Anda di halaman 1dari 13

WHAT TEHE GOAL’S

TELAAH KURIKULUM

DISUSUN OLEH:

IRMA ARDA SHAFA SIREGAR (8216181012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.karena dengan
rahmat-Nya Critical book Review ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Maksud dari penyusunan Critical book Review ini adalah sebagai salah satu point
penilaian yang dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar
mata kuliahStatistika dan Probabilitas, serta dengan harapan untuk memotivasi penulis
sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan
pembelajaran tersebut.

Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Statistikaatas bimbingannya,


sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas Critical book Review ini.

Penulis menyadari bahwa tugas Critical book Reviewini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan Critical book Review ini.

Akhir kata, penulis berharap agar Critical book Review dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas terutama mahasiswa yang ingin menjadikan tugas ini sebagai referensi.

Medan, Oktober 2022

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. INFORMASI BIBLIOGRAFI
(Pembading 1)
1. Judul Buku : Design For How People Learn
2. Penulis : Julie Dirksen
3. ISBN : 978-0-321-76843-8
4. Tahun Terbit : 2012
5. Kota Terbit : Amerika
6. Penerbit : Yuma Pustaka

(Pembanding 2)
1. Judul Jurnal : Proses Dan Kebermanfaatan Analisis
Tujuan, Pembelajaran
2. Penulis : Achmad Fanani
3. ISSN : SNHRP-III 2021
4. Tahun Terbit : 2021
5. Kota Terbit : Surabaya

B. TUJUAN CBR

Adapun tujuan dari CBR 1) Mengulas isi sebuah buku 2) Mencari dan mengetahui
informasi yang ada dalam buku 3) Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi
yang diberikan oleh setiap bab dari buku pertama dan kedua 4) Membandingkan isi buku
pertama dan buku kedua.

C. MANFAAT CBR

Manfaat Critical Book Review 1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah metode
penelitian pendidikan 2) Untuk menambah pengetahuan tentang statistik guna memudahkan
penyelesaian tesis 3) Membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dan menalar dalam
menganilisis buku.
BAB II
RINGKASAN BUKU
Apa Tujuannya?: Di sini dia membahas pentingnya bertanya “mengapa?” berkali-kali
sebelum membuat pelatihan; mendefinisikan masalah dengan benar sebelum Anda mulai
membuat solusi pelatihan; membuat tujuan pembelajaran yang “berguna dan dapat
digunakan”; menentukan seberapa canggih pemahaman peserta didik Anda dan seberapa
mahir mereka harus (dan kemudian merancang pelatihan untuk tujuan akhir tersebut); dan
pentingnya merancang pelatihan yang tepat untuk keterampilan lambat dan cepat.

Mirip dengan apa yang kita bicarakan di kelas, memiliki pemahaman yang baik
tentang masalah akan membantu Anda menetapkan tujuan Anda, mengidentifikasi
kesenjangan pengetahuan, dan menilai tujuan Anda. Salah satu cara Anda dapat
mengidentifikasi masalah adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini:

 Hal buruk apa yang akan terjadi jika mereka tidak mengetahui hal ini?
 Apa yang sebenarnya akan mereka lakukan dengan informasi ini?
 Bagaimana Anda akan tahu jika mereka melakukannya dengan benar?
 Apa yang terlihat seperti jika mereka salah?
 Mengapa penting bagi mereka untuk mengetahuinya? Uh huh, dan mengapa itu
penting?
Baris pertanyaan ini mengingatkan saya pada metode pencarian pengetahuan yang
telah saya gunakan untuk mendefinisikan tujuan dan kesalahpahaman di kelas lain yang
disebut Analisis Tugas Kognitif (CTA). Ini adalah jenis analisis tugas yang ditujukan untuk
"memahami tugas yang membutuhkan banyak aktivitas kognitif dari pengguna, seperti
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, memori, perhatian, dan penilaian." Penting
untuk menggunakan kata-kata dalam tujuan Anda. Pada akhirnya pembelajaran yang lebih
kompleks tidak hanya melibatkan regurgitasi informasi, tetapi mensintesis dan memproses
informasi secara aktif untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu tugas.
Saya suka peta jalan dari buku Dirksen untuk menggambarkan contoh ini. Jika seorang
pembelajar benar-benar “mempelajari” sesuatu, mereka harus dapat mendefinisikannya,
menggambarkannya, menjelaskannya, dan menerapkannya.
Akhirnya, memahami waktu di mana pelajar dapat mempelajari tujuan secara wajar
adalah penting. Keterampilan yang lebih kompleks akan membutuhkan waktu dan banyak
latihan untuk berkembang, tetapi jika Anda menyadari di mana tujuan tersebut cocok dalam
skala lambat hingga cepat, akan lebih mudah untuk mempersiapkan pelajar Anda untuk
sukses. Di sini dia membahas pentingnya bertanya “mengapa?” berkali-kali sebelum
membuat pelatihan; mendefinisikan masalah dengan benar sebelum Anda mulai membuat
solusi pelatihan; membuat tujuan pembelajaran yang “berguna dan dapat digunakan”;
menentukan seberapa canggih pemahaman peserta didik Anda dan seberapa mahir mereka
harus (dan kemudian merancang pelatihan untuk tujuan akhir tersebut); dan pentingnya
merancang pelatihan yang tepat untuk keterampilan lambat dan cepat.

Dengan teks, “The Design for How People Learn” oleh Julie Dirksen menyediakan
kerangka kerja praktis untuk menciptakan kesempatan belajar bagi semua kemampuan
belajar. Teks membawa perancang instruksional dalam perjalanan untuk menemukan
bagaimana memenuhi tuntutan belajar siswa mereka. Sepanjang makalah ini, pandangan yang
lebih dalam ke dalam teks Dirksen (2016) akan diberikan sebagai sarana untuk memahami
perspektif penulis yang berkaitan dengan menciptakan desain pembelajaran yang berkualitas
tinggi dan efektif. Setelah ini, pertanyaan yang berkaitan dengan konten yang diilustrasikan
dalam teks akan diajukan. Juga, solusi dan pendekatan berbasis tindakan akan disediakan
sebagai sarana untuk pindah ke fase pengembangan dan desain instruksi.

Kerangka kerja ini dimulai dengan memberikan wawasan tentang potensi


keterbatasan yang ada dalam benak peserta didik. Dirksen (2016) mengidentifikasi ini
sebagai “kesenjangan pembelajaran.” Teks tersebut menyatakan bahwa “untuk memenuhi
tuntutan belajar siswa yang selalu berubah, perancang konten pertama-tama harus
mempertimbangkan setiap kesenjangan potensial termasuk kesenjangan pengetahuan,
kesenjangan keterampilan, kesenjangan motivasi, kesenjangan kebiasaan, kesenjangan
lingkungan, dan kesenjangan komunikasi,” (Dirksen, 2016, hal.16). Perancang didorong
untuk mengidentifikasi kesenjangan belajar mana yang sangat memengaruhi siswa sebagai
sarana untuk menciptakan konten dan pengalaman belajar yang mendorong siswa ke tingkat
berikutnya. Teks tersebut memberikan “solusi paling praktis untuk menutup kesenjangan
pembelajaran adalah dengan mengajukan pertanyaan” (Dirksen, 2016, hlm. 44).
Selanjutnya, desainer diberi kesempatan untuk mengenal peserta didiknya melalui
observasi, evaluasi, dan scaffolding. Sebuah perbandingan antara pelajar termotivasi dan
tidak termotivasi disediakan. Dalam konteksnya, “peserta didik yang memotivasi didorong
untuk belajar terlepas dari kontennya. Dalam retrospeksi, pelajar yang tidak termotivasi dapat
tetap tidak tertarik sepanjang rentang keseluruhan unit” (Dirksen, 2016, hlm. 53). Konsep
tingkat keterampilan pembelajar ditarik ke dalam percakapan karena perancang konten
didorong untuk menciptakan peluang bagi pembelajar untuk bertindak sebagai guru (Dirksen,
2016, hlm. 66). Agar berhasil merancah pengalaman belajar bagi siswa, perancang didorong
untuk membangun pengetahuan sebelumnya dan saat ini. Pada akhirnya, ini menciptakan
pengalaman belajar baru yang tidak sepenuhnya asing bagi siswa.

Diferensiasi instruksi mempertimbangkan perbedaan instruktur dan peserta didik.


Perancangnya adalah untuk menciptakan kesempatan belajar yang mendukung motivasi dan
minat siswa sambil sepenuhnya menyadari keterbatasan dan biasnya sendiri. Checks and
balances adalah prioritas dengan konsep ini, karena "pengetahuan pelajar dan pendidik akan
membangun pengalaman belajar secara keseluruhan" (Dirksen, 2016, hlm. 82). Sementara
dalam proses menciptakan konten yang seimbang, desainer bergerak maju dengan
menciptakan tujuan pembelajaran. Ada beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan ketika
mendefinisikan tujuan pembelajaran termasuk mengidentifikasi masalah, tujuan, kesenjangan
pembelajaran, dan stamina (Dirksen, 2016, hlm. 102).

Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, perancang menggabungkan elemen memori


dan motivasi untuk menciptakan pelajaran yang dinamis. Dirksen (2016) mengidentifikasi ini
sebagai “penunggang dan gajah” (hal. 192). “Pengendara diidentifikasi sebagai bagian
kontrol impuls otak. Gajah diidentifikasi sebagai bagian dari otak yang tertarik untuk
mendapatkan perhatian dan peristiwa yang dianggap menyenangkan” (Dirksen, 2016, hlm.
192). Teks tersebut menunjukkan bahwa pengendara mempertimbangkan implikasi jangka
panjang dari tindakan mereka sementara gajah 'mengikuti arus.'

Ketika mempertimbangkan gaya belajar siswa, perancang instruksional harus pindah


ke fase pembuatan konten kursus atau desain konten. Dalam fase perjalanan ini, perancang
harus membuat konten yang relevan dengan pengetahuan, keterampilan, motivasi, perilaku,
dan kebiasaan pelajar. Fase pengetahuan pembuatan konten mengurangi kesalahpahaman apa
pun sambil membangun pengetahuan latar belakang. Pembinaan, umpan balik, dan praktik
mengikuti dalam perancangan berdasarkan fase keterampilan. Desain untuk motivasi,
perilaku, dan kebiasaan pelajar saling mempengaruhi dalam proses sebagai perancang
menciptakan konten yang mempromosikan self-efficacy dan membangun kebiasaan belajar
yang sehat melalui konsep motivasi pelajar. “Meningkatkan lingkungan bagi pelajar adalah
tentang membersihkan konten yang tidak berguna dalam pikiran mereka” (Dirksen, 2016, hal.
388). Desainer didorong untuk mengisi pikiran peserta didik mereka dengan informasi yang
berguna yang dapat diterapkan ke dunia nyata dan menghilangkan kesalahpahaman yang
berkaitan dengan konten. Terakhir, pelajar dievaluasi menggunakan metode yang telah
ditentukan yang ditetapkan oleh instruktur. Menurut teks, "perancang mengevaluasi
kemajuan peserta didik melalui penilaian formatif dan sumatif" (Dirksen, 2016, hal. 407).
BAB III

RINGKASAN ISI JURNAL

Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan yang dirumuskan berdasarkan


indicator pencapaian kompetensi dari KD, dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dengan demikian tujuan pembelajaran merupakan pusat orientasi pembelajaran. Oleh
karena itu tujuan pembelajaran merupakan ruhnya pembelajaran yang dijadikan
sebagai target capaian pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak boleh menyimpang dari
tujuan pembelajarang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Tujuan pembelajaran merupakan indicator pembelajaran yang dirumuskan


dengan komponen tambahan Audience(A) atau peserta didik sebagai subyek belajar dan
degree(D) sebagai ukuran minimal capaian target hasil belajar. Rumusan tujuan
pembelajaran secara lengkap mengandung unsur A (Audience), B (Behavior), C
(Condition), dan D (Degree). Condition menggambarkan kondisi pembelajaran yang
direncanakan unttuk dilaksanskan. Behavior adalah kompetensi yang harus dicapai
pesertadidik yang biasa dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional dan selalu diikuti
dengan kata benda sebagai materi yang harus dipelajari peserta didik selama proses belajar
dan harus dicapai sebagai hasil belajar Tingkat ketercapaian hasil belajar garus diukur.

Bedasar hal tersebut, muatan infomasi yang terkandung dalam tujuan


pembelajaran sangat penting dan mendasar sebagai acuan perencangan dan pengembangan
pembelajaran. Seorang guru dihauskan mampu menyusun rancangan pembelajaran
inovatif dalam wujud RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagaimana disebutkan
dalam Permendikbub No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Didasari atas hasil analisis kesesuaian prinsip dan komponen RPP dengan unsur-
unsur pembelajaran inovatif abad 21.Aktivitas analisis tujuan pembelajaran secara kritis
dan cermat diharapkan dapat memberikan efek positif pada peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang,.
BAB III

ANALISIS BUKU

Teks Dirksen (2016) berkaitan dengan perjalanan karir pribadi saya karena saya telah
diantar ke lingkungan pelatihan pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Ketika saya
berpikir tentang mentor pendidikan yang telah meluangkan waktu untuk berhubungan dengan
'gajah' saya, upaya itu tak kenal lelah. Saya memulai karir saya dalam pendidikan anak usia
dini sekitar usia 23 tahun. Dengan itu, rentang perhatian saya sangat pendek di awal karir
saya. Namun, manajer dan supervisor pelatihan saya mencari langkah-langkah kreatif untuk
mendapatkan dan mempertahankan perhatian saya.
Teks ini memungkinkan saya untuk merenungkan karir dan perjalanan pendidikan
saya sendiri. Saya telah memperoleh 85% dari pendidikan perguruan tinggi saya dari jarak
jauh. Sepanjang perjalanan pendidikan saya, saya telah mengalami banyak contoh yang
tercantum dalam teks. Sebagai contoh, lingkungan tempat siswa belajar berperan penting
dalam kemajuan pendidikan mereka. Ketika saya pertama kali menjadi ibu baru, lingkungan
tempat saya belajar sedikit membuat stres, mengingat kebutuhan untuk menangani banyak
tuntutan sekaligus. Meskipun saya dapat menyelesaikan kursus yang diperlukan, tingkat
kesulitannya jauh lebih besar dibandingkan dengan memiliki anak yang lebih besar sekarang.
Satu hal utama yang dapat saya hargai dari mengejar pendidikan tinggi online
termasuk fakta bahwa pelajar selalu dipertimbangkan. Platform pendidikan online telah
memungkinkan saya untuk mendaftar dalam satu kursus setiap enam hingga delapan minggu.
Secara keseluruhan, ini telah menciptakan keseimbangan di depan pekerjaan dan rumah.
Seperti disebutkan dalam teks Dirksen (2016), "perancang dan pelajar menyadari
keterbatasan mereka sendiri" (hal. 82).
Sementara informasi yang diberikan dalam Dirksen (2016) menyoroti bagaimana
desainer instruksional dapat menjangkau dan mengajar semua pelajar. Namun,
pengorganisasian informasi yang disajikan dapat sedikit membingungkan bagi perancang
instruksional baru. Seorang perancang instruksional baru mungkin menanyakan pertanyaan-
pertanyaan berikut: Bagaimana kesenjangan saling mempengaruhi ke dalam setiap strategi
pembelajaran yang diidentifikasi yang disarankan dalam teks? Bagaimana desainer
instruksional menghubungkan pelajaran dengan siswa penyandang disabilitas?
Juga, pembaca akan mendapat manfaat dari teks yang berkaitan dengan ahli teori
pendidikan yang relevan untuk aplikasi praktis di dalam kelas. Untuk praktisi yang mencari
cara untuk mengintegrasikan kesempatan belajar ke dalam kelas, kehadiran konten yang
mengakui pandangan psikologi pendidikan dapat meminjamkan dirinya sebagai sumber daya
tambahan. Pandangan Piaget, Vygotsgy, dan BF Skinner akan memberikan perspektif
tambahan dalam hal pembuatan konten dan kursus.
Untuk lebih memahami integrasi strategi dalam teks, lebih banyak informasi yang
berkaitan dengan penerapan alat yang diperlukan ke dalam berbagai pengaturan pendidikan
akan sangat bermanfaat bagi pembaca. Aplikasi ini mungkin termasuk pengaturan pendidikan
seperti di kelas dan pengaturan teknologi. Terakhir, teks menyebutkan konstruksi tujuan
pembelajaran sebagai "perlu mengidentifikasi masalah apa yang Anda coba pecahkan,
menetapkan tujuan, menentukan kesenjangan antara titik awal dan tujuan, dan memutuskan
seberapa jauh Anda dapat melangkah" (Dirksen, 2016, hal.102). Konstruksi tujuan
pembelajaran gagal untuk mengakui bagaimana secara efektif mengintegrasikan gaya belajar
yang berbeda ke dalam pelajaran. Strategi yang diberikan mencantumkan rincian yang
berkaitan dengan 'titik akhir' atau hasil yang diinginkan. Namun, detail lebih lanjut perlu
diberikan untuk mereka yang memiliki kemampuan berbeda.
Agar sesuai dengan perjalanan profesional saya sendiri, saya akan mengambil
informasi berguna yang diperoleh dalam teks dan menerapkannya ke fase pembuatan konten.
Menggabungkan teks Dirksen (2016) dan kritik saya sendiri terhadap teks tersebut, tujuannya
adalah untuk membuat konten bermanfaat yang memenuhi semua gaya belajar sambil tetap
mengingat hasil yang sama. Memanfaatkan sumber daya yang disediakan dalam teks, ada
nilai yang ditempatkan pada memungkinkan siswa kesempatan untuk "memilih sendiri"
kesempatan belajar mereka. Penelitian menunjukkan “bahwa siswa yang memilih sendiri
pengalaman belajarnya memiliki hasil yang lebih tinggi dalam kaitannya dengan penilaian”
(Adkins dan Guerreiro, 2018). Dalam proses 'seleksi sendiri' tersebut, berbagai sumber daya
teknologi pendidikan akan diberikan kepada peserta didik. Kehadiran teknologi pendidikan
semakin mendiversifikasi pengalaman belajar karena siswa dapat terlibat dalam pengajaran
menggunakan aplikasi dan program perangkat lunak berbasis web dan berbasis komputer
yang berbeda.
Untuk pelajar dewasa, kehadiran alat konferensi video teknologi pendidikan seperti
Zoom, Go-To Meeting, Skype, dan Google Hangouts mendiversifikasi konten untuk pelajar.
Dengan memberikan banyak kesempatan ini kepada siswa, ini selanjutnya memungkinkan
semua pelajar untuk disertakan dalam pelajaran, terlepas dari tingkat keterampilan dan
keberadaan sumber daya teknologi. Sebagai contoh, siswa mungkin memiliki kesempatan
untuk terlibat dalam kesempatan belajar yang memerlukan partisipasi kelompok melalui
penggunaan alat konferensi video.
Dirksen (2016) mengidentifikasi beberapa area yang berperan dalam pembelajaran
siswa termasuk motivasi dan perilaku. Dalam mencari cara untuk membuat konten yang
bermakna bagi pelajar dewasa, saya berencana untuk memanfaatkan konsep yang disediakan
dalam teks bersama dengan sumber daya berbasis penelitian lainnya pada topik yang
berkaitan dengan peluang pelatihan simulasi. Menurut penelitian, “kehadiran pelatihan
berbasis simulasi menghilangkan potensi konflik terkait perilaku dalam lingkungan
pelatihan” (Shernoff, Schalscha, dan Gabbard, 2020). “Pengembangan peluang pelatihan
berbasis simulasi memerlukan pendekatan yang menambahkan elemen grafis, konten, dan
desain instruksional yang memaksimalkan pembelajaran dan transfer” (Shernoff, Schalscha,
dan Gabbard, 2020).
Terakhir, untuk mengatasi kesenjangan pembelajaran yang ada saat ini, kehadiran alat
penilaian yang andal akan membantu dalam proses pengembangan dan fasilitasi konten. Pada
awal pelatihan, siswa akan memiliki kesempatan untuk mengambil bagian dalam penilaian
untuk mengukur pengetahuan saat ini. Setelah modul pelatihan terakhir, siswa akan diberikan
kembali penilaian yang sama untuk mengukur tingkat perolehan pengetahuan yang terjadi
selama pelajaran. Pendekatan ini mempertimbangkan beberapa kesenjangan yang tercantum
dalam teks Dirksen (2016) yang dapat menyebabkan hambatan belajar siswa.
Abalisis terhadapkomponen kondisi yang tercantum dalam rumusan tujuan
pembelajara mengisaratkan janji dan jaminan kualitas yang direncanakan guru dalam
RPP untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan
sumber, bahan ajar, dan media pembelajaran yang akan digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran.
Ada kalanya rumusan tujuan ini sudah tersedia dalam silabus, namun ada
kalanya hanya tersedia rumusan indikatornya saja, maka kita saat melakukan analisis seperti
ini perlu melakukan reformulasi tujuan dengan menambahkan/meningkatkan kualitas kondisi
pembelajaran yang kita janjikan dengan memperhatikan tuntutan kebutuhan dan
kualitas pembelajaran yang inovativ, interaktif, dan sesuai pembelajaran abad 21. Analisis
Komponen Behavior mencermati tingkat kompetensi awal (entry behavior) yang dimiliki
peserta didik dan kompetensi akhir harus dicapai peserta didik. dengan demikian analisis
terhadap komponen ini menunjukkan pada kita adanya kesenjangan kondisi kompetensi yang
kita jadikan dasar merancang dan mengembangkan strategi dan aktivitas pembelajaran
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Janawi. 2019. Memahami Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. Vol. 6,.
No. 2, 2019, Hal. 68 – 79.
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/tar/article/view/1236/457 .

Fanani Achmad. 2021. Proses Dan Kebermanfaatan Analisis Tujuan, Pembelajaran.SNHRP-


III 2021. https://snhrp.unipasby.ac.id/prosiding/index.php/snhrp/article/view/204/170

Anda mungkin juga menyukai