Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH LOMPAT TINGGI LEMPAR LEMBING DAN LEMPAR CAKRAM

DISUSUN OLEH:

NAMA : MAULANA NUR ROCHMAN (18)

KELAS : Xll-A7

SMA NEGERI 1 BANGSAL

Lompat tinggi
Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Lompat Tinggi melalui

Pendekatan perrminan dan olahraga yang dimodifikasi pada yang ditandai siswa dalam

Mengikuti pembelajaran dan peningkaran hasil tes unjuk kerja.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Proseour penelitian

Ini.jmeliputi planning, acting, observasi dan reflecting. Lnstrumen yang digunakan

Untuk mengambil data pada penelitian ini adalah lembar pengamatan, angket dan tes

Unjuk kerja siswa. Proses pembelajaran lompat tinggi melalui pendekatan permainan

Dan olahraga yang dimodifikasi didapat dari sumber data berdasarkan keadaan siswa, alat

Pembelajaran yang digunakan, sikap siswa saat menggunakan mistar miring, teknik yang

A. PENDAHULUAN

Lompat tinggi termasuk salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.Lompat tinggi itu

Sendiri adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang berada di kedua

Tiangnya.Tujuan dari lompat tinggi adalah mendapatkan lompatan yang setinggi

Mungkin.Ketinggian lompatan yang di capai oleh seorang pelompat terhantung dari


Kemampuan dan persiapan bertanding dari masing – masing atlit. Hingga saat ini,ada dua

Gaya yang di kenal dalam lompat tinggi,yakni gaya guling perut ( straddle ) dan gaya

Flop.Gaya Stradle adalah gaya dimana ketika badan melewati mistar dengan cepat diputar dan

Dibalikkan,sehingga sikap badan di atas mistar telungkup.

Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah

Atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik

Mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi

Cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa

Yunani, yaitu Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan,

Sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah

Dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau

Diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar.

Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat

Didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat

Diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi ke

hidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan,
kelincahan,

ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta
bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).

Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi ini tidak dapat menghindar dari arus

derasnya kompleksitas perubahan (Inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi,

telekomunikasi , tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada pasar bebas,serta tingkat

efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai bidang kehidupan. Suka/ tidak suka,

mau/tidak bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan dan mungkin

disebut Negara “primitif”

Globalisasi adalah suatu proses tatanan sosial yang mendunia dan tidak berbatas atau tak

mengenal batas wilayah. Globalisasi adalah suatu proses dari gagasan yang sengaja dicari

dan dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai

pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di

seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)

Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan

Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses,

globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi

ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi

dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti

bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Oleh

karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.Kehadiran globalisasi tentunya

membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.Pengaruh tersebut

meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah

sebagai berikut :

1. Sejarah lompat tinggi

2. Pengertian lompat tinggi

3. Peraturan dalam permainan lompat tinggi

4. Teknik-teknik dalam permainan lompat tinggi

5. Media dalam permainan lompat tinggi


B. TUJUAN MAKALAH

Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah

Sebagai berikut :

1. Mengetahui sejarah lompat tinggi

2. Mengetahui pengertian lompat tinggi

3. Mengetahui peraturan dalam permainan lompat tinggi

4. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lompat tinggi

5. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lompat tinggi

BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI

Sejarah Lompat Tinggi

Lompat tinggi bermula dari olimpiade pada abad ke-19 di Skotlandia. Pada kala itu,

Para peserta lompat tinggi menggunakan gaya gunting dan tercatat lompatan tertinggi yang

Dilakukan oleh peserta adalah 1,68 meter. Pada saat itu juga, lompat tinggi tidak dilakukan
Secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari

Kecelakaan. Pada abad ke-19, peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh di atas tanah yang

Berumput dengan gaya gunting (dengan cara membelakangi) yang ternyata banyak mengakibatkan
cedera bagi para peserta.Kemudian pada sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi
oleh

Seorang warga Irlandia-Amerika bernama Michael Sweeney. Pada tahun 1895, Michael

Sweeney berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern cut-off, dimana

Mengambil off seperti gunting, tapi memperpanjang punggungnya dan mendatar di atas bar.

Warga Amerika lainnya bernama George Horine mengembangkan teknik lompat yang

Lebih efisien bernama Western Roll. Melalui teknik ini, Horine bisa mencapai lompatan

Setinggi 2,01 meter pada tahun 1912. Kemudian pada Olimpiade Berlin tahun 1936, teknik

Lompatan ini menjadi dominan dilakukan sehingga Cornelius Johnson berhasil menang

Dengan mencapai ketinggian 2.03 m.

Kemudian pada empat dekade berikutnya, pelompat Amerika dan Soviet telah merintis

Evolusi teknik straddle. Charles Dumas adalah orang pertama yang menggunakan teknik ini

Mencapai ketinggian 2,13 m pada tahun 1956. Kemudian warga Amerika, John Thomas

Meningkatkan rekor dunia dengan ketinggian lompatan 2.23 m pada tahun 1960. Dan
Akhirnya Valeriy Brumel mengambil alih pencapaian dalam empat tahun ke depan. Pelompat

Soviet ini mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 m dan berhasil memenangkan medali

Emas pada olimpiade tahun 1964, sebelum kecelakaan sepeda motor mengakhiri karirnya.

Dari Brumel inilah para atlet lompat tinggi mencoba belajar dan mengembangkan

Olahraga lompat tinggi hingga saat ini terdapat berbagai gaya dalam olahraga lompat tinggi di

Dunia, antara lain gaya gunting (Scissors), gaya guling sisi (Western Roll), gaya guling

(Straddle) dan gaya fosbury flop. Sementara kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat

Di atas matras sehingga kecelakaan dapat diminimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak

Menggunakan gaya fosbury flop.

Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi adalah olahraga yang menguji ketrampilan melompat melewati tiang

Mistar. Lompat tinggi merupakan salah satu bagian dari cabang olahraga atletik. Tujuan

Lompat tinggi adalah untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya saat melewati mistar

Tersebut dengan ketinggian tertentu. Tinggi tiang mistar yang harus dilewati pelompat

Minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan
Di arena lapangan atletik dan tanpa bantun alat.

Lompat tinggi termasuk dalam cabang olahraga atletik. Menurut Aip Syarifuddin,

Atletik berasal dari bahasa Yunani, Athlon, yang artinya pertandingan, perlombaan,

Pergulatan, atau perjuangan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa cabang olahraga

Meliputi nomor-nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik merupakan dasar untuk

Melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat di dalam cabang olahraga lainnya. Dengan

Mengikuti olahraga atletik, akan diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan

Bermanfaat bagi kehidupan karena melatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan,

Ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan, dan percaya diri, serta

Bertanggung jawab.

Peraturan Lompat Tinggi

Sebelum perlombaan dimulai, ketua juri harus mengumumkan kepada segenap peserta

Lomba mengenai tinggi mistar permulaan dan tinggi berikutnya. Mistar lompat akan

Dinaikkan pada akhir tiap babak/ronde sampai hanya tersisa satu orang peserta lompat tinggi

Yang memenangkan perlombaan, atau terjadi hasil sama untuk kedudukan pertama. Apabila

Terjadi hasil sama, pemenang dilihat dari kegagalan terkecil selama perlombaan dan
Ketinggian yang terakhir yang dilewatinya.

Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah pelompat berhasil melewati

Ketinggian mistar. Pelompat boleh mulai melompat pada ketinggian permulaan yang

Disukainya dengan ketinggian minimal 2,5 m. Lompatan dianggap batal apabila pelompat

Menyentuh palang atau tidak melompat. Pelompat yang menjatuhkan palang atau menyentuh

Tanah termasuk daerah pendaratan di balik bidang tegak dari sisi dengan lebih dekat tiang

Lompat, baik itu diantara atau di luar tiang lompat dengan salah satu bagian dari tubuhnya,

Tanpa pertama kali melewati mistar lompat dianggap gagal.

Setiap pelompat akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk melakukan lompatan.

Jika pelompat tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan

Gagal. Untuk menentukan kemenangan, para pelompat harus berusaha melompat setinggi

Mungkin yang dapat ia lakukan. Pemenang ditentukan dengan lompatan tertinggi yang

Dilewati.

Teknik Lompat Tinggi

Dalam permainan lompat tinggi, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang ada

Guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Ada empat jenis gaya lompat
Tinggi yang umumnya digunakan oleh peserta lompat tinggi, antara lain sebagai berikut.

1. Teknik Gaya Guling (Straddle)

Gaya guling (Straddle) merupakan gaya dimana badan kita melewati tiang dengan cara

Diputar dan dibalikkan lagi sehingga sikap badan kita saat di atas mistar tertelungkup. Cara

Untuk melakukan gaya guling adalah pelompat harus mengambil awalan terlebih dahulu dari

Samping antara 3, 5, 7, atau 9 langkah. Tumpuan terletak pada kaki yang paling kuat,

Kemudian ayunkan ke depan. Setelah kaki diayunkan, dengan cepat badan kita balikkan untuk

Bisa melewati mistar sehingga sikap badan kita di atas mistar telungkup. Pantat kita usahakan

Lebih tinggi dari kepala kita, jadi kepala agak menunduk. Pada waktu mendarat gunakan kaki

Kanan dan tangan kanan jika tumpuan menggunakan kaki kiri, begitu pula sebaliknya.

Cara lainnya adalah dengan mengambil jarak awalan dari samping antara 4, 6, 8, atau 10

Langkah tergantung pada ketinggian target yang ingin dilewati. Jika meng-gunakan kaki kiri

Sebagai tumpuan, ayunkan kaki kanan ke belakang menuju depan. Setelah kaki ayunan

Melewati mistar, kemudian posisi badan saat di udara atau di atas mistar dalam keadaan

Tengkurap. Posisi pinggang usahakan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi kepala. Ketika

Posisi terjatuh, tumpuan berada di kedua tangan dan kaki ayunan yang pertama mendarat, lalu
Dilanjutkan dengan meng-gulingkan badan yang pertama (bagian punggung tangan) dan

Berakhir pada bahu.

Teknik awalan yang digunakan untuk teknik Straddle adalah mengambil posisi ancangancang yang
tidak terlalu jauh, berlari dengan kecepatan sedang, posisi awalan dari samping

Sekitar 30º atau 40º dengan posisi tiang lompatan, dan berlari agak serong dari mistar;

Sedangkan teknik tolakan Straddle adalah menggunakan tumpuan kaki yang tersekat dengan

Mistar, posisi badan agak merebah atau sedikit condong ke belakang ketika akan melakukan

Tolakan, posisi kaki tumpuan menolak ke atas hingga kedua lutut kaki lurus dan kedua tangan dan
kaki diayunkan dengan tenaga penuh ke depan. Teknik Straddle saat di atas mistar adalah

posisi badan tengkurap dan posisi kaki harus segera diluruskan ke belakang ketika badan

sudah mulai turun; sedangkan teknik mendarat Straddle adalah jika menggunakan tumpuan

kaki yang kiri, maka posisi pendaratan memakai kaki kanan terlebih dahulu yang kemudian

dilanjutkan dengan gerakan posisi berguling.

2. Gaya Fosbury Flop

Gaya ini diciptakan oleh Dick Ricarod Fosbury yang merupakan seorang pelompat tinggi dari

Amerika Serikat. Keunikan dari gerakan Fosbury adalah tubuh berada di atas mistar dengan

posisi terlentang dan jatuh menggunakan punggung yang masih dalam kondisi terlentang.

Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik Straddle, yakni punggung yang menghadap ke

bagian bawah arah agak serong ke kiri, tidak lagi tegak lurus pada mistar.

Teknik awalan untuk gaya Flop adalah arahan dari depan, tegak lurus menghadap mistar. Jika

menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan, dari depan menuju tiang sandaran mistar sebelah

kanan. Teknik tolakan untuk gaya Flop adalah menggunakan kaki terkuat pada tumpuan. Bila

menggunakan kaki kiri, diangkat dengan lutut kaki ditekuk bersamaan dengan memutar

badan ke arah awalan. Badan harus membelakangi mistar dan punggung berada di bagian

bawah yang dekat dengan mistar dengan posisi punggung melengkung saat melewati mistar.
Teknik Flop saat di atas mistar adalah bagian kepala harus lebih dahulu melewati mistar

dengan posisi badan yang terlentang dan punggung menghadap ke bawah arah mistar. Saat

mencapai ketinggian yang maksimal dan pinggang melewati mistar, posisi kedua kaki

digerakan atau diayun ke atas agar bisa melewati mistar dengan sempurna. Untuk pendaratan,

bagian tubuh yang mendarat terlebih dahulu adalah punggung karena sikap tubuh yang

terlentang saat melakukan pendaratan dan hanya boleh dilakukan dengan pendaratan pada

bahan berbahan busa.

3. Gaya Gunting (Scissors)

Gaya ini ditemukan oleh Sweney, oleh karena itu juga sering disebut dengan Gaya Sweney.

Sebelumnya di tahun 1880, Sweney menggunakan gaya jongkok, namun ia merasa gaya

tersebut kurang tepat hingga akhirnya beliau mengubah gaya tersebut menjadi gaya gunting

pada tahun 1896. Cara melakukan gaya gunting adalah mula-mula pelompat mengambil

awalan dari tengah. Bila pelompat pada saat akan melompat menggunakan kaki kiri sebagai

tumpuan lalu memakai kaki kanan sebagai ayunan, maka ia mendarat (jatuh) dengan kaki

kanan juga.

4. Gaya Guling Sisi (Western Roll)

Gaya ini diciptakan oleh G. Horin yang berasal dari Amerika pada tahun 1912, namun gaya

Ini tidak dapat berkembang karena ada benturan dengan peraturan yang berlaku, dimana

Lompat tinggi menggunakan gaya guling sisi membuat posisi kepala cenderung lebih rendah

Dari pinggul kita saat kita melewati mistar, sehingga hal ini tidak sah. Oleh karena itu, gaya

Ini tidak pernah digunakan dalam lompat tinggi.


Sarana dan Prasarana Lompat Tinggi

1. Tiang dan Mistar Lompat

Tiang dan mistar yang digunakan dalam permainan lompat tinggi harus memenuhi

Beberapa ketentuan. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat digunakan asalkan kaku

Dan kekar. Tiang memiliki penopang yang kaku dan kokoh untuk mistar, serta haruslah cukup

Tinggi untuk melebihi tiang sebenarnya terhadap mana mistar lompat dinaikkan dengan

Minimum 10cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4 m juga tidak melebihi

Dari 4,04 m. Tiang lompat/tiang harus tidak dipindah selama perlombaan berlangsung kecuali

Bila wasit memikirkan bahwa apakah tempat bertumpu atau pendaratan menjadi tidak sesuai

Lagi.

Mistar dapat dibuat dari metal atau kayu, berbentuk bulat atau segitiga dengan

Diameter minimum 2,5 cm dan maksimum 3 cm, dengan permukaan yang datar atau rata pada

Kedua ujung yang berguna untuk meletakkan pada papan penopang. Panjang mistar minimal

3,64 m dan maksimal 4 m, berat maksimal 2 kg. Mistar lompat harus terbuat dari fiberglass

Atau materi atau bahan lain yang cocok namu bukan dari metal, bagian tengahnya/potongan

Melintangnya bulat silindris kecuali pada kedua ujung mistar. Garis tengah/diameter pada
Bagian mistar yang bulat silindris haruslah 30mm. Ujung mistar lompat harus terletak di atas

Sedemikian rupa sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat akan dengan mudah jatuh ke

Tanah, baik di depan maupun di belakang.

2. Matras (Tempat Pendaratan)

Tempat pendaratan lompat tinggi harus memenuhi ketentuan, yakni tidak boleh kurang

Dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh

Matras yang tebalnya 10 – 20 cm dengan warna terserah.

3. Lapangan Lompat Tinggi

Lapangan lompat tinggi terdiri atas tiga bagian, yakni jalur ancang-ancang, tempat/area

Bertolak, dan tempat pendaratan. Daerah awalan (jalur ancang-ancang) panjangnya tidak

Terbatas dengan minimum 15 m, daerah tumpuan (tempat bertolak) harus datar dan tingkat

Kemiringanya 1 : 100, sedangkan tempat pendaratan harus dilengkapi dengan matras agar

Pelompat tidak cedera.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lompat tinggi merupakan olahraga

Melompat setinggi mungkin dengan melewati mistar lompat. Permainan lompat tinggi

Membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh

Pria maupun wanita. Dalam permainan lompat tinggi, diperlukan penguasaan berbagai

Teknik/gaya melompat guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan, yakni

Meraih lompatan tertinggi. Selain itu, juga terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi

Dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar tidak terdiskualifikasi atau kalah.

Lempar lembing

BAB I PENDAHULUAN

LatarBelakang

Cabang olahraga atletik adalah cabang olahraga yang bisanya dimainkandan dilombakan pada
Olympiade-Olympiade yang sering kita saksikan bersama. Dimana gerakan-gerakan yang ada di
dalamnya seperti tolak peluru lari, loncat,lompat dan lempar. Sebagian besar ada pada olahraga
lainnya, sehingga tidak heran jika pemerintah menetapkan cabang olahraga atletik sebagai
pembahasan di dalam mata pelajaran Sekolah, dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas,
bahkan hingga Perguruan Tinggi.

Tujuan

Setelahmelihatrumusanmasalahdiatasmakatujuanpenulisanmakalahini

Yaitu:

Mengetahuipengertianlemparlembing
Mengetahuipersyaratan yangsyahpadaolahragalemparlembing

Mengetahuiteknikbermainlemparlembing

PengertianLompatJauhGayaBerjalandiUdara

MengetahuiHal-halyangperludiperhatikandalamlompatjauh

BAB II PEMBAHASAN

PengertianLemparLembing

Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang berarti usaha untuk
membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang berujung runcing yang dibuang jauh-jauh
(Munasifah, 2008:4). Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga
atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-
jauhnya (PASI,1988:43).Selanjutnya Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa “Lempar lembing adalah
suatu gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan benda yang berbentuk panjang
berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk memperoleh jauhnya lemparan diperlukan
kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut pada saat lembing meninggalkan tangan.

Pengertian lempar lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarahatau riwayat
perkembangan lempar lembing sebagai salah satu cabang atletik. Munasifah (2008:4-5) Menjelaskan
Bahwa “lempar lembing berawal dari kegiatan manusia zaman dahulu dalam berburu binatang yang
seringmenggunakanlembingdalamberburu mangsanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan memakan binatang hasil buruannya”. Lempar lembing pada zaman modern sudah menjadi
olahraga yang diperlombakan, namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian
atau pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk menentukan langkah-
langkah pada masa yang akan datang.

Teknik-teknikLemparLembing

Teknik-teknikyangterdapatdalamlemparlembingadalahsebagaiberikut:

CaraMemegangLembing

Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan.
Kalau dilihat pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali
padalembingsebagaitempatpeganganyangdianjurkan,karenapadasekitarituterdapattitik

Berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memeganglembing
adatiga macam yaitu: pegangan cara Amerika(American Style), cara Firlandia (Firlandia Style), cara
Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini.
PegangancaraAmericanadalahibujaridanjaritelunjuk salingbertemudibelakangbalutan atau lilitan
lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga cocok bagi atlet pemula,
secaraumumbukanhanyaatletpemulasaja yangmenggunakanpegangan Americanakan tetapi di
kalangan masyarakat maupun kalangan pendidikan pada umumnyamenggunakan pegangan
caraAmerican,karna daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan,
2003:259)

Pegangan caraAmericanini lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara


peganganFirlandia yang sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara
pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya dorong yang
sangat kuat Cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:

Pegangan caraFirlandiaadalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang balutan atau lilitan
lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang lembing. Lebih jelas dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Pegangan cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari tengah menjepit
lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini terdapat kelebihan dan
kekurangansepertiyangdikemukakanJonathdkk(1988:81)bahwa“Pegangantankmencegah

Terjadinya luka pada siku, karena pelencengan (pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang
diharuskan sering menyebabkan masalah pada waktu melempar”. Untuk lebih jelas dapat dilihat
gambar dibawah ini:
Daritigacarapegangandiatas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih mana
yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga caramemegang
lembingtidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari pada yang lain, seseorang atlet
harus memilih salah satu jenis pegangan yang cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan
untuk tiap-tiap jenis pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar
dapat memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar harus dapat
memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan
sertaarahlemparandengantepat,dandapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”.

CaraMembawaLembing

Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa
lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan (2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk
membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawalembing
yangseringbiasa dilakukanparapelempar adalahlembing berada di atas pundak maupun bahu dengan
posisi mata lembing serong ke atas, maupun serongkebawah dan posisi mendatar dalam posisi
tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Ada juga yangmembawa lembingdengan
posisi lembingdi samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk
mengambil sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan
awalanyang optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:

CaraAwalanLariLemparlembing

Awalan adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing. Awalandilakukan dengan cara langkah
dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun
kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.

Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku
menghadap kedepan dan telapak menghadap ke atas.Posisi lembingberada sejajar di atas garis
paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan
“cross steps”. Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a). Dengan
jingkat (hop-steps),b).Denganlangkah silang di depan (cross-steps), c). Langkah silang di belakang
(rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang awalan seperti dikemukakan Ballesteros
(1993:117) bahwa “Panjang lintasan awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30
m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.

Peralihan (cross steps),saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan,
lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik
pusat gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari. Perputaran bahu
dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan
bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas
ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan
bagian bawah serta meninggalkanlembingdenganbaikdibelakangbadan.Pandangan kedua mata
selalu luruskedepan.Ketikatungkaikananmendaratdalamposisisetengahditekukdiakhir

Langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut bergerak maju, dan bukalah kedua
tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah
kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan pastikan
lembingmasihdipegangdenganbaikdibelakangdengantangan yangmembawalembing tetap berada
setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas
agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada
(Suherman, 2001:215).

Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan
dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan
tungkai. Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar kearah luar atas dan lembing diluruskan di atas
lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam
dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi
membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan (Suherman, 2001:216). Untuk lebih
jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:

CaraMelemparLembing
Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang dengan tangan
lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut kaki kanan, kemudian bersamaan
dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat- cepatnya keatas kepala, pinggul didorong
ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-
kuatnyadariataskepalakedepansehinggatanganlurusdandibantudenganmenolakkan

Kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan, kemudian lembing dilepaskan pada saat
lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86). Lebih jelas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

CaraMelepaskanLembing

Gerakanpelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu,
lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktifdi bawa
kedepan dan lengan pelampar diputar,sedangkan siku mendorongke atas. Pelepasan lembing itu
terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan
suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah, pada
waktu lembing lepas terjadi padasuatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya
sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan
lembing. Lengan kiri ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148- 149).
Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:
Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika
melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskwalifikasi. Tubuh
mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan
memusatkannyapadasatukakitumpuan,keseimbangandipengaruhiolehletaksegmen-

Segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya juga harus kita
perbesarsebab semakin besarmomentgayamaka gayayang dihasilkanjugaakan semakin besar,
sehingga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka
akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut.

SikapBadanSetelahMelemparLembing

Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang lemas lalu
badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemaskemudian tangan kanan dengan
siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga
pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh (Hasan, 1993:85). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

FaktorYangMempengaruhiHasilLemparLembing.

Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai daya ledak otot lengan bahu yang besar dan
mempunyai kekuatan serta ketepatan langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing
dilepaskan (Adisasmita, 1986:7). Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam
melangkah sama halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur
dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada saat awalan, hal
ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan seseorang untuk melempar
sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus diperhatikan adalah cara pegangan dan
unsurfisikseperti kekuatan, kelentukan, kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini
tidak boleh diabaikan oleh pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.

Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar lembing adalah kesalahan
dalammelakukanlemparan,adabeberapakesalahan yangseringterjadiketikamelakukan lempar
lembing, yaitu sebagai berikut: 1). Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat
terus atau sebaliknya terlalu lambat, 2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja, 3). Setelah langkah
silang, pelempar berhenti dahulu, 4). Kaki kanan tidak dikencangkan, 5). Lemparan tidak diikuti siku
kanan, 6). Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan melempar, 7). Lepasnya lembing tidak
melewati ataspundak kanan, 8). Sudut lempar kurang atau terlalu besar,9).Tidakdapatmemelihara
keseimbangan (Munasifah, 2008:20).

B.LOMPATJAUHBERJALANDIUDARA

PengertianLompatJauhGayaBerjalandiUdara

Lompat jauh gaya berjalan di udara adalah gerakan lompat jauh dengan gaya ketika tubuh sedang
melayang di udara gerakan kaki seakan berlari atau berjalan di udara. Gerakan itu dilakukan ketika
atlet selesai melakukan tolakan dan tubuh sedang melayang di udara kedua kaki digerakkan seperti
orang berlari sampai akhirnya landing kaki menyentuh tanah dan tubuh tetap dijatuhkan ke depan
agar tidak mengurangi jauhnya lompatan. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan lompatan yang
lebih jauh.

Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat ketika lari awalan dengan gaya
vertical yang dihasilkan dari perbuatan kaki tolak.

Hal-halyangperludiperhatikandalamlompatjauhadalah:

Kecepatan lari awalan dan besarnyasuduttolakanmerupakanunsur-unsuryang menentukan gerak


kecapaian jarak lompatan.

Tentukan kecepatan pada waktu akan melompat. Awalanharus dilakukan dengan secepatnya serta
jangan mengubah langkah pada saat akan melompat. Jarak awalan biasanya 30 meter sampai 50
meter.
Tolakan dilakukan dengan sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki yang terkuat ke atas
(tinggi dan ke depan)

Sikapbadandiudara, yaitubadandiusahakanharusmelayangselamamungkin di udara serta dalam


keadaan seimbang.

Sikap badan pada waktu mendarat, yaitu harus diuahakan jatuh/ mendarat dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai jatuhnya badan atau tangan ke belakang,karena dapat merugikan atlet karena yang
diukur adalah bagiang tubuh yang paling belakan yang menyentuh tanah.

LatihanTeknikAwalan,Tolakan,SikapBerjalandiUdaradanSikapMendarat

Latihan ini dilakukan untuk menunjang latihan lampat jauh untuk mendapatkan hasillompatan yang
sejauh-jauhnya. Latihan diawali dengan:

Lakukan lompatan berturut-turut dengan kaki tolak. Bertolak dan mendaratlah di atas kaki ayun
yang lain, melangkah dan bertolak lagi. Tujuan latihan ini adalah untuk membiasakan kaki membuat
tolakan dengan lengkap.

Latihan sama dengan di atas, dan diselingi dengan fase lari diantara tolakan. Tujuan latihan ini
adalah menggabungkan latihan lari awalan dan saat melakukan tolakan.

Latihan lari awalan 5-9 langkah, bertolak dengan gerak kombinasi yang baik dan menahan posisi ini
sampai mendarat. Tujuannya adalah memperoleh jangkauan gerak yang baik pada saat bertolak dan
memperoleh pelurusan kaki tolak.

Latihan awalan 5-9 langkah, bertolak dengan penekanan pada angkatan dan dorongan dan tahan
posisi ini sampai saat terakhir ketika kedua kaki dibawa ke daerah pendaratan. Tujuannya adalah
memperbaiki angkatan dan tolakan menambah jangkauan gerak dan belajar gerak pendaratan.\

Latihan lari awalan 5-9 langkah, bertolak dengan dorongan kaki yang kuat dan lutut diangkat dan
kemudian mengubah posisi kaki sesaat sebelum mendarat. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gerak berjalan di udara yang baik.

Setelah gerakan lompatan dianggap benar setelah itu tambahlah jarak lari awalan, Latihlah gerakan
secara lengkap. Tujuannya adalah memperbaiki tehnik gerakan lompat jauh gaya berjalan di udara
dan gerak kaki terakhir, kaki harus diangkat dan diluruskan ke depan sejauh mungkin.

Hal-halyangharusdiperhatikan/dilakukandalam melakukanlompatjauhyaitu:

Memeliharakecepatansaatbertolak.

Capailahdoronganyangcepatdandinamisdaribaloktumpuan.

Ubahlahsedikitposisilari,agartercapaiposisilari,agartercapaiposisilebihtegak.

Gunakangerakankompensasilengan yangbaik.

Capailahjangkauangerak yangbaik.

Gerakanakhiragardibuatlebihkuatdenganmenggunakandayayanglebihbesar.

Latihangerakanpendaratan.
Kuasai gerak yang betul dari lengan dan kaki dalam meluruskan
danmembengkokkannya.

Hal-halyangharusdihindaridalammelakukanlompatjauhadalah:

Memperpendekataumemperpanjanglangkahterakhirsebelummelakukantolakan.

Bertolakdaritumitdandengankecepatanyangtakmemadai.

Badanmiringjatuh kedepan atau kebelakang.

Fasemelayangtakseimbang.

Gerakkakiyangpremature.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh bagian atas dan
bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari bagian-
bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar lembing yang baik.

Lompatjauhgayaberjalandiudaraadalahgerakanlompatjauhdengan gaya ketikatubuh sedang


melayang di udara gerakan kaki seakan berlari atau berjalan di udara. Gerakan itu
dilakukanketikaatletselesai melakukan tolakan dan tubuh sedang melayang di udara kedua kaki
digerakkan seperti orang berlari sampai akhirnya landing kaki menyentuh tanah dan tubuh tetap
dijatuhkan ke depan agar tidak mengurangi jauhnya lompatan.

Permainan bulutanngkis merupakan permainan yang sangat digemari di Indonesia. Permainan ini
membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya.
Permainaniniminimaldapatdimainkanolehduaorangdanmaksimalolehempatorang.

SARAN

Sebagai calon guru olahraga, dengan mengetahui analisis gerak lempar lembing mulai dari
gerakannya itu sendiri, sendi yang berperan, bidang dan sumbu yang terkait, sertaotot-
ototyangdigunakan,diharapkandapatmenjadisuatu pegangan dalam membelajarkan anak didiknya
kelak.

Lempar cakram

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lempar cakram tidak bisa dipisahkan dengan sejarah atletik. Karena

Lempar cakram adalah nomor atau bagian dari atletik. Di Indonesia, atletik

Termasuk lempar cakram dikenal lewat bangsa Belanda yang setengah abad

Lamanya menjajah negeri Indonesia. Namun demikian, atletik termasuk lempar

Cakram ini tidak dikenal secara luas.

Pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942 – 1945, kegiatan

Keolahragawan mengalami perkembangan terutama kategori olahraga atletik guna

Melatih kekuatan fisik.Tetapi, semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh

Seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang

Sendiri, dalam usaha memenangkan perang.

Perkembangan olahraga atletik tidak berhenti pada zaman pendudukan

Jepang saja, namun berkembang hingga saat ini. Setelah Indonesia merdeka

Perkembangan olahraga atletik termasuk lempar cakram semakin meluas bahkan


Setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan atletik

Termasuk lempar cakram (Basuki dalam Sanjaya, 2011: 09). Hal ini dapat dilihat

Di setiap jenjang pendidikan atau tingkat sekolah, dimana olahraga dijadikan

Sebagai salah satu mata pelajaran pada program pembelajaran di sekolah termasuk

Di dalamnya materi pelajaran atletik itu sendiri.

Olahraga atletik di Indonesia khususnya di propinsi Gorontalo, telah

Berkembang di kalangan siswa baik itu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Prestasi belajar yang telah dicapai para

Atlet pada cabang olahraga ini telah mengharumkan nama baik Gorontalo, antara

Lain cabang olahraga atletik lari 100 meter.

Ditinjau dari prestasi belajar siswa di SMK Negeri 4 Gorontalo pada

Cabang olahraga atletik khususnya lempar cakram belum sesuai dengan yang

Diharapkan. Hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas dan pengembangan

Keterampilan siswa kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo untuk menghasilkan atletatlet yang berkualitas
guna meningkatkan prestasi belajar pada cabang atletik

Khususnya lempar cakram. Seiring perkembangan zaman modern ini, persaingan

Prestasi belajar dalam berbagai cabang olahraga semakin ketat. Sehingga perlu
Adanya perhatian khusus dalam rangka menumbuhkembangkan prestasi belajar

Siswa yang masih berusia muda dalam berbagai cabang olahraga termasuk

Didalamnya lempar cakram. Untuk itu, di SMK Negeri 4 Gorontalo juga perlu

Adanya usaha yang dapat menumbuhkembangkan prestasi siswa pada cabang

Olahraga atletik termasuk lempar cakram. Usaha tersebut salah satunya dapat

Dilakukan dengan menerapkan latihan mengangkat beban secara rutin.

Ditinjau dari karakteristik olahraga atletik khususnya lempar cakram,

Olahraga ini sangat membutuhkan unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi

Kecepatan, kelincahan, kekuatan, dan kelentukan. Karena hanya dengan memiliki

Empat unsur fisik tersebut siswa akan mampu melakukan lemparan dengan

Sebaik-baiknya dalam melakukan lempar cakram. Pada umumnya, siswa yang

Tidak mampu melakukan lemparan dengan sebaik-baiknya disebabkan karena

Unsur-unsur fisik tersebut. Adapun masalah yang umumnya dialami siswa belum

Terampil melakukan lempar cakram dengan baik, yang disebabkan oleh unsur

Kecepatan dan unsur kekuatan bergerak yang masih kurang. Dalam melakukan

Lempar cakram, dibutuhkan pemanasan dan latihan-latihan khusus agar jarak


Lemparan yang dilakukan dalam melempar cakram diperoleh hasil yang lebih

Maksimal. Dalam hal ini, perlu diberikan bentuk-bentuk latihan kecepatan

Kekuatan bergerak yang sangat berperan dalam melakukan gerakan lemparan.

Dalam melakukan lempar cakram, pelempar harus dapat bergerak dan

Berputar lebih cepat serta melakukan lemparan sekuat mungkin. Adapun bentukbentuk latihan yang
dapat dilakukan adalah mengangkat dumble, push-up, full-up.

Kenyataan menunjukan bahwa unsur latihan mengangkat beban sering

Diabaikan dalam pelaksanaan latihan. Hal ini tampak pada sebagian pelempar

Hanya mengutamakan latihan kecepatan saja atau meniti beratkan pada latihan

Keterampilan saja, bukan pada latihan untuk kekuatan otot. Menurut Fitri 2012: 1),

Salah satu latihan untuk membentuk kekuatan otot yaitu latihan dengan katrol

Dumble. Latihan dengan katrol dumble ini merupakan bentuk latihan beban yang

Dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan dimana beban tersebut digunakan

Sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan otot. Hal ini dilakukan guna mencapai

Tujuan tertentu seperti memperbaiki kondisi fisik, kesehatan, kekuatan pada suatu

Cabang olahraga dan sebagainya. Untuk bisa melakukan lemparan dengan baik,

Maka dilakukan program latihan yang terarah baik yang menyangkut kondisi fisik
Maupun teknik lemparan. Selain itu, pelaksanaan latihan juga harus teratur dan

Sistematis, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain faktor kekuatan

Otot, faktor yang turut menunjang antara lain adalah faktor gizi.

Mengacu pada permasalahan latihan kekuatan otot yang menjadi faktor

Terpenting dalam melakukan lempar cakram, satu hal yang belum diketahui yaitu

Apakah latihan kekuatan otot tersebut dapat memberikan kontribusi yang baik

Terhadap jarak lemparan yang dihasilkan. Ini merupakan sebuah permasalahan

Yang perlu untuk diketahui melalui suatu kegiatan pengkajian yang baik. Hal ini

Perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar pengaruh latihan kekuatan otot

Tersebut terhadap jarak lemparan yang maksimal.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,

Maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

Permasalahan tersebut dengan judul: “Pengaruh Latihan Mengangkat Beban

Terhadap Keterampilan Melakukan Lempar Cakram Pada Siswa Kelas X SMK

Negeri 4 Gorontalo”.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti dapat

Mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut.

1. Rendahnya prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo


pada

Cabang atletik khususnya lempar cakram.

2. Kurangnya latihan kekuatan otot melalui latihan mengangkat beban

Dengan katrol dumble guna menunjang peningkatan prestasi belajar lempar

Cakram pada siswa kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo.

3. Kurangnya aktivitas dan pengembangan keterampilan siswa kelas X


SMK

Negeri 4 Gorontalo untuk menghasilkan atlet-atlet yang berkualitas guna

Meningkatkan prestasi belajar pada cabang atletik khususnya lempar

Cakram.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada

Latihan kekuatan otot melalui latihan mengangkat beban dengan katrol dan dumble
Guna menunjang peningkatan prestasi belajar dan keterampilan dalam melakukan

Lempar cakram pada siswa kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

Sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

Berikut: “Apakah dengan latihan mengangkat beban dapat mempengaruhi

Keterampilan dalam melakukan lempar cakram?”.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan mengangkat

Beban mempunyai pengaruh terhadap keterampilan dalam melakukan lempar

Cakram pada siswa kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah penelitian ini

Adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan demi terwujudnya prestasi belajar


yang baik
Pada salah satu cabang olahraga atletik yaitu lempar cakram.

b. Penggunaan latihan kekuatan otot melalui latihan mengangkat beban

Seperti katrol dan dumble diharapkan dapat menunjang peningkatan

Prestasi belajar lempar cakram pada siswa kelas X SMK Negeri 4

Gorontalo.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat membangkitkan semangat dan

Aktivitas dan pengembangan keterampilan siswa untuk menghasilkan

Atlet-atlet yang berkualitas guna meningkatkan prestasi belajar siswa

Kelas X SMK Negeri 4 Gorontalo khususnya keterampilan dalam

Melakukan lempar cakram yang maksimal.

2. Manfaat secara teoritis adalah melalui penelitian ini diharapkan dapat

Memberikan manfaat bagi perkembangan khasanah keilmuan khususnya

Pengaruh latihan mengangkat beban terhadap keterampilan melakukan

Lempar cakram melalui esperimentasi pada siswa kelas X SMK Negeri 4

Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai