Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

“ANALISIS PENGAWASAN TRAVEL ILEGAL


ANTAR KOTA DALAM PROVINSI (AKDP)
OLEH DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI
RIAU DI KOTA PEKANBARU”

RIA GUSRI WIDYAS TUTI


NIP. 19930829 201612 2 001
PENGELOLA ANGKUTAN KENDARAAN

DINAS PERHUBUNGAN
PEMERINTAH PROVINSI RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
kemurahan-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini
merupakan salah satu syarat dalam ujian kenaikan pangkat penyesuaian izajah pegawai
negeri sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Sebagai wujud syukur, ucapan
terimakasih penyusun sampaikan kepada atasan yang telah memberikan masukan yang
semua itu memberi andil yang cukup besar dalam penyelesaiannya.
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Pencipta, karena itu penyusun dangat
menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan sebagai masukan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
menjadi referensi dalam meningkatkan kinerja khususnya pada Seksi Keselamatan dan
Teknik Sarana Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Provinsi Riau.

Pekanbaru, Desember 2022

RIA GUSRI WIDYAS TUTI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia baik kebutuhan individu

maupun kebutuhan kelompok. Sehingga mengakibatkan peningkatan transportasi

sangat tinggi pada setiap kota, terutama transportasi darat. System pengangkutan atau

transportasi harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin

perpindahan orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat.

Berkaitan dengan hal ini menuntut pihak-pihak pengelola jasa transportasi seperti

transportasi angkutan antar jemput dapat mengelola dengan baik agar kebutuhan

masyarakat akan jasa transportasi dapat terpenuhi sebagai alat perpindahan

masyarakat dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Angkutan antar jemput atau yang biasanya dikenal oleh masyarakat dengan

Travel merupakan jasa pelayanan transportasi antar daerah dengan menggunakan

minibus bekapasits 8-15 orang. Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang

menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan Umum (UU

No.22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 21). Angkutan antar jemput adalah angkutan

penumpang yang resmi beroperasi di Provinsi Riau. Angkutan antar jemput ini memiliki

izin trayek atau izin beroperasi dari pemerintah yang dapat dilihat dari plat berwarna

kuning serta memberikan tiket kepada penumpang.

Sedangkan trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk

pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang atau mobil bus yang

mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan

tetap serta berjadwal atau tidak berjadwal.

Sebagian travel tersebut tidak memiliki izin layaknya sebagai angkutan

umum, inilah yang dinamakan dengan travel ilegal. Dimana ilegal menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Kalau kita teliti di daerah seperti simpang empat Garuda

Sakti bahkan sampai di kota-kota seringkali dijumpai travel yang beroperasi

dengan menggunakan plat hitam dengan berani parkir di pinggir ruas jalan,

dimana hal ini jelas nantinya akan merugikan para pemilik mobil penumpang

umum yang resmi (plat kuning), yang sudah memiliki izin trayek resmi dan

membayar retribusi kepada Pemerintah Kota. Dari informasi yang didapat

banyaknya perusahaan travel yang tidak memiliki izin trayek sekiranya ada

puluhan perusahaan dan ratusan travel pribadi plat hitam.

Di Pekanbaru sendiri travel ilegal hampir mendominasi trayek yang ada,

kalau hal ini dibiarkan secara terus-menerus hal yang paling ditakutkan nantinya

akan terjadi misalnya saja iklim usaha jasa yang ada di daerah Pekanbaru akan

sedikit demi sedikit tidak akan kondusif. Pemerintah seharusnya dengan tegas

segera menegur bahkan menertibkan keberadaan travel illegal ini. Penertiban

terhadap angkutan umum, baik angkutan barang maupun angkutan orang/travel

merupakan tanggung jawab Dinas Perhubungan Provinsi Riau.

Pelaksaaan pengawasan pada dinas perhubangan yaitu melalui bidang

Perhubungan Darat, pada seksi Angkutan dan Keselamatan Perubungan Darat.

Karna banyaknya angkutan antar jemput yang tidak memiliki izin

trayek/penyimpangan izin trayek dan banyaknya angkutan yang tidak memiliki

kartu tanda pengawasan atau tanda uji berkala yang masih beroperasi serta

masih kedapatannya travel ilegal yang tidak resmi beroperasi Antar Kota Dalam

Provinsi (AKDP). Banyaknya travel ilegal yang tidak mau membuat izin trayek

salah satu penyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang harus di lengkapi

oleh pihak perusahaan travel dan adanya biaya bila ingin melakukan prosedur

tersebut. Pelaksanaan pengawasan izin trayek AKDP dari Dinas Perhubungan

Provinsi tidak berjalan baik karena adanya hambatan seperti kurangnya SDM,
dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau harus

didampingi oleh polisi yang pelaksanaannya hanya dilakukan selama empat

bulan dalam setahun sesuai dengan UU No.22 Th 2009 pasal 259, dan

kurangnya anggaran karena dalam pengawasan apabila setiap didampingi oleh

polisi perlunya anggaran.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis ingin

mengambil penelitian dengan judul “Analisis Pengawasan Travel Ilegal

Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) Oleh Dinas Perhubungan

Provinsi Riau di Kota Pekanbaru”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan pada latar belakang maka

penulis dalam penelitian merumuskan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Dinas Perhubungan Provinsi Riau dalam melakukan pengawasan

Travel Ilegal antar kota dalam provinsi (AKDP) Oleh Dinas Perhubungan

Provinsi Riau di Kota Pekanbaru?

2. Apa faktor-faktor penghambat Dinas Perhubungan dalam pengawasan Travel

Ilegal antar kota dalam provinsi (AKDP) Oleh Dinas Perhubungan Provinsi

Riau di Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis

dalam penelitian ini membuat tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat Pelaksanaan Pengawasan Travel Ilegal antar kota

dalam provinsi (AKDP) Oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di Kota

Pekanbaru

2. Untuk mengetahui hambatan Dinas Perhubungan dalam pengawasan Travel

Ilegal antar kota dalam provinsi (AKDP) Oleh Dinas Perhubungan Provinsi

Riau di Kota Pekanbaru?


1.4 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono Pengertian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan
pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam kehidupan manusia (sugiyono:2012). Dalam karya tulis ilmiah ini
penulis memilih metode gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif dilakukan untuk

mendapatkan data statistik yang mendukung identifikasi permasalahan

sedangkan metode kualitatif untuk mendapatkan data persepsi pimpinan dan

teman kerja dalam memandang permasalahan dan usulan alternatif

pemecahanan masalah. Adapun tahapan penelitian sebagai berikut :

1. Observasi kondisi lapangan


2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis dan pemecahan masalah
5. Kesimpulan dan saran

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :

1. Karya tulis ilmiah dilaksanakan pada seksi Keselamatan dan Teknik Sarana
Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Provinsi Riau;

2. Penulis hanya membahas permasalahan dan usulan alternatif pemecahan


masalah pada karya tulis ilmiah.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.1 Pengawasan

Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala kegiatan

dan tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu kegiatan tidak

menyimpang dari tujuan serta rencana yang telah digariskan.

(Sumarsono,2010:170) pihak yang paling bertanggung jawab atas kesesuaian

pelaksanaan kegiatan dengan tujuan dan rencananya ini adalah pihak atasan,

maka pengawasan yang sesungguhnya mangcangkup baik aspek pengendalian

maupun aspek pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap

bawahannya.

Menurut sondang siagian dalam (Syafiie,2013:130) mengatakan bahwa

pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Herujito (2006:242) defenisi pengawasan sebagai elemen atau

fungsi keempat manajemen ialah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan menurut George R Terry

menggunakan istilah “control” sebagaimana dalam Siswanto Sunarno (2005:97)

yaitu: “control is to determine what is accomplished, evaluate it, and apply

corrective measures, if needed to ensure sesult in keeping with the plan”

“pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan

menerapkan tindakan koraktif, jika perlu memastikan sesuai yang telah dengan

rencana.”

Menurut Ribin, Stephen P. Mary Coulter dalam (Effendi, 2015:224)

merumuskan pengawasan sama dengan pengendalian sebagai proses memantau


kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan itu diselesaikan

sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap penyimpangan

yang berarti. Menurut Handoko (2003:373) terdapat karakteristik pengawasan

yang efektif, karakteristik adalah:

1. Akurat

2. Tepat waktu

3. Objek dan menyeluruh

4. Terpusat pada titik pengawasan strategi

5. Realistis secara ekonomi

6. Realistis secara organisasi

7. Fleksibel

8. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

1. Fungsi Pengawasan

Menurut Sule dan Seafullah (2005:317), mengemukakan fungsi

pengawasan pada dasarnya merupakan proses yang dilakukan untuk

memastikan agar apa yang telah direncanakan berjalan sebagai mestinya.

Termasuk kedalam fungsi pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor yang

menghambat sebuah kegiatan, dan juga mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai. Sebagai kesimpulan,

fungsi pengawasan diperlukan untuk memastikan apa yang telah direncanakan

dan dikoordinasikan berjalan sebagaimana mestinya ataukah tidak. Jika tidak

berjalan dengan semestinya maka fungsi pengawasan juga melakukan proses

untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap mencapai apa

yang telah direncanakan.

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan

Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain


merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu

mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan

dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir (2001:22)

maksud pengawasan adalah untuk :

a. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan

mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan- kesalahan

yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.

c. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam

rencana terarah kepada sasaran dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat

pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.

e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam planning, yaitu satandard.

3. Jenis-jenis Pengawasan

Ada empat dasar pergolongan jenis pengawasan menurut Manulang

pengawasan dibedakan menjadi:

a. Waktu pengawasan
Berdasarkan waktu pengawasan dilakukan, maka macam-macam
pengawasan dibedakan menjadi:
1) Pengawasan Preventif
Pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan
kesalahan. Jadi diadakan pencegahan agar jangan kesalahan- kesalahan
dikemudian hari.
2) Pengawasan refresif
Pengawasan yang dilakukan setelah rencana sudah berjalan, dengan
kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat ukur standar yang
telah ditentukan sebelumnya.
b. Objek Pengawasan
1) Produksi

2) Keuangan

3) Waktu

4) Manusia dengan kegiatan-kegiatannya

c. Subjek Pengawasan

1) Pengawasan vertikal adalah pengawasan yang dilakukan

oleh atasan dari petugas yang bersangkutan

2) Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan

oleh orang-orang luar organisasi yang bersangkutan

d. Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan


Jenis-jenis pengawasan menurut Sidang Siagian dalam (Effendi, 2015:225)
ada dua yaitu:
1) Pengawasan langsung adalah apabila pimpinan organisasi

melakukan sendiri terhadap kegiatan yang sedang dijalankan

oleh para bawahannya.

2) Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jauh.

Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang

disampaikan oleh para bawahan.

2.2 Transportasi dan Angkutan

2.3.1 Transportasi

Salah satu fungsi kota atau elemen penting perkotaan adalah

transportasi. Transportasi menurut Adisasmita, Adisasmita (2011:59)

diartikan sebagai memindahkan barang dan orang dari suatu tempat ke

tempat lain. sedangkan transportasi publik adalah seluruh alat transportasi

di mana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraan sendiri.

Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan

perkembangan masyarakat serta pertumbuhan indutraialisasi. Dengan


adanya transportasi menyebabkan, adanya spesialisasi atau pembagian

pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan

budaya suatu bangsa atau daerah.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bangsa tergantung pada

tersedianya pengangkutan dalam negara atau bangsa yang bersangkutan.

Suatu barang atau komoditi mempunyai nilai menurut tempat dan waktu,

jika barang tersebut di pindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Dalam hal ini, dengan menggunakan transportasi dapat

menciptakan suatu barang/komoditi berguna menurut waktu dan tempat

(time utility dan place utility). Dalam transsportasi kita melihat dua

kategori yaitu:

a. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan

menggunakan alat angkut

b. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Transportasi merupakan sektor jasa pelayanan yang dibutuhkan

oleh masyarakat dalam melaksanakan berbagai kegiatan perekonomian

dan pembangunan, kegiatan transportasi sangat luas karena meliputi

berbagai unsur yang aktif dalam pemindahan manusia dan barang dari

suatu tempat asal ke tempat-tempat tujuan yang melibatkan berbagai

stakeholders (pihak-pihak yang terkait), yang terutama adalah (1)

Pengguna jasa transportasi (user) atau penumpang dan pemilik barang,

(2) Operator (perusahaan pengangkutan), (3)Tenaga kerja di sector

transportasi, (4) Pemerintah sebagai regulator, dan

(5) Masyarakat (Adisasmita, 2014:73).

2.3.2 Angkutan Umum

Angkutan umum menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

memiliki pengertian yaitu pemindahan orang dan/atau barang dari suatu


tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan kendaraan dalam

kawasan perkotaan yang terkait dalam trayek tetap dan teratur.

Angkutan masal pada dasarnya adalah sarana untuk

memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan baran dari

tempat asalnya ke tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan

dengan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara

angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang

menggunakan yang menggunakan kendaraan umum yang dilakukan

dengan sistem sewa atau bayar. Angkutan umum penumpang yang

dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Pengangkutan dibedakan tiga

kategori yaitu angkutan antar kota, angkutan perkotaan dan angkutan

perdesaan. Angkutan antar kota dibagi dua yaitu angkutan kota antar

provinsi (AKAP) adalah pelayanan jasa angkutan umum antar kota yang

melampaui batas administrasi provinsi, dang angkutan kota dalam

provinsi (AKDP) yaitu pelayanan jasa angkutan umum antar kota dalam

satu wilayah administrasi provinsi.


2.3.3 Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Dinas Perhubungan Provinsi Riau dalam Pengawasan


terhadap Travel Ilegal di Kota Pekanbaru

Permasalahan dan hambatan yang terjadi pada


pengawasan travel illegal Antar Kota Dalam Provinsi
(AKDP)

Terlaksananya Pengawasan terhadap Travel Ilegal Antar Kota Dalam


Provinsi (AKDP) Dinas Perhubungan Provinsi di Kota Pekanbaru

Sugiyono (2014:38) menyatakan bahwa variable penelitian

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian di Tarik kesimpulannya.

2.3.4 Tabel 2.1 Indikator Penelitian


Variabel Indikator Sub Indikator

Pengawasan Travel Razia 1. Pengumpulan data


Ilegal antar kota pada travel yang
dalam Provinsi melanggar
(AKDP) oleh Dinas 2. Memeriksa
Perhubungan Provinsi kelengkapan surat-
Riau di Kota surat yaitu SK,
Pekanbaru Kartu uji
berkala
(Undang-undang kendaraan
Nomor 22 Tahun motor (KIR),
2009) Ksrtu
pengawas (KP).
Sanksi 1. Sanksi yang di berikan
terdapat pada pasal
pasal
308 yaitu Apabila
melanggar akan
dipidana kerugian
paling lama dua bulan
2. Denda paling banyak
Rp. 500.000,00 (lima
ratur
ribu rupiah).

BAB III

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


5.1 Analisis Pengawasan Travel Ilegal Antar Kota Dalam Provinsi

(AKDP) Oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di Kota

Pekanbaru

Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala

kegiatan dan tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu

kegiatan tidak menyimpang dari tujuan serta rencana yang telah

digariskan. (Sumarsono,2010:170) pihak yang paling bertanggung

jawab atas kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan tujuan dan

rencananya ini adalah pihak atasan, maka pengawasan yang

sesungguhnya mangcangkup baik aspek pengendalian maupun aspek

pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap bawahannya.

Maka disini butuhnya pengawasan dari Dinas Perhubungan

Provinsi Riau dalam mengawasi Travel Ilegal antar kota dalam provinsi

(AKDP) di Kota pekanbaru.

Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan tentang hasil dari

penelitian terhadap Pengawasan Travel Ilegal Angkutan Kota dalam

Provinsi (AKDP) oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di Kota

Pekanbaru , serta rekomendasi dari hasil penelitian secara langsung.

Berikut penjelasan tentang Pengawasan Travel Ilegal Angkutan Kota

dalam Provinsi (AKDP) oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di Kota

Pekanbaru.

Pengawasan yang dilakukan belum berjalan dengan baik masih


banyak travel yang belum memiliki izin trayek dari pemerintah. Berikut

kutipan hasil dari wawancara seorang Supir Travel yang tidak memiliki

Izin Trayek:

“Alasan tidak memiliki izin penyebab salah satunya karena


pengurusan izin terbilang sulit dan membutuhkan beberapa berkas
dokumen yang harus dipenuhi dan biaya untuk melakukan izin trayek
lumayan mahal. Para konsumen atau penumpang travel lebih banyak
memilih untuk menggunakan travel yang tidak memiliki izin atau plat
hitam mobil pribadi di bandingkan menggunkan travel yang sudah
memiliki izin karna ongkosnya lebih mahal dri travel plat hitam.”

Maka butuhnya pengawasan dari Dinas Perhubungan Provinsi

Riau dalam melaksanakan pengawasan Travel Ilegal untuk

menertibkan dan mengurangi penyalagunaan izin trayek (travel illegal),

dan demi terciptanya situasi yang kondusif, aman, tertib, tentram

dalam menggunakan angkutan antar jemput sebab apabila sistem

transportasi aman, tertib, lancar dan terkendali maka akan sejalan

dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam bepergian

kedalam maupun keluar provinsi Riau. sebelum melakukan

pengawasan ada beberapa hal yang harus kita dapatkan, yaitu:

a. Memberikan Pedoman atau Arahan Pengawasan

Pemberian pedoman adalah suatu prosedur atau petunjuk

yang digunakan bagi pihak yang berwenang dalam melakukan

tugasnya. Dalam penelitian ini penertiban angkutan antar jemput

ditertibkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau sebagaimana

hasil wawancara penulis terhadap bapak Suardi selaku Seksi

Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)

yang menyatakan bahwa :


“Dalam melaksanakan pengawasan terhadap Travel Ilegal
memiliki pedoman sesuai dengan bidang yang sudah di buat
berdasarkan Unsang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
angkutan jalan”

Pedoman pelaksanaan tugas Travel Ilegal yang melanggar

dapat diketahui dari kutipat wawancara peneliti dengan Bapak Rudi

selaku penyidik di bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas

Perhubungan Provinsi Riau, sebagai berikut:

“Mengenai pedoman pelaksanaan tugas kami berpedoman atas


dasar Undang-undang nomor 22 tahun 2009 pasal 262 dan 26,
didalam Undang-undang tersebut disebutkan adanya keharusan
untuk membentuk Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Selanjutnya berpedoman pada PP nomor 37 tahun 2011 tentang
Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Kemudian SK gubernur
provinsi Riau dengan nomor KPTS277/IV/2012 tentang
pembentukan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi
Riau”.

Berdasarkan kutupan-kutipan wawancara diatas,

disimpulkan mengenai pelaksanaan koordinasi dalam mengatasi

angkutan illegal sudah dibentuk Forum berdasarkan ketentuan-

ketentuan yang berkaitan yang berkaitan dengan lalu lintas dan

angkutan jalan. Adapun tujuan pelaksanaan koordinasi adalah

terciptanya sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,

teratur, tertib dan selamat. Dan mengenai pedoman pelaksanaan

tugas sudah jelas ditetapkan.

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa

pembuatan pedoman pengawasan yang diguanakan secara teknis

dilapangan menjadi hal yang pertama yang dilakukan oleh dinas

Perhubungan Provinsi Riau.


Dalam pemberian pedoman Dinas Perhubungan tidak lepas dari

tupoksi dan landasan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 yang

menjadi acuan tugas dan pedoman dalam menertibkan angkutan

antar jemput. Pemberian pedoman pengawasan juga dapat dilihat

dari PP Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan

Kendaraan Bermotar Di Jalan dan Penindakan Terhadap

Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan hal ini juga diberikan

sebelum petugas turun kelapangan dan tampak pada saat sebelum

menuju kelapangan atau sebelum melaksanakan tugas.

b. Pemberian Tugas

Dalam melaksanakan pengawasan sangat perlu pemberian

tugas kepada petugas agar dapat berkoordinasi dan brtanggung

jawab dalam menjalankan tugasnya terhadap pelaksanaan

pekerjaan yang mereka lakukan dalam rangka menjalankan tugas

dan fungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Pembagian tugas

harus mengarah kepada keadilan yang mencerminkan distribusi

yang relevan untuk menerima pengharaan dan keputusan dimana

dalam hal ini dapat mempengaruhi penampilan percaya dan

kreatifitas kerja.

Pelaksanaan pengawasan transportasi tentu saja harus ada

pembagian tugas yang jelas, agar semua instansi yang terlibat pada

proses pengawasan transportasi lalu lintas dan angkutan jalan di

kota Pekanbaru dapat bekerja sama dengan baik. Pembagian tugas

pengawasan tranportasi angkutan jalan (travel) lalu lintas dan

angkutan jalan dijelaskan dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 yang

menyatakan bahwa dalam melakukan


pengawasan penertiban angkutan umum izin trayek (travel) tidak

hanya dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau tetapi

bekerjasama atau didampingi oleh Penegak Hukum Polda Riau,

Propos Polda Riau, Polisi Militer dan Korwas PPNS.

Dimana dalam melakukan pengawasan penertiban ini

dibentuk satu tim yang terdiri dari 12-15 orang.

Dan kegunaan dibentuknya tim untuk melakukan razia

seperti yang dijelaskan oleh bapak Suardi,SE. selaku Kasi

Pengawasan dan Pengendalian Operasional agar tidak terjadinya

kecurangan, seperti adanya nepotisme dalam melakukan razia.

Penegak hukum dalam razia berfungsi untuk mengawasi jalannya

razia. Jika mobil yang tertangkap mengaku ada dekingan dari pihak

45 kepolisian maka akan ditangani oleh Propos Polda Riau,

sedangkan jika dekingan dari pihak TNI maka akan ditangani oleh

Polisi Militer. Dan Korwas PPNS dari Krimsus Polda Riau yang

berfungsi sebagai penyidik dan pengawas dalam razia, jika ada

yang salah bertindak dalam melakukan razia maka Korwas PPNS

bisa langsung menegurnya. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa

pembagian tugas untuk penyelesaian permasalahan angkutan

umum tanpa izin trayek ini sudah dikatakan optimal karena dalam

pembagian tugas ini sudah dilengkapi dengan beberapa pihak

sehingga kecurangan antar oknum dapat diminimalisir.

Pengawasan pihak-pihak yang berwenang terhadap angkutan

antar jemput tentu sangat mempengaruhi kenyamanan penumpang

saat bepergian. Pengawasan yang baik dan teratur akan

menciptakan kondisi perjalanan pengguna jasa yang nyaman dan


teratur. Pengawasan pada dasarnya menekankan langkah

pembenaan atau koreksi yang objektif jika terjadi perbedaan atau

penyimpangan antara pelaksanaan dengan perencanaannya. Dalam

makna ini pengawasan juga berarti mengarahkan atau berkoordinasi

antara kegiatan. Pengawasan dilakukan agar tidak terjadi

pengulangan penyimpangan atau kesalahan, sehingga hasilnya

sesuai dengan yang diinginkan. Pada penelitian ini penulis

memandang permasalahan tentang penertiban lalu lintas dan

angkutan jalan di kota Pekanbaru dengan beberapa aspek yang

menjadi penilaian yaitu wawancara dan observasi di lokasi penelitian.

Adapun indikator penilaian meliputi melakukan Razia dan Pemberian

Sanksi.

5.1.1 Melakukan razia dan pengumpulan data pada pelanggar

Dalam pelaksanaan pengawasan atau pemantauan

dilaksanakan dengan langsung turun kelapangan. Namun, dalam

menindaklanjuti maraknya angkutan travel ilegal, sebenarnya adalah

kurangnya pengawasan dari pemerintah kota. Salah satu bentuk

pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau

dalam menindaklanjuti permasalahan travel llegal ini yaitu dengan

melakukan razia baik itu razia rutin mapun razia dadakan.

Setelah keluar UU Nomor 22 Tahun 2009 Dinas Perhubungan

tidak lagi boleh melakukan razia sendiri akan tetapi didampingi oleh

petugas kepolisian yang dibiayai sendiri oleh dinas Perhubungan.

Selain itu, yang ikut serta mendampingi Dinas Perhubungan dalam

melakukan razia adalah Penegak Hukum Polda Riau, Propos Polda

Riau, Polisi Militer dan Korwas PPNS. Dimana dalam melakukan razia

ini dibentuk satu tim yang terdiri dari 12-15 orang. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh bapak Suardi, SE selaku Kepala Seksi

Pengawasan dan Pengendalian Operasional . “Dalam melakukan razia

terdiri dari dua orang dari Gakkum Polda Riau,satu orang dari Propos

Riau, satu dari polisi militer, satu lagi dari Korwas PPNS selebihnya

dari Dinas Perhubungan”.

Berdasarkan penjelasan lanjutan oleh Kepala Seksi Pengawasan

dan Pengendalian Operasional bahwa kegunaan dibentuknya tim

untuk melakukan razia agar tidak terjadinya kecurangan, seperti

adanya nepotisme dalam melakukan razia. Penegak hukum dalam

razia berfungsi untuk mengawasi jalannya razia. Jika mobil yang

tertangkap mengaku ada dekingan dari pihak kepolisian maka akan

ditangani oleh Propos Polda Riau, sedangkan jika dekingan dari pihak

TNI maka akan ditangani oleh Polisi Militer. Dan Korwas PPNS dari

Krimsus Polda Riau yang berfungsi sebagai penyidik dan pengawas

dalam razia, jika ada yang salah bertindak dalam melakukan razia

maka Korwas PPNS bisa langsung menegurnya. Pengawasan ini

berdasarkan dengan penjelasan tentang karekteristik pengawasan

yang efektif.

Dalam melakukan pengawasan hal yang utama akan ditanyakan

kepada pengemudi travel adalah kelengkapan surat dalam

berkendaraan yaitu SK, SIM, Kartu uji berkala kendaraan motor (KIR),

kartu pengawas (KP). Sesuai yang telah ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 117 Tahun 2018 tentang syarat-syarat angkutan

umum.

5.1.2 Pemberian sanksi

Dalam melakukan penertiban dengan menerapkan sanksi tegas


terhadap penyimpangan atau pelanggaran yang terjadi akan

menimbulkan efek jera bagi perusahaan angkutan antar jemput yang

melakukan pelanggaran. Sanksi yang diberikan sangat penting untuk

dilakukan, agar peraturan yang berlaku dapat ditegakkan dan

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sanksi yang diberikan

kepada pengemudi maupun perusahaan angkutan antar jemput yang

melakukan pelanggaran tentu tidak akan terlepas dari peraturan

Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan.

Adapun sanksi yang di berikan terdapat pada pasal pasal 308

yaitu Apabila melanggar akan dipidana kerugian paling lama dua bulan

atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima ratur ribu rupiah).

setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang

tidak memenuhi peraturan dan menyimpang dari izin yang ditentukan

sebagaimana dimaksud dalam UU No 22 Tahun 2009.

5.1.3 Angkutan dan Transportasi

Angkutan dan transportasi adalah sebuah kendaraan yang

membawa atau pemindahan orang atau penumpang dari suatu tempat

ketempat tujuan yang terkait dalam trayek tetap dan teratur.

Maka angkutan dan transportasi harus dalam keadaan yang baik

ketika sedang beroperasi membawa penumpang, karna itu adalah

salah satu hal yang penting dalam menjaga keselamatan penumpang.

Sebelum beroperasi sebaiknya mesin dari kendaraan yang akan

digunakan diperiksa dulu agar tau apabila ada kerusakan bisa

diperbaiki.

Tetapi masih banyak perusahan travel yang masih lalai dalam

kesehatan mesin dari kendaraan sehingga kendaraan sebagai


angkutan dan transportasi tidak optimal pada saat beroperasi bahkan

bisa berdampak fatal seperti terjadinya kecelakaan akibat kendaraan

yang digunakan tidak baik.

5.2 Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Travel Ilegal oleh

Dinas Perhubungan Provinsi Riau

Dalam pelaksanaan transportasi izin trayek oleh Dinas

Perhubungan Provinsi Riau pasti ada terdapat kendala dan hamatan

yang dihadapi dalam melaksanakannya. Faktor-faktor penghambat

timbul dalam proses pengawasan yang dilaksanakan. Faktor

penghambat dapat mempengaruhi keberhasilan terhadap pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Munculnya massalah yang dapat

menghambat proses pengawasan tersebut dapat bersumber pada

internal, yang melakukan pengawassan yang diawasi. Berdasarkan

hasil penelitian dilapangan ditemukan berbagai macam hambatan-

hambatan yang dapat menghalangi keberhasilan dari pengawasan

antara lain sebagai berikut.

5.2.1 Kurangnya wewenangan yang luas dalam pengawasan

kepada Dinas Perhubungan Provinsi Riau

Wewenang yang diberikan kepada Dinas Perhubungan Provinsi

Riau dalam melakukan pengawasan Izin Trayek (Travel) masih kurang

karna dalam melakukan pengawasan dan melaksanakan tindakan

terhadap pelanggar seperti melakukan razian atau memberi sanksi

kepada pengalanggar. Semua pengawasan tersebut dapat

dilaksanakan apabila Dinas Perhubunga Provinsi Riau di damping oleh

Polisi.

5.2.2 Anggaran untuk melakukan pengawasa Travel Ilegal


Anggaran yang disediakan untuk Dinas Perhubungan Provinsi Riau

dalam pelaksanaan pengawasan Travel Ilegal.

5.2.3 Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan pengawasan Travel Ilegal ini Dinas

Perhubungan melakukan pengawasan pada empat lintasan yaitu lintas

utara berbatasan dengan Siak, lintas timur berbatasan dengan

Pelalawan, lintas selatan berbatasan dengan Kuantan Singingi, dan

lintasan barat berbatasan langsung dengan Kampar dan Rokan Hulu.

Dan dalam satu lintasan dibentuk satu tim yang terdiri dari 12-15

orang, yaitu 2 orang dari Gakkum Polda Riau, 1 orang dari Propos

Riau, 1 dari polisi militer, 3 orang Korwas PPNS dari Dinas

Perhubungan selebihnya anggota Dinas Perhubungan.

Dinas Perhubungan memiliki kewajiban untuk menyediakan PPNS

dan anggota dalam pelaksanaan pengawasan angkutan umum tanpa

izin trayek (travel). Dimana PPNS ini memiliki tugas untuk penyidik

dan pengawasan dalam razia dan hanya PPNS yang bisa untuk

menandatangani surat tilang. Dimana syarat untuk menjadi PPNS ialah

pendidikan Strata 1 (S1), golongan III(a), dan mengikuti diklat yang

dilaksanakan oleh kementrian Perhubungan. Hal ini berarti Dinas

Perhubungan membutuhkan 3 orang dalam satu lintasan, dan Provinsi

Riau memiliki 4 lintasan. Jadi, Dinas Perhubungan Provinsi Riau

membutuhkan 12 orang PPNS untuk sekali turun kelapangan.

Namun pada kenyataan dilapangan Dinas Perhubungan memiliki 8

PPNS, dan yang bisa aktif turun kelapangan hanya 4 orang.

Dikarenakan 4 lainnya sudah memiliki jabatan sebagai kepala sehingga

sulit untuk kelapangan, dikarenakan banyaknya pekerjaan yang akan

diselesaikan di kantor.
5.2.4 Kasadaran Perusahaan, Supir Travel, dan Penumpang

1) Perusahaan

Setiap perusahaan angkutang trayek antar jemput kota

dalam provinsi wajib menaati segala peraturan yang berlaku.

Seperti mengurus izin usaha angkutan dan izin trayek atau izin

beroperasi secara lengkap. Adapun persyaratan yang harus

dilengkapi untuk memperoleh izin beroperasi secara lengkap,

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap perusahaan

yang ingin melakukan usaha dibidang angkutan wajib memiliki

izin usaha angkutan sesuai persyaratan yang sudah

ditentukan.

Namun masih ada ditemukan perusahaan yang memiliki

izin trayek tetapi tidak semua kendaraannya memiliki izin

trayek (kendaraan umum). Perusahan mempunyai kendaraan

plat umum (plat kuning) dan kendaraan plat pribadi (plat

hitam).

2) Supir travel

Supir travel sangat diperlukan dalam membawa

kendaraan trayek (travel) sebagai pengemudi, maka disini

supir travel harus taat dalam berkendaraan sesuai aturan yang

sudah ditetapkan pemerintah seperti membawa surat-surat

lengkap menyatakan bahwa angkutan umum tersebut sudah

legal atau layak dikemudikan.

Namun banyak ditemukan supir travel yang membawa

travel illegal atau membawa travel yang legal tetapi tidak

membawa surat- surat lengkap.


3) Penumpang

Penumapang sebagai orang orang yang dibawa oleh

supir travel atau pengemudi sesuai dengan tujuan penumpang

yang di lakukan dan diberikan oleh jasa angkutan orang

(perusahaan travel). Akan tetapi, sebagai penumpang

seharusnya juga tau transportasi angkutan umum yang aman

itu seperti apa?.

Masih banyak ditemukan kurangnya kesadaran dari

penumpang sendiri yang memilih untuk memakai jasa travel

illegal. Banyak juga ditemukan apabila ada razia dari Dinas

Perhubungan di lintas jalan supir travel dan penumpang sepat

berbohong membuat alasan seperti mengaku-ngaku mereka

yang berada didalam travel illegal tersebut ialah keluarga. Dari

tindakan tersebut penumpang tidak memikirkan akibatny.

apabila terjadi kecelakaan, penculikan atau sebagainya tidak

ada jaminan penanggung jawaban dri perusahaan illegal. Dan

kasus seperti itu sebenarnya sudah banyak kita ketahui

sebelumnya contoh adanya penculikan supir travel illegal

terhadap mahasiswa, perusahaan travel illegal yang dihubungi

tersebut juga tidak terdapat, maka disini siapa yang dapat kita

salahkan?.
BAB IV
KESIMPLAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang

diuraikan dibab-bab sebelumnya, mengenai pelaksanaan Travel Ilegal

antar kota dalam provinsi (AKDP) oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di

Pekanbaru maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengawasannya Travel Ilegal oleh Dinas Perhubungan Provinsi Riau di

kota Pekanbaru dapat dikatakan belum maksimal, karna masih banyak

travel illegal sampai saat ini beroperasi di pekanbaru menuju wilayah

dalam provinsi. hal ini dapat dilihat dari pengawasan dan sosialisasi

yang dilakukan. Dimana pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan dalam melakukan pengawasan penertiban angkutan

umum tanpa izin trayek belum efektif, karna masih banyaknya Travel

illegal Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang beroperasi di Kota

Pekanbaru.

Hal ini disebabkan Dinas Perhubungan sudah jarang melakukan

pengawasan razia rutin, koordinasi yang dilakukan masih belum

maksimal dikarenakan kurangnya anggaran, dan juga kurang

wewenang Dinas Perhubungan dalam melakukan pengawasan yang

bagaimana pengawasan Dinas Perhubungan harus didampingi oleh

Polisi. Dan yang terakhir sanksi yang diberikan masih kurang efektif

tidak membuat efek jera kepada pemilik angkutan travel illegal.


6.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Upaya Dinas

Perhubungan dalam pelaksanaan transpotrasi izin trayek

(travel) di Kota Pekanbaru, penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Untuk mengatasi pelaksanaan transpotasi izin trayek (travel)

angkutan umum yang tertib Dinas Perhubungan Provinsi

Riau harus mengawasi angkutan umum yang masuk didalam

wilayah Kota Pekanbaru serta perlu menambah personil,

sarana dan prasarana serta anggaran sesuai kebutuhan,

sehingga diharapkan memperlancar dalam pelaksanaan Travel

Ilegal antar kota dalam provinsi (AKDP) di kota Pekanbaru dan

juga memberikan wewenang yang lebih besar kepada Dinas

Perhubungan Provinsi Riau dalam pelaksanaan pengawasan Travel

Ilegal. Sanksi yang diberikan pada angkutan umum tanpa izin

trayek (travel ilegal) haruslah setegas mungkin agar angkutan

umum tanpa izi trayek (travel ilegal) dapat berkurang jumlahnya

dan jera untuk mengeporasikan angkutan tersebut. Dinas

Perhubungan dan pengusaha angkutan travel serta masyarakat

pengguna jasa angkutan tersebut harus mengetahui terhadap

peraturan dari isi kebijakan serta bagi pengusaha angkutan perlu

meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan mengenai pentingnya

mematuhi dan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ada yang

terdapat pada isi kebijakan Undang-Undang no 22 tahun 2009.

2. Dalam melakukan perizinan perusahaan maupun izin

angkutan pihak terkait tidak mempersulit pembuatan izin


kepada masyarakat yang ingin membuat izin perusahaan

maupun izin trayek. Pelaksanaan razia seharusnya dilakukan

secara berkesinambungan dan terus menerus untuk

menimbulkan efek jera kepada pengemudi angkutan ilegal.

Dan untuk kepentingan masyarakat, pihak terkait perlu

melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran tentang bahayanya angkutan

umum tanpa izi trayek (travel ilegal) yang tidak memiliki izin

tersebut. Dengan demikian dapat menghasilkan dampak

yang baik, sehingga secara berkala kuantitas angkutan ilegal

yang beroperasi dikota Pekanbaru akan semakin berkurang.


BIODATA PENULIS

Nama : Ria Gusri Widyas Tuti

NIP : 19930829 201612 2 001

Pangkat/Gol. Ruang : Pengatur Tk.1 / II.d

Jabatan : Pengelola Angkutan Kendaraan

OPD : Dinas Perhubungan Provinsi Riau

Anda mungkin juga menyukai