Anda di halaman 1dari 2

Bandingkan kondisi Perbankan Indonesia saat terjadinya krisis ekonomi 1998

dengan kondisi perbankan sekarang tahun 2020-2021 ketika dilanda Covid 19.

- Perhatikan masa transisi pada keadaan tersebut 

- Diakhir berikan kesimpulan dari video (BANK dan Ekonomi suatu Negara)
yang saya lampirkan diatas 

Silahkan dikemukakan pendapatnya masing masing, jika perlu dukung dengan


tabel atau gambar yang menguatkan pendapat tersebut.

Berikut pendapat saya pada diskusi 3 mengenai perbandingan kondisi Perbankan Indonesia saat

terjadinya krisis ekonomi 1998 dengan kondisi perbankan sekarang tahun 2020 ketika dilanda

Covid 19. Kondisi perbankan untuk menentukan baik buruknya, stabil tidaknya bisa dilihat dari

beberapa indikator, diantaranya angka NPL (Non performing loan) atau rasio kredit bermasalah

dan CAR (Capital Adequaty Ratio) atau tingkat kecukupan modal. Kondisi perbankan Indonesia

di tengah pandemi dinilai masih stabil dan sehat jika dibandingkan dengan krisis ekonomi yang

terjadi pada 1997-1998. Perbandingan tersebut begitu terlihat jika membandingkan rasio kredit

bermasalah atau non-performing loan (NPL) masing-masing periode.

Berdasarkan data OJK, rasio (non performing loan) NPL perbankan pada sekarang ini masa

pandemi September 2020 mencapai 3,15 persen (gross) dan 1,07 persen (nett). Hal ini sangat

jauh dari kondisi saat krisis moneter yg mempunyai angka NPL hampir 50%, artinya jumlah

kredit bermasalah walaupun meningkat dari masa sebelum covid, tetapi hal ini sangat jauh jika

dibandingkan jumlah kredit bermasalah atau NPL pada saat krisis moneter 1997-1998 yang

menyentuh angka 50%. Begitu juga untuk CAR (Capital Adequacy Ratio), kecukupan modal

saat krisis moneter 1997-1998 berada di bawah 4% , sedangkan pada saat pandemi COVID-19

data per april 2020 CAR masih kokoh diangkat 22,08%, Di masa Pandemi Covid-19 ini,

Presiden Jokowi telah merilis Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) atau Dalam Rangka Menghadapi

Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Perpu tersebut dikeluarkan Presiden Jokowi dengan pertimbangan karena implikasi pandemi

Covid-19 telah berdampak antara lain terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional,

penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan, sehingga

diperlukan berbagai upaya Pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan


perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial

(social safety net), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat

yang terdampak. Berkat Perpu tersebut, tercatat sebesar Rp 740 triliun kredit nasabah perbankan

telah berhasil direstrukturisasi selama masa Pandemi.

Hal tersebut dapat menghindarkan tingginya NPL (Non Performing Loan). Kebijakan Presiden

Jokowi membuat nasabah sangat terbantu dengan program restrukturisasi kredit.

Demikian jawaban dari saya, mohon arahannya apabila diperlukan perbaikan. Terimakasih

Sumber Referensi :

https://m.bisnis.com/amp/read/20201119/90/1319692/kondisi-perbankan-saat-krisis-98-dengan-

pandemi-lebih-berat-mana

https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Situasi_Berbeda_Dengan_Krisis_1

998__CAR_Perbankan_Terjaga_di_22_08_&news_id=121739&group_news=IPOTNEWS&a
mp;ne

ws_date=&taging_subtype=PG002&name=&search=y_general&q=,&halam
an=1

Anda mungkin juga menyukai