Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“BIAYA BIAYA PERUSAHAAN


PENERBANGAN”

Disusun Oleh :
Alghifari Chandra Lukito
21B505031031

FAKULTAS MANAJEMEN BISNIS


ITL TRISAKTI
2
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................2
PENDAHAHULUAN.................................................................................................................................2
1. LATAR BELAKANG......................................................................................................................2
2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................3
3. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................3
4. A.1.  Asal Muasal Bandar Udara.................................................................................................3
5. A.2. PENGERTIAN BANDAR UDARA............................................................................................4
6. B.1. LAPANGAN UDARA.............................................................................................................5
7. C. PERBEDAAN BANDARA DENGAN PANGKALAN UDARA..........................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................8
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................8
8. TRANSPORTASI DAN DISTRIBUSI FISIK.................................................................................9
9. 2.      Hinterland dan Intermoda Transportasi........................................................................9
10. LOKASI DAN TRANSPORTASI............................................................................................10
11. MATERIAL HANDLING DAN TRANSPORTASI.....................................................................11
BAB IV..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

            Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000


pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati
peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta
jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk
menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
            Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived
demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka
makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus
diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja
pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan
jaringan.
            Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang
peranan vitaldalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah
satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi
lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk
mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk
antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi
yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.
            Skala ekonomi (economy of scale), lingkup ekonomi (economy of
scope), dan keterkaitan (interconnectedness) harus tetap menjadi pertimbangan
dalam pengembangan transportasi dalam kerangka desentralisasi dan otonomi
daerah yang kerap didengungkan akhir-akhir ini. Ada satu kata kunci ini disini,
yaitu integrasi, di mana berbagai pelayanan transportasi harus ditata sedemikian
rupa sehingga saling terintegrasi, misalnya truk pengangkut kontainer, kereta
api pengangkut barang, pelabuhan peti kemas, dan angkutan laut peti kemas,
semuanya harus terintegrasi dan memungkinkan sistem transfer yang terus
menerus (seamless).
            Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat
dipenuhi oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta
pelayanan pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut
harus saling terintegrasi dalam satu sistem logistik dan manajemen yang mampu
menunjang pembangunan nasional.
            Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi
budaya dimana ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju
daerah lain maka orang tersebut akan menemui perbedaan budaya dalam
bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut pandang sosial juga
mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang terbentuk
juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan
transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati
hari raya. Hal ini menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi
untuk kembali ke kampung halaman setelah lama tinggal di perantauan.
            Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia
dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-
masing negara dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada.
Kebanyakan dari Negara maju menganggap pembangunan transportasi
merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian.
Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya
dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi
berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan
lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam
perekonomian lokal dan regional.
            Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan
distribusi barang dan penumpang telah berkembang sangat dinamis serta
berperan didalam menunjang pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya
maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan
pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai
peranan yang penting dan strategis. Keberhasilan sektor transportasi dapat
dilihat dari kemampuannya dalam menunjang serta mendorong peningkatan
ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas politik termasuk mewujudkan
nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai indikator
transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas
keterjangkauan, beban publik dan utilisasi.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Uraian umum mengenai pengertian dari transportasi.
2.      Transportasi juga merupakan tulang punggung dari perekonomian.
3.      Penjelasan tentang manajemen angkutan atau traffic management.

3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


 Untuk mengetaui secara umum tentang karakteristik dari dunia transportasi
secara keseluruhan terutama pada bagian distribusi transportasi.
 Untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan transportasi di
Indonesiaa saat ini, terutama distribusi transportasi.
 Sebagai tugas kelompok pada mata kuliah “Ekonomi Transportasi”.

4. A.1.  Asal Muasal Bandar Udara


       Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang
berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Di masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring
meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat
seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan
fasilitas komersial untuk melayani penumpang. Sekarang, bandar udara bukan
hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai
fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-
butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
       Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia /
penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah
bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea
dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus bandar udara internasional
antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda
(Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak
lagi. Bandara kebanyakan digunakan untuk tujuan komersial namun ada
beberapa bandara yang berfungsi sebagai landasan pesawat militer. Pedoman-
pedoman perencanaan bandara secara detail ada pada peraturan-peraturan yang
dikeluarkan FAA dan ICAO, di Indonesia sendiri aturan-aturan tersebut
tercakup dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2001
tentang Kebandarudaraan dan Kepmen Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Bandara memiliki dua area
berbeda yaitu sisi darat dan sisi udara. kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada
dua bagian tersebut terkadang saling bertentangan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya. Misalnya kegiatan keamanan membatasi sedikit mungkin
hubungan (pintu-pintu) antara sisi darat (land side) dan sisi udara (air side),
sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak mungkin pintu terbuka
dari sisi darat ke sisi udara agar pelayanan berjalan lancar. Kegiatan-kegiatan itu
saling tergantung satu sama lainnya sehingga suatu kegiatan tunggal dapat
membatasi kapasitas dari keseluruhan kegiatan

5. A.2. PENGERTIAN BANDAR UDARA


            Bandar udara adalah terminal dalam moda angkutan udara. Pada kawasan
bandar udara disediakan layanan penerbangan yang berhubungan dengan
pengoperasian pesawat udara dalam pelaksanaan fungsinya. Pertimbangan
untuk pengoperasian pesawat udara tertentu dengan menggunakan suatu bandar
udara, antara lain menyangkut lokasi bandar udara, landasan pacu, (runway),
dan landasan penghubung ( taxiway),terminal dan penanganan kargo, landasan
parkir (apron) dan penyelamtan (pk-ppk), ketentuan lingkungan, serta fasilitas
penunjang.
           
1. Lokasi bandar udara
Lokasi bandar udara secara geografi, topografi, atau klimatik dapat
mempengaruhi pemasaran bandra udara serta rencana pengoperasian pesawat
udara. Lokasi secara geografi, sebagai pertimbangan kedekatan dengan tempat
tujuan angkutan ( domestik atau internasional). Secara topografi, untuk
mengetahui ketinggian (elevasi) landasan dari permukaan laut karena
berpengaruh pada pengoperasian pesawat. Secara klimatik, untuk mengetahui
temperatur dan arah angin di sekitar landasan pacu karena berpengaruh pada
kinerja mesin dan pengendalian pesawat pada saat landing.

2. Landasan pacu dan landasan penghubung


Kemampuan dan kondisi landas pacu dan landas penghubung menentukan jenis,
tipe, dan bobot pesawat yang dapat mendarat dan lepas landas pada suatu
bandar udara. Untuk itu, perlu diketahui panjang dan kekuatan landas pacu serta
kekuatan dan lebar landas penghubung yang tersedia.

3. Terminal dan penangan kargo


Kemampuan dan kondisi terminal dan penanganan kargo menentukan jumlah
dan kelas penumpang yang dapat ditangani dalam waktu tertentu serta jenis,
jumlah, dan ukuran bagasi dan kargo yang dapat ditangani bandar udara yang
bersangkutan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini, yang paling menentukan
ialah kemampuan dan kondisi layanan di apron (ramp) untuk pesawat, layanan
katering, layanan awak pesawat, dan layanan pemberangkatan.

4. Landasan parkir dan unit penyelamatan


Kemampuan dan kondisi landasan parkir (apron) dan penyelamatan menetukan
ukuran dan muatan pesawat yang dilayani. Untuk itu, termasuk dalam
pertimbangan antara lain keleluasan dan kekuatan landasan parkir, alat-alat
bantu untuk angkat, angkut, atau geser ( tarik, dorong); serta pengamanan,
penyelamatan, dan pemadam api. Hal penting lainnya ialah kapasitas bahan
bakar yang dapat disediakan beserta sarana pengisianya.

5. Ketentuan lingkungan
Ketentuan lingkungan suatu bandar udara menyangkut terutama pengurangan
kebisingan serta pencemaran udara dan air yang dtimbulkan pesawat udara atau
kegiatan yang berkaitan dengan pesawat udara di bandar udara, yang ditentukan
untuk pesawat udara yang datang di bandar udara yang bersangkutan.
6. Fasilitas penunjang
Penunjang kegiatan bandar udara antara lain hanggar, gudang, parkir kendaraan,
perkantoran pemerintah (seperti imigrasi, bea dan cukai, karantina), serta jasa
boga (catering), dan kebersihan (cleaning) pesawat udara.

6. B.1. LAPANGAN UDARA


 Lapangan Udara atau yang sering disebut lanud yaitu dikelola dan
digunakan untuk kepentingan TNI-AU untuk pertahanan negara. Di Lanud
terdapat juga pusat latihan terbang militer, untuk tempat latihan dan 
pembelajaraan bagi para TNI-AU.
       Lanud juga memiliki hanggar dan apron sendiri tidak digabung bersama
bandara komersial. Runway yang digunakan untuk kegiatan militer ini ada yang
menggunakan runway yang sama dengan kegiatan komersial ada juga yang
tidak.
       Untuk tiket yang digunakan para TNI-AU dalam melaksanakan tugasnya
yaitu dengan menggunakan surat tugas yang dikeluarkan oleh komanda. Check-
in counternya pun terpisah dengan dengan kegiatan penerbangan komersial.
Umumnya fasilitas Lanud sama dengan fasilitas bandar udara komersial dalam
sisi udara namun berbeda dari sisi darat.
       Fungsi lanud antara lain untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia,  Tempat kegiatan dan pelatihan para TNI-AU.
          Lanud umumnya kurang safety dibanding bandara komersial, karena para
TNI-AU dituntut siap,cepat dan sigap. Contohnya dalam hal landing, umumnya
para TNI-AU turun menggunakan tali.

7. C. PERBEDAAN BANDARA DENGAN PANGKALAN


UDARA
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Oh ya,
sekadar pengingat Undang-Undang ini merupakan revisi dari UU Penerbangan
sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun 1992). Jika dirunut lebih jauh, UU
Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari Ordonansi Pengangkutan
Udara (Luchtvervoer-Ordonnantie) di jaman Pemerintahan Hindia Belanda dulu
kala, yaitu Staadsblaad 1939 100 jo. 101. Kalau gak percaya, lihatlah tiket
penerbangan, masih ada lho airline yang mencantumkan UU No.15/1992 atau
pun Ordonantie S. 1939-100 jo 101 tersebut.
Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan
pangkalan udara adalah sebagai berikut:
 Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
 Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan
dan/atau di perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik
Indonesia yang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat
udara guna keperluan pertahanan negara oleh Tentara Nasional Indonesia.
Istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area
atau fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk
kepentingan penerbangan sipil atau penerbangan militer. Bandar Udara  adalah
istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil (civil
aviation), sedangkan pangkalan udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan negara).

Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara


dan lanud itu sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya
hanyalah pada kepentingan untuk kepentingan penerbangan militer dan
penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada lokasi parkir pesawat untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal penumpangnya berikut
aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim
Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar udara
untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya
merupakan pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di
dalamnya juga dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil sehingga juga
disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo yang dioperasikan oleh
PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan
pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga
dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT
Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula Lanud Juanda Surabaya sejatinya
merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di sebelah utara
runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Bandara-bandara yang berada
di kawasan pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave
airport (kurang lebih berarti bandar udara sipil dalam kawasan militer).
Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara
sipil disebut military enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan
Balikpapan dan Bandara Juwata Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat
fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer.

Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara


murni sebagai bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya
adalah: Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
(terminal baru dan airside area yang baru), dan beberapa bandar udara lainnya.
Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk penerbangan militer
atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut, penerbangan
selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada
otoritas penerbangan sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk
sebagai penerbangan sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun
sebenarnya didefinisikan dengan jelas bahwa kepolisian merupakan institusi
sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk sebagai pegawai negeri
sipil.

Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam


Undang Undang Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya
merupakan terjemahan dari kata airfield. Dalam beberapa referensi terkait,
istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu wilayah daratan dan perairan
yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat udara,
termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang
terdapat di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok
untuk menunjang penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah bandar
udara. Pada beberapa bandar udara khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-
perusahaan tambang atau kehutanan, sering dipergunakan istilah lapangan
terbang tersebut.

Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah


menjadi istilah standar dari “bandar udara”. Pada era terdahulu memang ada
Direktorat Pelabuhan Udara dan unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan
udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata asing airport, sebagaimana
Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada Pelabuhan
Laut.

BAB II
LANDASAN TEORI
Secara umum, transportasi dibedakan dalam beberpa jenis yaitu:
 Transportasi udara
 Transportasi laut
 Transportasi darat
Menurut Abbas Salim (1993), transportasi adalah kegiatan pemindahan
barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dimana
dalam transportasi terdapat dua unsur penting yaitu:
1.  Pemindahan/pergerakan.
2.  Secara fisik tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Dalam transportasi terdapat dua kategori penting :
1.      Pemindahan bahan-bahan dan hasil produksi dengan menggunakan alat
angkut
2.      Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rustian Kamaludin (1986), bahwa
transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu
pergerakan pemindahan barang –barang atau orang dari suatu tempat ke tempat
yang lain.
Selain itu menurut Rustian Kamaludin (1986), manfaat dari adanya
transportasi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1.   Nilai guna tempat (Place Utility)
Yaitu kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai guna dari suatu barang
atau komoditi yang diciptakan dan mengangkutnya dari suatu tempat  ke tempat
lainnya yang mempunyai nilai kegunaan yang lebih kecil, ke tempat atau daerah
dimanabarang tersebut mempunyainilai kegunaan yang lebih besara yang
biasanya diukur dengan uang (interens of money)
2.   Nilai guna waktu (Time Utility)
      Yaitu kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
menyediakan barang-barang, tidak hanya dimana mereka membutuhkan, tetapi
dimana mereka perlukan.
Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari suatu
tempat ke tempat lainnya, hal ini terlihat bahwa :
1)      Adanya muatan yang diangkut.
2)      Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut.
3)      Adanya jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut tersebut.
Pemindahan barang dan manusia dengan angkutan adalah untuk bertujuan
menaikkan atau menciptakan nilai ekonomi dari suatu barang, dengan demikian
pengangkutan dilakukan karena nilai suatu barang lebih tinggi di tempat tujuan
dari pada tempat asalnya.
BAB III
PEMBAHASAN

TRANSPORTASI DAN DISTRIBUSI FISIK

1.      Transportasi Tulang Punggung Perekonomian


            Pengertian Transportasi secara umum adalah Rangkaian kegiatan
memindahkan/ mengangkut barang dari produsen sampai kepada konsumen
dengan menggunakan salah satu moda transportasi, yang dapat meliputi moda
transportasi darat, laut/ sungai maupun udara.
Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai kepada konsumen lazim
disebut rantai transportasi (chain of transportation).
            Tiap sektor disebut mata rantai (link) yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Kelancaran dan kecepatan arus transportasi ditentukan oleh
mata rantai yang terlemah dari rangkaian kegiatan transportasi tersebut, sampai
pada mata rantai yang terkuat.
Transportasi mempunyai peranan penting bagi industri karena produsen
mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada konsumen
tepat waktu, tepat pada tempat yang ditentukan, dan barang dalam kondisi baik.
            Di Indonesia dikenal pula transportasi dalam arti mencakup sama
dengan pengertian distribusi dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM. 10 tahun 1988 tanggal 26 Februari 1988 tentang Jasa pengurusan
Transportasi , pasal 1 berbunyi :
            “yang dimaksud dengan jasa pengurusan transportasi (Freight
Forwarding) dalam keputusan ini adalah usaha yang ditunjukan untuk mewakili
kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi
darat, laut, dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan,
sortasi, pengepakan, penundaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan
penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen, perhitungan biaya angkut, klaim,
asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya biaya
lainnya berkenaan dengan pengiriman barang barang tersebut sampai dengan
diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya”
            Transaksi perdagangan adalah proses pemindahan barang dari penjual
kepada pembeli dengan pembayaran yang dilakukan pembeli kepada penjual
Beralih atau perpindahan barang dagangan tersebut dapat terjadi melalui :
•      Dari gudang (stock) yang dimiliki penjual, menuju gudang/ tempat yang
ditunjukan oleh pembeli
•      Dari pabrik dimana barang tersebut diproduksi menuju gudang/ tempat yang
ditunjuk oleh pembeli
•      Dari gudang/ daerah pertanian atau perkebunan dimana barang (hasil
pertanian) tersebut dihasilkan
•      Dari lokasi pertambangan (barang tambang) menuju gudang/ tempat pabrik
dimana hasil tambang tersebut dibutuhkan jadi bahan baku

2.      Hinterland dan Intermoda Transportasi


            Hinterland adalah daerah belakang suatu pelabuhan. Luas suatu
hinterland relatif dan tidak mengenal batas administratif suatu daerah, provinsi
atau batas suatu negara tergantung kepada ada atau tidaknya pelabuhan yang
berdekatan dengan daerah tersebut.
Intermoda Transportasi adalah Pengangkutan barang atau penumpang dari
tempat asal sampai ketempat tujuan dengan menggunakan lebih dari satu moda
transport tanpa terputus dalam arti biaya, pengurusan adminisratif, dokumentasi
dan adanya satu pihak yang bertanggung jawab sebagai pengangkut.
            Pelayanan intermoda transportasi disebut pula pelayanan dari pintu ke
pintu (door to door service).
            Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam hal intermoda transportasi,
yaitu :
1. Aspek teknis
       Secara teknis harus ada hubungan tiap moda dengan fasilitas yang
digunakan untuk
menangani jenis barang atau kemasan yang dibawa.
2. Aspek dokumentasi/file
Hanya ada satu macam dokumen pengangkutan yaitu yang dikeluarkan oleh
yang  bertindak sebagai pengangkut
3. Aspek tanggung jawab (liability)
       Dalam pelaksanaan intermoda transportasion hanya satu pihak yang
bertanggung jawab terhadap terselenggaranya transportasi.
Dari segi nasional ada beberapa faktor yang harus diciptakan agar intermoda
transportation ini berhasil mencapai tujuannya :
1.   Prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang baik, dari/ke hinterland.
2.   Peraturan perundang undangan yang mendukung yang menyangkut dokumen
pengangkutan,
prosedur bea cukai, pertanggungan jawab pengangkutan (liability) termasuk
terminal
operator liability.
3.   Keserasian hubungan antarmoda baik secara teknis maupun sistem operasi.
4.   Tersedianya informasi yang akurat tentang kegiatan transportasi.

LOKASI DAN TRANSPORTASI

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi industri/


pabrik adalah tersedianya jasa pengangkutan. Transportasi merupakan faktor
yang penting diperhatikan, karena aktifitas pengangkutan meliputi mengangkut
memindahkan sampai ketempat tujuan yang membutuhkan biaya pula.
            Sebaiknya pabrik/ industri didirikan di daerah yang mempunyai fasilitas
pengangkutan tersedianya jalan jalan kendaraan ke pabrik, dekat dengan stasiun
kereta api atau pelabuhan sehingga pabrik tersebut mudah dihubungi.
Dalam analisis lebih lanjut untuk menentukan lokasi industri/ pabrik, sebagai
patokan utama ialah biaya transportasi.
            Penentuan lokasi perusahaan dapat ditempatkan pada lokasi yaitu :
1.      Terpusat pada sumber bahan baku
2.      Dipusatkan dekat pasar
3.      Ditempatkan pada sumber daya manusia
4.      Penempatan dimana saja, setiap lokasi sama yang disebut junction yaitu jarak
antara ketempat sumber bahan baku pasar dan SDM sama.
 MANAJEMEN ANGKUTAN/LALU LINTAS (TRAFFIC
MANAGEMENT)

Traffic dapat didefinisikan pengangkutan penumpang dan muatan dengan


alat angkutan dari suatu tempat ke tempat lain.
            Angkutan penumpang (passanger traffic) angkutan penumpang dapat
dilihat dari beberapa segi yaitu :
a.       Pengangkutan penumpang antarkota dengan kendaraan.
b.      Alat pengangkutan yang digunakan adalah bus, mobil, sedan, angkutan kereta
api, angkutan menggunakan kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat
udara.
c.       Selain itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis yaitu
transmigrasi, angkutan turis dalam negri dan luar negeri ke daerah daerah.
            Angkutan muatan (barang), jumlah muatan yang di angkut untuk antar
kota menggunakan berbagai bagai jenis moda transportasi antara lain
menggunakan kereta api, truk, container (sistem peti kemas) kapal dan tongkang
yang ditarik oleh tugboat.
            Barang barang umum yang diangkut dalam jumlah besar atau partai
kecil. Distribusi pengangkutan barang barang berbeda menurut volume yang
diangkut, pengiriman barang dalam jumlah besar maupun kecil, jarak, berat dari
muatan yang diangkut pun berbeda.
Untuk pengangkutan domestik dan perdagangan internasional ada pola tertentu
yang digunakan untuk lalu lintas muatan (barang). Arus barang dan lembaga
penyalur komoditi yang dimanfaatkan dalam rangka pengiriman barang melalui
pengangkutan perlu di analisis mengenai lalu lintas muatan (traffic).
            Analisis traffic
            Tujuan dari analisis traffic ini adalah :
a.       Untuk menentukan tempat pemasaran dan pemanfaatan angkutan yang
tersedia.
b.      Bahan pertimbangan untuk pelayanan, bagi sumber pendapatan dan tarif
angkutan.
c.       Menentukan pengaruh dari persaingan sempurna, dalam mengangkut barang
barang serta pertimbangan untuk penentuan tarif jasa angkutan.
d.      Untuk mengembangkan pasar baru serta penemuan sumber sumber bahan
baku.

MATERIAL HANDLING DAN TRANSPORTASI

Pengertian material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut,


dan meletakkan bahan bahan dan barang barang dengan menggunakan alat
transportasi.
Dalam material handling yang harus diperhatikan adalah peralatan (alat angkut)
yang digunakan alat mekanis atau nin mekanis. Tujuan utama dari material
handling ialah memindahkan barang dari satu titik ke titik lain dengan biaya
minimum tanpa ada pengulangan (delay) untuk pengangkutan tersebut
Adapun jenis alat material handling yang digunakan terdiri dari :
1. Ban berjalan (conveyor), dipakai dalam pabrik untuk proses produksi.
2. Derek (crane)
3. Forklift
4. Kereta Api
5. Truk
6. Container (transtanier)
7. chasis/Trailer
8. Top Loader
        Sejalan dengan kemajuan teknologi angkutan dewasa ini untuk pengiriman
barang banyak digunakan peti kemas (container) terutama pelayanan.

 DOKUMEN ANGKUTAN

Dalam pengiriman barang dibutuhkan beberapa dokumen dalam


pengangkutan yang disebut transportation ducuments.
Dibawah ini diberikan beberapa contoh dokumen dalam transportasi
1.  Dokumen pengiriman barang
Suatu perusahaan ekspedisi yang melaksanakan pengiriman barang
menggunakan shipment documents sebagai bukti bagi penerima barang
nantinya, bahwa barang barang tersebut telah diangkut oleh perusahaan
ekspedisi.
2.  Surat muatan (Bill of Lading)
Di dalam bill of lading diadakan kontrak barang barang yang diangkut,
hal mana sipengirim barang akan menyerahkan kepada sipenerima atas dasar
perjanjian yang telah dibuat.
Ada pun tujuan daripada bill of lading ialah :
a. Sipenerima akan menerima barang dalam kondisi baik.
b.  Pengangkutan berdasar isi kontrak yang telah dibuat.
c.  Semua transaksi dalam pengangkutan dijelaskan dalam perjanjian.
3.  Dokumen bagi manajemen
Ada beberapa jenis manajemen dokumen yaitu :
a. Kontrak
Dalam kontrak dijelaskan jangka waktu, dan asal/tujuan pengiriman barang.
b. Tarif
Untuk angkutan harus jelas tarif yang dihitung untuk pengangkutan tersebut.
c. Polis asuransi
Selama dalam perjalanan barang barang yang diangkut diasuransikan terdiri dari
:
 Asuransi atas kerugian barang
 Asuransi atas kerusakan barang barang
d.  Biaya biaya/cost
Dalam pengangkutan yang diperhitungkan adalah biaya uang tambang.
e.  Cif (cost insurance and freight)
Selama dalam pengangkutan yang diperhitungkan adalah biaya, asuransi dan
uang tambang.
f. Franco gudang artinya si pengirim/si penjual barang hanya bertanggung
jawab atas barang
sampai masuk ke dalam gudang.
g. Manifest yaitu surat muatan yang dibawa oleh nahkoda kapal memuat seluruh
barang barang
dan penumpang yang diangkut.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat


aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya.
2. Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan
vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu
dengan daerah yang lain.
3. Kebanyakan dari negara maju menganggap pembangunan transportasi
merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Ada baiknya
pemerintah memperhatikan hal tersebut.

SARAN

1. Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus


menaruh perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan,
pelabuhan, dan bandar udara. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus
berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur
tersebut.
2. Selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah kiranya perlu
untuk selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi
masyarakat di daerah terpencil/pinffiran, misalnya dengan kebijakan-kabijakan
untuk menurunkan harga BBM, memberikan subsidi, melakukan pengawasan
ketat terhadap tata niaga dan distribusinya dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai