Konvensional
manusia falah
(permasalahan dalam
pemenuhan kebutuhan
Dari semua penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi islam dapat
didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonominya yang
bertujuan untuk mewujudkan maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta) sesuai
dengan prinsip dan syariat islam. Sedangkan yang menjadi pokok dari sistem ekonomi
konvensional adalah kelangkaan (scarcity) dan keinginan manusia yang tidak terbatas.
Karena kelangkaan inilah, maka manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan tentang apa yang
harus diproduksi dari waktu kewaktu serta bagaimana mempertahankan dan menjaga tingkat
kegiatan ekonomi mulai dari produksi, konsumsi, dan distribusi dalam pembahasan ilmu
ekonomi berbeda dengan pandangan sistem ekonomi islam. Perbedaan ini dapat diketahui
dengan memahami pandangan tersebut dengan merujuk pada sumber-sumber hukum islam
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk dapat
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah.
Adanya kebijakan fiskal juga dilatarbelakangi oleh suatu realitas bahwa keadaan ekonomi
suatu negara tidak selalu dalam kondisi yang optimal sehingga dibutuhkan alat atau
instrumen untuk mendekatkan ke kondisi yang ideal dan optimal seperti yang diharapkan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah stabilitas ekonomi,
stabilitas harga pasar agar tidak mengalami penurunan dan lonjakan yang tinggi.
pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang
dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah pusat dan daerah. Belanja pemerintah
meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung
perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform
Kebijakan fiskal memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, distribusi, dan
public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan, dan tempat ibadah dapat terpenuhi
secara layak dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Fungsi distribusi, yaitu fungsi
yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional dapat lebih merata untuk
semua kalangan dan tingkat kehidupan. Fungsi stabilisasi, yaitu agar terpeliharanya
keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-
harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai.
daya, baik sumber daya alam maupun manusia agar aktivitas investasi dapat
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (biasanya bank
sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan
Dalam konteks Indonesia, kebijakan moneter ini dilakukan oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia/BI), yang tujuannya adalah untuk mencapai stabilitas rupiah yang tercermin
Ekonomi islam muncul bersamaan dengan lahirnya agama islam pada abad ke-7 Masehi.
Islam tidak hanya sebagai panduan ritual, namun juga sebagai panduan dalam kehidupan
Sejarah ekonomi islam pada dasarnya bersumber dari ide dan praktek Nabi Muhammad
SAW, para sahabatnya, dan para pengikutnya sepanjang zaman. Diversifikasi praktik
ekonomi oleh masyarakat sesudah Nabo Muhammad SAW bisa dinilai sebagai acuan
➢ Periode pertama
1. Abu Hanifah (80 – 150 H/699 – 767 M) merupakan seorang ahli hukum islam dan
memiliki karya berjudul al Makharif fi al Fiqh dan al Fiqh al Akbar. Dan beliau
dizakati, kekayaan milik olah terlilit hutang dibebaskan dari zakat, Dilarang
memberi bagi hasil panen dari penggarap kepada pemilik lahan yang tanahnya
keuangan negara.
3. Muhammad bin al-Hasan al-Shaybani (132 – 189 H/750 – 804 M), beliau menulis
Clean Living), berisi ; tijarah, ziraah, sinaah, dan buku al-Asl yang berisi salam,
1. Al-Ghazali (451 – 505 H/1055 – 1111 M), karya paling populernya adalah Ihya
‘Ulum al-Din. Ide ekonomi nya antara lain ; pertukaran dan evolusi pasar,
produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan keuangan publik.
2. Ibnu Taimiyah (661 – 728 H/1263 – 1328 M), memiliki karya al-Hisbah fi al-
3. Ibn Khaldun (732 – 808 H/1332 – 1404 M), memiliki karya yang berjudul
➢ Periode ketiga
Muhammad Iqbal (1289 – 1356 H/1873 – 1938 M), Ia tidak membahas mengenai
menggunakannya.
➢ Utilitas dianggap sama dengan kepuasan, padahal kepuasan ditimbulkan oleh utilitas.
➢ Mashlahah menjadi tujuan utama setiap konsumsi (karena ada keyakinan bahwa
keinginan akan lebih menambah kepuasan (manfaat psikis). Dalam tuntunan islam,
➢ Konsumsi :
1) Untuk ibadah
1) Manfaat material
➢ Mashlahah :
Keseimbangan konsumen
a. Komplemen :
1) Komplementaritas sempurna
2) Komplementaritas dekat
3) Komplementaritas jauh
b. Subtitusi :
1) Subtitusi sempurna
2) Subtitusi dekat
3) Subtitusi jauh
Islam melarang pergantian (subtitusi) dari barang atau transaksi halal dengan barang
Dalam Islam, sebagaimana yang disampaikan oleh Chapra, bahwa sistem pasar
menentukan tidak hanya penggunaan sumber daya yang paling ‘efisien’, tetapi juga
distribusi pendapatan yang paling ‘adil’ dengan cara yang rasional dan tidak memihak
tanpa penilaian nilai. Hal ini juga secara otomatis membawa keselarasan antara
Siddiqi mengklasifikasikan fungsi negara dalam perspektif Islam dalam tiga kategori: 1.
Fungsi yang diamanahkan syariat secara permanen meliputi: a. Pertahanan b. Hukum dan
yang berbasis ijtihad sesuai kondisi sosial dan ekonomi pada waktu tertentu, meliputi
meliputi semua kegiatan yang dipercayakan masyarakat kepada sebuah proses syura.
Inilah yang menurut Sidiqi terbuka dan berbeda-beda setiap negara tergantung keadaan
masing-masing.
praktik yang tidak benar, baik dalam sistem jual beli, produksi, konsumsi, dan
sirkulasi. Pengontrolan harus dilakukan oleh tim independen (ahl al hisbah). Tim ini
keluguan dan kebodohan mereka demi memuaskan nafsu keserakahan yang lahir dari
Yang dimaksud dengan muamalah haram adalah berbagai bentuk muamalah yang
diharamkan karena berlawanan dengan asas-asas Islam, yang berdiri di atas moral dan
terjaganya kemaslahatan umum seperti riba, penimbunan, dan monopoli. Islam sangat
memperhatikan perekonomian umat, oleh sebab itu Islam menetapkan adanya jaminan
dalam melindungi harta benda setiap orang, agar tidak digunakan dengan sia-sia atau
secara royal. Islam benar-benar melarang penggunaan harta dengan keji dalam
memerlukannya dengan harga yang sedang dan pantas serta keuntungan yang wajar.
Para ahli fikih berbeda pendapat dalam hal mematok harga, haram atau sah dilakukan.
Ada sebagian yang mengharamkan dengan alasan terdapat sejumlah nas yang
melarang pematokan harga. Di antaranya ialah riwayat Anas dari Rasul SAW.. Anas
berkata: ”Di masa Rasul, harga-harga pernah melambung tinggi. Para sahabat lalu
harga”. Nabi lalu menjawab, ”Allah SWTlah Zat yang membuat lingkup sempit dan
yang melapangkan. Dan saya berharap, di hari saya bertemu Allah SWT, tidak
seorang pun menuntutku atas kezalimanku, baik dalam jiwa atau harta”. (H.R.
menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia. [Lihat: Kahf
b. Menyadari bahwa sumber daya ekonomi (natural resources dan non natural
resources) tidak hanya untuk kehidupan manusia sekarang, tetapi juga untuk
generasi mendatang.
Catatan: Islam menunjukkan berbagai pekerjaan para Nabi. “Nabi Daud tukang
besi pembuat senjata, Nabi Adam petani, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris
b. Industri emas, perak, mutiara, sutera (QS. Al-Insan: 15-16; al-Hajj: 23; al-Kahfi:
31)
c. Industri minyak nabati dan pertambangan (QS. al-Mukminun: 20; al-Hadid: 25)
Motivasi produsen :
“Tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik dari pada
a. Perusahaan tenun
M=P+B
B = BR – BC = -BC
M = TR – TC – BC
2) Menepati janji
3) Memenuhi takaran
Rasulullah Muhammad saw: pasar harus bermoral: persaingan sehat (fair play),
terjadi karena kekuatan penawaran dan permintaan, dan bukan karena dorongan
2) Sahabat bertanya: Wahai Rasul, tentukanlah harga untuk kita. Beliau menjawab:
Allah itu sesungguhnya penentu harga, penahan, pencurah, serta pemberi rizki.
Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang dari kalian
saling memakan harta sesamamu dengan cara batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
An-Nisa:29)
Pasar dalam pandangan sarjana muslim
tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Prinsipnya tidak bisa
pertumbuhan ekonomi
3) IBNU TAIMIYAH –
b. Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan para pelaku
transaksi.
diminta.
Faktor penentu :
komplementer).
b. Pendapatan konsumen.
c. Selera konsumen.
2) Penawaran
a. Mashlahah
b. Keuntungan :
✓ Harga barang
✓ Biaya produksi
Keseimbangan pasar
1) Equilibrium/keseimbangan
2) Perubahan keseimbangan :
a. Sisi permintaan
b. Sisi penawaran
c. Regulasi harga (pada kondisi tertentu dengan prinsip keadilan dan mashlahah).
Peranan Sektor Publik dalam Perekonomian (dalam konsepsi Ekonomi Islam)
pemerintah).
- Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing dan daya beli
- Pricing policy
- Kebijakan fiskal
a. Gotong royong
c. Pengelolaan waqf
Keuangan Publik Islam
- pinjaman
- amwal fadhal (harta muslim yang tak punya waris, atau yang
meninggalkan negeri
- wakaf
- zakat fitrah
- bentuk lain sedekah (qurban, kaffarat denda atas muslim yang melakukan
masa khulafaurrasyidin :
a. Abu Bakar As-Siddiq (banyak menangani cukai dan orang-orang yang tak mau
membayar zakat)
b. Umar bin Khattab (baitul maal, kepemilikan tanah, zakat dan ushr, sedekah untuk
d. Ali bin Abi Thalib (seperti pendahulunya, ditambah pendustribusian, baitul mall
ke berbagai daerah
Referensi : Azharsyah Ibrahim, Erika Amelia, Nashr Akbar Nur Kholis, Suci Aprilliani
Utami, dan Nofrianto. (2021). “Pengantar Ekonomi Islam”, Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah – Bank Indonesia. Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.