Anda di halaman 1dari 2

BAB 6.

Sumber-sumber Hukum Syara


Sumber-sumber hukum syara adalah :

1. Al Qur’an
Yaitu Kallam Allah yang diturunkan kepada Rosulullah SAW melalui perantaraan
malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab.
Di dalam al-qur’an terdapat ayat-ayat :

a. Ayat Al Muhkamat adalah ayat-ayat yang maksudnya dapat diketahui secara nyata
dan tidak perlu ditafsirkan lagi.

Contoh :

ِ ِ ِ ‫مِب‬ ِ ِ َّ ‫السا ِر ُق و‬
ٌ ‫السارقَةُ فَاقْطَعُوا َأيْد َي ُه َما َجَزاءً َا َك َسبَا نَ َكااًل م َن اللَّه َواللَّهُ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ َ َّ ‫َو‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya,…” (Q.S Al-Maidah:38)

b. Ayat Al Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mempunyai arti terselubung


(tersembunyi), yang dapat ditafsirkan karena mengandung beberapa pengertian.

Contoh :

“ Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga kali quru' . Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,…”
(Q.S Al-Baqarah:228).
Lafadz quru’ dalam Q.S Al-Baqarah:228 tsb, mempunyai 2 arti yaitu arti haid dan suci.

2. As Sunnah/Hadist
Yaitu perkataan, perbuatan, dan diamnya Rasulullah terhadap sesuatu hal/perbuatan
seorang shahabat yang diketahuinya.

Dari segi riwayat dan kekuatan dalil, As Sunnah dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu :
a. Hadist Mutawatir adalah suatu hadist yang disampaikan oleh para shahabat,
tabi’in dan tabiit tabi’in dengan jumlah tertentu dalam setiap generasi.
Sifat hadist mutawatir adalah qath’i (pasti) artinya tidak ada keraguaan
didalamnya.
b. Hadist Ahad adalah hadist yang tidak memenuhi syarat mutawatir pada tiga
generasi.
Dari segi kualitas perawi, hadist ahad dibagi menjadi :
1. Shahih yaitu hadist yang kebenarannya tidak diperselisihkan.
2. Hasan yaitu hadist yang tidak mencapai derajat shahih disebabkan salah
seorang perawinya terdapat “cacat”, misalnya ingatannya lemah.
3. Dhaif yaitu hadist yang tidak mengandung sifat-sifat hadist shahih maupun
hadist hasan, sehingga tidak dapat dijadikan hujjah (argumentasi).

10
3. Ijma’ Shahabat
Yaitu kesepakatan para shahabat terhadap hukum suatu perkara.
Alasan Ijma Shahabat dijadikan sebagai dalil syar’i :
 Banyak pujian dari Allah di dalam al-qur’an maupun hadist kepada para shahabat.
 Para shahabat mustahil bersepakat/berijma’ atas suatu kekeliruan/kesesatan.
 Para shahabat merupakan orang-orang yang hidup bersama semasa Rasulullah.
 Para shahabat merupakan generasi yang mengumpulkan, menghafalkan, dan
menyampaikan Al-qur’an beserta sunnah pada generasi berikutnya.

Contoh : - Pembukuan al-qur’an/Mushaf Al-Qur’an.


- Kekosongan imam/khalifah maksimal tiga hari.

4. Qiyas
Yaitu menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nashnya/hukumnya, dengan suatu
kejadian yang sudah ada nash/hukumnya karena adanya kesamaan illat (sebab terjadinya
hukum).
Contoh : Mengadakan transaksi jual beli tatkala adzan sholat jum’at HARAM

‫اس َع ْوا! ِإىَل ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َذ ُروا الَْبْي َع‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ود‬ ِ ‫ِإ‬ ِ َّ


ْ َ‫ي للصَّاَل ة م ْن َي ْوم اجْلُ ُم َعة ف‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ ُ‫ين آَ َمنُوا! َذا ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari
Jum’ah, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat) dan tinggalkanlah
jual beli.” (Q.S Al-Jumu’ah:9)

Illatnya adalah melalaikan sholat jum’at maka aktifitas apapun (sewa menyewa, transaksi
perdagangan, bekerja maupun perbuatan lainnya), pada waktu tersebut juga hukumnya
HARAM.

Hukum bagi Masalah Baru


Jika muncul suatu permasalahan atau kejadian baru, maka ia harus dikaji dan difahami.
Kemudian dilakukan “istinbath” hukum (penggalian status hukum) dari dalil-dalil yang
bersifat umum yang terkandung dalam syari’at.

IJTIHAD

MUJTAHID

11

Anda mungkin juga menyukai