Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

FAKULTAS EKONOMI (AKUNTANSI)


UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Mata Kuliah : EKONOMI ISLAM


Semester : III
Tanggal : 19 Januari 2022
Dosen Penguji : Dr. A. Fatichuddin, MSi

Nama : Eva Nur Diana


NIM : 200302010
Kelas : Akuntansi A-Sore

Konsep Dasar Ekonomi Islam

Ciri Utama Ilmu Ekonomi Ilmu Ekonomi Islam

Konvensional

Definisi Studi tentang pilihan dalam Studi untuk merealisasikan

pengalokasian sumber daya maqashid/falah dalam

pengalokasian sumber daya

Permasalahan Ekonomi Kelangkaan sumber daya dan Realisasi/penjagaan

tidak terbatasnya keinginan maqashid dan pencapaian

manusia falah

Fokus studi Menganalisis perilaku Menganalisis cara dan

manusia dalam membuat mekanisme pengalokasian

pilihan dan keputusan alokasi sumber daya daya guna

sumber dayanya guna merealisasikan maqqshid dan

memenuhi kebutuhan meraih falah

Sasaran studi Menjawab pertanyaan- Merealisasikan tujuan-tujuan


pertanyaan ekonomi yang ideal yang terkandung dalam

berupa what, how, dan for maqashid dan falah

whom dalam peroduksi

(permasalahan dalam

konsumsi, produksi, dan

distribusi) yang berarti

pengalokasian sumber daya

secara efisien dan

pemenuhan kebutuhan

Dari semua penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi islam dapat

didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonominya yang

bertujuan untuk mewujudkan maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta) sesuai

dengan prinsip dan syariat islam. Sedangkan yang menjadi pokok dari sistem ekonomi

konvensional adalah kelangkaan (scarcity) dan keinginan manusia yang tidak terbatas.

Karena kelangkaan inilah, maka manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan tentang apa yang

harus diproduksi dari waktu kewaktu serta bagaimana mempertahankan dan menjaga tingkat

pertumbuhan produksi tersebut. Pandangan sistem ekonomi kapitasil memasukkan seluruh

kegiatan ekonomi mulai dari produksi, konsumsi, dan distribusi dalam pembahasan ilmu

ekonomi berbeda dengan pandangan sistem ekonomi islam. Perbedaan ini dapat diketahui

dengan memahami pandangan tersebut dengan merujuk pada sumber-sumber hukum islam

yakni Al-Qur’an dan Sunah.


Rancang Bangun Ekonomi Islam

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk dapat

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)

pemerintah.

Adanya kebijakan fiskal juga dilatarbelakangi oleh suatu realitas bahwa keadaan ekonomi

suatu negara tidak selalu dalam kondisi yang optimal sehingga dibutuhkan alat atau

instrumen untuk mendekatkan ke kondisi yang ideal dan optimal seperti yang diharapkan.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah stabilitas ekonomi,

mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan juga menjaga

stabilitas harga pasar agar tidak mengalami penurunan dan lonjakan yang tinggi.

Kebijakan fiskal diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu :

1) Kebijakan yang menyangkut pembelian (pengeluaran) pemerintah atas barang dan

jasa. Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam

pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang

dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah pusat dan daerah. Belanja pemerintah

meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung

pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.

2) Kebijakan yang menyangkut perpajakan. Pajak merupakan pendapatan yang paling

besar. Perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban membayar pajak.

Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan negara. Kebijakan pemerintah atas

perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform

(pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya

perubahan di dalam masyarakat agar selalu up to date.


3) Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer. Pembayaran transfer meliputi

kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun.

Kebijakan fiskal memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, distribusi, dan

stabilisasi. Fungsi alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang

tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa

public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan, dan tempat ibadah dapat terpenuhi

secara layak dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Fungsi distribusi, yaitu fungsi

yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional dapat lebih merata untuk

semua kalangan dan tingkat kehidupan. Fungsi stabilisasi, yaitu agar terpeliharanya

keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-

harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Singkatnya fungsi kebijakan fiskal adalah untuk mengoptimalkan penggunaan sumber

daya, baik sumber daya alam maupun manusia agar aktivitas investasi dapat

menguntungkan semua pihak, baik pemerintah, pengusaha, dan investor.

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (biasanya bank

sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.

Dalam konteks Indonesia, kebijakan moneter ini dilakukan oleh Bank Sentral (Bank

Indonesia/BI), yang tujuannya adalah untuk mencapai stabilitas rupiah yang tercermin

dari indikator inflasi dan nilai tukar rupiah.


Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Ekonomi islam muncul bersamaan dengan lahirnya agama islam pada abad ke-7 Masehi.

Islam tidak hanya sebagai panduan ritual, namun juga sebagai panduan dalam kehidupan

bermasyarakat termasuk aktivitas ekonomi.

Sejarah ekonomi islam pada dasarnya bersumber dari ide dan praktek Nabi Muhammad

SAW, para sahabatnya, dan para pengikutnya sepanjang zaman. Diversifikasi praktik

ekonomi oleh masyarakat sesudah Nabo Muhammad SAW bisa dinilai sebagai acuan

sejarah selama tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

Periodisasi pemikiran ekonomi islam :

1) Masa awal islam sampai 450 H/1058 M.

2) 450 - 850 M/1058 – 1446 M.

3) 850 – 1350 H/1446 – 1930 M.

4) Periode kotemporer (1350 H/1930 M – Sekarang).

Periodisasi didasarkan atas kronologis, bukan kesesuaian pemikiran.

➢ Periode pertama

1. Abu Hanifah (80 – 150 H/699 – 767 M) merupakan seorang ahli hukum islam dan

memiliki karya berjudul al Makharif fi al Fiqh dan al Fiqh al Akbar. Dan beliau

memiliki pemikiran mengenai konsepsi ekonomi islam, di antaranya ; salam

(transaksi yang dibayar saat kontrak disepakati), Muharabah, Perhiasan harus

dizakati, kekayaan milik olah terlilit hutang dibebaskan dari zakat, Dilarang

memberi bagi hasil panen dari penggarap kepada pemilik lahan yang tanahnya

tidak menghasilkan apapun.


2. Abu Yusuf (113 – 182 H/ 731 – 798 M), beliau memiliki karya yang berjudul al

Kharaj tentang ekonomi publik (perpajakan dan peran negara dalam

pembangunan). Ia menekankan prinsip keadilan, kewajaran, penyesuaian

kemampuan membayar dalam perpajakan, dan perlunya akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara.

3. Muhammad bin al-Hasan al-Shaybani (132 – 189 H/750 – 804 M), beliau menulis

beberapa buku di antaranya al-Ikhtisab al-Rizq al-Mustahab (Book on Earning a

Clean Living), berisi ; tijarah, ziraah, sinaah, dan buku al-Asl yang berisi salam,

sharikhah, dan mudharabah.

➢ Periode kedua (banyak dilatari korupsi dan dekadensi moral)

1. Al-Ghazali (451 – 505 H/1055 – 1111 M), karya paling populernya adalah Ihya

‘Ulum al-Din. Ide ekonomi nya antara lain ; pertukaran dan evolusi pasar,

produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan keuangan publik.

2. Ibnu Taimiyah (661 – 728 H/1263 – 1328 M), memiliki karya al-Hisbah fi al-

Islam dan al-Siyasah al-Syar’iyah fi islah al-Ra’I wa al Ra’iyah (Kebijakan

hukum untuk mereformasi penguasa dan yang diperintah).

3. Ibn Khaldun (732 – 808 H/1332 – 1404 M), memiliki karya yang berjudul

Muqaddimah. Berisi ; teori nilai, pembagian kerja, perdagangan internasional,

hukum permintaan dan penawaran, konsumsi,produksi, uang, siklus perdagangan,

keuangan publik, dan beberapa bahasan makro ekonomi lainnya.

➢ Periode ketiga

Muhammad Iqbal (1289 – 1356 H/1873 – 1938 M), Ia tidak membahas mengenai

konsepsi teknis ekonomi, melainkan konsepsi mendasar ekonomi dituangkan banyak

dalam karya Puisi dari Timur. Periode kotemporer (1930 – sekarang).


Teori Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Menurut ekonomi konvensional

➢ Konsumsi bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility). Utility bisa diartikan

berguna (usefulness), membantu (helpfulness), menguntungkan (advantage).

➢ Utilitas adalah kegunaan suatu barang yang dirasakan konsumen ketika

menggunakannya.

➢ Utilitas dianggap sama dengan kepuasan, padahal kepuasan ditimbulkan oleh utilitas.

Mashlahah dalam konsumsi

➢ Mashlahah menjadi tujuan utama setiap konsumsi (karena ada keyakinan bahwa

selain hidup di dunia, ada kehidupan berkelanjutan ‘akhirat’).

➢ Konsumsi merupakan pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Pemenuhan kebutuhan

memberi tambahan manfaat fisik, spiritual, intelektual, dan material. Pemenuhan

keinginan akan lebih menambah kepuasan (manfaat psikis). Dalam tuntunan islam,

keinginan harus dibatasi/dikendalikan, sedangkan kebutuhan harus dipenuhi.

➢ Penentuan mashlahah : semakin tinggi frekuesi kegiatan yang bermaslahah, maka

semakin besar berkah yang diterima.

Pengukuran mashlahah konsumen :

➢ Konsumsi :

1) Untuk ibadah

2) Untuk memenuhi kebutuhan dan sebagian keinginan manusia semata

➢ Mashlahah konsumen ketika membeli barang/jasa :

1) Manfaat material

2) Manfaat fisik dan psikis (terpenuhinya kebutuhan)

3) Manfaat intelektual (informasi, pengetahuan, keterampilan)


4) Manfaat terhadap lingkungan

5) Manfaat jangka panjang (lintas generasi)

Hukum utulitas dan mashlahah

➢ Law of diminishin marginal utiliti : hukum penurunan utilitas marginal (semakin

banyak konsumsi, nilai kepuasannya menurun).

➢ Mashlahah :

1) Duniawi : menurun bila konsumsi meningkat.

2) Ukhrawi (berkah) : meningkat bila konsumsi meningkat.

Keseimbangan konsumen

Keterkaitan antar barang :

a. Komplemen :

1) Komplementaritas sempurna

2) Komplementaritas dekat

3) Komplementaritas jauh

b. Subtitusi :

1) Subtitusi sempurna

2) Subtitusi dekat

3) Subtitusi jauh

Islam melarang pergantian (subtitusi) dari barang atau transaksi halal dengan barang

atau transaksi haram.


Analisis Permintaan dalam Ekonomi Islam

Dalam Islam, sebagaimana yang disampaikan oleh Chapra, bahwa sistem pasar

menentukan tidak hanya penggunaan sumber daya yang paling ‘efisien’, tetapi juga

distribusi pendapatan yang paling ‘adil’ dengan cara yang rasional dan tidak memihak

tanpa penilaian nilai. Hal ini juga secara otomatis membawa keselarasan antara

kepentingan privat dan publik.

Siddiqi mengklasifikasikan fungsi negara dalam perspektif Islam dalam tiga kategori: 1.

Fungsi yang diamanahkan syariat secara permanen meliputi: a. Pertahanan b. Hukum dan

ketertiban c. Keadilan d. Pemenuhan kebutuhan e. Dakwah f. Amar makruf nahi munkar

g. Administrasi sipil h. Pemenuhan kewajiban-kewajiban sosial. 2. Fungsi turunan syariah

yang berbasis ijtihad sesuai kondisi sosial dan ekonomi pada waktu tertentu, meliputi

enam fungsi: a. Perlindungan lingkungan b. Penyediaan sarana kepentingan umum c.

Penelitian d. Pengumpulan modal dan pembangunan ekonomi e. Penyediaan subsidi pada

kegiatan swasta tertentu f. Pembelanjaan yang diperlukan untuk stabilitas kebijakan 3.

Fungsi yang diamanahkan secara kontekstual berdasarkan proses musyawarah (syura),

meliputi semua kegiatan yang dipercayakan masyarakat kepada sebuah proses syura.

Inilah yang menurut Sidiqi terbuka dan berbeda-beda setiap negara tergantung keadaan

masing-masing.

Di antara tugas-tugas penting pemerintah dalam perekonomian adalah sebagai berikut:

1) Mengawasi Faktor Utama Penggerak Perekonomian

Pemerintah harus mengawasi gerak perekonomian, seperti mengawasi dan melarang

praktik yang tidak benar, baik dalam sistem jual beli, produksi, konsumsi, dan

sirkulasi. Pengontrolan harus dilakukan oleh tim independen (ahl al hisbah). Tim ini

mengawasi instansi-instansi, pabrik-pabrik, dan induk usaha lainnya agar tidak


mengambil keuntungan yang tidak terpuji dari masyarakat dengan memanfaatkan

keluguan dan kebodohan mereka demi memuaskan nafsu keserakahan yang lahir dari

jiwa yang nihil moral.

2) Menghentikan Muamalah yang Diharamkan

Yang dimaksud dengan muamalah haram adalah berbagai bentuk muamalah yang

diharamkan karena berlawanan dengan asas-asas Islam, yang berdiri di atas moral dan

terjaganya kemaslahatan umum seperti riba, penimbunan, dan monopoli. Islam sangat

memperhatikan perekonomian umat, oleh sebab itu Islam menetapkan adanya jaminan

dalam melindungi harta benda setiap orang, agar tidak digunakan dengan sia-sia atau

secara royal. Islam benar-benar melarang penggunaan harta dengan keji dalam

perekonomian bangsa. Terhadap kaum penimbun, negara diwajibkan untuk

memeranginya dengan tegas dan keras, bahkan diperbolehkan mengeluarkan dengan

paksa barang-barang yang disimpannya, lalu dijual kepada orang-orang yang

memerlukannya dengan harga yang sedang dan pantas serta keuntungan yang wajar.

3) Mematok Harga kalau Dibutuhkan

Para ahli fikih berbeda pendapat dalam hal mematok harga, haram atau sah dilakukan.

Ada sebagian yang mengharamkan dengan alasan terdapat sejumlah nas yang

melarang pematokan harga. Di antaranya ialah riwayat Anas dari Rasul SAW.. Anas

berkata: ”Di masa Rasul, harga-harga pernah melambung tinggi. Para sahabat lalu

mengusulkan pada Nabi: ”Wahai Rasulullah SAW, hendaknya engkau mematok

harga”. Nabi lalu menjawab, ”Allah SWTlah Zat yang membuat lingkup sempit dan

yang melapangkan. Dan saya berharap, di hari saya bertemu Allah SWT, tidak

seorang pun menuntutku atas kezalimanku, baik dalam jiwa atau harta”. (H.R.

Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah.)


Teori Perilaku Produsen dalam Ekonomi Islam

Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber daya

menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia. [Lihat: Kahf

(1992), Mannan (1992), Rahman (1995), Ul Haq (1996), Siddiqi (1992)].

Konsumen mengonsumsi agar mashlahah untuk memperoleh falah, maka produsen

memproduksi juga untuk tujuan mashlahah.

Tujuan produksi menurut islam :

1) Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat. – Implikasinya :

a. Produsen hanya menghasilkan komoditas untuk pemenuhan kebutuhan

(needs), meskipun belum tentu merupakan keinginan (wants).

b. Kuantitas produksi sebatas kebutuhan wajar, tidak berlebihan.

2) Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya

Produsen harus proaktif, kreatif, inovatif dalam menemukan komoditas yang

dibutuhkan masyarakat (bukan sekedar reaktif).

3) Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan.

a. Menghasilkan komoditas yang bermanfaat bagi kehidupan masa depan.

b. Menyadari bahwa sumber daya ekonomi (natural resources dan non natural

resources) tidak hanya untuk kehidupan manusia sekarang, tetapi juga untuk

generasi mendatang.

4) Pemenuhan sarana untuk kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Catatan: Islam menunjukkan berbagai pekerjaan para Nabi. “Nabi Daud tukang

besi pembuat senjata, Nabi Adam petani, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris

penjahit, Nabi Musa penggembala.” (HR. al-Hakim)


Industri dalam Al-Qur’an :

a. Industri besi, baja, kuningan (QS. al-Kahfi: 96; Saba: 10-12)

b. Industri emas, perak, mutiara, sutera (QS. Al-Insan: 15-16; al-Hajj: 23; al-Kahfi:

31)

c. Industri minyak nabati dan pertambangan (QS. al-Mukminun: 20; al-Hadid: 25)

Motivasi produsen :

1) Mashlahah Maximizer melalui kerja dan tawakal

“Tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik dari pada

makanan hasil usaha sendiri.” (HR. Bukhari)

2) Kegiatan produksi pada masa Rasulullah Muhammad SAW

a. Perusahaan tenun

b. Perusahaan kayu dan pembangunan rumah dan bangunan lainnya

c. Perusahaan perhiasan dan kosmetik

3) Formulasi mashlahah bagi produsen

M=P+B

M=mashlahah; P= keuntungan; B= berkah

P = TR – TC (TR=total revenue; TC=total cost)

B = BR – BC = -BC

M = TR – TC – BC

Nilai-nilai islam dalam produksi

1) Berwawasan jangka panjang (orientasi akhirat)

2) Menepati janji

3) Memenuhi takaran

4) Disiplin dan dinamis

5) Memuliakan prestasi (produktivitas)


Makanisme Kerja Pasar dalam Ekonomi Islam

Pasar adalah mekanisme pertukaran barang dan jasa (secara alamiah).

Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian.

Rasulullah Muhammad saw: pasar harus bermoral: persaingan sehat (fair play),

kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), keadilan (justice).

Pasar di masa Rasulullah

1) Rasulullah sangat menghargai mekanisme pasar sepanjang fluktuasi harga murni

terjadi karena kekuatan penawaran dan permintaan, dan bukan karena dorongan

monopolistik atau monopsonistik.

2) Sahabat bertanya: Wahai Rasul, tentukanlah harga untuk kita. Beliau menjawab:

Allah itu sesungguhnya penentu harga, penahan, pencurah, serta pemberi rizki.

Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang dari kalian

tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.

3) Rasulullah berkata: “Orang-orang yang datang membawa barang ke pasar laksana

orang berjihat fi sabilillah, sementara orang yang menaikkan harga (melebihi

harga pasar) seperti orang yang ingkar kepada Allah.”

4) Mekanisme pasar dalam Islam berdasar suka sama suka (antaradlin

minkum/mutual goodwill) – “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan cara batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.

An-Nisa:29)
Pasar dalam pandangan sarjana muslim

1) ABU YUSUF (731-798 M) – dalam bukunya al-Kharaj : “Tidak ada batasan

tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Prinsipnya tidak bisa

diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, mahal bukan karena

kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah (sunnatullah).

Kadang makanan sangat sedikit, tapi harganya murah.”

2) AL-GHAZALI (1058-1111 M) – bukunya: al-Ihya ‘Ulumuddin:

a. Barter sulit – muncul pasar

b. Ada pasar – muncul transportasi, pengorganisasian, dsb.\

c. Motif utama perdagangan adalah keuntungan. Tapi harus beretika sesuai

Islam. (keuntungan yang sesungguhnya adalah di akhirat).

d. Pemerintah hendaknya mengamankan jalur perdagangan demi kelancaran dan

pertumbuhan ekonomi

3) IBNU TAIMIYAH –

a. bukunya: al-Hisbah fi’l al-Islam dan Majmu’ Fatawa.

b. Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan para pelaku

transaksi.

c. Perbedaan permintaan dipengaruhi oleh melimpah dan langkanya barang yang

diminta.

4) IBNU KHALDUN (1332-1383 M) – bukunya: al-Muqadimah.

a. Membagi barang: pokok dan mewah.

b. Hukum penawaran dan permintaan.

c. Tingkat keuntungan yang wajar akan mendorong pertumbuhan perdagangan.

Keuntungan yang rendah membuat lesu perdagangan.

Kekuatan pasar dalam ekis


1) Permintaan

Faktor penentu :

a. Harga barang (yang bersangkutan dan barang lain: substitusi atau

komplementer).

b. Pendapatan konsumen.

c. Selera konsumen.

2) Penawaran

a. Mashlahah

b. Keuntungan :

✓ Harga barang

✓ Biaya produksi

Keseimbangan pasar

1) Equilibrium/keseimbangan

Situasi permintaan dan penawaran seimbang

2) Perubahan keseimbangan :

a. Sisi permintaan

b. Sisi penawaran

Ketidaksempurnaan kerja pasar

a. Penyimpangan terstruktur : monopoli, duopoli, oligopoli

b. Penyimpangan tidak terstruktur (menimbung; mencipta permintaan semu;

penipuan kualitas, kuantitas, harga, dsb)

Solusi islam terhadap ketidaksempurnaan kerja pasar :

a. Melarang ikhtikar (menimbun barang).

b. Membuka akses informasi

c. Regulasi harga (pada kondisi tertentu dengan prinsip keadilan dan mashlahah).
Peranan Sektor Publik dalam Perekonomian (dalam konsepsi Ekonomi Islam)

Merealisasikan Falah adalah kewajiban seluruh econimics agent (masyarakat,

pemerintah).

Pasar, masyarakat, pemerintah harus bergerak bersama dalam menyelenggarakan

aktivitas ekonomi untuk kesejahteraan umat.

Peran pemerintah dalam perekonomian :

1. Rasionalitas peran pemerintah (dalam pandangan islam)

- Derivasi konsep kekhilafan

- Konsekuensi kewajiban kolektif (fardh al-kifayah)

- Kegagalan pasar dalam merealisasikan falah

2. Ruang lingkup pemerintah :

- Mewujudkan tujuan ekonomi islam secara keseluruhan

- Mewujudkan konsep pasar yang islami

3. Peran pemerintah dalam implementasi moralitas islam

- Memastikan agar pasar hanya menjual barang yang halal

- Melembagakan nilai-nilai persaingan sehat (fair play), kejujuran (honesty),

keterbukaan (transparancy), keadilan (justice)

- Menjaga agar pasar menyediakan barang/jasa sesuai prioritas kebutuhan

berdasar syariat Islam dan kepentingan perekonomian nasional.

4. Peran pemerintah berkait mekanisme pasar :

- Memastikan pasar bisa bersaing sempurna

- Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing dan daya beli

- Membuat kebijakan agar tercipta harga yang adil


5. Instrumen kebijakan pemerintah

- Berperan aktif dalam mengelola kekayaan publik

- Mendorong kegiatan sektor swasta

- Pricing policy

- Kebijakan fiskal

Peran masyarakat dalam perekonomian

1. Masa islam masuk :

a. Gotong royong

b. Altruisme (rela berkorban untuk orang lain)

2. Rasionalotas peran masyarakat :

a. Adanya konsekuensi fardhu kifayah

b. Adanya hak milik publik

c. Kegagalan pasar dan pemerintah

3. Instrumen peran masyarakat :

a. Menjaga kebutuhan ekonomi keluarga

b. Menyediakan pelayanan sosial

c. Pengelolaan waqf
Keuangan Publik Islam

sejarah keuangan publik islam :

Masa Rasulullah SAW

a. sumber utama keuangan negara

- zakat dan ushr (bea impor)

- sedekah (mula zakat yang belum wajib)

- jizyah (pajak dari non-muslim)

- kharaj (pajak tanah dari non muslim)

b. sumber sekunder keuangan negara

- tebusan para tawanan

- pinjaman

- khumus atas rikaz (harta temuan)

- amwal fadhal (harta muslim yang tak punya waris, atau yang

meninggalkan negeri

- wakaf

- nawaib (pajak muslim kaya)

- zakat fitrah

- bentuk lain sedekah (qurban, kaffarat denda atas muslim yang melakukan

kesalahan, seperti berburu pada musim haji)

c. lembaga keuangan negara


Baitul Maal

masa khulafaurrasyidin :

a. Abu Bakar As-Siddiq (banyak menangani cukai dan orang-orang yang tak mau

membayar zakat)

b. Umar bin Khattab (baitul maal, kepemilikan tanah, zakat dan ushr, sedekah untuk

non-muslim, mata uang, klasifikasi pendapatan negara, pengeluaran)

c. Usman Bin Affan (melanjutkan umar, ditambah membangun sumber-sumber air,

perkebunan, yang semuanya menghasilkan uang)

d. Ali bin Abi Thalib (seperti pendahulunya, ditambah pendustribusian, baitul mall

ke berbagai daerah

Referensi : Azharsyah Ibrahim, Erika Amelia, Nashr Akbar Nur Kholis, Suci Aprilliani
Utami, dan Nofrianto. (2021). “Pengantar Ekonomi Islam”, Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah – Bank Indonesia. Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.

Anda mungkin juga menyukai