Paralel e - Kelompok S - P3C PDF
Paralel e - Kelompok S - P3C PDF
GRUP S
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
GROUP S
Dosen Pembimbing
i
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Panas pelarutan”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta
petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal di Laboratorium
Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa bantuan
baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia.
2. Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti, MT. selaku dosen pembimbing praktikum.
3. Seluruh asisten laboratorium Operasi Teknik Kimia yang membantu dalam
pelaksanaan praktikum.
4. Rekan - rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun akan
penyusun terima dengan lapang dada.
Penyusun
ii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
INTISARI .................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
I.2 Tujuan .............................................................................................................................. 2
I.3 Manfaat ............................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
II.1. Secara Umum ................................................................................................................ 3
II.2.1. Kalor ....................................................................................................................... 5
II.2.2. Entalpi, Kapasitas Kalor, dan Kalor Jenis .............................................................. 6
II.2.3. Reaksi Endoterm dan Eksoterm ............................................................................. 8
II.2.5. Kalorimeter............................................................................................................. 9
II.2.6. Prinsip Kerja Panas Pelarutan ................................................................................ 9
II.2.7. Jenis-Jenis Kalor..................................................................................................... 9
II.2.8. Larutan ................................................................................................................. 10
II.2.9. Konsentrasi Larutan dan Molaritas ...................................................................... 11
II.2.10. Kelarutan ............................................................................................................ 11
II.2.11. Pengadukan dan Pencampuran ........................................................................... 11
II.2.12. Pencampuran Padat – cair .................................................................................. 12
II.2.13. Aplikasi Dalam Industri ..................................................................................... 12
II.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan .............................................................. 13
II.4 Sifat-Sifat Bahan .......................................................................................................... 14
II.4.1 Asam Sulfat ........................................................................................................... 14
II.4.2. Asam Klorida ....................................................................................................... 14
II.4.3. Natrium Hidroksida .............................................................................................. 15
iii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
iv
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
INTISARI
Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi satu mol zat yang dilarutkan
dalam n mol zat terlarut pada tekanan dan suhu tetap yang disertai dengan penyerapan
atau pembebasan kalor. Percobaan panas pelarutan padat dan cair ini bertujuan untuk
mengetahui panas reaksi dari campuran NaOH dengan HCl, serta membandingkan
perubahan entalpi (ΔH) secara percobaan dengan perubahan entalpi (ΔH) secara teori.
Maka diharapkan agar praktikan dapat mengaplikasikan pelarutan padat cair dalam
industri, dan mengetahui kemampuan kelarutan suatu zat dalam proses pelarutan
padat cair, serta mengetahui hubungan konsentrasi dengan perubahan entalpi.
Pada percobaan panas pelarutan padat dan cair ini, bahan yang digunakan
adalah natrium hidroksida (NaOH) dan asam klorida (HCl). Prosedur pada percobaan
ini yaitu pertama mencari tetapan kalorimeter dengan mencampurkan air dingin dan
air panas, lalu mencatat suhu campuran tersebut. Setelah itu, mencari panas pelarutan
NaOH dan HCl dimasing-masing konsentrasi yaitu 1,5 M, 2 M, dan 2,5 M dengan
membuat larutan NaOH 200 ml dan HCl 200 ml, serta diukur perubahan panas yang
terjadi tiap selang waktu. Setelah itu mengukur panas reaksi antara campuran NaOH
dengan HCl dan diukur suhu campurannya tiap selang waktu tertentu. Berdasarkan
hasil percobaan panas pelarutan padat cair, didapatkan panas reaksi dari campuran
NaOH dan HCl dengan konsentrasi masing-masing 1,5 M, 2M, dan 2,5 M berturut-
turut adalah panas reaksi sebesar 58665,7894 J/mol ; 58666,14431 J/mol ;
46933,43461 J/mol dan rata-ratanya sebesar 54755,12277 J/mol J/mol.
v
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1. Hubungan suhu campuran air dingin dan panas (°C) dan waktu (s) pada
penentuan tetapan kalorimetri
Grafik 2. Hubungan suhu campuran NaOH dan HCl (°C) dan waktu (s) pada
konsentrasi tertentu
Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi campuran reaktan NaOH dan HCl (M) dengan
entalpi reaksi campuran NaOH dan HCl ΔH (J/mol)
vi
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR TABEL
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perpindahan panas adalah salah satu faktor yang sangat menentukan
dalam suatu operasional pabrik kimia. Pengoperasian suatu pabrik kimia tidak
akan pernah lepas dari proses perpindahan panas yang terjadi diantara dua
dluida yang memiliki perbedaan temperature. Salah satu pembahasan yang
cukup penting dalam perpindahan panas yakni tentang panas pelarutan atau
kalor pelarutan. Panas pelarutan adalah suatu suatu panas dilepaskan atau
diserap saat ada proses pelarutan zat terlarut ke dalam suatu pelarut.
Fenomena ini tentu mengakibatkan terlepasnya atau terserapnya energi baik
dari lingkungan ke system maupun sebaliknya. Sementara itu, bisa kita lihat
sendiri bahwa hampir dalam setiap reaksi kimia terjadi adanya pelepasan atau
penyerapan ini dan yang pasti dalam skala industri yang komplek
pengetahuan akan detail-detail tentang panas pelarutan yang terdapat pada
reaksi-reaksi kimia tentu sangat dibutuhkan.
Pada indutri-industri yang menggunakan prinsip panas pelarutan,
reaktor-reaktor yang dirancang akan memerlukan perhitungan panas
pelarutan. Dengan diketahuinya panas pelarutan yang dihasilkan pada
pembuatan suatu produk, maka dapat ditentukan jenis dan bahan yang
digunakan dalam perancangan reaktor tersebut. Sehingga kerusakan yang
mungkin ada dengan timbulnya panas pelarutan yang dihasilkan pada proses
pembuatannya akan dapat dihindari. Maka dari itu, melihat betapa pentingnya
wawasan mengenai panas pelarutan secara khusus dan perpindahan panas
secara umum menjadi penting bagi praktikan untuk melakukan percobaan
panas pelarutan padat cair ini. hal ini agar dikemudian hari praktikan dapat
beradaptasi dan menerapkannya di lingkungan industri kimia
1
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
I.2 Tujuan
1. Untuk menghitung panas reaksi ataupun panas pelarutan
2. Untuk membandingkan ∆𝐻 secara percobaan dengan ∆𝐻 secara teori.
3. Untuk mengetahui hubungan kelarutan dengan panas reaksi
I.3 Manfaat
1. Agar parktikan dapat mengetahui prinsip dasar dari proses pelarutan padat
cair
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi yang
dapat mengetahui pelarutan padat cair
3. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi proses pelarutan padat cair pada
industri
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Secara Umum
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Ada dua panas pelarutan, yaitu panas
pelarutan “integral” dan panas pelarutan “diferensial”. Panas pelarutan integral
didefinisikan sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut.
Panas pelarutan diferensial didefinisikan sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat
terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan yang tidak terhingga sehingga konsentrasinya
tidak berubah dengan penambahan 1 mol zat terlarut(Dogra, 1990 )
Pada titik ini diasumsikan ketika sebuah aliran terdiri dari beberapa komponen,
maka sifat total dari aliran sewajarnya adalah sifat jumlah sifat dari masing-masing
komponen. Sebagai contohnya larutan ideal, dapat ditulis untuk kapasitas panas dari
larutan ideal :
𝒄𝒑=𝑿𝒂𝑪𝒑𝒂+𝑿𝒃𝑪𝒑𝒃+.…+𝑿𝒏 𝑪𝒑𝒏 (1)
Keterangan:
𝑐𝑝 : kapasitas panas( J/Kg C)
𝑋 : fraksi mol zat
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Keterangan:
𝐻 𝑚 : panas pelarutan ( J/mol)
W : energi yang di inpu ke kalorimeter (J)
a : kalor yang masuk (J)
F : aliran molar total (mol)
Ketika penggantian suhu tidak sempurna, maka koreksi 𝑪𝒑 . 𝑻 perlu
ditambahakan, sehingga persamaanya menjadi :
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
(𝑾
𝑯𝒎 = − 𝑪𝒑 . 𝑻
𝑭
(5)
Keterangan ;
T : perubahan suhu (C)
(Calado,1987)
II.2.1. Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan antara system
dan lingkungan. Kalor reaksi adalah Kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan
(dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga dengan Perubahan entalpi (ΔH). Pengukuran
kalor reaksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
kalorimeter. Kalorimetri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah termometer
sederhana terdiri dari benjana terisolasi, alat pengaduk, dan termometer. Kalor reaksi
untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya:
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
fusi(untuk peleburan) dan panas penguapan. Kalor panas telah diperoleh dari
kebiasaan konotasi yang sangat lama karena perubahan entalpi telah dihitung dari
data percobaan yang memerlukan perindahan panas. Entalpi fusi dan penguapan
adalah ketentuan yang tepat namun tidak banya digunakan. Panas kondensasi adalah
kebalikan dari panas penguapan dan panas dari sublimasi adalah perubahan entalpi
dari padatan langsung ke uap. Rumus perubahan entalpi dapat dinyatakan sebagai
berikut
𝑄
∆𝐻 = (6)
𝑛
Keterangan:
n = mol zat (mol)
∆𝐻= Perubahan entalpi (Joule)
Q = Kalor (Joule)
Q dapat dihitung dengan rumus :
𝑄 = 𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇 (7)
Keterangan:
Cp = kapasitas kalor jenis zat (Joule/grºC)
m = massa zat (gr)
∆𝑇 = Perubahan suhu (K)
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperluhkan untuk menaikkan temperatur
dari sutau sample bahan sebesar 1ºC. Kalor jenis adalah jumlah kalor yang
diperluhkan untuk menaikan temperatur dar 1 gram massa bahan sebesar 1ºC.
Perubahan temperatur zat dapat dinyatakan jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan
dalam suatu reaksi kimia.
Keterangan:
Q = Kalor (Joule)
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
• Reaksi Endoterm
𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑆) → 𝐶𝑎𝑂(𝑠) + 𝐶𝑂2(𝑔) ∆𝐻 = +178,5 𝐾𝐽
Kalor reaksi ditentukan melalui percobaan dalam suatu kalorimeter yaitu untuk
mengukur kuantitas kalor. Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan. Entalpi pelarutan
merujuk pada perubahan entalpi tiap mol. Efek entalpi pada pencampuran cairan
cukup besar dan ada dianggap penting pada desain kolom adsorbsi. (Sartono, 2011)
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
II.2.5. Kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu kalorimeter beserta isinya 10C. Salah satu cara kalibrasi yang dapat dilakukan
adalah dengan memasukan sejumlah solute tertentu yang telah diketahui panas
pelarutan ke dalam kalorimeter yang telah diisi solvent lalu perubahan suhu yang
terjadi dicatat berdasarkan Asas Black dan dapat dinyatakan sebagai persamaan :
m. ΔH = C. ΔT
𝑚.𝛥𝐻
C= (10)
ΔT
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau
melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama
adalah terjadinya perubahan temperatur dari zat tersebut, kalor yang seperti ini
disebut dengan kalor sensibel (sensible heat), apabila suatu zat menerima kalor
sensibel maka akan mengalami peningkatan temperatur, namun jika zat tersebut
melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami penurunan temperatur.
b) Kalor Laten (Latent Heat)
Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai
keadaan jenuhnya dan menyebabkan perubahan fase. Kalor yang demikian itu disebut
sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam kalor laten, yaitu kalor laten
peleburan atau pembekuan dan kalor laten penguapan atau pengembunan. Kalor laten
suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi
yang besar untuk merubah fase suatu zat ( Ayodha,2017)
II.2.8. Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat
lain dalam larutan disebut pelarut. Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh
susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka
digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut. Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan,
maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan mempengaruhi
titik didih larutan tersebut ( Supriadi, 2017)
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Keterangan :
M = molaritas larutan (mol)
g = massa zat terlarut (gr)
Mr = massa relatif zat terlarut (gr/mol)
Ml = volume larutan (ml)
(Saputro,2018)
II.2.10. Kelarutan
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas
yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan
( Hendriani, 2013
)
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
II.4.4. Aquadest
A. Sifat Fisika
Warna : Tak berwarna
Titik beku :0℃
Titik didih : 100 ℃
B. Sifat Kimia
Rumus molekul : 𝐻2 𝑂
Berat molekul :18,016 gr/mol
(Perry, 1997 “Water”)
C. Fungsi : Sebagai bahan pelarut
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
II.5 Hipotesa
Pada percobaan panas pelarutan, diharapkan hasil percobaan panas pelarutan
tidak berbeda jauh dengan literatur. Di harapkan, dengan semakin tingginya
temperatur maka panas pelarutan juga semakin bertambah.
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. Air
2. Asam klorida
3. Natrium hidroksida
III.2. Alat
1. Piknometer 5. Spatula
2. Beaker glass 6. Neraca analitik
3. Gelas ukur 7. Kaca arloji
4. Magnetic stirrer 8. Pipet
III.3. Gambar Alat
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Beaker glass
Magnetic stirrer
Gambar 8.
Rangkaian Alat Panas pelarutan
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
III.5. Prosedur
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.2 Grafik
Grafik Hubungan Suhu Campuran Air Dingin dan Panas (℃)
dan Waktu (s) Pada Penetapan Kalorimeter
32,5
Suhu Campuran Air (℃)
32 31,95 32,05
31,8
31,5 31,5
31,2 31,3
31 30,95
30,65
30,5 30,4
30
0 20 40 60 80 100
Waktu (s)
Grafik 1. Hubungan suhu campuran air dingin dan panas (°C) dan waktu (s)
pada penentuan tetapan kalorimetri
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
0 20 40 60 80 100
Waktu (s)
Grafik 2. Hubungan suhu campuran NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1,5
Pada pencampuran NaOH dan HCl dengan konsntrasi 1,5 M terjadi reaksi
endoterm. Bisa diartikan bahwa semakin tinggi temperaturnya, maka NaOH dan HCl
akan melepaskan panas. Kelarutannya akan semakin meningkat seiring dengan
kenaikan suhu dan pada waktu yang lama. Pada konsentrasi 2 M dan konsentrasi 2,5
M tetap sama mengalami kenaikan temperatur sehingga NaOH dan HCl melepaskan
panas.
Adapun data yang didapatkan dari grafik 2 adalah :
Tabel 2. Pengamatan waktu dan suhu pencampuran air dingin dan air panas
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Tabel 3. Pengamatan waktu (s) dan suhu (℃) pada pencampuran campuran
NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1,5 M
Waktu (s) Temperatur (℃) T Rata – Rata (℃)
0 30 30 30
10 30,2 30,7 30,45
20 31 31,3 31,15
30 31,4 31,7 31,55
40 32 32,2 32,1
50 32,3 32,7 32,5
60 32,8 33,1 32,95
70 33,2 33,5 33,35
80 33,7 33,8 33,75
Tabel 4. Pengamatan waktu (s) dan suhu (℃) pada pencampuran sampuran
NaOH dan HCl dengan konsentrasi 2 M
Waktu (s) Temperatur T Rata - Rata
0 30 30 30
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Tabel 5. Pengamatan waktu (s) dan suhu (℃) pada pencampuran campuran
NaOH dan HCl dengan konsentrasi 2,5 M
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
40000
30000
20000
10000
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi Campuran NaOH dan HCl (M)
Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi campuran reaktan NaOH dan HCl (M)
dengan entalpi reaksi campuran NaOH dan HCl ΔH (J/mol)
Pada penentuan entalpi reaksi, panas reaksi campuran NaOH dan HCl dengan
konsentrasi 1,5 M diperoleh sebesar 58665,7894 J/mol, pada campuran NaOH dan
HCl dengan konsentrasi 2 M panas reaksinya sebesar 58666,14431 J/mol, dan pada
campuran NaOH dan HCl dengan konsentrasi 2,5 M panas reaksinya sebesar
46933,43461 J/mol. Panas reaksi campuran pada grafik ini terlihat menurun. Dimana
∆H campuran dengan perbandingan konsentrasi mengalami reaksi eksoterm. Artinya,
entalpi reaksi campuran NaOH dan HCl menerima panas sehingga suhu semakin
turun seiring berjalannya waktu.
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan panas pelarutan, pertama-tama dilakukan penentuan tetapan
kalorimeter dengan menggunakan campuran air panas dan dingin sehingga diperoleh
tetapan kalorimeter sebesar 8.193,68 2 J/⁰K. setelah itu , dilakukan pencampuran
NaOH dan HCl dengan tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 1,5 M ; 2 M; 2,5 M
sehingga diperoleh panas reaksi sebesar 58665,7894 J/mol ; 58666,14431 J/mol ;
46933,43461 J/mol dan rata-rata sebesar 54755,12277 J/mol. Berdasarkan teori,
entalpi reaksi pencampuran NaOH dan HCl adalah sebesar -330,50 J/mol.
Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan adanya panas reaksi yang keluar karena wadah
yang digunakan kurang tertutup rapat. Tentunya panas reaksi yang dihasilkan juga
bernilai positif, seharusnya negatif apabila sesuai dengan teori.
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perubahan entalpi yang diperoleh sebesar 58665,7894 J/mol tidak sesuai
dengan perubahan entapli pada teori yaitu -330,50 J/mol
2. Panas pelarutan NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1,5 M sebesar
58665,7894 J/mol, panas pelarutan konsentrasi 2 M sebesar 58666,14431
J/mol dan apans perlarutan konsentrasi 2,5 M sebesar 46933,43461 J/mol.
V.2 Saran
1. Sebaiknya saat percobaan dilakukan pada wadah yang tertutup rapat agar
panas reaksi tidak keluar.
2. Sebaiknya pada pencampuran, ketika suhu sudah sama maka langsung
dicampurkan agar suhunya tidak berubah.
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR PUSTAKA
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
LAMPIRAN
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
M NaOH = 1,5 M
No. Waktu Suhu HCl Suhu NaOH Suhu Campuran
(s) awal (℃) Awal (℃) (℃)
1. 10 30,45
2. 20 31,15
3. 30 31,55
4. 40 30 30 32,1
5. 50 32,5
6. 60 32,95
7. 70 33,35
8. 80 33,75
APPENDIX
1. Massa air
m = ρair . Vair
𝑔𝑟
= 1 𝑚𝑙 . 200 ml
= 200 gr
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
= 0,65 𝐾
5. Qair panas
Qair panas = m. Cp . ∆T
= 200 gr. 4,2 J/g K. 30,65 K
= 25.746 J
6. Qkalorimeter
Qkalorimeter = Qair panas − Qair dingin
= 25.746 J − 546 J
= 25.200 J
7. Tetapan Kalorimeter
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Qkalorimeter
K=
∆T
25200 J
=
0,65 K
= 38769,23077 J/K
nHCl = M .V
= 1,5 . 200 mL
= 300 Mmol
= 0,3 mol
NaOH + HCl NaCl + H2O
m : 0,3 mol 0,3 mol
r : 0,3 mol 0,3 mol 0,3 mol 0,3 mol
s : − − 0,3 mol 0,3 mol
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
= 303,6 K
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1
= 303,6 𝐾 − 303,15 𝐾
= 0,45 𝐾
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
nHCl = M .V
= 2,5 . 200 mL
= 500 Mmol
= 0,5 mol
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Massa Campuran = 𝜌. V
gr
= 1,01173 cm3 . 400 mL
=404,692 gr
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
= 23261,53846 J − 205,17 J
= 23466,71731 J
LAMPIRAN
Gambar 10. Mencampurkan air panas dan air dingin pada magnetic stirrer
Gambar 11. Atur kecepatan pengadukan magnetic stirrer
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Gambar 12. Ukur temperatur pada kalorimeter sesuai waktu yang digunakan
Gambar 14. Ukur temperatur pada panas pelarutan NaOH sesuai waktu yang
ditentukan
vii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Gambar 16. Ukur temperatur di selang waktu yang telah ditentukan pada
NaOH dengan larutan asam. Sesuai konsentrasi masing-masing
vii