Cara orang-orang setia ini menanggapi tantangan memberi kita pelajaran berharga. Kita tidak
berhenti mengabarkan, bahkan sewaktu orang-orang terkemuka di dunia ini berupaya
menghalangi pemberitaan kita. Perhatikan juga bahwa sewaktu orang-orang Antiokhia menolak
berita mereka, Paulus dan Barnabas ”mengebaskan debu kaki”. Ini bukan berarti mereka marah,
melainkan menunjukkan bahwa mereka sudah tidak bertanggung jawab lagi atas apa yang akan
terjadi. Para utusan injil ini sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan reaksi orang lain.
Yang bisa mereka lakukan adalah mereka akan terus mengabarkan Injil. Dan memang, mereka
terus mengabarkan Injil sewaktu melanjutkan perjalanan ke Ikonium!
Bagaimana dengan para murid yang ditinggalkan di Antiokhia? Mereka memang berada di
daerah yang bersikap bermusuhan. Tetapi, sukacita mereka tidak bergantung pada sambutan
yang positif. Yesus mengatakan, ”Berbahagialah mereka yang mendengar firman Allah dan
memeliharanya!” (Luk. 11:28) Dan, memang itulah tekad para murid di Antiokhia Pisidia.
Seperti Paulus dan Barnabas, semoga kita selalu ingat bahwa tanggung jawab kita adalah
memberitakan kabar baik. Keputusan untuk menerima atau menolak berita itu sepenuhnya ada di
tangan pendengar kita. Jika orang-orang yang kita kabari tampaknya tidak menyambut, kita bisa
menarik pelajaran dari murid-murid abad pertama. Dengan menghargai kebenaran dan
membiarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kudus, kita juga bisa bersukacita, sekalipun
menghadapi tantangan (Gal. 5:18, 22)