KELAS : X IPS 1
2
[Nama Belakang] i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “Kritik Tari, Tari
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Seni Budaya. Kami
ucapkan terimakasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun makalah
ini.Dan kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
Penyusun
i
[Nama Belakang] ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
ii
[Nama Belakang] iii
2.6.2 Tema...........................................................................................................14
2.6.3 Iringan........................................................................................................15
2.6.5 Busana........................................................................................................22
BAB III........................................................................................................................30
PENUTUP...................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................30
3.2 Saran-Saran.....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................31
iii
[Nama Belakang] 1
BAB 1
PENDAHULUAN
keadaan alam sekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-
pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak
semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini
orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi mereka juga mengabdikan
Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu
dari beberapa bentuk Tari Bali yang bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah
Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan bahwa Tari Bali akan
selalu di kenang sepanjang masa sehingga Tarian Bali tetap dilestarikan sebagai
budaya dunia.
1
[Nama Belakang] 2
10. Apa Saja Tata Busana Yang Digunakan Pada Tari Puspanjali?
1.3 Tujuan
2
[Nama Belakang] 3
BAB II
PEMBAHASAN
yaitu :
Karya tari pada masa ini lebih difungsikan untuk mencapai tujuan tertentu
yang
bersifat magis dan sakral. Tari menjadi ekspresi yang sering dihubungkan dengan
kekuatan diluar diri manusia. Seni tari Pra-Hindu mendapatkan tempat sesuai dengan
Dalam hal ini, tarian dianggap sebagai bagian dari daur ulang kehidupan. Atau
bisa dikatakan masih melanjutkan tata kehidupan budaya Pra-Sejarah. Ciri-ciri tarian
pada zaman ini, diantaranya menyajikan gerak yang sederhana, hentakan kaki dan
Penyajian tari diiringi oleh pengiring berupa nyanyian dan suara-suara kuat
bernada tinggi. Masyarakatnya juga sudah mengenal alat musik berupa nekara
( gendang perunggu ). Selebihnya, juga sudah dikenal aksesoris untuk busana tari
kebudayaan dari India, tidak terkecuali seni tari. Seiring dengan penyebaran agama
Hindu dan Budhha di indonesia, seni tari mengalami perkembangan yang sangat
3
[Nama Belakang] 4
Natya Sastra Karangan Bharata Murni merupakan literatur seni tari pada masa
itu. Buku tersebut menjelaskan tentang adanya 64 motif gerak tangan mudra. Motif
tersebut diabagi menjadi tiga, diantaranya 24 motif yang terbentuk dari satu tangan,
13 motif dari kedua tangan, serta 27 motif hasil kombinasi kedua motif tangan.
Oleh karena itu sisten pemerintahan pada zaman ini berbentuk kerajaan, maka
lahirlah tari-tarian istana yang berkembang dengan baik karena mendapat perhatian
langsung dari raja. Sejarah seni tari di masa kerjaan Hindu juga diabadikan melalui
Ciri-ciri tari pada zaman Hindu, diantaranya : gerakan tari mulai disusun
penguasa terhadap seni tari. Selain itu, tema yang disusun dalam tari mulai beragam
karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana dan Panji.
modern hingga sekarang. Pada masyarakat feodal perkembangan Tari Bali ditandai
oleh elemen kebudayaan Hindu. Pengaruh Hindu di Bali berjalan sangat pean-pelan.
Dimulai pasa abad VII yaitu pada pemerintahan raja ugra sena di Bali. Kebudayaan
Hindu seperti yang kita lihat sekarang catatan tertua yang menyebutkan tentang
berjenis-jenis seni tari ditemui di Jawa Tengah yaitu batu bertulis jaha yang berangka
tahun 840 Masehi. Pada zaman feodal tari berkembang di istana, berkembang juga
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kepentingan agama yang tidak pernah
4
[Nama Belakang] 5
absen dari tari dan musik. Di dalam masyarakat modern yang dimulai sejak
di zaman feodal mulai berkurang. Pada masa ini banyak diciptakan kreasi-kreasi baru,
walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan kepada nilai tradisional; yaitu hanya
perubahan komposisi dan interprestasi lagu kedalam gerak. Tari Puspanjali adalah
sebuah tari sambutan, yang melukiskan para wanita menyambut dengan rasa hormat
bagi para tamu yang datang, juga sebagai tari hiburan yang indah dengan estetika seni
tinggi. Tarian ini menggambarkan beberapa wanita yang menyongsong beberapa tamu
dengan penuh rasa hormat. Tari Puspanjali kerap ditampilkan pada acara-acara resmi
untuk menyongsong tamu-tamu mutlak. Puspanjali di ambil dari kata “Puspa” yang
artinya “Bunga” , serta “Anjali” yang artinya “Menghormat” adalah sesuatu tarian
penyambutan yang diartikan oleh sekelompok penari putri (umumnya pada 5-7 orang)
gerak-gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-
tarian upacara rejang, serta melukiskan sebanyak wanita yang dengan penuh rasa
hormat menyambut kehadiran beberapa tamu yang datang ke pulau mereka. Salah
satu persembahan para seniman lokal yang berkreasi dengan berbagai imajinatifnya
menghasilkan sebuah tari tradisional yang memiliki citra rasa seni tinggi dengan
sebuah persembahan dengan nama Tari Puspanjali. Tarian yang biasanya ditarikan
oleh anak perempuan ini menampilkan seni gerak tubuh dan tangan yang dinamis dan
lemah gemulai. Inspirasi gerakan ini diambil dari gerakan tarian rejang yang biasanya
ditarikan pada saat upacara agama di Pura. Tari puspanjali ini ditarikan secara
Tari Puspanjali diciptakan di tahun 1989 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem
dan dengan penata tabuh I Nyoman Windha, gerakan yang lembut, ritmis memang
5
[Nama Belakang] 6
khas dan feminim sekali, gerakan-gerakan penari mudah dicerna, dan indah, sehingga
para penari sepertinya wajib untuk bisa menarikan tarian ini, tarian ini merupakan
sebuah tari sambutan , yang melukiskan para wanita menyambut dengan rasa hormat
bagi para tamu yang datang, pada perkembangannya, sering ditampilkan pada acara-
acara resmi menyambut tamu penting, dan sebagai tari hiburan yang indah dengan
Tari Puspanjali merupakan salah satu jenis tari modern yang diciptakan khusus
sebagai hiburan persembahan bagi para tamu baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Membahas mengenai sejarah tarian Puspanjali tentu tidak boleh kita lepaskan
dari peran penting seorang maestro seni yakni Swasthi Wijaya Badem. Beliau merupakan
salah satu tokoh seniman yang pertama kali menciptakan sekaligus memperkenalkan tarian
Puspanjali pada masyarakat Bali. Dilihat dari namanya tarian tersebut merupakan gabungan
dari 2 kata “Puspa dan Anjali” yang bermaksud “Bunga dan Menghormat”. Tarian ini
tergolong sebuah tarian modern yang diciptakan sebagai hiburan pada tahun 1989 oleh
Swasthi Wijaya Badem. Sedangkan untuk penata tabuh pengiring atau musik Swasthi Badem
menggandeng I Nyoman Windha sebagai partnernya. Hasil Karya dari kolaborasi kedua
seniman tersebut membuahkan keunikan dan keistimewaan tersendiri sebagaimana yang bisa
kita lihat dalam pertunjukan tari Puspanjali. Dalam gerakan tari Puspanjali kita akan sebagai
penarinya. Pertunjukan tarian ini biasanya diperankan oleh 5-7 orang penari. Kekompokan
serta keselarasan antar penari seolah membuat gerakan-gerakan ritmis yang dibawakannya
6
[Nama Belakang] 7
Tari merupakan gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan
musik, diatur irama yang sesuai maksud dan tujuan tertentu. Selain itu, tari diartikan
sebagai gerakan ritmis dan ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh
Tari Puspanjali adalah tari tradisional yang berasal dari provinsi Bali,
Puspanjali berasal dari kata “puspa” yang berarti bunga dan “anjali” yang
bermakna penghormatan.
Sesuai dengan namanya, tari ini meruapakan bentuk penghormatan dari tuan
Fungsi tari sebagai sarana upacara ( ritual ) merupakan bagian dari tradisi
tertentu disertai berbagai sesaji dan iringan tari. Fungsinya untuk menambah
kesakralan dan daya magis. Upacara ritual ini misalnya pada panen atau potong padi,
7
[Nama Belakang] 8
1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk
persembaham
hiburannya, contoh tari pertunjukan yaitu tari rakyat, tari upacara. Contoh tari
hiburan yang sudah digarap keindahannya, yaitu tari Pendet, Rejamg, Tari
penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri ( biasanya antara 5-7 orang
gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian
upacara Rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa
Secara umum jenis tari berdasarkan bentuk penyajian dibagi menjadi empat
yaitu :
8
[Nama Belakang] 9
1. Tari Tunggal
Tari tunggal adalah tarian yang dilakukan oleh seorang penari. Gerakannya
seorang penari. Demikian juga tatanan pada gerak tari tunggal memiliki
2. Tari Berpasangan
berlainan satu sama lain, tetapi antara penari merupakan satu kepaduan
ditarikan bertiga ( trio ) dan paduan dari empat penari disebut kuarter
3. Tari Kelompok
4. Drama Tari
Drama tari dibawakan oleh beberapa orang penari. Drama tari disajikan
Contoh drama tari yaitu wayang wong, wayang topeng, randai dan
makyong.
9
[Nama Belakang] 10
Istilah koreografi adalah suatu istilah yang digunakan untuk penyusun tari. Sedang untuk
a) Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyara tertentu sejak jaman
primitif sampai sekarang. Ciri-ciri tari rakyat adalah : sederhana ( pakaian, rias, gerak
b) Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah
ada sejak jaman feudal. Tari ini biasanya hidup dilingkungan keraton. Ciri-ciri tari
klasik adalah : contohnya adalah : Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel,
c) Tari modern adalah sebuah tari yang mengungkapkan emosi manusia secara bebas
atau setiap penari bebas dalam mewujudkan ekspresi emosionalnya yang tidak terikat
oleh sebuah bentuk yang berstandar. Contoh tari modern adalah : CacaBreak, Dance
d) Tari Kreasi baru adalah tari-tari klasik yang dikembangkan sesuai dengan
perkembangan jaman dan diberi nafas indonesia baru. Contoh tari kreasi baru adalah
karya-karya dari Bagong Kusudiarjo dari padepokan Bagong Kusudiarjo dan Untunf
10
[Nama Belakang] 11
Gerak dalam tari mengandung unsur keindahan yang merupakan hasil budi manusia,
maka unsur dasar utama tari berwujud gerak dari bagian tubuh manusia yang telah
diolah dari gerak keadaan mentah menjadi suatu bentuk gerak tertentu. Dalam istilah
seni, gerak tersebut mengalami distorsi. Gerak murni merupakan gerak tari yang
tersebut melainkan faktor nilai keindahan gerak tarinya saja. Misalnya, gerak
memutar tangan pada pergelangan tangan, gerak leher, dan sebagainya. Gerak
maknawi merupakan gerak yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam
benih. Tarian yang bersifat representative banyak disusun dari gerak maknawi, yakni
gerak tarinya menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan gerakan
tari yang jelas. Tarian yang bersifat non representative banyak digunakan gerak
murni, yaitu gerak tari yang tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu.
Untuk gerakan tari Puspanjali sendiri diawali dengan menggerakan bagian kepala ke
kiri dan kanan “khas tarian Bali” sambil berjalan dengan kedua tangan berada di
11
[Nama Belakang] 12
Gerakan selanjutnya adalah berjalan di tempat dengan kedua tangan masih berada di
depan dada dalam posisi yang sama. Gerakan ini adalah satu bentuk sambutan selamat
Para penari kemudian akan melenggok dan memutar dengan tangan diangkat agak ke
Untuk ekspresi penari yang di tampilkan melalui senyuman dan gerak mata “nyledet”
khas Bali. Nyadat merukapan gerakan mengangkat alis sedikit kemudian bola mata
bergerak secara cepat atau lambat sesuai ritme musiknya. Tari Puspanjali ini juga
12
[Nama Belakang] 13
1. Wiraga
Wiraga adalah dasar keterampilan gerak tubuh/fisik penari yang dapat menyalurkan
ekspresi batin dalam bentuk gerak tari. Gerakan anggota tubuh itu antara lain:
● Jari-jari tangan
● Pergelangan tangan
● Siku-siku tangan
● Bahu
● Leher
● Lutut
● Mulut
● Jari-jari kaki
● Dada
● Perut
● Pinggul
● Biji mata
● Alis
● Pergelangan kaki
2. Wirama
Wirama adalah suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis di dalam tari. Di
dalamnya terdapat pengaturan dinamika seperti aksen dan tempo tarian. Ada dua
Wirama tandak : adalah wirama yang ajeg ( tetap ) dan murni dengan ketukan dan
aksen yang berulang-ulang dan teratur. Dalam wirama tandak, gerak tari dan musik
lebih mudah disusun. Seorang dapat bergerak langsung mengikuti ketukan sekali,
13
[Nama Belakang] 14
ketukan mengganda, ketukan menigakali, atau dapat pula membuat gerakan sinkop
Wirama bebas : adalah wirama yang tidak selalu memiliki ketukan dengan akses yang
3. Wirasa
penghayatan dan penjiwaan dapam tarian. Seperti : tegas, lembut, gembira dan sedih
keindahan.
4. Wirupa
Wirupa adalah unsur yang memberikan kejelasan karakter gerak tari yang ditunjukkan
Untuk melengkapi keempat unsur di atas, sebuah tari hendaknya dibangun dengan
kesesuian dari tata rias, kostum, tata lampu, dan tata panggung. Tarian yang
mengekspresikan kisah sedih misalnya tidak cocok dengan tata rias yang menor serta
2.6.2 Tema
Tema termasuk menjadi unsur utama, tema dalam sebuah tari tidak bisa dipisahkan.
Setiap sebuah tarian pasti mempunyai tema masing-masing. Dengan tema yang ada, maka
akan menimbulkan perberdaan atau ciri khas antar satu jenis tarian dengan jenis tarian lain.
14
[Nama Belakang] 15
Ada tema tari yang identik dengan perang, ada tema romantis dan ada juga tema kegembiraan
masyarakat karena panen raya. Semua di kreasikan dalam bentuk tari oleh pencipta tari itu
sendiri.
2.6.3 Iringan
Iringan adalah elemen pendukung atau pelengkap dalam sebuah prosesi tari.
Umumnya yang menjadi elemen pendukung atau pelengkap dari sebuah tarian adalah musik.
Sebagai pengiring sebuah tarian, musik bisa berfungsi pengatur tempo atau keserampakan
( bila berkelompok ). Dengan kata lain, musik pengiring tersebut menjadi pengendali
keselarasan sebuah prosesitari. Selain itu, musik pengiring juga berfungsi sebagai penambah
Seorang penari selalu memberi aba-aba pemain musiknya pada setiap perbuhan
gerak yang dilakukan. Pada bagian ini pula disertakan contoh-contoh tari yang
Dalam tari Bali ada bentuk pertunjukan dimana musik pengiringnya lebih
dominan mengatur tari baik gerak maupun peralihan ke bagian yang lain. Pada
bagian ini pula disertakan contoh-contoh musik yang mendominir tari dalam tari
Bali.
Dalam tari Bali yang bersifat tari kreasi yang sesungguhnya sangat kuat unsur
15
[Nama Belakang] 16
Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan untuk
penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari perlu memikirkan dengan cermat
dan teliti Tata Rias dan Tata Busana yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan
tema yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain
pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena
a. Tata Rias
Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk mempercantik diri
khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan. Tata rias pada seni
adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan
memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas panggung/pentas dengan
suasana yang sesuai dan wajar ( Haryawan, 1993; 134 ). Sebagai penggambaran watak di
atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai
yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri tersendiri. Dari fungsinya rias
16
[Nama Belakang] 17
1). Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah mendekati peranan yang akan
dimainkannya. Misalnya pemain orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya
2). Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan perubahan wajah pemain
3). Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan aksen riasan pada
pemain yang memerankan bangsa lain. Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan
4). Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda ( remaja/pemuda/pemudi )
5). Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan.
Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana, Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh
6). Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas watak yang diperankan
pemain. Misalnya memerankan watak putri luruh ( lembut), putri branyak ( lincah ), putra
7). Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan peranannya. Misalnya
pemain sedang memainkan waktu bangun tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut
8). Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkan untuk memperjelas keberadaan tempat
pemain. Misalnya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas
dari penjara.
Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan, diperlukan pengetahuan
tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan
pula pemahaman tentang pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan
17
[Nama Belakang] 18
karakter manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan tentang karakter
2. Bedak tabur
hingga leher.
18
[Nama Belakang] 19
dan biru
hidung,
bulu mata
4. Pensil alis
memperjelas karakter
19
[Nama Belakang] 20
5. Eyeliner
20
[Nama Belakang] 21
21
[Nama Belakang] 22
2.6.5 Busana
Busana yang digunakan dalam tarian ini dirancang sama seperti tarian tradisional
Bali lainnya. Pakaian berupa tapih yang di prada bawahnya dan di sarung, serta
steples polos berwarna senada dengan tapih dan kain prada yang juga di sarung.
Rambut para penari juga disasak dan menggunakan “pusung lungguh magonjer”.
Pada bagian tengah depan pusung lungguh magonjer diberikan hiasan berupa
Onggar-onggar dilengkapi juga dengan beberapa bunga mas cempaka imitasi dan
BAGIAN KEPALA :
22
[Nama Belakang] 23
Pertama-tama rambut di
semanggi di sampingnya.
2.
accessoriesnya
4. Badong
23
[Nama Belakang] 24
sebelah kiri
24
[Nama Belakang] 25
b. Tata Busana
2). Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel,
3). Pakaian tubuh, pakain pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai
dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek,
4). Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya
berbagai macam jenis tata rambut ( hairdo ) dan riasan bentuk rambut ( gelung
pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang
25
[Nama Belakang] 26
timang/slepe ceplok, deker ( gelang tangan ), kaos tangan, bara samir, dan
sejenisnya.
Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah
property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan
semacamnya.
Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni
pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna
busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh
karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat
dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna
menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama.
Warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan
kuarter.
a). Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang terdiri dari warna
merah, kuning, dan biru. Warna merah adalah simbol keberanian, agresif/aktif. Pada
dramatari tradisional warna tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, Agresif/aktif.
Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai kesan ketentraman dan
memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada drama tradisional warna tersebut dipakai oleh seorang
satria atau putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya: Dewi Sinta,
b). Warna sekunder, adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, orange.
26
[Nama Belakang] 27
c). Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer dengan warna
dihadapannya, misalnya warna merah dicampur dengan hijau, biru dengan orange, kuning
dengan violet.
d). Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna sekunder yaitu warna
merah dicampur orange, kuning dengan orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru
e). Warna kuarter, yaitu percampuran antara warna primer dengan warna tersier, dan warna
f). Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan kesan kematangan dan
kebijaksanaan. Pada drama tradisional biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang
bijaksana. Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih memberikan kesan
muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam drama tradisional warna tersebut dipakai
Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua bagian sesuai dengan
demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan dengan emosi seseorang yang disebut dengan
warna panas dan warna dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin
Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi perhatian dan bahan
pertimbangan, karena berhubungan erat dengan peran, watak, dan karakter para tokohnya.
Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari tokoh ( pemain ).
Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari dihubungkan dengan fungsinya sebagai simbol,
di samping warna mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.
Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya ( tidak merangsang ), terkesan dingin.
Warna hijau memberi kesan dingin. Warna kuning dan orange memberi kesan perasaan riang,
menarik perhatian. Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk
27
[Nama Belakang] 28
berpikir ( dinamis ). Warna merah jambu mengandung kekuatan cinta. Warna ungu memberi
kesan ketenangan.
Puspanjali berasal dari kata Puspa = bunga dan Anjali = menghormat, merupakan
sebuah tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri ( biasanya antara 5-7
orang ) menampilkan gerak-gerik lembut, lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-
gerak ritmis yang dinamis. Tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tari-tarian upacara
rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa hormat menyongsong
28
[Nama Belakang] 29
29
[Nama Belakang] 30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tari Bali khususnya tari Puspanjali merupakan budaya peninggalan agama Hindu
yang tetap dilestarikan, kita sebagai generasi penerus harus menjaga tari-tari yang ada di Bali
agar tidak di klaim oleh Negara tetangga sehingga budaya yang kita miliki tetap asri. Selain
itu kita harus menjaga dan meningkatkan mutu tarian dengan memperhatikan struktur dan
3.2 Saran-Saran
1. Dengan telah dibuatnya paper kesenian khususnya mengenai tari Bali yaitu tari Puspanjali,
semoga dapat bermanfaat bagi kami selalu penyusun dan para pembaca umumnya.
2. Disamping itu dengan adanya paper ini semoga para pembaca dapat mengembangkam
sekaligus melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat menyusun paper yang lebih
3. Kebudayaan berharga yang patut kita jaga dan kita lestarikan sebagai aset dan kekayaan
budaya bangsa Indonesia. Selain untuk menjaga identitas bangsa, jangan sampai pula
kebudayaan negera kita di klaim oleh negara tetangga maupun Negara-negara lain. Oleh
sebab itu, ada baiknya kita menghargai warisan budaya bangsa ini sebaik-baiknya. Dan dapat
menanamkan rasa cinta terhadap kesenian tradisional Bangsa Indonesia, mempererat tali
30
[Nama Belakang] 31
DAFTAR PUSTAKA
http://purnamiap.blogspot.co.id/2013/09/makalah-tari-bali.html
https://www.balaibahasajateng.web.id/wawasan/1439/tari-puspanjali
https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/4-unsur-nilai-estetika-seni-
tari.hml
https://blog.isi-dps.ac.id/wahyumahendra/34-2
https://blogkulo.com/sejarah-seni-tari-indonesia/
31