Anda di halaman 1dari 73

Nama Dosen: Abdullah S.Kep,. Ns,. M.

Kes
Mata Kuliah: Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUANH

WAHAM KEBESARAN,HARGA DIRI RENDAH ,

RISIKO BUNUH DIRI

OLEH :

KELOMPOK B

Intan Putri Yanti Xaverius Markus Kaat

askia Aulia Dea Elizabeth Lafenia Weeflar

Sri Amina Tukmuly Muh.Andhika Putra Pratama

Xaverius Markus Kaat Efer Manuhury

Pattanur Mildanianti Reski Pratiwi

Yuliana Sabu Brinu Kiki Rosyani

Aini yaturrofidah Vhio blegur


LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi negative
terhadap diri sendiri dan kemampun diri (Keliat, Dkk. 2018).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa
dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran
negative tentang dirinya (Yosep & Sutini 2018).
B. Proses Terjadinya Masalah
Hasil riset Malhi dalam Yosep & Sutini (2018), menyimpulkan
bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan
seseorang yang tidak optimal.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk
tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara
umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya
karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misanya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termaksud
dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah
harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negative
dan meningkat saat dirawat (Azizah, Dkk. 2018).
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Damaiyanti (2018) :
a. Jangka pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus
menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok
sosial, keagamaan, politik.
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi
olah raga kontes popularitas.
4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas
sementara : penyalahgunaanobat-obatan.
b. Jangka Panjang :
1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dariorang-orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensidiri sendiri.
2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat
c. Rentang Repson

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan depolarisasi


Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar


belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalanganaspek psikososial dan kepribadian dewasa
yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis
terhadap dirisendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidakdapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

D. Pohon Masalah

Efek/Akibat isolasi social

Coproblem harga diri rendah

Problem deficit perawatan diri


E. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
5) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
1) Merusak diri sendiri
2) Merusak orang lain
3) Menarik diri dari hubungan social
4) Tampak mudah tersinggung
5) Tidak mau makan dan tidak tidur
6) Perasaan malu
7) Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian
F. Diagnose Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
G. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagno Tdkn Pertemuan


sa 1 2 3 4 5 S.D 12

Kep.
1 P 1) Identifikasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi
A kemampuan kegaiatan kegiatan kegiatan kegiatan
S melakukan pertama pertama dan pertama,k latihan
I kegiatan dan yang telah kedua yang edua, dan dan
E aspek positif dan berikan dilatih dan ketiga berikan
N pasien (buat pujian berikan yang telah pujian
daftar 2) Bantu pasien pujian dilatih dan 2) Latih
kegiatan) memilih 2) Bantu pasien berikan kegiatan
Harga 2) Bantu pasien kegiatan memilih pujian latihan da
diri menilai kedua yang kegiatan 2) Bantu berikan

rendah kegaiatan akan dilatih ketiga yang pasien pujian


yang dapat 3) Latih akan dilatih memilih 3) Nilai
dilakukan kegiatan 3) Latih kegiatan kemampu
saat ini (pilih kedua (alat kegiatan keempat an yang
dari daftar dan cara) ketiga (alat yang akan telah
kegaiatan) 4) Masukan dan cara) dipilih mandiri
buat daftar pada jadwal 4) Masukan 3) Latih 4) Nilai
kegaiatan kegiatan pada jadwal kegiatan apakah
yang dapat untuk latihan kegiatan keempat harga diri
dilakukan : dua untuk latihan (alat dan pasien
saat ini kegiatan kegiatan, cara) meningkat
3) Bantu pasien masing- masing- 4) Masukan
memilih masing masing pada
salah satu 2x/hari 2x/hari jadwal
kegaiatan kegiatan
yang dapat untuk
dialakukan latihan
saat ini untuk masing-
dilatih masing
4) Latihan 2x/hari
kegiatan
yang dipilih
(alat dan
cara
melakukanny
a)
5) Masukan
pada jadwal
kegiatan
untuk latihan
2x/Hari
2 K 1) Diskusikan 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi
E masalah kegiatan kegiatan kegiatan kegaiatan
L yang keluarga keluarga keluarga keluarga
U dirasakan dalam dalam dalam dalam
A dalam membimbin membimbin melaksa membim
R merawat g pasien g pasien nakan bing
G pasien harga diri melaksanak kegiatan pasien
A 2) Jelaskan rendah,beri an kegiatan beri melaukan
pengertian pujian yang telah pujian kegiatan
tanda dan 2) Bersama dilatih beri 2) Bersama yang
gejala dan keluarga pujian keluarga dipilih
proses melatih 2) Bersama melatih oleh
terjadinya pasien keluarga pasien pasien,
harga diri dalam melatih malukan beri
renda melakukan pasien kegiatan pujian
(gunakan kegiatan melakukan keempat 2) Nilai
booklet) kedua kegiatan yang kemamp
3) Jelaskan 3) Anjurkan ketiga yang dipilih uan
cara membantu dipilh 3) Jelaskan, keluarga
merawat pasien 3) Anjurkan follow up membim
harga diri sesuai membantu ke bing
rendah jadwal dan pasien PKM,tan pasien
teruatam beri pujian sesuai da 3) Nilai
memberika jadwal dan kambuh,r kemamp
n pujian beri pujian ujukan uan
semua hal 4) Anjurkan keluarga
yang positif membant melakuka
pada pasien u pasien n control
4) Latih sesuai ke PKM
keluarga jadwal
memberi dan
tanggung memberi
jawab kan
kegiatan pujian
yang dipilih
pasien :
bombing
dan beri
pujian
5) Anjurkan
membantu
pasien
sesuai
jadwal dan
memberika
n pujian

Kasus:

Disuatu daerah terdapat keluarga bahagia, ia adalah keluarga kaya yaitu


Tn.H. Tn.H memiliki anak perempuan satu-satunya yang bernama Ny.I.
Ny.I sudah berusia 30 tahun yang belum juga menikah. Karena Ny.I
hidupnya mewah dan dalam melakukan segala hal selalu dibantu oleh
pembantunya maka mengakibatkan Ny.I selalu bermalas-malasan.

Hingga pada suatu hari Ny.I bertemu dengan seorang laki-laki yang
menarik hati hingga Ny.I ingin menjadi istri dari laki-laki tersebut. Namun
orangtuanya tidak setuju karena calon suaminya bukan dari orang yang
kaya raya. Karena Ny.I begitu mencintai laki-laki tersebut dan akhirnya
mereka pun menikah. Namun, setelah mereka menikah banyak
permasalahan yang muncul, terutama masalah keluarga, sehingga suami,
saudara suaminya dan tetangganya banyak yang mengejek Ny.I.
sehingga Ny. I tidak PD sebagai seoarang ibu karena tidak mampu
menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Karena banyaknya
cemoohan dari lingkungannya akhirnya Ny. I mengalami gangguan HDR.
Dirumah sakit...
 “Ny.I hanya diam, tiba-tiba datang seorang perawat menghampiri
Ny.I untuk mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki Ny.I, membantu Ny.I menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu Ny.I memilih dan menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN
Masalah : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan tidak PD sebagai seoarang Ibu karena
tidak mampu menjalankan peran sebagai Ibu rumah tangga.
b. Data Objektif
1) Klien tampak tenang dan kooperatif
2) Klien tampak kurang percaya diri

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Pasien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
d. Pasien dapat melakukan kegiatan yang dipilih sesuai dengan
kemampuan

4. Tindakan Keperawatan
SP I P
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih
dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien
d. Melatih pasien dengan kegiatan yang dipilih sesuai
kemampuan, misal merapikan tempat tidur
e. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb. Bu, perkenalkan nama saya Lailul
Muna, Ibu bisa memanggil saya mbak Muna. Saya mahasiswa
STIKES Muhammadiyah Kendal yang bertugas pada pagi hari
ini. Saya disini akan membantu menyelesaikan masalah yang
Ibu hadapi. Kalau boleh tau nama Ibu siapa ya?”
“Senang dipanggil siapa, Bu?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Tampaknya Ibu segar?”
c. Kontrak
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau kita mengobrol tentang kamampuan
dan kegiatan yang pernah Ibu lakukan? Setelah itu kita
akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu lakukan di
rumah sakit.”
2) Waktu
“Bagaimana bu apakah Ibu mau? waktunya mau 10 menit
atau 15 menit?”
3) Tempat
“Karena Ibu bersedia, dimana kita mau berbincang-
bincang? bagaimana  kalau kita bicarakan masalah ini di
taman?”
2. Kerja
“Sekarang coba Ibu cerita apa kegiatan Ibu sehari hari dirumah
mulai dari bangun tidur?”
“Oh bagus ya bu, selain mandi dan makan kemudian apalagi, Bu?”
“Wah bagus sekali ya bu ada 5 kemampuan dan kegiatan yang Ibu
miliki. Nah, Ibu dari ke 5 kegiatan ini yaitu sikat gigi, keramas,
membersihkan tempat tidur, mandi, dan makan apa yang masih
bisa Ibu kerjakan di rumah sakit?”
“Bagus sekali, Ibu ada 2 kegiatan yang masih bisa Ibu kerjakan
dirumah sakit ini yaitu membersihkan tempat tidur dan makan,
bagaimana kalau kita merapihkan tempat tidur, bagaimana bu apa
Ibu mau?”
“Ya sudah, kita menuju tempat tidur Ibu ya?”

“Ibu sebelum kita merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu ya


bantalnya. Bagus Ibu, sekarang kita angkat seprainya, sekarang
kita pasang lagi seprainya dengan yang baru, nah sekarang kita
mulai lipat dari yang atasnya ya? Iya bagus, sekarang yang sebelah
ujung kakinya tarik dan masukan yang pinggirnya kedalam.
Pemasangan seprainya sudah selesai sekarang kita ambil
bantalnya dan letakan diatas, iya bagus Ibu, Ibu sudah bisa
merapihkan tempat tidurnya dengan baik, coba Ibu perhatikan dan
bedakan dengan yang tadi sebelum dirapihkan, sekarang menjadi
lebih rapi kan bu?”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol dan
latihan merapihkan tempat tidurnya?”
2) Evaluasi Objektif
“Ternyata Ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan dirumah sakit ini, salah satunya merapihkan
tempat tidur yang sudah Ibu praktekan dengan baik sekali.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah
pulang nanti. Sekarang mari kita masukan ke jadwal harian. Ibu
mau berapa sekali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus 2x,
yaitu pagi jam berapa? lalu sehabis istirahat jam 4 sore ya bu.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Besok pagi kita latihan lagi ya bu kegiatan yang mampu
dilakukan dirumah sakit selain merapihkan tempat tidur,
yaitu mencuci piring. Bersedia, Bu?”
2) Waktu
“Jam berapa kita akan latihan mencuci piring besok?
Bagaimana kalau jam 8 pagi?”
3) Tempat
“Dimana kita bakan latihan cuci piring? Bagaimana kalau di
dapur saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN
Masalah : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pertemuan ke II (dua)

1. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Data Obyektif
Klien tampak tenang, sudah mau menghargai dirinya sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Tujuan :
Pasien dapat melakukan kegiatan kedua yang dipilih sesuai
kemampuan, yaitu cuci piring

4. Tindakan Keperawatan
SP II P
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih kegiatan kedua yang dipilih sesuai kemampuan, yaitu
cuci piring
c. Membimbing pasien memasukkan kedalam jadwal harian

2. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”
“Sesuai janji kemarin, saya datang lagi untuk melatih
kemampuan Ibu mencuci piring.”

b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini? Bagaimana dengan
perasaan negatif yang Ibu rasakan? Bagus sekali bu. Berarti
perasaan tidak berguna yang Ibu rasakan sudah berkurang.”
”Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?
Boleh saya lihat kamar tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali.
Hebat bu.”
“Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata Ibu telah
melakukan kegiatan merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu
apa manfaat yang Ibu rasakan dengan melakukan kegiatan
merapikan tempat tidur secara terjadwal?”
c. Kontrak
1) Topik
“Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan
yang kedua. Hari ini kita mau latihan cuci piring kan, Bu?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 30 menit?”
3) Tempat
“Dimana tempat mencuci piringnya bu?”

2. Kerja
“Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan
untuk mencuci piring. Menurut Ibu apa saja yang kita perlu kita
siapkan untuk mencuci piring?”
“Ya bagus, jadi sebelum mencuci piring kita perlu menyiapkan
alatnya yaitu sabun cuci piring dan spoons untuk mencuci piring.
Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring yang telah
kita sabuni.”
“Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci
yang biasa Ibu lakukan?”
“Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci piring pertama
kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan kita kumpulkan
disatu tempat atau tempat sampah. Kemudian kita basahi piring
dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring, dan kemudian
dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak terasa licin lagi.
Kemudian kita letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada
piring dan gelas, maka yang pertama kali kita cuci adalah gelasnya,
setelah itu baru piringnya. Sekarang bisa kita mulai bu?”
“Bagus sekali, Ibu telah mencuci piring dengan cara yang baik.
nanti Ibu kalau dirumah juga begitu ya, Bu”
“Menurut Ibu bagaimana perbedaan setelah piring dicuci
dibandingkan tadi sebelum piring belum dicuci?”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan mencuci
piring?”
2) Evaluasi Obyektif
“Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring
yang baik bu? Bagus bu”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ya bu, mau
berapa kali Ibu mencuci piring?”
“Bagus 3 kali, setelah selesai sarapan, makan siang dan malam
ya bu. Jika Ibu melakukannya tanpa diingatkan perawat beri
tanda M, tapi kalau Ibu mencuci piring dibantu atau diingatkan
perawat ibu beri tanda B, lalu kalau Ibu tidak melakukannya ibu
beri tanda T.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih
kemampuan Ibu yang ketiga, yaitu menyapu lantai”
2) Waktu
“Ibu mau jam berapa?”
“Baik jam 10 pagi ya, Bu.”
3) Tempat
“Tempatnya dimana, Bu?”
“Bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu lagi
disini jam 10 ya bu. Wassalamualaikum wr.wb. Ibu.”
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, I., & Sutini, T. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Azizah, L. M., Zainuri, I. & Akbar, A. 2018. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa-Teori dan Aplikasi Praktik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka
Damaiyanti, M., Iskandar. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Keliat, B. A., Windrawati, H. D., Pawirowiyono, A., Subu, M. A. 2018.
Diagnosis Keperawatan : definisi dan Klasifikasi 2015-2018, Ed-10.
Jakarta: EGC.
Yusuf, A. H., Fitryasari, R., Nihayati, H. E. 2018. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

A. Kasus Utama (Waham)


1. Defenisi
Waham adalah suatu kepercayaan yang terpaku dan
tidak dapat dikoreksiatas dasar fakta dan kenyataan, tetapi
harus dipertahankan, bersifat patologisdan tidak terkait dengan
kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukkansuatu
gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan isi
pemahamanterhadap faktor – faktor dinamis penyebab
gangguan jiwa. Terbentuknyakepercayaan yang bersifat 21
waham adalah sebagai perlindungan diri terhadaprasa takut dan
untuk pemuasan kebutuhan (Yosep, 2018).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak
konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat, (Yosep, 2018).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor predisposisi
Menurut Direja (2019), faktor predisposisi dari gangguan isi
pikir, yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres
dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.

c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau
bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak,
pembesaran vertikel di otak, atau perubahan pada sel
kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
2. Faktor presipitalis
Menurut Direja (2019) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir:
waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan
orang yang berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia.
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga
dapat menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan
untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
3. Perilaku
a. Perubahan mood
b. Halusinasi
4. Mekanisme koping
a. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang
masih dimiliki klien.
b. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga,
finansial keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia,
kemampuan keluarga memberikan asuhan.

C. Rentang Respon

Adatif Maladatif

Pikiran logis Distorsi pikian Gangguan


Persepsi akurat Ilusi pikiran/delusi
Emosi konsisten Reaksi emosi -/+ Halusinasi
Perilaku social Perilaku aneh Sulit berespon emosi
Berhubungan Menarik diri Perilaku
sosial disorganisasi
Isolasi sosial

1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar
dirinya.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi
perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak
komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
berlaku.
5. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan
kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari
persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang
memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak
kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau
afek keluar berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima
oleh norma – norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima
oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
10. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi (Azizah Lilik, Dkk. 2018).

D. Pohon Masalah
kerusakan komunikasi verbal ( Efek )

Waham ( Coproblem )

Perilaku kekerasan ( Problem )

E. Masalah Keperawatan Yang perlu Dikaji


1. Kerusakan komunikasi : verbal
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
b. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata kurang
2. Gangguan proses pikir : waham
a. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut,
kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
3. Perilaku kekerasan
a. Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau
marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
b. Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan
keras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam,
merusak dan melempar barang-barang.
E. Diagnose Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
F. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagno Tdk Pertemuan


o sa Kep. n 1 2 3 4 5 S.D 12

1 1. identifikasi 1. evaluasi 1. evaluasi 1. Evaluasi 1. Evalussi


h tanda kegiatan kegitan kegiatan kegiatan
dan gejala pemenuhan pemenuhan pemenuh pemenuh
waham kebutuhan kebutuhan an an
2. bantu pasien dan pasien, kebutuhan kebutuha
orentasi berikan kegitan pasien, n,kegiatn
realitas s:p pujian yang kegiatan yang
P
angil nama 2. diskusikan dilakukan yang telah dilatih
Waham A
, orentasi kemapuan pasien, dan dilatih, dan
S
waktu, yang dimiliki berikan dan minum
I
orang dan 3. latihan pujian. minum obat.
E
tempat/ling kemampuan 2. Jelaskan obat, Beripujia
N
kungan yang dipilih, tentang berikan n
3. diskusikan berikan oabt yang pujian 2. Nilai
kebutuhan pujian diminum.(6. 2. Diskusika kemamp
pasien,yan 4. masukan benar jenis, n uan yang
g tidak pada jadual guna, dosis, kebutahan telah
terpenuhi pemenuhan frekuensi,ca lain dan mandiri
4. bantu kebutuhan ra, cara 3. Nilai
pasien dan kegiatan kontinuitas pemenuh apakah
memenuhi yang telah minum obat an frekuensi
kebutuhan dilatih dan bayk pememen munculny
yang manfaat uhinya a waham
realistis yang 3. Diskusika berkuran
5. masukan dirasakan n g,
pada 3. Masukan kemapuan apakah
jadwal pada jadual yang waham
kegitan pemenuhan dimiliki terkontrol
perumaha kebutuhan danmemili
n kegiatan h yang
kebutuhan yang telah akan
dilatih dan dilatih
minum kemudian
obat. latih
4. Memasuk
an pada
jadual
pemenuh
n
kebutuhan
kegitan
yang telah
terlatih,
minum
obat.

2 K 1. diskusikan 1. Eveluasi 1. Evaluasi 1. Evalusi 1. Evaluasi


E maslah kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
L yang keluarga keluarga keluarga keluarga
U diraskan dalam dalam dalam dalam
A dalam membimbing membimbin membimbi membim
R merawat pasien g ng bing
G pasien memenuhi memenuhi memenuhi memenu
A 2. jelaskan kebuthan kebutuhan kebutuhn hi
pengetian, nya, beri pasien dan pasien kebutaha
tanda dan pujian. membimbin bimbingan n pasien,
gejala, dan 2. Latihan cara g pasien pasien membim
proses memenuhi melaksanak melaksan bing
terjadinya kebutuhan an kegitan akan pasien
waham yang dimiki yang telah kegiatan melaksan
(gunakan pasien dilatih, berih yang telah akaan
booklet) 3. Latih cara pujian. dilatih dan kegiatan
3. jelaskan melatih 2. Jelaskan minum yang
cara kemampuan obat yang obat. telah
merawat : yang dimiliki dimunum Berikan dilatih,
tidak pasien pasien dan pujian minum
disangkal,ti 4. Anjurkan cara 2. Jelaskan obat
dak diikuti/ membantu membimbin follow up berikan
diterima pasien sesui gnya ke PKM, pujian.
(netral ) jadual dan 3. Anjurkan tanda 2. Nilai
4. latihan memberi membantu kambuh kemapua
cara pujian. pasien rujukan n
megetahui sesui jadual 3. Anjurkan keluarga
kebutuhan dan mebantu merawat
pasien dan memberika pasien mearawa
mengetahu n pujian sesui t pasien
i jadual dan 3. Nilai
kemapuan memberik kemapua
pasien. an pujian. n
5. Anjurkan keluarga
membantu melakuka
pasien n control
sesuai ke PKM
jadual dan
memberi
pujian.
Ny. A di bawa ke rumah sakit jiwa Dadi Makassar setelah 2 minggu
menghilan dari rumah dan di temukan didekat stasisun dengan keadaan
berbicara sendiri seperti mendemostrasikan sesuatu ,saat di lakukan
pengkajian NY.A mengatakan beliu adalah seorang nabi NY. A sering
berbicara ,sering berganti topik dan menjawab tidak sesuai dengan apa
yang di tanyakan mengungkapkan sesuatu yang diyakininya tentang
agama.kllien mengatakan sering menjalankan solat sunnah berulang kali
secara berlebih klien mengatakan mnejlankan ibadah solat karena ingin
masuk surga. Klien tampak menyendiri, klien tampak sedang mengambil
wudhu untuk solat dilakukan secara berulang kali, kllien tampak sedang
menjalankan ibadah solat setiap 5 menit secara berulang kali dan tampak
selalu bersholawat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Inisial klien : Ny. A Pertemuan / SP : 1 /


1

Hari / tanggal : jumat 05 Mei 2023


Ruangan:MawarRSJDadi Makassar

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
tentang agama.kllien mengatakan sering menjalankan solat sunnah
berulang kali secara berlebih klien mengatakan mnejlankan ibadah
solat karena ingin masuk surga. Klien tampak menyendiri, klien
tampak sedang mengambil wudhu untuk solat dilakukan secara
berulang kali, kllien tampak sedang menjalankan ibadah solat
setiap 5 menit secara berulang kali dan tampak selalu bersholawat.
Dan klien mengakui bahwa dirinya adalah nabi.
Data objektif : pembicaran klien berulang ulang, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan klien tampak bingung dan
ketakutan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses berpikir : waham kebesaran
3. Tujuan khusus
a) Klien mampu membina hubungan saling percaya
b) SP 1
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala waham
2. Bantu orientasi realita : panggil nama, orientasi waktu,
orang dan tempat/ lingkungan
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Bantu pasien memenuhi kebutuhan realistis
5. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan
kebutuhan
4. Tindakan keperawatan
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. SP 1
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala waham
b) Bantu orientasi realita : panggil nama, orientasi
waktu, orang dan tempat/ lingkungan
c) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d) Bantu pasien memenuhi kebutuhan realistis
e) Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan
kebutuhan

B. Strategi pelaksanaa tindakan keperawatan


1. Pra interaksi
a) Perawat mengkaji perasaan dan persiapan diri sebelum
melakukan kegiatan dalam kegiatan dalam SP 1
b) Perawat menganalisi kekuatan dan keterbatasan
profesionalisme diri sendiri
c) Perawatb mempersiapkan alat yaitu alat tulis dan jam tangan
d) Perawat mempersiapkan tempat pertemuan
e) Perawat mencuci tangan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
“ selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya perawat Herlina,
saya biasa dipanggil herli, saya mahasiswa stikes gunung
sari makassar yang akan berdinas disini selama 2 minggu.
Saya bertugas dipagi hari sejak 08 : 00 pagi sampai siang
jam 14 : 00 wita. Nama ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil
siapa ya ? ” ( perawat menjulurkan tangan untuk berjabat
tangan dan menatap wajah pasien dengan senyuman. Posisi
badan didepan pasien dengan kaki menyerong kesamping
saling bersilang dengan pasien dengan jarak aman dari
pasien )
b) Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaannya ibu hari hari ini ? “
“ Ibu sudah makan pagi? Bangun jam berapa ibu tadi pagi ?
apa saja yang sudah ibu lakukan ? “.
c) Kontrak
Topik : “ Bagaimana jika hari ini kita berbincang –
bincang mengenai apa yang ibu rasakan ? “.
Tempat : “ Tempatnya ibu mau dimana ? bagaimana kalau
disini saja ya ibu ? “
Waktu : “ Untuk waktunya sebentar saja ya ibu sekitar 15
menit saja. Sekarang kan jam 09 : 00 dijam tangan saya.
Nanti kita berbincang bincang sampai jam 09 : 15.
Bagaimana apakah ibu bersedia ? “.
3. Kerja
“ Apa yang ibu rasakan saat ini ? saya mengerti bahwa ibu saat
ini merasa menjadi seorang nabi. Namun saya masih sulit
mempercayainya karena kita sama sama tahu bahwa nabi yang
terakhir yakni Nabi Muhammad SAW. dan setahu saya juga
kalau semua nabi sudah tidak ada lagi.”
“ Ibu ingatkan nama lengkap ibu ? iya benar. Sekarang ibu tau
ibu berada dimana ? Ibu ingat ya hari ini hari apa dan tanggal
berapa ? Tidak ingat ya bu, jadi hari ini hari jumat tanggal 05
mei 2023 jam 09 : 00 pagi ibu. Ibu mengenal siapa mereka ?
Tidak kenal ya ibu ? Mereka adalah perawat yang bertugas
untuk berjaga diruangan ini dan merawat ibu selama di rumah
sakit ini.”
“ Tampaknya ibu A tampak gelisah dan bingung ya , bisa ibu
ceritakan apa yang ibu rasakan sekarang ?”
“ Jadi seperti itu, ibu takut jika nanti diatur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri ibu sendiri ya? “
“ kalau boleh tahu siapa yang paling sering mengatur ngatur
ibu? “
“ Jadi suami ibu ya yang selalu mengatur ngatur diri ibu ? kalau
ibu sendiri maunya seperti apa ? oh.... bagus sekali ibu sudah
punya rencana dan jadwal seperti itu. Jadi setiap harinya ibu
ingin ada kegiatan diluar rumah ya, seperti menanam bunga
dihalaman rumah agar ibu tidak merasa bosan karena didalam
rumah terus. Kita boleh masukkan kedalam jadwal pemenuhan
kebutuhan ibu ya. Ibu maunya jam berapa ? “oh kalau begitu
ayo kita ke taman untuk menanam dan merawat bunga ibu”
“nah sekarang sudah jam 09 : 15 ibu waktu kesepatakan kita
tadi di awal sudah habis ya ibu.”
4. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang bincang
tadi ?”
b) Evaluasi objektif
“ Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ibu ?”iya benar
sekali ibu hebat ya bisa mengingat semuanya “
c) Rencana tindak lanjut
“ Bagaimana kalau jadwal yang telah kita bicarakan tadi ibu
coba Lakukan, setuju ibu?” iya, nanti ibu lakukan ya bu
kegiatan ada dijadwal.”
d) Kontrak yang akan datang
Topik : “ besok kita bertemu lagi ya ibu untuk
membicarakan tentang kemampuan yang ibu miliki “
Tempat : “ untuk tempatnya ibu maunya dimana? Disini saja
ya ibu?”
Waktu : “ besok saya kembali lagi jam 09 : 00 ya ibu”
Perawat memncuci tangan
5. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan kegiatan, nama, tanda tangan,
tanggal, jam dan hasil
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Inisial klien : Ny. A Pertemuan / SP : 2 / 2

Hari / tanggal : sabtu 06 Mei 2023 Ruangan : Mawar RSJ Dadi


Makassar

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
tentang agama.kllien mengatakan sering menjalankan solat sunnah
berulang kali secara berlebih klien mengatakan mnejlankan ibadah
solat karena ingin masuk surga. Klien tampak menyendiri, klien
tampak sedang mengambil wudhu untuk solat dilakukan secara
berulang kali, kllien tampak sedang menjalankan ibadah solat
setiap 5 menit secara berulang kali dan tampak selalu bersholawat.
Dan klien mengakui bahwa dirinya adalah nabi.
Data objektif : pembicaran klien berulang ulang, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan klien tampak bingung dan
ketakutan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses berpikir : waham kebesaran
3. Tujuan khusus
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP II
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
pasien dan berikan pujian
2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki
3. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan
dan kegiatan yang telah dilatih
4. Tindakan keperawatan
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP II
1) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan
berikan pujian.
2) Diskusikan kemampuanyang dimiliki
3) Latih kemampuanyang dipilih, berikan pujian
4) Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan dan
kegiatan yang telah dilatih
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Pra interaksi
a) Perawat mengkaji perasaan dan persiapan diri sebelum
melakukan kegiatan dalam SP2 dengan waham.
b) Perawat menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesionalisme diri sendiri
c) Perawat mempersiapkan alat yaitu alat tulis dan jam tangan
d) Perawat mempersiapkan tempat pertemuan
e) Perawat mencuci tangan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
“selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya ibu? Iya benar
sekali saya perawat Herli, masih dengan ibu A?” (perawat
menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dan menatap
wajah pasien dengan senyuman. Posisi badan di depan
pasien dengan kaki menyerong ke samping bersilang
dengan pasien dengan jarak aman dari pasien)
b) Evaluasi / validasi
“bagaiamana keadaan ibu hari ini?”
“apakah ibu masih ingat dengan apa yang kita jadwalkan
kemarin ? sudah dilakukan ibu? Bagus sekali ibu”.
c) Kontrak
Topik : “ sesuai janji kita kemarin ibu, bahwa hari ini kita
akan menggali kemapuan yang ibu miliki”.
Tempat : “ sesuai dengan rencana kita juga kemarin
tempatnya disini saja ya ibu”
Waktu : “ untuk waktunya sebentar saja ibu sekita 15 menit
saja. Sekarang jam 09:00 di jam tangan saya, nanti kita
berbincang-bincang sampai jam 09:15. Bagaimana apakah
ibu bersedia?”
3. Fase kerja
“Kalau saya boleh tau kemampuan apa saja yang sekarang ibu
miliki, ibu senangi dan yang masih dapat dilakukan dirumah
sakit?”
“Jadi ibu suka menanam dan merawat bunga ya? Itu bagus
sekali ibu, dan menurut saya itu dapat dilakukan dirumah sakit
ini diwaktu kosong ibu”.
“Sebenaarnya apakah ibu sudah tau bagaimana caranya
menanam dan merawat bunga dengan benar? Bisa di
contohkan ibu?”
“Bagus sekali ibu, itu sudah benar apa yang tadi ibu lakukan.
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan ke dalam jadwal
harian ibu? Ibu maunya jam berapa? Jadi pagi hari setelah ibu
membersihkan kamar tidur dan makan pagi ya ibu.”
4. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“ Bagaimana ibu perasaannya setelah berbincang-bincang
dan latihan tadi?”
b) Evaluasi objektif
“ Apa saja tadi yang telah kita latih hari ini ibu?” “ Iya benar
sekali. Bagus sekali ibu.”
c) Rencana tindak lanjut
“ Jadi sekarang ibu sudah dapat menjalankan latihan yang
tadi sesuai jadwal ya bu, setuju bu?”
d) Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok kita bertemu lagi ya bu untuk membicarakan
tentang manfaat obat yang nantinya akan ibu konsumsi”.
Tempat : “Untuk tempatnya apakah disini saja ibu?”
Waktu : “ Besok kita bertemu jam 09:00 lagi ya bu”.
“Baiklah kita cukupkan saja ya ibu untuk hari ini, ibu tadi
sudah sangat bagus sekali sudah mau menceritakan
perasaan dan latihan kegiatan ibu hari ini, saya permisi dulu
ibu, assalamualaikum. Selamat pagi.”
5. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan kegiatan, nama, tanda tangan,
tanggal, jam dan hasil.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Inisial Klien : Ny.A Pertemuan/SP : 3/3

Hari/Tanggal : Minggu,07 M2023 Ruang : Mawar RSJDadi Makassar

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : Klien mengatakan hal yang tidak nyata yaitu
klien merasa
dirinya adalah nabi, klien mengatakan seseorang
membuatnya takut.
Data objektif : Pembicaraan klien berulang-ulang, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan klien
tampak bingung dan ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan : Waham
3. Tujuan Khusus
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP III
1) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
pasien, kegiatan yang dilakukan pasien, dan
berikan pujian.
2) Jelaskan tentang obat yang dimimum (jelaskan
6 benar obat, ,jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinutitas minum obat)dan tanyakan manfaat
yang dirasakan pasien.
3) Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan
dan kegiatan yang telah dilatih serta obat.
4. Tindakan Keperawatan
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP III
1) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
pasien, kegiatan yang dilakukan pasien, dan
berikan pujian.
2) Jelaskan tentang obat yang dimimum (jelaskan
6 benar obat, ,jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinutitas minum obat)dan tanyakan manfaat
yang dirasakan pasien.
3) Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan
dan kegiatan yang telah dilatih serta obat.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Pra Interaksi
a) Perawat mengkaji perasaan dan persiapan diri sebelum
melakukan kegiatan dalam SP3 dengan waham.
b) Perawat menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesionalisme diri sendiri.
c) Perawat mempersiapkan alat yaitu alat tulis dan jam
tangan.
d) Perawat mempersiapkan tempat pertemuan.
e) Perawat mencuci tangan.
2. Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya ibu? Iya
benar sekali saya perawat Herli, masih dengan ibu A?”
(perawat menjulurkan tangan untuk berjabat tanga dan
menatap wajah pasien dengan senyuman. Posisi badan
di depan pasien dengan kaki menyerong ke samping
saling bersilang dengan pasien dengan jarak aman dari
pasien.
b) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu masih ingat dengan apa yang kita pelajari
kemarin? Sudah dilakukan ibu? Bafus sekali ibu.”
“Apakah kebutuhan ibu sudah terpenuhi hari ini?
Bagaimana untuk membersihkan halamannya dan
menanam merawat bunga, apakah sudah dilakukan?
Wah, bagus sekali ibu, pertahankan ya ibu.”
c) Kontrak
Topik :”sesuai janji kita kemarin ibu, bahwa hari ini
saya membawa obat yang biasa ibu minum untuk ibu,
dan kita akan berlatih bagaimana cara meminum obat
dengan benar”.
Tempat :”Sesuai permintaan ibu juga
kemarintempatnya disini saja ya ibu”.
Waktu :”Untuk waktunya sebentar saja ibu sekitar 15
menit saja. Sekarang jam 09:00 di jam tangan saya, nanti
kita berbincang-bincang sampai jam 09:15. Bagaimana
apakah ibu bersedia?”
3. Fase Kerja
“Apakah ibu sebelumnya sudah tau ini obat apa? Belum tau ya
ibu, jadi ini adalah obat yang nantinya harus ibu minum, ini jenis
obat tablet ibu, dimana dengan obat ini nantinya dapat
mempercepat proses penyembuhan ibu. Jadi ibu minum obat ii
sesudah makan ya bu sebanyak 1 tablet dalam setiap
bungkusnya dan diminum 3 kali sehari. Ibu bisa minum obat jam
06:00 pagi, jam 14:00 siang dan 22:00 malam ya bu. Bisa juga
dilihat dibagian tabelnya ya bu, disini sudah ada tertera untuk
aturan pakainya dan obat ini harus diminum secara teratur ya
ibu. Ibu meminum obatnya juga tidak boleh putus-putus ya
karena itu akan semakin memperpanjang proses penyembuhan.
Saat ibu ingin meminum obat ibu, ibu periksa dulu apakah nama
yang tertera pada tabel obat adalah nama ibu dan memeriksa
kembali jumlah dan macam obat ya bu. Apabila ada yang ibu
bingung atau ragu-ragu, sebaiknya ibu tanyakan kembali
kepada perawat yang jaga ya bu. Bagaimana apakah sudah
bisa dipahami? Apakah ibu sudah merasakan manfaat dari
minum obat selama ibu dirawat? Iya ibu ,,benar sekali.
Sekarang bagaimana kalau kita masukan jadwal minum obat ini
kedalam jadwal harian ibu? Ingat ya ibu harus diminum 3 kali
sehari sesudah makan”.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“bagaimana ibu perasaannya setelah latihan untuk
meminum obat tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“Apa saja tadi yang telah kita latih hari ini ibu? Iya benar
sekali. Bagus sekali ibu”.
c. Rencana Tindakan Lanjut
“Jadi sekarang ibu sudah tau apa manfaat obat ini dan
bagaimana cara meminummnya secara benar, jadi ibu dapat
rutin meminum obatnya mulai hari ini, setuju bu?”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok kita bertemu lagi ya bu untuk membicarakan
dan melatih tentang pemenuhan kebutuhan ibu yang lain
dan juga kemampuan ibu selain menyapu halaman dan
menanam bunga ya ibu”.
Tempat :”Untuk tempatnya apakah disini saja ibu?”
Waktu :”Besok kita bertemu jam 09:00 ya ibu”.
“Baiklah kita cukupkan saja ya ibu untuk hari ini, ibu tadi
sudah sangat bagus sekali dalam latihannya. Saya permisi
dulu. Assalamualaikum ibu selamat pagi”.
Perawat mencuci tangan.
5. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan kegiatan, nama, tanda tangan,
tanggal, jam dan hasil.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Inisial Klien : Ny.A Peretemuan/SP : 4/4

Hari/Tanggal : Senin, 08 Mei 2023 Ruang : Mawar


RSJDadi Makassar

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : Klien mengatakan hal yang tidak nyata yaitu
klien merasa
dirinya adalah nabi, klien mengatakan seseorang
membuatnya takut.
Data objektif : Pembicaraan klien berulang-ulang, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan klien
tampak bingung dan ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan : Waham
3. Tujuan Khusus
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP IV
1) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan
yang telah dilatih dan minum pbay, beri pujian.
2) Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya.
3) Diskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih
yang akan dilatih, kemudian latih.
4) Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan,
kegiatan yang telah dilatih, dan minum obat.
4. Tindakan keperawatan
a) Mempertahankan hubungan saling percaya
b) SP IV
1) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang
telah dilatih dan minum pbay, beri pujian.
2) Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya.
3) Diskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih yang
akan dilatih, kemudian latih.
4) Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan
yang telah dilatih, dan minum obat.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Pra interaksi
a) Perawat mengkaji perasaan dan persiapan diri sebelum
melakukan kegiatan dalam SP4 dengan waham.
b) Perawat menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesionalisme diri sendiri
c) Perawat mempersiapkan alat taitu alat tulis dan jam tangan
d) Perawat mempersiapkan tempat pertemuan
e) Perawat mencuci tangan.
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya ibu? Iya benar
sekali saya perawat Herli, masih dengan ibu A?” (perawat
menjulurkan tangan untuk berjabat tanga dan menatap
wajah pasien dengan senyuman. Posisi badan di depan
pasien dengan kaki menyerong ke samping saling bersilang
dengan pasien dengan jarak aman dari pasien.
b) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini?”
“apakah kebutuhan ibu sudah terpenuhi? Bagaimana untuk
merawat bunganya bu, apakah sudah dilakukan? Obatnya
apakah sudah iminum sesuai aturan bu? Wah,,bagus sekali
ibu, pertahankan ya ibu.
c) Kontrak
Topik :”sesuai janji kita kemarin ibu, bahwa hari ini
melatih tentang pemenuhan kebutuhan ibu yang lain dan
juga kemampuan ibu selain merawat bunga ya ibu”.
Tempat :”sesuai permintaan ibu juga kemarin
tempatnya disini saja ya ibu”
Waktu :”umtuk waktunya sebentar saja ibu
sekita 15 menit saja. Sekarang jam 09:00 di jam tangan
saya, nanti kita berbincang-bincang sampai jam 09:15.
Bagaimana apakah ibu bersedia?”
3. Fase kerja
“ibu kalau saya boleh tau, ada tidak kebutuhan ibu yang saat ini
belum terpenuhi? Apa itu ibu? Oh,,jadi ibu ingin mempunyai
teman baru ya untuk diajak ngobrol? Bagaimana kalau
sekarang ibu berlatih untuk berbincang-bincang kepada teman
sekamar ibu. Bisa dengan menanyakan kabarnya hari ini,
kegiatan apa saja yang diikuti di rumah sakit? Bagaimana ibu,
apakah bisa ibu praktekkan sekarang. Iya ibu seperti itu, bagus
sekali ibu.”
“untuk latihan yang kedua ibukita akan berlatihuntuk melakukan
kemampuan apa yang ibu miliki. Apakah ada ibu? Menyapu
lantai ya ibu? Apakah sebelumnya ibu masih ingat bagaimana
caranya? Apakah bisa di praktekkan ibu? Wah, bagus sekali ibu,
ternyata ibu sangat bagus dalam menyapu lantainya.
Bagaimana kalau 2 latihan yang tadi kita tambahkan kedalam
jadwal harian ibu? Ibu maunya jam berapa?”
4. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“bagaimana ibu perasaannya setelah berbincang-bincang
dan berlatih tadi?”
b) Evaluasi objektif
“apa saja tadi yang telah kita latih hari ini ibu?” “iya, benar
sekali. Bagus sekali ibu mengingatnya”
c) Rencana tindak lanjut
“jadi sekarang ibu sudah dapat melakukan 2 hal tersebut
sesuai dengan jadwal yang telah di buat, setuju bu?”
d) Kontrak yang akan datang
Topik :”besok kita bertemu lagi ya bu untuk
mengobrol sekaligus mengevaluasi 4 pertemuan kita yang
lalu”.
Tempat :”untuk tempatnya apakah disini saja bu?”
Waktu :”besok kita bertemu jam 09:00 ya ibu”.
“ baiklah kita cukupkan saja ya ibu untuk hari ini, ibu tadi
sudah sangat bagus sekali sudah berbincang-bincang dan
berlatih 2 kegiatan sekaligus. Saya permisi dulu ibu.
Assalamualaikum. selamat pagi”.
Perawat mencuci tangan.
5. Dokumentasi
6. Perawat mendokumentasikan kegiatan, nama, tanda tangan,
tanggal, jam dan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik, Dkk. 2018. Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa,


indomedia Pustaka : Yogyakarta.
Direja, A.H.S. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:Medikal Book.
Yosep, I, H. Sutini, T. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (7th ed.).
Bandung: PT Refika Aditama.
LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

A. Kasus (Masalah Utama RBD)


1. Defenisi
Risiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung
dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan (Nurjana 2018).
Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan
tersebut.
Risiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori,yakni:
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan perilaku tidak
langsung (gelagat) ingin bunuh diri, misalnya dengan
mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide
untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih /
marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan risiko bunuh diri.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh
pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana
untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien
belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien
mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupan.
Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
berbagai cara. Beberapa cara bunuh diri antara lain gantung
diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi (Keliat 2018).

B. Proses Terjadinya masalah


Proses terjadinya risiko bunuh diri akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor
dari faktor predisposisi dan presipitasi,
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri,
meliputi:
a. Faktor Biologis
Faktor-faktor biologis yang berkaitan dengan adanya faktor
herediter, riwayat bunuh diri, riwayat penggunaan Napza,
riwayat penyakit fisik, nyeri kronik, dan penyakit terminal.
b. Faktor Psikologis
Pasien risiko bunuh diri mempunyai Riwayat kekerasan
masa kanak-kanak, Riwayat keluarga bunuh diri, homo
sekual saat remaja, perasaan bersalah, kegagalan dalam
mencapai harapan.
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan risiko bunuh diri
antara lain perceraian, perpisahan, hidup sendiri dan tidak
bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus risiko bunuh diri meliputi :perasaan
terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
marah/bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan cara pasien
menghukum diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan.
3. Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali
orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya.Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong
klien melakukan perilaku bunuh diri.Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan
juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
4. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi
mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh
diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko
klien melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS

No SAD PERSONS Keterangan


1 Sex (jenis Laki laki lebih komit melakukan suicide
kelamin) 3 kali lebih tinggi dibanding wanita,
meskipun wanita lebih sering 3 kali
dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun
atau lebih muda, 45 tahun atau lebih
tua dan khususnya umur 65 tahun
lebih.
3 Depression 35 – 79% orang yang melakukan bunuh
diri mengalami sindrome depresi.
4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh
(Percobaan diri sudah pernah melakukan
sebelumnya) percobaan sebelumnya
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alkohol
6 Rational thinking Orang skizofrenia dan dementia lebih
Loss ( Kehilangan sering melakukan bunuh diri disbanding
berpikir rasional) general populasi
7 Sosial support Orang yang melakukan bunuh diri
lacking ( Kurang biasanya kurannya dukungan dari
dukungan social) teman dan saudara, pekerjaan yang
bermakna serta dukungan spiritual
keagaamaan
8 Organized plan Adanya perencanaan yang spesifik
( perencanaan terhadap bunuh diri merupakan resiko
yang teroranisasi) tinggi
9 No spouse ( Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih
memiliki rentang disbanding menikah
pasangan)
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal
beresiko tinggi melakukan bunuh diri.

C. Rentang Respon
Respon adaptif Respon
maladaptif

Peningkatan diri Destruktif diri Bunuh diri

Destruktif tidak langsung Pencederaan diri

1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan
diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai  loyalitas
terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti
seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan
menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.

4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut Yosep (2018) dibagi menjadi tiga
kategori yang sebagai berikut.
a. Upaya bunuh diri (scucide attempt)
sengajamelakukan kegiatan menuju bunuh diri dan
bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin
mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi
perilaku orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat)
suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh
diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan  secara verbal
bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian
hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif
dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan
untuk melakukan tindakan bunuh diri.
D. Pohon Masalah

Efek/Akibat Perilaku Kekerasan

Coproblem Risiko Bunuh Diri

Problem Halusinasi
E. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Risiko bunuh diri
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan keingin bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya
dari keluarga
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis
obat yangmematikan
6) Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
7) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil
b. Data objektif:
1) Impulsif
2) Mennjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya
menjadi sangat patuh)
3) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaanalkohol)
4) Ada
5) riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit
terminal)
6) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
kegagalandalam karier

F. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
G. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagn Tdk Pertemuan


o osa n 1 2 3 4 5 S.D 12
Kep.
1 1) Identifikasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi 1) Evaluasi
beratnya kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
masalah berfikir berfikir berfikir positif latihan
risiko positif positif tentang diri, peningkata
buunuh tentang diri tentang keluarga dan n positif
Risiko
diri: isarat, sendiri, beri diri, lingkungan diri,
Bunu
ancaman, pujian. Kaji keuarga serta keluarga
h P
percobaan ulang risiko dan kegiatan dan
Diri A
(jika bunuh diri lingkungan yang dipilih. lingkungan
S
percobaan 2) Latih cara . Beri Beri pujian. . Beri
I
segera mengendali pujian. Kaji 2) Latih tahap pujian
E
rujuk) kan diri dari ulang risiko kedua 2) Evaluasi
N
2) Identifikasi dorongan bunuh diri kegiatan tahapan
benda- bunuh diri: 2) Diskusikan mencapai kegiatan
benda buat daftar harapan masa depan mencapai
berbahaya aspek dan masa 3) Masukkan harapan
dan positif depan pada jadual masa
meringank keluarga 3) Diskusikan latihan depan
annya dan cara berfikir positif 3) Latih
(lingkunga lingkungan, mencapai tentang diri, kegiatan
n aman latih harapan keluarga dan harian
untuk afirmasi/ber dan masa lingkungan 4) Nilai
pasien) fikir aspek depan serta kemampua
3) Latihan positif 4) Latih cara- kegiatan n yang
cara keluarga cara yang dipilih telah
mengendal dan mencapai untuk mandiri
ikan diri lingkungan harapan persiapan 5) Nilai
dari 3) Masukkan dan masa masa depan apakah
dorongan pada jadual depan risiko
bunuh diri: latihan secara bunuh diri
buat daftar berfikir bertahap teratasi
aspek positif (setahap
positif diri tentang diri, demi
sendiri, keluarga setahap)
latihan dan 5) Masukkan
afirmasi/be lingkungan pada
rfikir aspek jadual
positif yang latihan
dimiliki berfikir
4) Masukkan positif
pada tentang
jadual diri,
latihan keluarga
berfikir dan
positif 5 lingkungan
kali per dan
hari tahapan
kegiatan
yang dipilih
2 K 1) Diskusikan 4) Evaluasi 4) Evaluasi 5) Evaluasi 4) Evaluasi
E masalah kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
L yang keluarga keluarga keluarga keluarga
U dirasakan dalam dalam dalam dalam
A dalam memberika memberika memberikan memberika
R merawat n pujian dan n pujian pujian, n pujian,
G pasien penghargaa dan penghargaan, pengharga
A 2) Jelaskan n atas pengharga menciptakan an,
pengertian, keberhasila an pada suasana menciptak
tanda & n dan aspek pasien keluarga an
gejala, dan positif serta yang positif suasana
proses pasien. Beri menciptak dan kegiatan keluarga
terjadinya pujian an awal dalam yang positif
risiko 5) Latih cara suasana mencapai dan
bunuh diri memberi positif harapan mebimbing
(gunakan penghargaa dalam masa depan. langkah-
booklet) n pada keluarga. Beri pujian langkah
3) Jelaskan pasien dan Beri pujian 6) Bersama mencapai
cara menciptaka 5) Bersama keluarga harapan
merawat n suasna keluarga berdiskusi masa
risiko positif berdiskusi tentang depan.
bunuh diri dalam dengan langkah dan Beri pujian
4) Latih cara keluarga; pasien kegiatan 5) Nilai
membrikan tidak tentang untuk kemampua
pujian hal membicarak harapan mencapai n keluarga
positif an masa harapan merawat
pasien, keburukan depan masa depan pasien
memberi anggota serta 7) Jelaskan 6) Nilai
dukungan keluarga langkah- follow up ke kemampua
pencapaia 6) Anjurkan langkah RSJ/PKM, n keluarga
n masa membantu mencapain tanda melakukan
depan pasien ya kambuh, kontrol ke
5) Anjurkan sesuai 6) Anjurkan rujukan RSJ/PKM
membantu jadual dan membantu 8) Anjurkan
pasien memberika pasien membantu
sesuai n pujian sesuai pasien sesuai
jadual dan jadual dan jadual dan
memberika memberika memberikan
n pujian n pujian pujian

Dea berusia 17 tahun. Tinggal daerah perbukitan. Ia


selalu tampak murung dan sedih. Setiap orang yang
ingin mendekatinya akan selalu dijauhi. Dea sering
sekali mengatakan “segala sesuatu akan lebih baik jika
tanpa saya. Saya adalah orang yang selalu membawa
musibah sudah sepantasnya saya pergi jauh dari sini”.
Kondisi ini mulai terjadi sejak tujuh hari yang lalu.
Sahabatnya Nina jatuh dari tebing yang curam ketika
sedang bermain berdua sehingga sahabatnya Nina
meninggal dunia 7 hari yang lalu. Ibu dan ayahnya
sangat cemas melihat kondisi Dea sekarang.

STRATEGI PELAKSANAAN I

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien

DS :
 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
 Klien mengatakan lebih baik mati saja
 Klien
mengata
kan
sudah
bosan
hidup
DO :
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Ada bekas percobaan bunuh diri
1. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri

2. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri

3. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan
pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan


tindakan keperawatan.

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

Assalamu’alaikum…“perkenalkan nama saya bruther


Saeful Hamzah, senang dipanggil epul saya mahasiswa
AKPER KHARISMA KARAWANG “.Nama bapak siapa
senang dipanggil apa ?

b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?,
bagaimana tidur bapak semalam?”

c. Kontrak

“Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang


tentang benda-benda apa saja yang dapat
membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara
mengendalikan dorongan bunuh diri?”, dimana kita
akan bicara?, bagaimana kalau di taman pak?”, berapa
lama kita akan berbincang-bincang?”, bagaimana kalau
waktu berbimcang-bincang kita selama 15 menit?”,
apakah bapak setuju?”

d. Tujan
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu
benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri
bapak, serta bapak dapat mengetahui cara
mengendalikan dorongan bunuh diri”.

2. Fase kerja
“Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak?, coba sebutkan apa saja
benda-benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak,
bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan
diri bapak. Apakah salah satu benda tersebut ada
dikamar bapak?, kalau ada benda tersebut jangan
bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak sering
mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk
melakukan bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika
suara-suara itu datang? “Bapak, bagaimana kalau saya
ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-suara itu,
apakah bapak mau?, “pak, kalau suara-suara itu ada,
bapak tutup kedua telinga rapat-rapat, seperti ini pak,
dan katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI
KAMU !!! KAMU PALSU. “Coba bapak lakukan seperti
yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu, bagus…

3. Fase terminasi

a. Evaluasi subjektif (respon klien)

“Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui


benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak,
dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang
menyuruh bapak melakukan bunuh diri?”

b. Evaluasi Objektif

“Coba bapak ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi”, iya
begitu pak…

c. Rencana tindak lanjut

“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat


benda-benda yang dapat membahayakan bapak,
segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu
kembali, segera bapak usir dengan cara yang sudah
kita pelajari tadi ya pak”.

d. Kontrak yang akan datang

“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita


bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?,
baiklah besok kita akan membahas tentang cara
berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri
sebagai individu yang berharga. Tempatnya mau
dimana pak? Bagaimana kalau di taman pak?, baik
besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak
setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.

STRATEGI PELAKSANAAN II

23 April 2012

A. Proses Keperawatan

Kondisi
klien
DS :
 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
 Klien mengatakan lebih baik mati saja
 Klien
mengata
kan
sudah
bosan
hidup
DO :
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Ada bekas percobaan bunuh diri
Diagnosa
keperawatan
Resiko bunuh
diri
1. Tujuan Khusus
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri
2. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai
individu yang berharga

A. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan


tindakan keperawatan.

1.Orientasi

a. Salam terapetik “Selamat pagi bapak,masih ingat


dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi “Bagaimana perasaan bapak hari
ini?”,
bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
c. Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita
akan berbincang-bincang tentang cara berfikir positif
tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai
individu yang berharga, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita
kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan
berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak
kita kemarin jugayang telah di tentukan?, apakah
bapak setuju

D .Tujuan

“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih


berfikir positif terhadap diri bapak sendiri,dan bapak
lebih menghargai diri sendiri”.

2. Fase kerja
“Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh
bapak?, bisa bapak jelaskan alasan bapak tidak
suka dengan bagian anggota tubuh tersebut?, jadi
kalau bapak merasa anggota tubuh tersebut tidak
bapak sukai, coabalah dari sekarang bapak mulai
mencoba menyukainya, contoh : bapak bisa menulis
dengan tekhnik yang berbeda, lihat pak seperti
saya!”, coba bapak lakukan seperti saya tadi, ya
begitu pak….bagus…!!!

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita


bicarakan tadi?, saya senang jika bapak mulai sekarang
mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang bapak
anggap tidak suka”.
b. Evaluasi objektif
“Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita
bicarakan tadi, dan tekhnik cara menulis”.
c. Rencana tindak lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa
melakukan tekhnik menulis yang seperti saya ajarkan
tadi”.
d. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita
bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?,
baiklah besok kita akan membahas tentang cara
melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami
masalah. Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik
besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak
setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.

STRATEGIPELAKSANAAN III

23 April 2012

A. Proses Keperawatan

Kondisi
klien
DS :
 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
 Klien mengatakan lebih baik mati saja
 Klien
mengata
kan
sudah
bosan
hidup
DO :
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Ada bekas percobaan bunuh diri

Diagnosa
keperawatan
Resiko bunuh
diri

1. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pola koping pasien

2. Tindakan Keperawatan

1. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien

2. Menilai pola koping yang bisa dilakukan

3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif


4. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

1.Orientasi

• a. Salam terapetik
• “Selamat pagi bapak,masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana


dengan tidur bapak semalam?”.
c. Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita
akan berbincang-bincang tentang bagaimana cara
bapak melakukan hal yang baik ketika sedang
mengalami masalah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan
berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak
kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah
bapak
setuju?”.
d. Tujuan
“Tujannya adalah, supaya bapak dapat melakukan hal
yang positif ketika bapak sedang mengalami masalah”.

2. Fase Kerja
“Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa
yang bapak lakukan?, apalagi pak?, bagus sekali bapak
ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah
seperti itu, bapak bisa melakukan hal-hal yang
membuat bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang
positif, seperti apa yang bapak katakana tadi,
misalnya : main bola, menyapu
halaman dan shalat”.
“Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya
pintar…..
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita
bicarakan tadi?, saya senang jika bapak melakukan
kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan”.

b. Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita
bicarakan tadi! Pintar sekali bapak ini….”.

c. Rencana tindak lanjut


“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa
melakukan kegiatan-kegiatan tadi, seperti main bola,
menyapu, dan shalat. Kemudian bapak masukan
kedalam jadwal kegiatan harian bapak ya”.

d. Kontrak yang akan datang

“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita


bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?,
baiklah besok kita akan membahas tentang membuat
rencana untuk masa depan. Bagaimana kalau di taman
lagi pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB.
Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat
beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN IV

23 April 2012

A.Proses Keperawatan

Kondisi
klien
DS :
 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
 Klien mengatakan lebih baik mati saja
 Klien
mengata
kan
sudah
bosan
hidup
DO :
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Ada bekas percobaan bunuh diri

Diagnosa
keperawatan
Resiko bunuh
diri

1. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat mencapai masa dpan yang realistis

2. Tindakan Keperawatan

1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama


pasien

2. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis

3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan


dalam rangka meraih masa depan yang realistis

A. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan


keperawatan.
a. Salam terapetik

“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”

b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana


dengan tidur bapak semalam?”.

c. Kontrak

“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita


akan berbincang-bincang tentang bagaimana cara
bapak melakukan hal yang baik ketika sedang
mengalami masalah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan
berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak
kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah
bapak setuju?”.

d. Tujuan

“Tujuan pembicaraan kita adalah supaya bapak dapat


merencenakan masa depan yang jauh lebih baik dari
sebelumnya dan bapak dapat mencapai masa depan
yang nyata”

A.Fase Kerja
“Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai
sekarang?, apalagi pak?, apakah masih ada?. Sampai
saat ini sudah ada keinginan bapak yang sudah
tercapai?, wah
hebat…..yang belum tercapainya pak?.
“Harapan bapak sangat bagus sekali, bapak bisa
berusaha semampu bapak dengan cara yang sabar,
lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir
dari sebuah harapan pak, namun cobaan yang nantinya
akan membawa bapak ke arah yang bapak harapkan
selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi yang terbaik
ya pak, kejar cita-cita bapak sampai dapat dan ingat,
kejar harapan itu sesuai kemampuan bapak”.

3.Fase terminasi

a. Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita


bicarakan tadi?, saya senang jika bapak melakukan
apa yang sudah tadi kita bicarakan”.

b. Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan kembali apa yang seharusnya
kita lakukan ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar
sekali bapak ini….”.
c. Rencana tindak lanjut

“Bapak, selama kita tidak bertemu, bapak bisa


melakukan hal seperti tadi untuk mencapai keinginan
bapak yang nyata, bapak mesti lebih sabar, lebih giat,
ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya pak”.
“Sukses buat bapak…. “.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A. Budi, Akemat. 2018. Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Windrawati, H. D., Pawirowiyono, A., Subu, M. A. 2018.
Diagnosis Keperawatan : definisi dan Klasifikasi 2015-2018, Ed-
10. Jakarta: EGC.

Nurjannah. 2018. Penanganan Klien Dengan Masalah Psikiatri


Kekerasan. Yogyakarta. Moco Medica
Yosep. 2018. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya. Airlangga
Universitas Press

Anda mungkin juga menyukai