SMK/MAK
KESEHATAN,
KESELAMATAN KErJA
DAN LiNgkUNgAN
HiDUP
Mohamad Hiola
Lesly Limpele
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Mohamad Hiola
Lesly Limpele
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor:
Edy Cahyana
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Indah Mustika Ar Ruum
iii
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
KATA PENGANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen
Dikdasmen Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum
Keahlian SMK/ MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen
Nomor 07/D. DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum
SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi
secara tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat
interaktifdengan penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas
pernahaman individu yang menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh
para guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena
itu, diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu mata pelajaran
yang sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK
menyampaikan ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan
karya terakhir, namun seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya,
sehingga SMK rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam
menyumbangkan pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan
pernbelajaran di SMK.
i
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRAKATA
Mohamad Hiola
Lesly Limpele
v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................iv
PRAKATA......................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................ix
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU................................................................x
PETA KONSEP BUKU.............................................................................xi
APERSEPSI...................................................................................xii
BAB I SEJARAH DAN PRINSIP DASAR K3LH..............................................1
A. Pengertian K3LH..................................................................2
B. Sejarah K3LH......................................................................4
C. Prinsip K3LH......................................................................9
BAB II PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN K3LH................................12
A. Undang – Undang K3........................................................13
B. Peraturan Pemerintah terkait K3.............................................16
C. Peraturan Menteri Terkait K3.................................................24
BAB III MEMAHAMI KEBIJAKAN PERUSAHAAN TENTANG K3LH.........................38
A. Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH................................39
B. Membedakan Kecelakaan Akibat Kerja......................................44
C. Membedakan Undang–Undang Tentang Jaminan Kesehatan.............59
BAB IV PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA............................................67
A. Perlengkapan Keselamatan Kerja............................................68
BAB V METODE KESELAMATAN KERJA.......................................................79
A. Metode Keselamatan Kerja....................................................80
B. Metode Ilmiah...................................................................80
C. Keselamatan Kerja..............................................................81
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL.........................................................85
BAB VI INSPEKSI DAN MONITORING KESELAMATAN KERJA..........................95
A. Inspeksi Keselamatan Kerja..................................................100
B. Monitoring Keselamatan Kerja..............................................107
C. Pengendalian Catatan........................................................112
BAB VII MENGANALISIS PROGRAM PENGAWASAN K3LH............................116
A. Program K3LH.................................................................117
B. Pengawasan K3LH.............................................................133
BAB VIII MENGANALISIS KESEHATAN KERJA YANG SESUAI DALAM PEKERJAAN PER-
TAMBANGAN..............................................................................140
A. Keterkaitan Antara K3 dengan Pekerjaan Pertambangan...............141
B. Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pertambangan........................147
v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
DAFTAR ISI
vii
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
DAFTAR GAMBAR
v
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
DAFTAR TABEL
ix
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Kesehatan, Keselamatan Kerja, Dan
Lingkungan Hidup yang diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan
meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik.
Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas
bisa ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan
untuk mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi
dalam buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri
sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena
masing-masing saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir
Bab. Jika anda belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat
mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila
anda masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini,
silahkan diskusikan dengan teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:
x
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
PETA KONSEP
BUKU
SEMESTER GASAL
SEMESTER GENAP
BAB II Peraturan
BAB VII Menganalisis Program
Perundang-Undangan K3LH
Pengawasan K3LH
xi
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
APERSEPSI
x
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
SEJARAH DAN PRINSIP DASAR K3LH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LH peserta didik diharapkan mam
menjelaskan sejarah K3LH
menjelaskan pengertian K3LH
menjelaskan prinsip dasar K3LH
PETA KONSEP
KATA KUNCI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian K3LH
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah suatu
menciptaan kenyamanan dalam pekerjaan agar terhindar atau tercegah dari
bahaya akibat kecelakaan kerja, serta lingkungan yang nyaman.
Berikut akan dibahas pengertian K3 menurut para ahli K3 :
1. Suma’mur, 1992
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah
kecelakaan sperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan
kerja dalam hubunganya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah
satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Keselamatan kerja yang
dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan tenang
dalam pekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan menejemen.
2. Edwin B. Flippo, 1995
Pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh yang bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
meningkatkan kinerja.
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
B. Sejarah K3LH
Perkembangan K3 di dunia berawal dari banyaknya kecelakaan yang
timbul akibat kerja baik secara mendiri maupun kelompok. Kecelakaan mendiri
terjadi akibat kecorobohan kerja tidak berhati-hati dalam menjalankan
pekrjaan, sehingga berakibat fatal terhadap pekerjanya, misalnya cidera ringan
dan cidera berat. Sedangkan berkelompok salah satunya kecelakaan mobil yang
seluruh penumpang cidera berat.
Sejarah perkembangan K3 di dunia dimulai dari zaman prasejarah sampai
dengan zaman modern. Masing-masing zaman berkembang teknologi yang
menjadi ilmu-ilmu K3 yang dari waktu ke waktu telah mengalami beberapa
perubahan. Berikut akan dibahas beberapa perkembangan K3 dari zaman
prasejarah sampai padazjaman modern:
1. Zaman Prasejarah
Pada zaman ini yang sebut sebagai zaman batu dan goa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Zaman tersebut adalah zaman Paleolitkum dan
Neolitikum manusia hidup pada zaman ini ditandai dengan pembuatan kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi
mereka saat digunakan. Bentuk tombak dan kapak yang dibuat umumnya
mempunyai bentuk yang besar pada mata kapak atau ujung tombak untuk
menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang
besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar.
Bentuk dan ukuran yang paling kecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak
membahayakan pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
2. Zaman Bangsa Babylonia (Zaman Dinasti Summeria) di Irak
Pada zaman ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar
aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa
ini pada umumnya masyarakat sudah mengenal berbagai macam tipe
peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Perkembagan
pada masa itu dikarenakan setelah ditemukanya tembaga (Cu) dan Suasa
atau Emas (Au) sekitar 3000-2500 SM. Pada 3400 SM masyarakat sudah
mengenal konstruksi menggunakan batubata. Proses pembuatan batu
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
batapun cukup sederhana
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
MATERI
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
C. Prinsip K3LH
1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan, Keselamtan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah Wadah
untuk memberikan kenyaman dan pejaminan kerja pada tenaga kerja atau
karyawan. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasar
kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Upaya Kesehatan dan Keselamatan dan Lingkungan Hidup
Upaya K3 merupakan sebuah usaha suatu penyeresaian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat
sekelilingnya sehingga diperoleh produktivitasnya kerja yang optimal.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:
1) Kapasitas kerja
Kapasitas kerja merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang
untuk melaksanakan pekerjaan dengan beban tertentu secara
optimal, yang kapasitas kerja seseorang dipenuhi oleh kesehatan
umum dan status gizi pekerja, pendidikan dan pelatihan. Perlu
diketahui bahwa tingkat kesehatan dan kemampuan seorang pekerja
merupakan modal awal untuk melaksanakan sebuah pekerjaan.
2) Beban kerja
Beban kerja meliputi meliputi beban kerja fisik dan mental yang
dirasakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaanya. Beban kerja
yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang juga dapat berpengarauh terhadap
perilaku dan hasil kerjanya.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat kerja dan lingkungan
pekerja sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja.
Pengertian dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di lingkungan
tempat bekerja tersebut yang dapat menimbulkan ganguan
kesehatan pekerja.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Faktor fisika
(1) Kebisingan
(2) Suhu
(3) Getaran, dsb
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
b) Faktor Kimia
Semua bahan kimia yang dipakai dalam proses pekerja
c) Faktor Biologi
(1) Bakteri
(2) Virus
(3) Mikrobiologi,dll
d) Faktor fal ergonomi
e) Faktor psikososial
f) Stress Kerja
4) Status kesehatan Pekerja
Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh empat faktor
utama yaitu:
a) Lingkungan kerja
b) Tingkalaku Pekerja
c) Service kesehatan pekerja
d) Aspek herediter (genetik)
5) Stutus kesehatan pekerja
6) Pengkajian bahaya potensi lingkungan kerja
CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) lebih dikenal dengan pemberian perlin
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
K3LH adalah Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah sesuatu yang dap
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH . Peserta didik d
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
BAB II
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN K3LH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Peraturan Perundang-undangan K3LH peserta didik diharapkan mam
membedakan Undang-Undang K3
membedakan Peraturan Pemerintah terkait K3
membedakan Peraturan Menteri terkait K3
PETA KONSEP
KATA KUNCI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
A. Undang – Undang K3
1. Ciri-Ciri K3LH
Berikut ini terdapat ciri-ciri K3LH dalam perusahaan, terdiri atas:
a. Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety
shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk
dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan
lapangan.
b. Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja
untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di
lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah menghindari
bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud lainnya adalah
memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan, untuk
menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.
c. Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan kertas)
dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).
d. Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Manajemen
perusahaan mengupayakan para karyawannya dengan memberi petunjuk
tentang K3LH supaya para pekerja memahami pengertian K3LH dan
menerapkannya.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan
kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. K3LH telah ditetapkan oleh
pemerintah harus dilaksanakan di setiap perusahaan untuk meminimalissai
kecelakaan di dalam lingkungan kerja. Adapun undang-undang yang telah
dibuat oleh pemerinah antara lain :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam
atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral
lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di
udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik
dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis
yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal
atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
MEMUTUSKAN:
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b.
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
dapat memperhatikan konvensi atau standar internasional.
Pasal 6
(1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Bagian Kedua
Penetapan Kebijakan K3
Pasal 7
(1) Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
a dilaksanakan oleh pengusaha.
(2) Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha
paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2) perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain
yang lebih baik;
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.
Bagian Ketiga
Perencanaan K3
Pasal 9
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b
dilakukan untuk menghasilkan rencana K3.
(2) Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada
kebijakan K3 yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1).
(3) Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan sumber
daya yang dimiliki.
(4) Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan
pihak lain yang terkait di perusahaan.
(5) Rencana K3 paling sedikit memuat:
a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Bagian Keempat
Pelaksanaan Rencana K3
Pasal 10
Pasal 12
(1) Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 harus:
a. menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan
kewenangan di bidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak
lain yang terkait;
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 13
(1) Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf
d harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan
kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.
(2) Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf
e terdiri atas pelaporan:
a. terjadinya kecelakaan di tempat kerja;
b. ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau
standar;
c. kinerja K3;
d. identifikasi sumber bahaya; dan
e. yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Pasal 14
(1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten.
(3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat menggunakan jasa pihak lain.
(4) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaporkan kepada pengusaha.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
(5) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.
(6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau standar.
Bagian Keenam
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Pasal 15
(1) Untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3, pengusaha
wajib melakukan peninjauan.
(2) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
(3) Hasil peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.
(4) Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilaksanakan dalam hal:
a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. adanya pelaporan; dan/atau
h. adanya masukan dari pekerja/buruh.
BAB III
PENILAIAN SMK3
Pasal 16
(1) Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang
ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Audit
SMK3 yang meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
c. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
d. pengendalian dokumen;
e. pembelian dan pengendalian produk;
f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
g. standar pemantauan;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 17
(1) Hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilaporkan kepada
Menteri dengan tembusan disampaikan kepada menteri pembina sektor
usaha, gubernur, dan bupati/walikota sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya peningkatan SMK3.
(2) Bentuk laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang
dalam pedoman yang tercantum dalam Lampiran III sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. organisasi;
c. sumber daya manusia;
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. keamanan bekerja;
f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. tindak lanjut audit.
Pasal 19
(1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap
pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara terkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19
digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembinaan.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, perusahaan yang telah
menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini paling lama 1 (satu) tahun.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Pemerintah mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pemerintah
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Nomor 92 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
157);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59
Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);
5.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 100);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013;
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pemilihan Penyedia Barang/
Jasa Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
09/PRT/M/2011 tentang
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI
BIDANG PEKERJAAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
(1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat
K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
(2) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU
adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan
konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
MATERI
(14) Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.
2
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa
dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
(2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 konstruksi Bidang
PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a. meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja;
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktivitas.
(3) Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakanpedoman
ini.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
b. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang; dan
c. Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib
menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
(2) SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian Operasional;
d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e. Tinjauan ulang kinerja K3. (3)SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pra Konstruksi:
1) Rancangan Konseptual, meliputi studi kelayakan/feasibility
studi, survei dan investigasi;
2) Detailed Enginering Design (DED);
3) Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 5
(1) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi
bahaya.
(2) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan menjadi:
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai
kontrak diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/
atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai
kontrak dibawah Rp100.000.000.000,00(seratus milyar rupiah).
Pasal 6
(1) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli
K3 konstruksi.
(2) Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan
Petugas K3 konstruksi.
Bagian Kedua
Penerapan SMK3 Pada Tahapan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 7
Penerapan SMK3 Pada Tahap Pra Konstruksi
(1) Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi) wajib
memuat telaahan aspek K3.
(2) Penyusunan Detailed Engineering Desain (DED) wajib:
a. mengidentifikasi bahaya, menilai risiko K3 serta pengendaliannya pada
penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material,pelaksanaan
konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan;
b. mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai dengan tata cara
penetapan tingkat risiko K3 Konstruksi pada Lampiran 1;
(3) Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib memuat:
a. potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi yang
ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau dari
sumber lainnya;
b. kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3 Konstruksi
termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K.
Pasal 8
Penerapan SMK3 pada tahap pemilihan penyedia barang/jasa
(1) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat persyaratan K3
konstruksi yang merupakan bagian dari ketentuan persyaratan teknis.
(2) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat ketentuan tentang
kriteria evaluasi RK3K.
(3) Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan
rekrutmen ahli K3 Konstruksi dan dapat dipersyaratkan sertifikat SMK3
perusahaan.
(4) Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan persyaratan K3
Konstruksi wajib dijelaskan.
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
(5) Evaluasi teknis RK3K penawaran dilakukan terhadap sasaran dan program K3
dalam rangka pengendalian jenis bahaya K3.
(6) Dalam evaluasi penawaran, Pokja dapat melibatkan ahli K3 konstruksi/
petugas K3 konstruksi apabila diantara anggotanya tidak ada yang memiliki
sertifikat ahli K3 konstruksi/petugas K3 konstruksi.
(7) Apabila berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa RK3K penawaran tidak
memenuhi kriteria evaluasi teknis K3 dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, maka penawaran dapat dinyatakan gugur.
(8) RK3K penawaran yang disusun oleh penyedia jasa untuk usulan penawaran
dalam pemilihan penyedia barang/jasa, merupakan bagian dari usulan teknis
dalam dokumen penawaran, sebagaimana diatur dalam pedoman terkait
pemilihan penyedia barang/jasa yang berlaku di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum.
(9) Rencana biaya K3 harus dihitung berdasarkan kebutuhan seluruh
pengendalian risiko K3 konstruksi sesuai dengan RK3K penawaran.
(10) Apabila penyedia jasa tidak memperhitungkan biaya K3 konstruksi atau
rencana biaya K3 konstruksi yang diperhitungkan ternyata tidak mencukupi
untuk pelaksanaan program K3 maka penyedia jasa tetap wajib
melaksanakan program K3 konstruksi sesuai dengan RK3K yang telah
disetujui oleh PPK.
(11) Penyedia jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib melengkapi
RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi untuk seluruh tahapan
pekerjaan.
Pasal 9
Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
(1) RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi/ Pre Construction Meeting (PCM) oleh penyedia jasa, untuk
disahkan dan ditanda tangani oleh PPK dengan menggunakan format pada
Lampiran 2.
(2) RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan SMK3
pada pelaksanaan konstruksi.
(3) Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa penyedia jasa
dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO). Pemimpin KSO harus menetapkan
kebijakan K3 konstruksi yang berlaku untuk seluruh penyedia jasa.
(4) Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam
penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan tambah/kurang,
maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh PPK.
(5) Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan
dilaporkan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan
triwulan), yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pekerjaan.
(6) Apabila terjadi kecelakaan kerja, penyedia jasa wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat, paling lambat 2
x 24 jam.
(7) Penyedia jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja sesuai
hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulanan, dalam rangka
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan RK3K.
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 10
Penerapan SMK3 Pada Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan
(1) Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan
commissioning) untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, ahli K3 konstruksi/
petugas K3 konstruksi harus memastikan bahwa prosedur K3 telah
dilaksanakan.
(2) Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3,
statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk
proyek sejenis yang akan datang.
BAB IV
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Bagian Kesatu Kementerian Pekerjaan
Umum
Pasal 11
Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
meliputi:
a. merumuskan Kebijakan tentang SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;
b. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
c. melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara acak terhadap penerapan
SMK3 Konstruksi Bidang PU pada pekerjaan konstruksi di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;
d. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan;
e. melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja SMK3 Konstruksi Bidang
PU kepada Menteri;
f. bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas pembinaan
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum;
g. memberikan rekomendasi perbaikan untuk peningkatan kinerja
penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU kepada Menteri dan Unit Kerja Eselon
I.
Pasal 12
Pejabat Struktural Eselon I Unit Kerja Teknis Tugas, Tanggung Jawab dan
Wewenang Pejabat Eselon I meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk
pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan;
b. menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sesuai kebutuhan
penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit kerjanya, mengacu
pada ketentuan teknis yang berlaku;
c. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penilaian Aspek K3 Konstruksi
dalam proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
d. koordinasi hasil penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 13
Pejabat Struktural Eselon II Unit Kerja Teknis Tugas, Tanggung Jawab dan
Wewenang Pejabat Eselon II meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk
pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan;
b. mengevaluasi penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan melaporkannya
kepada Unit Kerja Eselon I serta melakukan peningkatan berkelanjutan di
lingkungan Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan;
c. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.
Pasal 14
Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja meliputi
a. mengkoordinasikan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU kepada Kepala
Satuan Kerja dibawahnya;
b. melaksanakan pemantauan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di
lingkungan kerjanya;
c. melaporkan hasil penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan
kerjanya kepada Unit Eselon I melalui Unit Eselon II;
d. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi
peringatan atau meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.
Pasal 15
Kepala Satuan Kerja Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Satuan Kerja
meliputi:
a. memfasilitasi pegawai di lingkungan kerjanya untuk menjadi Ahli K3
Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi;
b. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian penerapan
SMK3 Konstruksi Bidang PU pada paket pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan oleh PPK;
c. melaporkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir
b kepada Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja dengan tembusan Pejabat
Struktural Eselon II dan PPK terkait;
d. mengalokasikan biaya Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk organisasi
Pengguna Jasa pada DIPA Satuan Kerja, antara lain untuk:
1) penyediaan sarana dan prasarana K3;
2) program pembinaan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 16
Pejabat Pembuat Komitmen Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) meliputi:
a. menerapkan SMK3 konstruksi Bidang PU untuk setiap paket pekerjaan
konstruksi;
b. mengidentifikasi dan menetapkan potensi bahaya K3 konstruksi;
c. c.dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya K3
Konstruksi, PPK dapat mengacu hasil dokumen perencanaan atau
berkonsultasi dengan ahli K3 konstruksi;
d. menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
didalamnyamemperhitungkan biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
PU;
e. menyusun dan menetapkan dokumen kontrak yang didalamnya memuat
ketentuan penerapan SMK3 konstruksi bidang PU;
f. f.membahas dan mengesahkan RK3K yang disusun oleh Penyedia Jasa
pada saat rapat persiapan pelaksanaan, atas dasar rekomendasi ahli K3
konstruksi/ petugas K3 konstruksi;
g. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RK3K;
h. melakukan evaluasi terhadap adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja untuk bahan perbaikan dan laporan kepada kepala satuan kerja;
i. dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RK3K dan evaluasi kinerja
SMK3 Konstruksi Bidang PU, PPK dibantu oleh ahli K3 konstruksi/petugas K3
konstruksi dari internal dan/atau eksternal organisasi PPK;
j. memberi surat peringatan secara bertahap kepada penyedia jasa apabila
penyedia jasa tidak melaksanakan RK3K yang telah ditetapkan, dengan
menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2;
k. menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko K3 apabila peringatan
ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh penyedia jasa, menggunakan contoh format
sesuai Lampiran 3.3;
l. dalam kondisi penyedia jasa melakukan pekerjaan yang dapat berakibat
fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya pengendalian telah
dilakukan secara memadai;
m. segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana pada pasal
11 huruf d, 12 huruf e, 13 huruf c, 14 huruf d, 15 huruf e, dan pasal 16 huruf
k dan huruf l di atas menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
n. bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, apabila PPK
tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf k, huruf l
dan/atau huruf m di atas;
o. memberikan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja kepada penyedia jasa
yang telah melaksanakan SMK3 Konstruksi dalam menyelenggarakan
paket pekerjaan konstruksi tanpa terjadi kecelakaan kerja, dengan
menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.4;
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 17
Pokja ULPTugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pokja ULP meliputi:
a. memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan
bahwa biaya SMK3 telah dialokasikan dalam biaya umum.
b. apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU,
maka Pokja ULP wajib mengusulkan perubahan kepada PPK untuk
dilengkapi.
c. menyusun dokumen pemilihan Penyedia Barang/Jasa sesuai kriteria yang
didalamnya memuat:
1) Uraian Pekerjaan;
2) Potensi Bahaya;
3) Identifikasi bahaya K3;
4) Persyaratan RK3K sebagai bagian dari dokumen usulan teknis;
5) Evaluasi teknis untuk menilai pemenuhan persyaratan K3 yang tertuang
dalam RK3K, dilakukan terhadap sasaran dan program K3;
6) Mensyaratkan ahli K3 konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai potensi
bahaya K3 tinggi dan dapat mensyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan;
7) Melibatkan Petugas K3 konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai
potensi bahaya K3 rendah.
d. memberikan penjelasan pada saat aanwijzing serta menuangkannya dalam
berita acara aanwijzing tentang potensi dan identifikasi bahaya dari
pekerjaan konstruksi yang akan dilelangkan.
e. menilai pemenuhan RK3K terkait dengan ketentuan dalam pelaksanaan
pemilihan barang/jasa. bagian kedua penyedia jasa
Pasal 18
Penyedia Jasa Perencana Konstruksi Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Perencana Konstruksi meliputi membuat telaahan aspek K3 dalam perencanaan
pekerjaan konstruksi bidang PU.
Pasal 19
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi meliputi:
a. berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3Konstruksi
termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir
pemasukan penawaran;
b. menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
c. apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
1) menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan
yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
BAB V
BIAYA PENYELENGGARAAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN
UMUM
Pasal 20
(1) Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dialokasikan dalam biaya
umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
(2) Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU menjadi
bagian dari RK3K, yang disepakati dan disetujui pada saat rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction Meeting).
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
BAB VI
SANKSI
Pasal 21
PPK yang tidak melaksanakan aturan SMK3 sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri ini maka dapat dikenakan sanksi administratif sesuai
ketentuan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Seluruh lampiran dalam peraturan menteri ini yang meliputi lampiran
1: Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi, Lampiran
2: Format Rencana K3 Kontrak (RK3K), Lampiran
3: Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan Dan Surat Keterangan
Nihil Kecelakaan Kerja, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan
ini.
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 22 April 2014
MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DJOKO KIRMANTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 628
4
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) lebih dikenal dengan Peraturan perli
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini
RANGKUMAN
1. Undang – Undang K3
Ciri-Ciri K3LH
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri K3LH dalam perusahaan, terdiri atas:
a. Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety
shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk
dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan
lapangan.
b. Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja
untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di
lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah
menghindari bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud
lainnya adalah memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan,
untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.
c. Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan
kertas) dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).
d. Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Manajemen
perusahaan mengupayakan para karyawannya dengan memberi petunjuk
tentang K3LH supaya para pekerja memahami pengertian K3LH dan
menerapkannya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970.
3. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 05/prt/m/2014 tentang
pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (smk3)
konstruksi bidang pekerjaan umum.
3
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Peraturan Menteri tentang SMK3 . Peserta didik dapat m
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali
3
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
BAB III
MEMAHAMI KEBIJAKAN PERUSAHAAN TENTANG K3LH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LHpeserta didik diharapkan mampu:
menjelaskan Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH
membedakan Kecelakaan Akibat Kerja
membedakan Undang–Undang tentang Jaminan Kesehatan
PETA KONSEP
KATA KUNCI
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
3
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
keselamatan dan kesehatan;
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
2) Sebuah bagian organisasi rincian siapa yang bertanggung jawab
untuk apa dan bagaimana karyawan dan perwakilan mereka masuk
ke dalam sistem manajemen keselamatan secara keseluruhan. Dalam
usaha kecil, merupakan hal mungkin bahwa bagian ini hanya akan
berisi satu atau dua nama sebagian besar tanggung jawab akan
dialokasikan kepada orang-orang;
3) Sebuah bagian pengaturan - rincian tentang bagaimana kegiatan-
kegiatan khusus, fungsi dan masalah yang akan dikelola, seperti:
Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko; program
pemantauan, audit, inspeksi; prosedur tanggap darurat;opertolongan
pertama; pelaporan dan investigasi kecelakaan / insiden ;
keselamatan untuk operasional tertentu atau misalnya peralatan
listrik aman, bahan berbahaya dan penanganan manual; bagaimana
kemajuan tentang keselamatan dan kesehatan akan diukur dan
kebijakan akan dievaluasi.
3. Menentukan penanggung jawab K3.
Sebuah kebijakan K3 yang baik akan memberikan panduan jelas yang dapat
diikuti sehingga mengurangi kecelakaan dan kasus-kasus penyakit akibat
kerja. Kunci kesuksesan adalah program diimplementasikan dan dipelihara.
Jadi, salah satu hal yang paling penting untuk memutuskan sebuah kebijakan
adalah siapa yang akan bertanggung jawab. Membuat kebijakan akan
melibatkan tugas dan tanggung jawab kepada anggota. Untuk memilih staf
dengan bijaksana, dapat menggunakan pedoman:
a. Competence (kompetensi): perekrutan, pelatihan dan dukungan
penasihat;
b. Control (pengendalian): mengamankan komitmen, pengawasan dan
instruksi;
c. Cooperation (kerjasama): antara individu dan kelompok;
d. Communication (komunikasi): lisan, tertulis dan visual.
4. Tanggung Jawab Manajemen.
Kita telah membahas fakta bahwa tanggung jawab akhir di tempat kerja
agar selamat dan sehat terletak pada manajemen dan pemilik perusahaan.
Untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan K3
Pastikan semua tingkat manajemen dan seluruh pekerja tahu isi dan
mengikuti kebijakan K3, tanpa kecuali.
b. Penyediaan Sumber Daya
Menyediakan fasilitas yang memadai dan sumber daya sehingga
kebijakan kesehatan dan keselamatan, dapat diimplementasikan dengan
baik termasuk anggaran, personil, pelatihan, kesempatan meningkatkan
kualitas dan wadah untuk berpartisipasi dalam perencanaan, evaluasi
pelaksanaan, dan tindakan menuju perbaikan.
c. Kebijakan pelatihan K3
Pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan, ketika seorang
karyawan baru atau ditransfer ke pekerjaan baru. Sesi orientasi yang
berkaitan dengan K3 biasanya harus mencakup:
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1)Prosedur darurat;
2)Lokasi pertolongan pertama;
3)Tanggung jawab K3;
4)Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman;
5)Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
6)Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;
7)Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka sendiri;
8)Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3. Mereka
bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka
sendiri di tempat kerja sehingga merekaperlu mengambilbagiandalam
memastikan berfungsinya kebijakan K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu
menyadari dan memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan,
standar dan praktik-prakik yang relevan dengan pekerjaan mereka.
5. Tanggung jawab pekerja meliputi:
a. Menghormati semua peraturan kesehatan dan keselamatan;
b. Mengidentifikasi potensi risiko / bahaya pada workstation mereka;
c. Berpartisipasi dalam Komite K3 bersama ;
d. Menciptakan kesadaran diantara rekan sekerja, termasuk yang baru,
tentang budaya K3 yang dipromosikan dan diharapkan di tempat
kerja mereka.
6. Sosialisasi kebijakan K3
Jika kebijakan K3 harus disosialisasikan kepada semua pihak yang ada di
perusahaan baik internal maupun eksternal (termasuk trainee, magang,
manajer). Pekerja baru, supervisor dan manajer perlu memahami kebijakan
K3.
7. Pelaksanaan Kebijakan K3
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Setelah kebijakan K3 ditetapkan harus dilakukan monitoring untuk
memastikan bahwa kebijakan tersebut ditaati. Beberapa hal yang tidak
boleh diabaikan dalam rangka menindaklanjuti pelaksanaan kebijakan
K3 yaitu identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko atau yang secara
sistem dinamakan manajemen risiko. Adapun komponen-komponen dalam
manajemen risiko adalah :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanaan
b. Jumlah manusia yang terpajan
c. Frekuensi pemajanan
Derajat risiko individu; kemungkinan pengendalian bahaya;
kemungkinan untuk mencapai tingkat yang aman; aspek finansial risiko;
pendapat masyarakat dan kelompok masyarakat.
Tanggung jawab sosial manajemen risiko diterapkan dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Proses pengelolaan yang terdiri dari kegiatan identifikasi, evaluasi dan
pengendalian yang berhubungan dengan tercapainya tujuan organisasi
ataupun perusahaan.
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada tipe dan ukuran
risiko.
8. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian
risiko di tempat kerja yaitu untuk:
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat
kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di
tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
s. Kecelakaan kendaraan/mobil
t. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
u. Mekanisme cidera yang tidak spesifik
Dampak kecelakaan kerja berdasarkan model penyebab kerugian yang
dikemukakan oleh Det Norske Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis
kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja meliputi manusia/pekerja,
properti, proses, lingkungan, dan kualitas.
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.
Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif
setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian
tersebut terjadi.
d. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restrictedduty)
,adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk
perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
e. Cidera dirawat di rumah sakit (medical treatment injury). Kecelakaan kerja
ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja
yang ditangani oleh dokter, perawat,atau orang yang memiliki kualifikasi
untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan. Cidera ringan (first aid
injury) adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu,dan lain-lain.
f. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (non injury incident); adalah
suatu kejadian yang potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan
bahaya pembuangan limbah.
g. Definisi Rate
1) Incident rate adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit
akibat kerja setiap seratus orang karyawan yang dipekerjakan.
2) Frekuensi rate adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja
setiap satu juta jam kerja
3) Loss time injury frekwensi rate adalah jumlah cidera atau sakit
akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta jam kerja
4) Severity ratewaktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari)
pekerjaan alternatif yang hilang dibagi satu juta jam kerja
5) Total recordable injury frekwensi rate adalah jumlah total cidera
akibat kerja yang harus dicatat (MTI,LTI dan Cidera yang tidak
mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut
Bennet dan Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai
kejadian yang tidak dapat diduga. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu
dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi
tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat secara
selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan
standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 %dan kondisi yang tidak
selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
peran dalam
4
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
tempat kerja (karsinogen)sering kali didapat dari laporan klinis
individu dari pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan, untuk
terjadinya karsinogen mulai>20 tahun sebelum diagnosis.
11) Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh stres atau karbon monoksida dan bahan
kimia lain di tempat kerja.
12) Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver karena virus hepatitis atau
sirosis karena alkohol. Sangat penting mengetahui riwayat pekerjaan
serta bahan toksik yang ada.
13) Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan. Neuropatiperifer sering dikaitkan dengan diabet,
pemakaian alkohol,atau tidak diketahui penyebabnya. Depresi SSP
oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Perilaku seseorang yang tidak baik mungkin merupakan gejala
awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari
100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP.
Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu,
Carbon disulfide juga dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
14) Penyakit yang tidak diketahui sebabnya: Alergi dan gangguan
kecemasanmungkinberhubungandenganbahankimia atau lingkungan
sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities(MCS),
misalnya : parfum, derivate petroleum, rokok.
7. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperatur atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi,
Miliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan
katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan
terhadap sel tubuh manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
7) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme,
Polineurutis
Pencegahan:
1) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2) Pengaturan ventilasi danpenyediaan air minum yang cukup memadai.
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5) Pelindung mata untuk sinar laser
6) Filter untuk mikroskop
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil
samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat,
cair, gas, uap maupun partikel.
Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencerrnaan kulit dan mukosa.Masuknya dapat secara akut dan sevara
kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan
sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.Terjadi pada petugas/
pekerja yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan
seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat
yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane)
jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1) Material safety data sheet(MSDS) dari seluruh bahan kimiayangada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Biologi
1) Viral Desiases: rabies, hepatitis
2) Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
3) Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis Lingkungan
kerja padaPelayanan Kesehatanfavorablebagi berkembang biaknya
strainkuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda
yang terkontaminasi,dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan HepatitisB) dapat
menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil dipekerjaan,
misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi
virus.
4) Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter di Rumah Sakitmempunyai risiko
terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang
praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
menangani limbah
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
MATERI
dapat ditempuh seperti berikut ini:
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
2. Ketentuan Umum
Pasal 1
TENTANG JAMINAN
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah Jamman berupa perlindungan kesehatan agar
Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau Iuran
Jaminan Kesehatannya dibayar oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah.
2. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asmg yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran Jaminan
Kesehatan.
3. luran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Iuran adalah sejumlah
uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/
a tau Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk program Jaminan
Kesehatan.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/
atau anggota keluarganya.
5. Penerima Bantuan Iuran Jarninan Kesehatan yang selanjutnya disebut PSI
Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai
Peserta program Jaminan Kesehatan.
6. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menenma Gaji, Upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
7. Pekerja Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PPU adalah setiap
orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima Gaji atau
Upah.
8. Pekerja Bukan Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PBPU adalah
setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.
9. Bukan Pekerja yang selanjutnya disingkat BP adalah setiap orang yang
bukan termasuk kelompok PPU, PBPU, PSI Jaminan Kesehatan, dan
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah.
10. Pejabat Negara adalah p1mpman dan anggota lembaga negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan pejabat lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang.
11. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerin tahan.
12. Prajurit adalah anggota Tentara Nasional Indonesia.
13. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Anggota Polri adalah Anggota Polri sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang yang mengatur mengenal Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
14. Veteran adalah Veteran Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Veteran Republik
Indonesia.
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
penyalahgunaan pelayanan.
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian perli
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawah ini
6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Peraturan Jaminan Kesehatan. Peserta didik dapat mengu
6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap
6
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB IV
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Perlengkapan Keselamatan Kerja Dasar K3LH peserta didik diha
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)
PETA KONSEP
2. Menjelaskan Fungsi
Perlengkapan Keselamatan
1. Menjelaskan Kerja
Perlengkapan Keselamatan perlengkapan Keselamata
Kerja
KATA KUNCI
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
SalahsatucarauntukmencapaitujuanK3tersebutyaituperusahaanharusmelengkapipekerjanya
dengan alat-alat keselamatan yang memadai. Alat keselamatan kerja ini biasa
disebut dengan istilah APD (Alat Pelindung Diri). APD harus dipakai sesuai
dengan tingkatan bahaya serta risiko dari pekerjaaan, untuk menjaga keselamatan
pekerja dan orang yang berada disekitarnya. Beberapa jenis peralatan dan
perlengkapan keselamatan kerja K3. yang sering dipakai di sebuah perusahaan
adalah seperti dibawah ini :
1. Rompi Reflektor (Safety Vest); rompi ini dilengkapi oleh bahan yang
dapat berpendar bila tersorot cahaya. Pendaran ini akan membantu
mengetahui posisi pekerja saat berada ditempat yang gelap.
2. Helm Pengaman (Safety Helmet); helmet utamanya berfungsi untuk
melindungi kepala pekerja dari jatuhan ataupun benturan benda asing
secara langsung.
3. Kacamata Pengaman (Safety Googles/Glasses); kacamata jenis ini didesain khusus
untuk menutupi mata secara menyeluruh, termasuk pada bagian samping mata yang
biasanya tidak terproteksi oleh kacamata biasa. Fungsi utama safety glases
adalah untuk menghindari pekerja dari kontak debu secara langsung.
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
4. Sepatu Pengaman (Safety Shoes); Sepatu jenis ini harus terbuat dari bahan
kulit yang dilapisi metal. APD ini berguna untuk mencegah kecelakaan
terhadap kaki pekerja, misalnya tertimpa benda tajam ataupun benda berat,
cairan kimia, benda panas, dan sebagainya.
5. Sarung Tangan Pengaman (Safety Gloves); jenis APD ini berfungsi
sebagai pelindung tangan saat bekerja pada situasi yang bisa mengakibatkan
cedera tangan. Peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja diatas baru yang
umum- umum saja disebutkan. Sebenarnya, masih banyak lagi APD yang lebih khusus
lainnya, yang berfungsi untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja misalnya
Safety Masker/masker respirator (Penyaring Udara), Ear Plugs (Pengaman Telinga),
Lampu Kepala, Self Rescuer, Safety Boot (Sepatu Boot), Safety Harness (Tali
Pengaman), dan lain sebagainya.
6
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
3. Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada di
sebuah kapal untuk menjamin keselamatan pekerja.
a. Menggunakan pelindung
Pakaian pelindung adalah coberall yang melindungi tubuh anggota
badan dari bahan-bahan berbahaya seperti minyak panas, air, percikan
pengelasan dll hal ini dikenal ‘Dangri’ or ‘Boiler Suit’
b. Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang sediakan oleh helm plastik keras di atas
kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm yang menjaga
helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
c. Sepatu Safety
Max dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, terbuat
dari logam keras yang sangat berbahaya bagi pekerja. Manfaat Sepatu
Safety disini untuk memastikan bahwa tidak ada luka yang terjadi di kaki
para pekerja atau crew di atas kapal.
d. Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di kapal, sarung tangan ini
digunakan dalam operasi dan hal ini menjadi keharusan untuk
melindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung tangan yang diberikan
adalah sarung tangan tahan panas, untuk bekerja di permukaan yang
panas, sarung tangan kapas, untuk operasi pekerjaan yang normal,
sarung tangan las, sarung tangan kimia, dll.
e. Googles
Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia sehingga memiliki
kemungkinan besar untuk cidera mata, maka kaca pelindung atau
kacamata digunakan untuk perlindungan mata, sedangkan kacamata las
digunakan untuk operasi pengelasan yang melindungi mata dari percikan
intensitas tinggi.
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
f. Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110 – 120db ini merupakan
frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam
beberapa menit dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan
gangguan pendengaran. Sebuah penutup telinga atau stiker telinga
digunakan pada kapal untuk mengimbangi suara yang didengar oleh
manusia dengan aman.
g. Safety Harness
Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan
yang tinggi memerlukan anggota/crew untuk menjangkau daerah-daerah
yang tidak mudah diakses. Safety harness digunakan oleh operator di
suatu ujung dan diikat pada titik terkuat pada ujung talinya.
h. Masker
Masker wajah digunakan sebagai perisai dari partikel berbahaya. Kan
karbon yang mengandung partikel berbahaya dan menor berbahaya bagi
tubuh manusia jika terhirup secara langsung,
i. Chemical Suit
Bahan kimia sangat sering digunakan di atas kapal, dan beberapa bahan
kimia sangat berbahaya apabila berkontak langsung dengan kulit
manusia, maka chemical suit digunakan untuk menghindari situasi
seperti itu.
j. Welding Perisai
Welding adalah kegiatan yang umum di atas kapal untuk perbaikan
struktural dll. Juru las yang dilengkapi dengan perisai las atau topeng
yang melindungi mata dari kontak langsung dengan sinar ultraviolet dari
percikan las. Hal ini harus diperhatikan dan sebaiknya pemakaian
Welding sheeld sangat diharuskan untuk keselamatan pekerja. Kaki
memiliki peran yang begitu utama dalam kehidupan, dengan anggota
badan ini kita dapat melakukan apa pun seperti mengambil langkah,
bekerja dan yang lain hingga kita perlu melindunginya dari berbagai
bahaya. Salah satunya dengan memakai sepatu Safety. Sepatu Safety
(Safety Shoes) adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang harus
dipakai oleh seseorang ketika bekerja guna menghindari risiko
kecelakaan. Bukan sekedar membuat perlindungan bagian tubuh pekerja
pada adanya risiko kecelakaan saja, tetapi dengan memakai sepatu
safety pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan. Sepatu ini terbuat dari
kulit dipadukan dengan metal, di bagian bawahnya terbuat dari karet
yang tebal. Dengan bahan itu, pekerja akan aman dari berbagai
kecelakaan pada kakinya. Sangat banyak manfaat yang diperoleh dengan
memakai sepatu afety, berikut ulasannya.
MATERI
yang lain yang pastinya sangat membahayakan telapak kaki.
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
d. A.P. Pernafasan
e. A.P. Tangan
f. A.P. Kaki
g. Pakaian Pelindung
h. Safety Belt
CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Perpres%20 Nomor%2082%20Tahun%202018%20tentang
RANGKUMAN
Definisi APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi se
Jenis-jenis APD dan Penggunaannya
A.P. Kepala
A.P. Muka dan Mata
A.P. Telinga
A.P. Pernafasan
A.P. Tangan
A.P. Kaki
Pakaian Pelindung
Safety Belt
7
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH dan Alat pelindung d
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap
7
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB V
METODE KESELAMATAN KERJA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Metode Keselamatan kerja peserta didik diharapkan mampu:
menjelaskan Metode Keselamatan Kerja
menjelaskan Metode Ilmiah
PETA KONSEP
METODE KESELAMATAN
1. Menjelaskan MetodeKERJA
Keselamatan Kerja 2. Menjelaskan Metode Ilm
KATA KUNCI
7
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
B. Metode Ilmiah
Untuk memulai suatu metode ilmiah, pertama-tama harus merumuskan
masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan
permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag.
Berikut 7 tahapan dalam melakukan metode ilmiah :
1. Menemukan dan Merumuskan Masalah
Langkah awal dalam melakukan penelitian adalah menemukan
masalah lalu,masalah yang ditemukan dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, ringkas, jelas, dan bermakna. Metode perumusan masalah dilakukan
dengan menemukan masalah terlebih dahulu kemudian merumuskannya.
Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan beberapa variabel. Variabel
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi masalah. Dalam metode ilmiah
dikenal empat variabel yaitu :
a. Variabel bebas yaitu suatu variabel yang dipilih serta diukur oleh
peneliti untuk menentukan adanya suatu hubungan pada keadaan atau
kejadian yang diteliti oleh peneliti. Variabel ini dapat mempengaruhi
variabel lain.
b. Variabel terikat yaitu hasil dari pengaruh variabel bebas.
c. Variabel kontrol (terkendali) yaitu perlakuan yang sama pada semua
percobaan.
d. Variabel penggangu yaitu varibel yang tidak dikehendaki namun
dapat mengganggu hasil penelitian.
2. Mengumpulkan Informasi atau Data-data
Pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan,
membaca buku referensi, mewawancarai para ahli dan mencari data
informasi dari hasil obsevasi. Informasi ini tidak boleh asal – asalan dan
8
hasilnya bisa
8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA KESEHATAN, KESELAMATAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP
C. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk melindungi
pekerja dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu sekarang telah
banyak diterapkan keselamatan kerja untuk melindungi keamanan para pekerja.
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
MATERI
PEMCBAEKLRAAJWARAALAN
Metode Keselamatan Kerja dan Metode Ilmiah merupakan hal terpenting dalam melaksana
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah
RANGKUMAN
Keselamatan kerja memang menjadi poin penting yang wajib diperhatikan oleh setiap peru
Berikut 7 tahapan dalam melakukan metode ilmiah :
Menemukan dan merumuskan masalah
Mengumpulkan informasi atau data
Menyusun hipotesis atau dugaan sementara
Melakukan percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis
Mengolah hasil percobaan (analisis data)
Membuat kesimpulan
Mengomunikasikan hasil penelitian
Dalam metode ilmiah dikenal empat variabel yaitu :
Variabel bebas yaitu suatu variabel yang dipilih serta diukur oleh peneliti untuk menentukan
Variabel terikat yaitu hasil dari pengaruh variabel bebas.
Variabel control (terkendali) yaitu perlakuan yang sama pada semua percobaan.
Variabel penggangu yaitu varibel yang tidak dikehendaki namun dapat mengganggu hasil pen
8
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik adalah mencari Metode Keselamatan Kerja dan Metode Ilmiah. Peserta didik
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
(5) Menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan masyarat
sekitarnya melalui upaya promotif, preventif dan rehabilitatif.
Berdasarkan data diatas manakah yang termasuk tujuan K3 menurut ILO dan
WHO adalah .....
A. (1), (2) dan (3)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (3) dan (4)
E. (4) dan (5)
5. Pada zaman ini yang sebut sebagai zaman batu dan goa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Zaman tersebut adalah zaman Paleolitkum dan
Neolitikum manusia hidup dizaman ini ditandai dengan pembuatan kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi
mereka saat digunakan. Zaman ini termasuk pada zaman ....
A. Pra Sejarah
B. Bangsa Babylonia
C. Mesir Kuno
D. Yunani Kuno
E. Romawi
6. Pada Zaman ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar
aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa
ini pada umumnya masyarakat sudah mengenal berbagai macam tipe
peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka.
Zaman ini termasuk pada zaman ....
A. Abad Pertengahan
B. Romawi
C. Yunani Kuno
D. Mesir Kuno
E. Bangsa Babylonia
7. Raja yang sangat tidak suka akan kehadiran seorang putera atau bayi laki-
laki, jika ada bayi laki-laki yang lahir maka akan dibunuhnya.
Raja yang dimaksud adalah.....
A. Mesir
B. Fir’aun
C. Romawi
D. Nambrut
E. Babylonia
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. Panama
B. Laut merah
C. Suez
D. Benua
E. Afrika
10. Pada abad ke-16 salah satu toko yang terkenal adalah philipus Aureolus
Theopratus Bombastus Von Hoheinheim atau atau yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit akibat
kerja terutama terutama penyakit yang dialami oleh pekerja tambang. Pada
era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya yang berjudul
.....
A. Au Ar Metallica
B. Fe Al Metallica
C. De Re Metallica
D. Zr A Metallica
E. Si Al Metallica
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
12. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur oleh Undang-Undang ini
adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. K3LH telah ditetapkan
oleh pemerintah dan harus dilaksanakan di setiap perusahaan untuk
meminimalisasi kecelakaan di lingkungan kerja. Ketentuan tersebut
dimuat dalam Undang- Undang ....
A. No. 1 Tahun 1970
B. No. 2 Tahun 1970
C. No. 1 Tahun 1971
D. No. 3 Tahun 1970
E. No. 2 Tahun 1971
8
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. a dan b
B. a,b dan c
C. a dan c
D. a,b,c dan d
E. a,b,c,d dan e
16. Salah satu tujuan penerapan SMK3 menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 terdapat pada pasal 2 yang bunyinya ....
A. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.
B. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
C. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
D. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
E. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
18. Kebijakan Perusahaan terkait dengan K3LH adalah penyusunan kebijakan K3,
yang termasuk pada kenyusunan kebijakan K3 adalah ....
A. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
B. Pada tingkat prinsip umum, menggaris bawahi menghormati kebutuhan
dasar dari semua pekerja dan tindakan membimbing;
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
21. Salah satu alat dan tehnik metode yang dapat digunakan untuk identifikasi
risiko antara lain adalah ....
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. Inspeksi
B. Karyawan
C. Steropom
D. Properti
E. Skill
22. Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja faktor manusia untuk
menghindarkan dan membatasi risiko. Di bawah ini salah satu yang termasuk
dalam faktor manusia untuk menghindarkan dan membatasi risiko adalah ....
A. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
B. Melalui tanda peringatan
C. Melalui indikator peralatan
D. Melalui pengamatan langsung
E. Melalui informasi yang bersifat umum
24. Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,
cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor
Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh
yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi ....
A. kepala
B. mata
C. leher
D. kaki
E. kepala, mata, leher, kaki dan bagian tubuh lainya
25. Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan membuat perusahaanmelakukan pengklasifikasian jenis cidera
akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan
pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan
yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885-1 (1990). Di bawah ini salah satu pengelompokan jenis
cidera dan keparahannya adalah ....
A. kecelakaan
B. cidera fatal
C. cidera ringan
D. patah tulang
E. kecelakaan kerja
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
26. Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan
tidak aman dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh
hal- hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 %
disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan
takdir Tuhan. Salah satu konsep dasar Heinrich pemodelan adalah ....
A. Penyebab penyakit akibat kerja terdapat beberapa penyebab PAK yang
umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan
berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.
B. Penyakit akibat kerja faktor keselamatan kerja menjadi penting karena
sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan
C. Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap
komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi.
D. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
E. Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich,
yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman.
28. Keselamatan dan kesehatan kerja yang biasa disingkat K3 adalah sebuah instrumen
yang memproteksiperusahaanpekerja, lingkungan hidup, serta masyarakat
yang ada disekitar area potensi bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
(proteksi) tersebut merupakan hak asasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Tujuan
utama dari K3 adalah mencegah,mengurangi, dan berusaha mengurangi risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Peryataan tersebut termasuk pada ....
A. Mengutamakan kerja
B. Kesehatan sangat di perlukan
C. Perlengkapan Keselamatan Kerja
D. Penunjang kesehatan
E. Potensi yang menimbulkan bahaya
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
9
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Perlengkapan Keselamatan Kerja Dasar K3LH peserta didik diha
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)
PETA KONSEP
KATA KUNCI
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENDAHULU
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENDAHULU
tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya dan telah dimantapkan
dengan UU No. 23/1992 tentang Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan
kerja. Peraturan perundangan tersebut menegaskan bahwa setiap tempat kerja
wajib diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dan mengatur
pula sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut . UU
No. 23/1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki
risiko bahaya kesehatan (Hasyim,2005).
Bahaya (hazard) adalah sumber atau suatu keadaan yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan ataupun
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Menurut Bennet N. B dan
Rumondang B. Silalahi, 1995, bahaya-bahaya yang ada di sekitar industri perlu
dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu. Badan dan jiwa termasuk panca indera
serta alat- alat atau organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang wajar dari
keadaan atau pengaruh lingkungan.
Jenis-jenis sumber bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakan atau penyakit akibat kerja(Syukri Sahab, 1997) yaitu:
1. Bangunan, peralatan dan instalasi
2. Bahan
3. Proses
4. Cara kerja
5. Lingkungan
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur kesengajaan lebih-
lebih ada adanya unsur perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
menimbulkan adanya kerugian baik itu material maupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai pada yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan
kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan
(Suma’mur, 1996).Heinrich (1931) dala risetnya menemukan sebuah teori yang
dinamainya teori domino. Pada tahun 1967 Birds memodifikasi teori Heinrich dengan
mengemukakan teori manajemen yang berisikan 5 faktor dalam urutan suatu
kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan
kerugian. Dalam teorinya, Birds mengemukakan bahwa usaha pencegahan
kecelakaan kerja dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Tindakan dan kondisi tidak aman (unsafe acts
and conditions) merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab
utama dari kesalahan manajemen.
1. Manajemen
Salah satu fungsi dari manajemen di semua tingkat adalah kontrol. Ada tiga
faktor yang sering menyebabkan kontrol kurang baik, yaitu:
a. Program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja kurang baik.
Gagalnya suatu program K3 di suatu perusahaan dimungkinkan karena
tidak adanya program K3 yang jelas atau terlalu sedikitnya program yang
diterapkan.
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENDAHULU
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENDAHULU
3. Penyebab langsung
Dari penyebab dasar tersebut timbul keadaan yang disebut tidak aman (unsafe),
yang berupa gejala-gejala dari kondisi dan perbuatan tidak aman. Kondisi dan
perbuatan tidak aman ini timbul sebagai akibat dari adanya penyebab dasar
(basic causes). Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap tata cara
kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan. Tindakakan tidak
aman yang sering dijumpai, antara lain:
a. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan,
b. Menjalankan pesawat melebihi kecepatan,
c. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi,
d. Menggunakan peralatan yang rusak atau tidak layak,
e. Tidak memakai alat pelindung diri,
f. Memuat sesuatu secara berlebihan,
g. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,
h. Mengangkat berlebihan,
i. Posisi kerja yang tidak tepat,
j. Melakukan perbaikan pada waktu mesin masih berjalan,
k. Bersendau gurau,
l. Bertengkar,
m. Berada dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, dll.
Kondisi tidak amana dalah keadaan yang sangat memungkinkan untuk
menimbulkan kecelakaan. Kondisi tidak aman yang sering dijumpai, antara lain:
a. Pengamanan tidak sempurna,
b. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat,
c. Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak,
d. Gerak tidak leluasa karena tumpukan benda,
e. Sistem tanda bahaya tidak memenuhi syarat,
f. Housee keeping dan lay out yang jelek,
g. Kondisi lingkungan (gas, debu, uap, asap)
h. Bahaya kebakaran dan ledakan,
i. Lingkungan kerja yang mengandung bahaya, antara lain: iklim kerja panas
atau dingin, penerangan tidak memenuhi syarat, ventilasi kurang baik,
tingkat kebisingan tinggi, pemaparan terhadap radiasi.
4. Kontak
Kecelakaan timbul karena kontak tubuh atau benda dengan sumber energi yang
melampaui nilai ambang batas. Sumber energi ini dapat berupa tenaga gerak,
kimia, listrik dan lain-lain. Kecelakaan dapat berupa:
a. Terbentur atau tertabrak pada suatu benda,
b. Terbentur atau tertabrak pada benda atau alat yang bergerak,
c. Jatuh ke tingkat yang lebih rendah,
d. Jatuh pada tingkat yang sama (terpeleset, tersandung, tergelincir),
e. Terjepit antara dua benda,
f. Kontak dengan listrik, radiasi, dingin dan panas serta bahan berbahaya dan
beracun
9
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENDAHULU
5. Kerugian
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian, yaitu kerusakan, kekacauan
organisasi, kesedihan atau keluhan, kelainan atau cacat dan kematian.Suatu
kecelakaan dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan pada tubuh si korban
maupun kerusakan pada harta benda. Kerusakan dapat langsung terlihat (luka,
patah, luka bakar dan lain-lain) atau baru terlihat setelah waktu yang lama
(penyakit akibat kerja yang tidak segera terlihat gejala-gejalanya). Demikian
juga kerusakan pada harta benda, ada yang terlihat langsung dan ada juga yang
akan memberikan akibat setelah beberapa lama kemudian. Misalnya, peralatan
baru yang menimbulkan stress berlebihan (Rudi Suardi, 2005).
MATERI PEMBELAJARAN
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
3. Klasifikasi Inspeksi
a. Inspeksi umum atau periodik (general inspection) Inspeksi yang dilakukan
secara menyeluruh dan mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
kerja. Inspeksi dilakukan dengan berjalan ke semua bagian untuk
memeriksa adanya potensi bahaya secara berkala dengan frekuensi
tertentu.
b. Inspeksi tidak terencana (unplanedinspection). Inspeksi ini dilakukan jika
memang diperlukan. Misalnya pada saat terjadi kecelakaan tertentu.
c. Inspeksi bertahap (continuous inspection). Inspeksi ini dilakukan dalam
beberapa waktu, misalnya pada pembangunan pabrik (tahap awal,
fondasi, tahap pendirian bangunan, pemasangan instalasi listrik, tahap
akhir).
d. Inspeksi khusus (specialinspection). Inspeksi ini dilakukan terhadap
kondisi atau peralatan yang kritis ataupun yang menimbulkan
permasalahan tertentu.
4. Pelaksana Inspeksi
Agar dapat melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pelaksana inspeksi
memerlukan:
a. Pengetahuan yang menyeluruh tentang tempat kerja.
b. Pengetahuan tentang standar dan peraturan perudang-undangan.
c. Langkah pemeriksaan yang sistematik.
d. Metoda pelaporan, evaluasi dan penggunan data (Sahab, 1997).
Berdasarkan pelaksananya inspeksi ada dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pelaksana intern dan ekstern perusahaan.
1) Intern perusahaan adalah inspeksi yang dilakukan oleh orang yang
berkepentingan seperti supervisor dan manajemen lini serta yang
mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety advisor dan
teknisi atau ahli
2) Ekstern perusahaan adalah inspeksi keselamatan kerja dilaksanakan
oleh pegawai pengawas dari instansi pemerintah dan pihak ketiga.
5. Pelaksanaan Inspeksi
Frekuensi atau tingkat keseringan inspeksi sangat ditentukan oleh:
a. Potensi atau risiko bahaya (semakin besar risiko bahaya semakin sering
dilakukan inspeksi).
b. Persyaratan hukum (secara hukum telah ditentukan kapan harus
diadakan inspeksi).
c. Sejarah kecelakaan (riwayat kecelakaan masa lalu: perawatan,
terhambatnya produksi, laporan penyelidikan kecelakaan).
d. Umur peralatan atau saran produksi (semakin tua semakin sering
diinspeksi).
Waktu pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan periode tertentu, diantaranya:
a. Inspeksi regular internal 1-3 bulan sekali,
b. Mengikuti perubahan peralatan atau metode tempat kerja,
c. Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan,
d. Mengikui petunjuk seorang ahli,
e. Mengikuti petunjuk pabrik pembuatannya (manual book).Namun untuk
daerah yang berisiko tinggi, sebaiknya periode inspeksi dilakukan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
sesering mungkin.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
c. Tahap pelaporan
Laporkan hasil inspeksi kepada kepala bagian atau
pendampingnya sewaktu melakukan inspeksi dengan jelas, singkat
dan tepat waktu. Adapun bentuk atau isi laporan yaitu:
1) Pendahuluan,
2) Permasalahan,
3) Uraian atau analisa,
4) Kompromi permasalahan,
5) Kompromi tindakan perbaikan,
6) Kompromi target.
6. Hambatan-hambatan inspeksi
Ada beberapa faktor yang menghambat jalannya pelaksanaan inspeksi
keselamatan kerja, antara lain:
a. Kurangnya pendekatan pribadi oleh petugas pelaksana dalam
menyampaikan tujuan pelaksanaan inspeksi.
b. Kurangnya pengetahuan petugas pelaksana tentang proses bagian
tersebut, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya
serta ketentuan-ketentuan tambahan khusus pada bagian tersebut.
c. Kurangnya sarana seperti: baterai peralatan yang sudah lemah, alat uji
belum dikalibrasi, pena kehabisan tinta, kurangnya waktu hingga
terburu- buru.
d. Perubahan-perubahan eksternal.
e. Kurangnya persiapan.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif;
2) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;
3) Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk
menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai
dengan pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara
efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan;
4) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan
pekerja dengan tujuan mencari laba atau tidak, baik milik swasta
maupun milik negara;
5) Direktur ialah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
No. 1 Tahun 1970;
6) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknik
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri;
7) Pengusaha adalah:
a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c) Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada huruf a dan b, jikalau yang
diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
8) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung tempat kerja atau lapangan yang berdiri sendiri;
9) Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa
atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
10) Laporan Audit adalah hasil audit yang dilakukan oleh Badan Audit
yang berisi fakta yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di
tempat kerja sebagai dasar untuk menerbitkan serifikat pencapaian
kinerja Sistem Manajemen K3;
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 2
1. Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Pasal 3
1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3.
b. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuan.
Pasal 4
1. Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan,
tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Pedoman penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud
ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri
ini.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 8
1. Badan Audit wajib menyampaikan laporan audit lengkap kepada
Direktur dengan tembusan yang disampaikan kepada pengurus
tempat kerja yang diaudit.
2. Laporan audit lengkap sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan
formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan
Menteri ini.
3. Setelah menerima laporan Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana
dimaksud ayat (2), Direktur melakukan evaluasi dan penilaian.
4. Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (3)
Direktur melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan sertifikat dan bendera penghargaan sesuai dengan
tingkat pencapaiannya; atau
b. Menginstruksikan kepada pegawai, pengawas untuk mengambil
tindakan apabila berdasarkan hasil audit ditemukan adanya
pelanggaran atas peraturan perundangan.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Sosialisasi terkait
pemenuhan
legal, hokum dan
persyaratan K3
lainnya (lokal,
nasional)
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
C. Pengendalian Catatan
Menurut pedoman OHSAS 18001:2007 suatu organisasi harus membuat
dan memelihara catatan sesuai dengan keperluan untuk disesuaikan dengan
persyaratan sistem manajemen K3 dan standart OHSAS itu sendiri. Catatan–
catatan yang dimiliki suatu organiasi juga harus selalu terupdate untuk
melengkapi setiap informasi yang ada di organisasi tersebut. Dengan kata lain,
seluruh catatan dalam organisasi harus dipelihara dengan baik sebab catatan
tersebut harus tetap dapat dibaca, teridentifikasi dan dapat dilacak. Selain
aturan untuk membuat catatan, menurut pedoman OHSAS 18001:2007 suatu
organisasi juga harus untuk membuat, menerapkan dan memelihara suatu
prosedur untuk mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengambil,
menahan, dan membuang catatan– catatan tersebut.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
CAKRAWALA
Inspeksi keselamatan Kerja dan monitoring salah satu bentuk memberikan perhatian kepad
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
Inspeksi adalah upaya deteksi dini dan mengoreksi adanya potensi bahaya di
tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Adapun tujuan inspeksi adalah:
1. Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.
2. Memperlihatkan kelemahan yang berpotensi menimbulkan bahaya, kerugian,
kerusakan dan kecelakan.
3. Mengidentifikasi perilaku kerja seseorang supaya mempunyai sikap kerja
selamat (safety performance).
4. Mengidentifikasi apakah tindakan perbaikan memadahi Mendemonstrasikan
kesungguhan atau tekad manajemen.Hal ini akan tampak jelas di mata
karyawan akan adanya perhatian manajemen terhadap K3.
5. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman serta bebas dari bahaya.
Agar dapat melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pelaksana inspeksi
memerlukan:
1. Pengetahuan yang menyeluruh tentang tempat kerja
2. Pengetahuan tentang standar dan peraturan perudang-undangan.
3. Langkah pemeriksaan yang sistematik.
4. Metoda pelaporan, evaluasi dan penggunan data (Sahab, 1997).
Waktu pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan periode tertentu, diantaranya:
1. Inspeksi regular internal 1-3 bulan sekali,
2. Mengikuti perubahan peralatan atau metode tempat kerja,
3. Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan,
4. Mengikui petunjuk seorang ahli,
5. Mengikuti petunjuk pabrik pembuatannya (manual book).Namun untuk
daerah yang berisiko tinggi, sebaiknya periode inspeksi dilakukan
sesering mungkin.
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Inpeksi dan Monitoring Keselamatan Kerja. Peserta didik dapat m
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
BAB VII
MENGANALISIS PROGRAM PENGAWASAN K3LH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Sejarah dan Prinsip Dasar K3LHpeserta didik diharapkan mampu:
menyebutkan program K3LH
menjelaskan pengawasan K3LH
PETA KONSEP
Program K3LH
Pengawasan K3LH
KATA KUNCI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
A. Program K3LH
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi
ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan
kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3,
kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun,
pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi
program (DK3N, 1993).
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian
risiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak
aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. 2.Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja
dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk
masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti
arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).
Efektivitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja
antara lain (Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga
kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (Nasution, 2005).
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
AOMA (American Occupational Medical Assosiation) dalam Soehatman
Ramli (2010) membagi komponen penting dari program K3, yaitu :
1. Komponen Pokok, meliputi:
a. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja
1) Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan
termasuk penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi
pada manajemen mengenai kemampuan seorang pekerja untuk
dapat melakukan pekerjaannya secara aman tanpa membahayakan
keselamatan dan kesehatan kerja dan orang lainnya. Dalam
memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor yang
diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian
terhadap fisik dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh
oleh pekerjaannya, evaluasi dari macam kerja yang akan diberikan.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui
status kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap
kesehatannya.
3) Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau
kecelakaan
4) Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja
yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan
akibat kerja.
b. Diagnosis dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
c. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat
kerja.
d. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazard dan
tindakan pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap
kesehatan.
e. Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan
pengadaannya.
f. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui
apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta
pencegahannya.
g. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang
belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
h. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan
kerja.
i. Pemerikasaan occupational health records.
j. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.11.Ikut serta dalam penentuan dan
evaluasi dari ansuransi pekerja.
k. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang
berhubungan dengan kesehatan.
l. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang
ada.
2. Komponen Pilihan
a. Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya
minor dan non occupational.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
mengenai
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para
supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas
kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi.Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat
jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada
pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Schuler
dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan
akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras kepemilikan.
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Berikut ini di jelaskan perkembangan elemen-elemen peleaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja PT. Bitratex Industries Semarang
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminankeselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus
diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja
merasa ada jaminan atas pekerjaan yang Jam Kerja Jaminan Keselamatan
dan Kesehatan Beban Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Alat Pelindung
Diri Pelatihan K3 mereka lakukan, baik yang berisiko maupun tidak. Menurut
Shafiqah Adia (2010), jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat
para tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu
pekerjaan, sehingga dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi
nihil kecelakaan dan penyakit kerja.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id).
Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi
bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja,
mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya,
menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman
kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
karyawan. Semakin
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
berat kelebihan beban kerja yang mereka terima, maka kinerjanya akan
semakin menurun.
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya
adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan
untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja
mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu
(www.gajimu. com). Hampir satu abad berlalu sejak standar
internasional jam kerja diberlakukan, sebuah studi yang dilakukan oleh
Organisasi Buruh se-Dunia (ILO) memperkirakan bahwa satu dari 5 pekerja
di berbagai penjuru bumi atau lebih dari 600 juta orang masih bekerja lebih
dari 48 jam per minggu (Bambang Paulus WS, 2007). Studi bertajuk “Working
Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a
Global Comparative Perspective” itu mengungkapkan, 22% tenaga kerja
global, atau 614,2 juta pekerja, bekerja di atas standar jam kerja. Padahal,
sedemikian studi tersebut mengingatkan, jam kerja yang lebih pendek bisa
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif, seperti meningkatkan
kesehatan hidup karyawan dan keluarganya, mengurangi kecelakaan di
tempat kerja dan mempertinggi produktivitas. Namun, pada sisi lain, studi
yang sama juga mengungkapkan sisi negatif dari jam kerja yang pendek,
terutama di negara-negara berkembang dan transisi. Yakni, bisa
menyebabkan pengangguran dan dengan demikian cenderung
meningkatkan kemiskinan.
B. Pengawasan K3LH
Mari kita simak dan baca pengawasan K3LH dalam peraturan menteri
ketenagakerjaan
1. Peraturan menteri ketenagakerjaan membahas tentang pengawasan K3LH
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
dalam rangka transparansi, akuntabilitas kinerja,dan keseragaman
pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari
Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
c. Undang-Undang Nomor 21Tahun 2003tentang Pengesahan ILO Convention
Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
(Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
Dalam Industri dan Perdagangan) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4309);
d. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan;
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2005
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
tentang Pelaporan Pengawasan Ketenagakerjaan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
melakukan pengujian Norma Ketenagakerjaan sesuai peraturan
perundang-undangan.
(12) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut PPNS Ketenagakerjaan adalah Pengawas Ketenagakerjaan
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan.
(13) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Ahli
K3 adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi
yang membidangi ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri
untuk mengawasi ditaatinya peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan dibidang K3.
(14) Pembinaan Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pembinaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman
pekerja/buruh, pengusaha, pengurus, atau anggota kelembagaan
ketenagakerjaan tentang peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
(15) Pemeriksaan Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan di Perusahaan atau Tempat
Kerja.
(16) Pengujian Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengujian adalah
kegiatan penilaian terhadap suatu objek Pengawasan Ketenagakerjaan
melalui perhitungan, analisis, pengukuran dan/atau pengetesan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau standar yang
berlaku.
(17) Penyidikan Tindak Pidana Ketenagakerjaan adalah serangkaian
tindakan PPNS Ketenagakerjaan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
ketenagakerjaan yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
(18) Nota Pemeriksaan adalah peringatan dan/atau perintah tertulis
Pengawas Ketenagakerjaan yang ditujukan kepada Pengusahaatau
Pengurusuntuk memperbaiki ketidakpatuhan terhadap Norma
Ketenagakerjaanberdasarkan hasil pemeriksaan Pengawas
Ketenagakerjaan.
(19) Norma Ketenagakerjaan adalah segala bentuk peraturan perundang-
undangan atau standar dibidang ketenagakerjaan yang terdiri dari
norma kerja dan norma K3.
(20) Pimpinan Unit Kerja Pengawasan Ketenagakerjaan adalah Pimpinan
Unit Kerja Pengawasan Ketenagakerjaan di pusat atau di provinsi.
(21) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi
Pengawasan Ketenagakerjaan.
(22) Dinas Provinsi adalah dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang ketenagakerjaanprovinsi.
(23) Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
pemerintahan bidang ketenagakerjaan.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 2
(1) Pengawasan Ketenagakerjaan merupakan fungsi negara dalam
penegakan hukum ketenagakerjaan.
(2) Pengawasan Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. Layanan publik, yaitu menangani masalah dan tantangan yang
dihadapi oleh Pekerja/Buruh dan Pengusaha;
b. Akuntabilitas, yaitu Pengawas Ketenagakerjaan harus pegawai
negeri sipil yang bebas dari pengaruh dari luar dan tindakan serta
kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan;
c. Efisiensi dan efektivitas, yaitu Pengawasan Ketenagakerjaan harus
menetapkan prioritas untuk memaksimalkan kinerja;
d. Universalitas, yaitu layanan Pengawasan Ketenagakerjaan bersifat
universal yang menjangkau seluruh sektor aktivitas ekonomi;
e. Transparansi, yaitu Pekerja/Buruh, Pengusaha dan pemangku
kepentingan lainnya diberikan informasi tentang kewenangan,
tugas dan fungsi dari layanan Pengawasan Ketenagakerjaan;
f. Konsistensi dan koheren, yaituPengawas Ketenagakerjaan
diberikan panduan yang sama, koheren dan konsisten dalam
melaksanakan tugasnya;
g. Proporsionalitas, yaitu penegakan hukum sebanding dengan
keseriusan pelanggaran dan risiko potensial terhadap K3;
h. Kesetaraan, yaitu perlindungan yang setara untuk semua Pekerja/
Buruh dijamin oleh undang-undang;
i. Kerjasama, yaituPengawas Ketenagakerjaan bekerjasama dengan
organisasi dan lembaga lain untuk menjamin pelaksanaan hukum
ketenagakerjaan di Perusahaan; dan
j. kolaborasi, yaitu Pengawas Ketenagakerjaan harus berkolaborasi
dengan Pengusaha, Pekerja/Buruh dan organisasinya ditingkat
nasional, regional,dan Perusahaan.
Pasal 3
(1) Pengawasan Ketenagakerjaan bertujuan untuk memastikan
dilaksanakannya Norma Ketenagakerjaan di Perusahaan atau Tempat
Kerja.
(2) Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi:
a. Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan;
b. memberikan penerangan dan penasihatan teknis kepada
Pengusaha dan Pekerja/Buruh mengenai hal-hal yang dapat
menjamin efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;dan
c. mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan
keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai
bahan penyusunanatau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Pasal 4
Tata cara Pengawasan Ketenagakerjaan meliputi:
(1) perencanaan;
(2) pelaksanaan;dan
(3) pelaporan.
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link di bawa
RANGKUMAN
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pe
Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkung
Membuat prosedur keamanan.
Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan baru dan
Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
Rapat bulanan P2K3
Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari materi tentang menganalisis program pengawasan K3LH. Pesert
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kali
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
BAB VIII
MENGANALISIS KESEHATAN KERJA YANG SESUAI DALAM PEKE
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam Pekerjaan Pertam
membedakan keterkaitan antara K3 dengan pekerjaan pertambangan;
menjelaskan kesehatan kerja dalam pekerjaan pertambangan
PETA KONSEP
KATA KUNCI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018 tentang
perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6186);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5142);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
h. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 42 Tahun
2016 tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1885);
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun 2016
tentang Penetapan dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Khusus
Pengawas Operasional di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1886);
j. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun
2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);
3. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
(SMKP Minerba) yang terdiri atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pertambangan dan Keselamatan Operasi (KO) Pertambangan, diterapkan
oleh Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK
Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian, dan perusahaan jasa pertambangan.
Beberapa Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
a. Kebijakan;
b. Perencanaan;
c. Organisasi dan personel;
d. Implementasi;
e. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut;
f. Dokumentasi; dan
g. Tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
Beberapa penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan pada
pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1. Permulaan audit:
a. Penentuan kelayakan audit;
b. Penunjukan ketua tim audit;
c. Pemilihan tim audit;
d. Penetapan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit; dan
e. Pelaksanaan kontak awal dengan auditi.
2. Pelaksanaan tinjauan dokumen:
a. Peninjauan dokumen sistem manajemen; dan
b. Penentuan kecukupan dokumen terhadap kriteria audit.
3. Persiapan untuk kegiatan audit lapangan:
a. Penyiapan rencana audit;
b. Penugasan tim audit; dan
c. Penyiapan dokumen kerja.
4. Pelaksanaan kegiatan audit lapangan:
a. Pelaksanaan rapat pembukaan;
b. Komunikasi selama audit;
c. Tugas dan tanggung jawab pemandu dan pengamat;
d. Pengumpulan dan verifikasi informasi;
e. Perumusan temuan audit;
f. Penyiapan kesimpulan audit; dan
g. Pelaksanaan rapat penutupan.
5. Penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit:
a. Penyiapan laporan audit; dan
b. Pengesahan dan penyampaian laporan audit.
6. Penyelesaian audit; dan
7. Pelaksanaan tindak lanjut audit.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
b. Pelindung kaki
1) Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal
standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009.
2) Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan
sepatu karet biasa.
3) Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu
dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti tergelincir .
4) Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
5) Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus
diganti baru.
6) Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat
atau rusak.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
CMAAKTREARWI PAELMABELAJARAN
Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam Pekerjaan Pertambangan.
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun 2018
Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/atau Pengesahan Kepala Teknik
Tambang, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, Kepala Tambang
Bawah Tanah, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan/atau
Penanggung Jawab Operasional meliputi:
a. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Teknik Tambang;
b. Permohonan, evaluasi, pengesahan Penanggung Jawab Teknik dan
Lingkungan;
c. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Tambang Bawah Tanah;
d. Permohonan, evaluasi, dan pengesahan Pengawas Operasional;
e. Pengesahan Pengawas Teknis; dan
f. Permohonan, evaluasi, pengesahan, dan evaluasi kinerja Penanggung
Jawab Operasional
2. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun
2018, mengacu pada beberapa Undang-Undang dan Peraturan-peraturan
diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
RANGKUMAN
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari membahas Menganalisis Kesehatan Kerja Yang Sesuai Dalam P
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Mengevaluasi Program K3LH dari Berbagai Tinjauan Pada Peke
menjelaskan perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan fungsi perlengkapan keselamatan kerja
menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD)
PETA KONSEP
KATA KUNCI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
A. Program K3LH
1. Pemeriksaan Kesehatan (Pasal 27) Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatannya yang menjadi kewajiban perusahaan.
b. Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan
menyeluruh) secara berkala oleh dokter yang berwenang.
c. Pekerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-
kurangnya dua kali setahun.
d. Pekerja tambang yang bekerja ditempat yang dapat membahayakan
paru- paru, harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.
e. Berdasarkan ketentuan yang berlaku Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
dapat menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan pekerja tambang
yang menangani bahan berbahaya oleh dokter yang berwenang.
2. Pendidikan dan Pelatihan (Pasal 28) Keputusan Menteri Pertambangan
Dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
a. Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan
untuk pekerja baru, pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk
menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan
dan pelatihan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
b. Kepala Teknik Tambang dapat menyelenggarakan sendiri atau bekerja
sama dengan instansi Pemerintah atau badan-badan resmi lainnya untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), hanya disesuaikan dengan kegiatan dan jenis pekerjaan
pada kegiatan usaha pertambangan.
c. Setiap penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada dalam ayat (1), harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
3. Pasal 29 Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor : 555.K/26/M.
PE/1995
a. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal
28, sekurangkurangnya mencakup pelajaran sebagai berikut :
1) Kewajiban dari seorang pekerja tambang;
2) Wewenang dan tanggung jawab dari seorang pengawas;
3) Pengenalan lingkungan kerja;
4) Rencana penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan
darurat, tanda bahaya kebakaran dan pemadam kebakaran;
5) Aspek kesehatan dan keselamatan dari tugas yang akan diberikan;
6) Mengenal bahaya dan menghindarinya; Bahaya listrik dan permesinan;
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
8) Bahaya kebisingan, debu dan panas dan tindakan perlindungan.
b. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), untuk tambang bawah tanah mempunyai mata pelajaran tambangan
sebagai berikut:
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
kurangnya sebagai berikut :
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
u. Jarak aman gudang adalah jarak minimum dimana gudang bahan peledak
harus terpisah dari gudang-gudang yang lain, bangunan yang dihuni
orang, jalan kereta api serta jalan umum dan yang tergantung pada jenis
dan jumlah bahan peledak yang disimpan didalamnya.
v. Bahan peledak peka detonator adalah bahan peledak yang dapat
meledak dengan detonator No. 8.
w. Bahan peledak peka primer adalah bahan peledak yang hanya dapat
meledak dengan menggunakan primer atau booster dengan detonator
No. 8.
x. Bahan ramuan bahan peledak adalah bahan baku yang apabila dicampur
dengan bahan tertentu akan menjadi bahan peledak peka primer.
y. Gudang bahan peledak utama adalah gudang yang digunakan sebagai
tempat penyimpan bahan peledak yang letaknya tidak terlalu jauh dari
tambang dan dari gudang ini bahan peledak dipakai untuk keperluan
peledakan.
z. Gudang bahan peledak transit adalah gudang yang dipergunakan sebagai
tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut/dipindahkan ke
gudang bahan peledak utama.
aa. Gudang bahan peledak sementara adalah gudang yang dipergunakan
untuk kegiatan pertambangan pada tahap eksplorasi atau persiapan
penambangan.
ab. Kontainer adalah gudang bahan peledak yang berbentuk peti kemas
yang terbuat dari plat logam.
ac. Bahan mudah terbakar adalah sesuatu bahan apabila digunakan akan
menyala, membara, membantu pembakaran atau menghasil uap apabila
terkena api atau panas.
ad. Gas mudah menyala adalah gas yang akan pada kadar oksigen yang
normal di udara.
ae. Titik nyala adalah temperatur minimum dari uap yang dihasilkan sesuatu
bahan cair, cukup untuk membentuk campuran uap dan udara yang
mudah menyala terdapat diatas permukaan bahan cair tersebut.
af. Derajat ketahanan api adalah waktu yang dinyatakan dalam menit atau
jam dari suatu benda akan tetap bertahan pada sifat bentuknya bila
terkena api.
ag. Pesawat angkat (crane) adalah setiap peralatan mesin atau alat yang
digerakkan tenaga mekanis, tenaga listrik atau tenaga hidrolis yang
dapat digunakan sebagai mesin pengangkat termasuk rel, jalan rel atau
alat pembantu lainnya, tetapi tidak termasuk pemanjat lubang naik
(raise climber) yang dipasang pada sumuran tambang.
ah. Takel adalah alat pengangkat, yang terdiri dair gelang-gelang (shackle),
alat sangkutan pengait yang bebas berputar (swivel), pengait
(hooks), kawat penggantung (sling), baut bercincin (eyebolt), rantai,
dan pengait khusus (fitting) yang digunakan untuk mengangkat dan
setiap penjepit yang digunakan untuk mengamankan kawat\.
ai. Bengkel adalah suatu tempat atau ruang kerja untuk melakukan
perbaikan, perawatan, pembuatan, pemasangan atau pengujian
peralatan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
ba. Kabel fleksibel adalah kabel yang dirancang untuk dapat dipidah-
pindahkan pada waktu digunakan.
bb. Metal pelindung kabel adalah besi atau kawat baja yang merupakan
pelapis kabel.
bc. Tripping adalah alat pemutus arus listrik otomatis yang bekerja secara
mekanis ataupun elektris.
bd. Lubang naik (rise) adalah suatu terowongan yang mempunyai kemiringan
lebih besar dari 15 derajat yang pembuatannya dilakukan dari atas ke
bawah.
be. Lubang turun (winze) adalah suatu terowongan yang mempunyai
kemiringan lebih besar dari 15 derajat yang pembuatannya dilakukan
dari atas ke bawah.
bf. Hepasan (in rust) adalah mengalirnya air atau lumpur dalam kecepatan
tinggi dan mendadak.
bg. Emisi adalah keluarnya secara tiba-tiba gas beracun atau yang mudah
menyala dari tempat lain selain tempat kerja yang sudah ditinggalkan
ke sebagian daerah tambang bawah tanah yang mengakibatkan kondisi
udara tambang di daerah tersebut melebihi ketentuan ventilasi.
bh. Semburan (out burst) adalah keluarnya gas dengan hebat bersamaan
dengan material padat didalam tambang.
bi. Semburan batuan (rock burst) adalah batuan pecah yang menyembur
dahsyat disebabkan oleh adanya tekanan yang berlebihan menghasilkan
akumulasi energi, tidak termasuk semburan atau emisi yang disebabkan
tenaga gas.
bj. Daerah berpotensi bahaya adalah setiap daerah tambang bawah tanah
yang berada pada jarak 45 meter dari permukaan tanah, tempat-tempat
kerja yang sudah ditinggalkan, lapisan yang mengandung air atau
diperkirakan mengandung air dan material yang mengalir atau akan
mengalir jika basah.
bk. Kipas angin utama adalah kipas yang berfungsi mengalirkan udara ke
seluruh bukaan tambang.
bl. Kipas angin penguat adalah kipas yang berfungsi untuk memperkuat
dan menambah aliran udara, yang ditempatkan pada jalan udara utama
ataupada cabang jalan udara.
bm. Kipas angin tambahan adalah kipas yang berfungsi untuk mengalirkan
udara ke tempat-tempat kerja, lubang maju, lorong (drift) yang
dilengkapi dengan saluran penghantar udara.
bn. Jalan utama udara adalah jalan utama bersih masuk yang berpangkal
pada sumuran atau jalan tembus kepermukaan. Apabila aliran udara
tersebut dibagi kedua atau lebih permukaan kerja maka jalan udara
yang dilalui disebut jalan udara masuk.
bo. Jalan utama udara keluar adalah jalan utama udara kotor keluar yang
berakhir pada sumuran atau jalan tembus permukaan. Jalan aliran udara
kotor dari beberapa permuka kerja yang menuju jalan utama udara
keluar disebut jalan udara keluar.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
MATERI
ditinggalkan sebelumnya.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
C. Tinjauan K3LH
Melihat dan mengamati berbagai jenis atau macam-macam faktor K3LH
yang berperan aktif dalam pelaksanaannya. Dalam dunia kerja, segala kendala
kerja harus dielakkan, sementara produktifitas optimal merupakan idaman
setiap manajemen, karena sasaran keuntungan akan tercapai. Salah satu
kendala dalam proses kerja adalah penyakit. Bagi setiap pengusaha,
pencegahan jauh lebih menguntungkan dari pada penanggulangan. Perusahaan
mengenal dua kategori penyakit, yaitu penyakit umum dan penyakit akibat
kerja. Penyakit umum adalah semua penyakit yang mungkin dapat diderita oleh
setiap orang, baik yang bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan
penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk
mengurangi biaya mengatasi penyakit umum, setiap calon karyawan diwajibkan
mengadakan pemeriksaan kesehatan atas dirinya oleh dokter yang ditunjuk
perusahaan. Surat keterangan sehat dari dokter pada umumnya dapat diperoleh
dengan mudah. Dalam rangka pencegaha, ada baiknya yang memeriksa itu
dikenal baik oleh pengusaha jika dokter perusahaan tidak ada.
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Ketegangan, gelisah,
Kebisingan,
Otak danSistem risih,tidak bisa tidur,
3 DDT,timah,air raksa,
Syaraf gemetar,gangguan
karbontetaklorida
berbicara
Berngiang, kepekaan tuli Bunyi dan
4 Telinga
sementara, getaran
Bersin, batuk,
Hidung dan
5 radangkerongkongan, Amonia, debu
Tenggorokan
kanker hidung
Bengek, sesak nafas,
Debu, kapas, larutan.
6 Dada dan paru-paru batuk kering,kanker
Hidrogen sulfida
hidung
Terlalu banyak
mengangkat dengan
7 Otot dan punggung Perih dan kaku
cara yang salah dan
membungkuk.
Kurang nafsu Larutan, karbon
8 Hati makan,hepatitis, tetaklorida,vinyl
penyakit kuning,kanker chloride
Sumber data: Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja PropinsiSumatera Barat http://reposito-
ry.upnyk.ac.id/6571/1/SKRIPSI.pdf (Henry Maradona)
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
MATERI
Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau
gangguan fisik, perusahaan juga memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan/stres yang dapat menjadi
sumber-sumber kecelakaan. Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh
manusia tetapi juga pikiran karyawan. Jika seorang karyawan tidak tahan
terhadap stres, maka karyawan tersebut akan jatuh sakit. Oleh sebab itu,
diperlukan usaha untuk menghilangkan sumber ketegangan ini.
CAKRAWALA
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkugan Hidup (K3LH) Lebih dikenal dengan pemberian
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawsan peserta didik dan memperdalam materi silakan klik link dibawah
RANGKUMAN
K3LH adalah Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup adalah suatu menciptaan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
TUGAS MANDIRI
Tugas peserta didik ialah mencari Undang-Undang membahas tentang K3LH . Peserta didik dapa
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, materi apa yang kalian pelajari hari ini? Manfaat apa yang kalian dap
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
Pilihan Ganda
Pilih satu jawaban yang benar!
1. Perhatikan data berikut ini
(1) Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan
yang tinggi memerlukan anggota crew untuk menjangkau daerah-daerah
yang tidak mudah di akses. Safety harness di gunakan oleh operator di
suatu ujung dan di ikat pada titik kuat pada ujung talinya.
(2) Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110 – 120db ini merupakan
frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam
beberapa menit dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan
gangguan pendengaran.
(3) Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan pada
oprasi sehari-hari memiliki kemungkinan besar untuk cedera mata,
kaca pelindung atau kacamata digunakan untuk perlindungan mata,
sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
(4) Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang sediakan oleh helm plastik keras di atas
kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm yang menjaga
helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
(5) Bahan kiami di atas kapal sangat sering digunakan dan beberapa
bahan kimia sangat berbahaya bila berkontak langsung dengan kulit
manusia, Chemical suit digunakan untuk menghindari situasi seperti itu.
Berdasarkan data di atas manakah yang termasuk fungsi helmet adalah....
A. (5)
B. (4)
C. (3)
D. (2)
E. (1)
2. Untuk seorang yang bekerja di ruang berbahaya, sepatu safety adalah satu
diantara Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai oleh pekerja yang
kemungkinan dapat terkena pecahan kaca, besi ataupun serpihan yang lain
yang pastinya sangat membahayakan telapak kaki. Pernyataan tersebut
termasuk pada ....
A. Mencegah Kecelakaan Kerja yang Fatal
B. Membuat perlindungan dari Benda Panas
C. Melindungi dari Cairan Kimia Berbahaya
D. Melindungi dari Benda Tajam dan Berbahaya
E. Membuat Pengguna Tidak Terpeleset
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
(2) Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia sudah mencukupi karena banyak
perusahaan lain juga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sama,
Meskipun sebenarnya Alat Pelindung Diri (APD) tersebut tidak memenuhi
standar keselamatan kerja.
(3) Tingkat paparan masih dibawah nilai ambang batas (NAB)
(4) Tidak di rekomendasikan oleh induk perusahaan
Kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan tidak ada
masalah
Berdasarkan data di atas yang termasuk alasan klasik yang selalu
dikemukakan oleh pihak manajemen tehadap para pekerja dalam
penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (1), (2) dan (3)
D. (1), (2), (3), (4) dan (5)
E. (1), (2), (3) dan (4)
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. Keselamatan kerja
B. Kesehatan kerja
C. Metode ilmiah
D. Metode ilmiah dan keselamatan kerja
E. Syarat K3
11. Tahap persiapan percobaan dengan menentukan alat dan bahan, menyusun
cara kerja, penjabaran variabel, menentukan waktu percobaan dan uji coba
model percobaan. Selanjutnya tahap perlakuan percobaan. Dalam percobaan
terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan
(kelompok control) dan kelompok yang diberikan perlakuan (eksperiman).
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
Pernyataan disamping termasuk....
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
14. Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu Undang-
Undang ....
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. No. 23/1992
B. No. 01 tahun 1970
C. No. 32 tahun 2001
D. No. 51 tahun 1967
E. No. 32 tahun 1987
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. faktor individual
B. faktor manisvestasi
C. faktor akuntan
D. faktor minoritas
E. faktor perorangan
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
1
KESEHATAN, KESELAMATAN
PENILAIAN
AKHIR
29. Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 1827 Tahun 2018.
Di bawah salah satu pengawasan Keputusan menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral nomor 1827 Tahun 2018 adalah ....
A. Teknik Tambang yang sedang beroprasi
B. Pedoman Permohonan
C. Penanggulangan bencana
D. Perubahan pada tambang terbuka
E. Perbedaan tambang terbuka dan tertutup
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
DAFTAR PUSTAKA
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
GLOSARIUM
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN H
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 1
1
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 2
Nama: Lesly Limpele, S.Pd
Tempat dan tanggal lahir: Tombolikat, 05 September 1995 Jabatan: Guru Bahasa Inggris
Unit kerja: SMK Negeri 1 Kotabunan Pendidikan terakhir: S1 Bahasa Inggris Univ. Neg. Mana
Kab. Bolaang Mongondow Timur Prov. Sulawesi Utara
No Hp/WA082259090831
Email: