacamata jenis ini didesain khusus
untuk menutupi mata secara menyeluruh, termasuk pada bagian samping mata yang
biasanya tidak terproteksi oleh kacamata biasa. Fungsi utama safety glases
adalah untuk menghindari pekerja dari kontak debu secara langsung.

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

4. Sepatu Pengaman (Safety Shoes); Sepatu jenis ini harus terbuat dari bahan
kulit yang dilapisi metal. APD ini berguna untuk mencegah kecelakaan
terhadap kaki pekerja, misalnya tertimpa benda tajam ataupun benda berat,
cairan kimia, benda panas, dan sebagainya.
5. Sarung Tangan Pengaman (Safety Gloves); jenis APD ini berfungsi
sebagai pelindung tangan saat bekerja pada situasi yang bisa mengakibatkan
cedera tangan. Peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja diatas baru yang
umum- umum saja disebutkan. Sebenarnya, masih banyak lagi APD yang lebih khusus
lainnya, yang berfungsi untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja misalnya
Safety Masker/masker respirator (Penyaring Udara), Ear Plugs (Pengaman Telinga),
Lampu Kepala, Self Rescuer, Safety Boot (Sepatu Boot), Safety Harness (Tali
Pengaman), dan lain sebagainya.

1. Langkah Keselamatan Kerja Tambang


Perusahaan-perusahaan pertambangan itu berupa tambang terbuka (open
pit), tambang bawah tanah (underground), maupun pertambangan migas
(minyak dan gas bumi) dapat dikatakan menjadi tujuan para pekerja. Hal
ini disebabkan gaji yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut cukup tinggi,
belum lagi ditambah tunjangan yang menggiurkan. Kecelakaan kerja tentu
saja merupakan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu operasional
pertambangan. Kerugian yang akan diderita tidak hanya berupa kerugian
materi, tetapi lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa. Kehilangan
sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumberdaya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun.
2. Peralatan Safety Tambang
Menyikapi hal tersebut di atas, maka perusahaan-perusahaan di bidang
pertambangan/perminyakan berusaha menjaga keselamatan para
pekerjanya beserta segala asset yang ada agar terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Salah satu cara dengan melengkapi para pekerjanya dengan
beberapa alat keselamatan yang memadai. Di Perusahaan tambang, alat
keselamatan kerja ini biasanya dikenal dengan sebutan APD (Alat Pelindung
Diri). APD di perusahaan pertambangan merupakan kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja. APD dipakai sesuai dengan tingkat bahaya dan risiko
pekerjaaan, demi menjaga keselamatan pekerja dan orang di
sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departemen Tenaga Kerja RI. Semua jenis APD harus digunakan
sebagaimana mestinya berdasarkan pedoman yang benar-benar sesuai
dengan standar keselamatan kerja (K3L ‘Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan’). Alat-alat keselamatan kerja (APD) yang sering dipakai di
sebuah perusahaan pertambangan dan migas adalah seperti dibawah ini
(bentuknya lihat gambar, sesuaikan dengan nomor pada penjelasannya).

6
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Gambar 4.2 Alat Pelindung Diri (APD)

3. Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada di
sebuah kapal untuk menjamin keselamatan pekerja.
a. Menggunakan pelindung
Pakaian pelindung adalah coberall yang melindungi tubuh anggota
badan dari bahan-bahan berbahaya seperti minyak panas, air, percikan
pengelasan dll hal ini dikenal ‘Dangri’ or ‘Boiler Suit’
b. Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang sediakan oleh helm plastik keras di atas
kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm yang menjaga
helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
c. Sepatu Safety
Max dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, terbuat
dari logam keras yang sangat berbahaya bagi pekerja. Manfaat Sepatu
Safety disini untuk memastikan bahwa tidak ada luka yang terjadi di kaki
para pekerja atau crew di atas kapal.
d. Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di kapal, sarung tangan ini
digunakan dalam operasi dan hal ini menjadi keharusan untuk
melindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung tangan yang diberikan
adalah sarung tangan tahan panas, untuk bekerja di permukaan yang
panas, sarung tangan kapas, untuk operasi pekerjaan yang normal,
sarung tangan las, sarung tangan kimia, dll.
e. Googles
Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia sehingga memiliki
kemungkinan besar untuk cidera mata, maka kaca pelindung atau
kacamata digunakan untuk perlindungan mata, sedangkan kacamata las
digunakan untuk operasi pengelasan yang melindungi mata dari percikan
intensitas tinggi.

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

f. Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110 – 120db ini merupakan
frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam
beberapa menit dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan
gangguan pendengaran. Sebuah penutup telinga atau stiker telinga
digunakan pada kapal untuk mengimbangi suara yang didengar oleh
manusia dengan aman.
g. Safety Harness
Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan
yang tinggi memerlukan anggota/crew untuk menjangkau daerah-daerah
yang tidak mudah diakses. Safety harness digunakan oleh operator di
suatu ujung dan diikat pada titik terkuat pada ujung talinya.
h. Masker
Masker wajah digunakan sebagai perisai dari partikel berbahaya. Kan
karbon yang mengandung partikel berbahaya dan menor berbahaya bagi
tubuh manusia jika terhirup secara langsung,
i. Chemical Suit
Bahan kimia sangat sering digunakan di atas kapal, dan beberapa bahan
kimia sangat berbahaya apabila berkontak langsung dengan kulit
manusia, maka chemical suit digunakan untuk menghindari situasi
seperti itu.
j. Welding Perisai
Welding adalah kegiatan yang umum di atas kapal untuk perbaikan
struktural dll. Juru las yang dilengkapi dengan perisai las atau topeng
yang melindungi mata dari kontak langsung dengan sinar ultraviolet dari
percikan las. Hal ini harus diperhatikan dan sebaiknya pemakaian
Welding sheeld sangat diharuskan untuk keselamatan pekerja. Kaki
memiliki peran yang begitu utama dalam kehidupan, dengan anggota
badan ini kita dapat melakukan apa pun seperti mengambil langkah,
bekerja dan yang lain hingga kita perlu melindunginya dari berbagai
bahaya. Salah satunya dengan memakai sepatu Safety. Sepatu Safety
(Safety Shoes) adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang harus
dipakai oleh seseorang ketika bekerja guna menghindari risiko
kecelakaan. Bukan sekedar membuat perlindungan bagian tubuh pekerja
pada adanya risiko kecelakaan saja, tetapi dengan memakai sepatu
safety pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan. Sepatu ini terbuat dari
kulit dipadukan dengan metal, di bagian bawahnya terbuat dari karet
yang tebal. Dengan bahan itu, pekerja akan aman dari berbagai
kecelakaan pada kakinya. Sangat banyak manfaat yang diperoleh dengan
memakai sepatu afety, berikut ulasannya.

Berikut adalah manfaatmenggunakan safety shoes


a. Melindungi dari benda tajam dan berbahaya
Untuk seorang yang bekerja di ruang berbahaya, sepatu safety adalah
satu diantara Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai oleh pekerja
yang kemungkinan dapat terkena pecahan kaca, besi ataupun serpihan
7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
yang lain yang pastinya sangat membahayakan telapak kaki.

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Mencegah Kecelakaan Kerja yang Fatal


Bukan sekedar melindungi telapak kaki saja, sepatu safety juga
dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja fatal seperti kejatuhan benda-
benda berat. Safety shoes ini memiliki kemampuan yang cukup kuat
dalam menahan berat, sehingga risiko patah tulang atau masalah yang
lain dapat diminimalisasi
c. Membuat perlindungan dari benda panas
Di bagian atas dan samping sepatu safety tidak hanya terbuat berbahan
kulit saja, tetapi juga di buat dari bahan metal yang tebal. Dengan
hal tersebut sepatu ini dapat melindungi kaki pada benda-benda yang
panas. Benda-benda yang panas banyak dihasilkan di ruang seperti
pabrik las listrik, pengelolaan lampu dan yang lain.
d. Melindungi dari Cairan Kimia Berbahaya
Kita semua tahu kalau cairan kimia yaitu cairan yang sangat berisiko,
dan bagaimana jadinya bila cairan itu mengenai kulit? Untuk pekerja
laboratorium kimia, sepatu safety harus dipakai.
e. Membuat pengguna tidak terpeleset
Sepatu safety terbuat dari bahan karet yang didesain sedemikian rupa,
sehingga sepatu ini dapat diandalkan pada permukaan licin. Dengan
demikian, memakai sepatu safety menyebabkan beberapa pekerja jadi
semakin lebih lincah dalam bekerja.
4. Ada beberapa alasan klasik yang selalu dikemukakan oleh pihak
manajemen tehadap para pekerja dalam penyediaan Alat Pelindung Diri
(APD) yaitu:
a. Anggarannya terlalu besar, keuangan perusahaan tidak mampu
mendanainya.
Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia sudah mencukupi karena banyak
perusahaan lain juga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sama,
meskipun sebenarnya Alat Pelindung Diri (APD) tersebut tidak memenuhi
standar keselamatan kerja.
Tingkat paparan masih dibawah nilai ambang batas (NAB).
Tidak di rekomendasikan oleh induk perusahaan.
Kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan tidak ada
masalah.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


Pasal 21
(1) Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan dan
keterampilan tentang pelaksanaan K3RS, dilakukan pendidikan dan
pelatihan di bidang K3RS bagi sumber daya manusia di bidang K3RS.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
standar kurikulum di bidang K3RS yang diakreditasi oleh
Kementerian Kesehatan.
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
lembaga pelatihan yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

5. Fungsi perlengkapan Keselamatan Kerja


a. Alat pelindung kepala
Topi pelindung/pengaman (safety helmet): melindungi kepala dari
benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
1) Tutup kepala: melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin
2) Hats/cap: melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan
mesin- mesin berputar
b. Topi pengaman
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan
listrik yang terbatas dan tahan terhadap tegangan listrik tinggi.
1) Tanpa perlindungan terhadap tenaga listrik,biasanya terbuat dari
logam
2) Yang digunakan untuk pemadam kebakaran
c. Pengujian mekanik
1) Dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian 1m, topi
tidak boleh pecah atau benda tak boleh menyentuh kepala.
2) Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam di bagian puncak ; 4-5
cm.
3) Tidak menyerap air dengan direndam dalam air selama 24 jam.
Air yang diserap kurang 5% beratnya
4) Tahan terhadap api
d. Pengujian daya tahan terhadap api
1) Topi dibakar selama 10 detik dengan pembakar bunsen atau propan,
dengan nyala api bergaris tengah 1 cm. Api harus padam setelah 5
detik.Pengujian listrik
2) Tahan terhadap listrik tegangan tinggi diuji dengan mengalirkan
arus bolak-balik 20.000 volt dengan frekuensi 60 Hz, selama 3
menit,kebocoran arus harus lebih kecil dari 9 mA.
3) Tahan terhadap listrik tegangan rendah, diuji dengan mengalirkan
arus bolak-balik 2200 volt dengan frekuensi 60 Hz selama 1 menit
kebocoran arus harus kurang dari 9mA
e. Manfaat topi/tudung
Untuk melindungi kepala:
1) Dari zat-zat kimia berbahaya
2) Dari Iklim yang berubah-ubah
3) Dari bahaya api dll
f. APD Respirator dan kacamata
1) Mudah dikenakan.
2) Cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah.
3) Alat pelindung muka dan mata ( face shield )
Fungsi: Melindungi muka dan mata dari:
a) Lemparan benda –benda kecil.
b) Lemparan benda-benda panas.
c) Pengaruh cahaya.
d) Pengaruh radiasi tertentu.

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

g. Bahan Pembuat Alat Pelindung Muka dan Mata


1) Gelas/kaca biasa/plastik.
2) Gelas yang ditempa secara panas. Apabila pecah tidak menimbulkan
bagian-bagian yang tajam.
3) Gelas dengan laminasi aluminium dan lain-lain.
4) Yang terbaik adalah jenis gelas yg ditempa secara panas karena bila
pecah tak menimbulkan bagian-bagian yang tajam .Bila dipasang
frame tak mudah lepas.
5) Dari plastik ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya
seperti: selulosa asetat, akrilik, poli karbonat dll
h. Syarat Optis tertentu
1) Lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi/ efek prisma lebih dari
1/16 prisma dioptri; artinya perbedaan refraksi,harus lebih kecil dari
1/16 dioptri.
2) Alat pelindung mata terhadap radiasi :
3) Prinsipnya kacamata yang hanya tahan terhadap panjang gelombang
tertentu;
4) Standar Amerika, ada 16 jenis kaca dengan sifat-sifat tertentu
i. Integrasi APD
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri
lainnya seperti:
1) Kacamata / goggles.
2) Penutup muka.
3) Penutup telinga.
4) Respirator dan lain-lain.
j. Alat Pelindung Telinga
1) Sumbat telinga
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu
saja,sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak
terganggu.
2) Kelemahan: tidak tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai,
kadang-kadang lobang telinga kanan tak sama dengan yang kiri
3) Bahan sumbat telinga
Karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas.
Yang disenangi adalah jenis karet dan plastik lunak,karena bisa
menyesuaikan bentuk dengan lobang telinga.
4) Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB,ada bocoran dapat
mengurangi atenuasi + 15 dB\Dari lilin :
a) bisa lilin murni
b) dilapisi kertas
c) kapas
5) Kelemahan:
a) Kurang nyaman
b) Lekas kotor.
6) Dari kapas: daya atenuasi paling kecil antara 2 –12 dB.

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

k. Alat Pelindung Pernafasan


1) Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:
a) kekurangan oksigen
b) pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)
c) pencemaran oleh gas atau uapalat pelindung tangan dan kaki
2) Pada industri ringan/ tempat kerja biasa, cukup dengan sepatu yang
baik
3) Sepatu pelindung ( safety shoes) dapat terbuat dari kulit, karet,
sintetik atau plastik
4) Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip
5) Untuk mencegah tusukan dipakai sol dari logam
6) Terhadap bahaya listrik sepatu seluruhnya harus di jahit atau direkat
tidak boleh memakai paku
l. Safety Belt
1) Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh,
biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat
serta tempat tertutup atau boiler.
2) Harus dapat menahan beban seberat 80 kg.
m. Jenis
1) Penggantung unifilar
2) Penggantung berbentuk U
3) Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U
4) Penunjang dada (chest harness)
5) Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
6) Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
n. Manajemen APD
1) APD dibutuhkan untuk membatasi hazard lingkungan
2) Jangan membeli APD sekedar hanya memiliki jenis APD
3) Adanya hazard awareness dan pelatihan
4) Adanya SOP penggunaan APD
5) APD yang dibeli telah melalui seleksi kebutuhan jenis pekerjaan
o. Perkembangan APD
1) Teknologi APD berkembang pesat pada APD terhadap bahaya fisik dan
kimia.
2) Namun kurang berkembang pada APD terhadap bahaya biologi.
3) Kelemahan penggunaan APD
4) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena (memakai APD
yang kurang tepat,cara pemakaian APD yang salah, APD tak
memenuhi persyaratan standar)
5) APD yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
6) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan
penyerap (cartridge)
7) APD dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.
8) Mengapa APD sering tidak dipakai?
a) Rendahnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan kerja
b) Dianggap mengurangi feminitas

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

c) Terbatasnya faktor stimulan pimpinan


d) Karena tidak enak /kurang nyaman
6. Alat Pelindung Diri (APD)
Definisi APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Metode penentuan APD melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis
material yang dipakai, telaah data kecelakaan dan penyakit, belajar dari
pengalaman industri sejenis lainnya, apabila ada perubahan proses, mesin,
dan material peraturan perundangan.
a. Kriteria APD
Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria:Hazard telah
diidentifikasi.APD yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju.Adanya
bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.
b. Dasar Hukum
1) Undang-undang No.1 tahun 1970.
a) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD.
b) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD. Pasal
14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-
Cuma
2) Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
a) Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan
alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
b) Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja
3) Permenakertrans No.Per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida
harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau
pelindung muka dan pelindung pernafasan
Jenis-jenis APD dan Penggunaannya
a. A.P. Kepala
b. A.P. Muka dan Mata
c. A.P. Telinga

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

d. A.P. Pernafasan
e. A.P. Tangan
f. A.P. Kaki
g. Pakaian Pelindung
h. Safety Belt

CAKRAWALA

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Perpres%20 Nomor%2082%20Tahun%202018%20tentang

RANGKUMAN

Definisi APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi se
Jenis-jenis APD dan Penggunaannya
A.P. Kepala
A.P. Muka dan Mata
A.P. Telinga
A.P. Pernafasan
A.P. Tangan
A.P. Kaki
Pakaian Pelindung
Safety Belt

7
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH dan Alat pelindung d

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Sebutkan perlengkapan K3!
Jelaskan Jelaskan yang dimaksud dengan K3!
Sebutkan Safety yang sering digunakan di perusahaan!
Jelaskan langkah K3!
Apa yang dimaksud dengan Alat pelindung!
Jelaskan mamfaat menggunakan safety shoes!
Sebutkan beberapa alasan klasik yang selalu dikemukakan oleh pihak manajemen terhadap para
Sebutkan fungsi perlengkapan K3!
Sebutkan mamfaat topi!
Sebutkan APD respirator dan kacamata!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap

7
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB V
METODE KESELAMATAN KERJA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Metode Keselamatan kerja peserta didik diharapkan mampu:
menjelaskan Metode Keselamatan Kerja
menjelaskan Metode Ilmiah

PETA KONSEP

METODE KESELAMATAN
1. Menjelaskan MetodeKERJA
Keselamatan Kerja 2. Menjelaskan Metode Ilm

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja

7
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Metode Keselamatan Kerja


Metode Ilmiah dan Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja memang menjadi poin penting yang wajib
diperhatikan oleh setiap perusahaan. Semakin minim kecelakaan, akan semakin
besar produksi yang dihasilkan sehingga produktivitas bisa semakin ditingkatkan
tanpa adanya kendala yang bisa merugikan perusahaan. Namun pada
kenyataannya masih banyak perusahaan yang tidak memperhatikan hal ini dan
cenderung memandangnya dengan sebelah mata saja. Sangat disayangkan jika
keselamatan kerja dikesampingkan. Pada artikel ini akan dijelaskan tentang
metode ilmiah dan keselamatan kerja beserta tujuannya. Berikut ulasan
mengenai metode ilmiah dan keselamatan kerja. Metode ilmiah atau dalam
bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk
memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Metode ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari
sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkandata atau fakta khusus.
Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah
nyata.

B. Metode Ilmiah
Untuk memulai suatu metode ilmiah, pertama-tama harus merumuskan
masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan
permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag.
Berikut 7 tahapan dalam melakukan metode ilmiah :
1. Menemukan dan Merumuskan Masalah
Langkah awal dalam melakukan penelitian adalah menemukan
masalah lalu,masalah yang ditemukan dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, ringkas, jelas, dan bermakna. Metode perumusan masalah dilakukan
dengan menemukan masalah terlebih dahulu kemudian merumuskannya.
Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan beberapa variabel. Variabel
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi masalah. Dalam metode ilmiah
dikenal empat variabel yaitu :
a. Variabel bebas yaitu suatu variabel yang dipilih serta diukur oleh
peneliti untuk menentukan adanya suatu hubungan pada keadaan atau
kejadian yang diteliti oleh peneliti. Variabel ini dapat mempengaruhi
variabel lain.
b. Variabel terikat yaitu hasil dari pengaruh variabel bebas.
c. Variabel kontrol (terkendali) yaitu perlakuan yang sama pada semua
percobaan.
d. Variabel penggangu yaitu varibel yang tidak dikehendaki namun
dapat mengganggu hasil penelitian.
2. Mengumpulkan Informasi atau Data-data
Pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan,
membaca buku referensi, mewawancarai para ahli dan mencari data
informasi dari hasil obsevasi. Informasi ini tidak boleh asal – asalan dan

8
hasilnya bisa

8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA KESEHATAN, KESELAMATAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP

MATERI MATERI PEMBELAJARAN

dipertanggungjawabkan kebenarannya sebab pada dasarnya memang


berasal dari data – data terkait tanpa adanya manipulasi.
3. Menyusun Hipotesis atau Dugaan Sementara
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah.
Hipotesis terbagi dua macam yaitu hipotesis nol dan hipotesis kerja.
a. Hipotesis nol (hipotesis statistik) yaitu dugaan sementara yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Hipotesis kerja (hipotesis alternatif) yaitu dugaan sementara yang
menyatakan bahwa ada pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
4. Melakukan Percobaan Untuk Menguji Kebenaran Hipotesis
Tahap persiapan percobaan dengan menentukan alat dan bahan,
menyusun cara kerja, penjabaran variabel, menentukan waktu percobaan
dan uji coba model percobaan. Selanjutnya tahap perlakuan percobaan.
Dalam percobaan terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol) dan kelompok yang diberikan perlakuan
(eksperiman).
5. Mengolah Hasil Percobaan (Analisis Data)
Analisis data kuantitatif memerlukan perhitungan statistik. Hasil
analisis kualitatif dan data kuantitatif kemudian digunakan untuk menjawab
hipotesis yang pernah diajukan dan sebagai dasar untuk mengambil
kesimpulan. Kesimpulan tersebut nantinya tentu akan sangat bermanfaat.
6. Membuat Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sjawaban yang sebenarnya dari hipotesis
yang pernah diajukan. Hipotesis diterima apabila sesuai dengan hasil
percobaan namun bila hipotesis tidak sesuai dengan hasil percobaan maka
hipotesis ditolak. Untuk itu dalam pembuatannya diperlukan data yang
akurat dan tidak manipulatif.
7. Mengomunikasikan Hasil Penelitian
Mengkomunikasikan dapat dilakukan dengan membuat laporan atau
karya tulis ilmiah lainnya. Dalam pembuatan laporan harus sistematis,
secara garis besar sistemaika laporan memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Tinjauan Pustaka
c. Hipotesis (jika perlu)
d. Metode Penelitian
e. Hasil dan Pembahasan
f. Kesimpulan dan Saran
g. Daftar Pustaka
h. Lampiran-lapmpiran

C. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk melindungi
pekerja dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu sekarang telah
banyak diterapkan keselamatan kerja untuk melindungi keamanan para pekerja.

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Ada banyak aspek yang meliputi keselamatan kerja, diantaranya untuk


menunjang terlaksananya berbagai tugas-tugas pemerintah dalam bidang
peningkatan taraf hidup pekerja dalam sebuah perusahaan seperti perusahaan
industri, pertanian, perkebunan, dan lainnya.
Adapun tujuan diterapkannya keselamatan kerja yaitu : untuk melindungi
kesehatan dari tenaga kerja demi meningkatkan efisiensi pekerja dan
merupakan sebuah tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja. Selain itu,
tujuan keselamatan kerja juga untuk menjamin segala keutuhan dan juga
kesempurnaan dari para pekerja baik secara rohani maupun jasmani yang
meliputi hasil kerja budaya demi kesejahteraan masyarakat.
Adapun untuk standar keselamatan kerja meliputi adanya pelindung badan
seperti pelindung tangan, mata, hidung, kaki, dan juga telinga. Alat
pengamanan listrik untuk pekerja yang berhubungan dengan hal listrik yang
tentunya cukup membahayakan. Selain itu juga terdapat pengamanan ruangan
seperti adanya sistem alarm dan pemadam kebakaran, sitem penerangan,
hidran, dan masih banyak lainnya.
Sebagian besar penelitian ilmiah dilakukan di laboratorium. Secara umum,
laboratorium adalah suatu bangunan yang di dalamnya terdapat berbagai
peralatan dan bahan-bahan untuk melakukan percobaan ilmiah, melakukan
penelitian, praktik pembelajaran, pengujian, atau kalibrasi alat tertentu.
Biasanya, laboratorium dibedakan sesuai dengan bidang keilmuan yang
diteliti sehingga dikenal adanya laboratorium biologi, laboratorium fisika, dan
laboratorium kimia.
Bekerja di laboratorium dengan nyaman akan memengaruhi kelancaran
aktivitas kerja dan menghindari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja di
laboratorium dapat terjadi karena kelalaian diri sendiri atau orang lain yang
bekerja di dalam laboratorium. Artinya semua pemakai laboratorium sangat
berperan dalam terciptanya keselamatan kerja.
Kecelakaan kerja di laboratorium dapat menimbulkan kerugian materi
serta korban manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami
luka, cacat fisik, gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa
seseorang. Semua kemungkinan ini dapat dicegah dengan memperhatikan
pedoman keselamatan kerja di laboratorium.
Pengenalan bahan kimia merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang yang bekerja di laboratorium, termasuk para siswa. Menurut bentuknya,
bahan kimia dapat berupa padatan, cairan, ataupun gas. Sebagian bahan kimia
bersifat berbahaya bagi lingkungan, mudah terbakar, mudah meledak, korosif,
beracun, merusak organ tubuh, atau meracuni ikan, serangga dan makhluk hidup
lainnya.
Bahan kimia biasanya dikemas dengan baik dan di setiap kemasan
terdapat label dan simbol yang merupakan informasi standar yang diakui di
seluruh dunia. Informasi tersebut menunjukkan sifat yang dimiliki bahan kimia
tersebut sehingga kita tahu bagaimana seharusnya menangani bahan kimia
tersebut.

8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

MATERI
PEMCBAEKLRAAJWARAALAN
Metode Keselamatan Kerja dan Metode Ilmiah merupakan hal terpenting dalam melaksana

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah

RANGKUMAN

Keselamatan kerja memang menjadi poin penting yang wajib diperhatikan oleh setiap peru
Berikut 7 tahapan dalam melakukan metode ilmiah :
Menemukan dan merumuskan masalah
Mengumpulkan informasi atau data
Menyusun hipotesis atau dugaan sementara
Melakukan percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis
Mengolah hasil percobaan (analisis data)
Membuat kesimpulan
Mengomunikasikan hasil penelitian
Dalam metode ilmiah dikenal empat variabel yaitu :
Variabel bebas yaitu suatu variabel yang dipilih serta diukur oleh peneliti untuk menentukan
Variabel terikat yaitu hasil dari pengaruh variabel bebas.
Variabel control (terkendali) yaitu perlakuan yang sama pada semua percobaan.
Variabel penggangu yaitu varibel yang tidak dikehendaki namun dapat mengganggu hasil pen

8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik adalah mencari Metode Keselamatan Kerja dan Metode Ilmiah. Peserta didik

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Sebutkan 7 tahapan metode ilmiah!
Jelaskan bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah!
Sebutkan 4 faktor yang mempengaruhi masalah!
Jelaskan bagaimana cara mengumpulkan informasi atau data-data!
Sebutkan 2 macam hipotesis!
Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
Jelaskan bagaimana cara membuat kesimpulan!
Jelaskan bagaimana cara mengolah hasil percobaan!
Sebutkan 8 sistematika penyusunan laporan!
Sebutkan tujuan diterapkannya keselamatan kerja!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

Soal Pilihan Ganda


Pilih satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan beberapa pengertian K3LH berikut ini:
(1) Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah
kecelakaan sperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja
(2) Pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh yang bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat
panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
(3) secara filosofi; kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya menuju masyaratkat adil dan makmur.
(4) Kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapanya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
(5) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainya di tempat
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Berdasarkan pengertian K3 diatas, manakah pengertian K3 menurut Edwin B.
Flippo, 1995 adalah ....
A. (5)
B. (4)
C. (3)
D. (2)
E. (1)

2. Perhatikan beberapa pengertian K3LH berikut ini:


(1) Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah
kecelakaan sperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja
(2) Pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh yang bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat
panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
(3) secara filosofi; kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya menuju masyaratkat adil dan makmur.
(4) Kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapanya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

(5) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang


ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainya di tempat
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Berdasarkan pengertian K3 diatas, manakah pengertian K3 menurut
Suma’mur, 1992 adalah ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

3. Perhatikan beberapa pengertian K3LH berikut ini:


(1) Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah
kecelakaan sperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja
(2) Pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh yang bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat
panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
(3) secara filosofi; kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya menuju masyaratkat adil dan makmur.
(4) Kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapanya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
(5) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainya di tempat
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Berdasarkan pengertian K3 diatas, manakah pengertian K3 menurut Secara
Keilmuan adalah ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

4. Perhatikan data berikut ini:


(1) Melindungi Tenaga kerja atas hak dan keselamatanya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
(2) Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
(3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
(4) Menciptakan lingkungan kerja yang selamat dengan melakukan penilaian
secara kualitatif dan kuantitatif

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

(5) Menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan masyarat
sekitarnya melalui upaya promotif, preventif dan rehabilitatif.
Berdasarkan data diatas manakah yang termasuk tujuan K3 menurut ILO dan
WHO adalah .....
A. (1), (2) dan (3)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (3) dan (4)
E. (4) dan (5)
5. Pada zaman ini yang sebut sebagai zaman batu dan goa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Zaman tersebut adalah zaman Paleolitkum dan
Neolitikum manusia hidup dizaman ini ditandai dengan pembuatan kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi
mereka saat digunakan. Zaman ini termasuk pada zaman ....
A. Pra Sejarah
B. Bangsa Babylonia
C. Mesir Kuno
D. Yunani Kuno
E. Romawi

6. Pada Zaman ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar
aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa
ini pada umumnya masyarakat sudah mengenal berbagai macam tipe
peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka.
Zaman ini termasuk pada zaman ....
A. Abad Pertengahan
B. Romawi
C. Yunani Kuno
D. Mesir Kuno
E. Bangsa Babylonia
7. Raja yang sangat tidak suka akan kehadiran seorang putera atau bayi laki-
laki, jika ada bayi laki-laki yang lahir maka akan dibunuhnya.
Raja yang dimaksud adalah.....
A. Mesir
B. Fir’aun
C. Romawi
D. Nambrut
E. Babylonia

8. Pada tahun 1500 BC khususnya pada Raja Ramses II dilakukan pekerjaan


ke Laut Merah yang terletak disebelah timur Kota Jeddah.
Pembangaunan terusan dari mediterania ke Laut Merah yang disebut
terusan ....

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. Panama
B. Laut merah
C. Suez
D. Benua
E. Afrika

9. Pada masa pemerintahan Jendral Alexander sudah dilakukan pelayanan


kesehatan bagi angkatan perang. Pada zaman Romawi Kuno tokoh yang
paling terkenal adalah Hippocrates. Salah satu penyakit yang ditemukan oleh
Hippocrates adalah ......
A. Malaria
B. Tetanus
C. Sepilis
D. Jantung Koroner
E. Tipes

10. Pada abad ke-16 salah satu toko yang terkenal adalah philipus Aureolus
Theopratus Bombastus Von Hoheinheim atau atau yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit akibat
kerja terutama terutama penyakit yang dialami oleh pekerja tambang. Pada
era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya yang berjudul
.....
A. Au Ar Metallica
B. Fe Al Metallica
C. De Re Metallica
D. Zr A Metallica
E. Si Al Metallica

11. Perhatikan data dibawah ini:


(1) Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety
shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk
dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan
lapangan.
(2) dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan atau peledakan;
(3) Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja
untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di
lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah menghindari
bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud lainnya adalah
memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan, untuk
menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.
(4) dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

(5) Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan


kertas) dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).
(6) dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk pada ciri-ciri K3LH .....
A. (1) dan (2)
B. (1),(3) dan (5)
C. (3) dan (4)
D. (2),(4) dan (6)
E. (1),(2) dan (3)

12. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur oleh Undang-Undang ini
adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. K3LH telah ditetapkan
oleh pemerintah dan harus dilaksanakan di setiap perusahaan untuk
meminimalisasi kecelakaan di lingkungan kerja. Ketentuan tersebut
dimuat dalam Undang- Undang ....
A. No. 1 Tahun 1970
B. No. 2 Tahun 1970
C. No. 1 Tahun 1971
D. No. 3 Tahun 1970
E. No. 2 Tahun 1971

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 membahas .....


A. Lingkungan Hidup
B. Kesehatan Kerja
C. Kecelakaan diri
D. Kesehatan Lingkungan
E. Penerapan K3

14. Perhatikan data berikut ini:


a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi pertolongan pada kecelakaan;
e. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Berdasarkan data di atas yang termasuk ke dalam syarat-syarat keselamatan
kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
adalah....

8
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. a dan b
B. a,b dan c
C. a dan c
D. a,b,c dan d
E. a,b,c,d dan e

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 membahas....


A. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
B. Keselamatan Kerja
C. Lingkungan Hidup
D. Perubahan sistem keselamatan kerja
E. Sistematika keselamatam kerja

16. Salah satu tujuan penerapan SMK3 menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 terdapat pada pasal 2 yang bunyinya ....
A. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.
B. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
C. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
D. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
E. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

17. Pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan


kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan
disebut sebagai ....
A. Hukum SMK3
B. Sistem K3
C. Pemeliharaan K3
D. Audit SMK3
E. Penunjang K3

18. Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH adalah penyusunan kebijakan K3,
yang termasuk pada kenyusunan kebijakan K3 adalah ....
A. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
B. Pada tingkat prinsip umum, menggaris bawahi menghormati kebutuhan
dasar dari semua pekerja dan tindakan membimbing;

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

C. Pada tingkat rinci, memberikan pe rtanyaan dan tanggapan terhadap


"siapa, apa, kapan, mengapa, dimana dan bagaimana," langkah-langkah
spesifik untukkeadaan tertentu(seperti mengalokasikan pekerja hamil
untuk pekerjaan yang tidak akan membahayakan pertumbuhan bayi
mereka.)Sebuah kebijakan K3 ditulis umumnya memiliki tiga bagian
besar:
D. Sebuah bagian pernyataan atau prinsip(mungkin satu halaman)-
menetapkan bagaimana keselamatan secara keseluruhan akan dikelola
dan jelas menyatakan komitmen organisasiterhadap keselamatan dan
kesehatan;
E. Sebuah Bagian organisasi - rincian siapa yang bertanggung jawab
untuk apa dan bagaimana karyawan dan perwakilan merekamasuk ke
dalamsistem manajemen keselematan secara keseluruhan. Dalam usaha
kecil, merupakan hal mungkin bahwa bagian ini akan berisi hanya satu
atau dua nama, karena sebagian besar tanggung jawab akan dialokasikan
kepada orang-orang;

19. Kebijakan pelatihan K3: Pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi


karyawan, ketika seorang karyawan baru atau ditransfer ke pekerjaan baru.
Sesi orientasi yang berkaitan dengan K3 biasanya harus mencakup:
A. SOP
B. Kebutuhan Hidup
C. Kecelakaan Kerja
D. Potensi risiko
E. Prosedur darurat

20. Setelah kebijakan K3 ditetapkan harus senantiasa dilakukan monitoring


untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut ditaati. Beberapa hal yang
tidak boleh diabaikan dalam rangka menindak lanjuti pelaksanaan kebijakan
K3 yaitu identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko atau yang secara
sistem dinamakan manajemen risiko. Pernyataan di bawah ini yang termasuk
komponen risiko adalah ....
A. Mengidentifikasi potensi risiko / bahaya pada workstation mereka;
B. Berpartisipasi dalam Komite K3 bersama ;
C. Menciptakan kesadaran di antara rekan sekerja, termasuk yang baru,
tentang budaya K3 yang dipromosikan dan diharapkan di tempat
kerja mereka.
D. Variasi individu
E. Ada tidaknya sistem penerapan K3

21. Salah satu alat dan tehnik metode yang dapat digunakan untuk identifikasi
risiko antara lain adalah ....

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. Inspeksi
B. Karyawan
C. Steropom
D. Properti
E. Skill

22. Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja faktor manusia untuk
menghindarkan dan membatasi risiko. Di bawah ini salah satu yang termasuk
dalam faktor manusia untuk menghindarkan dan membatasi risiko adalah ....
A. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
B. Melalui tanda peringatan
C. Melalui indikator peralatan
D. Melalui pengamatan langsung
E. Melalui informasi yang bersifat umum

23. Membedakan kecelakaan akibat kerja, kecelakaan kerja menurut beberapa


sumber, diantaranya terdapat dalam peraturan menteri tenaga kerja ....
A. Nomor 03/K.A/98
B. Nomor 03/Men/99
C. Nomor 03/Men/98
D. Nomor 04/Men/98
E. Nomor 03/Men/97

24. Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,
cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor
Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh
yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi ....
A. kepala
B. mata
C. leher
D. kaki
E. kepala, mata, leher, kaki dan bagian tubuh lainya

25. Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan membuat perusahaanmelakukan pengklasifikasian jenis cidera
akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan
pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan
yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885-1 (1990). Di bawah ini salah satu pengelompokan jenis
cidera dan keparahannya adalah ....
A. kecelakaan
B. cidera fatal
C. cidera ringan
D. patah tulang
E. kecelakaan kerja

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR
26. Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan
tidak aman dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh
hal- hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 %
disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan
takdir Tuhan. Salah satu konsep dasar Heinrich pemodelan adalah ....
A. Penyebab penyakit akibat kerja terdapat beberapa penyebab PAK yang
umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan
berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.
B. Penyakit akibat kerja faktor keselamatan kerja menjadi penting karena
sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan
C. Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap
komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi.
D. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
E. Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich,
yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman.

27. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara,


vibrasi,peneranganEfek pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan
beraneka ragam, yaitu berkisar 2.000-100.000 lux di tempat terbuka
sepanjang hari dan pada malam hari dengan pencahayaan buatan 50-500 lux.
Salah satu tanda kelelahan pada mata adalah ....
A. nadi berdenyut
B. sakit leher
C. pola mata yang sejajar
D. mata mengalami perubahan
E. iritasi pada mata

28. Keselamatan dan kesehatan kerja yang biasa disingkat K3 adalah sebuah instrumen
yang memproteksiperusahaanpekerja, lingkungan hidup, serta masyarakat
yang ada disekitar area potensi bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
(proteksi) tersebut merupakan hak asasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Tujuan
utama dari K3 adalah mencegah,mengurangi, dan berusaha mengurangi risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Peryataan tersebut termasuk pada ....
A. Mengutamakan kerja
B. Kesehatan sangat di perlukan
C. Perlengkapan Keselamatan Kerja
D. Penunjang kesehatan
E. Potensi yang menimbulkan bahaya

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

29. Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar di atas memperlihatkan bagian-bagian dari perlengkapan saat di


gunakan, hal tersebut termasuk pada ....
A. Perlengkapan Keselamatan Kerja
B. Sepatu berkwalitas standar
C. Helmet bagian dari pelindung kepala
D. Kaca mata bagian dari pelindung mata
E. Masker bagian dari pelindung mulut dan hidung

30. Perhatiakan data di bawah ini:


(1) Rompi Reflektor
(2) Helm Pengaman
(3) Kacamata Pengaman
(4) Sepatu Pengaman
(5) Sarung Tangan Pengaman
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk pengaman atau pelindung
kepala?
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

9
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

INSPEKSI DAN MONITORING KESELAMATAN KERJA


BAB VI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Perlengkapan Keselamatan Kerja Dasar K3LH peserta didik diha
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)

PETA KONSEP

Menjelaskan Inspeksi Keselamatan Kerja


Inspeksi dan Monitoring Keselamatan Kerja

Menjelaskan Monitoring Keselamatan Kerja

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENDAHULU

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki.


Kecelakaan menjadi masalah besar bagi kelangsungan perusahaan karena dapat
menimbulkan kerugian materi yang cukup besar dan juga korban jiwa serta penyakit
akibat kerja. Kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat
besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan
oleh teknologi apapun.
Kerugian yang langsung dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya
pengobatan dan kompensasi kecelakaan sedangkan biaya yang tidak langsung adalah
kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik,
penghentian alat produksi dan hilangnya waktu kerja. Upaya peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap industri merupakan cara untuk
menghindari kecelakaan kerja tersebut.
Kesadaran pekerja dan pimpinan perusahaan akan pentingnya pencegahan
kecelakaan secara dini untuk mengantisipasi terjadinya kasus-kasus kecelakaan
masih kurang. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja juga masih rendah,
dapat dikatakan juga kurang maksimal.
Berkembangnya ilmu dan teknologi dapat terlihat dalam penggunaan
mesin- mesin, peralatan produksi, bahan baku produksi ataupun bahan berbahaya
yang terus meningkat dan modern. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memperlancar kelangsungan produksi. Akan tetapi hal ini juga
berdampak negatif karena dapat meningkatkan sumber bahaya yang menimbulkan
risiko dan potensi bahaya sehingga dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja tersebut.Sifat dan jenis pekerjaan di perusahan seperti
pemanfaatan bahan kimia, penggunaan alat angkat-angkut, penggunaan listrik dalam
penyelesaian pekerjaan, adanya mesin yang bergerak yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan keselamatan yang berupa penyakit umum, penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja.
Mengingat pentingnya keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja yang
diharapkan mampu mencapai produktivitas yang tinggi maka perlu diupayakan
perlindungandengan antisipasi bahaya sedini mungkin. Dalam hal ini, pemerintah
khususnya menteri tenaga kerja telah mengeluarkan Permenaker No. Per-05/
MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Salah satu
langkah pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendeteksi secara
dini dan mengoreksi adanya potensi bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan. Potensi bahaya di sini adalah tindakan dan kondisi tidak
aman (unsafe act and condition). Inspeksi dilakukan untuk mencari temuan-
temuan kondisi dan tindakan tidak aman di lapangan yang seterusnya akan
dilakukan tindak lanjut sebagai tindakan perbaikan guna mencegah terjadinya
kecelakaan serta diharapkan mampu meminimalkan frekuensi kecelakaan kerja.
Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan
dengan mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu Undang-
Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 1 disebutkan
bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENDAHULU

tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya dan telah dimantapkan
dengan UU No. 23/1992 tentang Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan
kerja. Peraturan perundangan tersebut menegaskan bahwa setiap tempat kerja
wajib diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dan mengatur
pula sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut . UU
No. 23/1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki
risiko bahaya kesehatan (Hasyim,2005).
Bahaya (hazard) adalah sumber atau suatu keadaan yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan ataupun
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Menurut Bennet N. B dan
Rumondang B. Silalahi, 1995, bahaya-bahaya yang ada di sekitar industri perlu
dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu. Badan dan jiwa termasuk panca indera
serta alat- alat atau organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang wajar dari
keadaan atau pengaruh lingkungan.
Jenis-jenis sumber bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakan atau penyakit akibat kerja(Syukri Sahab, 1997) yaitu:
1. Bangunan, peralatan dan instalasi
2. Bahan
3. Proses
4. Cara kerja
5. Lingkungan
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur kesengajaan lebih-
lebih ada adanya unsur perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
menimbulkan adanya kerugian baik itu material maupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai pada yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan
kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan
(Suma’mur, 1996).Heinrich (1931) dala risetnya menemukan sebuah teori yang
dinamainya teori domino. Pada tahun 1967 Birds memodifikasi teori Heinrich dengan
mengemukakan teori manajemen yang berisikan 5 faktor dalam urutan suatu
kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan
kerugian. Dalam teorinya, Birds mengemukakan bahwa usaha pencegahan
kecelakaan kerja dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Tindakan dan kondisi tidak aman (unsafe acts
and conditions) merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab
utama dari kesalahan manajemen.
1. Manajemen
Salah satu fungsi dari manajemen di semua tingkat adalah kontrol. Ada tiga
faktor yang sering menyebabkan kontrol kurang baik, yaitu:
a. Program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja kurang baik.
Gagalnya suatu program K3 di suatu perusahaan dimungkinkan karena
tidak adanya program K3 yang jelas atau terlalu sedikitnya program yang
diterapkan.
9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENDAHULU

b. Standar program kurang tepat atau kurang mendalami standar


tersebutFaktor yang menyebabkan kurangnya standar adalah standar yang
diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya
standar yang diterapkan.
c. Kurangnya kepatuhan terhadap standart program Guna mamatuhi
pelaksanaan kegiatan manajemen K3 yang baik perusahaan harus membuat
suatu program K3, menerapkan standart yang digunakan dan membuat
sistem khusus mengenai K3 serta melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan dari program atau sIstem yang telah ada.
Progam manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
1) Kepemimpinan dan administrasinya
2) Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terpadu
3) Pengawasan
4) Analisis pekerjaan dan procedural
5) Penelitian dan analisis pekerjaan
6) Latihan bagi tenaga kerja
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Penyediaan alat pelindung diri
9) Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
10) Sistem pemeriksaan
11) Laporan dan pendata
2. Sumber Penyebab Dasar
Penyebab dasar dianggap sebagai akar dari masalah, penyebab riil, penyebab
tidak langsung atan penyebab pendukung. Penyebab langsung membantu
menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan tidak aman dan juga
membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang tidak aman. Sebab-
sebab dasar dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Faktor perorangan, antara lain:
1) kurang kemampuan,
2) kurang pengetahuan,
3) kurang ketrampilan,
4) motivasi kurang baik,
5) masalah atau stress fisik dan mental.
2) Faktor pekerjaan, antara lain:
a) Kepemimpinan dan atau pengawasan yang kurang tepat,
b) Standar kerja yang kurang baik,
c) Standar perencanaan yang kurang tepat,
d) Standar perawatan yang kurang tepat,
e) Salah pakai atau perlakuan
f) Penyalahgunaan wewenang,
g) Aus dan retak akibat pemakaian setelah lama dipakai serta
pemakaian abnormal.

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENDAHULU

3. Penyebab langsung
Dari penyebab dasar tersebut timbul keadaan yang disebut tidak aman (unsafe),
yang berupa gejala-gejala dari kondisi dan perbuatan tidak aman. Kondisi dan
perbuatan tidak aman ini timbul sebagai akibat dari adanya penyebab dasar
(basic causes). Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap tata cara
kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan. Tindakakan tidak
aman yang sering dijumpai, antara lain:
a. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan,
b. Menjalankan pesawat melebihi kecepatan,
c. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi,
d. Menggunakan peralatan yang rusak atau tidak layak,
e. Tidak memakai alat pelindung diri,
f. Memuat sesuatu secara berlebihan,
g. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,
h. Mengangkat berlebihan,
i. Posisi kerja yang tidak tepat,
j. Melakukan perbaikan pada waktu mesin masih berjalan,
k. Bersendau gurau,
l. Bertengkar,
m. Berada dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, dll.
Kondisi tidak amana dalah keadaan yang sangat memungkinkan untuk
menimbulkan kecelakaan. Kondisi tidak aman yang sering dijumpai, antara lain:
a. Pengamanan tidak sempurna,
b. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat,
c. Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak,
d. Gerak tidak leluasa karena tumpukan benda,
e. Sistem tanda bahaya tidak memenuhi syarat,
f. Housee keeping dan lay out yang jelek,
g. Kondisi lingkungan (gas, debu, uap, asap)
h. Bahaya kebakaran dan ledakan,
i. Lingkungan kerja yang mengandung bahaya, antara lain: iklim kerja panas
atau dingin, penerangan tidak memenuhi syarat, ventilasi kurang baik,
tingkat kebisingan tinggi, pemaparan terhadap radiasi.
4. Kontak
Kecelakaan timbul karena kontak tubuh atau benda dengan sumber energi yang
melampaui nilai ambang batas. Sumber energi ini dapat berupa tenaga gerak,
kimia, listrik dan lain-lain. Kecelakaan dapat berupa:
a. Terbentur atau tertabrak pada suatu benda,
b. Terbentur atau tertabrak pada benda atau alat yang bergerak,
c. Jatuh ke tingkat yang lebih rendah,
d. Jatuh pada tingkat yang sama (terpeleset, tersandung, tergelincir),
e. Terjepit antara dua benda,
f. Kontak dengan listrik, radiasi, dingin dan panas serta bahan berbahaya dan
beracun

9
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENDAHULU

5. Kerugian
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian, yaitu kerusakan, kekacauan
organisasi, kesedihan atau keluhan, kelainan atau cacat dan kematian.Suatu
kecelakaan dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan pada tubuh si korban
maupun kerusakan pada harta benda. Kerusakan dapat langsung terlihat (luka,
patah, luka bakar dan lain-lain) atau baru terlihat setelah waktu yang lama
(penyakit akibat kerja yang tidak segera terlihat gejala-gejalanya). Demikian
juga kerusakan pada harta benda, ada yang terlihat langsung dan ada juga yang
akan memberikan akibat setelah beberapa lama kemudian. Misalnya, peralatan
baru yang menimbulkan stress berlebihan (Rudi Suardi, 2005).

MATERI PEMBELAJARAN

A. Inspeksi Keselamatan Kerja


1. Definisi
Inspeksi adalah upaya deteksi dini dan mengoreksi adanya potensi
bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan. Inspeksi
tempat kerja bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya
potensial yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat risiko terhadap
tenaga kerja serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja. Inspeksi adalah salah satu cara effektif untuk
menilai keadaan tempat kerja apakah dalam keadaan aman (safe), sehingga
setiap potensi bahaya dapat diidentifikasi untuk menentukan prioritas
tindakan (koreksi) yang akan diambil.
2. Maksud danTujuan
Pada dasarnya melakuakan inspeksi tidak untuk pencarian fakta dengan
mengkritik, tetapi maksud utama inspeksi adalah untuk meyakinkan apakah
semua tata cara sudah dilaksanakan sesuai dengan norma keselamatan.
Adapun tujuan dari inspeksi adalah:
a. Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.
b. Memperlihatkan kelemahan yang berpotensi menimbulkan bahaya,
kerugian, kerusakan dan kecelakan.
c. Mengidentifikasi perilaku kerja seseorang supaya mempunyai sikap kerja
selamat (safety performance).
d. Mengidentifikasi apakah tindakan perbaikan memadahi
Mendemonstrasikan kesungguhan atau tekad manajemen.Hal ini akan
tampak jelas di mata karyawan akan adanya perhatian manajemen
terhadap K3.
e. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman serta bebas dari
bahaya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3. Klasifikasi Inspeksi
a. Inspeksi umum atau periodik (general inspection) Inspeksi yang dilakukan
secara menyeluruh dan mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
kerja. Inspeksi dilakukan dengan berjalan ke semua bagian untuk
memeriksa adanya potensi bahaya secara berkala dengan frekuensi
tertentu.
b. Inspeksi tidak terencana (unplanedinspection). Inspeksi ini dilakukan jika
memang diperlukan. Misalnya pada saat terjadi kecelakaan tertentu.
c. Inspeksi bertahap (continuous inspection). Inspeksi ini dilakukan dalam
beberapa waktu, misalnya pada pembangunan pabrik (tahap awal,
fondasi, tahap pendirian bangunan, pemasangan instalasi listrik, tahap
akhir).
d. Inspeksi khusus (specialinspection). Inspeksi ini dilakukan terhadap
kondisi atau peralatan yang kritis ataupun yang menimbulkan
permasalahan tertentu.
4. Pelaksana Inspeksi
Agar dapat melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pelaksana inspeksi
memerlukan:
a. Pengetahuan yang menyeluruh tentang tempat kerja.
b. Pengetahuan tentang standar dan peraturan perudang-undangan.
c. Langkah pemeriksaan yang sistematik.
d. Metoda pelaporan, evaluasi dan penggunan data (Sahab, 1997).
Berdasarkan pelaksananya inspeksi ada dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pelaksana intern dan ekstern perusahaan.
1) Intern perusahaan adalah inspeksi yang dilakukan oleh orang yang
berkepentingan seperti supervisor dan manajemen lini serta yang
mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety advisor dan
teknisi atau ahli
2) Ekstern perusahaan adalah inspeksi keselamatan kerja dilaksanakan
oleh pegawai pengawas dari instansi pemerintah dan pihak ketiga.
5. Pelaksanaan Inspeksi
Frekuensi atau tingkat keseringan inspeksi sangat ditentukan oleh:
a. Potensi atau risiko bahaya (semakin besar risiko bahaya semakin sering
dilakukan inspeksi).
b. Persyaratan hukum (secara hukum telah ditentukan kapan harus
diadakan inspeksi).
c. Sejarah kecelakaan (riwayat kecelakaan masa lalu: perawatan,
terhambatnya produksi, laporan penyelidikan kecelakaan).
d. Umur peralatan atau saran produksi (semakin tua semakin sering
diinspeksi).
Waktu pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan periode tertentu, diantaranya:
a. Inspeksi regular internal 1-3 bulan sekali,
b. Mengikuti perubahan peralatan atau metode tempat kerja,
c. Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan,
d. Mengikui petunjuk seorang ahli,
e. Mengikuti petunjuk pabrik pembuatannya (manual book).Namun untuk
daerah yang berisiko tinggi, sebaiknya periode inspeksi dilakukan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
sesering mungkin.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Adapun frekuensi pelaksanaan inspeksi ditentukan oleh 4 faktor, yaitu:


a. Seberapa besar keparahan dan kerugian masalahnya,
b. Bagaimana potensi luka-luka pada karyawan,
c. Seberapa cepat item atau bagian tersebut menjadi bahaya,
d. Bagaimana riwayat kerusakan terdahulu.
Inspeksi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap pelaporan.
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan jadwal dan tim,
2) Analisa kecelakan yang lalu,
3) Periksa laporan inspeksi lalu (temuan),
4) Membuat daftar inspeksi (check list), peta, prosedur kerja, rencana
jalur jalan inspeksi, anggaran waktu yang cukup (melobi,
pengambilan data, memotret, mengukur, melaporkan temuan secara
ringkas)
b. Tahap pelaksanaan
1) Pendahuluan
Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menjelaskan tujuan dan dasar yang akan digunakan, serta
pendamping bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut dalam
pelaksanaan inspeksi.
2) Peta inspeksi
Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah
direncanakan.
3) Pengamatan
Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau
tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan.
4) Observasi
Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mencocokkan
dengan syarat-syarat keselamatan kerja.
5) Penelitian
Penelitian diadakan untuk mengumpulkan data atau juga cross-check
data.
6) Koreksi
Lakukan tindakan koreksi sementara dengan segera apabila
menemukan kondisi atau tindakan berbahaya. Apabila ditemukan
alat kerja atau mesin kerja yang ada dalam keadaan sangat
berbahaya, segera beritahukan kepada supervisor untuk
menghentikan mesin agar segera diperbaiki. Alat tersebut harus
diberi lock out atau tag out.
7) Catatan ringkas
Buat catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian
peralatan serta kondisi terhadap standa. Periksa pedoman
identifikasi bahaya. Catatlah menggunakan huruf dan tanda bahaya
yang jelas dan singkat.
8) Laporan lisan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
c. Tahap pelaporan
Laporkan hasil inspeksi kepada kepala bagian atau
pendampingnya sewaktu melakukan inspeksi dengan jelas, singkat
dan tepat waktu. Adapun bentuk atau isi laporan yaitu:
1) Pendahuluan,
2) Permasalahan,
3) Uraian atau analisa,
4) Kompromi permasalahan,
5) Kompromi tindakan perbaikan,
6) Kompromi target.
6. Hambatan-hambatan inspeksi
Ada beberapa faktor yang menghambat jalannya pelaksanaan inspeksi
keselamatan kerja, antara lain:
a. Kurangnya pendekatan pribadi oleh petugas pelaksana dalam
menyampaikan tujuan pelaksanaan inspeksi.
b. Kurangnya pengetahuan petugas pelaksana tentang proses bagian
tersebut, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya
serta ketentuan-ketentuan tambahan khusus pada bagian tersebut.
c. Kurangnya sarana seperti: baterai peralatan yang sudah lemah, alat uji
belum dikalibrasi, pena kehabisan tinta, kurangnya waktu hingga
terburu- buru.
d. Perubahan-perubahan eksternal.
e. Kurangnya persiapan.

7. Undang-Undang Membahas tentang Menejemen keselamatan Kerja dan


Kesehatan. Undang-Undang yang mengatur tentang menejemen adalah ....
a. Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945
b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912);
c. Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1918).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif;
2) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;
3) Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk
menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai
dengan pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara
efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan;
4) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan
pekerja dengan tujuan mencari laba atau tidak, baik milik swasta
maupun milik negara;
5) Direktur ialah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
No. 1 Tahun 1970;
6) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknik
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri;
7) Pengusaha adalah:
a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c) Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada huruf a dan b, jikalau yang
diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
8) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung tempat kerja atau lapangan yang berdiri sendiri;
9) Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa
atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
10) Laporan Audit adalah hasil audit yang dilakukan oleh Badan Audit
yang berisi fakta yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di
tempat kerja sebagai dasar untuk menerbitkan serifikat pencapaian
kinerja Sistem Manajemen K3;
1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

11) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang


ketenagakerjaan.

Pasal 2
1. Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Pasal 3
1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3.
b. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuan.
Pasal 4
1. Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan,
tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Pedoman penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud
ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri
ini.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pasal 5
1. Untuk pembuktian penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana
dimaksud pasal 4 perusahaan dapat melakukan audit melalui badan
audit yang ditunjuk oleh Menteri.
2. Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen;
b. Strategi pendokumentasian;
c. Peninjauan ulang desain dan kontrak;
d. Pengendalian dokumen;
e. Pembelian;
f. Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3;
g. Standar pemantauan;
h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan;
i. Pengelolaan material dan pemindahannya;
j. Pengumpulan dan penggunaan data;
k. Pemeriksaan sistem manajemen;
l. Pengembangan keterampilan dan kemampuan;
3. Perubahan atau penambahan sesuai perkembangan unsur-unsur
sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur oleh Menteri.
4. Pedoman teknis audit sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan
Menteri ini.
Kewenangan Direktur
Pasal 6
Direktur berwenang menetapkan perusahaan yang dinilai wajib
untuk diaudit ber-dasarkan pertimbangan tingkat risiko bahaya.
MEKANISME PELAKSANAAN AUDIT
Pasal 7
1. Audit Sitem Manajemen K3 dilaksanakan sekurang-kurangnya satu
kali dalam tiga tahun.
2. Untuk pelaksanaan audit, badan audit harus:
a. membuat rencana tahunan audit;
b. menyampaikan rencana tahunan audit kepada Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk, pengurus tempat kerja yang akan diaudit
dan Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat;
c. Mengadakan koordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen
Tenaga Kerja setempat;
3. Pengurus tempat kerja yang akan diaudit wajib menyediakan
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan audit sistem
manajemen K3.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 8
1. Badan Audit wajib menyampaikan laporan audit lengkap kepada
Direktur dengan tembusan yang disampaikan kepada pengurus
tempat kerja yang diaudit.
2. Laporan audit lengkap sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan
formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan
Menteri ini.
3. Setelah menerima laporan Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana
dimaksud ayat (2), Direktur melakukan evaluasi dan penilaian.
4. Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (3)
Direktur melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan sertifikat dan bendera penghargaan sesuai dengan
tingkat pencapaiannya; atau
b. Menginstruksikan kepada pegawai, pengawas untuk mengambil
tindakan apabila berdasarkan hasil audit ditemukan adanya
pelanggaran atas peraturan perundangan.

B. Monitoring Keselamatan Kerja


Dari studi kasus yang ada bahwa dalam monitoring SMK3 di KSO Pertamina
EP-BBP masih terdapat kekurangan. Berikut adalah hasil analisis beberapa
kekurangan dalam tahap monitoring SMK3 berdasarkan elemen/klausul yang
terdapat pada OHSAS 18001-2007.
Tabel 6.1 Hasil Monitoring Keselamatam Kerja
No Elemen/Klausul Realisasi SMK3 di Perbaikan berdasarkan
Monitoring Perusahaan Standar OHSAS 18001-
(OHSAS 18001-
2007
2007)
1 Pengukuran dan 1.Minim kecukupan 1. Seharusnya disusun
pemantauan untuk pemenuhan prosedur pengukuran
analisa leading & dan pemantauan
kinerja lagging indicator kinerja K3
2. Menetapkan indikator
2. Belum ada evaluasi K3 untuk leading &
dan update lagging
laporan 3. Melakukan pengukuran
kegiatan pengukuran dan & pemantauan kinerja
pemantauan kinerja K3
K3.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

No Elemen/Klausul Realisasi SMK3 di Perbaikan berdasarkan


Monitoring Perusahaan Standar OHSAS 18001-
(OHSAS 18001-
2007
2007)
2 Evaluasi Tidak konsisten dalam 1. Menyusun dan
Kepatuhan evaluasi legal, hukum dan meng- update
persyaratan secara berkala, legal, hokum dan
serta tidak mematuhi dan persyaratan K3 lainnya
(local, nasional) 2.
mendokumentasikan
Sosialisasi terkait
pemenuhan legal, hokum
dan persyaratan K3 lainnya
(local, nasional)

3 P e n y e l i d i k an Belum ada evaluasi dan Melakukan evaluasi terhadap


i n s i d e n , prosedur investigasi insiden,
update
Ketidaksesuaian, prosedur ketidaksesuaian,
T i n d a k a n terhadap prosedur tindakan korektif, dan
investigasi insiden,
Perbaikan dan ketidaksesuaian, tindakan tindakan pencegahan
Pencegahan korektif dan tindakan terhadap insiden.
pencegahan K3

4 P e n g e n d a l i a n Belum ter- Melakukan penerapan sistim


Catatan pemeliharaan dokumen K3
update yang benar dan statusnya
ter-
sistim pemeliharaan
penyimpanan dokumen K3 update

5 Audit Internal Perlu tindak lanjut dan Melakukan perencanaan,


langkah konsisten yang pelaksanaan kegiatan
direncakan dalam Sistim audit internal untuk dan
Manajemen K3 menindaklanjutipada
perbaikan-perbaikan yang
ada.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Tabel 6.2 Hasil Analisis Pengukuran dan Pementauan Kinerja


No E l e m e n / Realisasi SMK3 di Perbaikan berdasarkan
K l a u s u l Perusahaan Standar OHSAS 18001-
Monitoring 2007
(OHSAS
18001-2007)
1 Pengukuran dan Minim kecukupan untuk
pemantauan pemenuhan analisis
Seharusnya disusun
kinerja Leadinga dan lagging prosedur pengukuran
indicator dan pemantauan
kinerja K3

Belum ada evaluasi


dan update laporan Menetapkan indikator
kegiatan pengukuran K3 untuk
dan
pemantauan kinerja K3. leading & lagging

Melakukan pengukuran &


pemantauan kinerja K3

Berdasarkan analisis pada tahap pengukuran dan pemantauan kerja


syarat menurut OHSAS 18001:2007 yang belum terpenuhi antara lain masih
minimnya kecukupan untuk analisis leading dan lagging indicator, leading
indicator (sinyal awal) ialah performance yang diharapkan untuk mencapai
sebuah hasil akhir yang ingin dicapai, sedangkanlagging indicator (sinyal akhir)
ialah hasil dari kinerja, atau nama lainnya key result indicator. Selain itu masih
belum adanya evaluasi dan update laporan kegiatan pengukuran dan
pemantauan kinerja K3 sehingga dapat disimpulkan bahwa prosedur yang
dibuat masih belum memuat kedua hal tersebut. Untuk itu dengan
diterapkannya SMK3 berbasis OHSAS 18001:2007 maka perubahan yang dilakukan
antara lain dengan disusunnya prodesur pengukuran dan pemantauan kinerja K3 yang
di dalamnya memuat evaluasi dan update laporan kegiatan pengukuran dan
pemantauan kinerja K3, ditetapannya leading dan lagging indicator K3, dan
dilakukannya pengukuran dan pemantauan kinerja K3.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Tabel 6.3 Evaluasi Kesesuaian


No El e m e n / K l a u s u Realisasi SMK3 di P e r b a i k a n
l Monitoring Perusahaan berdasarkan Standar
(OHSAS 18001- OHSAS 18001-2007
2007)
2 Evaluasi Kepatuhan Tidak konsisten dalam Menyusun dan meng-
evaluasi legal, hukum dan
update
persyaratan secara berkala,
serta tidak mematuhi dan legal, hukum dan
persyaratan K3
mendokumentasikan lainnya (lokal,
nasional)

Sosialisasi terkait
pemenuhan
legal, hokum dan
persyaratan K3
lainnya (lokal,
nasional)

Dalam pelaksanaan, SMK3 mengacu pada standard OHSAS 18001-2007


yang terdiri dari beberapa elemen, salah satunya adalah elemen pemeriksaan
atau monitoring. Pada elemen monitoring, terdapat tahapan yaitu evaluasi
kesesuaian. Berdasarkan standart OHSAS 18001-2007, pada aspek evaluasi
kepatuhan, seharusnya perusahaan :
1. Berkomitmen dan konsisten dalam kepatuhan.
2. Perusahaan atau organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur secara periodik.
3. Mengevaluasi kepatuhannya kepada peraturan perundangan yang relevan.
4. Organisasi harus menyimpan catatan hasil dari evaluasi kesesuaian
periodiknya.
5. Organisasi harus mengevaluasi kepatuhan dengan persyaratan lainnya.
6. Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhannya
kepada peraturan perundangan yang sesuai.
Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan, pada tahap evaluasi kepatuhan
salah satu syarat menurut pedoman OHSAS yang belum dipenuhi oleh PT
Pertamina adalah belum konsisten dan berkomitmen penuh dalam kepatuhan
dan kesesuaian prosedur yang seharusnya ada di dalam sebuah perusahaan.
Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi, dan langkah
pencegahan setiap organisasi atau sebuh perusahaan harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki dan
menganalisis insiden- insiden untuk :

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1. Menetapkan penyebab penyimpangan K3 dan faktor-faktor lain yang


dapat menyebabkan atau berkontribusi atas terjadinya insiden;
2. Mengidentifikasi kebutuhan untuk mengambil tindakan perbaikan ;
3. Mengidentifikasi kesempatan melakukan tindakan pencegahan;
4. Mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan peningkatan berkelanjutan;
5. Mengkomunikasikan hasil-hasil dari penyelidikan.

Penyelidikan ini harus dilakukan dalam waktu yang terukur. Setiap


tindakan perbaikan yang diambil atau kesempatan untuk melakukan tindakan pencegahan
harus terkait dan sesuai dengan poin ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan
tindakan pencegahan.
Selanjutnya, prosedur harus menetapkan persyaratan-persyaratan untuk:
1. Mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan
perbaikan untuk mengurangi dampak K3;
2. Menyelidiki ketidaksesuaian, menetapkan penyebab-penyebab dan
mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah terjadi lagi;
3. Evaluasi kebutuhan untuk melakukan tindakan pencegahan dan menerapkan
tindakan yang dirancang untuk mencegah agar tidak terjadi; Mencatat
dan mengkomunikasikan
4. hasil-hasil tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang dilakukan;
5. Meninjau efektivitas tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang
dilakukan.
Apabila tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan menimbulkan adanya
bahaya-bahaya baru atau yang berubah atau perlu adanya pengendalian baru
atau diperbaiki, prosedur harus mensyaratkan bahwa tindakan-tindakan yang
akan dilaksanakan sudah melalui penilaian risiko sebelum diterapkan.
Setiap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk
menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan potensial
harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang dengan risiko-risiko K3
yang dihadapi. Perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa setiap
perubahan yang timbul dari tindakan perbaikan dan pencegahan dibuatkan
dalam dokumentasi sistem manajemen K3.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Tabel 6.4 Hasil Persyaratan OHSAS


E l e m e n / K l a u s u l Realisasi SMK3 di Perbaikan berdasarkan
Perusahaan Standar OHSAS 18001-
No Monitoring (OHSAS
18001-2007) 2007
Belum ada evaluasi Melakukan evaluasi
dan update
terhadap prosedur
Penyelidikan insiden, terhadap prosedur
investigasi
K e t i d a k s e s u a i a n , investigasi insiden, insiden, prosedur
3 ketidaksesuaian,
Tindakan Perbaikan tindakan korektif dan ketidaksesuaian,
tindakan korektif, dan
dan Pencegahan tindakan pencegahan K3 tindakan pencegahan
terhadap insiden

Dari hasil persyaratan OHSAS 18001-2007 tentang pemeriksaan atau


monitoring pada poin penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan
koreksi,dan langkah pencegahan menunjukkkan bahwa sudah sesuai karena
sebelum dilakukan monitoring atau pemeriksaan SMK3 di perusahaan KSO-PEP
BBP belum ada evaluasi dan update terhadap prosedur investigasi insiden,
ketidaksesuaian, tindakan korektif dan tindakan pencegahan K3. Akan tetapi
setelah dilakukan pemeriksaan atau monitoring ternyata perusahaan KSO-PEP
BBP sudah memenuhi persyaratan SMK3 yangmengacu pada OHSAS 18001-2007
sehingga perusahaan KSO- PEP BBP sebaiknya mempertahankan keberhasilan
meraih SMK3 dengan cara mematuhi prosedur-prosedur pemeriksaan atau
monitoring SMK3 dan melakukan update pemeriksaan berkala selama minimal 1
tahun sekali.

C. Pengendalian Catatan
Menurut pedoman OHSAS 18001:2007 suatu organisasi harus membuat
dan memelihara catatan sesuai dengan keperluan untuk disesuaikan dengan
persyaratan sistem manajemen K3 dan standart OHSAS itu sendiri. Catatan–
catatan yang dimiliki suatu organiasi juga harus selalu terupdate untuk
melengkapi setiap informasi yang ada di organisasi tersebut. Dengan kata lain,
seluruh catatan dalam organisasi harus dipelihara dengan baik sebab catatan
tersebut harus tetap dapat dibaca, teridentifikasi dan dapat dilacak. Selain
aturan untuk membuat catatan, menurut pedoman OHSAS 18001:2007 suatu
organisasi juga harus untuk membuat, menerapkan dan memelihara suatu
prosedur untuk mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengambil,
menahan, dan membuang catatan– catatan tersebut.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

No Elemen/Klausul Realisasi SMK3 di Perbaikan berdasarkan


Monitoring (OHSAS Perusahaan Standar OHSAS 18001-
18001-2007) 2007

4 P e ng en da li an Belum ter- Melakukan penerapan


Catatan sistim pemeliharaan
update dokumen K3 yang benar
dan statusnya ter-
sistim pemeliharaan
penyimpanan dokumen K3 update

Berdasarkan hasil analisis, pada tahap pengendalian catatan ini salah


satu syarat menurut panduan OHSAS yang belum dipenuhi oleh perusahaan PT
Pertamina adalah belum meng
update sistem pemeliharan penyimpanan dokumen K3 yang dimiliki. Padahal
menurut pedoman OHSAS 18001:2007 seharusnya perusahaan Pertamina ini
memiliki sistem pemeliharaan dokumen K3 yang benar sesuai dengan standart yang
telah ditetapkan. Selain itu catatan-catatan atau dokumen K3 tersebut harus selalu
terupdate statusnya.

CAKRAWALA

Inspeksi keselamatan Kerja dan monitoring salah satu bentuk memberikan perhatian kepad

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

Inspeksi adalah upaya deteksi dini dan mengoreksi adanya potensi bahaya di
tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Adapun tujuan inspeksi adalah:
1. Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.
2. Memperlihatkan kelemahan yang berpotensi menimbulkan bahaya, kerugian,
kerusakan dan kecelakan.
3. Mengidentifikasi perilaku kerja seseorang supaya mempunyai sikap kerja
selamat (safety performance).
4. Mengidentifikasi apakah tindakan perbaikan memadahi Mendemonstrasikan
kesungguhan atau tekad manajemen.Hal ini akan tampak jelas di mata
karyawan akan adanya perhatian manajemen terhadap K3.
5. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman serta bebas dari bahaya.
Agar dapat melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pelaksana inspeksi
memerlukan:
1. Pengetahuan yang menyeluruh tentang tempat kerja
2. Pengetahuan tentang standar dan peraturan perudang-undangan.
3. Langkah pemeriksaan yang sistematik.
4. Metoda pelaporan, evaluasi dan penggunan data (Sahab, 1997).
Waktu pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan periode tertentu, diantaranya:
1. Inspeksi regular internal 1-3 bulan sekali,
2. Mengikuti perubahan peralatan atau metode tempat kerja,
3. Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan,
4. Mengikui petunjuk seorang ahli,
5. Mengikuti petunjuk pabrik pembuatannya (manual book).Namun untuk
daerah yang berisiko tinggi, sebaiknya periode inspeksi dilakukan
sesering mungkin.

TUGAS MANDIRI

Tugas peserta didik ialah mencari Inpeksi dan Monitoring Keselamatan Kerja. Peserta didik dapat m

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

PENILAIAN AKHIR BAB


Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Tulislah 3 faktor menejemen yang menyebabkan kontrol kurang baik!
Sebutka 5 faktor perorangan Keselamatan kerja!
Sebutkan 13 tindakan tidak aman yang sering dijumpai pada inspeksi keselamatan kerja!
Sebutkan 5 faktor pekerjaan keselamatan kerja!
Sebutkan program menajemen keselamatan kerja yang terpadu!
Jelaskan definisi Inspeksi!
Sebutkan maksud dan tujuan inspeksi!
Sebutkan klasifikasi inspeksi!
Sebutkan pelaksana inspeksi!
Sebutkan 4 faktor pelaksanaan Insfeksi!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

BAB VII
MENGANALISIS PROGRAM PENGAWASAN K3LH

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LHpeserta didik diharapkan mampu:
menyebutkan program K3LH
menjelaskan pengawasan K3LH

PETA KONSEP

Program K3LH

Menganalisis Program Pengawasan K3LH

Pengawasan K3LH

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Program K3LH
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi
ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan
kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3,
kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun,
pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi
program (DK3N, 1993).
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian
risiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak
aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. 2.Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja
dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk
masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti
arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).
Efektivitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja
antara lain (Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga
kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (Nasution, 2005).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
AOMA (American Occupational Medical Assosiation) dalam Soehatman
Ramli (2010) membagi komponen penting dari program K3, yaitu :
1. Komponen Pokok, meliputi:
a. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja
1) Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan
termasuk penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi
pada manajemen mengenai kemampuan seorang pekerja untuk
dapat melakukan pekerjaannya secara aman tanpa membahayakan
keselamatan dan kesehatan kerja dan orang lainnya. Dalam
memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor yang
diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian
terhadap fisik dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh
oleh pekerjaannya, evaluasi dari macam kerja yang akan diberikan.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui
status kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap
kesehatannya.
3) Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau
kecelakaan
4) Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja
yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan
akibat kerja.
b. Diagnosis dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
c. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat
kerja.
d. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazard dan
tindakan pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap
kesehatan.
e. Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan
pengadaannya.
f. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui
apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta
pencegahannya.
g. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang
belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
h. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan
kerja.
i. Pemerikasaan occupational health records.
j. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.11.Ikut serta dalam penentuan dan
evaluasi dari ansuransi pekerja.
k. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang
berhubungan dengan kesehatan.
l. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang
ada.
2. Komponen Pilihan
a. Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya
minor dan non occupational.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupational yang


diberikan oleh dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin,
dapat disediakan/diadakan demi mencegah hilangnya waktu kerja dan
tentunya menurunkan biaya dari pekerja itu sendiri.
c. Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu
memecahkan masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan dapat
mempengaruhi kesehatan/kesejahteraan serta pekerjaan.
d. Pendidikan kesehatan dan konsultasi.
e. Bantuan terhadap pimpinan perusahaan dalam mengontrol absen kerja
oleh karena sakit
f. Program keadaan darurat di tempat kerja, termasuk koordinasi dengan
bagian yang penting di luar perusahaan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki
kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat
sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui
program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat
dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan
pekerjanya (Siregar, 2005).
Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan,
yaitu:
a. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi-kondisi yang tidak aman.
b. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
c. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja
d. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.

1. Tujuan dan Sasaran Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
adalah mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya
memberdayakan keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai
kecelakaan nihil.
Sasaran dari program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
a. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3
semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.
b. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
c. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan.
d. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Defenisi Pelatihan K3
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah
penting dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja karyawan.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia diperlukan sebuah pelatihan.
Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi
kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja (Sastrohadiwiryo, 2002). Program pelatihan merupakan suatu
keharusan bagi sebuah industri / perusahaan bila menghendaki hasil yang
lebih maksimal dari kinerja para pekerjanya. Pelatihan K3 adalah pengertian
yang seksama tentang prosedur pelaksanaan tugas dan pengetahuan tentang
bahaya- bahaya yang menyertai kinerja akan mengeliminasi berbagai
kecelakaan (Sukarmin, 1997).
Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk
memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang
akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,
kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak (Sastrohadiwiryo, 2002).
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan
yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga
kerja. Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu
perusahaan dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala
kegiatan dan kondisi pekerja (Ramli, 2010). Pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja sangat penting mengingat kebanyakan kecelakaan terjadi
pada pekerja yang belum terbiasa bekerja secara selamat. Penyebabnya
adalah ketidaktahuan tentang bahaya atau cara mencegahnya meskipun tahu
tentang adanya suatu risiko (Santoso,2002).
Menurut Soehatman Ramli (2010), pengembangan pelatihan K3 yang
baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :
a. Analisis jabatan atau pekerjaan
Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan
atau jabatan yang ada dalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar
pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.
b. Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis
Melakukan identifikasi tentang pekerjaan yang tergolong berbahaya dan
berisiko tinggi dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.
c. Mengkaji data-data kecelakaan Informasi.
Kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam
merancang pelatihan K3. Kecelakaan mengidentifikasikan adanya
penyimpangan atau kelemahan dalam sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3), salah satu diantaranya adalah kurangnya
kompetensi atau kepedulian mengenai K3. Untuk itu perlu dilakukan
pembinaan dan pelatihan.
d. Survei kebutuhan pelatihan
Melakukan survei mengenai kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan pekerja sehingga


pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan selamat di
masing- masing tempat kerja.
e. Analisis kebutuhan pelatihan.
Melakukan analisis keselamatan kerja untuk mengetahui apa saja potensi
bahaya yang ada dalam suatu pekerjaan. Dari analisa keselamatan kerja
dapat diidentifikasi jenis bahaya dan tingat risiko dari setiap pekerjaan.
f. Menentukan sasaran dan target pelatihan.
Pelatihan K3 diharapkan akan memperbaiki atau meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari masing-masing pekerja.
Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengan tepat sebagai
masukan untuk merancang format dan silabus pelatihan.
g. Mengembangkan objektif pembelajaran Pelatihan K3 harus dapat
menjangkau semua tingkat dan perbedaan pekerja yang ada dalam suatu
perusahaan.
h. Melaksanakan pelatihan Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
dapat dilakukan secara eksternal melalui lembaga pelatihan atau secara
internal yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.
i. Melakukan evaluasi Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan
efektivitasnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh aspek pelatihan
seperti materi pelatihan dan dampak terhadap pekerja setelah kembali
ke tempat kerja masing-masing.
j. Melakukan perbaikan Langkah terakhir dalam proses pelatihan adalah
melakukan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan (Ridley, 2008), antara lain :
a. Perkulihan dan percakapan
b. Video dan film
c. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan \
d. Studi kasus
e. Diskusi kelompok
f. Latihan dan praktek di luar kelas
g. Pelatihan langsung di tempat kerja’

3. Jenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Soehatman Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Induksi K3 Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang
mulai bekerja atau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan
untuk pekerja baru, pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada
di tempat kerja.
b. Pelatihan Khusus K3 Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan
masing-masing pekerja. Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia
harus diberi pelatihan mengenai bahan-bahan kimia dan
pengendaliannya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

c. Pelatihan K3 Umum Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan


yang bersifat umum dan diberikan kepada semua pekerja mulai level
terbawah sampai manejemen puncak. Pelatihan ini umumnya bersifat
awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan
pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk
keselamatan seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran.

4. Manfaat Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Widuri (1992) setiap program pelatihan kerja ada manfaatnya,
demikian juga dengan pelatihan K3. Manfaat pelatihan K3 yaitu :
a. Meningkatkan ilmu dan keterampilan pekerja
b. Mengurangi kecelakaan kerja
c. Mengurangi absensi dan penggantian pekerja
d. Mengurangi beban pengawasan
e. Mengurangi waktu yang terbuang
f. Mengurangi biaya lembur
g. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin
h. Mengurangi keluhan-keluhan
i. Meningkatkan kepuasaan kerja
j. Meningkatkan produksi
k. Komunikasi yang baik
l. Kerjasama yang baik

5. Indikator Keberhasilan Pelatihan K3


Untuk mengetahui efektivitas dari suatu pelatihan K3 dapat diukur
dengan memperhatikan indikator keberhasilan pelatihan (Widuri, 1992),
yaitu :
a. Prestasi kerja karyawan
b. Kedisplinan karyawan
c. Absensi karyawan
d. Tingkat kerusakan produksi, alat-alat dan mesin
e. Tingkat kecelakaan karyawan
f. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu
g. Tingkat kerja sama karyawan
h. Tingkat upah karyawan
i. Prakarsa karyawan
j. Kepemimpinan dan kepuasaan manajerial.

6. Job Safety Analysis


a. Defenisi Job Safety Analysis
Dalam membuat prosedur pekerjaan, bahaya yang akan
timbul sudah diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya
melalui penerapan program analisa keselamatan kerja (Ladou, 2007).
Job safety analysis adalah suatu pendekatan struktural untuk
mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan
memberikan langkah-langkah perbaikan (Anonim, 2007). Job safety
analysis merupakan uraian setiap

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya dari tiap-tiap


kegiatan dan menunjukkan tindakan pencegahannya. Analisis
keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana
peralatan, kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan
pedoman kerja serta latihan yang diperlukan (Suma’mur, 1996).
Job safety analysis merupakan identifikasi sistematik dari
bahaya potensial di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi
risiko bahaya. Dalam analisa keselamatan kerja dilakukan peninjauan
terhadap metode kerja dan menemukan bahaya yang mungkin
diabaikan dalam proses design peralatan, pemasangan mesin dan
proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja dapat
dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman (Greenwood,
2006).
Tujuan melaksanakan job safety analysis adalah sebagai beikut :
1) Memberikan pelatihan individu mengenai keselamatan dan prosedur
kerja efisien.
2) Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
3) Meninjau prosedur kerja setelah terjadi kecelakaan.
4) Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat
kerja.
5) Meningkatkan partisipasi pekerja mengenai keselamatan di tempat
kerja.
6) Mengurangi absen.
7) Mengurangi biaya kompensasi pekerja.
8) Meningkatkan produktivitas.

b. Proses Job Safety Analysis


Menurut Greenwood (2006), proses job safety analysis terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu :
1) Memilih Pekerjaan
Pekerjaan dengan kecelakaan yang besar akan menjadi prioritas dan
dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan
dianalisa, terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain :
a) Frekuensi kecelakaan. Pekerjaan dengan frekuensi kecelakaan
tinggi memjadi prioritas utama dalamjob safety analysis.
b) Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukkan ke
dalam job safety analysis.
c) Kekuatan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah
kecelakaan namun berpotensi untuk menimbulkan bahaya.
d) Pekerjaan baruJob safety analysis untuk setiap pekerjaan baru
harus dibuat segera mungkin. Job safety analysis untuk
pekerjaan baru tidak boleh ditunda hingga dapat terjadi
kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan.
e) Mendekati bahayaPekerjaan dengan tingkat bahaya yang besar
harus menjadi prioritas dalam job safety analysis.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1. Membagi Pekerjaan Untuk membagi pekerjaan diperlukan seorang


pekerja yang mampu melakukan observasi. Pekerja yang mampu melakukan
observasi adalah pekerja yang berpengalamandan kooperatif sehingga
mampu berbagi ide.
2. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja Tahap berikutnya untuk
mengembangkanjob safety analysis adalah melakukan identifikasi semua
bahaya. Identifikasi dilakukan terhadap bahaya yang disebabkan oleh
lingkungan dan yang berhubungan dengan prosedur kerja.
3. Mengembangkan Solusi Langkah terakhir dalam job safety analysis adalah
mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian
atau potensi kecelakaan

Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain :


1. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan.
2. Mengubah prosedur kerja,
3. Mengurangi frekuensi pekerjaan.

1. Standard Operating Procedure


Standard operating procedure (SOP) adalah langkah-langkah kerja tertulis
yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi risiko
kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam standard operating
procedure biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan,
prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan
(Anonim, 2007). Dalam Anonim (2007), secara garis besar ketentuan-
ketentuan yang ada dalam standard operating procedure terdiri atas :
a. SOP harus spesifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. SOP dapat menggambarkan semua risiko pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
c. Identifikasi semua risiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan ergonomi
yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Menentukan alat pelindung diri yang sesuai untuk menghindari
terkena risiko keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
e. Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
f. Menggambarkan aturan, tanggung jawab maupun kewenangan untuk
semua karyawan.
g. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan.
h. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan job safety analysis.
i. Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan
jika terjadi perubahan.
j. Menjelaskan tanggapan keadaan darurat dan prosedur pelaksanaan
shutdown.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2. Behavior Based Safety


Mempromosikan perilaku aman di tempat kerja merupakan bagian
penting dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan
salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Scott Geller,
2001). Program behavior based safetydigunakan untuk menggambarkan
program yang berfokus pada perilakupekerja sebagai salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Program behavior based safetyakan
mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian
mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja
(Krause, 2000).
Menurut Scott Geller (2001), behavior based safety adalah program
dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan
beberapa prinsip, yaitu :
a. Mendorong pekerja agar memiliki perilaku aman pada saat bekerja.
b. Melakukan perbaikan secara terus-menerus jikalau pekerja belum dapat
untuk berperilaku aman.
c. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan.

Menurut Krause (2000), behavior based safetydilaksanakan dengan beberapa


tahapan, yaitu :
a. Pengamatan di tempat kerja Pengamatan atau observasi di tempat kerja
dimulai dengan memantau perilaku pekerja selama bekerja. Pengamatan
tersebut dilakukan oleh seorang pengamat yang telah ditunjuk oleh
perusahaan. Seorang pengamat akan memuji perilaku aman
yangdilakukan seorang pekerja. Lalu pengamat akan menjelaskan secara
rinci perilaku berisiko yang pekerja lakukan. Kemudian pengamat
meminta pekerja untuk memberi alasan mengapa ia menempatkan
dirinya pada keadaan yang berisiko.
b. Pengumpulan data dan laporan awal Hasil pengamatan yang diperoleh
akan dikumpulkan dan menjadi laporan awal dalam pelaksanaan program
behavior based safety. Laporan awal ini menjelaskan alasan mengapa
seorang pekerja melakukan perilaku berisiko dan lokasi tempat kerja.
c. Laporan analisis dan rekomendasi Laporan awal yang telah diterima
akan dibahas dan dianalisis oleh perusahaan. Pembahasan tersebut akan
menghasilkan sebuah rekomendasi untuk mengatasi perilaku berisiko
pekerja, misalnya dengan menyediakan alat pelindung diri (APD).
Pelaksanaan rekomendasi diharapkan dapat mengubah perilaku berisiko
dan menghilangkan bahaya atau risiko di tempat kerja.
d. Stop Work Authority
Program stop work authority merupakan suatu program yang
memungkinkan setiap karyawan yang menyaksikan suatu tindakan tidak
aman atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin operasi yang aman
untuk segera menghentikan pekerjaan tanpa pertanyaan (Hanford,
2008). Tujuan dari programstopwork authority adalah untuk memastikan
bahwa semua pekerja diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk
berhenti

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

bekerja ketika pekerja percaya bahwa ada situasi yang menempatkan


mereka, rekan kerja, atau masyarakat pada risiko atau dalam bahaya
buruk yang dapat mempengaruhi keamanan pengoperasian,
menyebabkan kerusakan fasilitas, atau mengakibatkanpelepasan limbah
ke lingkungan dan menyediakan metode untuk mengatasi masalah
tersebut (Hanford, 2008).
Menurut Scott Geller (2001), proses pelaksanaan stop work authority antara
lain:
a. Stop work authoritydilakukan jika suatu kondisi diyakini tidak aman,
seperti :
1) Kondisi yang menempatkan pekerja, rekan kerja atau masyarakat
dalam risiko atau bahaya.
2) Kondisi yang dapat mempengaruhi keamanan pengoperasian
ataumenyebabkankerusakan fasilitas.
3) Kondisi yang mengakibatkan terjadinya pelepasan limbah ke
lingkungan.
b. Memastikan pekerjaan dalam kondisi yang aman dan segera
memberitahupengawas/manajemen dan pekerja yang terkena ketika
melakukan stop work authority.
c. Menyelesaikan setiap masalah yang telah mengakibatkan seorang
pekerja berhenti kerja.
Stop work authority dapat dilakukan untuk kondisi dengan
kriteria:
a. Kondisi yang terjadi akan menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan
kesehatan pekerja.
b. Kondisi yang apabila dibiarkan terus-menerus dapat mempengaruhi
keselamatan operasi atau menyebabkan kerusakan fasilitas.
c. Kondisi yang apabila dibiarkan terus-menerus dapat mengakibatkan
terjadinya pembuangan limbah melebihi peraturan yang berlaku.
Program keselamtan kerja berdasarka pada kesepakatan atau diatur
dalam Undang-Undang, peraturan menteri, peraturan dearah yang menjadi
acuan untuk melaksanakan program kerja keselamatan kerja yang tidak di
kontrol oleh Kesehatan. Berikut akan di bahas beberapa tentang program kerja,
baik berdasarkan Undang-undang, peraturan menteri, peraturan daerah dan
lain-lain.
Menurut Veithzal Rivai (2003) pemantauan kesehatan kerja dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi timbulnya penyakit. Pada umumnya perusahaan sulit
mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit,
karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering kabur. Padahal,
penyakit- penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih
merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.
2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja. Mewajibkan perusahaan
untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia
yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
mengenai

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

informasi yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan


informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang
aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan tersebut.
3. Memantau kontak langsung. Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan
membebaskan tempat kerja dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu
pendekatan alternatifnya adalah dengan memantau dan membatasi kontak
langsung terhadap zat-zat berbahaya.
4. Penyaringan genetik. Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk
mengendalikan penyakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat
kontroversial. Dengan menggunakan uji genetik untuk menyaring individu-
individu yang rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan dapat
mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah-
masalah yang terkait dengan hal itu. Penyakit kerja adalah kondisi abnormal
atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan
yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis
yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak
langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya
(Dessler, 2007). Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang
tidak tampak. Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti
flu, hingga penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya
(Malthis dan Jackson, 2002). Schuler dan Jackson (1999) menjelaskan
bahwa dalam jangka panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja
dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal; penyakit
paru-paru putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan
lymphoma; anemia plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainan-
kelainan reproduksi (misal kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat
pada waktu lahir).
Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori
penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu:
1. Penyakit umum Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh
semua orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat,
karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.
2. Penyakit akibat kerja Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti
sehat memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan
fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan
psikologis.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di
tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di
tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Menurut Rizky Argama (2006), program Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan
penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan


kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan
keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap
pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para
supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas
kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi.Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat
jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada
pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat


melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Robiana Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan


dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka
risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga
karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun
juga semakin berkurang.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada


perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawannya kemungkinan
untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga
makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari
mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja. Perusahaan yang menerapkan program K3
mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan
memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja
menjadi merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
4. Peningkatan Produktivitas. Salah satui contoh penelitian dilakukan
mengambarkan proses program Keselmatan Kerja. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV. Sahabat klaten menunjukkan
bahwa baik secara individual maupun bersama-sama program keselamatan
dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program keselamatan dan


kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:
1. Penurunan biaya premi asuransi,
2. Menghemat biaya litigasi,
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja
mereka yang hilang,
4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru.
5. Menurunnya lembur,
6. Meningkatnya produktivitas.
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun
1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti
penting keselamatan kerja di dalam perusahaan (Heidjrachman Ranupandojo
dan Suad Husnan, 2002). Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya
apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas
pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi
terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi,
bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini,
tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat
tercapai kesejahteraan bersama.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan
kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.


7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. p.Mengamankan dan
memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Undang-Undang tersebut
selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak
untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama (Lalu Husni, 2005).
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di
tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di
tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006). Menurut Rizky Argama (2006), program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif
bila terjadi hal demikian.
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan
kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan
keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para
supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas
kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi.Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat
jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada
pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Schuler
dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan
akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras kepemilikan.
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Berikut ini di jelaskan perkembangan elemen-elemen peleaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja PT. Bitratex Industries Semarang
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminankeselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus
diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja
merasa ada jaminan atas pekerjaan yang Jam Kerja Jaminan Keselamatan
dan Kesehatan Beban Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Alat Pelindung
Diri Pelatihan K3 mereka lakukan, baik yang berisiko maupun tidak. Menurut
Shafiqah Adia (2010), jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat
para tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu
pekerjaan, sehingga dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi
nihil kecelakaan dan penyakit kerja.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id).
Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi
bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja,
mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya,
menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman
kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3. Alat Pelindung Diri


Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki
Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat
kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat- alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Menurut Muhammad Sabir
(2009), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan
fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan.
f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian.
g. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja (misal mengelas).
i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal
berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).
j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari
percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air
saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam
jangka waktu tertentu (Adil Kurnia, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ginanjar Rohmanu Mahwidhi (2007) terhadap perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Soeroto Ngawi, menunjukkan bahwa beban
kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja. Semakin berat beban kerja
yang ditanggung, maka akan semakin besar risiko perawat yang bekerja di
tempat tersebut terkena stres.
Sementara itu, hasil penelitian Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006)
terhadap pegawai Akademi Kebidanan di Pemerintah Kabupaten Kudus
menunjukkan bahwa beban kerja berhubungan negatif dengan kinerja

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
karyawan. Semakin

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

berat kelebihan beban kerja yang mereka terima, maka kinerjanya akan
semakin menurun.
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya
adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan
untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja
mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu
(www.gajimu. com). Hampir satu abad berlalu sejak standar
internasional jam kerja diberlakukan, sebuah studi yang dilakukan oleh
Organisasi Buruh se-Dunia (ILO) memperkirakan bahwa satu dari 5 pekerja
di berbagai penjuru bumi atau lebih dari 600 juta orang masih bekerja lebih
dari 48 jam per minggu (Bambang Paulus WS, 2007). Studi bertajuk “Working
Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a
Global Comparative Perspective” itu mengungkapkan, 22% tenaga kerja
global, atau 614,2 juta pekerja, bekerja di atas standar jam kerja. Padahal,
sedemikian studi tersebut mengingatkan, jam kerja yang lebih pendek bisa
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif, seperti meningkatkan
kesehatan hidup karyawan dan keluarganya, mengurangi kecelakaan di
tempat kerja dan mempertinggi produktivitas. Namun, pada sisi lain, studi
yang sama juga mengungkapkan sisi negatif dari jam kerja yang pendek,
terutama di negara-negara berkembang dan transisi. Yakni, bisa
menyebabkan pengangguran dan dengan demikian cenderung
meningkatkan kemiskinan.

B. Pengawasan K3LH
Mari kita simak dan baca pengawasan K3LH dalam peraturan menteri
ketenagakerjaan
1. Peraturan menteri ketenagakerjaan membahas tentang pengawasan K3LH
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
dalam rangka transparansi, akuntabilitas kinerja,dan keseragaman
pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari
Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
c. Undang-Undang Nomor 21Tahun 2003tentang Pengesahan ILO Convention
Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
(Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
Dalam Industri dan Perdagangan) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4309);
d. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan;
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2005

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
tentang Pelaporan Pengawasan Ketenagakerjaan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2. Peraturan menteri tetang ketenagakerjaan nomor 33 Tahun 2016 dalam hal


pengawasan
Pasal 1
(1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
(2) Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukanpekerjaanguna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
(3) Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
(4) Pengusaha adalah:
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu Perusahaan milik sendiri;
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan Perusahaan bukan miliknya;dan
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada
di Indonesia mewakili Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
(5) Pengurus adalah orang yangmempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
(6) Perusahaan adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan Pekerja/
Buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
dan
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
Pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
(7) Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap di mana Tenaga Kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki Tenaga Kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
(8) Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan Tenaga Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
(9) Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
(10) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut
Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat
dan ditugaskan dalam jabatanfungsional Pengawas Ketenagakerjaan
untuk mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan dibidang ketenagakerjaan.
(11) Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis adalah Pengawas Ketenagakerjaan
yang memiliki keahlian khusus yang ditunjuk oleh Menteri untuk

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
melakukan pengujian Norma Ketenagakerjaan sesuai peraturan
perundang-undangan.
(12) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut PPNS Ketenagakerjaan adalah Pengawas Ketenagakerjaan
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan.
(13) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Ahli
K3 adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi
yang membidangi ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri
untuk mengawasi ditaatinya peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan dibidang K3.
(14) Pembinaan Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pembinaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman
pekerja/buruh, pengusaha, pengurus, atau anggota kelembagaan
ketenagakerjaan tentang peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
(15) Pemeriksaan Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan di Perusahaan atau Tempat
Kerja.
(16) Pengujian Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengujian adalah
kegiatan penilaian terhadap suatu objek Pengawasan Ketenagakerjaan
melalui perhitungan, analisis, pengukuran dan/atau pengetesan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau standar yang
berlaku.
(17) Penyidikan Tindak Pidana Ketenagakerjaan adalah serangkaian
tindakan PPNS Ketenagakerjaan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
ketenagakerjaan yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
(18) Nota Pemeriksaan adalah peringatan dan/atau perintah tertulis
Pengawas Ketenagakerjaan yang ditujukan kepada Pengusahaatau
Pengurusuntuk memperbaiki ketidakpatuhan terhadap Norma
Ketenagakerjaanberdasarkan hasil pemeriksaan Pengawas
Ketenagakerjaan.
(19) Norma Ketenagakerjaan adalah segala bentuk peraturan perundang-
undangan atau standar dibidang ketenagakerjaan yang terdiri dari
norma kerja dan norma K3.
(20) Pimpinan Unit Kerja Pengawasan Ketenagakerjaan adalah Pimpinan
Unit Kerja Pengawasan Ketenagakerjaan di pusat atau di provinsi.
(21) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi
Pengawasan Ketenagakerjaan.
(22) Dinas Provinsi adalah dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang ketenagakerjaanprovinsi.
(23) Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
pemerintahan bidang ketenagakerjaan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
Pasal 2
(1) Pengawasan Ketenagakerjaan merupakan fungsi negara dalam
penegakan hukum ketenagakerjaan.
(2) Pengawasan Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. Layanan publik, yaitu menangani masalah dan tantangan yang
dihadapi oleh Pekerja/Buruh dan Pengusaha;
b. Akuntabilitas, yaitu Pengawas Ketenagakerjaan harus pegawai
negeri sipil yang bebas dari pengaruh dari luar dan tindakan serta
kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan;
c. Efisiensi dan efektivitas, yaitu Pengawasan Ketenagakerjaan harus
menetapkan prioritas untuk memaksimalkan kinerja;
d. Universalitas, yaitu layanan Pengawasan Ketenagakerjaan bersifat
universal yang menjangkau seluruh sektor aktivitas ekonomi;
e. Transparansi, yaitu Pekerja/Buruh, Pengusaha dan pemangku
kepentingan lainnya diberikan informasi tentang kewenangan,
tugas dan fungsi dari layanan Pengawasan Ketenagakerjaan;
f. Konsistensi dan koheren, yaituPengawas Ketenagakerjaan
diberikan panduan yang sama, koheren dan konsisten dalam
melaksanakan tugasnya;
g. Proporsionalitas, yaitu penegakan hukum sebanding dengan
keseriusan pelanggaran dan risiko potensial terhadap K3;
h. Kesetaraan, yaitu perlindungan yang setara untuk semua Pekerja/
Buruh dijamin oleh undang-undang;
i. Kerjasama, yaituPengawas Ketenagakerjaan bekerjasama dengan
organisasi dan lembaga lain untuk menjamin pelaksanaan hukum
ketenagakerjaan di Perusahaan; dan
j. kolaborasi, yaitu Pengawas Ketenagakerjaan harus berkolaborasi
dengan Pengusaha, Pekerja/Buruh dan organisasinya ditingkat
nasional, regional,dan Perusahaan.

Pasal 3
(1) Pengawasan Ketenagakerjaan bertujuan untuk memastikan
dilaksanakannya Norma Ketenagakerjaan di Perusahaan atau Tempat
Kerja.
(2) Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi:
a. Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan;
b. memberikan penerangan dan penasihatan teknis kepada
Pengusaha dan Pekerja/Buruh mengenai hal-hal yang dapat
menjamin efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;dan
c. mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan
keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai
bahan penyusunanatau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pasal 4
Tata cara Pengawasan Ketenagakerjaan meliputi:
(1) perencanaan;
(2) pelaksanaan;dan
(3) pelaporan.
CAKRAWALA

Menganalisis Program Pengawasan K3LH merupakan hal terpenting dalam pengembangan

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawa

RANGKUMAN

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pe
Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkung
Membuat prosedur keamanan.
Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan baru dan
Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
Rapat bulanan P2K3
Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.


Berikut kita simak dan baca pengawasan K3LH dalam peraturan menteri
ketenagakerjaan
9. Peraturan menteri ketenagakerjaan membahas tentang pengawasan K3LH
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
dalam rangka transparansi, akuntabilitas kinerja,dan keseragaman
pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari
Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
c. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO
Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry
and Commerce (Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4309);
d. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan;
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2005
tentang Pelaporan Pengawasan Ketenagakerjaan

TUGAS MANDIRI

Tugas peserta didik ialah mencari materi tentang menganalisis program pengawasan K3LH. Pesert

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Jelaskan program K3 menurut Dewan K3 Nasional !
Jelaskan yang dimaksud program K3!
Sebutkan kegiatan K3 yang harus melibatkan kerja!
Sebutkan prinsip dasar dari program K3 menurut Heinrich!
Sebutkan tujuan dan sasaran program K3!
Sebutkan mamfaat pelatihan K3!

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

PENILAIAN AKHIR BAB


Tulislah isi peraturan menteri ketenagakerjaan yeng membahas tentang pengawasan K3 (N
Tulislah isi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003!
Tulislah peraturan menteri tentang ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 pada pasal 1!
Sebutkan fungsi pengawasan ketenagakerjaan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

BAB VIII
MENGANALISIS KESEHATAN KERJA YANG SESUAI DALAM PEKE

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam Pekerjaan Pertam
membedakan keterkaitan antara K3 dengan pekerjaan pertambangan;
menjelaskan kesehatan kerja dalam pekerjaan pertambangan

PETA KONSEP

Keterkaitan Antara K3 dengan Pekerjaan Pertambangan

Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam Pekerjaan Pertambangan

Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pertambangan

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan, menganalisis, pekrjaan, dan pertambangan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Keterkaitan Antara K3 dengan Pekerjaan Pertambangan


Pertambangan merupakan jurusan berkonsentrasi pada pengolahan hasil
tambang baik tambang terbuka (permukaan) maupun tambanga tertutup (bawah
permukaan), yang memiliki hasil yang bervariasi, contohnya: tambang emas,
tambang nikel, tambang intan, tambang bauksit, tambang batubara dan masih
banyak lagi. banyaknya tambang di Indonesia tidak terlepas dari pengawasan
pemerintah pusat maupun pemerintah Daerah mengutamakan kepentingan
umum. Pada bab ini dibahas kesehatan dan keselamatan kerja yang diutur dalam
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
1. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun
2018
Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/atau Pengesahan Kepala Teknik
Tambang, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, Kepala Tambang
Bawah Tanah, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan/atau
Penanggung Jawab Operasional meliputi:
a. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Teknik Tambang;
b. Permohonan, evaluasi, pengesahan Penanggung Jawab Teknik dan
Lingkungan;
c. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan kepala tambang bawah tanah;
d. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan pengawas operasional;
e. Pengesahan pengawas teknis; dan
f. Permohonan, evaluasi, pengesahan, dan evaluasi kinerja penanggung
jawab operasional
2. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun
2018, mengacu pada beberapa Undang-Undang dan Peraturan-peraturan
diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018 tentang
perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6186);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5142);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
h. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 42 Tahun
2016 tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1885);
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun 2016
tentang Penetapan dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Khusus
Pengawas Operasional di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1886);
j. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun
2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);
3. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
(SMKP Minerba) yang terdiri atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pertambangan dan Keselamatan Operasi (KO) Pertambangan, diterapkan
oleh Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK
Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian, dan perusahaan jasa pertambangan.
Beberapa Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
a. Kebijakan;
b. Perencanaan;
c. Organisasi dan personel;
d. Implementasi;
e. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut;
f. Dokumentasi; dan
g. Tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
Beberapa penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan pada
pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Produksi dan Perusahaan Jasa Pertambangan


Dalam elemen organisasi dan personel mengikuti pedoman sebagai berikut:
a. Penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas, tanggung jawab,
dan wewenang dengan ketentuan untuk penerapan SMKP Minerba,
struktur organisasi Keselamatan Pertambangan diintegrasikan ke dalam
struktur organisasi;
b. Penunjukan KTT, Kepala Tambang Bawah Tanah, dan/atau Kepala Kapal
Keruk/Isap;
c. Penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan;
d. Pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pertambangan dan Bagian KO
Pertambangan;
e. Penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknis;
f. Penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten;
g. Pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pertambangan;
h. Penunjukan Tim Tanggap Darurat;
i. Seleksi dan penempatan personel;
j. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta
kompetensi kerja;
k. Penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan
Pertambangan;
l. Pengelolaan administrasi Keselamatan Pertambangan; dan
m. Penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran.
Dalam melaksanakan implementasi atas pemenuhan kegiatan pertambangan
meliputi:
a. Pelaksanaan pengelolaan operasional;
b. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan kerja;
c. Pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja;
d. Pelaksanaan pengelolaan KO pertambangan;
e. Pengelolaan bahan peledak dan peledakan;
f. Penetapan sistem perancangan dan rekayasa;
g. Penetapan sistem pembelian;
h. Pemantauan dan pengelolaan perusahaan jasa pertambangan;
i. Pengelolaan keadaan darurat;
j. Penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
k. Pelaksanaan keselamatan di luar pekerjaan.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Khusus Pada
Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus Untuk Pengolahan dan/atau
pemurnian
1. Kebijakan Dalam elemen kebijakan, pemegang IUP Operasi Produksi Khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian mengikuti prinsip dasar sebagai
berikut:

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

a. Penyusunan kebijakan Dalam penyusunan kebijakan, mempertimbangkan


hasil tinjauan awal dan masukan dari para pekerja.
b. Isi kebijakan
1) Mencakup visi, misi, dan tujuan; dan
2) berkomitmen dalam melaksanakan K3 dan KO Pengolahan dan/atau
Pemurnian.
c. Penetapan kebijakan
Disahkan oleh pimpinan tertinggi dari pemegang IUP Operasi Produksi
Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian.
d. Komunikasi kebijakan
Hasil dari penetapan kebijakan, dilakukan dokumentasi secara
teratur serta dijelaskan dan disebarluaskan kepada pekerja dan orang
yang diberi izin masuk oleh Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan
(PTL).
e. Tinjauan kebijakan
Dalam hal peninjauan oleh manajemen, maka dilakukan penyesuaian
kondisi secara berkala terhadap kebijakan keselamatan pengolahan dan/
atau pemurnian yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan
Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian dalam menyusun perencanaan keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian berpedoman pada:
a. hasil proses penelaahan awal yang mencakup:
1) Sistematika bisnis proses dan interaksi proses;
2) Penyesuaian terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan
standar; dan
3) peninjauan terhadap kebijakan Keselamatan Pengolahan dan/atau
pemurnian.
b. Manajemen risiko. Proses manajemen risiko meliputi 5 (lima)
kegiatan terdiri atas komunikasi dan konsultasi risiko, penetapan
konteks risiko, identifikasi bahaya dan penilaian risiko, pengendalian
risiko, serta pemantauan dan peninjauan.
c. Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
d. Penetapan tujuan, sasaran, dan program
1) Pembuatan, penetapan, penerapan, dan pemeliharaan, serta
pendokumentasian tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian dan selaras dengan kebijakan serta
dapat diukur; dan
2) Tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian ditetapkan dan disahkan oleh Komite Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
e. Rencana kerja, anggaran dan biaya. Melakukan penetapan rencana
kerja, anggaran, dan biaya aspek Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian, yang mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas
nama Menteri atau gubernur sesuai kewenangannya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1) Organisasi dan Personel Dalam elemen organisasi dan personel


mengikuti pedoman sebagai berikut:
a) Penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas, tanggung
jawab, dan wewenang. Untuk penerapan SMKP khusus
Pengolahan dan/atau Pemurnian, struktur organisasi
Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian diintegrasikan
dalam struktur organisasi.
b) Penunjukan PTL;
c) Penunjukan PJO untuk perusahaan jasa pada kegiatan
pengolahan dan/atau pemurnian;
d) Pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pengolahan dan/atau
Pemurnian dan Bagian KO Pengolahan dan/atau Pemurnian;
e) Penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknis;
f) Penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
bidang pengolahan dan/atau pemurnian;
g) Pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian;
h) Penunjukan Tim Tanggap Darurat;
i) Seleksi dan penempatan personel;
j) Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
serta kompetensi kerja;
k) penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian;
l) pengelolaan administrasi Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian; dan
m) Penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
2) Implementasi
Dalam melaksanakan implementasi atas pemenuhan kegiatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian berdasarkan perencanaan, meliputi:
a) Pelaksanaan pengelolaan operasional;
b) Pelaksanaan pengelolaan lingkungan kerja;
c) Pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja;
d) Pelaksanaan pengelolaan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian;
e) Penetapan sistem perancangan dan rekayasa;
f) Penetapan sistem pembelian; g. pengelolaan keadaan darurat;
g) Penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada
kecelakaan; dan
h) Pelaksanaan keselamatan di luar pekerjaan.
3) Pemantauan,
Evaluasi, dan Tindak Lanjut Untuk mengukur keberhasilan SMKP
maka pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan dan/
atau Pemurnian melakukan pemantauan, evaluasi, dan
melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi terhadap rencana dan
penerapan SMKP khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian tersebut,
serta mendokumentasikannya. Dalam hal ini berpedoman pada:

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

a) Pemantauan dan pengukuran kinerja;


b) Inspeksi pelaksanaan keselamatan pengolahan dan/atau
pemurnian;
c) Evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundangundangan dan persyaratan lainnya yang terkait;
d) Hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan data rekaman
penyakit akibat kerja;
e) Evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pengolahan dan/
atau pemurnian;
f) Audit internal penerapan SMKP khusus Pengolahan dan/atau
Pemurnian; dan
g) Rencana perbaikan dan tindak lanjut.
4) Dokumentasi
Dalam elemen dokumentasi, Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian melaksanakan hal sebagai
berikut:
a) Penyusunan manual SMKP;
b) Pengendalian dokumen;
c) Pengendalian rekaman; dan
d) Penetapan jenis dokumen dan rekaman.
5) Tinjauan
Manajemen dan Peningkatan Kinerja Untuk menilai peningkatan dan
kebutuhan akan perubahan terhadap SMKP khusus Pengolahan dan/
atau Pemurnian dilakukan:
a) Tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan. Dapat
digunakan dasar bagi manajemen, dalam penentuan kebijakan
atas proses peningkatan kinerja Keselamatan Pengolahan dan/
atau Pemurnian
b) Tinjauan manajemen dipimpin oleh manajemen tertinggi
perusahaan pemegang izin; dan
c) Dilakukan secara berkala dan hasilnya didokumentasikan.
Audit Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
Sebagai pengukuran kinerja dan pencapaian penerapan SMKP, maka
perlu dilakukan audit pencapaian tingkat penerapan SMKP tersebut. Pada
kegiatan audit ini dibagi menjadi:
a. Audit internal, audit yang dilakukan oleh internal perusahaan; dan
b. Audit eksternal, audit yang dilakukan oleh lembaga yang telah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Proses pelaksanaan audit internal dan eksternal, menggunakan skema yang
mengacu pada standar:

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1. Permulaan audit:
a. Penentuan kelayakan audit;
b. Penunjukan ketua tim audit;
c. Pemilihan tim audit;
d. Penetapan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit; dan
e. Pelaksanaan kontak awal dengan auditi.
2. Pelaksanaan tinjauan dokumen:
a. Peninjauan dokumen sistem manajemen; dan
b. Penentuan kecukupan dokumen terhadap kriteria audit.
3. Persiapan untuk kegiatan audit lapangan:
a. Penyiapan rencana audit;
b. Penugasan tim audit; dan
c. Penyiapan dokumen kerja.
4. Pelaksanaan kegiatan audit lapangan:
a. Pelaksanaan rapat pembukaan;
b. Komunikasi selama audit;
c. Tugas dan tanggung jawab pemandu dan pengamat;
d. Pengumpulan dan verifikasi informasi;
e. Perumusan temuan audit;
f. Penyiapan kesimpulan audit; dan
g. Pelaksanaan rapat penutupan.
5. Penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit:
a. Penyiapan laporan audit; dan
b. Pengesahan dan penyampaian laporan audit.
6. Penyelesaian audit; dan
7. Pelaksanaan tindak lanjut audit.

B. Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pertambangan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Pertambangan sangat
penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan agar pekerjaan tambang sesuai
dengan yang diharapkan, seperti yang sudah dibahas dalam “KEPUTUSAN
MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 555.K/26/M.PE/1995”. Hal ini
mejadi perhatian dalam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
menteri Perdagangan Dan Energi.
Berikut akan dibahas tentang Kesehatan Kerja dan Kerja
Pertambangan
1. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.Pe/1995
a. bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973
pengaturan keselamatan kerja di bidang pertambangan menjadi
kewenangan Menteri Pertambangan dan Energi;
b. bahwa sesuai dengan kemajuan teknologi pertambangan semua
ketentuan keselamatan kerja dibidang pertambangan yang termuat
dalam Mijin Politie Reglement (MPR) 1930 Nomor 341, sudah tidak dapat
dipertahankan lagi, oleh karena itu perlu ditinjau kembali;
c. bahwa peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sifatnya sangat
teknis dan memuat aturan rinci yang selalu berubah sesuai dengan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

perkembangan teknologi, maka pengaturannya cukup diatur dengan


suatu Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi.
2. Berikut beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 (LN Tahun 1967 Nomor 22,
TLN Nomor 2831);
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 (LN Tahun 1970 Nomor 1,
TLN Nomor 2981);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 (LN Tahun 1969 Nomor
60, TLN Nomor 2916) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992(LN Tahun 1992
Nomor 130, TLN Nomor 3510);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 (LN Tahun 1973 Nomor
25, TLN Nomor 3003);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 (LN Tahun 1980 Nomor
47, TLN Nomor 3174) dan6.Keputusan Presiden Nomor 96/M
Tahun 1993 tanggal 17 Maret 1993.

1. Sistem Tanda Bahaya Kecelakaan dalam Pertambangan


Pemakaian tanda peringatan, warna dan label sangat penting bagi
keselamatan para pekerja untuk megetahui bahaya kecelakaan.
Di bawah ini diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Peringatan dan tanda-tanda
Peringatan dan tanda-tanda dapat juga digunakan untuk berbagaitujuan.
Peringatan dan tanda-tanda dapat membawakan suatu pesaninstruksi,
pesan peringatan atau memberi keterangan secara umum. Peringatan
dan tanda-tanda tidak dapat dianggap sebagai pengganti bagi tindakan-
tindakan keselamatan melainkan menunjang tindakan-tindakan tersebut.
Contoh peringatan-peringatan yang harus dipasang yaitu:
1) Dilarang Merokok” suatu peringatan yang merupakanperintah yang
dipasang pada tempat-tempat yang dapat menimbulkan kecelakaan
dan kebakaran, ruangan berAC,tempat penyimpanan bahan bakar,
tempat penyimpanan bahanpeledak dan lain-lain.
2) Awas Tegangan Tinggi” dipasang pada tempat-tempat yangberaliran
listrik.
3) Hati-hati berbahaya” dipasang pada tempat-tempat
yangmengakibatkan kecelakaan.
4) Juga dipasang tanda-tanda lalu lintas pada jalan masuktambang.
b. Pemakaian warna
Aneka warna dipakai untuk maksud keselamatan.
Contoh penggunaan warna dalam keselamatan
kerja:
1) Merah, untuk tanda berhenti, alat-alat yang memberikan pertanda
berhenti dan alat pemadan kebakaran.
2) Hijau, untuk jalan penyelamatan diri, tempat-tempat untuk PPPK
dan instalasi-instalasi keselamatan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

3) Jingga (orange) dipakai untuk menunjukkan adanya bahaya,misalnya


daerah yang harus disertai pagar pengaman.
4) Warna putih dipakai untuk garis-garis jalan.\
c. Label
Bahan-bahan berbahaya dan wadahnya harus diberi label pada wadah-
wadah yang dipakai untukbahan beracun, korosif dan dapat terbakaratau
lain-lainnya. Penggunaan lambang harus juga disertai dengan keterangan
sebagai penjelasan memuat:
1) Nama bahan
2) Uraian tentang bahaya utama dan bahaya lainnya
3) Penjelasan cara-cara pencegahan yang harus diambil
4) Jika perlu petunjuk tentang pertolongan pertama atautindakan-
tindakan lain yang sederhana dalam hal kecelakaanatau keadaan
darurat
d. Perlengkapan Keselamatan Kerja
Pencegahan kecelakaan yang baik adalah peniadaan bahaya
sepertipengamanan mesin atau peralatan lainnya. Namun demikian
harusdilengkapi juga perlindungan diri pada para pekerja dengan
memberikanalat perlindungan diri yang disediakan oleh perusahaan.
Pelatihan dan Penyuluhan Tingkat keselamatan tergantung
dari sikap dan praktek semua orang yangterlibat dalam perusahaan
pertambangan. Maka dari itu, penyuluhan danpelatihan sangat penting
peranannya bagi peningkatan penghayatan keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan. Penyuluhan adalah pemberian informasi yang
dapat menimbulkankejelasan padaorang-orang yang bersangkutan.
Latihan lebih khususmenyangkut keterampilan dalam keselamatan kerja
dan pencegahankecelakaan. Cara-cara yang digunakan dalam
penyuluhan antara lain:
1) Poster
Poster adalah alat penunjang bagi keselamatan kerja dan
pencegahankecelakaan. Poster membantu tenaga kerja untuk
jauh lebihmemikirkan keselamatan. Poster dapat dipakai untuk
pengarahansuatu sikap atau tindakan yang selamat. Poster-poster
keselamatandipajang di tempat kerja dan dapat pula dipasang di
tempat tenagakerja berkumpul, misalnya posko peristirahatan atau
tempat di manayang terlihat oleh tenaga kerja, seperti kamar ganti
pakaian, pintumasuk dan lain-lain.
2) Film dan Slide
Suatu film dapat memperlihatkan suatu cerita tentang
suatu kecelakaan dengan menunjukkan lingkungan kerja,
bagaimana timbulnya situasi yang berbahaya, bagaimana terjadinya
kecelakaan,apa akibat-akibat kecelakaan dan bagaimana mencegah
suatukecelakaan. Keadaan perusahaan harus ditunjukkan secara
tepat agartidak ada kesan bahwa film berdasarkan kondisi kerja
yang biasa.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Perasaaan dan kebiasaan-kebiasaan tenaga kerja harus


secara tepat tercermin di dalam film, karena film harus
memperlihatkan caraberpikir mereka. Film-film yang dibuat
sebagai petunjuk khusus lebih bermanfaat terutama untuk
menjelaskan alat-alat keselamatan dancara-cara kerja yang
selamat.Slide memiliki keuntungan-keuntungann khusus
dibandingkan film,yaitu lamanya diperlihatkan dapat diatur menurut
kehendak, penjelasan-penjelasan yang terperinci dapat diberikan
dan pertanyaan-pertanyaan dapat diajukan. Namun slide memiliki
keterbatasansebagaimana poster.
3) Ceramah, diskusi dan konferensi
Sebagaimana halnya poster, film dan alat penyuluhan lain,
ceramah,diskusi dan konferensi membantu terhadap keselamatan
dengan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi langsung di
antarapembicara dan pendengar. Kesempatan ini sangat baik dilihat
dariusaha keselamatan kerja.
2. Berikut beberapa Alat Pelindung Diri yang di gunakan dalam Pekerjaan
Pertambangan
a. Pelindung kepala
1) Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau minimal
standar SNI atau MSA Import.
2) Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan tali dagu karet
serta model otomatis untuk mengencangkan suspensi helm.
3) Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa dengan cat) dan
dilarang ditulis dengan spidol.
4) Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm dan di buku catatan.
5) Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah itu harus diganti
baru.
6) Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus
diganti.
7) Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat
atau rusak.

Gambar 8.1 Helm


https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/irma-wulandriani/beda-warna-beda-arti-ini-makna-helm-kesela-
matan-c1c2/full

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Pelindung kaki
1) Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal
standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009.
2) Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan
sepatu karet biasa.
3) Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu
dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti tergelincir .
4) Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
5) Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus
diganti baru.
6) Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat
atau rusak.

Gambar 8.2 Sepatu


https://www.bukalapak.com/p/fashion-pria/sepatu-169/boots/1peebal-jual-king-s-kwd-805cx-sepatu-
safety-shoes-original?ho_offer_id=15&ho_trx_id=102f7c4e0cb2f6d4b9993d7d052e97&affiliate_
id=13473&utm_source=hasoffers-13473&utm_medium=affiliate

untuk lebih jelas klik Link ini


http://scbd.com/assets/uploads/files/1527233584-SCBD_Buku_
Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_
LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

CMAAKTREARWI PAELMABELAJARAN
Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam Pekerjaan Pertambangan.

JELAJAH INTERNET

Untukmenambahwawasanpesertadidikdan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini

RANGKUMAN

1. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun 2018
Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/atau Pengesahan Kepala Teknik
Tambang, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, Kepala Tambang
Bawah Tanah, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan/atau
Penanggung Jawab Operasional meliputi:
a. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Teknik Tambang;
b. Permohonan, evaluasi, pengesahan Penanggung Jawab Teknik dan
Lingkungan;
c. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Tambang Bawah Tanah;
d. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Pengawas Operasional;
e. Pengesahan Pengawas Teknis; dan
f. Permohonan, evaluasi, pengesahan, dan evaluasi kinerja Penanggung
Jawab Operasional
2. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun
2018, mengacu pada beberapa Undang-Undang dan Peraturan-peraturan
diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

RANGKUMAN

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018
tentang perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6186);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
h. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 42 Tahun
2016 tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1885);
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun
2016 tentang Penetapan dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja
Khusus Pengawas Operasional di Bidang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1886);
j. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun
2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari membahas Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam P

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Tulislah isi Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun 2018!
Tulislah isi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009!
Uraikan isi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014!
Jelaskan isi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010!
Jelaskan isi Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010!
Sebutkan Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen!
Sebutkan Permulaan audit!
Sebutkan beberapa Gambar Peringatan pada Area pertambangan!
Sebutkan Alat Pelindung Kepala!
Sebutkan alat Pelindung Kaki!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

MENGEVALUASI PROGRAM K3LH DARI BERBAGAIBAB


TINJAUAN PADA PEKERJAAN PERTAMBANGANIX

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Mengevaluasi Program K3LH dari Berbagai Tinjauan Pada Peke
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)

PETA KONSEP

Mengevaluasi Program K3LH dari Berbagai Tinjauan Pada Pekerjaan


2. Keterkaitan K3LH dan P
1. Program K3LH

KATA KUNCI

kesehatan, keselamatan, kerja, lingkungan, pekerjaan, pertambangan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

A. Program K3LH
1. Pemeriksaan Kesehatan (Pasal 27) Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatannya yang menjadi kewajiban perusahaan.
b. Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan
menyeluruh) secara berkala oleh dokter yang berwenang.
c. Pekerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-
kurangnya dua kali setahun.
d. Pekerja tambang yang bekerja ditempat yang dapat membahayakan
paru- paru, harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.
e. Berdasarkan ketentuan yang berlaku Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
dapat menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan pekerja tambang
yang menangani bahan berbahaya oleh dokter yang berwenang.
2. Pendidikan dan Pelatihan (Pasal 28) Keputusan Menteri Pertambangan
Dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan
untuk pekerja baru, pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk
menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan
dan pelatihan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
b. Kepala Teknik Tambang dapat menyelenggarakan sendiri atau bekerja
sama dengan instansi Pemerintah atau badan-badan resmi lainnya untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), hanya disesuaikan dengan kegiatan dan jenis pekerjaan
pada kegiatan usaha pertambangan.
c. Setiap penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada dalam ayat (1), harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
3. Pasal 29 Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor : 555.K/26/M.
PE/1995
a. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal
28, sekurangkurangnya mencakup pelajaran sebagai berikut :
1) Kewajiban dari seorang pekerja tambang;
2) Wewenang dan tanggung jawab dari seorang pengawas;
3) Pengenalan lingkungan kerja;
4) Rencana penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan
darurat, tanda bahaya kebakaran dan pemadam kebakaran;
5) Aspek kesehatan dan keselamatan dari tugas yang akan diberikan;
6) Mengenal bahaya dan menghindarinya; Bahaya listrik dan permesinan;
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
8) Bahaya kebisingan, debu dan panas dan tindakan perlindungan.
b. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), untuk tambang bawah tanah mempunyai mata pelajaran tambangan
sebagai berikut:

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1)Tata cara penambangan yang aman;


2)Pemeliharaan dan penggunaan lampu-lampu tambang;
3)Pengetahuan dasar ventilasi;
4)Peraturan tentang penyanggaan dan dasar kerja penyanggaan;
5)Tata cara evaluasi pada tambang dalam keadaan darurat;
6)Penggunaan alat penyelamat diri dan
7)Bahaya-bahaya serta mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan
gas racun.
Untuk program pendidikan dan pelatihan lainnya disamping mata
pelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mata pelajaran
tambahan disesuaikan dengan kegiatan dan jenis pekerjaan pada
kegiatan usaha pertambangan tersebut.
4. Pasal 29 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
555.K/26/M.
PE/1995
a. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal
28, sekurangkurangnya mencakup pelajaran sebagai berikut :
1) kewajiban dari seorang pekerja tambang;
2) wewenang dan tanggung jawab dari seorang pengawas; c.
pengenalan lingkungan kerja;
3) rencana penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan
darurat, tanda bahaya kebakaran dan pemadam kebakaran;
4) aspek kesehatan dan keselamatan dari tugas yang akan diberikan;
5) mengenal bahaya dan menghindarinya;
6) bahaya listrik dan permesinan;
7) pertolongan pertama pada kecelakaan dan
8) bahaya kebisingan, debu dan panas dan tindakan perlindungan.
b. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), untuk tambang bawah tanah mempunyai mata pelajaran tambangan
sebagai berikut :
1) tata cara penambangan yang aman;
2) pemeliharaan dan penggunaan lampu-lampu tambang;
3) pengetahuan dasar ventilasi;
4) peraturan tentang penyanggaan dan dasar kerja penyanggaan;
5) tata cara evaluasi pada tambang dalam keadaan darurat;
6) penggunaan alat penyelamat diri dan
7) bahaya-bahaya serta mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan
gas racun.
Untuk program pendidikan dan pelatihan lainnya disamping mata
pelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mata pelajaran
tambahan disesuaikan dengan kegiatan dan jenis pekerjaan pada
kegiatan usaha pertambangan tersebut.
5. Pasal 30 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
555.K/26/M.
PE/1995
a. Kepala Teknik Tambang wajib menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan bagi para pengawas dengan mata pelajaran sekurang-

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
kurangnya sebagai berikut :

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

1) peraturan keselamatan dan kesehatan kerja;


2) manajemen keselamatan kerja;
3) peraturan-peraturan keselamatan dan cara kerja yang aman;
4) pengenalan bahaya dan cara menghindarinya;
5) tindakan dalam keadaan darurat dan tata cara penyelamatan;
6) penyelamatan diri dan alat-alat bantu pernapasan;
7) bahaya permesinan dan perlistrikan;
8) pencegahan dan pengendalian kebakaran;
9) pertolongan pertama pada kecelakaan dan
10) dampak lingkungan dari kegiatan.
b. Khusus untuk para pengawas tambang bawah tanah disamping mata
pelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga harus mempunyai
mata pelajaran tambahan :
1) tata cara kerja yang aman;
2) memelilhara dan menggunakan lampu-lampu perorangan;
3) dasar kerja ventilasi;
4) peraturan tentang penyangga dan pengetahuan dasar cara
penyanggaan;
5) cara meninggalkan tambang penyelamat diri dan
6) bahaya-bahaya dan mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan
beracun.
6. Pasal 31 Daftar Hadir Pekerja Tambang Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Setiap pekerja tambang harus dicatat dalam daftar hadir atau dengan
cara lainnya termasuk waktu dan tempat kerjanya.
b. Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan pada
kantor tambang atau tempat lainnya berdekatan dengan kegiatan usaha
pertambangan.
7. Pasal 32 Kewajiban Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
555.K/26/M.PE/1995
a. Pekerja tambang harus mematuhi Peraturan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
b. Pekerja tambang wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tata cara
kerja yang aman.
c. Pekerja tambang selama bekerja wajib untuk :
1) memperhatikan atau menjaga keselamatan dirinya serta orang lain
yang mungkin terkena dampak perbuatannya dan
2) segera mengambil tindakan dan atau melaporkan kepada pengawas
tentang keadaan yang menurut pertimbangannya akan dapat
menimbulkan bahaya.
d. Pekerja tambang yang melihat atau mendengar adanya penyimpangan
pelaksanaan pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib
dengan segera melaporkan kepada pengawas yang bertugas.
e. Pekerja tambang wajib menggunakan dan merawat alat-alat pelindung
diri dalam melaksanakan tugasnya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

f. Memberikan keterangan yang benar apabila diminta keterangan oleh


Pelaksana Inspeksi Tambang atau Kepala Teknik Tambang.
g. Pekerja tambang berhak menyatakan keberatan kerja kepada atasannya
apabila persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dipenuhi.
8. Pasal 33 Tindakan Mencegah Bahaya Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
Setiap pekerja tambang wajib untuk :
a. memperhatikan dan menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya serta
orang-orang lain yang mungkin terkena dampak dari perbuatannya atau
ketidakhadiran ditempat kerjanya;
b. melaksanakan instruksi-instruksi yang diberikan demi keselamatan dan
kesehatannya serta orang lain;
c. menggunakan alat-alat keselamatan dan pelindung diri dengan benar;
d. segera melaporkan ke atasannya langsung tentang keadaan yang
menurut pertimbangannya akan dapat menimbulkan bahaya dan yang
tidak diatasinya sendiri dan
e. melaporkan setiap kecelakaan atau cidera yang ditimbulkan oleh
pekerjaan atau yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
9. Pasal 34 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
555.K/26/M.
PE/1995
a. Pekerja Tambang yang melihat bahaya yang menurut pertimbangannya
segera dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja lainnya harus
memberitahukan kepada pekerja tersebut.
b. Setiap pekerja tambang adalah setelah diberitahukan adanya bahaya
harus segera menyingkir.
c. Pemimpin gilir kerja yang terdahulu harus memberitahukan kepada
pemimpin gilir kerja berikutnya adanya bahaya dengan laporan tertulis.
10. Fasilitas Pertambangan Pasal 35 Kantor Tambang Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Pada atau berdekatan dengan tempat usaha pertambangan atau bagian
kegiatan penambangan yang dilaksanakan secara teratur harus dibangun
kantor tambang.
b. Kantor tambang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disediakan
peta-peta yang berhubungan dengan usaha pertambangan umum.
c. Pada atau dekat kantor tambang harus disediakan tempat untuk
memasang:
1) pemberitahuan yang oleh peraturan perundang-undangan harus
dipasang dan
2) pemberitahuan yang diharuskan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
11. Pasal 36 Akomodasi
Pada tempat usaha pertambangan yang terletak di daerah terpencil
harus disediakan akomodasi bagi pekerja tambang yang layak dan memenuhi
persyaratan kesehatan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

12. Pasal 37 Perawatan Kesehatan Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


a. Pada atau dekat pertambangan yang terletak di daerah terpencil harus
disediakan akomodasi bagi pekerja tambang yang layak dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
b. Ruangan P3K sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),harus memenuhi
hal- hal sebagai berikut :
1) mempunyai luas yang cukup;
2) mudah dicapai;
3) mudah memasukkan tandu;
4) mendapat penerangan dan ventilasi yang cukup;
5) terpisah dari tempat yang digunakan untuk maksud lain dan
6) hanya digunakan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. Berdasarkan pertimbangan tertentu Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
dapat memberikan persetujuan secara tertulis sebagai penyimpangan
ketentuan ayat (2).
d. Harus disediakan ambulan atau kendaraan khusus dan siap dipergunakan
bilamana perlu.
13. Pasal 38 Pemimpin Ruangan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a. Ruangan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dipimpin oleh
seorang juru rawat atau ahli kesehatan atau oleh seorang yang sekurang-
kurangnya memiliki ijazah khusus Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan.
b. Pemimpin ruangan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
selalu dapat bekerja pada setiap saat. Harus diatur pengangkatan
penggantiannya yang mampu, apabila pimpinan tersebut berhalangan.
14. Pasal 39 Kecelakaan Tambang dan Kejadian Berbahaya
Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut :
a. benar-benar terjadi;
b. mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh
Kepala Teknik Tambang;
c. akibat kegiatan usaha pertambangan;
d. terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau
setiap saat orang yang diberi izin dan
e. terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah
proyek.
15. Penggolongan Cidera Akibat Kecelakaan Tambang
Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam
kategori sebagai berikut :
a. cidera ringan. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari
dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari Minggu dan hari libur.
b. cidera berat
1) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari
3 minggu termasuk hari minggu dan hari-hari libur;

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

2) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja


tambang cacat tetap (invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas
semula dan
3) Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya
pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semua, tetapi
mengalami cidera seperti salah satu di bawah ini :
a) keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan
bawah, lengan atas, paha atau kaki;
b) pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan kekurangan
oksigen;
c) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidakmampuan tetap dan
d) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
4) Mati; kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang
mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya
kecelakaan tersebut.

B. Keterkaitan K3LH dan Pekerjaan Pertambangan


Zaman semakin berkembang begitu pula dengan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, banyak program K3LH terus berkembang pesat sampai saat
ini. Program K3 merupakan salah satu program yang menjamin hajat orang
banyak (buruh/karyawan), dengan metode yang berbeda-beda antara
perusahaan satu dengan yang lainnya. Perkembangan K3 sudah ada sejak
sebelum Indonesia merdeka mengacu pada peraturan-peraturan yang sudah ada
sebelumnya. Program K3LH memberikan cerminan pada masyarat luas untuk
mematuhinya agar terciptanya dan terwujudnya program K3LH.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang.
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2014 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Berikut akan dijelaskan pemaparan UU dan Peraturan pemerintah yang
mendukung program K3LH:
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000, Nomor 63) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2010 Nomor 157);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 63) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95); \
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3957);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100);
f. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
g. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun
2013;
h. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09/PRT/M/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan UmumNomor 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang
Standar dan Pedoman Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2013;

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
Pada pasal 1 menjelaskan tentang:
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat
K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang


Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU
adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap
pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
c. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan
elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.
d. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi
khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
e. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna
Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/
bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat
keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi
Bidang PU.
f. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan,
kerusakan,kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan
penyakit akibat kerja.
g. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
h. Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.
i. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko.
j. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk
menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
k. Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen
lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan
merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan
konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara
Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang PU.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

l. Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat monev


K3 Konstruksi, adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi pengumpulan data,
analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan K3
Konstruksi.
m. Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang selanjutnya
disingkat Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang berfungsi
melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa. 14.Menteri adalah
Menteri Pekerjaan Umum.
3. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum
a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 (LN Tahun 1967 Nomor 22, TLN
Nomor 2831);
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 (LN Tahun 1970 Nomor 1, TLN
Nomor 2981);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 (LN Tahun 1969 Nomor
60, TLN Nomor 2916) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992(LN Tahun 1992 Nomor 130, TLN
Nomor 3510);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 (LN Tahun 1973 Nomor 25,
TLN Nomor 3003);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 (LN Tahun 1980 Nomor 47,
TLN Nomor 3174) dan
f. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 tanggal 17 Maret 1993.
4. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
a. Tempat Usaha Pertambangan adalah setiap tempat pekerjaan yang
bertujuan atau berhubungan langsung dengan penyelidikan umum,
eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi atau
eksploitasi, pengolahan atau pemurnian, pengangkutan, penjualan,
bahan galian golongan a, b dan c termasuk sarana dan prasarana
penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah, baik yang berada
dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah.
b. Perusahaan Pertambangan adalah orang atau badan usaha yang diberi
wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan berdasarkan Kuasa
Pertambangan atau Perjanjian Karya.
c. Tambangan adalah suatu tempat kegiatan penambangan yang dilakukan
untuk mendapatkan bahan galian.
d. Tambangan Permukaan adalah suatu sistem penambangan untuk
mendapatkan bahan galian yang kegiatannya dilakukan di atas
permukaan tanah atau dari atau permukaan air.
e. Tambang Bawah Tanah adalah suatu sistem penambangan untuk
mendapatkan bahan galian yang kegiatannya dilakukan di bawah tanah.
f. Kepala Teknik Tambangan adalah seorang yang memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan
perundang- undangan keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

g. Pekerja Tambang adalah setiap orang yang langsung bekerja pada


kegiatan usaha pertambangan.
h. Kecelakaan Tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja
tambang atau orang yang mendapat izin masu pada kegiatan usaha
pertambangan.
i. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pertambangan Umum.
j. Pengusaha adalah pemimpin perusahaan.
k. Buku Tambangan adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah,
dan petunjuk Pelaksana Inspeksi Tambangan yang wajib dilaksanakan
oleh Kepala Teknik Tambang.
l. Pelaksana Inspeksi Tambang adalah aparat pengawas pelaksana
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan pertambangan
umum.
m. Wilayah Proyek adalah tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang digunakan untuk
penyediaan fasilitas tambang
n. Bahan Peledak adalah semua senyawa kimia, campuran, atau alat yang
dibuat, diproduksi atau digunakan untuk membuat bahan peledak
dengan reaksi kimia yang berkesinambungan di dalam bahan-bahannya.
Bahan peledak dalam hal ini termasuk mesiu, nitrogliserin, dinamit,
gelatin, sumbu ledak, sumbu bakar, detonator, amonium nitrat, apabila
dicampur dengan hydrokarbon dan bahan ramuan lainnya.
o. Detonator adalah suatu benda yang mengandung isian bahan peledak
yang digunakan sebagai penyala awal ledakan dan dalam hal ini
termasuk detonator listrik, detonator biasa, bukan listrik (nonel) atau
detonator tunda.
p. Gudang adalah suatu bangunan atau kontener yang secara teknis mampu
menyimpan bahan peledak secara aman.
q. Juru ledak adalah seseorang yang diangkat oleh perusahaan
pertambangan atau Kepala Teknis Tambang untuk melaksanakan
pekerjaan peledakan dan orang tersebut harus memiliki Kartu Izin
Meledakkan (KIM).
r. Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang terdiri dari meramu bahan
peledak, membuat primer, mengisi dan menyumbat lubang ledak,
merangkai, dan menyambung suatu pola peledakan, menyambung suatu
sirkit peledakan kesebuah sirkit detonator, sirkit alat penguji atau mesin
peledak, menetapkan daerah bahaya, menyuruh orang menyingkir,
dan berlindung, menguji sirkit peledakan, meledakkan lubang ledak,
menangani kegagalan peledakan, dan mengendalikan akibat peledakan
yang merugikan seperti lontaran batu, getaran tanah, kebisingan, dan
tertekannya udara yang mengakibatkan efek ledakan (air blast).
s. Calon juru ledak adalah seseorang yang disetujui oleh Kepala Teknik
Tambang untuk mengikuti pelatihan dalam pekerjaan peledakan dengan
pengawasan yang ketat dari seorang juru ledak.
t. Ledakan adalah suatu ledakan tunggal atau seri yang diledakkan sebagai
bagian dari suatu peledakan.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

u. Jarak aman gudang adalah jarak minimum dimana gudang bahan peledak
harus terpisah dari gudang-gudang yang lain, bangunan yang dihuni
orang, jalan kereta api serta jalan umum dan yang tergantung pada jenis
dan jumlah bahan peledak yang disimpan didalamnya.
v. Bahan peledak peka detonator adalah bahan peledak yang dapat
meledak dengan detonator No. 8.
w. Bahan peledak peka primer adalah bahan peledak yang hanya dapat
meledak dengan menggunakan primer atau booster dengan detonator
No. 8.
x. Bahan ramuan bahan peledak adalah bahan baku yang apabila dicampur
dengan bahan tertentu akan menjadi bahan peledak peka primer.
y. Gudang bahan peledak utama adalah gudang yang digunakan sebagai
tempat penyimpan bahan peledak yang letaknya tidak terlalu jauh dari
tambang dan dari gudang ini bahan peledak dipakai untuk keperluan
peledakan.
z. Gudang bahan peledak transit adalah gudang yang dipergunakan sebagai
tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut/dipindahkan ke
gudang bahan peledak utama.
aa. Gudang bahan peledak sementara adalah gudang yang dipergunakan
untuk kegiatan pertambangan pada tahap eksplorasi atau persiapan
penambangan.
ab. Kontainer adalah gudang bahan peledak yang berbentuk peti kemas
yang terbuat dari plat logam.
ac. Bahan mudah terbakar adalah sesuatu bahan apabila digunakan akan
menyala, membara, membantu pembakaran atau menghasil uap apabila
terkena api atau panas.
ad. Gas mudah menyala adalah gas yang akan pada kadar oksigen yang
normal di udara.
ae. Titik nyala adalah temperatur minimum dari uap yang dihasilkan sesuatu
bahan cair, cukup untuk membentuk campuran uap dan udara yang
mudah menyala terdapat diatas permukaan bahan cair tersebut.
af. Derajat ketahanan api adalah waktu yang dinyatakan dalam menit atau
jam dari suatu benda akan tetap bertahan pada sifat bentuknya bila
terkena api.
ag. Pesawat angkat (crane) adalah setiap peralatan mesin atau alat yang
digerakkan tenaga mekanis, tenaga listrik atau tenaga hidrolis yang
dapat digunakan sebagai mesin pengangkat termasuk rel, jalan rel atau
alat pembantu lainnya, tetapi tidak termasuk pemanjat lubang naik
(raise climber) yang dipasang pada sumuran tambang.
ah. Takel adalah alat pengangkat, yang terdiri dair gelang-gelang (shackle),
alat sangkutan pengait yang bebas berputar (swivel), pengait
(hooks), kawat penggantung (sling), baut bercincin (eyebolt), rantai,
dan pengait khusus (fitting) yang digunakan untuk mengangkat dan
setiap penjepit yang digunakan untuk mengamankan kawat\.
ai. Bengkel adalah suatu tempat atau ruang kerja untuk melakukan
perbaikan, perawatan, pembuatan, pemasangan atau pengujian
peralatan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

pertambangan dan pekerjaan teknik lainnya yang menunjang kegiatan


pertambangan.
aj. Listrik tegangan tinggi adalah instalasi dengan tegangan lebih 300 volt
dalam konsidi kerja yang normal (250 volt pada sirkit di bawah tanah).
ak. Bor bangka adalah salah satu tipe bor ulir (auger) yang dilengkapi
dengan sistem pipa penahan dan alat penginti masuknya pipa pemboran
kedalam tanah yang dipengaruhi oleh gerak berputanya lantai kerja yang
disatukan dengan kepala pipa penahan. Sistem pengambilan
percontoh dioperasikan dengan cara menumbukkan dari lantai kerja.
al. Tambang hidrolis adalah salah satu jenis tambang permukaan yang
menggunakan air untuk mengali dan mengangkut material ke
instalasi pencucian.
am. Alat pemindah tanah adalah alat mekanis yang digunakan untuk
memindah tanah pucuk, tanah penutup, dan bahan galian pada waktu
pekejraan pembersihan, penggalian, pengangkatan serta pemindahan,
termasuk buldozer, shovel, dragline, scrape, dan bucket wheelexcavator
tetapi tidak termasuk kendaraan pengangkutan seperti dump truk.
an. Kapal keruk pertambangan adalah kapal yang digunakan untuk kegiatan
penggalian pertambangan termasuk kapal yang digunakan sebagai sarana
penunjang yang dilakukan dari permukaan air, selanjutya disebut kapal
keruk.
ao. Kawat haluan adalah kawat yang dipasang pada haluan untuk
menambatkan kapal keruk.
ap. Kawat samping adalah kawat yang dipasang pada bagian samping kiri
kanan untuk menambatkan kapal keruk.
aq. Kawat buritan adalah kawat yang dipasang pada bagian belakang
kapal keruk.
ar. Kawat penambat adalah kawat yang dipergunakan untuk menambatkan
kapal yaitu kawat haluan, samping, dan buritan.
as. Jangkar spil adalah jangkar dengan rantai yang dipasang pada bagian
tengah belakang kapal keruk.
at. Kompartemen/tangkit adalah ponton yang dibagi-bagi atas ruangan-
ruangan yang kedap air.
au. Ponton adalah ruangan tertutup yang berfungsi sebagai pengapung kapal
keruk.
av. Tangki pengaman adalah sederetan kompartemen kecil untuk melindungi
kompartemen utama dari benturan.
aw. Tangki balast adalah kompartemen yang dapat diisi air untuk
keseimbangan kapal keruk.
ax. Pintu pemeriksaan adalah Pintu di geladak yang digunakan sebagai jalan
untuk pemeriksaan atau perbaikan kompartemen.
ay. Pemutus arus adalah alat yang berfungsi memutus arus termasuk semua
sakelar otomatis ataupun manual.
az. Kabel konsentris adalah sebuah kabel yang penghantar luarnya dililitkan
pada isolasi penghantar dalamnya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

ba. Kabel fleksibel adalah kabel yang dirancang untuk dapat dipidah-
pindahkan pada waktu digunakan.
bb. Metal pelindung kabel adalah besi atau kawat baja yang merupakan
pelapis kabel.
bc. Tripping adalah alat pemutus arus listrik otomatis yang bekerja secara
mekanis ataupun elektris.
bd. Lubang naik (rise) adalah suatu terowongan yang mempunyai kemiringan
lebih besar dari 15 derajat yang pembuatannya dilakukan dari atas ke
bawah.
be. Lubang turun (winze) adalah suatu terowongan yang mempunyai
kemiringan lebih besar dari 15 derajat yang pembuatannya dilakukan
dari atas ke bawah.
bf. Hepasan (in rust) adalah mengalirnya air atau lumpur dalam kecepatan
tinggi dan mendadak.
bg. Emisi adalah keluarnya secara tiba-tiba gas beracun atau yang mudah
menyala dari tempat lain selain tempat kerja yang sudah ditinggalkan
ke sebagian daerah tambang bawah tanah yang mengakibatkan kondisi
udara tambang di daerah tersebut melebihi ketentuan ventilasi.
bh. Semburan (out burst) adalah keluarnya gas dengan hebat bersamaan
dengan material padat didalam tambang.
bi. Semburan batuan (rock burst) adalah batuan pecah yang menyembur
dahsyat disebabkan oleh adanya tekanan yang berlebihan menghasilkan
akumulasi energi, tidak termasuk semburan atau emisi yang disebabkan
tenaga gas.
bj. Daerah berpotensi bahaya adalah setiap daerah tambang bawah tanah
yang berada pada jarak 45 meter dari permukaan tanah, tempat-tempat
kerja yang sudah ditinggalkan, lapisan yang mengandung air atau
diperkirakan mengandung air dan material yang mengalir atau akan
mengalir jika basah.
bk. Kipas angin utama adalah kipas yang berfungsi mengalirkan udara ke
seluruh bukaan tambang.
bl. Kipas angin penguat adalah kipas yang berfungsi untuk memperkuat
dan menambah aliran udara, yang ditempatkan pada jalan udara utama
ataupada cabang jalan udara.
bm. Kipas angin tambahan adalah kipas yang berfungsi untuk mengalirkan
udara ke tempat-tempat kerja, lubang maju, lorong (drift) yang
dilengkapi dengan saluran penghantar udara.
bn. Jalan utama udara adalah jalan utama bersih masuk yang berpangkal
pada sumuran atau jalan tembus kepermukaan. Apabila aliran udara
tersebut dibagi kedua atau lebih permukaan kerja maka jalan udara
yang dilalui disebut jalan udara masuk.
bo. Jalan utama udara keluar adalah jalan utama udara kotor keluar yang
berakhir pada sumuran atau jalan tembus permukaan. Jalan aliran udara
kotor dari beberapa permuka kerja yang menuju jalan utama udara
keluar disebut jalan udara keluar.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

bp. Sistem pengangkutan adalah penggunaan alat pengangkutan


diseluruh atau sebagian didalam tambang (selain dari yang digunakan
dalam sumuran) untuk membawa orang, material atau bahan galian.
bq. Kendaraan berkendali (Free steereed vehicles) adalah semua kendaraan
yang bertenaga penggerak yang tidak berjalan diatas rel.
br. Sistem angkutan (Rope Haulage System) adalah sistem pengangkutan
dari kendaraan yang disambungkan ke dan digerakan dengan kawat yang
digerakkan oleh mesin derek yang dipasang ditambang atau dipermukaan
tanah secara permanen baik yang bertenaga mekanis maupun secara
gravitasi.
bs. Alat pemanjat lubang naik adalah semua alat yang mempunyai motor
penggerak atau alat yang mengguankan sistem jalur atau roda gigi
sebagai penariknya yang digunakan sebagai lantai kerja (perancah)
pada waktu melakukan penggalian tegak lurus atau lubang naik yang
melereng, Alat pemanjat lubang naik yang dipasang sebagai alat angkut
yang permanen antara level dengan level didalam tambang tidak
termasuk.
bt. Lampu keselamatan adalah lampu yang terlindug atau tertutup rapat
sehingga tidak mungkin menyulut udara yang mengandung gas atau debu
yang mudah terbakar yang berada di luar lampu tersebut.
bu. Gas metana adala setiap campuran antara metana dengan udara yang
mudah terbakar yang dapat terjadi secara alami ditambang.
bv. Debu mudah terbakar adalah debu yang apabila tersebar/terhambur
secara bebas di udara dapat membentuk bahan yang mudah terbakar.
bw. Venturi ventilasi adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan udara
melalui saluran penghantar dengan cara memancarkan udara atau air
yang dimampatkan dan termasuk semua jenis alat-alat penghembus
(injector) atau peniup kecuali alat-alat penghembus atau peniup yang
digunakan dalam sistem penirisan gas metana.
bx. Detoktor gas metana otomatis adalah alat yang sudah diakui dan
digunakan untuk mendeteksi secara terus menerus adanya gas
metana dan apabila disetel akan memberikan tanda peringatan berupa
bunyi atau lampu pada konsentrasi pada gas metana tertentu.
by. Sistem Pemantau Gas Metana adalah sistem yang telah diakui yang
digunakan untuk mendeteksi secara terus menerus adanya gas ledak
dan mencatat hasil pemantauan. Alat pencatat tersebut ditempatkan
dipermukaan tanah atau ditempat lalin yang telah disetujui Pelaksana
Inspeksi Tambang.
bz. Lubang bor adalah lubang yang dibor untuk maksud mengalirkan gas
ledak dari lapisan batubara melaui sistem penirisan gas metana.
ca. Penirisan gas metana adalah kegiatan untuk mengumpulkan gas metana
didalam suatu tambang sebelum gas tersebut diencerkan dengan
udara serta dikeluarkan dari dalam tambang.
cb. Sistem penirisan gas metana adalah sistem penirisan gas metana kecuali
untuk penirisan gas metana yang terakumulasi dibagian belakang “Road
Side Pack” yang menggunakan satu pipa.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

cc. Ruang Kalorimeter adalah suatu tempat permukaan yang digunakan


untuk memantau gas ledak aau kandungan panasnya.
cd. Rantai berjalan lentur adalah Armoured Flexible Conveyor (AFC) adalah
alat angkut jenis rantai berjalan lentur untuk mengangkut batubara dari
permuka kerja yang digali dengan alat Drum Shearer.
ce. Palang (bar) adalah girder atau setiap penyangga melintang.
cf. Penyangga batang (Prop) adalah termasuk penyangga gandeng dan
penyangga geser.
cg. Penyangga bertenaga (Powered Support) adalah penyangga yang bekerja
dengan menggunakan tenaga hidrolik atau tenaga pneumatik.
ch. Lorong lalulintas adalah setiap jalan yang digunakan untuk lalulintas
orang dari dan ke tempat kerja dan termasuk jalan yang digunakan
sebagai jalan keluar yang kedua dari dalam tambang.
ci. Lorong adalah jalan ditambang termasuk lubang maju, lubang melintang,
jalan antara dua pilar atau jalan pada sistem penambangan ruang dan
penyangga alami atau jalan untuk pengangkutan.
cj. Permuka kerja adalah ruangan antara garis batas penggalian dengan
deretan penyangga terdekat yang terpasang apabila penyangganya
dilepas secara sistematis dan atau ruangan antara garis batas pengalian
sampai dengan garis yang sejajar dengan 3,5 meter dari daerah
bekas penambangan apabila penyangganya dilepas secara tidak
sistematis.
5. Larangan Memasuki Wilayah Kegiatan Usaha Pertambangan
a. Dilarang memasuki atau berada pada suatu lokasi kegiatan usaha
pertambangan kecuali mereka yang bekerja atau mendapat izin.
b. Bagi mereka yang mendapat izin untuk memasuki suatu wilayah kegiatan
usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus
disertai oleh Kepala Teknik Tambang atau petugas yang ditunjuk yang
memahami situasi dan kondisi daerah yang akan dikunjungi.
c. Jalan yang ditetapkan oleh Kepala Teknik Tambang sebagai jalan khusus
yang dipergunakan kegiatan usaha pertambangan dan apabila diberikan
hak kepada umum untuk mempergunakannya maka keselamatan
penggunaan hak tersebut menjadi tanggung jawabnya.
6. Pengusaha Pertambangan
a. Pengusaha baru dapat memulai kegiatan usaha pertambangan setelah
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang
b. Pengusaha dalam waktu 2 minggu setelah salah satu dari setiap kegiatan
di bawah ini harus mengirimkan laporan tertulis kepada Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang, yaitu :a.memulai kegiatan eksplorasi,
pembukaan tambang, dan terowongan baru mendatar atau terowongan
pada lapisan batubara tambang bawah tanah;b.memulai pembuatan
sumuran baru atau jalan keluar untuk setiap tambang bawah tanah
danc.menghentikan kegiatan atau meninggalkan setiap tambang
permukaan atau setiap terowongan mendatar atau terowongan pada
lapisan, sumuran atau jalan keluar dari tambang bawah tanah yang
dihitung 12 bulan dari tanggal kegiatan terakhir, kecuali telah
1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
ditinggalkan sebelumnya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

c. Pengusaha harus menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat


pelindung diri, fasilitas, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya
peraturan ini.
d. Pengusaha harus menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri
yang diperlukan sesuai dengan jenis, sifat dan bahaya pada pekerjaan
yang dilakukannya dan bagi setiap orang yang memasuki tempat usaha
pertambangan.
e. Berdasarkan pertimbangan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang,
pengusaha harus menyediakan akomodasi yang patut pada atau
dekat usaha pertambangan untuk Pelaksana Inspeksi Tambang selama
melakukan tugasnya.
f. Pengusaha harus memberikan bantuan sepenuhnya kepada Pelaksana
Inspeksi Tambang dalam melaksanakan tugasnya.
g. Pengusaha harus menghentikan pekerjaan usaha pertambangan, apabila
Kepala Teknik Tambang atau petugas yang ditunjuk tidak berada pada
pekerjaan usaha tersebut.
7. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Pada setiap kegiatan usaha pertambangan berdasarkan
pertimbangan jumlah pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan, Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang dapat mewajibkan pengusaha untuk membentuk
unit organisasi yang menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berada di bawah pengawasan kepala teknik tambang.
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tanggung
jawab sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau
kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan,
penyebab kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan pencegahan
kecelakaan;
b. Mengumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan
yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk
memberi saran kepada Kepala Teknik Tambang penambangan, dan
penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri;
c. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tambang dengan jalan
mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi,
pemutaran film, publikasi dan lain sebagainya;
d. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim
Penyelamat Tambang;e.menyusun statistik kecelakaan danf.melakukan
evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk melengkapi tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dalam
pelaksanaannya dapat membentuk kelompok kerja (komite) pada setiap
jenjang struktural yang mempunyai tugas :

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

a. Secara teratur melakukan pemeriksaan bersama-sama mengenai setiap


aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta masalah-masalah yang ada
kaitannya yang telah ditemukan di tambang dan mengusulkan tindakan-
tindakan untuk mengatasi maslaah tersebut dan
b. Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-tempat kerja di
tambang dalam melaksanakan fungsinya.
9. Syarat Pekerja Tambang
a. Pekerja tambang harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan
sifat pekerjaan yang akan diberikan kepadanya dan harus sehat jasmani
maupun rohani.
b. Dilarang bagi pekerja tambang wanita bekerja pada tambang bawah
tanah kecuali yang bertugas dalam pekerjaan kesehatan atau
melaksanakan tugas belajar, penelitian dan mendapatkan rekomendasi
dari Kepala Teknik Tambang.
c. Dilarang menugaskan pekerja tambang bekerja seorang diri pada tempat
terpencil atau dimana ada bahaya yang tidak diduga (kecuali tersedia
alat komunikasi yang langsung dengan pekerja lain yang berdekatan).
d. Dilarang mempekerjakan pekerjaan tambang dalam keadaan sakit atau
karena sesuatu sebab tidak mampu bekerja secara normal.
e. Apabila dari hasil penyelidikan Pelaksana Inspeksi Tambang, Kepala
Teknik Tambang atau Kepala Bagian Tambang bawah tanah ternyata
ditemukan pekerja tambang melanggar Keputusan Menteri ini dengan
sengaja, maka pekerja tambang tersebut dapat dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

C. Tinjauan K3LH
Melihat dan mengamati berbagai jenis atau macam-macam faktor K3LH
yang berperan aktif dalam pelaksanaannya. Dalam dunia kerja, segala kendala
kerja harus dielakkan, sementara produktifitas optimal merupakan idaman
setiap manajemen, karena sasaran keuntungan akan tercapai. Salah satu
kendala dalam proses kerja adalah penyakit. Bagi setiap pengusaha,
pencegahan jauh lebih menguntungkan dari pada penanggulangan. Perusahaan
mengenal dua kategori penyakit, yaitu penyakit umum dan penyakit akibat
kerja. Penyakit umum adalah semua penyakit yang mungkin dapat diderita oleh
setiap orang, baik yang bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan
penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk
mengurangi biaya mengatasi penyakit umum, setiap calon karyawan diwajibkan
mengadakan pemeriksaan kesehatan atas dirinya oleh dokter yang ditunjuk
perusahaan. Surat keterangan sehat dari dokter pada umumnya dapat diperoleh
dengan mudah. Dalam rangka pencegaha, ada baiknya yang memeriksa itu
dikenal baik oleh pengusaha jika dokter perusahaan tidak ada.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Adapun rangkaian pemeriksaan kesehatan prakarya, yaitu sebagai berikut;


1. Pemeriksaan umum lengkap dengan sejarah penyakit yang pernah
dideritacalon karyawan, istri atau keluarga terdekat.
2. Rontgen paru-paru
3. Pemeriksaan lengkap kardiovaskular
4. Pemeriksaan fungsi hati
Tabel 9.1 Penyakit Akibat Kerja
Bagian Tubuh yang
No. Gejala Penyebab
terganggu
Kemerah-merahan,
1 Mata Asap, debu logam
iritasi

Larutan, gas, suhu


2 Kepala Pusing, sakit kepala
tinggi,kebisingan

Ketegangan, gelisah,
Kebisingan,
Otak danSistem risih,tidak bisa tidur,
3 DDT,timah,air raksa,
Syaraf gemetar,gangguan
karbontetaklorida
berbicara
Berngiang, kepekaan tuli Bunyi dan
4 Telinga
sementara, getaran
Bersin, batuk,
Hidung dan
5 radangkerongkongan, Amonia, debu
Tenggorokan
kanker hidung
Bengek, sesak nafas,
Debu, kapas, larutan.
6 Dada dan paru-paru batuk kering,kanker
Hidrogen sulfida
hidung
Terlalu banyak
mengangkat dengan
7 Otot dan punggung Perih dan kaku
cara yang salah dan
membungkuk.
Kurang nafsu Larutan, karbon
8 Hati makan,hepatitis, tetaklorida,vinyl
penyakit kuning,kanker chloride
Sumber data: Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja PropinsiSumatera Barat http://reposito-
ry.upnyk.ac.id/6571/1/SKRIPSI.pdf (Henry Maradona)

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI

Adapun faktor-faktor penyebab penyakit tersebut adalah:


1. Golongan Fisika.
a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian
(sementaraataupermanen).
b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi dapat
menyebabkanheatstrokedanheat cramps (keadaan-keadaan panas badan
yang tinggi suhunya)
c. sedangkan suhu rendah sekali (di bawah 0°C) dapat
menyebabkankekakuan dan keradangan akibat dingin.c.Radiasisinar
rontgen atau sinar-sinar radio aktif yang menyebabkankelainan pada
kulit, mata bahkan susunan darah.
d. Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian permanen, rasa
sakitkarena panas udara.
e. Penerangan yang kurang baik, menyebabkan kelainan pada
mataatauindra penglihatan.
2. Golongan Kimia
a. Debu dan serbuk yang menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan
b. Gas, misalnya keracunan karbon monooksida hidrogen sulfide
c. Uap yang menyebabkan keracunan atau penyakit kulitd.Cairan beracun
3. Golongan Biologis
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
4. Golongan Fisiologis
a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan
mekanismetubuh manusia.
b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik.
c. Cara kerja yang membosankan atau meletihkan.
5. Golongan Psikologis
a. Proses kerja yangrutin dan membosankan.
b. Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut.

Langkah-langkah ke arah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari:


1. Kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja.
2. Pengaturan tata cara pencegahan. Disamping memperhatikan kesehatan
fisik karyawan, usaha untuk menjaga kesehatan mental juga perlu dilakukan.
Program kesehatan mental perlu dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Tersedianyapsychiatristuntuk konsultan para pekerja, bila diperlukan.
b. Kerjasama denganpsychiatrist di luar perusahaan atau yang berada
dilembaga-lembaga konsultasi.
c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang pentingnya arti
kesehatanmental.
d. Mengembangkan dan memeliharahuman relationyang baik.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

MATERI
Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau
gangguan fisik, perusahaan juga memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan/stres yang dapat menjadi
sumber-sumber kecelakaan. Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh
manusia tetapi juga pikiran karyawan. Jika seorang karyawan tidak tahan
terhadap stres, maka karyawan tersebut akan jatuh sakit. Oleh sebab itu,
diperlukan usaha untuk menghilangkan sumber ketegangan ini.

CAKRAWALA

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah

RANGKUMAN

K3LH adalah Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah suatu menciptaan

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH . Peserta didik dapa

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


Jelaskan program K3LH menurut Keputusan menteri pertambangan dann energi Nomor: 555.K/26/
Jelaskan pendidikan dan pelatihan Keputusan menteri pertambangan dann energi Nomor: 555.K/
Penjelaskan Keputusan menteri pertambangan dann energi Nomor: 555.K/26/M.PE/1995 pasal 2
Penjelaskan Keputusan menteri pertambangan dann energi Nomor: 555.K/26/M.PE/1995 pasal 3
Penjelaskan daftar hadir pekerjaan tambang Keputusan menteri pertambangan dann energi Nomo
PenjelaskantindakanmencegahbahayapadaKeputusanmenteri pertambangan dann energi Nomor: 5
Jelaskan yang dimaksud dengan akomodasi!
Sebutkan UU dan peraturan yang mendukung K3
Sebutkan bahaya cedera akibat kecelakaan tambang
Jelaskan yang dimaksud dengan potensi bahaya!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

Pilihan Ganda
Pilih satu jawaban yang benar!
1. Perhatikan data berikut ini
(1) Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan
yang tinggi memerlukan anggota crew untuk menjangkau daerah-daerah
yang tidak mudah di akses. Safety harness di gunakan oleh operator di
suatu ujung dan di ikat pada titik kuat pada ujung talinya.
(2) Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110 – 120db ini merupakan
frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam
beberapa menit dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan
gangguan pendengaran.
(3) Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan pada
oprasi sehari-hari memiliki kemungkinan besar untuk cedera mata,
kaca pelindung atau kacamata digunakan untuk perlindungan mata,
sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
(4) Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang sediakan oleh helm plastik keras di atas
kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm yang menjaga
helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
(5) Bahan kiami di atas kapal sangat sering digunakan dan beberapa
bahan kimia sangat berbahaya bila berkontak langsung dengan kulit
manusia, Chemical suit digunakan untuk menghindari situasi seperti itu.
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk fungsi helmet adalah....
A. (5)
B. (4)
C. (3)
D. (2)
E. (1)

2. Untuk seorang yang bekerja di ruang berbahaya, sepatu safety adalah satu
diantara Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai oleh pekerja yang
kemungkinan dapat terkena pecahan kaca, besi ataupun serpihan yang lain
yang pastinya sangat membahayakan telapak kaki. Pernyataan tersebut
termasuk pada ....
A. Mencegah Kecelakaan Kerja yang Fatal
B. Membuat perlindungan dari Benda Panas
C. Melindungi dari Cairan Kimia Berbahaya
D. Melindungi dari Benda Tajam dan Berbahaya
E. Membuat Pengguna Tidak Terpeleset

3. Perhatikan data berikut ini:


(1) Anggarannya terlalu besar, keuangan perusahaan tidak mampu
mendanainya.

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

(2) Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia sudah mencukupi karena banyak
perusahaan lain juga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sama,
Meskipun sebenarnya Alat Pelindung Diri (APD) tersebut tidak memenuhi
standar keselamatan kerja.
(3) Tingkat paparan masih dibawah nilai ambang batas (NAB)
(4) Tidak di rekomendasikan oleh induk perusahaan
Kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan tidak ada
masalah
Berdasarkan data di atas yang termasuk alasan klasik yang selalu
dikemukakan oleh pihak manajemen tehadap para pekerja dalam
penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (1), (2) dan (3)
D. (1), (2), (3), (4) dan (5)
E. (1), (2), (3) dan (4)

4. Perhatikan data dibawah ini:


1. Dari zat-zat kimia berbahaya
2. Mudah dikenakan
3. Dari Iklim yang berubah-ubah
4. Alat pelindung muka dan mata
5. Lemparan benda –benda kecil
Data atas yang menunjukan mamfaat topi adalah ....
A. 1 dan 3
B. 2 dan 3
C. 3 dan 4
D. 4 dan 5
E. 3 dan 5

5. Perhatikan data berikut ini:


1. Dari Iklim yang berubah-ubah
2. Mudah dikenakan
3. Pengaruh cahaya
4. Gelas/kaca biasa/Plastik
5. Alat pelindung mata terhadap radiasi
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk pada mamfaat topi atau
tudung ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 1 dan 5

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

6. Perhatikan data berikut ini:


1. Dari Iklim yang berubah-ubah
2. Mudah dikenakan
3. Pengaruh cahaya
4. Gelas/kaca biasa/Plastik
5. Alat pelindung mata terhadap radiasi
Berdasarkan data di atas yang termasuk pada APD Respirator dan Kacamata
adalah....
A. 5
B. 1 dan 2
C. 2 dan 3
D. 4 dan 5
E. 4

7. Perhatikan data berikut:


1. Kacamata / goggles.
2. Penutup muka.
3. Penutup telinga.
4. Respirator dan lain-lain.
5. Sumbat Telinga
Berdasarkan data di atas yang termasuk pada Integrasi APD adalah...
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2 dan 3
D. 1, 2, 3, 4 dan 5
E. 1 dan 2

7. Keselamatan kerja memang menjadi poin penting yang wajib diperhatikan


oleh setiap perusahaan. Semakin minim kecelakaan, akan semakin besar
produksi yang dihasilkan. Sehingga produktivitas bisa semakin ditingkatkan
tanpa adanya kendala yang bisa merugikan perusahaan.
Pernyataan di atas termasuk....
A. Metode Ilmiah dan Keselamatan Kerja
B. Metode Ilmiah
C. Keselamatan kerja
D. Kesehatan kerja
E. Syarat K3

8. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-


tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang
dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses
selanjutnya.
Pernyataan tersebut termasuk pada ....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. Keselamatan kerja
B. Kesehatan kerja
C. Metode ilmiah
D. Metode ilmiah dan keselamatan kerja
E. Syarat K3

9. Langkah awal dalam melakukan penelitian adalah menemukan masalah


lalu,masalah yang ditemukan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,
ringkas, jelas, dan bermakna. Metode perumusan masalah dilakukan dengan
menemukan masalah terlebih dahulu kemudian merumuskannya. Dalam
merumuskan masalah perlu diperhatikan beberapa variabel. Variabel adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah. Dalam metode ilmiah dikenal
empat variabel yaitu :
1. Variabel bebas yaitu suatu variabel yang dipilih serta diukur oleh
peneliti untuk menentukan adanya suatu hubungan pada keadaan atau
kejadian yang diteliti oleh peneliti. Variabel ini dapat mempengaruhi
variabel lain.
2. Variabel terikat yaitu hasil dari pengaruh variabel bebas.
3. Variabel control (terkendali) yaitu perlakuan yang sama pada semua
percobaan.
4. Variabel penggangu yaitu varibel yang tidak dikehendaki namun
dapat mengganggu hasil penelitian.
Pernyataan dan data tersebut termasuk....
A. Menemukan dan Merumuskan Masalah
B. Mengumpulkan Informasi atau Data-data
C. Menyusun Hipotesis atau Dugaan Sementara
D. Melakukan Percobaan Untuk Menguji Kebenaran Hipotesis
E. Mengolah Hasil Percobaan (Analisis Data)

10. Pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan,


membaca buku referensi, mewawancarai para ahli dan mencari data
informasi dari hasil obsevasi. Informasi ini tidak boleh asal – asalan dan bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena pada dasarnya memang
berasal dari data – data terkait tanpa adanya manipulasi.
Pernyataan di atas termasuk ....
A. Merumuskan Masalah
B. Mengolah Hasil Percobaan (Analisis Data)
C. Melakukan Percobaan Untuk Menguji Kebenaran Hipotesis
D. Mengumpulkan Informasi atau Data-data
E. Melakukan Percobaan Untuk Menguji Kebenaran Hipotesis

11. Tahap persiapan percobaan dengan menentukan alat dan bahan, menyusun
cara kerja, penjabaran variabel, menentukan waktu percobaan dan uji coba
model percobaan. Selanjutnya tahap perlakuan percobaan. Dalam percobaan
terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan
(kelompok control) dan kelompok yang diberikan perlakuan (eksperiman).

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR
Pernyataan disamping termasuk....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. Melakukan Percobaan Untuk Menguji Kebenaran Hipotesis


B. Merumuskan Masalah
C. Mengolah Hasil Percobaan (Analisis Data)
D. Membuat Kesimpulan
E. Mengomunikasikan Hasil Penelitian

12. Mengkomunikasikan dapat dilakukan dengan membuat laporan atau karya


tulis ilmiah lainnya. Dalam pembuatan laporan harus sistematis.
1. Tinjauan pustaka
2. Metode penelitian
3. Kesimpulan dan saran
4. Lampiran
5. Pendahuluan
6. Hipotesis
7. Hasil dan pembahasan
8. Daftar pustaka
Urutan yang benar dalam penyususnan laporan adalah ....
A. 5, 7, 2, 4, 1, 6, 8, 3
B. 1, 2, 3, 8, 7, 6, 5, 4
C. 5, 1, 6, 2, 7, 3, 8, 4
D. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 7
E. 8, 2, 7, 3, 6, 5, 4, 1

13. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki.


Kecelakaan menjadi masalah besar bagi kelangsungan perusahaan karena
dapat menimbulkan kerugian materi yang cukup besar dan juga korban jiwa
serta penyakit akibat kerja. Kehilangan sumber daya manusia merupakan
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya
yang tidak dapat digantikan oleh tekhnologi apapun. Kerugian yang langsung
dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi
kecelakaan sedangkan biaya yang tidak langsung adalah kerusakan alat-alat
produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian
alat produksi dan hilangnya waktu kerja. Pernyataan tersebut termasuk ....
A. Inspeksi Keselamatan Kerja
B. Kesehatan kerja
C. Menejemen kerja
D. Waktu kerja yang tidak tepat waktu
E. Teknologi utama

14. Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu Undang-
Undang ....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. No. 23/1992
B. No. 01 tahun 1970
C. No. 32 tahun 2001
D. No. 51 tahun 1967
E. No. 32 tahun 1987

15. Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan


dengan mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu
Undang-Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam
pasal 1 disebutkan bahwa ....
A. Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja
B. Kesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut
memiliki risiko bahaya kesehatan
C. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya
D. Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak
ada unsur kesengajaan lebih-lebih ada adanya unsur perencanaan.
E. Dalam teorinya, Birds mengemukakan bahwa usaha pencegahan
kecelakaan kerja dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.

16. Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Peraturan


perundangan tersebut menegaskan bahwa setiap tempat kerja wajib
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dan mengatur pula
sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut di
atur dalam .....
A. UU No. 20/1992
B. UU No. 21/1992
C. UU No. 22/1992
D. UU No. 23/1992
E. UU No. 24/1992

17. Perhatikan data berikut ini:


1. Kurang kemampuan
2. Kurang pengetahuan
3. Kurang keterampilan
4. Motivasi Kurang baik
5. Masalah atau stress fisik dan mental
Data di atas termasuk....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. faktor individual
B. faktor manisvestasi
C. faktor akuntan
D. faktor minoritas
E. faktor perorangan

18. Perhatikan data berikut ini:


1. Kepemimpinan dan atau pengawasan yang kurang tepat,
2. Standar kerja yang kurang baik,
3. Standar perencanaan yang kurang tepat,
4. Standar perawatan yang kurang tepat,
5. Salah pakai atau perlakuan
Beradasarkan data di atas yang termasuk pada faktor pekerja adalah ....
A. 1
B. 2 dan 3
C. 1, 2 dan 3
D. 1, 2, 3, 4 dan 5
E. 2 dan 4

19. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian, yaitu kerusakan, kekacauan


organisasi, kesedihan atau keluhan, kelainan atau cacat dan kematian.Suatu
kecelakaan dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan pada tubuh si
korban maupun kerusakan pada harta benda. Kerusakan dapat langsung
terlihat (luka, patah, luka bakar dan lain-lain) atau baru terlihat setelah waktu
yang lama (penyakit akibat kerja yang tidak segera terlihat gejala-
gejalanya). Pernyataan di atas termasuk ....
A. kontak
B. kerugian
C. inspeksi
D. penyakit
E. kecelakaan

20. Perhatikan data di bawah ini:


1. Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menjelaskan tujuan dan dasar yang akan digunakan, serta pendamping
bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut dalam pelaksanaan
inspeksi.
2. Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah direncanakan.
3. Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau
tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan.
4. Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mencocokkan dengan
syarat-syarat keselamatan kerja.
5. Penelitian diadakan untuk mengumpulkan data atau juga cross-check
data.
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk pada peta inspeksi
adalah....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

21. Perhatikan data di bawah ini:


1. Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menjelaskan tujuan dan dasar yang akan digunakan, serta pendamping
bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut dalam pelaksanaan
inspeksi.
2. Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah direncanakan.
3. Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau
tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan.
4. Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mencocokkan dengan
syarat-syarat keselamatan kerja.
5. Penelitian diadakan untuk mengumpulkan data atau juga cross-check
data.
Berdasarkan data diatas manakah yang termasuk pada pendahuluan .....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

22. Undang-Undang Membahas tentang Menejemen keselamatan Kerja dan


Kseshatan. Undang-Undang yang mengatur tentang menejemen adalah .....
A. UU. Nomor 11 Tahun 1970
B. Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945
C. UU. Nomor 14 Tahun 1969
D. Tahun 1969 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912)
E. UU. Nomor 21 tahun 2009

23. Perhatikan pengertian Program K3 berikut ini:


1. Program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat
unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen.
2. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan
tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun,
pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem
evaluasi program.
3. Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses
pengendalian risiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia
dalam tindakan tidak aman

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

4. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya


program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya.
5. Efektivitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja
akan meningkatkan produktivitas.
Berdasarkan data di atas pengertian Program K3 menurut Nasution terdapat
pada pernyataan nomor....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

24. Perhatikan data dibawah ini:


1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi-kondisi yang tidak aman.
2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja
4. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.
Berdasarkan data di atas prinsip dasar program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menurut ....
A. Siregar
B. Nasution
C. Heinrich
D. ILO
E. WHO

25. Perhatikan data berikut ini:


1. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.
2. Program keadaan darurat di tempat kerja, termasuk koordinasi dengan
bagian yang penting di luar perusahaan.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja
4. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
5. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3
semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.
Berdasarkan data diatas manakah yang termasuk pada Sasaran dari
program keselamatan dan kesehatan kerja adalah ....

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

26. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah penting


dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja karyawan. Untuk
meningkatkan sumber daya manusia diperlukan sebuah pelatihan.
Pernyataan diatas termasuk....
A. pelatihan K3
B. analisis jabatan
C. analisis pekerjaan
D. pekerjaan K3
E. kesehatan kerja

27. Perhatikan data berikut ini:


1. Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan
atau jabatan yang ada dalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar
pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.
2. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan yang
diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga
kerja.
3. Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh
efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan
datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,
kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak
4. Program pelatihan merupakan suatu keharusan bagi sebuah industri /
perusahaan bila menghendaki hasil yang lebih maksimal dari kinerja
para pekerjanya. Pelatihan K3 adalah pengertian yang seksama tentang
prosedur pelaksanaan tugas dan pengetahuan tentang bahaya-bahaya
yang menyertai kinerja akan mengeliminasi berbagai kecelakaan
5. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
Berdasarkan data di atas yang termasuk pengembangan pelatihan K3 yang
baik dan efektif terdapat pada nomor .....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

1
KESEHATAN, KESELAMATAN

PENILAIAN
AKHIR

28. Perhatikan data berikut ini:


1. Perkulihan dan percakapan
2. Video dan film
3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan \
4. Studi kasus
5. Diskusi kelompok
Berdasarkan data di atas, teknik melaksanakan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja terdapat pada nomor....
A. 1, 2, 3 dan 4
B. 2, 3 dan 4
C. 1,2 dan 3
D. 1, 2, 3, 4 dan 5
E. 1 dan 4

29. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun 2018.
Di bawah salah satu pengawasan Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral nomor 1827 Tahun 2018 adalah ....
A. Teknik Tambang yang sedang beroprasi
B. Pedoman Permohonan
C. Penanggulangan bencana
D. Perubahan pada tambang terbuka
E. Perbedaan tambang terbuka dan tertutup

30. Pasal 29 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.


PE/1995 pada pasal 28 mengatur tentang ....
A. Tatacara penambangan yang aman
B. Pengetahuan dasar ventilasi
C. Peraturan tentang penyanggaan dan dasar kerja penyanggaan;
D. Penggunaan alat penyelamatan diri
E. Rencana penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan darurat,
tanda bahaya kebakaran dan pemadam kebakaran;

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

DAFTAR PUSTAKA

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

GLOSARIUM

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H

BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 1

Nama : Mohamad Hiola, ST


: Pohuwato, 04 Agustus 1987
Tempat dan tanggal lahir Jabatan
: Ketua Program Studi Geologi Pertambangan
Unit kerja Pendidikan terakhir : SMK Negeri 1 Kotabunan
: S1 Teknik Geologi Univ. Neg. Gorontalo
Alamat domocili : Buyat II, Kec. Kotabunan, Kab.
Bolaang Mongondow Timur Prov. Sulawesi Utara
No Hp/WA Email : 082394691827
:

1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 2
Nama: Lesly Limpele, S.Pd
Tempat dan tanggal lahir: Tombolikat, 05 September 1995 Jabatan: Guru Bahasa Inggris
Unit kerja: SMK Negeri 1 Kotabunan Pendidikan terakhir: S1 Bahasa Inggris Univ. Neg. Mana
Kab. Bolaang Mongondow Timur Prov. Sulawesi Utara
No Hp/WA082259090831
Email:

Anda mungkin juga menyukai