Anda di halaman 1dari 16

BAB 2 EJAAN BHS.

INDONESIA
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam
tataran wacana.
Penulisan ejaan yang diatur dalam buku “Ejaan Bhs Ind (EBI):
B. Kaidah Penempatan
1.
Ejaan dalam Penulisan
Pemakaianadalah:
Disempurnakan" abjad, huruf vokal, konsonan, dan abjad

2. Persukuan, yaitu pemisahan suku kata


4. Penulisan huruf miring
3. Penulisan huruf besar
5. Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan

kata
6. Penulisan angka dan lambang bilangan

7. Penempatan tanda baca atau pungtuasi


C. Pemakaian Huruf Kapital

•Awal kalimat •Petikan langsung •Ungkapan nama •Gelar •Jabatan atau


Contoh: Contoh: Contoh: Tuhan Contoh: Conto: Pangkat
Presiden Joko
Ibu bertanya yang Maha Haji Agus
Kamu hebat Salim Widodo
“Apa kabar, Esa
Nak?” Ir. Soekarno

Nama bangsa, Lembaga


Nama Geografi Panggilan Kata ganti Anda
suku, bahasa pemerintahan atau Ckoenkteorhab: Contoh:
Contoh: dCooknutomhe:n atan “Kapan
Contoh: Uang Anda telah
Bahasa Indonesia resmi: Mahkamah Bapak pergi?”
Benua kami terima.
Amerika Agung Undang- Tanya Ibu.
Undang Dasar

D. Huruf
Miring
1. Huruf miring dalam cetakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar. Contoh: Koran Kompas

Huruf miringHuruf
Contoh: dalam cetakan
pertama dipakai
kata tahununtuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
adalah
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava.
E. Penulisan Kata
1. Kata dasar Kata yang ditulis sebagai satu kesatuan tanpa prefiks dan sufiks. Contoh: panggil.
2. Kata turunan Kata yang mendapat awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan kata.
Contoh: melihat, bertepuk tangan, dan menandatangani.
3. Bentuk ulang Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda petik. Contoh: kura-kura.
4. Gabungan kata  Gabungan kata lazim, termasuk istilah khusus penulisan dipisah. Contoh: mata
pencaharian.
 Gabungan kata yang penulisannya menggunakan tanda hubung. Contoh: anak-istri saya.
 Gabungan kata yang ditulis serangkai. Contoh: Acapakali
5. Kata ganti ku, kau, Kata ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ku, mu, dan nya ditulis
mu, dan nya serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Saya pergi dengannya.
6. Kata depan di, ke, Ditulis terpisah kecuali kata yang sudah lazim (kepada atau daripada). Contoh: Saya pergi dari
dan dari Aceh.
7. Partikel  -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Duduklah.
 pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
 per yang memiliki arti ‘mulai’ atau ‘tiap’ ditulis terpisah
8. Singkatan dan Singkatan: nama atau gelar, organisasi atau lembaga, singkatan umum, serta lambang kimia.
Akronim Contoh: Moh. Hatta; PDGRI (Persatuan Dokter Gigi Repubilik Indonesia)
Akronim: gabungan suku kata. Contoh: PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia)
 Untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Contoh: angka romawi I, II, III, IV
9. Angka
 Untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, satuan waktu, nilai uang, dan
kuantitas. Contoh: 0,5 meter; 82 ton
 Untuk menomori bagian karangan dan kitab suci. Contoh: Bab XII, Pasal 8. halaman 23
10. Lambang bilangan  Yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf. Contoh: Saya membeli tiga potong kue.
 Jika beberapa lambang digunakan berurutan atau lebih dari dua kata maka penulisan
dilakukan dengan angka. Contoh: Terdapat 22 pemain sepak bola di lapangan
tersebut.
 Terdapat pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh: Sebelas polisi telah dikerahkan untuk mengurus kasus tersebut.
 Untuk menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian agar lebih
mudah. Contoh: Mobil itu memiliki harga 470 juta rupiah.

F. Penulisan Unsur Serapan


Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Menu
G. Pemakaian Tanda Baca
Tanda Baca Penggunaan
1. Tanda titik (.)  Akhir kalimat yang bukan pertanyaan/ seruan. Contoh:
Ibu membeli telur.
 Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan. Contoh:
1. tanda baca; 2. tanda seru
 Memisahkan jam, menit, dan detik. Contoh: Saat ini pukul
15.38.29 WIB
 Di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka. Contoh: Kosasih. Ketatabahasaan
dan kesustraan. Bandung
 Memisahkan ribuan atau kelipatannya. Contoh: 2.400.000
2. tanda koma(,)  Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian. Contoh:
Dalam akuntansi terdapat tiga unsur penting yaitu,
harta, utang, dan modal.
 Memisahkan kalimat yang setara dan didahului kata
seperti tetapi atau melainkan. Contoh: Saya ingin
mengerjakan tugas, tetapi saya masih sakit.
 Memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat (anak
kalimat di awal. Contoh: Karena baik hati, dia
mempunyai banyak teman.
 Di antara nama dan alamat, tempat dan tanggal,
nama tempat dan wilayah yang ditulis secara
berurutan.
Tanda Baca Penggunaan
 Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
 Di antara nama orang dan gelar akademiknya. Contoh:
R. Ratulangi, S.E.
 Pada angka decimal. Contoh: 0,25
 Memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. Contoh: Komaidi, Didik. 2011.
Pengantar filsafat Politik Kontemporer. Yogyakarta:
3. Tanda titik dua (:) Pustaka Pelajar.
 Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
pemerian. Contoh: Kita memerlukan perlengkapan
memasak: wajan, spatula, panci, dan penyaring.
 Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contoh: Presiden: Joko Widodo; Wakil
Presiden: Mahruf Amin
 Dalam teks drama sesudah nama tokoh dalam
percakapan. Contoh: Tomo: “Saya ingin makan.”
 Dalam jilid atau nomor halaman, di antara bab dan ayat
dalam kitab suci dan di antara judul dan anak judul
4. Tanda titik koma suatu karangan. Contoh: Al-Baqarah:104
(;)  Memisahkan kalimat yang setara. Contoh: Kakak
membaca buku di kamarnya; Adik menonton TV di ruang
tamu.
 Pengganti kata penghubung dalam kalimat majemuk.
Contoh: Wawan tidak menyukai futsal karena tidak handal
menggunakan kakinya; Galan tidak menyukai basket
karena terlalu banyak menggunakan tangan.
Tanda Baca Penggunaan
5. Tanda titik-titik/ellips(…)  Dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh: Hmm . .
. aku juga bingung dengan tingkahnya.
 Menunjukan dalam suatu kalimat ada bagian yang
dihilangkan. Contoh: Makanan-makanan berformalin
… supaya tidak beredar lagi di pasaran.
6. Tanda hubung (-)  Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.
 Menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:
kupu- kupu
 Menyambung huruf kata yang dieja. Contoh: b-a-h-a-s-a
 Merangkai se- dengan kata berikutnya; ke- dengan
angka; angkan dengan –an. Contoh: se-Jawa Barat;
buku 2000-an
 Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
bahasa asing. Contoh: di-recall
7. Tanda tanya (?)  Pada akhir kalimat tanya. Contoh: Dimana rumahmu?
8. Tanda Pisah (—)  Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Contoh:
 Di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai
ke’ atau ‘sampai dengan’ Contoh: Saya belajar dari
pukul 19.00—22.00.
9. Tanda Seru (!)  Pada kalimat perintah atau menyatakan emosi yang
kuat. Contoh: Segera kerjakan tugasmu itu!
Tanda Baca Penggunaan
10. Tanda Kurung ((  Mengapit tambahan keterangan. Contoh: DPR
)) (Dewan Perwakilan Rakyat)
 Mengapit huruf atau kata yang dapat dihilangkan
di dalam teks.
 Mengapit angka atau huruf yang merinci suatu
keterangan.
11. Tanda Kurung Siku ([ ])  Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung. Contoh: Persamaan dari
metode pembelajaran itu (perbedaannya [lihat
halaman 20-23] begitu signifikan) memberikan output
yang kurang lebih tetap sama dengan tujuan awal.
12. Tanda petik (“)  Mengapit petikan langsung dari pembicaraan
dan naskah. Contoh: Ibu bertanya “Dimana
kakakmu sekarang?”
 Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat.
 Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
13. Tanda petik tunggal (‘)  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
 Mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
14. Tanda garis miring (/)  Pengganti kata atau; tiap. Contoh: Pembelian
harta/aktiva tetap pada awal periode.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof  Menunjukan penghilangan bagian kata atau
(`) bagian angka tahun. Contoh: UUD ‘45
H. Penggunaan Spasi
Setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya) harus ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
Contoh: Ayah memesan tiga ratus ekor ayam, tetapi yang datang hanya seratus ekor ayam.

I. Penggunaan Garis Bawah Satu


Penggunan garis bawah satu digunakan pada:
Anak bab dan subnya,
kata asing dan kata daerah
Judul buku, majalah, surat kabar (yang dikutip)
Kata asing atau daerah.
Contoh: Nama ilmiah dari jambu biji adalah psidium guajava

J . Pelaekumkaen pnemgegngagalalannkaKta,ahatraus lah membubuhkan tanda hubung (-) yang


Sa at m

dibubuhkan di pinggir
ujung baris. Berikut ini penyukuan yang sesuai dengan PUEBI.
1. Di tengah terdapat vokal yang berurutan, dilakukan di antara kedua vokal. Contoh: mema-afkan
2. Di tengah tedapat konsonan, dilakukan sebelum konsonan tersebut. Contoh: ter-kenal
3. Di tengah terdapat dua konsonan yang berurutan, dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contoh: hid-roponik
4. Di tengah terdapat tiga konsonan yang berurutan, dilakukan di antara konsonan pertama dan
kedua. Contoh: in-stitut
5. Jika kata berimbuhan atau berpartikel dipenggal, dilakukan pemisahan imbuhan dari kata
dasarnya. Contoh: pelapuk-an
K. Penulisan di- sebagai kata depan
Ditulis terpisah dari kata yang mengiringinya. Menyatakan arah atau tempat dan biasanya jawaban dari kata tanya di mana.
Contoh: di sungai, di rumah.

L. Penulisan di sebagai awalan


Di yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata kerja pasti dan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada umumnya kata kerja pasif
di dapat diubah menjadi kata kerja aktif yang berawalan me. Contoh:
dipahami >< memahami

M. Penulisan kata ke- sebagai kata depan


Ditulis terpisah dari kata yang mengiringinya. Menyatakan arah atau tempat. Sebagai patokannya kata ke- sebagai kata depan
Contoh: ke depan, ke belakang

N. Penulisan ke sebagai awalan


Ke yang berfungsi sebagai awalan (tidak menunjukan arah/tujuan) membentuk imbuhan dan ditulis serangkai dengan kata yang
*Catatan: ke pada kata kemari harus dituliskan serangkai walaupun menyatakan arah karena tidak dapat dideretkan dengan di da
O. Penulisan partikel pun
Partikel pun ditulis terpisah jika yang mengikuti adalah kata benda, kata kerja, kata sifat,dan kata bilangan. Contoh: Berapa kali
Kata kata yang mengandung pun yang ditulis serangkai dan sudah dianggap benar: adapun, andaipun, bagaimanapun, kapanp

P. Penulisan partikel per


Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’ atau ‘tiap’ dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Harga tes PCR ditetapkan turun per 30 Maret 2021.
Partikel per yang berarti pecahan atau ribuan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Indonesia b

Q. Penggunaan tanda hubung (-)


Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata ulang. Contoh: gerak-gerik
Tanda hubung digunakan antara huruf kecil dan huruf kapital dalam kata berimbuhan. Contoh: makhluk-Nya
Tanda hubung digunakan antara huruf dengan angka dalam suatu ungkapan. Contoh: ke-70
Tanda hubung digunakan merangkaikan imbuhan dengan kata-kata asing yang belum diserap. Contoh: di-recalll
R. Pembentukan Kata
1. Peluluhan bunyi
 Kata dasar berbunyi awal (k, t, s, dan p) ditambah imbuhan (me-, me-kan, pe-, atau pe-an)
maka bunyi awal menjadi luluh/lebur. Contoh: me+panggil = memanggil; pe+tambah+an =
penambahan.
 Kaidah di atas tidak berlaku bagi kata-kata serapan yang berbunyi awal katanya berupa
gugus konsonan.

2. Penulisan gabungan kata


 Gabungan kata yang wajib ditulis serangkai karena sudah dianggap sebagai kata yang padu.

Barangkali saputangan
Acapkali daripada
padahal apabila

 Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan bentuk yang tidak bisa berdiri
sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh dan wajib ditulis serangkai.
Asusila mahasiswa
Amoral ekstrakurikuler
Poligami dwiwarna
3. Penulisan gabungan kata berimbuhan
 Apabila gabungan kata hanya mendapat awalan (prefiks) atau hanya mendapat akhiran
(sufiks) maka penulisan gabungan katanya dipisah. Contoh: Ber+tepuk+tangan = bertepuk
tangan; beri+tahu+kan = beri tahukan.
 Apabila gabungan kata mendapat awalan (prefiks) dan akhiran (sufkis) maka penulisan
gabungan katanya dirangkai. Contoh: men+tindak+lanjut+i = menindaklanjuti.

4. Penulisan kata penghubung intrakalimat


Aturan Konjungsi
Kata penghubung yang harus didahului tanda koma tetapi, sedangkan, melainkan, seperti,
Kecuali, misalnya, antara lain
Kata penghubung yang tidak boleh didahului tanda Jika, agar, walaupun; sebab, supaya,
koma ketika, apabila, sehingga
Kata penghubung yang tidak boleh didahului tanda dan, serta, atau
koma jika perincian hanya dua unsur, tetapi jika
tiga unsur atau lebih harus menggunakan tanda
koma

5. Penulisan ungkapan penghubung antar kalimat


Ungkapan penghubung antar kalimat terletak pada awal kalimat (dimulai dengan huruf kapital) dan
selalu diikuti dengan tanda koma. Contoh: Namun, akan tetapi, kemudian,
S.Ciri-ciri bahasa baku
Bahasa yang digunakan sesuai aturan bahasa yang berlaku- bahasa yang mengungkapkan penalaran, logis, dan masuk akal.
Bahasa yang mengungkapkan penalaran, logis, dan masuk akal
Kata Baku Kata Tidak Baku
Contoh: memerdulikan memperdulikan memperlihara mempesona
memelihara memesona

T.Penulisan kata baku dan tidak baku


1. Ditulis dengan huruf dan kata yang jelas. Contoh:
Kata Baku Kata Tidak Baku
antre antri
apotek apotik
kongkret kongkrit

2. Penulisan gabungan kata


 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh:
Penulisan baku Penulisan tidak baku
duta besar dutabesar
tata karma tatakrama
 Gabungan kata, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkuPtaennulsiseapn Penulisan tidak baku
ba k u
e r ti berikut: Anakistri saya
Anak-istri saya Ibubapak kami
Ibu-bapak kami
 Gabungan kata yang ditulis serangkai seperti berikut:
Penulisan baku Penulisan tidak baku
acapkali acap kali
darmabakti darma bakti

3. Penulisan kata bentukan


 Penulisan kata bentukan yang digabung karena kedua kata tersebut tidak dapat
berdiri sendiri
Penulisan baku Penulisan tidak baku
dianakemaskan dianak emaskan
dialihbahasakan dialih bahasakan

 Penulisan kata bentukan yang dipisahkan karena masing-masing kata memiliki arti
Penulisan baku Penulisan tidak baku
diputar balikkan diputarbalikkan
dilipat gandakan dilipatgandakan

4. Kata baku bahasa Indonesia


Kata Baku Kata tidak baku Keterangan

bapak papa; babeh; papi pengaruh bahasa daerah

saya aku; awak; ana; beta pengaruh bahasa asing

5. Bentuk kata yang baku


Kata Baku
Kata tidak baku Keterangan

akta akte perubahan a menjadi e

wujud ujud
j penghilangan konsonan w

Anda mungkin juga menyukai