Anda di halaman 1dari 8

BERPIKIR DAN TEKNOLOGI – CARL MITCHAN

1. ARNITA RAKAN MANGALLO (220907501033), arnitarakanmangallo23@gmail.com


2. FAKHITA NUR SYIFA (220907502072), fakhitasyifa@gmail.com
3. DALAGO INDAH MAULIDYA (220907502081), dolagoindahmaulidyadbisnisdigi@gmail.com

Abstrak
Materi berpikir dan teknologi adalah topik yang penting di era digital saat ini. Berpikir
merupakan kemampuan dasar manusia dalam memecahkan masalah, sementara teknologi
merupakan alat yang membantu manusia dalam melakukan tugas-tugas yang lebih kompleks dan
efisien. Dalam paper ini, akan dibahas tentang bagaimana teknologi dapat mempengaruhi cara
bepikir manusia dan juga bagaimana berpikir dapat mempengaruhi pengembangan teknologi.
Paper ini akan membahas pengaruh teknologi terhadap kemampuan berpikir manusia.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memberikan dampak besar pada cara
manusia berpikir dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini telah memunculkan banyak pertanyaan
tentang bagaimana teknologi mempengaruhi kemampuan manusia untuk berpikir dan mengambil
keputusan. Carl Mitchan, seorang filosof dan ahli teknologi informasi, telah banyak menulis
tentang hubungan antara berpikir dan teknologi.
Dalam paper ini, kami akan membahas pandangan Carl Mitchan tentang bagaimana
teknologi mempengaruhi kemampuan manusia untuk berpikir dan mengambil keputusan. Kami
akan memjelaskan pendekatan Mitchan dalam mengkaji hubungan antara teknologi dan berpikir.
Berpikir dan Teknologi
Berpikir merupakan aktivitas mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada
suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Selain itu berpikir merupakan kemapuan dasar
yang dipunya manusia dalam memecahkan masalah.
Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman, mengartikan teknologi sebagai "way of
revealing." Menurut Heidegger, teknologi bukan hanya seperti alat atau instrumen di tangan
manusia tetapi juga memiliki dampak yang sangat besar pada cara manusia berpikir dan melihat
dunia. Teknologi telah mendominasi cara modern kita hidup dan berinteraksi dengan alam dan
manusia lainnya. Heidegger mengkritik pandangan yang menganggap teknologi sebagai sesuatu
yang bersifat netral dan objektif, karena menurutnya, teknologi lebih kepada sebuah proses dan
pandangan hidup yang mengubah hubungan manusia dengan dunia sekitarnya. Oleh karena itu,
menurut Heidegger, penting bagi manusia untuk mempertimbangkan dampak teknologi terhadap
kehidupan mereka dan mencari keseimbangan yang tepat antara teknologi dan kehidupan
manusia yang seimbang

Menurut Carl Mitcham, teknologi dapat didefinisikan sebagai praktik, pengetahuan,


kemampuan, dan seni yang digunakan untuk menciptakan, memproduksi, memodifikasi, atau
mengoptimalkan alat, sistem, artefak, atau layanan yang memfasilitasi kehidupan manusia.
Definisi ini menekankan bahwa teknologi bukan hanya tentang alat atau benda mati, tetapi juga
1
melibatkan pengetahuan dan praktik untuk menghasilkan alat tersebut, serta membantu manusia
dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Berpikir Dan Teknologi Menurut Carl Mitcham


Carl Mitcham, berpikir dan teknologi saling terkait erat. Berpikir mendefinisikan
teknologi, dan teknologi mempengaruhi cara kita berpikir. Kita sering menciptakan teknologi
untuk memenuhi kebutuhan atau masalah yang kita hadapi, dan dalam prosesnya, kita
memperluas pemahaman kita tentang dunia. Namun, teknologi juga dapat mempengaruhi
pemikiran kita dan membatasi pandangan kita tentang dunia.
Mitcham juga menyoroti pentingnya untuk mempertimbangkan dampak sosial dan
lingkungan teknologi dan mengambil sikap kritis dalam pengembangan dan penggunaannya.
Kita harus mempertimbangkan etika dan nilai-nilai yang mendasari teknologi yang kita ciptakan,
dan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan bersama.
Secara keseluruhan, Mitcham menekankan pentingnya integrasi antara berpikir dan teknologi,
dan bahwa cara kita berpikir tentang teknologi akan memengaruhi cara kita menangani masalah
dalam masyarakat dan dunia.
Carl Mitcham (1980) (The Kiang Gie; 1996:2), mengemukakan filsafati tentang teknologi
dapat ditelaah melalui dua pendekatan, yaitu;
Pertama, menyangkut teoretis mencangkup pertanyaan-pertanyaan tentang sifat dasar
teknologi, hubungannya dengan ilmu, struktur tindakan teknologis, intisari mesin, dan perbedaan
antara mesin dengan manusia. Semua ini tergolong persoalan epistemologis dan metafisis.
Kedua, menyangkut praktis etis dan estetika misalnya keterasingan dalam masyarakat
industri, senjata nuklir, pencemaran, dan praktek keinsinyuran yang profesional. Dalam
pendekatan praktis, filsafat teknologi bertujuan untuk membahas konsekuensi sosial, moral, dan
politik dari praktek teknologi yang ada, serta mencari cara untuk mengelola dampak-dampak
tersebut.
Pendekatan ini sangat saling terkait, karena pemahaman tentang sifat dasar teknologi dapat
membantu kita memahami dampak sosial, moral, politik dati teknologi tersebut. Sebalikya,
pertimbangan etika dan estetika dalam praktek teknologi dapat membantu kita memperbaiki
desain dan penggunaan teknologi agar lebih manusiawi.

Teknologi Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Manusia


Menurut Carl Mitcham, teknologi dapat mempengaruhi kemampuan manusia dalam
berpikir dan mengambil keputusan dalam beberapa cara:
Pertama, teknologi dapat mempercepat dan mempermudah proses pemrosesan informasi,
yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pengambilan keputusan. Namun, ini juga
dapat mengurangi waktu manusia untuk mempertimbangkan berbagai pilihan dan konsekuensi
yang berbeda, sehingga mempengaruhi kemampuan manusia untuk membuat keputusan yang
tepat.
Kedua, teknologi bisa mempengaruhi cara kita berpikir dan memproses informasi,
sebagai contoh, internet dan mesin pencari dapat membuat kita cenderung mengandalkan
informasi yang mudah didapatkan tanpa mempertimbangkan sumber dan kualitas informasi
tersebut. Ini dapat mempengaruhi kemampuasn kita untuk berpikir kritis dan mengambil
keputusan.
Ketiga, teknologi dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Teknologi seperti media sosial bisa mempercepat dan

2
mempermudah komunikasi, namun juga dapat menyebabkan ketidaksepahaman dan konflik yang
tidak perlu.
Oleh karena itu, Carl Mitcham berpendapat bahwa penting untuk mempertimbangkan
dampak teknologi pada kemampuan manusia untuk berpikir dan mengambil keputusan, serta
mengembangkan kemampuan sudah keahlian yang diperlukan untuk mengelola teknologi
dengan bijak dan bertanggung jawab.

Sifat Dasar Teknologi


Dalam bidang epistemologi, definisi standar pengetahuan sebagai 'kepercayaan yang
benar dan dapat dibenarkan' sering kali dijadikan titik awal. Namun, ada kekurangan studi di
mana definisi ini dieksplorasi sehubungan dengan pengetahuan teknologi atau teknik. Secara
khusus, pertanyaan tentang bagaimana intensionalitas dan normativitas, aspek-aspek penting dari
pengetahuan teknologi, sesuai dengan definisi yang berorientasi pada proposisi ini belum
terjawab. Oleh karena itu, refleksi tentang sifat pengetahuan teknologi dapat berkontribusi pada
pemahaman umum kita tentang konsep pengetahuan dan dengan demikian berkontribusi pada
emansipasi filsafat teknologi dalam disiplin filsafat.
Dalam surveinya mengenai filosofi teknologi, yang diterbitkan dalam buku 'Thinking
Through Technology', Carl Mitcham mengidentifikasi 'teknologi sebagai pengetahuan' sebagai
salah satu dari empat cara untuk mempertimbangkan teknologi (tiga cara lainnya adalah:
teknologi sebagai artefak, sebagai aktivitas, dan sebagai kehendak). Dalam babnya mengenai
teknologi sebagai pengetahuan, Mitcham merangkum hasil-hasil utama dari studi filosofis di
bidang ini.
Saat ini, sebagian besar filsuf teknologi menerima gagasan bahwa pengetahuan teknologi
berbeda dengan pengetahuan ilmiah. Namun, bagaimana perbedaannya dengan pengetahuan
ilmiah belum dijelaskan secara rinci. Kesimpulan yang sama diambil dalam buku sintesis lain
oleh Subrata Dasgupta. Untuk refleksi filosofis tentang sifat pengetahuan teknologi, Mitcham
menyebutkan setidaknya dua bidang yang dapat digunakan sebagai sumber inspirasi. Yang
pertama adalah sejarah teknologi. Ketertarikan para filsuf untuk mengambil inspirasi dari bidang
ini dapat dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai 'empirical turn' dalam filsafat teknologi.
Selain sejarah teknologi, banyak penelitian tentang pengetahuan teknologi, dan khususnya peran
pengetahuan teknologi dalam proses desain, telah dilakukan di bidang metodologi desain.
Para filsuf telah mengembangkan ketertarikan untuk merefleksikan data empiris tentang
perkembangan teknologi. Menurut Rachel Laudan, materi semacam itu tidak sedikit dihasilkan
oleh para sejarawan. Dua nama secara khusus harus disebutkan di sini: Edward Constant dan
Walther Vincenti. Keduanya telah terlibat dalam mempelajari perkembangan teknologi
penerbangan. Baik Constant maupun Vincenti telah menekankan bahwa tidak hanya pengetahuan
ilmiah yang berperan dalam desain teknik (sejarawan lain telah membuat pernyataan yang sama
sebelumnya, misalnya Edwin Layton, Michael Gorokhov, dan Henryk Skolimoski), namun ada
pengetahuan yang berbeda dari sains yang digunakan oleh para insinyur dalam pekerjaan desain
mereka.
Vincenti berusaha mengklasifikasikan berbagai jenis pengetahuan yang digunakan oleh
para insinyur pesawat terbang. Menurutnya, pengetahuan desain teknik dapat berupa konsep
3
desain fundamental (prinsip operasional dan konfigurasi normal), kriteria dan spesifikasi desain,
perangkat teoritis (matematika, penalaran, hukum alam), data kuantitatif (deskriptif dan
preskriptif), pertimbangan praktis, dan instrumen desain ('pengetahuan prosedural'). Dia juga
mengidentifikasi asal-usul jenis dan pengetahuan ini dan menemukan bahwa sains memberikan
kontribusi yang sangat terbatas pada pengetahuan para insinyur dan bahwa proses desain itu
sendiri juga merupakan aktivitas yang menghasilkan pengetahuan.
Hubungan Teknologi dengan Ilmu
Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat erat hubungannya karena ilmu pengetahuan
sebagi sumber teknologi dan teknologi sebagai penerapan dari ilmu pengetahuan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan pengembangannya. Iptek selain dapat memberikan kemudahan dan
kenyamanan hidup, juga memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup, juga memberikan
kepada manusia, akibatakibat negatif yang tidak diharapkan. Ilmu dan teknologi dengan berbagai
aspek dan nuansanya ada ‘titik singgung’ yakni bahwa baik ilmu dan teknologi merupakan
komponen dari kebudayaan. Disamping itu antara ilmu dan teknologi terdapat hubungan
dialektis (timbal balik). Pada satu sisi, ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi
kemajuan teknologi yakni berupa teori-teori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi
sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah, yakni dengan dikembangkannya
perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan, dewasa ini
kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaliknya kemajuan teknologi
mengandaikan dukungan ilmu.
Struktur tindakan teknologi
Struktur teknologi meliputi aspek-aspek seperti desain teknologi, perangkat keras,
perangkat lunak, dan jaringan. Hal ini mencakup bagaimana teknologi dipakai dalam proses
produksi, transportasi, dan distribusi barang dan jasa. Dtruktur tindakan teknologi ini sangat
penting untuk di pahami, karena ini mempengaruhi bagaimana teknologi berdampak pada
masyarakat dan lingkungan. Teknologi dapat membawa maanfaat dan kemudahan bagi manusia.
Namun, juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti pengangguran, ketidaksetaraan dan
kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan bagaimana teknlogi
dirancang, diatur, dan digunakan agar dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan
dampak negatifnya. Hal ini juga membutuhkan keterlibatan etika dalam pengembangan dan
penggunaan teknologi untuk memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab
dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Intisari mesin
'Filsafat Mekanik' adalah sebuah frasa yang berasal dari newtonian untuk filsafat alam
yang menggunakan prinsip-prinsip mekanika untuk menjelaskan dunia, dalam kata george
berkeley, sebagai 'mesin yang kuat'.(eksponen awal yang paling kuat adalah ahli kimia Inggris,
Robert Boyle-yang dikenal oleh orang-orang sezamannya sebagai "pemulih filsafat mekanik",
yaitu, dari atomisme mekanistik demokritus-yang kualitas mekaniknya (1675) mampu

4
menjelaskan dingin, panas, magnet, dan fenomena alam lainnya berdasarkan prinsip-prinsip
mekanik.1 1
Isaac Newton, dalam "Praefatio" pada edisi pertama ‘’Philosphie naturalis principia
mathmatica” (1687), mencatat bahwa mekanika secara keliru telah dibatasi pada seni manual,
padahal ia menggunakan mekanika untuk menyelidiki "kekuatan-kekuatan alam" dan untuk
"menyimpulkan gerakan-gerakan planet-planet, komet-komet, bulan, dan laut. " Memang, dia
berharap dia dapat memperoleh fenomena alam lainnya dengan jenis penalaran yang sama dari
prinsip-prinsip mekanis2
Namun, abad ke-18 dan ke-19 menjadi saksi meningkatnya pergulatan mengenai konotasi
dari akar metafora ini - para "ahli mekanika" menggunakannya dengan persetujuan dan
memperluas aplikasinya dari alam ke masyarakat, sementara kaum romantisme menolak
kesesuaiannya dalam konteks yang beragam. Pada tahun 1832, misalnya, seorang guru
matematika Amerika (yang kemudian menjadi pengacara) bernama Timothy Walker (1802-1856)
menanggapi kritik mekanika Thomas Carlyle dalam Signs of the Times (1829). Walker tidak
sepenuhnya menghargai kontras Carlyle antara mekanika dan dinamika sebagai kutub tindakan
dan perasaan manusia, dan juga tidak dapat mengantisipasi seruan Carlyle selanjutnya untuk
mengintegrasikan dinamika dengan mekanika oleh "Kapten Industri" (dulu dan sekarang, 1843)
sebagai gantinya, "Pertahanan Filsafat Mekanik" Walker membuat argumen karakteristik bahwa
filsafat mekanik adalah sarana yang benar untuk membebaskan pikiran manusia dalam pemikiran
dan praktik, dan bahwa melalui korelasinya, teknologi, itu membuat secara demokratis tersedia
jenis kebebasan yang hanya dinikmati oleh beberapa orang dalam masyarakat yang didasarkan
pada perbudakan
Dua tahun kemudian, pada tahun 1835, insinyur kimia Skotlandia Andrew Ure (1778-
1857) menciptakan frasa "Filosofi manufakturing" untuk menunjukkan "eksposisi prinsip-prinsip
umum yang harus dilakukan oleh industri produktif dengan mesin-mesin yang dapat bekerja
sendiri", yang ia bandingkan dengan "filosofi seni rupa". Eksposisi Ure mencakup sejumlah isu
konseptual yang ia lanjutkan ke filosofi teknologi: perbedaan antara kerajinan dan produksi
pabrik, proses mekanis dan kimiawi, klasifikasi mesin, kemungkinan aturan untuk penemuan,
dan implikasi sosio-ekonomi dari "mesin otomatis".
Manusia dan Mesin

Interaksi antara manusia dan mesin tidak hanya mengubah organisasi masyarakat, tetapi
juga mengubah konsep-konsep yang digunakan manusia unruk berpikir, terutama konsep-konsep
yang digunakan manusa untuk berpikir dan konsep-konsep yang digunakan untuk merefleksikan
1
eksponen awal yang paling kuat adalah ahli kimia Inggris, Robert Boyle, yang dikenal oleh orang-orang
pada zaman itu sebagai "pemulih filsafat mekanik", yaitu atomisme mekanistik dari Democritus-
Mechanical Qualities (1675) mampu menjelaskan dingin, panas, magnet, dan fenomena alam lainnya
berdasarkan prinsip-prinsip mekanik
2 bahwa prinsip-prinsip mekanis dalam seni praktis itu sendiri membutuhkan analisis filosofis akan
diperdebatkan seabad kemudian oleh Gaspard-Francois-Clair-Marie Riche de Prony dalam karyanya
Mecanique Philosophie, 1799

5
sifat dasar manusia itu sendiri. Jacques Ellul (1912-1994) menggambarkan dampak mesin jauh
melampaui adaptasi manusia terhadap manusia. Ketika dinyatakan bahwa Teknik mengarah ke
mekanisasi, hal ini tidak mengacu pada fakta sederhana tentang adaptasi manusia terhadap
mesin. Tentu saja, proses adaptasi seperti itu ada, tetapi disebabkan oleh Tindakan mesin. Jika
kita menganggap mesin itu adalah sebuah “pengetahuan” yang lebih tinggi pada semua domain
yang sampai sekarang asing bagi mesin.
Metafora mekanis yang popular pada abad ke 18, yaitu “Man is machine”, dihasilkan dari
penemuaan kesamaan operasi kedua entitas tersebut. Hal ini membuat manusia menganggap diri
mereka sebagai mesin. Selama manusia tidak benar-benar diri mereka adalah mesin, melainkan
hanya mesin dalam beberapa aspek saja yang berbeda dengan mesin dalam aspek lainnya,
manusia mengendalikan Teknik yang menghasilkan proses mekanisasi pemikiran. Namun,
Ketika metafora tersebut diperlakukan secara harfiah, dan identifikasi mesin dan manusia
menjadi tidak perlu dipertanyakan lagi. Hal ini meruntuhkan sebuah analogi dan melarutkan
perbedaan di antara manusia dan mesin, maka proses mekanisasi metafora menjadi otonom.
Seperti yang dikatakan Ellul, Technique Reigens, Cutting man off from nature and his cultural
tradition, thereby robbing man of his own humanity.
Pada abad-20 metafora ‘’man is machine’’ tergantikan dengan metafora ‘’computional’’
yaitu pikiran dan otak manusia sebagai computer. Diskusi ini akan menelusuri perkembangan
metafora komputasi melalui proses mekanisasi pemikiran tidak serta merta mengarah pada
otonomi Teknik. Kesadaran akan metafora yang oleh karena itu status hipotesis dari metafora
komputasi akan mencegah teknik lepas kendali manusia yang disengaja dan dengan
mengendalikan manusia dapat mempertahankan hubungannya dengan alam dan budaya.
Prakti Etis Dan Estetika Senjata Nuklir Meunurut Carl Mitcham
Carl Mitcham adalah seorang ahli filsafat teknologi yang memiliki pandangan yang jelas
tentang penggunaan senjata nuklir. Ia menganggap penggunaan senjata nuklir berbahaya dan
mempertanyakan apakah penggunaannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara etis
dan estetika.
Menurutnya, penggunaan senjata nuklir tidak hanya berdampak buruk secara fisik dan
lingkungan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran atas masalah etika tentang kehidupan
manusia dan kerusakan yang terjadi pada alam semesta secara keseluruhan.
Pertama-tama, Mitcham menekankan bahwa penggunaan senjata nuklir bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Mengambil nyawa orang lain dalam jumlah
besar atau menghancurkan kota-kota dan infrastruktur bukanlah tindakan yang dapat dibenarkan
secara moral.
Kedua, Mitcham mempertanyakan apakah senjata nuklir dapat dipertanggungjawabkan
ekonomis. Biaya untuk membangun dan mempertahankan senjata nuklir sangat tinggi, dan
negara-negara yang memiliki senjata nuklir harus mempertimbangkan dampak ekonomi jangka
panjang dari penggunaan dan kemungkinan konflik.
Terakhir, Mitcham memberikan pandangan estetika tentang senjata nuklir, yaitu bahwa
senjata ini sangat kejam dan mengerikan. Ia menyarankan agar kita memikirkan dunia yang lebih
damai tanpa senjata nuklir, sehingga dunia dapat lebih indah dan makmur.

6
Dengan demikian, Mitcham menyimpulkan bahwa penggunaan senjata nuklir merupakan sebuah
tindakan yang sangat merugikan secara etis dan estetika, dan seharusnya dihindari oleh setiap
negara dan kelompok manusia.

Menurut Carl Mitcham (1983) filsafat teknologi meliputi:


Epistemologi adalah suatu telaah mengenai rakitan, persyaratan, dan berlakunya secara
sah dari pengetahuan manusia. Dengan demikian, salah satu tugas pokok filsafat teknologi ialah
menganalisis secara cermat susunan pengetahuan teknis, berbagai persyaratan pengetahuan itu,
dan berlakunya secara sah.
Ontologi menurut pengertian modern adalah teori mengenai sifat dasar dan ragam
kenyataan. Ontologi berusaha menyelidiki dan menganalisis sifat dasar dari apa yang nyata
secara fundamental dan cara-cara berlainan yang menunjukkan bahwa sesuatu entitas (misalnya
obyek fisik atau hal abstrak umpamanya bilangan) dapat dikatakan ada. Dengan demikian, suatu
tugas pokok lainnya dari filsafat teknologi ialah menjelaskan sifat dasar dan keberadaan yang
nyata dari barangbarang teknologis.

Kesimpulan Pribadi
Setelah melihat gagasan tentang berpikir dan teknologi oleh Carl Mitchan dapat
disimpulkan bahwa teknologi dapat memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan manusia
untuk berpikir dan mengambil keputusan. Dimana kita hrus memahami bagaimana teknologi
memengaruhi proses berpikir dan memastikan bahwa kita menggunakan teknologi dengan bijak.
Teknologi dapat memperluas kemampuan berpikir kita, namun juga dapat membatasi
kemampuan itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan bagaimana
teknologi digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mencari bagaimana untuk menggunakan
teknologi secara optimal.
Dalam pandangan Carl Mitchan menunjukkan bahwa teknologi dan berpikir memiliki
hubungan yang kompleks dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, kita harus memahami
hubungan ini dengan baik dan menggunakan teknologi dengan bijak untuk mendukung
kemampuan manusia untuk berpikir dan mengambil keputusan secara optimal.

Daftar Pustaka
MacCormac ER. Men and machines. The computational metaphor. Technol Soc. 1984;6(3):207-
216. doi:10.1016/0160-791X(84)90033-2
Wahyu Winarni R. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Teknologi Relationship of Science With
Technology. Seminastika. Published online 2021:1-6. doi:10.47002/seminastika.v3i1.263
Maha AS. Hubungan Berpikir Kritis Dengan Perkembangan Teknologi Modern. Published online
2019. https://osf.io/preprints/inarxiv/gx4ze/
De Vries MJ. The nature of technological knowledge: Extending empirically informed studies
into what engineers know. Techne Res Philos Technol. 2003;6(3):117-130.
Thinking and Technology Carl Mitcham.
T PF. Bagian Pertama Pengantar Filsafat Teknologi. Published online 2006:1-60.
Mitcham C. Reflections on Technology for Educational Practitioners. Reflections Technol Educ

7
Pract. Published online 2019. doi:10.1163/9789004405516
Jeklin A. Pembelajaran Matematis Siswa. 2017;(July):1-23.

Anda mungkin juga menyukai