Analisis kasus
1. Identifkisasi masalah
-Karyawan produksi terpapaur bau menyengat dari tekstil dan debu halus.
-Kebijakan yang diterapkan hadinata dinilai ilegal karena terlalu lama tidak di tinjau ulang
sehingga kebijakan-kebijakan didalamnya banyak sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.
2.Sebab masalah
-Department SDM yang kecil dan hanya terdapat 2 orang didalamnya sehingga tidak bisa untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh PT Kencana Gemilang.
-Karyawan di bagian produksi bekerja dalam kondisi terpapar bahan-bahan tekstil dengan bau
yang sangat menyengat dan debu kapas yang membuat para karyawan sesak
-Banyak karyawan yang mengeluh karena tidak memiliki jaminan, sehingga Hadinata mengikuti
hukum terbaru tentang k3, kesempatan kerja yang setara,pensiun,kompensasi dan hubungan
kerja. Namun hal tersebut tidak bisa di handel oleh Hadinata dan Doni akbar.
-Seorang karyawan wanita megambil cuti selama 3 bulan tanpa dibayar,kecuali tunjangan
melahirkan
-Adanya karyawan PT Kencana Gemilang yang bekerja di 2 perusahaan berbeda dan Hadinata
ingin memecatnya.
-Hadinata merasa dalam masalah pengaduan karyawan lebih banyak menyita waktunya,sehingga
membuat Hadinata tidak bersemangat.
3.Akibat Masalah
- Terdapat beberapa karyawan yang terpapar penyakit paru-paru coklat (byssinosis), bronkitis
kronis, dan penyakit emfisema- semua disebabkan oelh paparan debu kapas akibat terpapar bau
tekstil dan debu
-Banyak pengaduan yang diajukan kepada Hadinata selaku manajer dari PT Kencana Gemilang
tentunya hal tersebut mengharuskan PT Kencana Gemilang untuk merekrut orang profesional
yang memiliki pedidikan yang tinggi
-Hadinata mengusulkan untuk membuka 3 departmen baru dibawah departmen SDM untuk
membantu masalah-masalahnya.
- Karena permasalahan terus berlanjut maka Direktur Pusat meminta bantuan konsultan untuk
menyelesaikan masalah yang semakin meluas tersebut
Menurut Widodo (2015, p.234), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang
yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Menurut Rivai dan Sagala (2013, p.792),
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
Sedangkan menurut Suma’ mur (2001:161) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh
derajat kesehatansetinggi – tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha
preventif atau kuratif terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkanfaktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.Kesehatan kerja diartikan sebagai aturan
-aturan dan usaha untukmenjaga buruh dari kejadian atau keadaan perburuhan
yangmerugikan kesehatan dan kesesuaan dalam seseorang itu melakukanatau karena ia
melakukan pekerjaan dalam satu hubungan kerja(Padminingsih, 2007:19).
Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha dan aturan-
aturan untuk menjaga kondisi perburuhan dari kejadian ataukeadaanyang merugikan kesehatan
dan kesusilaan baik dalam keadaan yang sempurna fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkandapat bekerja secara optimal. Kesehatan kerja juga suatu hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan bagi tiap perusahaan
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan
mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden untuk
melengkapi undang-undang terkait pengaturan K3, yaitu:
-Tentang keselamatan kerja pada permunian serta pengelolaan minyak dan gas bumi yang
diatur dalam PP No.11 Tahun 1979.
Keputusan presiden No.22 Tahun 1993 mengenai penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja.
-Sementara tata cara penunjukan Ahli K3 umum ini diatur melalui Peraturan menteri
tenaga kerja Republik Indonesia No. 04 Tahun 1987, yang berisi tata cara Penunjukan
dan Kewajiban Wewenang Ahli K3. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu
pengusaha atau pengurus wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3).
Selain Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No 4 Tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Penerapan K3 dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, terdapat juga Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) No 5 Tahun 1996 yang juga membahas tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3 adalah
bahwa setiap perusahaan dengan 100 tenaga kerja atau lebih, dan atau yang mengandung
potensi bahaya melalui karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja.
ANALISIS KEPUTUSAN
4. Alternatif pemecahan masalah
-Memastikan bahwa tenaga kerja telah bekerja sesuai dengan SOP yang ada
-Dengan memiliki rasa tanggung jawab seseorang akan bekerja lebih terstruktur dan lebih
efektif lagi dalam bekerja
-Dengan berperilaku adil semua karyawan akan merasakan hal yang sama tidak ada
diskrimasi di dalam sebuah perusahaan
Pemecahan masalah
1. Pihak manajer terbuka dengan adanya keluhan yang disampaikan oleh karyawan
3. Manajer harus dapat mengidentifikasi setiap karyawan dan membangun komunikasi yang
baik dengan mempelajari karakteristik karyawan serta bersikap terbuka dan berlaku adil
kepada setiap karyawan.
4. Rutin melakukan evaluasi
Melakuakan evaluasi setiap ada kebiijakan baru yan ditetapkan agar tetap relevan dengan
kejadian saat ini
LATAR BEKAKANG
TUJUAN
Prosedur ini dibuat dengan tujuan untuk menangani keluhan karyawan, memberi kepuasan
dalam bekerja untuk karyawan, menangani kebijakan yang tidak relevan
RUANG LINGKUP
Referensi
Kebijakan
1. Pihak manajer terbuka dengan adanya keluhan yang disampaikan oleh karyawan
2. Keinginan Perusahaan memberhentikan karyawan karena karyawan melakukan kesalahan
berat.
3. Manajer harus dapat mengidentifikasi setiap karyawan dan membangun komunikasi yang baik
dengan mempelajari karakteristik karyawan serta bersikap terbuka dan berlaku adil kepada
setiap karyawan.
4. Rutin melakukan evaluasi
5. Peninjauan proporsi jabatan terkait seksisme
Prosedur
1. Apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan, maka ka. Bagian/ka.
bidang/ka.instalasi membuat laporan tertulis dengan dilengkapi kronologis kejadian ke
bagian SDM.
2. Pemberitahuan kepada karyawan yang bersangkutan
3. Musyawarah
4. Bantuan pihak ketiga seperti dinas tenaga kerja
5. Melakukan mediasi hukum
REKAMAN
1. Keluhan karyawan terhadap asisten manajer
2. Analisis oleh personalia baru departemen SDM