Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Bisnis
Dosen Pengampu: Kusuma Wijaya, S.E., M.Ak

Disusun Oleh :
Atina Amaliana (3421007)
Ayu Diah Amelia (3421015)

Semester IV

FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
ITS NU PEKALONGAN
TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas kelompok untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia pendidikan.

Pekalongan, 4 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 2

BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Komunikasi AntarPribadi ............................................................................. 3

B. Tujuan Komunikasi AntarPribadi ................................................................................... 3

C. Gaya Kepemimpinan ...................................................................................................... 5

D. Kebutuhan Manusia ...................................................................................................... 10

BAB III .................................................................................................................................... 12


PENUTUP................................................................................................................................ 12
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi
dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan
manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar
manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Manusia
memerlukan kehidupan sosial, kehidupan bermasyarakat. Sebagian besarinteraksi manusia
berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi). Proses
komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan khususnya yang menyangkut komunikasi antara
pimpinan dan bawahan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang
efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan karyawan yang memuaskan yang
dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif.

Hubungan atasan dan bawahan merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar
hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan.
Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan, kepuasan,keterlibatan,
tingginya harapan merupakan gambaran iklim perusahaan yang ideal. Tujuan utama dari
komunikasi antara atasan dengan bawahan adalah mengidentifikasi, menciptakandan menjalin
hubungan timbal balik yang menguntungkan antara pimpinan dengan bawahan. Komunikasi
yang efektif ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan dan
karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi antarpribadi yang efektif.
begutu juga dengan sebaliknya perlunya komunikasi yang bersifat verbal dan non verbal
dimana komunikasi verbal yang sifatnya jelas dan ringkas, memiliki perbendaharaan kata-kata,
dan memberi kesempatan berbicara bagi bawahan. Komunikasi non verval yang sifatnya setiap
bawahan perlu memiliki penampilan personal, memiliki intonasi bahasa yang baik serta
eksperesi wajah. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir rasa
saling tidak percaya, kecurigaan di lingkungan kerja. komunikasi yang baik merupakan
mediator dalam proses keriasama dan transformasi informasi dalam mendukung kemajuan
organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis,rasa
tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki organisasi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Komunikasi AntarPribadi?
2. Apa saja Tujuan Komunikasi AntarPribadi?
3. Bagaimana Gaya Kepemimpinan Komunikasi AntarPribadi?
4. Bagaimana Kebutuhan Manusia terhadap Komunikasi AntarPribadi?
C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Komunikasi AntarPribadi?

2. Mengetahui Tujuan Komunikasi AntarPribadi?

3. Mengetahui Gaya Kepemimpinan Komunikasi AntarPribadi?

4. Mengetahui Kebutuhan Manusia terhadap Komunikasi AntarPribadi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi AntarPribadi


Setiap individu dalam suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) dalam
kehidupan sehari-harinya tidak dapat dilepaskan dengan dunia komunikasi. Salah satu
jenis komunikasi komunikasi antar pribadi (interpersonal communications). Yang
dimaksud komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara
seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisis maupun
nonbisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah
dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu
diperhatikan, antara lain :
a. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
b. Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap
muka (face to face).
c. Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan
bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.
d. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunikasi
terjadi dalam suatu masyarakat dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila
komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.

Didalam suatu masyarakat, komunikasi antar pribadi merupakan bentuk


komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk
mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam suatu organisasi
(bisnis dan nonbisnis), komunikasi antar pribadi atau antar individu merupakan
kominikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan
yang satu dengan karyawan yang lain dengan mengunakan media tertentu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

B. Tujuan Komunikasi AntarPribadi


Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan
tertentu, termasuk di dalamnya komunikasi antarpribadi. Ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai dalam komunikasi antarpribadi, antara lain:

3
1. Menyampailan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki
berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu di antaranya adalah untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui
sesuatu. Sebagai contoh, seseorang menyampaikan informasi kepada temannya
bahwa akan diselenggarakan pameran elektronik pada tanggal 2 hingga 14 Mei
2005 di Gedung Wisata Duta Surakarta. Mengapa pesan tersebut perlu disampaikan
kepada orang lain (temannya), salah satu alasannya adalah bahwa temannya
tersebut adalah salah seorang penggemar dunia elektronik, sehingga sangatlah
sayang kalua kesempatan langka tersebut tidak disampaikan kepadanya. Contoh
yang lain adalah ketika seseorang menyampaikan informasi kepada teman sejawat
(sekantor) tentang rencana bersepeda santai ke obyek wisata Tawangmangu
sekaligus untuk menyegarkan pikiran.
2. Berbagi Pengalaman
Selain menyampaikan informasi, komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan
untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal
yang menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/ menyusahkan. Saling
berbagi rasa ini pada umumnya tidak disampaikan kepada setiap orang, tetapi hanya
kepada seseorang yang dapat dipercaya atau teman dekatnya saja. Ketika terpilih
menjadi salah satu pemenang Kontes Kreativitas 2005 misalnya, maka seseorang
dapat berbagi pengalaman yang sangat berharga dengan orang lain tentang proses
menuju sukses. Sebaliknya, ketika sedang ditimpa suatu musibah, maka seseorang
juga dapat saling berbagi pengalaman pahitnya kehidupan tersebut dengan orang
lain atau teman dekatnya.
3. Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang
muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban
derita, musibah, kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain.
Komunikasi dapat juga digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang
kepada orang lain. Berbagai cara untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang
kepada orang lain antara lain dapat dilakukan dalam bentuk dukungan moril,
bantuan dana, obat-obatan, aneka barang kebutuhan pokok, perlengkapan rumah,
perlengkapan penerangan, bahan bangunan, dan menjadi sukarelawan. Sebagai
contoh, seorang karyawan suatu perusahaan dapat menunjukkan rasa simpatinya
4
dengan memberikan dukungan moril dan finansial kepada teman-teman lainnya
yang sedang berusaha menuntut hak-hak mereka kepada pihak manajemen
perusahaan yang dilakukan dengan cara berunjuk rasa dengan cara yang simpatik,
cara-cara yang baik (tidak anarkis). Contoh yang lain, seorang karyawan suatu
perusahaan dapat menunjukkan rasa simpatinya kepada teman sejawat yang sedang
ditimpa musibah dengan cara mengunjungi rumannya atau bersilaturahmi dengan
memberikan bantuan sejumiah uang untuk membantu mengurangi beban biaya
pengobatan temannya. Rasa simpati juga dapat diwujudkan dalam bentuk yang
berbeda, yaitu menjadi sukarelawan di daerah yang sedang ditimpa musibah atau
bencana. Masih segar dalam ingatan kita mengalimya rasa simpati yang luar biasa
dari masyarakat indonesia dan masyarakat internasional berkaitan dengan
terjadinga musibah gempa dan badai Tsunami yang menimpa masyarakat di
Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara pada hari Minggu 26
Desember 2004 yang menelan korban harta dan jwa manusia dalam jumiah yang
besar. Rasa simpati tumbuh dari lubuk hati yang paling dalam dari siapa saja tampa
melihat asal-usul suku, agama, daerah, negara, maupun golongan.
4. Melakukan Kerja Sama
Tujuan komunikasi antarpribadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerja
sama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sebagai contoh,
seseorang melakukan kerja sama atau saling membantu antara seseorang dengan
orang lain di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Adanya kerja sama
yang baik antara seseorang dengan orang lain tersebut akan semakin mempermudah
dan mempercepat penyelesaian suatu pekerjaan.
5. Menceritakan Kekecewaan atau Kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan
rasa kecewa atau kekesalan kepada orang lain. Pengungkapan segala bentuk
kekecewaan atau kekesalan secara tepat secara tidak langsung akan dapat
mengurangi beban pikiran. Dalam bahasa Jawa, orang yang sudah dapat
mengungkap-kan isi hatinya kepada orang lain yang dianggap dapat membantu
memberikan solusi, akan merasa "plong" atau lega, seperti tidak ada beban pikiran
dalam dirinya. Oleh karena itu, sering kali kita mendengar saran (nasihat) para
orang tua atau sesepuh bahwa kalau seseorang sedang menghadapi suatu
permasalahan sebaikya jangan disimpan di hati tetapi dapat disampaikan ("curhat”)
5
kepada orang lain secara tepat dan meminta saran bagi pemecahan masalah yang
dihadapi. Apabila setiap permasalahan yang ada disimpan sendiri, beban pikiran
yang ditanggung akan semakin berat dan semakin mempersulit dirinya.
Selanjutnya, kalau seseorang beban pikirannya semakin berat, bukan tidak mustahil
kalau ujung-ujungnya mengarah pada sakit kejiwaan atau stres. Komunikasi
antarpribadi tersebut bukan saja merupakan cara untuk mencurahkan isi hati, tetapi
juga merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi masalah yang
dihadapi.
6. Menumbuhkan Motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuat dari dalam
diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk
melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan berbagai cara, seperti
pemberian insentif yang bersifat finansial maupun nonfinansial, seperti pemberian
pengakuan atas prestasi kerianya, dan memberikan penghargaan kepada orang lain.

C. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarya menpakan suatu cara bagaimana pemimpin
mempengarahi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya dengan
caracara tertentu, sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya secara
efektif dan efisien. Dalam dunia bisnis, penerapan gaya kepemimpinan (leadership
style) seseorang akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaka bawahanaya (para
karyawan/ pegawai) dalam melakukan pekerjaan mereka. Kepemimpinan dalam
organisasi terjadi karena adanya interaisi antara tiga komponen penting yaitu manajer,
karyawan, dan situasi atau kondisi lingkungan kerja tertentu. Salah satu teori yang
mampu memberikan gambaran gaya kepemimpinan seseorang adalah Teori X dan Y.
Selain Teori X dan Y, dalam subbab ini juga dibalas empat gaya kepemimpinan
menurut Ludlow dan Panton, gava kepemimpinan situasional, dan beberapa komponen
penting dalam kepemimpinan inti (core leadership) yang perlu dimilik oleh seorang
manajer suatu organisasi baik bisnis maupun nonbisnis.
1. Teori X dan Y

6
Salah satu model perilaku kepemimpinan adalah Teori X dan Y yang
dikemukakan oleh Douglas McGregor. Teori X dan Y didasarkan pada berbagai asumsi
tentang para karyawan/pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Berbagai asumsi
vang mendasari Teori X dan Y adalah ;

Teori X Teori Y

❖ Karyawan cenderung tidak suka ❖ Karyawan suka bekerja.


bekerja, kalau mungkin ❖ Karyawan yang memiliki komitmen
menghindarinya. pada tujuan organisasi akan dapat
❖ Karyawan selalu ingin diarahkan. mengarahkan dan mengendalikan
❖ Manager harus selalu mengawasi dirinya sendiri.
kerja. ❖ Karyawan belajar untuk menerima
bahkan mencari tanggung jawab saat
bekerja.

Asumsi yang dikembangkan dalam Teori X pada dasarya cenderung negatif dan
gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya
kepemimpinan petunjuk (directive leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk.
sangatlah tepat diterapian manakala karyawan yang menjadi bawahannya tersebut
cenderung pasif, malas bekerja, tidak kreatif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, peran
pengarahan yang dilakakan oleh manajer suatu organisani menjadi sangatlah dominan
dan penting bagi kemajuan organisasinya tersebut. Tapa arahan yang jelas dan baik,
kinerja karyawan akan buruk, tugas-tugas pekerjaan yang dibehankan tidak dapat
diselesaikan tepat waktu, atau kualitas penyelesaian pekerjaannya

Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dengan para
karyawannya cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu komunikasi dari manajer
ke bawahan. Sumber komunikasi lebih didominasi dari manajer, sehingga bawahan
cenderung hanya mengiyakan, tidak punya inisiatif, dan tinggal melaksanakan saja
tanpa memahami apa maksud dan tujuan atas latar belakang pelaksanann tugas tersebut.

Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam Teori Y pada dasarnya


cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkannya adalah gaya
kepemimpinan partisipatif . Dalam Teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung

7
berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki semangat karja yang tinggi,
tidak malas bekerja, ingin kerja mandiri, dan memiliki komitmen yang tinggi dalam
mencapai tujuan suatu organisasi. Di samping itu, karyawan juga memililh
kecenderungan untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap
pekerjaan yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang diterapkan
dalam situasi tersebut adalah gaya kapemimpinan partisipatif di mana para karyawan
dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam gaya kepemimpinan
partisipatif tersebut, komunikasi yang dikembangkan antara manager dan bawahan
adalah komunikasi dua Arah. Manajer juga memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk menyampaikan ide atau gagasannya (masukan), yang sangat berharga bagi
pengembangan suata organisasi.

Ringkasnya, dalam Teori X dan Y Douglas McGregor berusaha


mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana
gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkurgan kerja yang
berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut
dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.

2. Empat Gaya Kepemimpinan

Apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi, maka


kamunikasi antarpribadi yaitu manager dan bawahan (karyawan) harus tetap terjaga
dengan baik. Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan
(leadership style) yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda,
antara lain: pengarahan (directing) pembekalan (coaching), dukungan (supporting) dan
pendelegasian (delegating)

a. Pengarahan
Gaya kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam
menjalankan suatu tugas tertentu. Di samping itu, tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan juga cenderung kampleks dan rumit. Oleh karena itu, seorang manager
harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus
dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus dapat
diselesaikan.
b. Pembekalan

8
Gaya kepemimpinan pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam
meyelesaikan pekerjaan. Di samping itu, para karyawan memiliki motivasi yang
cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Dalam hal ini, seorang
manajer perlu juga memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas dan
pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para karyawan.
c. Dukungan
Gaya kepemimpinan dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manger. Dalam hal ini
seorang manajer lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan
memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari para karyawan yang sangat
berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
d. Pendelegasian
Gaya kepemimpinan pendelagasian (delegating) tepat digunakan pada situasi
dan kondisi di mana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas
pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima
pendelegasian tugas dari seorang manajer. Meskipun teah mendelegasikan sebagian
tugas pekerjaannya, seorang manager juga harus tetap melakukan pemantauan
(monitoring) atas kinerja para karyawanmya, untuk memastikan bahwa mereka
tetap berada pada jalur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Gaya Kepemimpinan Situasional
Di dalam praktiknya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
manager suatu organisasi (bisnis dan nonbisnis) dapat saja berubah seiring dengan
perubahan dinamika yang berkembang dalam diri para karyawan. Sebagaimana
diketahui, para karyawan termasuk salah sata komponen dalam lingkungan
organisasi yang dinamis dan bukan statis. Para karyawan yang pada awalnya tidak
memiliki kemampuan kerja apa-apa masih memerlukan bimbingan kerja, tetapi
karena ketekunan dan keuletan mereka bekeria, peda suatu saat tertentu mereka
telah memiliki kemampuan yang baik tentang bagaimana menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya dengan baik. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang telah dipilih
dalam suatu situasi dan kondisi tertentu barangkali tepat diterapkan pada saat itu,
tetapi jika situasi dan kondisi yang telah berubah, gaya kepemimpinan yang
diterapkan juga dapat berubah. Gaya kepemimpinan seperti itu adalah gaya
9
kepemimpinan situasional (situational leadership), sebagaimana dikemukakan oleh
Harsey dan Blanchard. Ada tiga kerampuan/keterampilan penting yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional tersebut, antara lain:
a. Keterampilan Analitis
Keterampilan analitis (analytical skills) merupakan keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi atau penilaian
kinerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Seorang
manajer harus dapat mengevaluasi apakah kinerja bawahan semakin baik atau
semakin buruk dibandingkan dengan kinerja sebelumnya. Kalau kinerja
karyawan cenderung menurun, maka seorang manajer juga harus mampu
memberikan dorongan atau motivasi yang tepat agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan baik.
b. Keterampilan Fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadang kala diterapkan secara kaku,
tetapi dapat juga diterapkan secara luwes tergantung pada situasi dan kondisi
yang ada. Keterampilan Fleksibilitas (flexibility skills) merupakan
keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan gaya
kepemimpinan dalam situasi dan kandisi yang tepat berdasarkan hasil analisis
yang tepat pula. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda, maka gaya
kepemimpinan yang diterapkan dapat berbeda. Sebagal contoh, jika pada
awalnya seorang manajer menerapkan gaya kapemimpinan directing,
perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa semangat kerja karyawan
menjadi semakin baik, rasa tanggung jawab mulai tumbuh, dan mereka dapat
bekerja secara mandiri, sehingga dapat diterapkan gaya kepemimpinan
delegating.
c. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi (communication skills) merupakan
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk menyampaikan
ide atau gagasan nya kepada bawahan, termasuk bagaimana ia harus
menjelaskan perubahan gaya kepemimpinan nya kepada bawahannya. Yang
terpenting adalah bagaimana mengkomunikasikan ide atau gagasan tersebut
dengan jelas dan mudah dipahamidengan baik oleh karyawan, sehingga dapat
dihindarkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

10
4. Kepemimpinan Inti
Dalam suatu lingkungan kerja yang selalu dinamis, gaya kepemimpinan yang
di terapkan juga akan berbeda. Oleh karenanya, seorang manajer yang efektif harus
dapat memahani dengan baik, dan tepat bagaimana kondisi lingkungan kerja yang
ada, termasuk latar belakang para karyawan yang ada dalam suata organisasi
tersebut.
Menurut Hellriegel dan Slocum, seorang manajer yang dinamis harus memiliki
lima kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti (core leadership
skills) yaitu pemberdayaan, intuisi, pemahaman diri, visi, dan nilai kesesuaian.
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan kemampuan seorang manajer
untuk berbagi pengaruh dan kendali dengan para karyawannya. Dalam hai ini
seorang manajer dapat memberdayakan para karyawan untuk terlibat. Secara
langsung dalam suatu proses pengambilan keputusan bagi pencapaian tujuan
suatu organisasi.
b. Intuisi
Dalam dunia bisnis praktis, sering kali para pelaku bisnis menggunakan
intuisi yang dimilikinya bagi pengambilan suatu keputusan strategis. Menurut
Griffin (2002), intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai
sesuatu tanpa pertimbangan sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan
sesuatu hanya karena "rasanya benar" atau karena firasat. Namun kemampuan
ini tidaklah datang begitu saja. Kemampuan ini lebih didasarkan pada
pengalaman dan praktik selama bertahun-tahun dalam membuat keputusan di
dalam situasi serupa. Firasat kadang-kadang dapat membantu manajer membuat
keputusan tanpa melalui urutan langkah yang rasional. Hasilnya adalah
kemampuan untuk memahami situasi secara tepat dan mengantisipasi terjadinya
perubaham keberanian mengambil risiko, dan sekaligus bagaimana
membaangun kepercayaan pada orang lain. la harus mampu bergerak cepat
dalam memberikan pelayanan yang baru, bagaimana menemukan keunggulan
bersaing, dan bagaimana mengeksplorasi kekuatan yang dimilikinya. Tentu saja
semua manajer, terutama yang belum berpengalaman, seharusnya berhati-hati
untuk tidak bergantung terlalu banyak pada intuisi. Jika rasionalitas dan logika
terus dikalahkam dengan "apa yang terasa benar", besar kemungkinan akan
terjadi bencana pada suatu hari.
11
c. Pemahaman Diri
Pemahaman diri sendiri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk
mengenal diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahannya. Seorang manajer
harus mampu menilai apa saja kekuatan yang dimilikinya dan juga kelemahan
yang ada pada dirinya. Kemampuan memahami diri yang baik akan
membantunya dalam mengembangkan diri di masa depan. Kekuatan yang ada
pada diri seseorang dapat senantiasa dikembangkan, sementara kelemahan yang
ada pada diri sendiri secara bertahap dapat diatasi dengan cara belajar dan
berlatih.
d. Visi
Secara umum, visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada
situasi yang berbeda dan situasi yang lebih baik dengan cara bagaimana
mancapainya. Sebagai contoh. visi yang dikembangkan oleh Jan Carlzon, CEO
sebuah perusahaan penerbangan SAS (Scandinavian Airline System) yang ingin
menjadikan SAS sebagai sebuah perusahaan penerbangan terbaik dunia bagi
para pelaku bisnis. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, diperlukan
komitmen yang tinggi baik bagi karyawan, manajer, dan pemegang saham.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melibatkan para karyasan untuk
memberikan masukan yang sangat berharga dalam perbaikan yang terus
menerus bagi pencapaian visinya.
e. Kesesuaian Nilai
Kesesuaian nilai merupakan kemampuan untuk memahami dan
memadukan prinsip-prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawan.
Ketidaksesuaian antara keduanya akan berdampak pada terganggunya
kelancaran kegiatan operasional suatu organisasi perusahaan. Kegiatan
pemogokan, unjuk rasa (demo) yang dilakukan oleh para karyawaa suatu
organisasi perusahaan terjadi karena perbedaan antara nilai-nilai yang
dikembangkan oleh manajer orgarisasi perusahaan dengan para karyawan.
Permasalahan dapat diselesaikan dengan baik ketika ada negoisasi di antara
keduanya.

12
D. Kebutuhan Manusia
Setiap orang tentu saja memiliki berbagai macam kebutuhan hidup dan
kehidupan yang berbeda, mulai dari kebutuhan dasar manusia hingga kebutuhan yang
tergolong kebutuhan mewah. Oleh karena itu, munculah berbagai macam teori yang
mencoba mengupas secara tuntas fenomena tentang aneka kebutuhan hidup manusia
tersebut.

1. Teori Hierarki Kebutuhan


Abraham Maslow yang terkenal dengan Teori Hierarki/Jenjang Kebutuhan
menyatakan bahwa, manusia pada dasarnya memiliki lima kebutuhan yang
bertingkat-tingkat mulai dari kebutuhan yang paling dasar (asasi) sampai pada
kebutuhan aktualisasi diri. Menurut teori ini, untuk menuju pada jenjang kebutuhan
yang lebih tinggi seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan yang ada di tingkat
bawahaya. Teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow secara
lengkap adalah sebagai berikut.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama
bagi mempertahankan hidup dan kehidupan manusia, misalnya kebutuhan akan
makan, minum, pakaian, dan perumahan (tempat tinggal). Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling dasar dan setiap manusia
memerlukannya tanpa kecuali. Oleh karenanya, kebutuhan fisiologis harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan lainnya dapat dipenuhi.
b. Kebutuhan Keamanan
Setelah kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi, maka manusia
berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan
rasa aman dan nyaman, selamat dari segala macam marabahaya yang akan
menimpa manusia. Kebutuhan ini sangat diperlukan, karena tanpa adanya rasa
aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai
kegiatan hidupnya. Contoh sederhana, orang merasa tidak aman dan tidak
nyaman ketika terjadi kerusuhan, pertikaian, pembakaran, dan penjarahan
pusat-pusat pertokoan sebagaimana pernah terjadi di berbagai kota di Indonesia,
sehingga tidak dapat melakukan berbagai kegiatan produktif di masyarakat.

13
c. Kebutuhan Sosial
Jenjang ketiga dalam teori Abraham Maslow adalah kebutuhan. Pada
dasarnya, kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan kermasyarakatan,
bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain di dalam suatu kehidupan
bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan
dengan orang lain. Di manapun, kita berada, baik di kota maupun di desa, hüdup
dalam kebersamaan, kegotongroyongan saling membantu antara yang satu
dengan yang lain merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan.
d. Kebutuhan Status
Selain pemenuhan akan kebutuhan dasar, manusia juga ingin memenuhi
kebutuhan akan status dirinya. Kebutuhan manusia akan status (status needs)
berkaitan dengan pengakuan, penghargaan, kedudukan dan tingkatan sosial di
masyarakat. Manusia ingin diakui, dihargai, dan dinilai segala kegiatannya di
dalam bermasyarakat. Seorang warga masyarakat yang ingin diangkat sebagai
seorang bupati atau walikota di suatu daerah merupakan salah satu contoh
kebutuhan akan status. Status seseorang dalam suatu masyarakat dapat diukur
dari tingkat keimanannya, kebangsawanannya, keilmuannya, jabatannya, atau
kekayaannya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan yang
tertinggi menurut Abraham Maslow. Dalam hai ini yang ditekankan adalah
bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai
kegiatan yang mampu menumbuhkan suatu kreativitas, inovasi-inovasi baru,
maupun mampu menunjukkan sikap kearifan dan kebijaksanaan dalam
mengambil suatu keputusan-keputusan penting dalam suatu organisasi.

2. Teori Dua-Faktor
Teori Dua-Faktor yang dikemukakan oleh Herzberg pada dasarnya merupakan
pengembangan dari teori kebutuhan berjenjang dari Abraham Maslow. Dalam
menunaikan tugas/pekerjaan nya, karyawan sangat dipengaruhi oleh dua faktor
penting, yaitu faktor dissatisfiers/hygie dan faktor motivator. Faktor ketidakpuasan
dan Faktor kesehatan merupakan faktor yang mempertahankan/menjaga tingkat
motivasi kerja karyawan jika faktor tersebut diberikan secara tepat. Jika faktor

14
kesehatan diberikan tidak tepat justru akan berdampak pada menurunnya semangat
atau motivasi kerja kerja karyawan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lain baik yang terjadi dalam
suatu masyarakat umum maupun dalam suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis.
namun dalam hal ini komunikasi antarpribadi lebih difokuskan pada komunikasi yang
ada dalam suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis yaitu antara manajer dengan
karyawan atau pegawai. Komunikasi antarpribadi memiliki bermacam-macam tujuan,
antara lain: untuk menyampaikan informasi, berbagi pengalaman, melakukan kerja
sama, memotivasi, menumbuhkan simpati, dan melampiaskan kekecewaan dan
kekesalan kepada orang lain.
Dalam komunikasi antarpribadi suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis tidak
dapat dilepaskan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer.
Dalam komunikasi antarpribadi juga perlu dipahami tentang bagaimana kebutuhan
hidup manusia yang melakukan interaksi antarpribadi tersebut. Sebagaimana diketahui
bahwa kebutuhan manusia sangatlah bervariasi. Untuk memahami bagaimana
kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam tersebut, maka munculah berbagai
penelitian yang dilakukan para ahli sehingga menghasilkan suatu teori, misalnya teori
tentang hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, teori Dua-Faktor
yang dikemukakan oleh Herzberg. Ketika komunikasi antarpribadi terjadi, maka
mendengarkan memiliki peran yang sangat penting bagi tercapainya suatu pemanaman
yang benar dalam satu percakapan dengan orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai