0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
69 tayangan2 halaman
Mazmur 109 membahas doa seseorang yang mengalami fitnah dan memohon pertolongan kepada Allah. Walaupun ingin membalas para pemfitnah, mazmur ini mengajarkan untuk menyerahkan masalah kepada Allah dan bersabar menghadapi cobaan. Injil Matius menekankan untuk mencintai musuh, berdoa bagi mereka, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Mazmur 109 membahas doa seseorang yang mengalami fitnah dan memohon pertolongan kepada Allah. Walaupun ingin membalas para pemfitnah, mazmur ini mengajarkan untuk menyerahkan masalah kepada Allah dan bersabar menghadapi cobaan. Injil Matius menekankan untuk mencintai musuh, berdoa bagi mereka, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Mazmur 109 membahas doa seseorang yang mengalami fitnah dan memohon pertolongan kepada Allah. Walaupun ingin membalas para pemfitnah, mazmur ini mengajarkan untuk menyerahkan masalah kepada Allah dan bersabar menghadapi cobaan. Injil Matius menekankan untuk mencintai musuh, berdoa bagi mereka, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Ada suatu ungkapan yang sering kali kita dengar di masyarakat Indonesia. Ungkapan tersebut berbunyi seperti ini: "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan." Sebab pembunuhan mengambil nyawa orang, sedangkan fitnah membunuh mental, karakter, dan mencemarkan nama baik seseorang. Ayat 1-5 Doanya Meminta Pertolongan. Janganlah berdiam diri. Melalui pernyataan singkat ini penulis mazmur menyampaikan permohonannya, kemudian dia segera mulai menyampaikan keluhannya. Para musuhnya sangat vokal, sementara Allah sepertinya berdiam diri. Mereka telah memfitnah dia secara tidak adil dengan lidah dusta. Mereka telah membalas kasih dan kebaikannya dengan kebencian dan kejahatan. Ayat 6-20 Doanya memohon pembalasan. Biarlah ia keluar sebagai orang bersalah. Pemazmur mengimpikan sebuah peradilan hukum di mana orang fasik akan dihakimi. Pembicara mengemukakan secara rinci hukuman yang pantas diterima terdakwa. Ketika si terdakwa itu mati, maka seseorang akan mengambil jabatannya, dan banyak kesulitan akan menimpa istri dan anak-anaknya. Bahkan lebih buruk daripada keinginan si pembicara akan kematian musuhnya, adalah keinginannya agar keluarga musuhnya itu dilenyapkan dan nama sang bapak dilupakan dalam satu angkatan yang kemudian. Andaikata difitnah orang, apa yang akan kita lakukan? Secara spontan kita pasti menyangkal atau mengonfirmasi kabar yang tersiar. Terkadang sakit hati mendorong kita menyumpahi para pemfitnah agar mereka celaka, pendek umur, jatuh melarat, tak diampuni dosanya, dan dikutuk hidupnya, Ayat 21-31 Doanya Memohon Kelepasan. Tetapi Engkau, ya Allah ... bertindaklah kepadaku ... lepaskanlah aku. Pemazmur memohon agar Allah akan mengasihaninya ketika ia sakit dan kekurangan, serta membenarkan dia, supaya musuh-musuhnya mengetahui bahwa tangan Allah melepaskan dia. Sesudah luapan kutukan yang lain, dia mengakhiri dengan janji meyakinkan bahwa dia akan mendapat kesempatan untuk memuji-muji Allah karena doa yang dijawab. Allah menghendaki kita bersabar menghadapi para pemfitnah, seperti pemasmur yang memasrahkan nasibnya kepada Tuhan. Meskipun kita berhak melakukan pembalasan, namun mari kita menyerahkan hak tersebut ke dalam tangan Tuhan. Percayalah bahwa Allah akan bertindak memberikan pembelaan. Karena itu, janganlah kita merasa terganggu dengan fitnah maupun gosip. Lawanlah hal itu dengan pikiran dan perbuatan positif. Tindakan meluruskan fitnah hanya membuang waktu dan menguras tenaga kita. Apa pun alasannya mereka tidak akan percaya karena hatinya sudah dibutakan sehingga tidak bisa melihat kebenaran. Mat 5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Mat 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Apakah kita masih berlelah-lelah membela diri atau malahan menyumpahi para pemfitnah? Marilah kita mengoreksi diri karena tindakan itu tidak diperkenan oleh Allah. Allah menghendaki kita mengampuni dan menyerahkan masalah itu dalam tangan-Nya. Jadikan fitnahan sebagai sarana untuk mengasah kita memiliki karakter seperti Kristus. Dengan demikian, hidup kita memuliakan Tuhan dan menjadi daya tarik bagi orang lain untuk mengenal Injil Kristus.