INDONESIA
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam
tataran wacana.
Penulisan ejaan yang diatur dalam buku “Ejaan Bhs Ind (EBI):
B. Kaidah Penempatan
1.
Ejaan dalam Penulisan
Pemakaianadalah:
Disempurnakan" abjad, huruf vokal, konsonan, dan abjad
kata
6. Penulisan angka dan lambang bilangan
D. Huruf
Miring
1. Huruf miring dalam cetakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar. Contoh: Koran Kompas
Huruf miringHuruf
Contoh: dalam cetakan
pertama dipakai
kata tahununtuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
adalah
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava.
E. Penulisan Kata
1. Kata dasar Kata yang ditulis sebagai satu kesatuan tanpa prefiks dan sufiks. Contoh: panggil.
2. Kata turunan Kata yang mendapat awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan kata.
Contoh: melihat, bertepuk tangan, dan menandatangani.
3. Bentuk ulang Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda petik. Contoh: kura-kura.
4. Gabungan kata Gabungan kata lazim, termasuk istilah khusus penulisan dipisah. Contoh: mata
pencaharian.
Gabungan kata yang penulisannya menggunakan tanda hubung. Contoh: anak-istri saya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai. Contoh: Acapakali
5. Kata ganti ku, kau, Kata ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ku, mu, dan nya ditulis
mu, dan nya serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Saya pergi dengannya.
6. Kata depan di, ke, Ditulis terpisah kecuali kata yang sudah lazim (kepada atau daripada). Contoh: Saya pergi dari
dan dari Aceh.
7. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Duduklah.
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
per yang memiliki arti ‘mulai’ atau ‘tiap’ ditulis terpisah
8. Singkatan dan Singkatan: nama atau gelar, organisasi atau lembaga, singkatan umum, serta lambang kimia.
Akronim Contoh: Moh. Hatta; PDGRI (Persatuan Dokter Gigi Repubilik Indonesia)
Akronim: gabungan suku kata. Contoh: PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia)
Untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Contoh: angka romawi I, II, III, IV
9. Angka
Untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, satuan waktu, nilai uang, dan
kuantitas. Contoh: 0,5 meter; 82 ton
Untuk menomori bagian karangan dan kitab suci. Contoh: Bab XII, Pasal 8. halaman 23
10. Lambang bilangan Yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf. Contoh: Saya membeli tiga potong kue.
Jika beberapa lambang digunakan berurutan atau lebih dari dua kata maka penulisan
dilakukan dengan angka. Contoh: Terdapat 22 pemain sepak bola di lapangan
tersebut.
Terdapat pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh: Sebelas polisi telah dikerahkan untuk mengurus kasus tersebut.
Untuk menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian agar lebih
mudah. Contoh: Mobil itu memiliki harga 470 juta rupiah.
dibubuhkan di pinggir
ujung baris. Berikut ini penyukuan yang sesuai dengan PUEBI.
1. Di tengah terdapat vokal yang berurutan, dilakukan di antara kedua vokal. Contoh: mema-afkan
2. Di tengah tedapat konsonan, dilakukan sebelum konsonan tersebut. Contoh: ter-kenal
3. Di tengah terdapat dua konsonan yang berurutan, dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contoh: hid-roponik
4. Di tengah terdapat tiga konsonan yang berurutan, dilakukan di antara konsonan pertama dan
kedua. Contoh: in-stitut
5. Jika kata berimbuhan atau berpartikel dipenggal, dilakukan pemisahan imbuhan dari kata
dasarnya. Contoh: pelapuk-an
K. Penulisan di- sebagai kata depan
Ditulis terpisah dari kata yang mengiringinya. Menyatakan arah atau tempat dan biasanya jawaban dari kata tanya di mana.
Contoh: di sungai, di rumah.
Barangkali saputangan
Acapkali daripada
padahal apabila
Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan bentuk yang tidak bisa berdiri
sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh dan wajib ditulis serangkai.
Asusila mahasiswa
Amoral ekstrakurikuler
Poligami dwiwarna
3. Penulisan gabungan kata berimbuhan
Apabila gabungan kata hanya mendapat awalan (prefiks) atau hanya mendapat akhiran
(sufiks) maka penulisan gabungan katanya dipisah. Contoh: Ber+tepuk+tangan = bertepuk
tangan; beri+tahu+kan = beri tahukan.
Apabila gabungan kata mendapat awalan (prefiks) dan akhiran (sufkis) maka penulisan
gabungan katanya dirangkai. Contoh: men+tindak+lanjut+i = menindaklanjuti.
Penulisan kata bentukan yang dipisahkan karena masing-masing kata memiliki arti
Penulisan baku Penulisan tidak baku
diputar balikkan diputarbalikkan
dilipat gandakan dilipatgandakan
wujud ujud
j penghilangan konsonan w