Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

“Teori Guilford tentang Inteligensi”

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan akan dipresentasikan dalam forum
diskusi di kelas dengan Mata Kuliah Tes Inteligensi

Dosen Pengampuh : Listya Istiningtyas, M. Psi., Psikolog

Oleh Kelompok 5 :

1. Yayu Indriani (2010901030)


2. Fatima Hannani Rambe (2010901015)
3. Masnona Zahirah Yulian (2010901040)
4. Salsabila Aisyah (2010901005)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahhmatullahi wabarahkatuh
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. Karena, atas berkat rahmad
serta karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami dengan mata kuliah
Tes Inteligensi ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam tidak lupa kami
sampaikan kepada junjungan kita nabi besar rasulullah SAW. semoga kita semua
diberikan safa’at pada hari kiamat nanti.
Kami sebagai Penulis makalah yang berjudul “Teori Guilford Tentang Inteligensi”
ini dapat diselesaikan karena banyak bantuan dari pihak-pihak yang ikut berperan
penting dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah yang membahas tentang
teori guilford tentang inteligensi ini dapat menjadi referensi dan sumber ilmu bagi pihak
yang tertarik dan membutuhkan Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru, dan pengetahuan baru setelah membaca makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih diperlukan perbaikan dan jauh dari kata
sempurna, terutama pada bagian isi kami akan menerima segala bentuk kritik dan saran
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Kami mohon maaf sebesar-
besarnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai penulis. Akhir kata, semoga makalah
Psikologi Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palembang, 23 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................5
1.3 TUJUAN ........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................7

2.1 Biografi dan teori Inteligensi Guilford ..........................................................................7


2.2 Pendekatan teori Guilford ..............................................................................................11
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Inteligensi Teori Guilford ...............................................12
2.4 Alat ukur Guilford .........................................................................................................14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................16


3.1. KESIMPULAN ............................................................................................................16
3.2. KRITIK DAN SARAN ................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Intelegensi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi
akademik seseorang. Intelegensi sendiri dalam perspektif psikologi memiliki arti
yang beraneka ragam. Begitu banyak definisi tentang intelegensi yang dikemukakan
oleh para ahli. Definisi intelegensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke
waktu, tetapi sejak dahulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek
kognitifnya. Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi
rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam
angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan
seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional,
angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient)
dan dinamai IQ (intelligence quotient). Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap
memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan
yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang
sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang
tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus
kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi
berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak
tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-
nya. Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil
tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak
mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Hal ini tidak saja merendahkan self-
esteem (harga diri) seseorang akan tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya
untuk belajar yang justru menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya
terjadi. (Zetra Hainul Putra, Wulan Sucitra, 2015).
Inteligensi menurut Guilford digambarkan dalam sebuah kubus yang berdimensi
tiga, yang mewakili faktor intelektual dan saling berhubungan satu dengan yang

4
lain, yaitu isi, operasi, dan produk. Setiap
dimensi dibagi lagi menjadi beberapa bentuk,
yaitu 4 bentuk pada dimensi isi, 5 bentuk pada
dimensi operasi, dan 6 bentuk pada dimensi
produk. Dari setiap dimensi akan
berkombinasi dengan dimensi lainnya
sehingga terbentuk 120 macam kemampuan
mental yang berbeda pada setiap individu.
Kemampuan mental yang diungkapkan Guilford banyak mengarah pada kreativitas
individu. Setiap kemampuan mental pada individu memiliki keunikan tersendiri.
Mental pada setiap individu yang menggambarkan perbedaan individual. Inteligensi
terdiri dari banyak faktor bukan hanya faktor G dan faktor kelompok kemampuan
spesifik saja, tetapi inteligensi itu kompleks. Inteligensi menurut Guilford memiliki
implikasi penting untuk mendapatkan pandangan baru terhadap konsep-konsep
psikologi, seperti proses belajar, pemecahan masalah, dan kreativitas. Inteligensi ini
dapat digunakan untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki individu dan
memberi perhatian khusus pada kemampuan tertentu sehingga dapat digunakan
untuk membuat kurikulum di sekolah serta mampu memaksimalkan semua potensi
yang ada dalam diri individu khususnya pada proses berpikir yang kompleks. Hal
lain mengenai inteligensi ini, seratus dua puluh macam kemampuan tersebut,
seperempatnya belum dibuktikan secara empiris dan masih dalam penelitian.
Kemampuan mental yang terdiri dari seratus dua puluh macam tersebut, tidak cocok
diterapkan pada anak-anak karena pemikiran pada anak-anak masih menggunakan
pola berpikir konvergen sehingga menyebabkan kebingungan pada anak-anak. (Ina,
dkk, 2021).

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Biografi Guilford dan inteligensi menurut Guilford ?
2. Bagaimana pendekatan teori Guilford?
3. Sebutkan kelebihan dan kelemahan teori Guilford!

5
4. Apakah pendekatan menurut Guilford memiliki alat ukur?
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui biografi Guilford
2. Memahami teori intelegensi dari Guilford.
3. Mengetahui pendekatan dari teori Guilford.
4. Memahami konstribusi dari teori Guidlford.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori Guildford.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. BIOGRAFI GUILFORD DAN INTELIGENSI MENURUT GUILFORD

Hidup berarti menghadapi masalah, dan


memecahkan masalah berarti tumbuh
berkembang secara intelektual. (Eka Rismanita,
dkk : 2011) Joy Paul Guilford atau yang dikenal
dengan Guilford merupakan seorang psikolog
berkebangsaan Amerika dan lahir di Marquette,
Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Pria yang
pernah menjabat sebagai Letnan Kolonel di
Angkatan Darat AS ini sebelumnya pernah
menempuh pendidikan di Universitas Nebraska.
Setelah lulus, ia lalu belajar di bawah Edward
Titchener di Cornell dan pada tahun 1938 menjadi Presiden ke-3 dari Masyarakat
Psikometri, menngikuti jejak pendirinya Louis Thurstone Leon dan EL Thorndike.
Semasa bekerja di Angkatan Darat AS, Guilford dibuang sebagai kolonel penuh
setelah perang, bergabung dengan fakultas Pendidikan di University of Southern
California dan terus meneliti faktor kecerdasan. Guilford memulai riset tentang
faktor-faktor inteligensi di sana dan kemudian mempublikasikan hasil risetnya
secara luas yang diberi nama Structure of Intellect Theory. Riset pasca perang ini
kemudian mampu mengidentifikasi kemampuan intelektual disktrit yang berjumlah
dari 30 dan 90 kemampuan perilaku. Hasil dari penelitian Guilford ini kemudian
menyebabkan berkembangnya tes klasifikasi yang selanjutnya dimodifikasi dalam
cara yang berbeda, lalu masuk dalam berbagai assesmen personil yang dikelola oleh
semua cabang US Armed Sevices. Dengan demikian, dapat dikatakan secara umum
bahwa semua ujian klasifikasi Militer AS pada tahun 1950-an, 1960-an dan 1970-
an, dilakukan menurut riset dari Guilford. Teori Guilford sendiri banyak
membicarakan mengenai struktur intelegensi seseorang yang memiliki banyak

7
kreativitas. Untuk melakukan penelitian mengenai kecerdasan ini, Guilford meneliti
orang-orang genius pada tahun 1869.

Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai


kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua
peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang. (Hendri Makmur :
2018).

1) P. Guilford lalu mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga


kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu: Operasi Mental (Proses
Befikir): a) Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan
informasi yang baru); b) Memory Retention (ingatan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari); c) Memory Recording (ingatan yang
segera); d) Divergent Production (berfikir melebar atau banyak
kemungkinan jawaban/ alternatif); e) Convergent Production (berfikir
memusat atau hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif); dan f)
Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat,
atau memadai). (Eka Rismanita, dkk : 2011).
2) Content (Isi yang Dipikirkan): a) Visual (bentuk konkret atau gambaran);
b) Auditory: c) Word Meaning (semantic); d) Symbolic (informasi dalam
bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik); dan e)
Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan,
ekspresi muka atau suara). 3) Product (Hasil Berfikir): a) Unit (item
tunggal informasi); b) Kelas (kelompok item yang memiliki sifatsifat
yang sama); c) Relasi (keterkaitan antar informasi); d) Sistem
(kompleksitas bagian saling berhubungan); e) Transformasi (perubahan,
modifikasi, atau redefinisi informasi); f) Implikasi (informasi yang
merupakan saran dari informasi item lain). (Eka Rismanita, dkk : 2011)

Selain itu, Guilford juga mengeluarkan satu model untuk membantu


menjelaskan kreativitas manusia yang kemudian ia sebut sebagai Model

8
Struktur Intelek (Structure of Intellect). Pada model ini, Guilford
menjelaskan jika kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses
berpikir konvergen dan divergen. Konvergen sendiri adalah cara berfikir
seseorang untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar sementara
divergen adalah proses berpikir yang memberikan serangkaian alternatif
jawaban. (Hendri Makmur : 2018)

Kemampuan berfikir divergen ini dikaitkan dengan kreativitas yang


ditunjukkan oleh beberapa karakteristik berikut:

1. Kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide-


ide atau solusi masalah dalam waktu singkat.
2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk secara bersamaan mengusulkan
berbagai pendekatan untuk masalah tertentu.
3. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk memproduksi hal baru, ide-ide asli.
4. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan sistematisasi dan
mengatur rincian ide di kepala dan membawanya keluar.

Guilford meyakini bahwa standar tes inteligensi yang ada pada saat itu
tidak mendukung proses berpikir divergen. Tes inteligensi tidak dirancang
untuk mengukur hal ini, tetapi tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi
yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang
memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen
walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan
yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. (Hendri Makmur : 2018)

Structure of Intellect mencakup enam operasi atau proses intelektual umum,


antara lain:

9
a) Kognisi yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan
menjadi sadar akan informasi.
b) Memori rekaman yaitu kemampuan untuk mengkodekan informasi.
c) Memori retensi yaitu kemampuan untuk mengingat informasi.
d) Produksi yang berbeda yaitu kemampuan untuk menghasilkan beberapa
solusi untuk masalah kreativitas.
e) Produksi konvergen yaitu kemampuan untuk menyimpulkan satu solusi
untuk masalah.
f) Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai apakah informasi akurat,
konsisten, atau valid.lenggarakan sepanjang tiga dimensi, yaitu operasi,
isi, dan produk.

Structure of Intellect meliputi lima bidang luas informasi/ isi yang


intelek, antara lain: a. Visual yaitu informasi dipersepsikan melalui melihat.
b. Auditori yaitu informasi dirasakan melalui pendengaran. c. Simbolis yaitu
informasi dianggap sebagai simbol atau tanda-tanda. d. Semantik yaitu
informasi yang dipersepsikan dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan,
tertulis, atau diam-diam da1am pikiran seseorang. e. Informasi perilaku yaitu
perbuatan seorang individu. (Hendri Makmur : 2018)

Model Structure of Intellect mencakup enam produk dalam


meningkatkan kompleksitas yaitu: a. Unit yaitu item single pengetahuan b.
Kelas yaitu sets unit berbagi atribut umum. c. Hubungan yaitu unit terkait
sebagai pertentangan, asosiasi, urutan, atau analogi. d. Beberapa sistem yaitu
hubungan yang saling terkait untuk membentuk struktur atau jaringan. e.
Transformasi yaitu perubahan, perspektif, konversi, atau mutasi untuk
pengetahuan. f. Implikasi yaitu prediksi, kesimpulan, konsekuensi, atau
antisipasi pengetahuan (Hendri Makmur : 2018)

Menurut Guilford terdapat 6 x 5 x 6 = 180 faktor kemampuan intelektual.


Kemampuan masing-masing adalah singkatan dari operasi tertentu di

10
wilayah konten tertentu dan menghasilkan suatu produk tertentu, yaitu:
pemahaman figural evaluasi satuan atau semantik implikasi. Implikasi teori
belajar Guilford dalam pembelajaran sebagai berikut :

a. Dalam menyelesaikan soal pembelajaran matematika dapat menerapkan


soal-soal open-ended kepada siswa, dari jawaban yang diberikan siswa
dapat dibuktikan bahwa kemampuan untuk memberikan berbagai
alternatif jawaban adalah berdasarkan informasi yang diberikan oleh
guru maupun pengalaman pribadinya.
b. Kreatifitas seorang siswa dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menyelesaikan suatu persoalan dengan ide kreatif tanpa bersumber pada
satu teori saja, sehingga memunculkan banyak ide dari berpikir
kreatifnya.
c. Pada kinerja seseorang pada tes kecerdasan dapat ditelusuri kembali ke
dasar kemampuan mental atau faktor kecerdasan seseorang itu sendiri.
d. Berfikir kreatif yang terjadi pada siswa tergantung pada kemampuan
dirinya untuk mewujudkan ide/ gagasannya yang timbul pada hati
nurani untuk mewujudkan kemampuan untuk melihat bermacammacam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. (Hendri Makmur :
2018).

2.2. PENDEKATAN TEORI GUILFORD


Teori Guilford banyak membicarakan mengenai struktur
inteligensi/kecerdasan seseorang yang mengarah pada kretivitas seseorang.
Guilford seseorang menjelaskan tentang kecerdasan yang diartikan sebagai
kemampuan dalam menjawab situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu
dan mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka yang
namanya belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya untuk menjawab
segala masalah yang dihadapi konsepnya memang kompleks, karena setiap
masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Hal ini

11
membutuhkan perilaku cerdas yang sangat berbeda dengan perilaku non-cerdas.
Yang pertama (perilaku intelejen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan
kreatif, kritis, dinamis, dan bermotivasi, sedangkan yang kedua keadaannya
sebaliknya. Pengertian kebiasaan juga mengandung arti kebiasaan kreatif, bukan
kebiasaan pasif reaktif (mekanis) seperti pandangan kaum behavioris.
Peningkatan pembelajaran mandiri dapat dilakukan dengan cara memperkuat
kemampuan berpikir kreatif. Sebab, elemen-elemen dalam berpikir kreatif dapat
menjadi landasan bagi terwujudnya pembelajaran mandiri. Berpikir kreatif
adalah berpikir lintas domain, berpikir sosial paruh waktu, berpikir lateral, dan
berpikir divergen. Berpikir juga ditandai dengan karakteristik untuk berpikir
yang lancar, fleksibel, orisinalitas, elaborasi, redefinisi, kebaruan (Guilford,
1973). Di samping itu, berpikir kreatif menuntut pengikatan diri terhadap tugas
yang tinggi. Artinya, kreativitas menuntut disiplin yang tinggi dan konsisten
terhadap tugas. Dapat dinilai dari ciri-ciri bakat seperti kualitas, fleksibilitas dan
orisinalitas, maupun ciri-ciri non-kemampuan, antara lain temperamen, motivasi,
serta komitmen untuk menyelesaikan tugas. Hidup berarti menghadapi masalah,
dan memecahkan masalah berarti tumbuh secara intelektual (Salim, 2015).

2.3.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI GUILFORD


Adapun Menurut (Aziz Herwit S, 2013) Kelebihan dan Kekurangan Teori
Inteligensi Guilford yaitu :
a. Kelebihan
1. Kemampuan mental yang diungkapkan Guilford banyak mengarah pada
kretivitas individu.
2. Setiap kemampuan mental pada individu memiliki keunikan tersendiri.
3. Terdapat kategorisasi yang rinci dalam tiap faktor kemampuan mental
pada setiap individu yang menggambarkan perbedaan individual.
4. Inteligensi terdiri dari banyak faktor bukan hanya faktor g dan faktor
kelompok kemampuan spesifik saja tetapi inteligensi itu kompleks.

12
5. Memiliki implikasi penting untuk mendapatkan pandangan baru terhadap
konsep-konsep psikologi seperti proses belajar, pemecahan masalah dan
kreativitas.
6. Dapat digunakan untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
individu dan memberi perhatian khusus pada kemampuan tertentu
sehingga dapat digunakan untuk membuat kurikulum disekolah.
7. Mampu memaksimalkan semua potensi yang ada dalam diri individu
khususnya pada proses berfikir yang lebih bermacam-macam (kompleks).
b. Kekurangan
1. Seratus duapuluh macam kemampuan tersebut, seperempatnya belum
dibuktikan secara empiris dan masih dalam penelitian.
2. Kemampuan mental yang terdiri dari seratus duapuluh macam tersebut,
tidak cocok diterapkan pada anak-anak karena pemikiran pada anak-anak
masih menggunakan pola berfikir konvergen, sehingga menyebabkan
kebingungan pada anak-anak.
Jika diperhatikan penjelasan tentang aspek-aspek inteligensi pada dasarnya
indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yang mana adalah
kecepatan (waktu yang singkat), ketepatan (hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan) dan kemudahan (tanpa menghadapi hambatan dan kesulitan yang
berarti) dalam bertindak. Guilford sendiri memiliki teori kreativitas yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika sebagai pemecah masalah
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena
kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun
demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan
bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas
mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-
bukti yang di peroleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal it (Eka
Rismanita, dkk : 2011) , contoh soal kreativitas yang dikembangkan oleh
Guilford diterapkan mulai pada tingkat taman kanak-kanak, yaitu dalam
mengenal bilangan, dan menggambar bangun datar dan bangun ruang. Pada

13
tingkat sekolah dasar maupun menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi
terdapat beberapa materi yang esensisal yang memungkinkan anak untuk
berkreativitas misalnya materi geometri.
Salah satu contoh materi menentukan kretifitas siswa dalam memecahkan
masalah (Salim, A 2015).

1. Sejak umur 3 tahun anakku sudah mampu membaca. 7 bulan kemudian


semua kata berbahasa Indonesia dapat dibacanya dengan baik. Layaknya anak
di bangku sekolah dasar. Karena jenis tulisan favoritnya adalah dongeng atau
cerita anak, ditambahkannya mimik dan intonasi untuk menggambarkan
pembedaan tokoh. Lambat laun kerap muncul pertanyaan seputar kata yang
belum dipahaminya. Kadang dilemparkannya dengan emosi, misalnya:
“Kenapa sih, anak itu tidak mau meminjamkan mainannya? Ara aja mau
kasih pinjam mainan ke teman-teman.
2. Siswa di kelas diperkenalkan sebuah bangun
ruang, yaitu kubus ABCDEFGH yang disusun
dari beberapa bidang sisi, siswa dikelas
diperkenalkan salah satu jaring-jaring kubus.
Siswa diberikan waktu untuk memikirkan berdasarkan contoh yang telah
diberikan untuk menemukan sendiri susunan jaring-jaring kubus yang lain.
((Eka Rismanita, dkk : 2011)
3.
2.4.ALAT TES TEORI GUILFORD
Menurut (Sheridan Supply : 2018) Guildford-
Zimmerman Temperament Suvery merupakan
inventaris laporan diri objektif yang dirancang
untuk mengukur kepribadian dan temperamen
normal. Ini memberikan deskripsi nonklinis
tentang karakteristik kepribadian individu untuk
digunakan dalam perencanaan karir, konseling,
dan penelitian. Ini memberikan skor pada 10
faktor kepribadian dan temperamen: Aktivitas Umum, Pengekangan,

14
Ascendance, Sociability, Stabilitas Emosional, Objektivitas, Keramahan,
Perhatian dan Pribadi. Guilford-Zimmerman Temperament Survey (GZTS)
seperti tes kepribadian yang mengukur kepribadian normal yang dikembangkan
oleh J. P. Guilford dan Wayne S. Zimmerman pada tahun 1948 tes ini tidak lagi
tersedia secara luas. GZTS telah digunakan dalam studi longitudinal, dan efektif
dalam melacak perkembangan pribadi umum dari waktu ke waktu, seperti
peningkatan pengekangan, dan akhirnya penurunan aktivitas umum.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Teori Guilford berbicara banyak tentang struktur intelektual seseorang, yang


mengarah pada banyak kreativitas seseorang. Guilford menjelaskan bahwa
kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk merespon semua
kejadian masa lalu dan memprediksi masa depan dalam situasi saat ini. Teori
Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menjawab, berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala
masalah yang dihadapi.

Adapun alat tes yang dikembangkan oleh . P. Guilford dan Wayne S.


Zimmerman yang dinamakan “Guilford zimmerman Temperament Survey” yang
dimana alat tersebut digunakan untuk kepribadian dan temperamen normal., namun
alat tes tersebut sudah tidak lagi tersebar secara luas atau bahkan sudah tidak
dipergunakan lagi.

3.2. KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam


penulisan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun pemilihan kata. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari para
pembaca guna untuk perbaikan makalah berikutnya. Penulis juga berharap makalah
ini dapat berguna bagi pendidikan Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Co, S ( 9 Oktober 2018) Guilford-Zimmerman Temperament Survey. Guilford-


Zimmerman Temperament Survey | Psychology Resource Centre (yorku.ca),
diakses pada 23 September 2022.
Crae Robert Mc & Paul T. Costa, 1991. Trait Psychology Comes of Age.
Article in Nebraska Symposium on Motivation
https://www.researchgate.net/figure/Guilford-Zimmerman-Temperament-Scale-
profiles-for-two-men-assessed-at-five_fig1_21313119, diakses pada 23 September
2022.
Makmur, Hendri. 2018. Teori Intelegensi Guilford. Diakses pada tanggal 16 September
2022 dari https://docplayer.info/72976151-Teori-intelegensi-guilford.html,
diakses pada 23 September 2022.
Munandar, S. C. U. 2012. “Model Guilford Tentang Struktur Intelek” https://kulpulan-
materi.blogspot.com/2012/11/model-guilford-tentang-struktur-intelek.html ,
diakses pada 23 September 2022.
Guilford, J. P. & CHRISTENSEN, P. R. The one-way relation between creative potential
and IQ. Journal of Creative Behavior, 1973, 7(4), 247- 252.
Putra, Z. H., & Sucitra, W. (2017). Hubungan intelegensi dengan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri 68 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(2), 1-18. diakses pada 23 September 2022.
Salim, A (12 Januari 2015) TEORI BELAJAR J.P GUILFORD. diakses pada 23
September 2022.
Selalu, Aziz. S. (20 Februari 2013) “Plus-Minus Tes Inteligensi, aziz herwit selalu: “Plus-
Minus” Teori Intelegensi , diakses pada 23 September 2022.
Rismanita, Eka., Dkk. 2011. Teori Struktur Intelektual Guilford.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2563988&val=8199
&title=TEORI%20STRUKTUR%20INTELEKTUAL%20GUILFORD, Jurnal
Sigma. 3 (1), 48-56. Diakses pada 23 September 2022.
Uyun, N., Magdalena, I., & Maulida, Z. (2021). Definisi Sejarah Teori Intelegensi. Jurnal
Sosial Teknologi, 1(10), 1-145.

17

Anda mungkin juga menyukai