Anda di halaman 1dari 36

[Nama Belakang] 1

MAKALAH SENI BUDAYA

KRITIK TARI, TARI PUSPANJALI

GURU PEMBIMBING : NI NYOMAN SUGIARTI, S.pd

KELAS : X IPS 1

DISUSUN OLEH : I GUSTI MADE PUTRA ADIARTA (6)

: NI MADE ADINDA YUNIVIA LAURA (23)

SMA NEGERI 1 PENEBEL

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


[Nama Belakang] 2

2
[Nama Belakang] i

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “Kritik Tari, Tari

Puspanjali” ini diselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Seni Budaya. Kami

ucapkan terimakasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun makalah

ini.Dan kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini

sehingga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan

makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Om Santhi Santhi Santhi Om

Penebel, April 2023

Penyusun

i
[Nama Belakang] ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Sejarah Tari........................................................................................................3

2.1.1 Sejarah Tari Bali.........................................................................................4

2.1.2 Sejarah Tari Puspanjali..............................................................................6

2.2 Pengertian Tari Secara Umum.........................................................................7

2.2.1 Pengertian Tari Puspanjali........................................................................7

2.3 Fungsi Tari Secara Umum................................................................................7

2.3.1 Fungsi Tari Puspanjali...............................................................................8

2.4 Bentuk Penyajian Tari Secara Umum.............................................................8

2.4.1 Bentuk Penyajian Tari Puspanjali............................................................9

ii
[Nama Belakang] iii

2.5 Jenis Tari Berdasarkan Koreografinya.........................................................10

2.5.1 Tari Puspanjali Berdasarkan Koreografinya.........................................10

2.6 Unsur-Unsur Tari.............................................................................................11

2.6.1 Gerak Tari Puspanjali..............................................................................11

2.6.2 Tema...........................................................................................................14

2.6.3 Iringan........................................................................................................15

2.2.4 Tata Rias....................................................................................................16

2.6.5 Busana........................................................................................................22

2.6.6 Nilai Yang Terkandung Tari Puspanjali................................................28

2.7 Pola Lantai Tarian Puspanjali........................................................................29

BAB III........................................................................................................................30

PENUTUP...................................................................................................................30

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................30

3.2 Saran-Saran.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................31

iii
[Nama Belakang] 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman Pra-Hindu kehidupan orang-orang di Bali dipengaruhi oleh

keadaan alam sekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-

tarian mereka menirukan gerak-gerak alam sekitarnya sepertinya alunan ombak,

pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak

semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini

orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi mereka juga mengabdikan

kehidupannya kepada kehidupan spritual. Kepercayaan mereka kepada Animisme dan

Totenisme menyebabkan tari-tarian mereka bersifat penuh pengabdian, berunsurkan

Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu

dari beberapa bentuk Tari Bali yang bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah

Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan bahwa Tari Bali akan

selalu di kenang sepanjang masa sehingga Tarian Bali tetap dilestarikan sebagai

budaya dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah Tari Di Indonesia Dan Sejarah Tari Puspanjali ?

2. Apa pengertian Tari?

3. Bentuk Penyajian Tari ?

4. Apakah fungsi Tari Puspanjali ?

5. Apa Saja Jenis Tari Berdasarkan Koreografinya ?

6. Unsur-Unsur Apakah Yang Terdapat Dalam Tari ?

7. Apakah Nilai yang terkandung dari Tari Puspanjali ?

1
[Nama Belakang] 2

8. Bagaimana pola lantai Tari Puspanjali ?

9. Bagaimana Tata Rias Tari Puspanjali?

10. Apa Saja Tata Busana Yang Digunakan Pada Tari Puspanjali?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah Tari Puspanjali

2. Untuk mengetahui fungsi Tari Puspanjali

3. Untuk mengetahui tata rias dan busana Tari Puspanjali

4. Untuk mengetahui nilai yang terkandung dari Tari Puspanjali

2
[Nama Belakang] 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari

Periodisasi sejarah seni tari di Indonesia di bagi menjadi lima zaman

yaitu :

1. Seni Tari Zaman Pra-Hindu

Karya tari pada masa ini lebih difungsikan untuk mencapai tujuan tertentu

yang

bersifat magis dan sakral. Tari menjadi ekspresi yang sering dihubungkan dengan

kekuatan diluar diri manusia. Seni tari Pra-Hindu mendapatkan tempat sesuai dengan

tingkat kepercayaan sejak manusia hidup berkelompok.

Dalam hal ini, tarian dianggap sebagai bagian dari daur ulang kehidupan. Atau

bisa dikatakan masih melanjutkan tata kehidupan budaya Pra-Sejarah. Ciri-ciri tarian

pada zaman ini, diantaranya menyajikan gerak yang sederhana, hentakan kaki dan

tepuk tangan yang cenderung menirukan gerak binatang dan alam.

Penyajian tari diiringi oleh pengiring berupa nyanyian dan suara-suara kuat

bernada tinggi. Masyarakatnya juga sudah mengenal alat musik berupa nekara

( gendang perunggu ). Selebihnya, juga sudah dikenal aksesoris untuk busana tari

yang biasanya terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

2. Seni Tari Zaman Hindu

Pada zaman ini, kesenian lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban

kebudayaan dari India, tidak terkecuali seni tari. Seiring dengan penyebaran agama

Hindu dan Budhha di indonesia, seni tari mengalami perkembangan yang sangat

pesat, bahkan telah memiliki standarisasi atau patokam.

3
[Nama Belakang] 4

Natya Sastra Karangan Bharata Murni merupakan literatur seni tari pada masa

itu. Buku tersebut menjelaskan tentang adanya 64 motif gerak tangan mudra. Motif

tersebut diabagi menjadi tiga, diantaranya 24 motif yang terbentuk dari satu tangan,

13 motif dari kedua tangan, serta 27 motif hasil kombinasi kedua motif tangan.

Oleh karena itu sisten pemerintahan pada zaman ini berbentuk kerajaan, maka

lahirlah tari-tarian istana yang berkembang dengan baik karena mendapat perhatian

langsung dari raja. Sejarah seni tari di masa kerjaan Hindu juga diabadikan melalui

berbagai peninggalan budaya berupa relief yang menghiasi candi-candi.

Ciri-ciri tari pada zaman Hindu, diantaranya : gerakan tari mulai disusun

secara sungguh-sungguh, pertunjukan tari difungsikan, serta besarnya perhatian para

penguasa terhadap seni tari. Selain itu, tema yang disusun dalam tari mulai beragam

karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana dan Panji.

2.1.1 Sejarah Tari Bali

Sejarah dimulai dari masyarakat fedual kemudian berlanjut ke masyarakat

modern hingga sekarang. Pada masyarakat feodal perkembangan Tari Bali ditandai

oleh elemen kebudayaan Hindu. Pengaruh Hindu di Bali berjalan sangat pean-pelan.

Dimulai pasa abad VII yaitu pada pemerintahan raja ugra sena di Bali. Kebudayaan

Bali yang berdasarkan atas penyembahan leluhur (Animisme dan Totemisme)

bercampur dengan Hindusme dan Budhisme yang akhirnya menjadi kebudayaan

Hindu seperti yang kita lihat sekarang catatan tertua yang menyebutkan tentang

berjenis-jenis seni tari ditemui di Jawa Tengah yaitu batu bertulis jaha yang berangka

tahun 840 Masehi. Pada zaman feodal tari berkembang di istana, berkembang juga

dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kepentingan agama yang tidak pernah

4
[Nama Belakang] 5

absen dari tari dan musik. Di dalam masyarakat modern yang dimulai sejak

kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, patromisasi dan kerajaan-kerajaan

di zaman feodal mulai berkurang. Pada masa ini banyak diciptakan kreasi-kreasi baru,

walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan kepada nilai tradisional; yaitu hanya

perubahan komposisi dan interprestasi lagu kedalam gerak. Tari Puspanjali adalah

sebuah tari sambutan, yang melukiskan para wanita menyambut dengan rasa hormat

bagi para tamu yang datang, juga sebagai tari hiburan yang indah dengan estetika seni

tinggi. Tarian ini menggambarkan beberapa wanita yang menyongsong beberapa tamu

dengan penuh rasa hormat. Tari Puspanjali kerap ditampilkan pada acara-acara resmi

untuk menyongsong tamu-tamu mutlak. Puspanjali di ambil dari kata “Puspa” yang

artinya “Bunga” , serta “Anjali” yang artinya “Menghormat” adalah sesuatu tarian

penyambutan yang diartikan oleh sekelompok penari putri (umumnya pada 5-7 orang)

Menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang di gabungkan dengan

gerak-gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-

tarian upacara rejang, serta melukiskan sebanyak wanita yang dengan penuh rasa

hormat menyambut kehadiran beberapa tamu yang datang ke pulau mereka. Salah

satu persembahan para seniman lokal yang berkreasi dengan berbagai imajinatifnya

menghasilkan sebuah tari tradisional yang memiliki citra rasa seni tinggi dengan

sebuah persembahan dengan nama Tari Puspanjali. Tarian yang biasanya ditarikan

oleh anak perempuan ini menampilkan seni gerak tubuh dan tangan yang dinamis dan

lemah gemulai. Inspirasi gerakan ini diambil dari gerakan tarian rejang yang biasanya

ditarikan pada saat upacara agama di Pura. Tari puspanjali ini ditarikan secara

berkelompok antara 5-7 orang.

Tari Puspanjali diciptakan di tahun 1989 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem

dan dengan penata tabuh I Nyoman Windha, gerakan yang lembut, ritmis memang

5
[Nama Belakang] 6

khas dan feminim sekali, gerakan-gerakan penari mudah dicerna, dan indah, sehingga

para penari sepertinya wajib untuk bisa menarikan tarian ini, tarian ini merupakan

sebuah tari sambutan , yang melukiskan para wanita menyambut dengan rasa hormat

bagi para tamu yang datang, pada perkembangannya, sering ditampilkan pada acara-

acara resmi menyambut tamu penting, dan sebagai tari hiburan yang indah dengan

estetika seni tinggi.

2.1.2 Sejarah Tari Puspanjali

Tari Puspanjali merupakan salah satu jenis tari modern yang diciptakan khusus

sebagai hiburan persembahan bagi para tamu baik wisatawan domestik maupun

mancanegara. Membahas mengenai sejarah tarian Puspanjali tentu tidak boleh kita lepaskan

dari peran penting seorang maestro seni yakni Swasthi Wijaya Badem. Beliau merupakan

salah satu tokoh seniman yang pertama kali menciptakan sekaligus memperkenalkan tarian

Puspanjali pada masyarakat Bali. Dilihat dari namanya tarian tersebut merupakan gabungan

dari 2 kata “Puspa dan Anjali” yang bermaksud “Bunga dan Menghormat”. Tarian ini

tergolong sebuah tarian modern yang diciptakan sebagai hiburan pada tahun 1989 oleh

Swasthi Wijaya Badem. Sedangkan untuk penata tabuh pengiring atau musik Swasthi Badem

menggandeng I Nyoman Windha sebagai partnernya. Hasil Karya dari kolaborasi kedua

seniman tersebut membuahkan keunikan dan keistimewaan tersendiri sebagaimana yang bisa

kita lihat dalam pertunjukan tari Puspanjali. Dalam gerakan tari Puspanjali kita akan sebagai

penarinya. Pertunjukan tarian ini biasanya diperankan oleh 5-7 orang penari. Kekompokan

serta keselarasan antar penari seolah membuat gerakan-gerakan ritmis yang dibawakannya

semakin terlihat menarik.

6
[Nama Belakang] 7

2.2 Pengertian Tari Secara Umum

Tari merupakan gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan

musik, diatur irama yang sesuai maksud dan tujuan tertentu. Selain itu, tari diartikan

sebagai gerakan ritmis dan ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh

imajinasi sehingga menjadi wujud gerak simbolis.

2.2.1 Pengertian Tari Puspanjali

Tari Puspanjali adalah tari tradisional yang berasal dari provinsi Bali,

disamping tarian tradisional Bali lainnya, seperti tari Barong.

Puspanjali berasal dari kata “puspa” yang berarti bunga dan “anjali” yang

bermakna penghormatan.

Sesuai dengan namanya, tari ini meruapakan bentuk penghormatan dari tuan

rumah kepada tamumya.

2.3 Fungsi Tari Secara Umum

a. Sebagai Sarana Upacara

Fungsi tari sebagai sarana upacara ( ritual ) merupakan bagian dari tradisi

masyarakat turun-temurun. Tari sebagai sarana hiburan diselenggarakan pada saat

tertentu disertai berbagai sesaji dan iringan tari. Fungsinya untuk menambah

kesakralan dan daya magis. Upacara ritual ini misalnya pada panen atau potong padi,

peristiwa kelahiran, kesuburan, perkawinan, keagamaan, dan adat. Contohnya : Tari

Rejang, Tari Debus. Ciri-ciri tarian ini sebagai berikut :

7
[Nama Belakang] 8

1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk

persembaham

2. Sebagai sarana memuja dewa ( keagamaan ) yang berarti bersifat sakral

3. Bersifat kebersamaan dan diulang-ulang

b. Sebagai Sarana Hiburan

Fungsi tari sebagai sarana hiburan artinya penciptaan tari ditunjukkan

hanya untuk ditonton dan untuk memenuhi konsumsi publik saja.

c. Sebagai Sarana Pertunjukan

Tarian ini meniti beratkan pada segi keindahannya, bukan pada

hiburannya, contoh tari pertunjukan yaitu tari rakyat, tari upacara. Contoh tari

hiburan yang sudah digarap keindahannya, yaitu tari Pendet, Rejamg, Tari

Lenggeram, Tari Gambyong.

2.3.1 Fungsi Tari Puspanjali

Puspanjali ( puspa = bunga, anjali = menghormat ) merupakan sebuah tarian

penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri ( biasanya antara 5-7 orang

). Menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-

gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian

upacara Rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa

hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka.

2.4 Bentuk Penyajian Tari Secara Umum

Secara umum jenis tari berdasarkan bentuk penyajian dibagi menjadi empat

yaitu :

8
[Nama Belakang] 9

1. Tari Tunggal

Tari tunggal adalah tarian yang dilakukan oleh seorang penari. Gerakannya

mencapai tingkat kerumitan tertinggi dibandingkan dengan bentuk tari

lainnya. Kondisi ini dikarenakan dilakukan oleh satu penari, sehingga

nilai-nilai estetik tarian yang dilakukannya bertumpu hanya kepada

seorang penari. Demikian juga tatanan pada gerak tari tunggal memiliki

tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

2. Tari Berpasangan

Tari berpasangan adalah tarian yang dilakukan berdua dan sebagian

berlainan satu sama lain, tetapi antara penari merupakan satu kepaduan

yang disebut dengan duet. Bentuk perkembangan lainnya ada yang

ditarikan bertiga ( trio ) dan paduan dari empat penari disebut kuarter

3. Tari Kelompok

Merupakan tarian yang isinya menggambarkan atau mengungkapkan

sekelompok yang jabatannya sama, dan nama tariannya berdasarkan dari

mama jabatannya atau aktivitasnya.

4. Drama Tari

Drama tari dibawakan oleh beberapa orang penari. Drama tari disajikan

dalam bentuk cerita yang terbagi atas babak-babak atau adegan-adegan.

Contoh drama tari yaitu wayang wong, wayang topeng, randai dan

makyong.

2.4.1 Bentuk Penyajian Tari Puspanjali

Tari puspanjali berbentuk tari penyambutan sebagai ungkapan selamat datang

yang ditarikan oleh kelompok penari putri.

9
[Nama Belakang] 10

2.5 Jenis Tari Berdasarkan Koreografinya

Istilah koreografi adalah suatu istilah yang digunakan untuk penyusun tari. Sedang untuk

menyambut orang yang menyusun tari adalah koreografer. Terdiri dari :

a) Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyara tertentu sejak jaman

primitif sampai sekarang. Ciri-ciri tari rakyat adalah : sederhana ( pakaian, rias, gerak

dan ringan ) tidak mengindahkan norma-norma kehidupan memiliki kekuatan magis.

Contoh tari rakyat : Lengger, Tayub, Orek-Orek, joget.

b) Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah

ada sejak jaman feudal. Tari ini biasanya hidup dilingkungan keraton. Ciri-ciri tari

klasik adalah : contohnya adalah : Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel,

Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, Tari Roro Wilis.

c) Tari modern adalah sebuah tari yang mengungkapkan emosi manusia secara bebas

atau setiap penari bebas dalam mewujudkan ekspresi emosionalnya yang tidak terikat

oleh sebuah bentuk yang berstandar. Contoh tari modern adalah : CacaBreak, Dance

Penari Latar Samba.

d) Tari Kreasi baru adalah tari-tari klasik yang dikembangkan sesuai dengan

perkembangan jaman dan diberi nafas indonesia baru. Contoh tari kreasi baru adalah

karya-karya dari Bagong Kusudiarjo dari padepokan Bagong Kusudiarjo dan Untunf

dari sanggar kembang sore dari Yogyakarta.

2.5.1 Tari Puspanjali Berdasarkan Koreografinya

Jenis Tari Puspanjali berdasarkan koreografinya adalah jenis tari penyambutan

Sebagai ungkapan selamat datang kepada para tamu.

10
[Nama Belakang] 11

2.6 Unsur-Unsur Tari

2.6.1 Gerak Tari Puspanjali

Gerak dalam tari mengandung unsur keindahan yang merupakan hasil budi manusia,

maka unsur dasar utama tari berwujud gerak dari bagian tubuh manusia yang telah

diolah dari gerak keadaan mentah menjadi suatu bentuk gerak tertentu. Dalam istilah

seni, gerak tersebut mengalami distorsi. Gerak murni merupakan gerak tari yang

dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak tari

tersebut melainkan faktor nilai keindahan gerak tarinya saja. Misalnya, gerak

memutar tangan pada pergelangan tangan, gerak leher, dan sebagainya. Gerak

maknawi merupakan gerak yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam

pengungkapannya mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu selain

keindahannya. Misalnya gambaran seorang petani yang mencangkul dan menebar

benih. Tarian yang bersifat representative banyak disusun dari gerak maknawi, yakni

gerak tarinya menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan gerakan

tari yang jelas. Tarian yang bersifat non representative banyak digunakan gerak

murni, yaitu gerak tari yang tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu.

● Gerakan Tari Puspanjali

Untuk gerakan tari Puspanjali sendiri diawali dengan menggerakan bagian kepala ke

kiri dan kanan “khas tarian Bali” sambil berjalan dengan kedua tangan berada di

11
[Nama Belakang] 12

depan dada. Kemudian dilanjut dengan gerakan mempertemukan kedua pangkal

pergelangan tangan, yang kanan diatas sedangkan bagian kiri dibawah.

Gerakan selanjutnya adalah berjalan di tempat dengan kedua tangan masih berada di

depan dada dalam posisi yang sama. Gerakan ini adalah satu bentuk sambutan selamat

datang kepada para tamu.

Para penari kemudian akan melenggok dan memutar dengan tangan diangkat agak ke

atas hingga ke bagian bahu ikut bergerak. Gerakan ini menggambarkan

keramahtamahan masyarakat Bali kepada para tamu yang datang.

Untuk ekspresi penari yang di tampilkan melalui senyuman dan gerak mata “nyledet”

khas Bali. Nyadat merukapan gerakan mengangkat alis sedikit kemudian bola mata

bergerak secara cepat atau lambat sesuai ritme musiknya. Tari Puspanjali ini juga

termasuk salah satu tarian dari Bali yang cukup populer.

NILAI ESTETIKA TARI

12
[Nama Belakang] 13

1. Wiraga

Wiraga adalah dasar keterampilan gerak tubuh/fisik penari yang dapat menyalurkan

ekspresi batin dalam bentuk gerak tari. Gerakan anggota tubuh itu antara lain:

● Jari-jari tangan

● Pergelangan tangan

● Siku-siku tangan

● Bahu

● Leher

● Muka dan kepala

● Lutut

● Mulut

● Jari-jari kaki

● Dada

● Perut

● Pinggul

● Biji mata

● Alis

● Pergelangan kaki

2. Wirama

Wirama adalah suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis di dalam tari. Di

dalamnya terdapat pengaturan dinamika seperti aksen dan tempo tarian. Ada dua

macam Wirama pada tari yaitu.

Wirama tandak : adalah wirama yang ajeg ( tetap ) dan murni dengan ketukan dan

aksen yang berulang-ulang dan teratur. Dalam wirama tandak, gerak tari dan musik

lebih mudah disusun. Seorang dapat bergerak langsung mengikuti ketukan sekali,

13
[Nama Belakang] 14

ketukan mengganda, ketukan menigakali, atau dapat pula membuat gerakan sinkop

( berlawanan dengan gerakan musiknya ).

Wirama bebas : adalah wirama yang tidak selalu memiliki ketukan dengan akses yang

berulang-ulang dan teratur.

3. Wirasa

Wirasa adalah ekspresi raut muka/mimik yang menggambarkan karakter tarian,

penghayatan gerak sesuai dengan tuntutan tarian. Wirasa merupakan tingkatan

penghayatan dan penjiwaan dapam tarian. Seperti : tegas, lembut, gembira dan sedih

uang mengekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah sehingga melahirkan

keindahan.

4. Wirupa

Adalah penampilan penari dari ujung atas sampai ujung bawah

Wirupa adalah unsur yang memberikan kejelasan karakter gerak tari yang ditunjukkan

melalui warna, busana dan tata rias.

Untuk melengkapi keempat unsur di atas, sebuah tari hendaknya dibangun dengan

kesesuian dari tata rias, kostum, tata lampu, dan tata panggung. Tarian yang

mengekspresikan kisah sedih misalnya tidak cocok dengan tata rias yang menor serta

kostum yang berwarna cerah. Sebaliknya, tarian yang mrngekspresikan kegembiraan,

sangat cocok ditampilkan dengan kostum yang gemerlap.

2.6.2 Tema

Tema termasuk menjadi unsur utama, tema dalam sebuah tari tidak bisa dipisahkan.

Setiap sebuah tarian pasti mempunyai tema masing-masing. Dengan tema yang ada, maka

akan menimbulkan perberdaan atau ciri khas antar satu jenis tarian dengan jenis tarian lain.

14
[Nama Belakang] 15

Ada tema tari yang identik dengan perang, ada tema romantis dan ada juga tema kegembiraan

masyarakat karena panen raya. Semua di kreasikan dalam bentuk tari oleh pencipta tari itu

sendiri.

2.6.3 Iringan

Iringan adalah elemen pendukung atau pelengkap dalam sebuah prosesi tari.

Umumnya yang menjadi elemen pendukung atau pelengkap dari sebuah tarian adalah musik.

Sebagai pengiring sebuah tarian, musik bisa berfungsi pengatur tempo atau keserampakan

( bila berkelompok ). Dengan kata lain, musik pengiring tersebut menjadi pengendali

keselarasan sebuah prosesitari. Selain itu, musik pengiring juga berfungsi sebagai penambah

nilai estetika tari dan penyemrak.

a. Tari mendominir musik

Seorang penari selalu memberi aba-aba pemain musiknya pada setiap perbuhan

gerak yang dilakukan. Pada bagian ini pula disertakan contoh-contoh tari yang

mendominir musik dalam tari Bali.

b. Musik mendominir tari

Dalam tari Bali ada bentuk pertunjukan dimana musik pengiringnya lebih

dominan mengatur tari baik gerak maupun peralihan ke bagian yang lain. Pada

bagian ini pula disertakan contoh-contoh musik yang mendominir tari dalam tari

Bali.

c. Musik dan tari saling mendominir

Dalam tari Bali yang bersifat tari kreasi yang sesungguhnya sangat kuat unsur

konvensionalnya sebagian besar memiliki sifat saling mendominir. Pada bagian

ini pula disertakan contoh-contoh musik dan tari saling mendominir.

15
[Nama Belakang] 16

2.2.4 Tata Rias

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan untuk

penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari perlu memikirkan dengan cermat

dan teliti Tata Rias dan Tata Busana yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan

tema yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain

pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena

kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias.

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk mempercantik diri

khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan. Tata rias pada seni

pertunjukan diperlukan untuk menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias

adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan

memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas panggung/pentas dengan

suasana yang sesuai dan wajar ( Haryawan, 1993; 134 ). Sebagai penggambaran watak di

atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai

usaha menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam kekhususan

yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri tersendiri. Dari fungsinya rias

dibedakan menjadi delapan macam rias yaitu.

16
[Nama Belakang] 17

1). Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah mendekati peranan yang akan

dimainkannya. Misalnya pemain orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya

dibutuhkan aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2). Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan perubahan wajah pemain

berjenis kelamin laki-laki memerankan menjadi perempuan, demikian sebaliknya

3). Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan aksen riasan pada

pemain yang memerankan bangsa lain. Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan

peran bangsa Belanda.

4). Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda ( remaja/pemuda/pemudi )

menjadi orang tua usia tujuh puluhan ( kakek/nenek ).

5). Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan.

Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana, Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh

seorang anak sholeh , tokoh anak nakal.

6). Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas watak yang diperankan

pemain. Misalnya memerankan watak putri luruh ( lembut), putri branyak ( lincah ), putra

alus, putra gagah.

7). Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan peranannya. Misalnya

pemain sedang memainkan waktu bangun tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut

dibutuhkan riasan yang berbeda.

8). Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkan untuk memperjelas keberadaan tempat

pemain. Misalnya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas

dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan, diperlukan pengetahuan

tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan

pula pemahaman tentang pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan

17
[Nama Belakang] 18

karakter manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan tentang karakter

dan tokoh pewayangan

● Tata Rias Tari Puspanjali

1. Foundation sebagai riasan dasar

sebelum menggunakan foundation

bersihkan wajah dengan air hangat

lalu gunakan foundation dengan

merata dari wajah hingga leher.

2. Bedak tabur

Gunakan bedak tabur

untuk riasan penyamar pori-pori,

gunakan bedak tabur dari wajah

hingga leher.

18
[Nama Belakang] 19

3. Eyeshadow warna merah, kuning,

dan biru

● Gunakan eyeshadow warna merah

di bagian atas tengah dekat

hidung,

● Gunakan eyeshadow warna kuning

di bagian ekor atas mata

● Gunakan eyeshadow warna biru di

kelopak mata bagian bawah dekat

bulu mata

4. Pensil alis

Gunakan pensil alis untuk

memperjelas karakter

19
[Nama Belakang] 20

5. Eyeliner

Gunakan eyeliner pada

bawah mata dengan sekali goresan

6. Blus on warna merah muda

Gunakan blus on merah

muda sesuai karakter dan sesuai

dengan bentuk wajah.

7. Lipstik warna merah

Gunakan lipstik warna

merah sesuai karakter dan sesuai

20
[Nama Belakang] 21

dengan bentuk bibir

8. Bulu mata palsu

Gunakan bulu mata palsu

dengan mengoleskan lem khusus

di pangkal bulu mata palsu dan

pasang di atas bulu mata asli

21
[Nama Belakang] 22

2.6.5 Busana

Busana yang digunakan dalam tarian ini dirancang sama seperti tarian tradisional

Bali lainnya. Pakaian berupa tapih yang di prada bawahnya dan di sarung, serta

steples polos berwarna senada dengan tapih dan kain prada yang juga di sarung.

Rambut para penari juga disasak dan menggunakan “pusung lungguh magonjer”.

Pada bagian tengah depan pusung lungguh magonjer diberikan hiasan berupa

“onggar-onggar” dengan bunga yang sewarna pakaian penarinya.

Onggar-onggar dilengkapi juga dengan beberapa bunga mas cempaka imitasi dan

dua untaian semanggi di bagian kanan dan kirinya..

TATA BUSANA TARI PUSPANJALI

BAGIAN KEPALA :

1. Pusung lungguh magonjer

22
[Nama Belakang] 23

Pertama-tama rambut di

sasak di bagian depan lalu pakaikan

ongar-ongar di tengah-tengah yang

dihiasi dengan bunga sewarna

sesuai dengan warna busananya

dan dilengkapi dengan bunga emas

cempaka imitasi dan dua untaian

semanggi di sampingnya.

2.

3. Subeng pada telinga

Gunakan subeng pada

telinga untuk melengkapi

accessoriesnya

4. Badong

Gunakan badong atau

kalung segitiga yang terbuat dari

23
[Nama Belakang] 24

kulut atau imitasi

1. Gunakan tapih dengan warna putih

terlebih dahulu baru yang warna

kuning dengan agak ke atas

2. Gunakan kamben dengan agak lebih

di atas dari tapih dengan kancut di

sebelah kiri

3. Gunakan gelungan dengan

menggelung dari kiri ke kanan lalu

menyilang di dada lalu gunakan

peniti agar tidak jatuh

4. Gunakan sabuk dada lalu gunakan

peniti kembali di bagian belakang

5. Gunakan selendang di bahu kanan

24
[Nama Belakang] 25

b. Tata Busana

Busana ( pakaian ) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (

accessories ) yang dikenakan penari di atas panggung

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian.

1). Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya.

Misalnya , stagen, korset, rok dalam, straples.

2). Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel,

gongseng, kaos kaki, sepatu.

3). Pakaian tubuh, pakain pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai

dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek,

ampok-ampok, simbar dada, selendang, dan seterusnya

4). Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya

berbagai macam jenis tata rambut ( hairdo ) dan riasan bentuk rambut ( gelung

tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung bokor, dan sejenisnya ).

5). Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapn yang melengkapi ke empat

pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang

25
[Nama Belakang] 26

dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang, kamus

timang/slepe ceplok, deker ( gelang tangan ), kaos tangan, bara samir, dan

sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah

property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan

semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni

pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna

busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh

karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat

juga digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja

dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna

menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama.

Warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan

kuarter.

a). Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang terdiri dari warna

merah, kuning, dan biru. Warna merah adalah simbol keberanian, agresif/aktif. Pada

dramatari tradisional warna tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, Agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai kesan ketentraman dan

memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada drama tradisional warna tersebut dipakai oleh seorang

satria atau putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya: Dewi Sinta,

Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan kegembiraan.

b). Warna sekunder, adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, orange.

26
[Nama Belakang] 27

c). Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer dengan warna

dihadapannya, misalnya warna merah dicampur dengan hijau, biru dengan orange, kuning

dengan violet.

d). Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna sekunder yaitu warna

merah dicampur orange, kuning dengan orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru

dengan violet, violet dengan merah.

e). Warna kuarter, yaitu percampuran antara warna primer dengan warna tersier, dan warna

sekunder dengan tersier yang melahirkan 12 warna campuran baru.

f). Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan kesan kematangan dan

kebijaksanaan. Pada drama tradisional biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang

bijaksana. Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih memberikan kesan

muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam drama tradisional warna tersebut dipakai

oleh pendeta yang dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua bagian sesuai dengan

demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan dengan emosi seseorang yang disebut dengan

warna panas dan warna dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin

terdiri atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi perhatian dan bahan

pertimbangan, karena berhubungan erat dengan peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari tokoh ( pemain ).

Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari dihubungkan dengan fungsinya sebagai simbol,

di samping warna mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya ( tidak merangsang ), terkesan dingin.

Warna hijau memberi kesan dingin. Warna kuning dan orange memberi kesan perasaan riang,

menarik perhatian. Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

27
[Nama Belakang] 28

berpikir ( dinamis ). Warna merah jambu mengandung kekuatan cinta. Warna ungu memberi

kesan ketenangan.

2.6.6 Nilai Yang Terkandung Tari Puspanjali

Puspanjali berasal dari kata Puspa = bunga dan Anjali = menghormat, merupakan

sebuah tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri ( biasanya antara 5-7

orang ) menampilkan gerak-gerik lembut, lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-

gerak ritmis yang dinamis. Tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tari-tarian upacara

rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa hormat menyongsong

kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka.

28
[Nama Belakang] 29

2.7 Pola Lantai Tarian Puspanjali

KETERANGAN : GAMBAR BULAT BERISI TANDA PANAH LANGKAH –

LANGKAH GERAK ARAH PANDANG

29
[Nama Belakang] 30

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tari Bali khususnya tari Puspanjali merupakan budaya peninggalan agama Hindu

yang tetap dilestarikan, kita sebagai generasi penerus harus menjaga tari-tari yang ada di Bali

agar tidak di klaim oleh Negara tetangga sehingga budaya yang kita miliki tetap asri. Selain

itu kita harus menjaga dan meningkatkan mutu tarian dengan memperhatikan struktur dan

guna tarian tersebut, sehingga tari Bali tetap lestari.

3.2 Saran-Saran

1. Dengan telah dibuatnya paper kesenian khususnya mengenai tari Bali yaitu tari Puspanjali,

semoga dapat bermanfaat bagi kami selalu penyusun dan para pembaca umumnya.

2. Disamping itu dengan adanya paper ini semoga para pembaca dapat mengembangkam

sekaligus melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat menyusun paper yang lebih

baik dari paper yang kami buat .

3. Kebudayaan berharga yang patut kita jaga dan kita lestarikan sebagai aset dan kekayaan

budaya bangsa Indonesia. Selain untuk menjaga identitas bangsa, jangan sampai pula

kebudayaan negera kita di klaim oleh negara tetangga maupun Negara-negara lain. Oleh

sebab itu, ada baiknya kita menghargai warisan budaya bangsa ini sebaik-baiknya. Dan dapat

menanamkan rasa cinta terhadap kesenian tradisional Bangsa Indonesia, mempererat tali

persatuan dan kesatuaan

30
[Nama Belakang] 31

DAFTAR PUSTAKA

http://purnamiap.blogspot.co.id/2013/09/makalah-tari-bali.html

https://www.balaibahasajateng.web.id/wawasan/1439/tari-puspanjali

https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/4-unsur-nilai-estetika-seni-

tari.hml

https://blog.isi-dps.ac.id/wahyumahendra/34-2

https://blogkulo.com/sejarah-seni-tari-indonesia/

31

Anda mungkin juga menyukai