AKUNTANSI MANAJEMEN
KELAS B3
Dosen Pengampu: Made Yenni Latrini, S.E., M.Si.
Oleh:
Kelompok 05
PEMBAHASAN
A. DESENTRALISASI
Sebagai respon terhadap semakin sengitnya tekanan persaingan, banyak
organisasi yang mengubah cara mereka mengorganisasikan diri dan cara mereka
mengoperasikan usahanya. Hal ini diperlukan karena mereka harus sanggup bergerak
secara lincah dalam keadaan dimana teknologi, selera, dan strategi pesaing senantiasa
berubah – ubah.
Desentralisasi adalah delegasiotoritas pengambilan keputusan kepada jajaran
manajemen yang lebih rendah dalam sebuah organisasi (kekuasaan pengambilan
keputusan terkait kepada manajer-manajer didalam sebuah organisasi). Wewenang
(authority) adalah hak untuk mengambil keputusan yang diperlukan untuk menunaikan
tugas yang di emban. Tanggungjawab adalah kewajiban manajer untuk menerima
otoritas untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Pertanggung jawaban adalah ukuran
seberapa baik pencapaian hasil yang dipenuhi melalui laporan kinerja berkala yang
memperlihatkan kepada pemberiotoritas mengenai apa yang terjadi. Taraf desentralisasi
tergantung pada luasnya otoritas pengambilan keputusan yang didelegasikan oleh
manajemen puncak kepada lapisan manejemen di bawahnya. Bagi perusahaan yang
terdesentralisasi, tanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian kegiatan
operasional didelegasikan kepada para manajer. Manajer ini mengemban otoritas untuk
mengambil keputusan tanpa harus terlebih dahulu meminta persetujuan manajemen yang
lebih tinggi.
Alasan perusahaan melakukan desentralisasi antara lain :
1. Para manajer lokal mampu membuat keputusan yang lebih baik berdasar kanin
formasi lokal. Manajer lokal juga mampu memberikan tanggapan yang tepat waktu
untuk kondisi-kondisi yang berubah.
2. Desentralisasi untuk perusahaan besar diperlukan karena keterbatasan untuk
memahami secara utuh setiap pasar dan produk.
3. Sebagai wadah untuk melatih dan memotivasi manajer lokal.
4. Membebaskan manajer puncak dari masalah-masalah operasional sehari-hari sehingga
mereka dapat menggunakan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang bersifat jangka
panjang seperti perencanaan strategis.
Tim Proses
Tanggung Jawab di
Rantai Nilai definisikan
Keuangan
Dinamik
Optimal
Nilai Tambah
Ukuran Kinerja
Pengurangan Waktu Ditetapkan Perbaikan Kualitas
Orientasi
Pengurangan Biaya
Proses
Individu Diberi
Kinerja Diukur
Penghargaan
Menugaskan Tanggung Jawab. Gambar 10-1 menyatakan bahwa akuntansi
Berdasarkan Kinerja Ukuran Trend
pertanggungjawaban berdasarkan fungsi terfokus pada fungsi unit organisasional dan
MD
individu. Pertama,
Promosi suatu pusat tanggung jawab diidentifikasikan. Pusat ini secara khas
Bonus
adalah suatu unit organisasional seperti suatu devisi, pabrik, departemen, atau lini
produksi. Apapun unit fungsionalnya, tanggung jawab ditempatkan pada individu yang
Upah Premi Kenaikan Gaji
bertugas. Tanggung jawab ditetapkan dalam bentuk keuangan (contoh, biaya). Gambar
10-2 menyatakan bahwa dalam suatu system pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas
atau proses, titik fokusnya berubah dari unit dan individu ke proses dan tim. Akan tetapi,
tanggung jawab keuangan tetap memiliki peran yang vital. Alasannya, perubahan focus
ini sederhana saja. Dalam lingkungan perbaikan berkelanjutan, Perspektif keungan
diartikan sebagai peningkatan pendapatan yang berkelanjutan, pengurangan biaya, dan
perbaikan penggunaan aset. Untuk membuat pertumbuhan dan perbaikan yang
berkelanjutan, suatu organisasi harus secara konstan memperbaiki kemampuannya dalam
memberikan nilai kepada para pelanggan dan pemegang saham. Proses dipilih sebagai
focus karena hal ini adalah sumber nilai bagi para pelanggan dan pemegang saham dan
karena mereka adalah kunci untuk mencapai tujuan keuangan organisasi. Pelanggan
merupakan aspek internal atau eksernal bagi organisai.
Proses adalah cara sesuatu dilakukan, maka mengubah cara sesuatu dilakukan
berarti mengubah proses. Ada tiga metode untuk mengubah cara sesuatu dilakukan,
yaitu: perbaikan proses, inovasi proses, dan pembuatan proses.
Perbaikan proses perbaikan proses mengacu pada peningkatan dan kenaikan konstan
dalam efisiensi yang sudah ada.
Inovasi proses (rekayasa ulang bisnin) mengacu ada kinerja proses dalam suatu cara
baru yang radikal dengan tujuan pencapaian perbaikan dramatis dalam hal waktu,
kualitas, dan efisiensi.
Pembuatan proses mengacu pada instalasi suatu proses baru secara keseluruhan
dengan tujuan memenuhi tujuan pelanggan dan keuangan.
Banyak proses memotong batasan fungsi. Hal ini memfasilitasi suatu pendekatan
terpadu yang menekankan pada aktivitas rantai nilai perusahaan. Ini juga berarti bahwa
keahlian fungsi silang dibutuhkan untuk menejemen proses yang efektif. Tim adalah sifat
output dari kebutuhan menejemen proses ini. Tim juga memiliki kehidupan kerja dengan
memperkuat rasa persahabatan dan rasa saling memilki. Perbaikan proses, inovasi, dan
pembuatan proses sangat membutuhkan aktivitas (dan dukungan) kelompok, dan tidak
dapat dilakukan secara efektif oleh individu-individu.
Penetapan ukuran kinerja
Ukuran kinerja harus diidentifikasi dan standar dibuat untuk menjadi kriteria
pengukuran kinerja. Menurut Gambar 10-1 Anggaran dan perhitungan biaya standar
adalah dasar kriteria aktivitas bagi sistem berdasarkan fungsional. Ini tentu saja secara
tidak langsung menyatakan bahwa ukuran kinerja bersifat objektif dan bersifat
keuangan. Lebih jauh lagi, ukuran tersebut cenderung mendukung status quo dan
secara relatif stabil dari waktu ke waktu. Gamabar 10-2 menyebutkan beberapa
perbedaannya dengan perusahaan yang beroperasi dalam suatu lingkungann perbaikan
berkelanjutan. Pertama, ukuran kinerja berorientasi pada proses, jadi ukuran
berhubungan dengan proses seperti waktu proses, kualitas, dan efisiensi. Kedua,
standard ukuran kinerja juga distrukturkan untuk mendukung perubahan. Jadi,
standard - standar bersifat dinamik. Standard berubah untuk mencerminkan kondisi
baru dan tujuan baru serta untuk mempertahankan kemajuan yang telah direalisasikan.
Ketiga, standar optimal memiliki peranan vital. Standar tersebut menentukan target
pencapaian akhir. Jadi, standard tersebut mengidentifikasi potensi untuk perbaikan.
Akhirnya, standar seharusnya mencerminkan nilai tambah pada aktivitas individual
dan proses.
Pengukuran kinerja
Dalam kerangka kerja berdasarkan fungsi (gambar 10-1), kinerja diukur
dengan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang dianggarkan. Dalam kerangka
kerja perbaikan berkelanjutan (gambar 10-2), kinerja dianggap lebih dari sekedar
presfektif keuangan. Waktu, kualitas, dan efisiensi merupakan dimensi penting bagi
kinerja.
Pemberian penghargaan
Dalam kedua sistem, para individu diberi penghargaan atau hukuman menurut
aturan dan kebijakan manajemen yang lebih tinggi. Gambar 10-1, system penghargaan
dalam system berdasarkan fungsi di desain untuk mendorong para individu mengelola
biaya untuk mencapai atau mengalahkan standard anggaran. Untuk system perbaikan
berkelanjutan berdasarkan aktivitas (Gambar 10-2), penghargaan individual lebih
rumit dari pada bentuk berdasarkan fungsi, para individu secara simultan dapat
diperhitungkan untuk kinerja tim dan individu.
2. Akuntansi Pertanggungjawaban Berdasarkan Aktivitas dan Berdasarkan
Strategi
Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas menampilkan suatu
perubahan signifikan bagaimana tanggungjawab ditempatkan, diukur, dan dievaluasi.
Sistem berdasarkan aktivitas menambah perspektif proses pada perspektif keuangan dari
sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsional secara efektif. Hal ini juga
menggantikan prespektif keuangan dengan perubahan titik pandang dari pengendalian
biaya dengan mempertahankan status quo pada pengurangan biaya dengan pembelajaran
dan perubahan berkelanjutan. Jadi, akuntansi pertanggungjawaban berubah dari sistem
satu dimensi kesistem dua dimensi, dan dari sistem pengendalian kesistem manajemen
pmbelajaran dan biaya.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi adalah langkah
selanjutnya dalam evolusi akuntansi pertanggungjawaban. System akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan strategi (Balanced Scorecard) menerjemahkan misi dan
strategi organisasi kedalam tujuan operasional dan mengukur empat perspektif yang
berbeda : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses, dan perspektif
Keuangan Pelanggann
Tanggung Jawab di
(pembelajaran dan pertumbuhan) infrastruktur.Gambar 10-3 mengilustrasikan 4 elemen
tanggung jawab untuk system pertanggungjawaban berdasarkan strategi.
Individu Diberi
Penghargaan
Berdasarkan Kinerja
MD
Penempatan Tanggung Jawab. Menyatakan bahwa sistem akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan strategi mempertahankan perspektif proses dan
keuangan pendekatan berdasarkan aktifitas, namun menambahkan dengan perspektif
pelanggan dan pembelajaran serta pertumbuhan (infrastruktur).
Pembuatan Ukuran Kinerja. Mengindikasikan bahwa ukuran kinerja berorientasi
pada perspektif. Jadi, pendekatan berdasarkan strategi meliputi orientasi proses dari
sistem aktivitas. Semua kemajuan didalam didalam pendekatan aktivitas tidak
dibuang, tetapi pendekatan strategi menambahkan beberapa perbikan penting.
Pengukuran Kinerja. Dalam sistem pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas,
ukuran kinerja berorientasi pada proses. Konsekuensi keuangan dari proses yang
membaik juga diukur. Dalam sistem berdasarkan strategi, pengukuran kinerja telah
diperluas secara signifikan.
Pemberian Penghargaan. Sama halnya dengan sistem berdasarkan aktifitas, cara
memberikan penghargaan dalam latar multi dimensi masih sedang dieksplorasi.
Dimensi Biaya
Sumber Daya
Dimensi
Proses
Analisis Penggerak
Aktivitas Analisis Kinerja
Mengapa ? Apa ? Seberapa
Baik?
Produk dan Pelanggan
Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya
bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu dengan pusat
pertanggungjawaban maka akan tercipta kondisi dimana rencana yang disusun oleh
manajemen dapat terealisasi dan mampu mendorong setiap pelaku organisasi untuk
bekerja dengan benar dan bertanggungjawab. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban
secara individual diharapkan dapat membantu suatu pencapaian perusahaan secara
keseluruhan (goal congruence).
Pusat – pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi
sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segemen.
Kinerja manajer dalam kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan
kemampuan mereka untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat
dikendalikan. Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan dalam 4 kategori yang masing-
masing mencerminkan rentang atas pendapatan dan atau biaya serta lingkup pengendalian
dari manajer yang bertanggungjawab. Pusat pertanggungjawaban tersebut berupa :
1. Pusat Biaya (Cost Center)
2. Pendapatan (Revenue Center)
3. Pusat Laba (Profit Center)
4. Investasi (Investment Center)
1. Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggungjawab yang menghasilkan suatu
produk atau memberikan suatu jasa. Manajer yang bertanggungjawab atas pusat biaya
memiliki kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak
memiliki kendali atas pendapatan, karena fungsi pemasaran bukanlah
tanggungjawabnya. Manajer divisi diserahkan tanggungjawab untuk mengendalikan
biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi
biaya tersebut.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota
produksi dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan
adil untuk tingkat output yang diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik
kepada manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya actual yang terjadi
dengan yang dianggarkan.
Pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat pertanggungjawaban yang
digunakan secara luas. Diperusahaan manufaktur, baik departemen jasa merupakan
contoh-contoh dari pusat biaya. Diperusahaan perdagangan, departemen yang
memberikan layanan pendukung akan masuk kedalam kategori ini. Contoh-contoh
yang umum, adalah departemen pengiriman, departemen penerimaan, departemen
kredit, dan deprtemen pelayanan pelanggan.
2. Pusat Pendapatan
Contoh-contoh dari pusat pendapatan meliputi departemen pemasaran, pusat
distribusi, bagian jualan di toko serba ada, atau tenaga penjualan individual. Manajer
bertanggungjawab terhadap penjualan. Manajer dipusat pendapatan tidak mempunyai
kendali tergadap investasi pada aktiva atau biaya dari barang atau jasa yang akan
dijual. Mereka hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan
kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target
penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan beban tertentu. Untuk
memperoleh mamfaat motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer pusat
pendapatan sebaiknya berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan dan menerima
umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka. Kinerja manajer pusat
pendapatan diukur dengan cara menganalisis selisih pendapatan. Selisih pendapatan
adalah perbedaan antara anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih pendapatan
dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut.
3. Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali baik atas
pendapatan maupun atas biaya, manajer dievaluasi berdasarkan efesiensi mereka
dalam menghasilkan pendapatan dan mengendalikan biaya. Tanggung jawab mereka
lebih luas dibandingkan tanggung jawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya
karena mereka bertanggung jawab baik atas fungsi distribusi maupun manufaktur.
Contoh – contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan
menjual produknya.
Konversi atas suatu pusat biaya menjadi pusat laba dicapai dengan
memperkenalkan biaya transfer yang bertindak sebagai harga jual internal dan
menciptakan pendapatan serta laba artisifal untuk segmen tersebut.
Kinerja dari manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang
direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat
halangan untuk laba residual. Untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang
disebabkan oleh orientasi pada jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba
sebaiknya juga diharapkan memelihara dan atau memperbaiki moral dari bawahan
mereka, memelihara bangunan dan fasilitas produksi, dan memberikan kontribusi
terhadap aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya
juga memasukkan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek
jangka panjang dan tingkat keberhasilan dalam hal ini sebaiknya mempengaruhi
alokasi penghargaan. Manajer pusat laba dimotivasi agar dapat membuat trade-off
antara kenaikan biaya dengan kenaikan pendapatan sehingga kenaikan biaya dapat
meningkatkan pendapatan dalam jumlah yang lebih besar sekaligus dapat
meningkatkan labanya.
4. Pusat Investasi
Konsep ini mendasarkan pada kondisi adanya sumber dana dan sumber daya
yang terbatas yang dimiliki perusahaan sehingga suatu pusat laba (divisi) yang
memperoleh laba tinggi belum berarti mempunyai kinerja yang baik karena laba yang
dihasilkan harus dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.
Ukuran yang biasa digunakan adalah Return on Investment dan Residual Income :
Return On Investment (ROI)
Divisi yang menjadi pusat investasi mempunyai laporan rugi-laba dan
neraca sendiri. Walaupun laba operasi merupakan ukuran kinerja pusat investasi
yang bermanfaat, ukuran ini tidaklah mencerminkan jumlah asset yang
ditanamkan dalam setiap pusat investasi. Karena manajer pusat investasi juga
bertanggungjawab untuk mengendalikan asset yang ditanam dalam pusat
pertanggungjawabannya, maka manajer harus memikul tanggungjawab atas
penggunaan asset tersebut.
ROI didifinisikan sebagai pendapatan operasi neto dibagi dengan rata-rata
aktiva operasional
R O I = Laba Neto Operasi / Rata-Rata Aktiva Opersional
Laba Neto Operasi adalah pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Aktiva operasional mencakup kas, piutang, inventasi, bangunan/pabrik dan
peralatan, dan aktiva lain yang dipertahankan perusahaan dan digunakan untuk
aktivitas produktif.
Rumus ROI dapat dinyatakan sebagai berikut:
R O I = Profit Margin X Perputaran Aktiva
laba Neto Operasi Penjualan
ROI = x
Penjualan Rata−Rata Aset Operasi
Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan oleh manajer pusat investasi
untuk menaikan ROI, yaitu:
1. Manajer pusat investasi dapat memangkas biaya guna meningkatkan profit
margin.
2. Mengurangi aktiva guna meningkatkan rasio perputaran aktiva.
3. Meningkatkan penjualan yang dengan sendirinya akan mengatrol laba bersih.
Bagi perusahaan yang melaporkan laba terkendali secara terpisah dari laba
operasi bersih, maka kalkulasi tingkat imbalan haruslah memakai laba operasi
terkendali sebagai factor pembilang rumus ROI.
Kebaikan ROI:
1. ROI mendorong manajer Devisi memperhatikan hubungan antara penjualan,
biaya dan investasi.
2. ROI mendorong manajer Devisi untuk menghemat biaya.
3. ROI mencegah investasi yang dipandang berlebihan, dalam hal ini manajer
akan mengurangi aktiva yang tidak produktif yang diharapkan akan
mengurangi biaya operasi.
Kelemahan ROI:
1. ROI mendorong manajer untuk tidak melakukan investasi yang menurunkan
ROI rata-rata Divisi meskipun investasi tersebut sebenarnya akan menaikkan
laba perusahaan secara keseluruhan.
2. ROI mendorong manajer untuk menfokuskan laba jangka pendek yang akan
merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Laba Residu
Adalah laba neto operasi yang diperoleh pusat investasi diatas kembalian
minimal dari aktiva operasional yang digunakan Tujuan penggunaan Laba
Residual atau nilai tambah ekonomis (Economis Value Added/EVA) adalah
memaksimalkan jumlah total laba redisu atau nilai tambah ekonomi, dan tidak
untuk memaksimalkan ROI secara keseluruhan.
Contoh soal:
PT LEWE mempunyai total nilai rata-rata aktiva operasional sebesar Rp.
25.000.000,- dengan laba operasi neto Rp. 5.000.000,- dan tingkat pengembalian
minimal yang ditetapkan 15%, maka besarnya laba residu dapat dihitung:
Laba Neto Operasi Rp. 5.000.000,-
Pengembalian Minimal 15 %
15% X Rp. 5.000.000,- Rp. 3.750.000,-
Laba Residu Rp. 1.250.000,-
Kebaikan RI:
1. Keunggulan utama dari RI adalah dapat diterimanya usulan investasi yang
telah ditolak dengan ROI, walaupun investasi tersebut dapat menaikan laba
perusahaan secara keseluruhan tetapi ROI rata-rata Divisi turun.
2. RI dapat menggunakan kembalian minimum yang berbeda-beda untuk
berbagai jenis aktiva.
Kelemahan RI:
1. RI sebagaimana ROI dapat mendorong manajer untuk berpandangan jangka
pendek.
2. RI adalah ukuran profitabilitas absolut, hal ini akan menghasilkan penilaian
prestasi yang tidak adil apabila kedua Divisi tersebut mempunyai Investasi
yang berbeda. Untuk mengatasinya maka diperlukan mengukur Residual
Return yang menghubungkan RI dengan Investasi.
Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional Dan Temporer
Akuntansi Akuntansi
Keterangan Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
Tradisional Kontemporer
Lingkungan Stabil Dinamis
Orientasi Kemampuan individu Kemampuan tim
Model berpikir Parsial, analitik Holistik, dialektik
Keuangan Unit organisasi Mata rantai nilai
Standar pengukuran Standar yang bisa dicapai Kepuasan pelanggan
Kinerja Anggaran statis Proses yang optimal
Pengukuran kinerja Perbandingan biaya Efektifitas, Just in Time,
aktual dengan biaya Produktivitas
standar
Dasar imbalan kepada Kinerja anggaran Kinerja tim, mata rantai nilai
individu kelompok
Karakteristik biaya Mudah dikendalikan Sulit dikendalikan
C. EVALUASI KINERJA
Peran Informasi Dan Akuntabilitas
Informasi penting untuk para manajer yang bertanggungjawab terhadap hasil. Hal
ini karena manajer tidak hanya mengendalikan tetapi juga harus mengetahui dan
memahaminya..Tanggung jawab juga mencakup akuntabilitas. Akuntabilitas secaara
tidak langsung mencerminkan pengukuran kinerja, yang berbarti bahwa hasil actual
dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan.
Peran Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat
Pertanggungjawaban.
Penilaian Kinerja Pusat Biaya
Infomasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja pusat biaya adalah
biaya. Dalam hal ini terdapat masalah bahwa tidak ada biaya yang 100% dapat
dikendalikan oleh manajer pusat biaya. Masalah yang timbul adalah: biaya, hubungan
biaya dengan pusat biaya, jangka waktu dan tanggung jawab ganda. Kinerja pusat
biaya terutama diukur berdasarkan efisiensi dan mutu.
Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja adalah pendapatan.
Penilaian Kinerja Pusat Laba
Informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kenerja pusat laba adalah
pendapatan dan beban. Pendapatan adalah ukuran moneter dari keluaran-keluaran
(output) dan beban adalah ukuran moneter dari masukan (input) atau sumber daya
yang dikonsumsi. Laba sebagai ukuran kinerja terutama berfaedah karena
memungkinkan manajemen senior memakai ukuran yang lengkap. Setiap pusat laba
merupakan unit yang relatif independen, manajer mempunyai pengendalian yang
signifikan atas sebagian besar keputusan operasi yang berpengaruh terhadap laba.
Penilaian Kinerja Pusat Investasi
Informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kinerja pusat investasi
adalah pendapatan, biaya dan investasi .Alat ukur yang biasa digunakan adalah ROI
dan RI. Dalam pusat investasi manajer memiliki tanggung jawab dan otoritas
pengambilan keputusan yang mempengaruhi biaya, pendapatan dan investasi. Manajer
pusat investasi mempunyai ekstensif untuk tindakan-tindakan seperti pembelian asset
jangka panjang, penentuan syarat-syarat kredit, penentuan tingkat persediaan dan
penetapan harga jual.
Pengukuran Kinerja Aktivitas
Ukuran kinerja aktivitas muncul dalam bentuk keuangan dan non-keuangan yang
dirancang untuk menilai seberapa baik suatu aktivitas dikerjakan dan hasil yang dicapai
dan juga dirancang untuk menyatakan apakah terjadi perbaikan yang konstan. Ukuran
kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama yaitu : (1) efisiensi, (2) kualitas dan
(3) waktu.
Efisiensi terfokus pada hubungan input aktivitas dengan output aktivitas
Kualitas mengacu pada aktivitas yang dilakukan secara benar pada saat pertama kali
dikerjakan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas juga merupakan hal yang
penting
D. HARGA TRANSFER
Harga transfer (transfer pricing) adalah harga pertukaran barang dan jasa antar
divisi didalam suatu organisasi yang sama dengan tujuan untuk memproses lebih lanjut.
Sistem penentuan harga transfer harus memenuhi 3 (tiga) tujuan berikut ini:
1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat, yang berarti tidak satupun manajer divisi yang
memperoleh keuntungan dengan mengorbankan manajer divisi lain.
2. Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan,. Dalam arti bahwa manajer divisi
mengambil keputusan yang akan memaksimumkan laba perusahaan dengan
memaksimumkan laba divisinya.
3. Tetap terjaganya otonomi divisi, dalam arti tidak ada campur tangan manajemen
puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam pengambilan keputusan.
Penetapan harga transfer harus mampu memuaskan semua pihak, maka perlu ada
aturan main yang harus disepakati bersama. Untuk menentukan harga transfer yang tepat,
layak dan logis paling tidak memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1. Kantor pusat harusnya tidak melakukan interpensi terhadap kebebasan manajer divisi
dalam mengambil keputusan terbaik.
2. Memungkinkan manajer puncak untuk menilai kemampuan prestasi suatu divisi
dengan adil dan bijaksana dan menghindarkan suatu divisi mengambil keuntungan
atas biaya divisi lain.
3. Mampu meningkatkan motivasi manajer divisi untuk meningkatkan laba divisinya
sendiri tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
Kelemahan yang ada pada harga transfer berdasar harga pasar adalah:
1. Tidak semua produk mempunyai harga pasar
2. Harga pasar tidak selalu sama dengan harga yang tercantum dalam daftar
harga. Kesulitan muncul kalau harga pasar sangat berfluktuasi.
3. Divisi penjual mempunyai pasar yang pasti. Oleh karena itu penghematan
biaya yang muncul sebaiknya tidak dinikmati oleh divisi penjual saja tetapi
juga harus dinikmati oleh divisi pembeli.
Keunggulan lain dari harga transfer negosiasi adalah apabila negosiasi membantu
menciptakan kesamaan tujuan, maka tidak ada alasan bagi manajemen untuk
mencampuri masalah-masalah divisional.
3) Arbitrase
Arbitrase dilakukan untuk mengatasi perbedaan pendapat diantara kedua divisi
dan menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam penentuan harga transfer. Suatu
komisi khusus dapat dibentuk untuk mengatasi masalah perselisihan.
Kelemahan dalam penetuan harga transfer atas dasar arbitrase adalah :
Harga transfer arbitrase tidak layak digunakan untuk menilai prestasi manajer
divisi
Tidak memotivasi para manajer divisi untuk bekerja lebih efisien karena mereka
tidak puas atas harga transfer yang telah ditetapkan manajer puncak.
DAFFTAR PUSTAKA
http://adeuchie.blogspot.co.id/2014/08/akuntansi-pertanggungjawaban-harga.html
https://akuntansiterapan.com/2010/06/16/desentralisasi-dan-akuntansi-
pertanggungjawaban/
http://kepinginlagi.blogspot.co.id/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-9.html
4. (6) Apakah yang dimaksud dengan laba residu? Apakah yang dimaksud dengan
EVA? Bagaimana EVA berbeda dengan definisi laba residu?
Jawaban :
Residual income adalah laba usaha (operating income) yang mampu
dihasilkan sebuah pusat investasi di atas penghasilan (return) minimum aset-
asetnya.
Cara Menghitung Laba Residu :
= laba usaha bersih – (tingkat penghasilan minimum dari investasi x aset
operasional total)
EVA (Economic Value Added) merupakan sebuah gagasan keuntungan
ekonomis yang dinyatakan dalam informasi kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan seperti biaya operasional dan modal kerja perusahaan.
EVA menyajikan suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana
perusahaan telah memberikan tambah pada nilai pemegang saham. Jika
manajer berfokus pada EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa
mereka telah menjalankan operasi dengan cara yang
konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham, sehingga dapat menjadi dasar yang berguna untuk menentukan
kompensasi manajerial pada seluruh tingkatan.
5. (7) Apakah yang dimaksud margin dan perputaran? jelaskan bagaimana kedua konsep
tersebut dapat meningkatkan evaluasiatas pusat investasi.
Jawaban :
Laba residu dan EVA dapat menjadi negative. Negatif ini menandakan Menurunkan
ROI menyebabkan laba perusahaan terbebani. Laba residu sebagaiukuran kinerja akan
mencegah kerugian yang terjadi. Dengan menggunakan perbandinganlaba residu
divisi menunjukkan perbeadaan antara dua kelompok dan penggunaan labaresidu
mendorong para manajer untuk menerima proyek apapun yang menghasikan tingkatdi
atas minimum. Jika negatifmaka perusahaan sedang menyia – nyiakan modal. Sebagai
suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu
tingkat presentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat
pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian)
dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan
biaya aktual dari modal.
6. (9) Jelaskan secara singkat tiga kebijakan penetapan harga transfer yang digunakan
oleh organisasi.
Jawaban: Kebijakan penetapan harga transfer hanya menyatakan bahwa jika produk
ditransfer maka harus sebesar biaya produknya. Berikut ini beberapa kebijakan
penetapan harga transfer yang digunakan dalam praktik:
1. Harga Pasar
Jika terdapat pasar di luar perusahaan yang kompetitif untuk produk ditransfer maka
harga transfer terbaik adalah harga pasar. Dalam contoh ini. tindakan manajer divisi
secara simultan akan mengoptimalkan keuntungan divisi yang sekaligus keuntungan
perusahaan. Selain itu, tidak ada divisi yang dapat memperoleh keuntungan, tetapi
merugikan divisi yang lain. Dalam kondisi ini, manajemen puncak tidak berkeinginan
untuk melakukan intervensi.
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Seringkali, di luar perusahaan, tidak ada harga pasar yang sesuai. Tidak adanya harga
pasar dapat terjadi karena produk yang ditransfer menggunakan rancangan yang telah
dipatenkan yang dimiliki oleh perusahaan induk. Oleh karena itu, perusahaan dapat
menggunakan pendekatan Matras menggunakan bahan yang tebal untuk matras futon
dan perusahaan- penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Sebagai contoh, anggap
bahwa Divisi perusahaan di luar perusahaan tidak memproduksi jenis matras tersebut
dalam ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah menetapkan kebijakan penetapan
harga transfer berdasarkan biaya maka Divisi Matras akan membebankan biaya
produksi penuh untuk matras
3. Harga Transfer Negosiasi
Pada tahap akhir, manajemen puncak memberikan kesempatan kepada divisi penjual
dan divisi pembeli untuk melakukan negosiasi harga transfer. Pendekatan ini sangat
bermanfaat dalam kasus pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi yang
memproduksi untuk menghindari biaya penjualan dan biaya distribusi yang harus
dikeluarkan oleh pelaku pasar di luar perusahaan. Menggunakan harga transfer
negosiasi memperkenankan kedua divisi untuk berbagi penghematan biaya yang
dihasilkan dari biaya yang dapat dihindari.
7. (10) (Lampiran 12A) Apakah yang dimaksud dengan Balanced Scorecard?
Jawaban: Balanced Scorecard diciptakan oleh Robert S. Kaplan, seorang profesor dari
Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor akuntan publik KPMG.
Kedua orang tersebut adalah dari U.S.A (Mulyadi, 2007:4). Berdasarkan susunan kata
dari Balanced Scorecard, Balanced berarti seimbang. Dengan demikian, Balanced
scorecard adalah suatu konsep manajemen yang menekankan pada pengukuran
keuangan dan non keuangan berdasarkan visi dan misi suatu perusahaan. Adanya
balanced scorecard, dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam suatu perusahaan
atau bisnis.
8. (11) (Lampiran 12A) Jelaskan empat perspektif dari Balanced Scorecard?
Jawaban: Balanced Scorecard adalah sistem manajemen strategis yang
mendefinisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban berbasis strategis. Balanced
scorecard menjabarkan misi dan strategi organisasi ke dalam tujuan operasional dan
ukuran-ukuran kinerja untuk empat perspektif berikut.
1. Perspektif keuangan (financial perspective) menjelaskan konsekuensi
ekonomis dari tindakan-tindakan yang dilakukan dalam tiga perspektif
lainnya.
2. Perspektif pelanggan (customer perspective) menentukan pelanggan dan
segmen pasar tempat unit usaha akan bersaing
3. Perspektif proses bisnis internal (internal business process perspective)
menjelaskan proses internal yang dibutuhkan untuk memberikan nilai bagi
pelanggan dan pemilik.
4. Perspektif pertumbuhan (infrastruktur) dan pembelajaran (learning and growth
[infrastructure] perspective) menjelaskan kemampuan yang dibutuhkan
organisasi untuk menciptakan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Perspektif ini memperhatikan tiga faktor pendukung (enabling factor) utama:
kemampuan pegawai, kemampuan sistem informasi, dan sikap pegawai
(motivasi, pemberdayaan, dan penyetaraan).
Latihan 12.21 Margin ,Perputaran, Imbal Hasil Investasi, Aset Operasi Rata-Rata
Elway Company menyajikan lapoan laba rugi tahun lalu sebagai berikut.
Penjualan $ 1.040.000.000
Dikurangi: Laba Penjualan 700.250.000
Margin Kontribusi $ 339.750.000
Dikurangi: Beban Tetap 183.750.000
Laba Operasi $ 156.000.000
Awal tahun lalu, Elway memiliki asset operasi sebesar $28.300.000. Pada akhir tahun Elway
memiliki asset operasi sebesar $23.700.000.
Tahun 1 Tahun 2
Penjualan $ 148.500.000 $ 162.250.000
Laba operasi $ 8.910.000 $ 8.112.500
Aset operasi rata-rata $ 337.500.000 $ 405.625.000
(Catatan: Bulatkan semua jawaban sampai dua angka di belakang koma.)
Diminta:
1. Menghitung rasio margin dan perputaran untuk setiap tahunnya.
Rasio margin = Laba operasi : Penjualan
Perputaran = Penjualan : Aset operasi rata-rata
Tahun 1
Rasio margin = $8.910.000 : $148.500.000
= 0.06 atau 6%
Perputaran = $148.500.000 : $337.500.000
= 0.44
Tahun 2
Rasio margin = $8.112.500 : $162.250.000
= $0.05 atau 5%
Perputaran = $162.250.000 : $405.625.000
= 0,4
2. Menghitung ROI Divisi Konstruksi untuk setiap tahunnya.
ROI = Rasio Margin x Perputaran
ROI = Laba Operasi : Aset Operasi Rata-Rata
Tahun 1
ROI = 0,06 x 0.44
= 0,0264 atau 2,64%
Tahun 2
ROI = 0,05 x 0,4
= 0,02 atau 2%