Anda di halaman 1dari 55

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO B BLOK 22

Grup 7
Dosen Pembimbing : drg. Dientyah Nur Anggina, MPH

Anggota Grup:
Khalifah Hasanah Ilham 702018009

Muhammad Kevin Al-Hafidz 702018018

Nabila Tahiyyah 702018035

Shinta Kusuma Putri 702018044

Dinda Putri Kencana Ningrum 702018045

Haura Zatty Alifah 702018051

Irene Regina Agustin 702018059

Maulidyah Tasya Salsabilla 702018072

Ratu Balkis Romadhona 7020189090

Shafa Almira 702018097

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

selesai tutorial B Blok 22. Sholawat sebagai salam selalu tercurah untuk junjungan kita,

nabi besar Muhammad dan keluarganya, sahabat dan pengikut sampai akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas selanjutnya. Dalam

menyelesaikan tugas tutorial ini, kami banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. drg. Dientyah Nur Anggina, MPH

2. Seluruh anggota dan pihak terkait dalam pembuatan laporan ini,

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada semua pihak yang

telah mendukung kami dan semoga Laporan Tutorial ini bermanfaat bagi kami dan

perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Aamiin.

Palembang, November 2021

Pengarang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... ........Kesalahan! Bookmark tidak

ditentukan. DAFTAR ISI............................................... ................................................... 3

BAB I.PENGANTAR ........................................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

1.1 Latar Belakang ...........................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

1.2 Maksud dan Tujuan ........................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

BAB II. PEMBAHASAN............................................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.1 Data Tutorial..................................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.2 Skenario................................................................ .Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.3 Klarifikasi Istilah............................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.4 Identifikasi masalah............................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.5 Prioritas masalah...................................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.6 Analisis Masalah...................................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.7 Kesimpulan............................................................ ................................................. 48

2.8 Kerangka Konseptual ............................................................... ......................... 48

REFERENSI ................................................. ................................................... 49


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran Masyarakat dan Kesehatan Masyarakat merupakan blok dua

puluh dua pada semester tujuh Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Tutorial skenario studi kasus B di blok 22 menyajikan kasus Desa Ceria yang

terletak di dekat sungai, dimana terdapat rumah potong hewan. Berdasarkan

laporan petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas, limbah pemotongan hewan

langsung dibuang ke sungai. Kegiatan mandi, cuci dan kakus masyarakat

menggunakan air sungai. Mata pencaharian masyarakat di Desa Ceria adalah petani

perambah hutan, yang membuka lahan dengan cara membakar pohon.

Dr Susi baru satu tahun bekerja di Puskesmas Bahagia, dimana ia


menerima laporan dari petugas surveilans Puskesmas bahwa kejadian kasus
diare meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya, sedangkan dari data
sepuluh besar penyakit ISPA ( ARI) menduduki peringkat pertama. Dr Susi
akan melakukan penyelidikan epidemiologi diare dan memberikan
penyuluhan tentang kasus penyakit menular.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat memecahkan kasus yang digambarkan dalam skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan metode pembelajaran tutorial

1
BAB II
DISKUSI

2.1 Tanggal Tutorial

Pengawas : drg. Dientyah Nur Anggina, MPH

moderator : Muhammad Kevin Al-Hafidz Ratu

Sekretaris Meja : Balkis Romadhona


T
Dewan Sekretaris : Khalifah Hasanah Ilham
kamu
t
Waktu awal : Kamis, 16 April 2020
Sabtu, 18 April 2020
Aturan tutorial :
1. Ganti telepon untuk dalam diam.

2. Angkat tanganmu saat akan berdebat


3. Izin keluar kamar
4. Rileks dan perhatikan saat tutor memberikan arahan

5. Selama tutorial menjaga sikap dan ucapan

2.2 Skenario Kasus

“Pembuangan sembarangan”

Desa Ceria terletak di dekat sungai, di mana terdapat rumah jagal.

Berdasarkan laporan petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas, limbah

pemotongan hewan langsung dibuang ke sungai. Kegiatan mandi, cuci dan

kakus masyarakat menggunakan air sungai. Mata pencaharian masyarakat

di Desa Ceria adalah petani perambah hutan, yang membuka lahan dengan

cara membakar pohon.

Dr Susi baru bekerja satu tahun di Puskesmas Bahagia, dimana ia

menerima laporan dari petugas surveilans Puskesmas bahwa kejadian kasus

diare meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya, sedangkan

2
dari data sepuluh besar penyakit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menduduki

peringkat pertama. Dr Susi akan melakukan penyelidikan epidemiologi diare dan

memberikan penyuluhan tentang kasus penyakit menular.

2.3 Klarifikasi Ketentuan

Kesehatan lingkungan Jumlah total dari semua kondisi dan elemen yang

membentuk lingkungan dan mempengaruhi kesegaran

individu (Dorland, 2015).

Diare Keluarnya feses encer yang tidak normal berkali-kali

(Dorland, 2015)

ISPA (Akut Terdiri dari infeksi saluran pernapasan atas dan saluran

Pernafasan pernapasan bawah yang menggantung dari daerah saluran

Infeksi) pernapasan yang terkena (Dorland, 2015).

Pengawasan Proses mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan

menginterpretasikan data secara sistematis dan berkesinambungan

serta menyebarluaskan informasi ke unit-unit yang perlu untuk dapat

mengambil tindakan (Dorland, 2015).

Epidemiologi Mengidentifikasi infeksi yang muncul dalam populasi untuk

Investigasi menemukan mekanisme penularan dengan tujuan

akhirnya adalah untuk mengembangkan intervensi dari

pencegahan, pengobatan dan pengendalian infeksi

(Dorland, 2015).

Menyembelih limbah Limbah rumah potong hewan merupakan bagian hewan yang

tidak dapat dimakan yang berasal dari produksi daging, serta

darah dan produk sampingan hewan lainnya (Dorland, 2015).

Penyakit menular penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan

oleh satu pasien ke orang yang sehat sehingga menimbulkan

penyakit sebagai sumber infeksi (Dorland, 2015).

3
Penyuluhan Suatu kegiatan atau upaya menyampaikan pesan kesehatan kepada

masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan dengan adanya

pesan tersebut dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

yang lebih baik, pada akhirnya pengetahuan tersebut dapat

mengubah perilakunya (Dorland, 2015).

Insidensi Peristiwa atau peristiwa besar (Suharto & Retnoningsih,

Puskesmas 2017). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43

tentang Puskesmas Tahun 2019. Puskesmas yang disebut

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan

mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah

kerjanya. (Permenkes, 2019)

2.4 Identifikasi Masalah


1. Desa Ceria terletak di dekat sungai, di mana terdapat rumah jagal.

Berdasarkan laporan petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas,

limbah pemotongan hewan langsung dibuang ke sungai. Kegiatan mandi,

cuci dan kakus masyarakat menggunakan air sungai. Mata pencaharian

masyarakat di Desa Ceria adalah petani perambah hutan, yang membuka

lahan dengan cara membakar pohon.

2. Dr Susi baru satu tahun bekerja di Puskesmas Bahagia, dimana ia


mendapat laporan dari petugas surveilans Puskesmas bahwa kejadian
kasus diare meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya,
sedangkan dari data sepuluh besar penyakit ISPA Infeksi (ISPA)
menduduki peringkat pertama. Dr Susi akan melakukan penyelidikan
epidemiologi diare dan memberikan penyuluhan tentang kasus
penyakit menular.

2.5 Prioritas Masalah

4
No.2 karena masalah yang harus segera ditangani agar tidak meningkatkan

angka kesakitan dan kematian.

2.6 Analisis Masalah


1. Desa Ceria terletak di dekat sungai, di mana terdapat rumah jagal.

Berdasarkan laporan petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas,

limbah pemotongan hewan langsung dibuang ke sungai. Kegiatan

mandi, cuci dan kakus masyarakat menggunakan air sungai. Mata

pencaharian masyarakat di Desa Ceria adalah petani perambah hutan,

yang membuka lahan dengan cara membakar pohon.

sebuah. Apa yang dimaksud dengan laporan kesehatan lingkungan


di Puskesmas, limbah pemotongan hewan langsung dibuang ke
sungai ?
Menjawab :

Artinya dari laporan kesehatan puskesmas diketahui bahwa rumah

potong hewan telah membuang sampah langsung ke sungai. Limbah

Rumah Potong Hewan (RPH) mengandung bahan organik padat dan

cair, padatan tersuspensi, dan bahan koloid seperti lemak, protein,

dan selulosa dengan konsentrasi tinggi. Bahan organik ini dapat

menimbulkan masalah lingkungan apabila dibuang langsung ke

lingkungan (Roihatin dan Rizqi, 2015).

Hal ini akan menimbulkan pencemaran terhadap kualitas air sungai

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 107 ayat 1 (Presiden Republik

Indonesia, 2021).

b. Bagaimana cara mengolah limbah penyembelihan sebelum dibuang?

Menjawab :

5
Pemulihan protein dari jaringan yang tidak dapat dimakan merupakan

langkah penting dalam valorisasi limbah rumah jagal, tetapi jaringan

berprotein umumnya memiliki kelarutan yang buruk dalam air. Oleh karena

itu, praktik umum untuk ekstraksi protein dari limbah tersebut memerlukan

pelarutan protein dalam media berair dengan bantuan panas, bahan kimia,

dan enzim (atau kombinasinya), diikuti dengan pengerjaan hidrolisat untuk

memulihkan sebagian protein terhidrolisis. Karena limbah rumah potong

hewan kemungkinan terkontaminasi dengan beberapa patogen, serta

protein prion, yang mampu menginfeksi hewan dan manusia, ada potensi

risiko infektivitas yang terkait dengan jaringan tertentu. Dengan demikian,

pemisahan dan pewarnaan jaringan yang berpotensi menular, dan

penonaktifan patogen dan/atau protein prion diperlukan untuk memasukkan

protein yang diperoleh kembali dari jaringan tersebut ke dalam aplikasi yang

bernilai tambah. Ada berbagai metode pengolahan limbah rumah potong

hewan dan pengaruhnya terhadap inaktivasi berbagai patogen dan protein

prion menunjukkan bahwa hidrolisis basa adalah salah satu metode yang

paling menjanjikan untuk pengolahan limbah rumah jagal untuk

menonaktifkan patogen (Adhikari et al, 2018).

6
c. Apa dasar hukum yang mengatur sampah?

Menjawab :

sebuah. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 sebagaimana telah


diubah dengan Perubahan Ketiga UUD 1945;
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046);

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3699);
d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

7
e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059);

f. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Penciptaan

Lapangan Kerja (I, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2O2O Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6573);

g. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Presiden

Republik Indonesia, 2021).

d. Bagaimana cara pengolahan sampah yang benar?

Menjawab :

Cara yang benar dalam melakukan proses pengelolaan air


limbah adalah dengan menggunakan prinsip kerja sistem air
limbah skala perumahan. Fasilitas air limbah skala perumahan
dapat menampung air limbah dari kamar mandi, area cuci, dan
dapur. Dan dalam kasus limbah dari rumah jagal. Air limbah
dialirkan melalui pipa ke bak kontrol, dari bak kontrol air
limbah dialirkan melalui pipa ke instalasi pengolahan air
limbah (Iskandar et al., 2016).
Badan kontrol sangat penting dalam sistem sanitasi perpipaan. Bak

kontrol berfungsi sebagai tempat untuk memantau kondisi aliran air

limbah di perpipaan. Sampah yang terbawa dari dalam rumah

terperangkap di dalam dan dapat diangkat sehingga tidak masuk ke

sistem perpipaan yang dapat menghambat aliran (Iskandar et al.,

2016). Air limbah yang ditampung di IPAL selama beberapa hari akan

mengalami dekomposisi biologis, sehingga kualitas efluen telah

memenuhi standar aman untuk dibuang ke saluran drainase atau

badan air terdekat (Iskandar et al., 2016).

8
e. Apa kriteria air sungai yang bersih dan tercemar?

Menjawab :

Menurut Riyanto (2009), parameter air yang berkaitan dengan kesehatan

dapat dilakukan dengan parameter fisik, parameter kimia dan parameter

biologi. Jika parameter tersebut melebihi standar, maka akan berdampak

pada kesehatan manusia.

Parameter Fisik
1. Suhu
Suhu maksimum yang diperbolehkan adalah 30°C. Suhu air
limbah umumnya lebih tinggi dari suhu air normal. Hal ini
disebabkan kondisi proses air pada kegiatan industri
menggunakan suhu yang lebih tinggi.
2. Zat sedimentasi
Endapan maksimum yang diperbolehkan adalah 1,0 mg/L. Zat yang

terendapkan dalam air disebabkan oleh proses pengendapan karena

adanya gaya gravitasi zat-zat yang mengapung di dalam air. Tujuan

pengendapan adalah untuk menjernihkan air sehingga mengurangi

kekeruhan. Curah hujan hanya berguna dalam pemisahan partikel

kasar yang turun dengan cepat. Hasil lain dari pengendapan adalah

pemisahan bakteri. Persentase bakteri sebanding dengan kekeruhan.

Parameter Kimia
Parameter kimia yang dapat diukur antara lain : 1.
pH
pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dan merupakan parameter

penting dalam menentukan kualitas air limbah dan air dalam.

Batas pH yang didapat adalah 6,5 – 8,5.

2. Biological Oxygen Demand (BOD) Biological Oxygen Demand (BOD)

adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

mikroba. BOD maksimum yang diizinkan adalah 30 mg /

9
L sebagai O2. jika BOD melebihi 30 mg/L, akan mengurangi

pertumbuhan mikroba tertentu (mikroba baik) dan menyebabkan

pertumbuhan "jahat" mikroba. Tingginya pertumbuhan mikroba jahat

dapat menimbulkan berbagai penyakit.

3. Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD)

adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

kimia dalam suatu sistem perairan. COD maksimum yang

diperbolehkan adalah 80 mg/L sebagai O2, jika melebihi dapat

menimbulkan berbagai penyakit.

4. Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu parameter kualitas

air. Ketersediaan oksigen terlarut dalam air menentukan

kehidupan di perairan tersebut. Baku mutu kandungan DO di

sungai adalah 6 Mg/L. Semakin tinggi kandungan Oksigen

Terlarut (DO) maka semakin baik kualitas air tersebut.

Parameter Biologis
Air yang sehat adalah air yang tidak mengandung mikroorganisme

seperti mikroba patogen. Mikroba patogen merupakan penyebab

berbagai macam kuman seperti disentri, tifus, kolera, protista, virus

dan bakteri patogen penyebab penyakit. Dengan standar tersebut, air

konsumsi yang kita gunakan akan aman bagi kesehatan kita, oleh

karena itu jadilah manusia yang selektif untuk kesehatan kita dan juga

untuk kelangsungan hidup kita.

Tanda-tanda pencemaran air dapat dilihat dengan:

sebuah. Fisik, yaitu bau, kejernihan air, perubahan


suhu, perubahan rasa, dan perubahan warna air.
b. Kimia, yaitu adanya zat kimia terlarut dan perubahan
pH.
c. Biologi, yaitu adanya mikroorganisme di dalam air
(Depkes RI, 2004)

10
f. Apa dampak dari air sungai yang digunakan untuk mandi, mencuci dan

beraktivitas?

Menjawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan KLB dan Upaya
Penanggulangannya, maka dilakukan upaya pencegahan
dan pengendalian wabah terhadap masyarakat. ,
masyarakat dan lingkungannya yang berisiko terkena
penyakit epidemik agar tidak tertular. sakit. Orang,
komunitas, dan lingkungannya yang berisiko terkena
penyakit epidemik ditentukan berdasarkan penyelidikan
epidemiologi. Tindakan pencegahan dan kekebalan
dilakukan sesuai dengan jenis penyakit epidemik dan hasil
penyelidikan epidemiologi, meliputi:
sebuah. Penanganan pasien sedini mungkin agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit, termasuk tindakan isolasi dan
karantina.
b. Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan
imunisasi.
c. Perlindungan diri dari penularan penyakit, antara lain menghindari

kontak dengan penderita, fasilitas dan lingkungan yang tercemar,

penggunaan alat pelindung diri, perilaku hidup bersih dan sehat,

penggunaan obat-obatan profilaksis.

d. Pengendalian fasilitas, lingkungan dan hewan pembawa penyakit

untuk menghilangkan sumber penularan dan memutus rantai

penularan

g. Apa kriteria menyembelih limbah?


Menjawab :

11
menteri lingkungan hidup no. 5 Tahun 2014 limbah padat (feses), limbah

cair (urin, darah) memiliki kadar BOD tertinggi 100mg/l, COD 200mg/l,

TSS 100 mg/l, minyak dan lemak 15mg/l, NH3-N 25 mg/ l dan PH 6-9

(Kementerian Lingkungan Hidup, 2014).

h. Penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan dari penyembelihan sampah?

Menjawab :

Bau tersebut berasal dari limbah padat (feses), limbah cair (urine, darah)

dan sisa pakan. Karena bau busuk dalam intensitas dan konsentrasi yang

tinggi akan berdampak pada stres psikologis seseorang, dalam paparan

yang berkelanjutan dapat menyebabkan nafsu makan berkurang,

konsumsi air rendah, melemahnya pernapasan, mual, muntah,

gangguan mental dan hubungan (sosial) manusia dan dapat

menurunkan harga diri kelompok orang yang dekat dengan sumber bau.

Menurut WHO (2011), penyakit terkait air diklasifikasikan menjadi lima

kelompok utama:

1. Penyakit yang ditularkan melalui air disebabkan oleh konsumsi air

yang terkontaminasi feses. Kolera dan demam tifoid adalah contoh

klasik penyakit yang ditularkan melalui air, di mana hanya diperlukan

sedikit patogen yang sangat menular untuk menyebabkan diare

parah. Shigellosis, hepatitis A, disentri amuba dan penyakit

gastrointestinal lainnya juga dapat ditularkan melalui air.

2. Penyakit tercuci dengan air (water-hygiene) terjadi karena kurangnya

pasokan air yang memadai untuk mencuci, mandi dan

membersihkan. Patogen ditularkan dari orang ke orang atau melalui

kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Infeksi mata dan

kulit serta penyakit diare terjadi dalam keadaan ini. Patogen yang

ditularkan melalui air termasuk bakteri, virus, protozoa dan cacing.

Daftar singkat patogen yang paling penting dan signifikansinya dalam

persediaan air ditunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

12
3. Penyakit kelangkaan air terjadi karena kurangnya air yang tersedia

untuk mencuci, mandi dan membersihkan. Oleh karena itu,

patogen ditularkan dari orang ke orang atau dari permukaan yang

terkontaminasi ke seseorang dan disebarkan melalui rute fekal-

oral. Secara khusus, infeksi mata (trachoma) dan kulit (scabies),

serta penyakit diare terjadi dalam kondisi tersebut.

4. Penyakit berbasis air disebabkan oleh organisme, khususnya oleh

spesies cacing yang berbeda yang menghabiskan sebagian siklus

hidupnya di habitat yang berbeda. Mereka telah menghabiskan satu

siklus perkembangan dalam moluska akuatik, dan satu lagi sebagai

parasit dewasa pada hewan lain atau inang manusia. Karena

genangan air permukaan, seperti waduk, adalah habitat yang disukai

cacing parasit, terjadinya penyakit berbasis air seperti dracunculiasis

dan schistosomiasis dapat sangat dipengaruhi oleh aktivitas

antropogenik.

5. Penyakit tular vektor disebabkan oleh gigitan serangga yang

berkembang biak di air. Vektor serangga seperti nyamuk menularkan

penyakit seperti malaria, chikungunya dan penyakit lainnya.

saya. Bagaimana mekanisme penularan penyakit melalui sumber


air?
Menjawab :

Menurut cara penularannya, ada lima jenis penyakit yang


melibatkan air:
1. Penyakit yang Ditularkan melalui Air

Yaitu penyakit yang ditularkan secara langsung melalui air minum,

dimana air minum tersebut mengandung penyebaran kuman

patogen yang menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit.

Termasuk dalam kategori ini adalah kolera, tipus, disentri, dan

sebagainya.

2. Penyakit yang Dicuci Air

13
Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh kebersihan air yang buruk. Cara

penularannya dapat berupa:

sebuah. Infeksi saluran pencernaan, seperti diare pada


anak.
b. Infeksi pada kulit dan mata seperti kudis dan trakoma.

c. Penyakit melalui urin hewan pengerat, seperti leptospirosis.

3. Penyakit Berbasis Air

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman yang sebagian siklus hidupnya

berhubungan dengan air. Contohnya adalah Schistosomiasis.

4. Vektor Terkait Air


Adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor penyakit yang sebagian atau

seluruhnya berada di air. Termasuk dalam kategori ini adalah demam berdarah,

malaria, dan filariasis.

5. Penyakit Bekas Luka Air

Terjadi karena kurangnya air yang tersedia untuk mencuci, mandi dan

membersihkan. Oleh karena itu, patogen ditularkan dari orang ke

orang atau dari permukaan yang terkontaminasi ke seseorang dan

disebarkan melalui rute fekal-oral. Secara khusus, infeksi mata

(trachoma) dan kulit (scabies), serta penyakit diare terjadi dalam

kondisi tersebut.

(Priyanto, 2011).

j. Bagaimana cara mencegah pencemaran udara dan air?

Menjawab :

Pencegahan Polusi Air


Untuk mencegah dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, air limbah

sebelum dibuang ke badan air harus dikelola dengan baik. Salah satu cara

pengelolaan air limbah adalah dengan menerapkan sistem Riool (sewage),

dimana semua air kotor dari rumah tangga, perusahaan atau

14
lingkungan ditampung. Tahapan proses pengolahan air limbah
adalah sebagai berikut:
1. Screening, dengan tujuan menangkap benda-benda yang mengapung

di permukaan air.

2. Sedimentasi, dimana air limbah dialirkan ke tangki besar sehingga

aliran menjadi lebih lambat dan lumpur serta pasir mengendap.

3. Proses biologis, menggunakan mikroba untuk menghancurkan zat

organik dalam limbah (aerobik atau anaerobik).

4. Penyaringan dengan saringan pasir (sand filter).

5. Desinfeksi, menggunakan klorin (10 kg/1 juta liter air limbah)


untuk membunuh mikroba patogen.
6. Pengenceran, dimana air limbah dibuang ke badan air sehingga

mengalami pengenceran.

(Aryanta, 2014).

Pencegahan Polusi Udara

Upaya pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui

pendekatan pengembangan teknologi, penerapan kebijakan

ekonomi yang berwawasan lingkungan, dan penegakan peraturan

perundang-undangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk

mengatasi pencemaran udara dapat dilakukan pendekatan teknis

(proses perubahan sistem sumber emisi dan pengendalian sumber

emisi), pendekatan planologis (peraturan kawasan industri,

pemukiman, perkotaan, perkantoran dan jalur transportasi),

pendekatan hukum lingkungan (perlu dilaksanakan oleh hukum).

undang-undang terkait pencemaran udara), dan pendekatan edukatif

(pembinaan, motivasi dan penyadaran sangat diperlukan untuk ikut

serta melestarikan lingkungan) (Aryanta, 2014).

k. Penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh air yang tercemar?

Menjawab :

15
Menurut Priyanto (2011) penyakit yang dapat ditimbulkan oleh air yang tercemar

adalah :

1. Virus:
sebuah. Rotavirus → diare pada anak

b. V. hepatitis A → Hepatitis A
c. V. Poliomielitis → Polio
2. Bakteri:
sebuah. Vibro cholera → kolera

b. Enteropatogenetik E. Coli → diare/disentri


c. Salmonella typhi → tifus abdominalis
d. Salmonella paratyphi → paratifus
e. Shigella disentri → disentri
3. Protozoa :

sebuah. Entamoeba histolytica → disentri amuba

b. Balantidia coli → balantidiasis

c. Giardia lambia → girdariasis

4. Metazoa :
sebuah. Ascaris lumbricoides → Ascariasis

b. Chlonorchis sinensis → chlonorchiasis

c. Diphyllabothrium latum → Diphyllabothriasis

d. Taenia saginata/solium → taeniasis

e. Schistosoma → schistosomiasis

l. Apa saja syarat air bersih? Jawab :

Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Media Air untuk Kebutuhan


Sanitary Hygiene meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia
yang dapat menjadi parameter wajib dan parameter tambahan
(Kemenkes RI, 2017).
Parameter fisik:

16
KualitasStandar
Tidak. Parameter Wajib Satuan
s (kecepatan maksimum)

1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
Padatan terlarut (Total
3. mg/L 1000
padatan terlarut)
fitur
suhu udara
4. Suhu HaiC
±3
5. Rasa hambar
6. Bau Tidak berbau

Parameter biologi:
KualitasStandar
Tidak. Parameter Wajib Satuan
s (kecepatan maksimum)

1. Koliform total CFU/100ml 50


2. E. Coli CFU/100ml 0

Parameter kimia:

m. Apa dasar hukum pembakaran hutan?

17
Menjawab :

Ketentuan mengenai pembakaran hutan tidak diatur secara


umum dalam KUHP :
1. KUHP Pasal 187 “Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran,

meletusnya banjir diancam dengan Hukuman”

2. KUHP Pasal 188 “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan

kebakaran, ledakan atau banjir, diancam dengan hukuman”

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang


Perlindungan Hutan yang telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009
(Qodriyatun, 2014).

n. Apa saja syarat jamban sehat? Menjawab :

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban


terdiri dari:
dari :
a) Bangunan di atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan di atas jamban harus berfungsi untuk melindungi

pengguna dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

b) Bangunan pusat jamban


Ada 2 (dua) bagian bangunan jamban pusat, yaitu:
- Lubang pembuangan limbah (feses dan urin)

yang sanitasi dilengkapi dengan konstruksi leher angsa. Pada

konstruksi sederhana (semi sanitasi), lubang dapat dibuat tanpa

konstruksi leher angsa, tetapi harus ditutup.

- Lantai jamban terbuat dari bahan tahan air dan tidak licin.

18
dan memiliki saluran untuk mengalirkan air bekas ke Sistem Pembuangan

Air Limbah (SPAL).

c) struktur bawah

Merupakan bangunan tempat penyimpanan, pengolahan, dan pengurai

kotoran/feses yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau

pencemaran dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Ada 2 (dua) jenis bangunan di bawah jamban, yaitu:


- Septic tank, merupakan tuba kedap air yang berfungsi sebagai penampung

kotoran manusia. Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal di

septic tank, sedangkan bagian cair akan keluar dari septic tank dan diserap

melalui ladang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan

absorpsi, maka dibuatlah filter untuk mengatur cairan tersebut.

- Cubluk, adalah lubang galian yang akan menampung limbah padat dan

cair dari jamban yang masuk setiap hari dan akan menyerap limbah cair

ke dalam tanah tanpa mencemari air tanah, sedangkan bagian padat

dari limbah akan terurai secara hayati (Permenkes, 2014).

Hai. Apa peran tenaga kesehatan dalam kasus ini?

Menjawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di

Puskesmas, tugas tenaga kesehatan sebagai upaya peningkatan

kualitas hidup masyarakat salah satunya dengan melakukan

pemeriksaan kesehatan lingkungan. Pemeriksaan Kesehatan

Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan langsung

terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan

standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan

kualitas lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan

19
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan hasil Konseling kepada
Pasien dan/atau kecenderungan berkembang atau meluasnya
penyakit dan/atau sakit karena Faktor Risiko Lingkungan.
Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan juga dilakukan secara
berkala, dalam rangka penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
program kesehatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes Nomor 13 Tahun 2015).

p. Bagaimana upaya yang dilakukan Puskesmas dan lintas sektor dalam

mengatasi kebiasaan mandi, cuci dan kakus di sungai?

Menjawab :

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas, Puskesmas, dan upaya
lintas sektor lainnya dalam penanggulangan mandi dan cuci
kakus di sungai merupakan intervensi kesehatan lingkungan.
Intervensi kesehatan lingkungan adalah upaya kesehatan,
keamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat dari aspek fisik, kimia, biologi, dan sosial,
yang dapat berupa:
1) Komunikasi, informasi, edukasi, dan mobilisasi/
pemberdayaan masyarakat
Komunikasi, informasi, edukasi, dan mobilisasi/pemberdayaan

masyarakat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan

perilaku masyarakat mengenai masalah kesehatan dan upaya yang

diperlukan dalam rangka pencegahan penyakit dan/atau gangguan

kesehatan akibat faktor risiko lingkungan. Pemberian promosi kesehatan

kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan.

Berdasarkan Piagam Ottawa (Piagam Ottawa, 1986) sebagai hasil

rumusan Konferensi Internasional tentang Promosi Kesehatan di Ottawa-

Kanada, disebutkan bahwa Kesehatan

20
Promosi adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat agar mau dan

mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri.

2) Perbaikan dan pembangunan fasilitas

Perbaikan dan pembangunan sarana dilakukan untuk meningkatkan

akses terhadap air minum, sanitasi, sarana perumahan, sarana air

limbah dan pembuangan limbah, serta sarana kesehatan lingkungan

lainnya yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan

lingkungan.

3) Pengembangan teknologi serba guna


4) Teknik lingkungan

q. Apa saja syarat udara bersih?


Menjawab :
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
persyaratan udara bersih adalah :
1. Suhu dan kelembaban - Suhu: 18 - 28 0 C - Kelembaban:
40% - 60%
2. Pertukaran udara: 0,283 M3 / menit / orang dengan tingkat ventilasi: 0,15 -

0,25 m / detik. Untuk ruang kerja yang tidak menggunakan pendingin

harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan

menerapkan sistem ventilasi silang.

3. Gas pencemar Kandungan gas pencemar di ruang kerja, rata-


rata pengukuran 8 jam adalah sebagai berikut :

TIDAK PARAMETER KONSENTRASI


1 Asam Sulfida (H2S) 1
2 Amonia (NH3) 17
3 KarbonMonoksida (CO) 29
4 Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60
5 Sulfur Dioksida (SO2) 5,2

21
4. Mikrobiologi - Jumlah kuman kurang dari 700 koloni/m3
udara - Bebas kuman patogen

r. Apa kriteria udara bersih?


Menjawab :
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Sanitasi
Udara Di Ruang Rumah. Persyaratan kualitas udara dalam
ruangan meliputi:
sebuah. Kualitas fisik, terdiri dari parameter: partikulat
(Particulate Matter/PM2,5 dan PM10), suhu udara (18-300C),
pencahayaan (minimal 60 lux), kelembaban (40-60% Rh), serta
regulasi dan udara pertukaran (ventilasi tingkat)
b. Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2)
maksimum 0,1 ppm, Nitrogen dioksida (NO2) maksimum
0,04 ppm, Karbon monoksida (CO) maksimum 9,00 ppm,
Karbon dioksida (CO2) maksimum 1000 ppm, Timbal
(Plumbum=Pb) a maksimum 1,5 ug/m3, dan asap rokok
(Environmental Tobacco Smoke/ETS) maksimum 35 ug/m3.

c. Kualitas biologis terdiri dari parameter: bakteri dan jamur


dengan konsentrasi maksimum 0 CFU/m3.
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011).

s. Apa saja indikator pencemaran udara?

Menjawab :

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ditetapkan tingkat

pencemaran udara. Standar nasional udara untuk karbon monoksida

(CO) adalah 15.000 g / Nm', sulfur dioksida (SO2) adalah 632 g

22
/ Nm³, dan nitrogen dioksida (NO2) adalah 316 g / Nm³. Pencemaran

udara dapat diperoleh dari beberapa faktor, salah satunya adalah

faktor iklim. Kondisi suhu udara yang tinggi akan menyebabkan

material di udara berupa partikel menjadi kering dan ringan

sehingga bertahan lebih lama di udara. Pencemar udara dapat

berupa gas, yaitu oksida nitrogen (NO, NO2), oksida belerang (SO,

SO2), karbon monoksida (CO), oksidan (O3), timbal (Pb), gas volatil

yang tersebar ke udara dan berupa debu (TSP) atau partikulat

(Soedomo, 2001).

Menurut Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) nasional dalam Peraturan

Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara (PP Nomor 41

Tahun 1999) hanya menyebutkan 9 (sembilan) jenis pencemar yang

umum, yaitu Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen

Dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidro Karbon (HC), PM10, PM2,5, TSP

(debu), Pb (timbal), dustfall (debu jatuh). Indikator terbaik dalam

menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah dengan

mengukur atau memeriksa konsentrasi gas sulfur dioksida, indeks

asap, dan partikel debu di udara (Chandra, 2006).

1. Gas Sulfur Dioksida merupakan gas pencemar di udara dengan

konsentrasi tertinggi di kawasan industri dan perkotaan. Gas ini

dihasilkan dari sisa pembakaran batu bara dan bahan bakar minyak.

Dalam setiap survei polusi udara, gas ini selalu diperiksa.

2. Indeks Asap Berikut cara menggunakan indeks asap (smoke atau

sciling index): sampel udara disaring dengan sejenis kertas (paper

tape) dan diukur densitasnya dengan photoelectric meter. Hasil

pengukuran dinyatakan dalam Unit Coh per 1000 kaki linier

sampel udara. Indeks asap ini sangat bervariasi dari hari ke hari

dan bergantung pada perubahan iklim.

3. Partikel debu Partikel berupa debu dan arang hasil pembakaran

limbah dan industri merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengukur tingkat pencemaran udara. pengukuran

23
hasilnya dinyatakan dalam satuan miligram atau mikrogram per

meter kubik udara (Chandra, 2006).

t. Bagaimana mekanisme penularan penyakit melalui sumber


udara?
Menjawab :

Penularan penyakit melalui udara dimaksudkan sebagai cara penularan

yang terjadi tanpa kontak dengan penderita atau dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara juga dapat

ditularkan melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang

sebagian besar ditularkan melalui penghisapan udara yang mengandung

unsur penyebab/mikroorganisme. Penularan penyakit melalui udara

dapat terjadi dalam bentuk droplet atau nuclei atau dalam bentuk debu.

1. Droplet nuclei yang keluar melalui mulut atau hidung baik saat batuk atau

bersin maupun saat berbicara atau bernafas, memiliki ukuran yang

berbeda-beda. Droplet nuclei adalah partikel yang sangat kecil sebagai

sisa-sisa droplet kering. Pembentukannya dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan menguapkan droplet yang terbatuk

atau bersin ke udara. Droplet nuclei juga dapat terbentuk dari aerolisasi

bahan infeksius. Karena ukurannya yang sangat kecil, bentuk ini dapat

bertahan di udara dalam waktu yang cukup lama dan dapat terhisap

saat bernafas dan masuk ke dalam alat pernafasan.

2. Debu adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai

hasil resuspensi partikel yang terletak di lantai, di atas tempat

tidur dan yang tertiup angin dengan debu di lantai/tanah.

Ukuran droplet nuclei dan debu yang akan menentukan

kemungkinan penularan atau tidak. Pada droplet nuclei yang

berukuran besar akan tersangkut di saluran napas dan dapat

dikeluarkan melalui mekanisme yang terjadi di saluran napas.

24
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011).

kamu Apa dampak dari pembakaran hutan?

Menjawab :

Dampak yang terkait dengan kebakaran hutan atau lahan adalah kerusakan dan

pencemaran lingkungan, seperti kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air.

1. Dampak lingkungan fisik meliputi antara lain penurunan


kualitas udara akibat densitas asap yang memperpendek
jarak pandang sehingga mengganggu transportasi,
perubahan sifat fisiko-kimia dan biologi tanah, perubahan
iklim mikro akibat hingga hilangnya tanaman, bahkan dari
perspektif lingkungan global yang berkontribusi terhadap
efek rumah kaca.
2. Dampak terhadap lingkungan hayati antara lain
penurunan tingkat keanekaragaman hayati,
terganggunya suksesi alam, terganggunya produksi
bahan organik dan proses dekomposisi.
3. Dampak terhadap kesehatan yaitu munculnya asap yang
mengganggu kesehatan masyarakat terutama masyarakat
miskin, lanjut usia, ibu hamil dan balita seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis, pneumonia,
iritasi mata dan kulit. .
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru-paru

yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan resistensi aliran

udara yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif dan terkait

dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas

berbahaya, disertai dengan efek paru ekstra yang berkontribusi

pada derajat berat penyakit (Tarigan, 2019)

Peningkatan polusi udara di perkotaan akan meningkatkan risiko

kanker paru-paru, infeksi sistem pernapasan, obstruktif kronis

25
penyakit paru (PPOK), dan pemicu serangan asma (Dana et al,
2021)
4. Dampak sosial, yaitu hilangnya mata pencaharian, rasa aman dan

kerukunan dalam masyarakat setempat. Sementara itu, dampak

ekonomi antara lain batalnya jadwal transportasi darat-air dan

udara, hilangnya tanaman terutama tanaman yang memiliki nilai

ekonomi tinggi, biaya pengobatan bagi masyarakat, penurunan

produksi industri dan perkantoran, serta penurunan pariwisata.

bisnis.

(Rasyid, 2014)

v. Bagaimana rantai penularan infeksi?


Menjawab :
1. Agen infeksius adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada

manusia dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit.

2. Reservoir: infeksi dapat hidup dan berkembang biak kemudian

menular ke manusia. Berdasarkan hasil penelitian, reservoir pada

manusia biasanya terdapat pada permukaan kulit, saluran

pernapasan bagian atas, dan saluran pencernaan, saluran kemih dan

organ lainnya.

3. Exit adalah tempat dimana agen infeksius, seperti virus meninggalkan

reservoir melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih

atau lainnya.

4. Cara penularannya adalah penularan reservoir ke pejamu yang

peka/sensitif. Ada beberapa cara penularan seperti kontak langsung/

tidak langsung, droplet, airborne, makanan, air/minuman, darah

hewan seperti serangga dan hewan pengerat.

5. Pintu masuk adalah tempat masuknya agen infeksius ke


pejamu yang rentan/sensitif, baik melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan lain-lain.

26
6. Pejamu yang rentan adalah orang dengan kekebalan berkurang yang

mudah terinfeksi atau mengalami kesulitan melawan agen infeksi.

2. dr. Susi baru satu tahun bekerja di Puskesmas Bahagia, dimana ia


mendapat laporan dari petugas surveilans Puskesmas bahwa
kejadian kasus diare meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya,
sedangkan dari data sepuluh besar penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) menduduki peringkat pertama. dr. Susi akan
melakukan investigasi epidemiologi diare dan memberikan
penyuluhan kasus penyakit menular.
sebuah. Apa arti dr. Susi baru satu tahun bekerja di Puskesmas Bahagia,

dimana ia mendapat laporan dari petugas surveilans Puskesmas bahwa

kejadian kasus diare meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya,

sedangkan dari data sepuluh besar penyakit infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) menduduki peringkat pertama? Menjawab :

Artinya, selama beberapa bulan terakhir terjadi kondisi yang dikenal

sebagai kejadian luar biasa atau wabah yang ditandai dengan peningkatan

kasus diare dan dari data tersebut 10 penyakit menular ISPA menempati

urutan pertama. Kondisi ini kemungkinan besar disebabkan oleh

pencemaran air akibat pengelolaan sampah yang tidak tepat dan kebiasaan

masyarakat yang buang air besar di sungai, serta pencemaran udara akibat

proses pembakaran hutan.

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1501/MENKES/PER/X/2010).

b. Apa tugas dan fungsi pengawasan?


Menjawab :
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Surveilans Kesehatan,
fungsi dasar Surveilans Kesehatan tidak hanya

27
untuk kesadaran dini penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa

(KLB), tetapi juga sebagai dasar perencanaan dan pengambilan

keputusan program kesehatan jangka menengah dan jangka

panjang. Untuk itu, pelaksanaan Surveilans Kesehatan harus

mencakup semua pelaksanaan program di bidang kesehatan yang

memerlukan pengamatan, analisis, dan penyebarluasan informasi

secara terus menerus. Hal ini sejalan dengan kebutuhan akan data

dan informasi yang andal dan up to date. Surveilans Kesehatan

mengutamakan kegiatan analisis atau kajian epidemiologi serta

pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya

kegiatan pendataan dan pengolahan data. Surveilans harus dapat

memberikan gambaran epidemiologi yang meliputi komponen

pejamu, agen penyakit, dan lingkungan yang tepat berdasarkan

dimensi waktu, tempat dan orang. Karakteristik pejamu, agen

penyakit, dan lingkungan berperan dalam menentukan cara

pencegahan dan penanggulangan jika terjadi gangguan

keseimbangan yang menimbulkan nyeri.

Tugas surveilans adalah: 1)


Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan secara aktif dan pasif. Jenis data

Surveilans Kesehatan dapat berupa data morbiditas, mortalitas,

dan faktor risiko. Pengumpulan data dapat diperoleh dari

berbagai sumber antara lain perorangan, Fasilitas Pelayanan

Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan sebagainya.

Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui

wawancara, observasi, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap

sasaran. Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data

diperlukan suatu instrumen sebagai alat bantu. Instrumen

dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan dilakukan

dan memuat semua variabel data yang dibutuhkan.

2) Pemrosesan data

28
Sebelum data diolah, koreksi dibersihkan dan diperiksa ulang,

kemudian data diolah dengan cara perekaman data, validasi,

pengkodean, transformasi dan pengelompokan data berdasarkan

variabel tempat, waktu, dan orang. Hasil pengolahan dapat berupa

tabel, grafik, dan peta menurut variabel kelompok umur, jenis

kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko

tertentu. Masing-masing variabel tersebut disajikan dalam bentuk

ukuran epidemiologi yang tepat (laju, rasio dan proporsi).

Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi yang

spesifik tentang suatu penyakit dan atau masalah kesehatan.

Selanjutnya adalah penyajian data yang telah diolah dalam bentuk

yang informatif dan menarik. Ini akan membantu pengguna data

untuk memahami keadaan yang disajikan.

3) Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode
epidemiologi deskriptif dan/atau analitik untuk
menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan
surveilans yang telah ditetapkan. Analisis dengan metode
deskriptif epidemiologi dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai sebaran penyakit atau masalah
kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
menurut waktu, tempat dan orang. Sedangkan analisis
dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang dapat
mempengaruhi peningkatan kejadian penyakit atau
gangguan kesehatan. Untuk memudahkan dalam
melakukan analisis dengan metode epidemiologi analitik
dapat menggunakan alat statistik. Hasil analisis akan
memberikan arahan dalam menentukan besarnya
masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab dan
akibat suatu peristiwa, dan penarikan kesimpulan.

29
4) Penyebaran informasi.
Penyebaran informasi dapat disampaikan dalam bentuk
buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan,
termasuk publikasi ilmiah. Penyebaran informasi dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dapat
diakses. Sosialisasi juga dapat dilakukan apabila petugas
surveilans terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan evaluasi program kesehatan, dengan
menyampaikan hasil analisis.
5) Umpan Balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin, biasanya setiap

bulan saat menerima laporan setelah diproses dan dianalisis,

memberikan umpan balik kepada unit kesehatan yang

membuat laporan dengan tujuan agar pengirim mengetahui

bahwa laporan telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan

memberikan petunjuk atas laporan yang diterima. Kemudian

tahan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan

diisi dengan benar. Cara memberikan umpan balik dapat

melalui surat umpan balik, penjelasan pada pertemuan dan

selama pembinaan/pengawasan (Windiyaningsih, 2020).

c. Apa definisi wabah? Menjawab :

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular

Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Upaya Penanggulangan Dan

Wabah, wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah ,

adalah wabah penyakit menular di masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara signifikan melebihi keadaan

biasanya pada waktu dan wilayah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka. Peristiwa Luar Biasa adalah

30
kejadian atau peningkatan kejadian penyakit dan/atau kematian yang

signifikan secara epidemiologi di suatu wilayah dalam jangka waktu

tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan wabah.

Wabah didefinisikan sebagai lebih banyak kasus penyakit daripada yang

diperkirakan di lokasi tertentu selama periode waktu tertentu. Kecurigaan

sering muncul ketika petugas kesehatan melaporkan klaster yang tidak biasa

atau presentasi tunggal yang tidak terduga (Houlihan et al, 2019).

d. Apa kriteria wabah?


Menjawab :
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Melakukan Upaya
KLB, Suatu Daerah dapat ditetapkan berstatus KLB, jika
memenuhi salah satu kriteria berikut:
1) Timbulnya penyakit menular tertentu yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah.
2) Peningkatan kejadian nyeri secara terus menerus selama 3 periode

waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut sesuai dengan jenis

penyakitnya.

3) Peningkatan kejadian nyeri dua kali atau lebih dibandingkan periode

sebelumnya dalam jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.

4) Jumlah pasien baru dalam kurun waktu 1 bulan menunjukkan

peningkatan dua kali lipat atau lebih dari rata-rata bulanan pada

tahun sebelumnya.

5) Rata-rata jumlah kejadian nyeri per bulan selama 1 tahun menunjukkan

peningkatan dua kali lipat atau lebih dibandingkan rata-rata jumlah

kasus sakit per bulan pada tahun sebelumnya.

6) Case fatality rate suatu penyakit dalam 1 periode waktu tertentu menunjukkan

peningkatan sebesar 50% atau lebih dibandingkan dengan case fatality rate suatu

penyakit periode sebelumnya pada periode yang sama.

31
7) Proporsi penyakit pasien baru dalam satu periode menunjukkan

peningkatan dua kali lipat atau lebih dibandingkan periode sebelumnya

dalam periode waktu yang sama.

e. Apa manfaat pengawasan?


Menjawab:
Manfaat surveilans antara lain memperkirakan besarnya masalah

kesehatan yang penting, sebagai gambaran perjalanan alamiah suatu

penyakit, sebagai pendeteksi wabah, dokumentasi, distribusi, dan

penyebaran kejadian kesehatan, berguna untuk penelitian epidemiologi

dan laboratorium, untuk pengendalian dan tujuan evaluasi pencegahan,

sebagai alat monitoring kegiatan. karantina, dapat memprediksi

perubahan praktik kesehatan, dan sebagai perencanaan (Kesehatan

Masyarakat Indonesia, 2021).

Manfaat surveilans epidemiologi adalah (Windiyaningsih,


2020):
1) Deteksi perubahan akut penyakit yang terjadi dan
penyebarannya
2) Identifikasi dan perhitungan tren dan pola penyakit
3) Identifikasi kelompok berisiko tinggi menurut waktu, orang dan

tempat

4) Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya

5) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi

6) Dapat memantau kecenderungan penyakit endemik

7) Mempelajari riwayat alami penyakit dan epidemiologinya


8) Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan di

masa mendatang

9) Membantu menentukan prioritas masalah kesehatan dan target

program prioritas pada tahap perencanaan.

Inti dari kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data dikumpulkan,

dianalisis, dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan atau kebijakan

32
untuk ditindaklanjuti dalam membuat program intervensi yang lebih baik untuk

mengatasi masalah kesehatan di Indonesia (Windiyaningsih, 2020).

f. Bagaimana cara melakukan pencegahan wabah?

Menjawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan KLB dan
Upaya Penanggulangannya, maka dilakukan upaya
pencegahan dan pengendalian wabah terhadap
masyarakat. , masyarakat dan lingkungannya yang berisiko
terkena penyakit epidemik agar tidak tertular. sakit. Orang,
komunitas, dan lingkungannya yang berisiko terkena
penyakit epidemik ditentukan berdasarkan penyelidikan
epidemiologi. Tindakan pencegahan dan kekebalan
dilakukan sesuai dengan jenis penyakit epidemik dan hasil
penyelidikan epidemiologi, meliputi:

sebuah. Penanganan pasien sedini mungkin agar tidak


menjadi sumber penularan penyakit, termasuk tindakan
isolasi dan karantina.
b. Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan
imunisasi.
c. Perlindungan diri dari penularan penyakit, antara lain menghindari

kontak dengan penderita, fasilitas dan lingkungan yang tercemar,

penggunaan alat pelindung diri, perilaku hidup bersih dan sehat,

penggunaan obat-obatan profilaksis.

d. Pengendalian fasilitas, lingkungan dan hewan pembawa penyakit

untuk menghilangkan sumber penularan dan memutus rantai

penularan

33
g. Bagaimana melakukan investigasi terhadap dugaan wabah?

Menjawab :

menteri lingkungan hidup no. 5 Tahun 2014 limbah padat (feses),

limbah cair (urin, darah) memiliki kadar BOD tertinggi 100mg/l, COD

200mg/l, TSS 100 mg/l, minyak dan lemak 15mg/l, NH3-N 25 mg/ l dan

PH 6-9 (Kementerian Lingkungan Hidup, 2014).

h. Apa saja jenis surveilans?


Menjawab :
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Surveilans Kesehatan,
berdasarkan tujuan penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan terdiri atas :
1) Surveilans penyakit menular
a) Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi;
b) Surveilans Demam Berdarah Dengue;

c) surveilans malaria;
d) Surveilans penyakit zoonosis;
e) Surveilans filariasis;
f) surveilans tuberkulosis;
g) Surveilans penyakit diare;
h) surveilans penyakit tipus;
i) Surveilans kecacingan dan penyakit lambung lainnya;
j) surveilans kusta;
k) surveilans penyakit frambusia;

l) Surveilans penyakit HIV/AIDS;


m) Surveilans hepatitis;
n) Surveilans penyakit menular seksual; dan

34
o) Surveilans pneumonia, termasuk infeksi saluran kemih,
infeksi saluran pernapasan akut berat (ISPA).

2) Surveilans penyakit tidak menular


a) Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah;

b) Surveilans diabetes mellitus dan penyakit metabolik;


c) Surveilans kanker;
d) Surveilans penyakit kronis dan degeneratif;
e) surveilans gangguan jiwa; dan
f) Pengawasan terhadap gangguan akibat kecelakaan dan tindak

kekerasan.

3) Surveilans kesehatan lingkungan

a) Pengawasan fasilitas air bersih;


b) Pengawasan tempat-tempat umum;

c) Pengawasan permukiman dan lingkungan perumahan;

d) Pengawasan limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya;

e) Surveilans hewan dan vektor pembawa penyakit;


f) Surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan

g) Surveilans infeksi terkait fasilitas pelayanan kesehatan.

4) Surveilans kesehatan dimensi


a) pengawasan kesehatan haji;

b) Surveilans bencana dan masalah sosial; dan


c) Surveilans kesehatan laut dan udara.

5) Surveilans masalah kesehatan lainnya.

a) Surveilans kesehatan dalam rangka karantina;

b) Surveilans Gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi


(SKPG);
c) Surveilans mikronutrien untuk defisiensi yodium, anemia
defisiensi besi, defisiensi besi, defisiensi vitamin A;
d) Surveilans gizi lebih;
e) Surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi;

35
f) Surveilans kesehatan lansia;

g) Pengawasan penyalahgunaan narkoba, narkotika, psikotropika,

zat adiktif, dan bahan berbahaya;

h) Surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika, alat


kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga; dan

i) Pengawasan mutu pangan dan bahan tambahan pangan.

saya. Apa tujuan dari surveilans?


Menjawab :
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan merupakan prasyarat program

kesehatan dan bertujuan untuk:

sebuah. tersedianya informasi tentang keadaan, kecenderungan

penyakit, dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan

keputusan;

b. pelaksanaan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan


KLB/Wabah dan dampaknya;
c. pelaksanaan penyelidikan dan pencegahan wabah/
wabah; dan
d. dasar penyampaian informasi kesehatan kepada pihak yang

berkepentingan sesuai dengan pertimbangan kesehatan (Kemenkes, 2014)

j. Apa saja jenis epidemiologi?


Menjawab :
1. Epidemiologi Deskriptif adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memperhatikan kebutuhan

untuk mencari jawaban atas faktor-faktor penyebab terjadinya masalah

kesehatan tersebut. Dalam epidemiologi deskriptif, informasi dikumpulkan

untuk "menandai" atau meringkas kejadian atau masalah kesehatan.

Epidemiologi deskriptif mengevaluasi semua keadaan di sekitar seseorang

36
yang dapat mempengaruhi suatu kejadian kesehatan. Fokus dalam

epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Ellis Christensen,

2012), frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan

pola dapat digunakan untuk membantu epidemiologi analitik

menunjukkan faktor risiko. Studi deskriptif ini juga berfokus pada

pertanyaan siapa (siapa yang terpengaruh), kapan (kapan mereka

terpengaruh), dan di mana (di mana mereka terpengaruh).

2. Edemiologi Analitik adalah ahli epidemiologi yang menekankan pada

pencarian jawaban atas penyebab frekuensi, penyebaran dan

munculnya suatu masalah kesehatan. Dalam epidemiologi analitik

dicari jawaban mengapa (why), kemudian dianalisis hubungannya

dengan akibat yang ditimbulkan. faktor penyebab diarahkan pada

faktor yang mempengaruhi, sedangkan akibat menunjuk pada

frekuensi, penyebaran, dan adanya masalah kesehatan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan rangkuman hipotesis terkait masalah yang

muncul, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis melalui

suatu penelitian yang kemudian ditarik suatu kesimpulan tentang

sebab dan akibat timbulnya suatu penyakit.

3. Epidemiologi Eksperimental

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan eksperimen

(eksperimen) terhadap kelompok subjek, kemudian dibandingkan

dengan kelompok kontrol (yang bukan subjek eksperimen). Bentuk

eksperimen lain yang sering dilakukan adalah terkait pengaruh

intervensi konseling terhadap perubahan pengetahuan tentang

suatu masalah (Notoatmodjo, 2012).

k. Apa prinsip dasar surveilans? Menjawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan, sasaran

37
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan meliputi program kesehatan yang

ditetapkan berdasarkan prioritas nasional, spesifik lokal atau regional,

bilateral, regional dan global, serta program lain yang dapat

berdampak pada kesehatan. Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,

dan diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk

menghasilkan informasi yang objektif, terukur, dan dapat

diperbandingkan dari waktu ke waktu, antar wilayah, dan antar

kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan.

l. Apakah pemeriksaan epidemiologi yang sesuai pada kasus tersebut?

Menjawab :

Dalam hal ini dapat digunakan penelitian epidemiologi deskriptif, karena

akan mengkaji kejadian dan distribusi penyakit diare yang kasusnya

meningkat dua kali lipat dari bulan sebelumnya dan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) yang menempati urutan pertama dalam sepuluh

besar data penyakit (Windiyaningsih, 2020). ).

Kapan Kami Menggunakan Studi Deskriptif?

a) Untuk memperoleh riwayat alamiah atau prognosis suatu penyakit, atau

untuk menjelaskan adanya gejala klinis baru.

b) Memperoleh petunjuk penyebab penyakit (Faktor risiko,


sumber penyebab KLB, dll).
c) Menilai Kesehatan Masyarakat atau sekelompok warga.

d) Untuk perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan

m. Bagaimana diukur dari epidemiologi?

Menjawab :

sebuah. Perbandingan

Rasio adalah ukuran relatif dari dua kuantitas atau


perbandingan dua nilai apa pun. Dihitung dengan membagi

38
satu variabel skala interval atau rasio dengan variabel lain.

Pembilang dan penyebut tidak perlu berhubungan.

b. Prevalensi
Ukuran frekuensi penyakit yang kita hitung adalah prevalensi, yaitu

proporsi penduduk yang menderita penyakit tersebut pada waktu

tertentu. Prevalensi menunjukkan probabilitas bahwa seorang

anggota populasi memiliki kondisi tertentu pada suatu titik waktu.

Oleh karena itu, ini adalah cara menilai beban penyakit secara

keseluruhan dalam suatu populasi, sehingga merupakan ukuran yang

berguna bagi administrator ketika menilai kebutuhan akan layanan

atau fasilitas pengobatan.

c. Insidensi
Insiden adalah jumlah kasus baru yang muncul dalam suatu

populasi selama periode waktu tertentu. Tidak seperti

prevalensi, insiden mencerminkan risiko, atau kemungkinan

seseorang tertular penyakit dalam periode waktu tertentu.

Insiden dapat dihitung dengan cara yang berbeda:

• insiden kumulatif (CI) atau risiko insiden


• tingkat kejadian (IR) (atau kepadatan kejadian)

Insiden kumulatif adalah jumlah manusia yang menderita

penyakit dalam periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah

manusia sehat yang berisiko pada awal atau awal periode

waktu. Semua tindakan insiden harus didasarkan hanya pada

kasus penyakit baru yang terjadi pada periode waktu yang

diinginkan.

Tingkat insiden adalah jumlah kasus baru penyakit yang terjadi per

unit waktu manusia yang berisiko selama periode tindak lanjut

yang ditentukan.

d. Tingkat Serangan

Tingkat serangan (atau disebut risiko serangan) adalah jenis


perkiraan insiden tertentu (baik insiden kumulatif atau

39
tingkat insiden) yang berlaku untuk wabah atau situasi di mana

periode pengamatan relatif singkat dan di mana populasi

berisiko didefinisikan secara ketat misalnya jumlah manusia

(Tia, 2014).

n. Bagaimana proses penyelidikan epidemiologi?


Menjawab :
Menurut Tutiany (2017), proses penyelidikan epidemiologi
adalah:
1. Persiapan Investigasi Lapangan
2. Memastikan Wabah
3. Konfirmasikan diagnosis

4. Buat definisi kasus


5. Temukan dan hitung Kasus

6. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)

7. Buatlah hipotesis
8. Menilai hipotesis
9. Sempurnakan hipotesis dan lakukan penelitian tambahan

10. Menerapkan pengendalian dan pencegahan

11. Menyampaikan hasil investigasi / Outbreak Report.

Hai. Apa hubungan antara peningkatan kasus diare dengan limbah

pemotongan hewan yang langsung dibuang ke sungai dan kegiatan

mandi, cuci dan kakus masyarakat menggunakan air sungai?

Menjawab :

Hubungannya adalah peningkatan kejadian diare atau


kejadian luar biasa atau KLB yang terjadi karena adanya
faktor risiko pendukung. Faktor risiko ini adalah kondisi RPH
yang membuang limbah yang dihasilkan langsung ke sungai
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Bahan sampah organik (isi
dari potongan hewan) berupa sampah dapat terurai

40
atau didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga mampu

meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air dan

memungkinkan berkembangnya bakteri patogen (Irianto, 2015).

Air sungai yang tercemar ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk mandi dan mencuci, hal ini akan meningkatkan kejadian infeksi

bakteri salah satunya bakteri e.coli bila menginfeksi saluran

pencernaan dapat menyebabkan diare (Irianto, 2015).

p. Bagaimana cara melakukan metode konseling yang baik dan benar?

Menjawab :

1. Kaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

2. Menentukan masalah kesehatan masyarakat.

3. Memprioritaskan masalah yang akan ditangani terlebih dahulu melalui pendidikan

kesehatan masyarakat.

4. Mengembangkan rencana penyuluhan

1) Buatlah tujuan

2) Penetapan tujuan

3) Menyusun materi/konten penyuluhan

4) Pilih metode yang tepat

5) Tentukan jenis alat peraga yang akan digunakan

6) Penetapan kriteria evaluasi.


5. Pelaksanaan pendidikan
6. Penilaian hasil penjangkauan
7. Tindak lanjut dari instruktur

q. Bagaimana penularan diare dan ISPA pada kasus ini?

Menjawab :

Penularan ISPA dalam hal ini :

Dampak kebakaran hutan telah menyebabkan penurunan tingkat kesehatan

masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampaknya akan

terasa bagi anak-anak di bawah lima tahun dan orang tua (lansia). Itu

41
dampak langsung dari menghirup asap kebakaran hutan adalah infeksi

saluran pernapasan atas, sedangkan dampak tidak langsungnya adalah

munculnya penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat, jika penutupan

asap kebakaran hutan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup

lama. Peningkatan ISPA secara tidak langsung dirangsang oleh

masuknya partikel asap yang mengandung senyawa berbahaya seperti

SO2, NO2, CO dan O3 sehingga mengganggu fungsi pernafasan dan

dapat mengganggu kesehatan terutama pada saluran pernafasan atas

dan bawah, serta menimbulkan rasa pahit. infeksi melon seperti

bronkitis. , pare edema dan pneumonia(Sukana dan Bisara, 2015).

r. Bagaimana cara memberikan penyuluhan yang baik dan benar tentang penyakit

menular?

Menjawab :

sebuah. Menentukan tujuan sesi konseling untuk


mengurangi risiko penyebaran kasus infeksi menular
b. Gunakan pertanyaan terbuka, skenario permainan peran, mendengarkan secara

aktif, tidak menghakimi, dan pendekatan yang mendukung untuk mendorong

pasien agar tetap fokus pada pengurangan risiko

c. Lakukan penilaian risiko pribadi dan mendalam

d. Bantu pasien dalam mengidentifikasi pengurangan risiko yang nyata,

terukur, dan dapat diterima

e. Hargai dan dukung perubahan positif yang telah


dilakukan
f. Klarifikasi kesalahpahaman
g. Negosiasikan langkah nyata yang dapat dicapai dalam perubahan perilaku

yang akan mengurangi risiko penyebaran infeksi

h. Gunakan bahasa yang jelas dalam menyampaikan hasil tes, hindari

percakapan yang dapat mengaburkan pesan pencegahan

42
saya. Mengembangkan dan menerapkan protokol konseling tertulis.

j. Hindari menggunakan waktu konseling untuk mengumpulkan data. Jika

memungkinkan, lengkapi rekam medis di akhir konseling

k. Hindari informasi yang tidak perlu, diskusi risiko secara


teoritis dapat mengalihkan fokus pasien ke situasi berisiko
pasien dan dapat mengurangi minat pasien.
(Daili dkk, 2017).

s. Bagaimana riwayat penyakit diare dan ISPA?

Menjawab :

Bila terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan

Environment, maka akan menimbulkan penyakit pada individu atau

gangguan kesehatan di masyarakat.

1. Tuan rumah (host): umur, jenis kelamin, ras, agama, keturunan,

kepribadian, perilaku dan gizi.

2. Agen: Agen dapat berupa agen biologis (vektor, biologi, dan

virus); bahan kimia (insektisida); fisik (iklim); dan makanan

(makanan basi dan makanan berlemak).

3. Lingkungan (environment): lingkungan fisik, biologi,


iklim, politik dan adat istiadat
4. Theory of Natural Course of Disease Nodes
Histrory of Diare
Air dapat berperan sebagai transmisi penularan penyakit melalui

mikroorganisme yang ditularkan melalui air (water borne disease) atau

saluran peralatan yang dicuci dengan air (waterwashed disease).

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditularkan

melalui cara fekal-oral. Diare dapat ditularkan melalui cairan atau zat

yang terkontaminasi oleh feses seperti air minum, tangan atau jari,

makanan yang disiapkan dalam pot yang telah dicuci dengan air yang

terkontaminasi (Suhardiman, 2007).

Riwayat Penyakit ISPA :

43
Organisme penyebab ISPA biasanya ditularkan melalui
droplet. Saat pasien ISPA batuk atau bersin, tetesan sekret
kecil dan besar dilepaskan ke udara dan permukaan
sekitarnya. Tetesan besar perlahan turun ke permukaan di
sekitar pasien (biasanya dalam jarak 1 meter dari pasien).
Permukaan juga dapat terkontaminasi melalui kontak
dengan tangan, saputangan/tisu bekas pakai, atau benda
lain yang pernah kontak dengan sekret. Cairan tubuh dan
feses lainnya juga dapat mengandung bahan infeksius.
Karena itu, ISPA dapat ditularkan melalui aerosol dari
saluran pernapasan atau melalui kontak dengan
permukaan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, selain
penggunaan peralatan pelindung tertentu terhadap
tetesan (yaitu, masker bedah), elemen tertentu dari
tindakan pencegahan standar, seperti kebersihan
pernapasan, kebersihan tangan,

t. Bagaimana pencegahan dan pengendalian diare dan ISPA pada kasus ini?

Menjawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menyebabkan KLB dan Upaya
Penanggulangannya.
Tindakan pencegahan dan kekebalan dilakukan sesuai
dengan jenis penyakit epidemik dan hasil penyelidikan
epidemiologi, meliputi:
1. Rawat pasien sedini mungkin agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit, termasuk tindakan isolasi dan
eliminasi.
2. meningkatkan daya tahan tubuh dengan memperbaiki nutrisi dan teknik.

44
3. Perlindungan diri dari penularan penyakit, antara lain

menghindari kontak dengan pasien, fasilitas dan lingkungan

yang terkontaminasi, penggunaan alat pelindung diri, perilaku

hidup bersih dan sehat, penggunaan obat-obatan profilaksis.

4. Pengendalian sarana pembawa penyakit, lingkungan dan hewan

untuk menghilangkan sumber penularan dan memutus mata rantai

penularan.

kamu Bagaimana stadium dari riwayat penyakit?

Menjawab :

Beberapa tahapan Riwayat Penyakit Alami adalah Tahap


Prepatogenesis, Tahap Patogenesis dan Tahap Pasca
Patogenesis: Penyembuhan, Kronis/Karier, Cacat, Kematian
(Ismah, 2018).
Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini individu dalam keadaan sehat normal tetapi pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggunya serangan
agen penyakit (stadium kerentanan). Namun, pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara inang dan kuman.
tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti kuman
masih ada di luar tubuh inang dimana kuman mengembangkan
potensi keefektifannya, siap menyerang inang. Pada stadium ini
tidak ada tanda-tanda penyakit sejauh daya tahan tubuh inang
masih kuat. Namun, begitu inang menjadi "ceroboh" atau
kuman menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi inang, situasinya
bisa segera berubah. Penyakit ini akan melanjutkan
perjalanannya ke fase berikutnya, tahap patogenesis. Secara
ringkas, gambaran tahapan prepatogenesis, yaitu:

• Kondisi host masih normal/sehat

45
• Sudah ada interaksi antara tuan rumah dan agen, tetapi
agen masih di luar tuan rumah
• Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah, Host
menjadi lebih rentan atau Agent menjadi lebih virulen
sehingga Agent masuk ke dalam Host (memasuki tahap
patogenesis)
Tahap Patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap


Awal, Tahap Lanjut, dan Tahap Akhir.
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah periode waktu antara masuknya kuman ke

dalam tubuh yang sensitif terhadap penyakit, sampai munculnya

gejala penyakit. Tahap ini ditandai dengan mulai masuknya agen ke

dalam pejamu, hingga muncul gejala penyakit. Masa inkubasi ini

bervariasi dari satu penyakit ke penyakit lainnya. Dan pengetahuan

tentang lamanya masa inkubasi sangat penting, tidak hanya sebagai

pengetahuan tentang riwayat penyakit, tetapi berguna untuk

informasi diagnostik. Setiap penyakit memiliki masa inkubasinya

masing-masing, dan pengetahuan tentang masa inkubasi dapat

digunakan untuk mengidentifikasi jenis penyakit.

2) Tahap Awal

Tahap ini dimulai dengan munculnya gejala yang tampak ringan.

Stadium ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena

terjadi perubahan patologis, walaupun penyakitnya masih dalam

masa subklinis (stadium penyakit subklinis). Jika memungkinkan,

pada tahap ini diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara

dini.

3) Tahap Lanjut
Ini adalah tahap di mana penyakit menjadi lebih jelas dan mungkin

menjadi lebih buruk dengan semua gangguan dan gejala patologis

(tahap penyakit klinis). Pada tahap ini penyakitnya sudah terlihat jelas

46
gejala klinis dan kelainan sehingga diagnosis relatif mudah

ditegakkan. Ini juga saatnya, setelah diagnosis dikonfirmasi,

perawatan yang tepat diperlukan untuk menghindari konsekuensi

yang tidak menguntungkan lebih lanjut.

4) Tahap Akhir

Akhir perjalanan penyakit bisa dalam lima pilihan, yaitu:

a) Sembuh sempurna, yaitu bibit penyakit hilang dan tumbuh

menjadi sembuh, sehat kembali.

b) Sembuh dengan cacat, yaitu kumannya hilang,


penyakitnya hilang, tetapi tubuh tidak sembuh total,
meninggalkan bekas cacat permanen berupa cacat.
c) Karir, di mana tubuh pasien pulih, tetapi kuman tetap
berada di dalam tubuh tanpa menunjukkan masalah
penyakit.
d) Penyakit berlanjut secara kronis.

e) Berakhir dengan kematian.

v. Apa nilai-nilai Islam dalam hal ini?


Menjawab :
Qs Yunus 101

Katakanlah, "Amatilah apa yang ada di langit dan bumi." Tetapi tidak ada gunanya

ada tanda-tanda atau peringatan bagi kaum yang tidak beriman

Al Hujarat 6

47
Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang durhaka

dengan informasi, selidiki, jangan sampai kamu mencelakai suatu kaum karena

ketidaktahuan dan menjadi, atas apa yang telah kamu lakukan, menyesal.

QS. Al-Anbiya' Ayat 84


ْ‫ ﻓَﺎﺳْﺘَﺠَﺒْﻨَﺎﻝَ ﻓَﻜَﺸَﻔْﻨَﺎﻣَﺎ ﻭَّٰﺍﺗَﻴْﻨٰﻬُﺎَﻫْﻞَ ﻭَﻣِﺜْﻞَ ﻣَّﻌَﻬُﻤْﺮَﺣْﻤَﺔًﻣِﻨْﻌِﻨْﺪِﻧَﺎﻭَﺫِﻛْﺮٰﯨﻠِﻞ‬Maka Kami shalat, dan

Kami hilangkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya

kepadanya, dan (Kami gandakan jumlah mereka) sebagai rahmat dari Kami, dan

menjadi peringatan bagi semua orang yang beribadah Kita.

2.7 Kesimpulan

dr. Susi berencana melakukan investigasi deskriptif epidemiologi diare dan


memberikan penyuluhan penyakit menular akibat kejadian KLB diare dan
prevalensi ISPA pada peringkat pertama sepuluh besar penyakit akibat
pencemaran air dan udara.

2.8 Kerangka Konseptual

Pembantaian
Mandi, Mencuci
limbah secara langsung
dan Toilet
dibuang ke
Kegiatan Hutan yang Terbakar
sungai

Polusi air Polusi air


(Penyakit yang dicuci dengan air) (Penyakit yang ditularkan melalui udara)

Wabah (peningkatan Prevalensi ISPA (Infeksi


kejadian diare) Saluran Pernafasan Akut) di
peringkat pertama

Penyelidikan epidemiologi
deskriptif dan Konseling
tentang penyakit infeksi

48
REFERENSI
Adhikari, BB, Michael, C., David, CB 2018.Pemanfaatan
Limbah Rumah Potong Hewan Dalam Aplikasi Nilai Tambah: Kemajuan
Terbaru Dalam Pengembangan Perekat Kayu. Polimer. Jil. 10. Tersedia
dalam:www.mdpi.com/journal/polymers . Diakses pada: 10thNovember

2021.

Aryanta, IWR. 2014.Pengaruh Pencemaran Lingkungan Terhadap Masyarakat

Kesehatan. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.


Daili, SF., Nafasari, H., Indriatmi, W., dkk. 2017.Buku Teks Seksual
Infeksi Menular. Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Dana, S.H, dkk. 2021. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Keluhan
Respirasi

dan Gangguan Fungsi Paru Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. X di


Kecamatan Kandis. Jurnal Respirologi Indonesia, 41 (3), 180–6.
Nopember
11, 2021. https://doi.org/10.36497/jri.v41i3.194.

Depkes RI. 2004. Syarat-syarat JambanSehat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Dorlandia. 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 29. editor.


Jakarta: EGC

49
Houlihan, CF, James, AG 2019.Ilmu Wabah: Kemajuan Terbaru Dalam
Deteksi Dan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. Obat
klinis. Jil. 19. No. 2. Tersedia dalam: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6454359/ . Diakses
pada: 10thNovember 2021. Kesehatan Masyarakat Indonesia.
2021. Pemanfaatan Data
PengawasandalamPraktekKesehatanMasyarakat. bahasa Indonesia Publik

Portal Kesehatan.

Irianto, KI. 2015.Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan.


Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Universitas
Warmadewa.
Iskandar, S., Fransisca, I., Arianto, E., dkk. 2016.Air Limbah Domestik
Sistem Manajemen: Skala Penyelesaian Terpusat. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: Direktorat Bina Penyehatan
Lingkungan Permukiman.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.Peraturan Menteri
Kesehatan RepublikIndonesiaNomor 3 Tahun 2014 TentangSanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
Kemenkes RI. 2017.Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.Regulasi


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/
2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Pengendalian. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.Regulasi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/
Per/V/2011 tentang Pedoman Sanitasi Udara Dalam Ruangan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

50
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.Regulasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
di Puskesmas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.Regulasi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

PT Rineka Cipta.
Permenkes RI No 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa


(KLB).
Permenkes RI (2019). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Jakarta : Kemenkes RI

Presiden Republik Indonesia. 2021.Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Presiden Republik Indonesia.
Priyanto, D.2011.Peran Air dalam Penyebaran Penyakit. Balaba
Jurnal: Volume 7 Nomor 01, hal. 27-28.
Qodriyatun, SN. 2014.Kebijakan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan. Singkat

Info: Jilid 6 Nomor 06, hal. 10-11.


Rasyid F. 2014. Masalah dan Dampak Kebakaran
Hutan.www.Juliwi.com Edisi 1 No 4 Oktober-Desember.
Hal.47-59. Riyanto.2009.ParameterAirLayakMinum.
http://www.nusantaraku.org/forum/chit-chat/27255-parameter-

airlayakminum.html

Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB. Suharso dan

Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:

Widya Karya, 2015.

51
Sukana, B., Bisara, D. 2015. Kejadian ISPAdan Pneumonia
AkibatKebakaranHutandi KabupatenPulangPiskuProvinsi Kalimantan
Tengah. JumalEkologiKesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 : 250
— 258.
Tarigan, R., Tarigan, AP., Wahyuni, DD. 2019. Hubungan Pola Kuman
dengan Derajat Obstruksi (VEP1) pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) Eksaserbasi Akut. Jurnal Respirologi Indonesia: Vol 39 No 3, hal.
205.
Tia, AM. 2014.Epidemiologi Lapangan Tingkat Lanjut: Manual. menggabungkan Infeksi

Penyakit, (6): hal. 5-10.

Tutiany, Lindawati&Krisanti, P. 2017. ManajemenKeselamatanPasien.


Jakarta: KementerianKesehatan RI.

WHO. 2011. Bimbingan Teknis Surveilans Penyakit Terkait Air.


Denmark: Kantor Regional WHO untuk Eropa.

Windiyaningsih, C. 2020.Epidemiologi. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

52

Anda mungkin juga menyukai