Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHAN KULIAH

- Judul Bahan Kajian : Pengembangan Kebijakan kesehatan

- Mata kuliah : Manajemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan


- Program Studi : Program Studi Pasca Sarjana Kesehatan
Masyarakat (PSMKM)
- Beban Studi : 2 (dua) SKS
- Waktu : TM = (1 x 50 menit), BM (3x170 menit), TT (2x60
menit)
- Dosen pengampu : Martawan Madari, SKM, MKM

- Mhs penyusun : Aladin


bahan

- Kemampuan akhir yang diharapkan (Sub CMPK) : (Lihat di RPS MK


ini)
Mampu menjelaskan pengembangan kebijakan kesehatan
- Materi pembelajaran: (Lihat di RPS MK ini)
Materi bahan kajian ini meliputi:

Sub CPMK-1 Mampu menjelaskan Bahan kajian


Pengembangan Kebijakan kesehatan
Pengembangan kebijakan kesehatan
(A2, C2) (CPMK-1), (CPMK-2),
(CPMK-3) Materi pembelajaran:

Dasar dan siklus pengembangan kebijakan, proses


pengembangan kebijakan, urgensi pengembangan kebijakan;
pendekatan pengembangan kebijakan
TUGAS TERSTRUKTUR CPMK
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KESEHATAN

MATA KULIAH :
MANAJEMEN ADMINISTRASI & KEBIJAKAN KESEHATAN

OLEH:
Aladin
NPM. 22.13101.11.11

SEMESTER GANJIL

DOSEN PENGAMPU:
MARTAWAN MADARI, SKM, MKM

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Pengembangan Kebijakan tidak terlepas dari masalah (isu) yg berkembang ditengah


masyarakat.Keinginan merespon berbagai permasalahan yang menyangkut kepentingan
masyarakat luas dan tujuan penyelesaian masalah menjadi dasar dilakukannya formulasi
(pembuatan) kebijakan yg dilanjutkan berutur-turut dg implementasi hingga monitoring dan
evaluasi.Keseluruhan tahap disebut pengembangan kebijakan yg berlansung sbg siklus
kebijakan , mulai dari pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan, dan monitoring dan
evaluasi sbg dasar pengajuan rekomendai sbg sebuah umpan balik (feed back( utk
pengembangan kebijakan berikutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Proses pembuatan/pengembangan kebijakan

Proses pengembangan Kebijakan berlangsung sebagai sebuah siklus Kebijakan


dimulai dari:

Penyusunan Agenda (Agenda setting), dg penetapan/pendefenisian masalah public yg


signifikan dan mengundang perhatian masyarakat luas (public concern) karena besarnya
tingkat kepentingan yg belum terpenuhi (degree of unmeet need) sehingga memunculkan
penting Tindakan pemerintah.

Proses pembuatan (formulasi) kebijakan merupakan satu tahapan penting dalam


pengembangan kebijakan yg akan menentukan dampak kebijakan terhadap sasaran kebijakan.

PROSES PEMBUATAN/PENGEMBANGAN KEBIJAKAN


(Texas Politica, 2009)

1. Agenda setting

2. Policy Formulation

3. Policy Adoption

4. Policy Implementation

5. Policy Evaluation

1.Agenda setting (Pembuatan Agenda)

Agenda setting, adalah Fokus perhatian public pada sebuah masalah atau isu. Kata –
kata resmi dan aksi-aksi membantu memperhatikan focus.

Kingdon (1995) menjabarkan agenda setting pada pembuatan kebijakan public


sebagai pertemuan “3 pilar pertimbangan” penting yaitu: variabel masalah (problems), solusi
yg mungkin utk masalah tsb (possible solution to the problems) dan keadaan politik (politic
circumstance). Sebagian orang memilih istilah “Issue “ dari pada memakai istilah problem
utk mengarahkan pd sesuatu yg mungkin dpt menjadi pemicu pembuat kebijakan (Gormley
danBoccuti, 2001).
Ketika ketiga pilar “bertemu dan mengalir” Bersama dalam arah yg baik, sebuah
“jendela” utk membuat kebijakan telah terbuka.Pada faktanya tidaklah mudah untuk
menetapkan agenda kebijakan (agenda setting) yg mempertemukan 3 pilar pertimbangan .
Contoh, Jutaan masyarakat mendapat perlindungan JKN, tetapi pada saat yg sama pengguna
produk tembakau semakin bertambah, dapat menjadi ilkustrasi bahwa kebijakan yg ada tdk
selalu benar-benar dpt mempertemukan problem dengan possible solution karena ada
pertimbangan”politic circumstance”.

Kebijakan yg lahir untuk memecahkan/memperbaiki masalah tdk serta merta dapat


ditegakkan. Agenda setting merupakan hal yg sangat krusial pd pembuatan kebijakan secara
nasional.

Agenda setting paling baik dipahami dari 3 variable kuncinya:

 Problem (isu)
 Posible solution
 Keadaan Politik (politic circumstance)

Yg dimaksud:

Problem/isu adalah permasalahan, termasuk masalah: Kesehatan yg memicu dan


mendesak terbentuknya st kebijakan utk menyelesaikan masalah tsb. Possible solution,
mengarah pd penyelesaian terhadap banyak permasalahan yg kemungkinan besar dpt
dilakukan pemerintah. Terkait keadaan politik, masalah public tdk pernah akan lepas dari
pengaruh politik dalam penyusunan agenda setting pembuatan kebijakan sp implementasi
kebijakan.

1. Formulasi Kebijakan

Policy Formulation, Pengambil kebijakan di legislative dan birokrasi mengambil isu.


Mereka membuat strategi legislasi, regulasi dan program untuk mengatasi masalah.

Proses formulasi kebijakan kes secara umum memiliki tahapan sbb:

a. Pengaturan proses pembuatan kebijakan


b. Penggambaran permasalahan
c. Penetapan sasaran dan tujuan
d. Penetapan Prioritas
e. Perancangan Kebijakan
f. Penggambaran Pilihan-pilihan
g. Penilaian pilihan-pilihan
h. “Perputaran” untuk penelahaan sejawat (‘peeer revoiew”)
i. Revisi kebijakan
j. Upaya mendapatkan dukungan formal terhadap kebijakan yg sedang
diajukan/disusun.

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN BERLANGSUNG SBG SEBUAH SISTEM

Sebagai sebuah system ada input (demand, support dan sumberdaya, proses(Pembuat
kebijakan) dan Output/Outcome (Keputusan kebijakan dan aksi).

Demand dimunculkan o indiviu/kelompok yg mencari kebijakan tertentu sesuai dg yg


mereka inginkan/nilai-nilai yg mereka miliki. Demand muncul Ketika individu/klp
mengartikulasikannya melalui kelompok kepentingan/Parpol utk diketahui Pemerintah.

Resouces membantu pemerintah merespons demand yg dibuat.

Support mengacu pd dukungan yg disampaikan oleh mayoritas dalam system eksehatan,


support tsb dpt disimbolkan antara lain dari jejak pendapaty nasional, kemampuan
membayar pajak, pengakuan thdp pemerintah, stekanan utk memperoleh keamanan.

- Black box pembuatan kebijakan dimaksudkan sbg sebuah kotak hitam yg menutupi
proses interaksi yg terjadi antar elite/actor pembuat kebiajkan dg nilai-nilai dan
interes yg melekat, kerapkali terjadi tawar menawar posisi (bargaining position) utk
kepentingan dan tunutan individu atau kelompok yg terlibat dlm pembuatan kebiajakn
tsb.
- Untuk mengubah tuntutan (demand) menjadi sebuah kebijakan st sistem hrs mampu
mengatur dan memberlakukan penyelesaian-penyelesaian pertentangan (konflik).
Oleh karena itu Sistem dibangun berdasarkan elemen elemen yg mendukung system
tsb dan hal ini tergantung pd interaksi antar subsistem , mk suatu system akan
melindungi dirinya melalui 3 hal:

• Menghasilkan output layak memuaskan

• Menyandarkan pd ikatan-iakatan yg berakar dlm system out sendiri

• Menggunakan atau mengancam dg menggunakan kekuatan (otoritas)


2. Pengadopsian Kebijakan

Policy Adoption, Pembuat kebijakaan mengadopsi (mengambil) secara formal sebuah


solusi kebijakan, biasanya dalam bentuk legislasi atau aturan (rules).Adopsi kebijakan (tahap
ke 3) sebuah proses utk secara formal mengambil alternatif solusi kebijakan yg ditetapkan
sbg sebuah REGULASI atau Produk kebijakan yg selanjutnya akan dilaksanakan.
Pengadopsian kebijakan sgt ditentukan oleh REKOMENDASI yg a.l berisikan INFORMASI
MENGENAI MANFAAT DAN BERBAGAI DAMPAK(KONSEKUENSI) yg mungkin
terjadi dari berbagai alternatif kebijakan yg telah disusun dan akan diimpelemntasikan.

3. Pengimplementasian Kebijakan

Policy Implementation, Instansi Pemerintah memulai pekerjaan membuat kebijakan


bekerja dengan membangun prosedur, dokumen pedoman, atau menerbitkan bantuan ke
pemerintahan yg lain.Pengimpeleemntasian merupakan cara agar kebijakan dpt mencapai
tujuannya.Definisi Implementasi (Dunn, 2003), pelaksanaan pengendalian aksi-aksi
kebijakan didalam kurun waktu tertentu.

Lester dan Stewart memandang implementasi secara luas sbg pelaksanaan UU atau
kebijakan yg melibatkan seluruh actor, organisasi, prosedur, serta aspek teknik utk meraih
tujuan2 kebijakan/program (Winarno,2010). Ada 2 alternatif implementasi kebijakan,
mengimplementasikan dalam bentuk: PROGRAM atau membuat KEBIJAKAN
TURUNANNYA

Kesiapan Implementasi amat menentukan efektifitas dan keberhasilan sebuah kebijakan.


Penyusuna kebijakan BERBASIS DATA/BUKTI juga berpengaruh besar thdp sukse/tdknya
impelemntasi kebijakan.

Oleh karena itu keberadaan bbrp AKTOR UTAMA UTK MENGANALISIS KESIAPAN
memasukkan HASIL PENELITIAN KEBIJAKAN sbg pertimbangan implementasi kebijakan
menjadi penting,, a.l:

– Komite eksekutif Badan Fiormulasi Kebijakan


– Dewan Penelitian Kesehatan/Medis
– Kementerian Kesehatan & Kemen Sains dan Teknologi
– Konsorsium Universitas
Para actor utama tadi juga perlu mengambil dan mengambil tg jawab thdp implementasi
Kebijakan sekaligus: memantau kemajuan, mengevaluasi hasil dan memastikan umpan balik
utk pembuat kebijakan serta mengenalkan aplikasi dari semua hasil penelitian yg berguna.

4. Evaluasi Kebijakan

Policy evaluation, analis kebijakan dalam dan luar pemerintahan menentukan apakah
kebijakan adalah ditujukan terhadap masalah dan apakah pelaksanaan berjalan baik. Mereka
dapat merekomendasikan REVISI dalam agenda, dalam merumuskan kebijakan atau dalam
implementasinya.

Evaluasi kebijakan Kesehatan merupakan penilaian terhadap keseluruhan tahapan dalam


siklus kebijakan, utamanya Ketika sebuah kebijakan yg disusun telah selesai
diimpelemntasikan.

Tujuan Evaluasi Kebijakan adalah apakah kebijakan telah sukses mencapai tujuannya dan
menilai sejauhmana keefektifan kebijakan dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yg
berkepentingan.

Evaluasi adalah salah satu mekanisme pengawasan kebijakan. Parameter yg umum


digunakan adalah:

• Kesesuaian
• Relevansi
• Kecukupan
• Efisiensi
• Kefektifan
• Keadilan
• Respons dan
• Dampak.

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN LAIN (Center for Civic Education , 2010)

Selain alur pembuatan/pengembangan kebijkan diatas, pakar kebijakan lain juga


mengemukakan proses PEMBUATAN KEBIJAKAN . Proses pembuatan/pengembangan
kebijakan yg digambarkan Center for Civic Education terlihat seperti alur SISTEM yg
diawali dengan input, proses (pembuat keputusan) sasmpai akhirnya menghasilkan hukum,
peraturan dan regulasi sebgai bagian dari kebijakan.
B.URGENSI PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Secara umum Pengembangan Kebijakan dilakukan karena beberapa alasan.

1. Kebijakan yg ada masih terlalu umum


2. Kebijakan yg ada sulit untuk diimpelemntasikan di lapangan
3. Kebijakan yg sudah ada mengandung potensi konflik
4. Kebijakan yg ada menemui banyak permasalahan Ketika sudah diimplementasikan /
dg kata lain ada kesenjangan kebijakan
5. Adanya pengaruh factor eksternal, seperti situasi politik yg tidak stabil.

Beberapa hal harusndiperhatikan dalam pengembangan kebijakan, a.l.:

1. Area yg mendapatkan/terkena pengaruh, termasuk siapa saja terkena pengaruh


kebijakan baik kel sasaran kebijakan/pemangku kepentingan lainnya, Misalnya dalam
kebijakan privatisasi RS di DKI Jakarta dg diterbitkannya Perda No13,14 dan 15
2004 yg mengubah 3 RS milik Pemerintah menjadi PT. Kelompok yg terkena
pengaruh kebijakan adalah seluruh staf RS, masy, LSM, wartawan, bahkan kalangan
profesi kesmas.
2. Tujuan/hasil yg diharapkan
3. Tindakan yg telah/akan dilaksanakan termasuk mekanisme legislasi, finansial, dan
adm pengembangan kebijakan
4. Elemen system politik, consensus atau adanya kesepakatan bersama antara pemangku
kepentingan yg berpengaruh, aturan hukum,kompetisi antar berbagai kepentingan
politik, dan good governance (tata Kelola pemerintah)

Pengembangan Kebijakan HIV/AIDS (Barker, 1996)

a. Mendefinisikan Isu
Faktor yg dpt memacu pemerintah dan organisasi lainnya utk memikirkan
pengembangan kebijakan:1)Kesadaran krisis, eoidemi 2) penarik emosional utk
cipatak tututan medis yg blmterpenuhi o sains 3)dampak luas HIV/AIDS 40kekuatan
kelompok masy memperjuangkan HIV AIDS dlm agenda kebijakan.
b. Mengatur Tujuan
Tujuan manajerial dan tujuan yg mewakili aspirasi public.pengeliminsaaisan kondisi
atau pengontriolan epidemic.Sasaran pernyataan public yg berhub dg HIV/AIDS
adalah pengeliminasian kondisi atau pengontrolan epidemic.
c. Mengatur prioritas
Dalam menentukan prioritas yg berhub HIV AIDS, satu yg hrs dipikirkan dg hati hati
adalah dimensi pilihan. Prioritas dpt di ekspresikan dlm lingkup populasi yg besar
ATAU kelompok spesifik,misalnya pemakai obat terlarang melalaui intra vena,
Pendidikan kes dan usaha pencegahan ATAU perawatan pend AIDS; bekerja
melalaui kemkes ATAU melaLui orgnaisasi non Pmeerintah
d. Analisis Pilihan
Tdk semua pilihan, yg dpt dibayangkan akan mungkin dipraktikkan.
Misalnya pengasingan orang HIV/AIDS tdk mungkin dipeeritmbangkan karena hak
hak manusia.
e. Implementasi
Pertimbangan kebijakan HIV/AIDS terbaik ternyata bisa sangat sulit utk
diimplementasikan.

C.PENDEKATAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Pengembangan Kebijakan merupakan hasil dari isu kebijakan, interaksi actor/pelaku dan
lingkungan kebijakan dengan memanfaatkan model-model tertentu.

Pejabat resmi dikalangan pemerintah, pimpinan partai, tokoh masyarakat non partisan,
LSM, organisasi profesi, kelompok intelekrual, mahasiwa dsb, merupaakns Sebagian dari
aktor/pelaku dlm proses tsb.Lingkungan kebijakan adalah setiap aspek kehidupan masyarakat
yg dapat /perlu dipengaruhi oleh pelaku kebijakan utk dikembangkan menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

C.PENDEKATAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Berbagai interaksi diantara actor/pelaku dan lingkungan kebijakan dalam


mengembangkan kebijakan lazimnya berlangsung dalam model pengembangan kebijakan
sbb:

1. Model kelembagaan
2. Model system
3. Model kelompok
4. Model elite massa
5. Model Rasional
6. Model Inkremental
7. Model Proses
8. Model Pilihan Publik
9. Model Teori Permainan

1.Model kelembagaan

Model ini lebih menekankan struktur daripada proses atau perilaku actor/pelaku
kebijakan. Dalam pengembangan kebijakan public model ini yg dilihatadalah aspek
kewenangan (otoritas) dari st Lembaga dalam mmebuat kebijakan.

2. Model system

Menurut pendekatan system sebuah kebijakan tdk terlepas dari masalah lingkungan
dimana kebijakan diterapkan.Input: Tuntutan, dukungan, sumberadaya individu/masy Sistem
politik akan memprosesnya menjadi luaran (kebijakan)kebijakan kaan memp lingkunag
kebijakan[erubahan lingkungan yg akan mendoronmg tuntutan baru indiv/masy.
Pendekatan cenderung memeilihara ketenagan system.Pengembangan Kebijakan dibidang
kes merupakan sebuah system yg tdk lepas dari keadaan sekitarnya, yai semua factor
social,pol, ekonomi, sejarah dan pengaruh factor lainnya (Barket, 1996)

3. Model Kelompok

Permusan kebijakan diwarnai peran aktif berbagai kelompok kepentingan utk memp
substansi dan btk kebijakan. Proses tawar menawarbermuara ke keseimbangan. Manfaat
dirasakan klp yg plaing dominan.

4. Model elite massa

Kelompok atas relative sedikit akan selalau memiliki kekuasaan lbh utk mengatur klp
bawah ygrelatif bayak.  Kebijakan mencerminkan kehendak/nilai klp elit.

5.Model Rasional

Model ini membandingkan tingginya nilia keberhasilan dg rendahnya nilai


pengorbanan yg hrs terjadi.
6. Model Inkremental

Merupakan kritik thd model rasionjal. Model praktis, kebijakann dikembangkan


dihadapkan keterbatasan waktu, informasi dan dana utk mengevaluasi kebijakan lama.
Pilihannya melanjutkan kebijakan lama dg bbrp modifikasi.

7. Model Proses

Landasannya asumsi bhw pengembangan system politik dan kebijakan berlangsung sbg
sebuah rangkain proses.Kebijakan kes sbg bag kebijakan public jugasebuah proses politik
dan harus mengikuti siklus kebijakan. Tiap tahap proses pengembangan –menghasilkan
reivisi kebijakan lama.

8. Model Pilihan public

Kebijakan dianggap sbg Proses kolektif sekelompok masyarakat yg berkepentingan


ataskeputusan tsb. Tiap kebijakan merupakan pilihan masy (public)yg menjadi pengguna,
sehingga tiap tahap harys melibatkan masy.

9. Model Teori permainan

Model ini berdasarkan pdmodel rasional. Tetapi karena adanya suasana kompetisi
diantara pemangku kepentingan, keberhasilan kebijakan tdk hanya ditentukan o pemangku
kepentingan kunci, namun juga kepentingan yg tdk memiliki pengaruh secara
langsung.Sebagais ebuah poermainan, kedua pemangku kepentingan memp peluang yg sama
utk menjadipemenang dan merealisikan kepentingannya,

Pertimbangan yg menjadi landasan utk memilih model terbaik, dilihat dari:

1. Kompleksitas isu/permasalahan, Pengembangan kebijakan utk permasalah


sederhana /yg telah menjadi rutinitas dpt menggunakan model incremental dan model
kelembagaan.
2. Model system dpt digunakan Ketika permasalahan kebijakan membutuhkan sudut
pandang yg lbh komprehensif, yi Ketika interaksi antara pemerintah sbg suprastuktur
kebijakan dan factor lingkungan dianggap cukup berpengaruh tdhp kebijakan
3. Model rasional dpt dikembangkan Ketika permaslaahan kebijakan bersifat sederhana,
tdk terkait dg aspek social kebijakan seperti persamaan hak, pemerataan dan
permasalahan etika.
4. Model incremental dpt digunakan ketika organisasi mengalami keterbatasan
sumberdaya
5. Kemampuan analisis kebijakan, dan intuisi pengambil kebijakan dpt dikembangkan
menurut model yg ada.

Prinsip-prinsip untuk memastikan proses pengembangan Kebijakan berlangsung dg baik, a.l:

1. Transparansi dan akuntabilitas (konsep governance tata Kelola/kepemerintahan bukan


government /pemerintah)
2. Akomodasi aspirasi dan kepentingan semua pemangku kepentingan (ikut terlibat
actor/elite baru seperti international supplier, NGO dll)
3. Relevansi substansi kebijakan (Rlevan dg permasalahan public dan kepentingan masy
serta bebrasis data dan bukti, dan pilihan dari alternatif kebijakan)
4. Dukungan dan kapasitas sumber daya (ada dukungan dan kapasitas sumber dyaa
cukup)

IKHTISAR

1. Pengembangan kebijakan lazimnya berlangsung sebagai sebuah siklus kebijakan yg


td beberaoa tahapan proses antara lain:pembuatan agenda, formulasi kebiajakan,
adopsi kebijakan, implementasui kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Seluruh tahapan
mengikuti urutannya kecuali pd evaluasi kebijakan yg dpt mengintervensi tahap
formulasi kebijakan dan implementasi kebijakan.
2. Beberapa hal yg perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan antara lain:
area/pihak yg mendapat pengaruh atau yg terkena pengaruh, tujuan/hasil yg
diharapkan, Tindakan-tindakan yg telah dilakukan atau akan dilaksanakan, elemen
system politik, konsensus/adanya kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan
yg berpengaruh.
3. Pengembangan kebijakan dapat pula disebut sbg bentuk interaksi antara actor dan
lingkungan kebijakan. Interaksi tersebut berlangsung dalam berbagai bentuk model
pengembangan kebijakan, antara lain: model kelembagaan, model system, model
kelompok, model elite massa, model rasional, model incremental, model proses, dan
model pilihan public, model teori permainan
BAB III
KESIMPULAN

1. Pengembangan kebijakan lazimnya berlangsung sebagai sebuah siklus kebijakan


yang terdiri dari beberapa tahapan proses antara lain: pembuatan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasui kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
Seluruh tahapan mengikuti urutannya kecuali pada evaluasi kebijakan yang dapat
mengintervensi tahap formulasi kebijakan dan implementasi kebijakan.
2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan antara lain:
area/pihak yang mendapat pengaruh atau yang terkena pengaruh, tujuan/hasil yang
diharapkan, Tindakan-tindakan yang telah dilakukan atau akan dilaksanakan, elemen
system politik, konsensus/adanya kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan
yang berpengaruh.
3. Pengembangan kebijakan dapat pula disebut sebagai bentuk interaksi antara aktor
dan lingkungan kebijakan. Interaksi tersebut berlangsung dalam berbagai bentuk
model pengembangan kebijakan, antara lain: model kelembagaan, model system,
model kelompok, model elite massa, model rasional, model incremental, model
proses, dan model pilihan public, model teori permainan
4. IKHTISAR
Pengembangan kebijakan lazimnya berlangsung sebagai sebuah siklus kebijakan yg
td beberaoa tahapan proses antara lain:pembuatan agenda, formulasi kebiajakan,
adopsi kebijakan, implementasui kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Seluruh tahapan
mengikuti urutannya kecuali pd evaluasi kebijakan yg dpt mengintervensi tahap
formulasi kebijakan dan implementasi kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai