Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan akan dipresentasikan dalam forum
diskusi di kelas dengan Mata Kuliah Tes Inteligensi
Oleh Kelompok 5 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahhmatullahi wabarahkatuh
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. Karena, atas berkat rahmad
serta karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami dengan mata kuliah
Tes Inteligensi ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam tidak lupa kami
sampaikan kepada junjungan kita nabi besar rasulullah SAW. semoga kita semua
diberikan safa’at pada hari kiamat nanti.
Kami sebagai Penulis makalah yang berjudul “Teori Guilford Tentang Inteligensi”
ini dapat diselesaikan karena banyak bantuan dari pihak-pihak yang ikut berperan
penting dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah yang membahas tentang
teori guilford tentang inteligensi ini dapat menjadi referensi dan sumber ilmu bagi pihak
yang tertarik dan membutuhkan Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru, dan pengetahuan baru setelah membaca makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih diperlukan perbaikan dan jauh dari kata
sempurna, terutama pada bagian isi kami akan menerima segala bentuk kritik dan saran
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Kami mohon maaf sebesar-
besarnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai penulis. Akhir kata, semoga makalah
Psikologi Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................5
1.3 TUJUAN ........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Intelegensi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi
akademik seseorang. Intelegensi sendiri dalam perspektif psikologi memiliki arti
yang beraneka ragam. Begitu banyak definisi tentang intelegensi yang dikemukakan
oleh para ahli. Definisi intelegensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke
waktu, tetapi sejak dahulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek
kognitifnya. Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi
rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam
angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan
seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional,
angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient)
dan dinamai IQ (intelligence quotient). Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap
memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan
yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang
sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang
tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus
kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi
berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak
tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-
nya. Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil
tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak
mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Hal ini tidak saja merendahkan self-
esteem (harga diri) seseorang akan tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya
untuk belajar yang justru menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya
terjadi. (Zetra Hainul Putra, Wulan Sucitra, 2015).
Inteligensi menurut Guilford digambarkan dalam sebuah kubus yang berdimensi
tiga, yang mewakili faktor intelektual dan saling berhubungan satu dengan yang
4
lain, yaitu isi, operasi, dan produk. Setiap
dimensi dibagi lagi menjadi beberapa bentuk,
yaitu 4 bentuk pada dimensi isi, 5 bentuk pada
dimensi operasi, dan 6 bentuk pada dimensi
produk. Dari setiap dimensi akan
berkombinasi dengan dimensi lainnya
sehingga terbentuk 120 macam kemampuan
mental yang berbeda pada setiap individu.
Kemampuan mental yang diungkapkan Guilford banyak mengarah pada kreativitas
individu. Setiap kemampuan mental pada individu memiliki keunikan tersendiri.
Mental pada setiap individu yang menggambarkan perbedaan individual. Inteligensi
terdiri dari banyak faktor bukan hanya faktor G dan faktor kelompok kemampuan
spesifik saja, tetapi inteligensi itu kompleks. Inteligensi menurut Guilford memiliki
implikasi penting untuk mendapatkan pandangan baru terhadap konsep-konsep
psikologi, seperti proses belajar, pemecahan masalah, dan kreativitas. Inteligensi ini
dapat digunakan untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki individu dan
memberi perhatian khusus pada kemampuan tertentu sehingga dapat digunakan
untuk membuat kurikulum di sekolah serta mampu memaksimalkan semua potensi
yang ada dalam diri individu khususnya pada proses berpikir yang kompleks. Hal
lain mengenai inteligensi ini, seratus dua puluh macam kemampuan tersebut,
seperempatnya belum dibuktikan secara empiris dan masih dalam penelitian.
Kemampuan mental yang terdiri dari seratus dua puluh macam tersebut, tidak cocok
diterapkan pada anak-anak karena pemikiran pada anak-anak masih menggunakan
pola berpikir konvergen sehingga menyebabkan kebingungan pada anak-anak. (Ina,
dkk, 2021).
5
4. Apakah pendekatan menurut Guilford memiliki alat ukur?
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui biografi Guilford
2. Memahami teori intelegensi dari Guilford.
3. Mengetahui pendekatan dari teori Guilford.
4. Memahami konstribusi dari teori Guidlford.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori Guildford.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
kreativitas. Untuk melakukan penelitian mengenai kecerdasan ini, Guilford meneliti
orang-orang genius pada tahun 1869.
8
Struktur Intelek (Structure of Intellect). Pada model ini, Guilford
menjelaskan jika kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses
berpikir konvergen dan divergen. Konvergen sendiri adalah cara berfikir
seseorang untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar sementara
divergen adalah proses berpikir yang memberikan serangkaian alternatif
jawaban. (Hendri Makmur : 2018)
Guilford meyakini bahwa standar tes inteligensi yang ada pada saat itu
tidak mendukung proses berpikir divergen. Tes inteligensi tidak dirancang
untuk mengukur hal ini, tetapi tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi
yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang
memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen
walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan
yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. (Hendri Makmur : 2018)
9
a) Kognisi yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan
menjadi sadar akan informasi.
b) Memori rekaman yaitu kemampuan untuk mengkodekan informasi.
c) Memori retensi yaitu kemampuan untuk mengingat informasi.
d) Produksi yang berbeda yaitu kemampuan untuk menghasilkan beberapa
solusi untuk masalah kreativitas.
e) Produksi konvergen yaitu kemampuan untuk menyimpulkan satu solusi
untuk masalah.
f) Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai apakah informasi akurat,
konsisten, atau valid.lenggarakan sepanjang tiga dimensi, yaitu operasi,
isi, dan produk.
10
wilayah konten tertentu dan menghasilkan suatu produk tertentu, yaitu:
pemahaman figural evaluasi satuan atau semantik implikasi. Implikasi teori
belajar Guilford dalam pembelajaran sebagai berikut :
11
membutuhkan perilaku cerdas yang sangat berbeda dengan perilaku non-cerdas.
Yang pertama (perilaku intelejen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan
kreatif, kritis, dinamis, dan bermotivasi, sedangkan yang kedua keadaannya
sebaliknya. Pengertian kebiasaan juga mengandung arti kebiasaan kreatif, bukan
kebiasaan pasif reaktif (mekanis) seperti pandangan kaum behavioris.
Peningkatan pembelajaran mandiri dapat dilakukan dengan cara memperkuat
kemampuan berpikir kreatif. Sebab, elemen-elemen dalam berpikir kreatif dapat
menjadi landasan bagi terwujudnya pembelajaran mandiri. Berpikir kreatif
adalah berpikir lintas domain, berpikir sosial paruh waktu, berpikir lateral, dan
berpikir divergen. Berpikir juga ditandai dengan karakteristik untuk berpikir
yang lancar, fleksibel, orisinalitas, elaborasi, redefinisi, kebaruan (Guilford,
1973). Di samping itu, berpikir kreatif menuntut pengikatan diri terhadap tugas
yang tinggi. Artinya, kreativitas menuntut disiplin yang tinggi dan konsisten
terhadap tugas. Dapat dinilai dari ciri-ciri bakat seperti kualitas, fleksibilitas dan
orisinalitas, maupun ciri-ciri non-kemampuan, antara lain temperamen, motivasi,
serta komitmen untuk menyelesaikan tugas. Hidup berarti menghadapi masalah,
dan memecahkan masalah berarti tumbuh secara intelektual (Salim, 2015).
12
5. Memiliki implikasi penting untuk mendapatkan pandangan baru terhadap
konsep-konsep psikologi seperti proses belajar, pemecahan masalah dan
kreativitas.
6. Dapat digunakan untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
individu dan memberi perhatian khusus pada kemampuan tertentu
sehingga dapat digunakan untuk membuat kurikulum disekolah.
7. Mampu memaksimalkan semua potensi yang ada dalam diri individu
khususnya pada proses berfikir yang lebih bermacam-macam (kompleks).
b. Kekurangan
1. Seratus duapuluh macam kemampuan tersebut, seperempatnya belum
dibuktikan secara empiris dan masih dalam penelitian.
2. Kemampuan mental yang terdiri dari seratus duapuluh macam tersebut,
tidak cocok diterapkan pada anak-anak karena pemikiran pada anak-anak
masih menggunakan pola berfikir konvergen, sehingga menyebabkan
kebingungan pada anak-anak.
Jika diperhatikan penjelasan tentang aspek-aspek inteligensi pada dasarnya
indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yang mana adalah
kecepatan (waktu yang singkat), ketepatan (hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan) dan kemudahan (tanpa menghadapi hambatan dan kesulitan yang
berarti) dalam bertindak. Guilford sendiri memiliki teori kreativitas yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika sebagai pemecah masalah
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena
kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun
demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan
bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas
mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-
bukti yang di peroleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal it (Eka
Rismanita, dkk : 2011) , contoh soal kreativitas yang dikembangkan oleh
Guilford diterapkan mulai pada tingkat taman kanak-kanak, yaitu dalam
mengenal bilangan, dan menggambar bangun datar dan bangun ruang. Pada
13
tingkat sekolah dasar maupun menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi
terdapat beberapa materi yang esensisal yang memungkinkan anak untuk
berkreativitas misalnya materi geometri.
Salah satu contoh materi menentukan kretifitas siswa dalam memecahkan
masalah (Salim, A 2015).
14
Ascendance, Sociability, Stabilitas Emosional, Objektivitas, Keramahan,
Perhatian dan Pribadi. Guilford-Zimmerman Temperament Survey (GZTS)
seperti tes kepribadian yang mengukur kepribadian normal yang dikembangkan
oleh J. P. Guilford dan Wayne S. Zimmerman pada tahun 1948 tes ini tidak lagi
tersedia secara luas. GZTS telah digunakan dalam studi longitudinal, dan efektif
dalam melacak perkembangan pribadi umum dari waktu ke waktu, seperti
peningkatan pengekangan, dan akhirnya penurunan aktivitas umum.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17