Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRAKTIK KLINIK

KIE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Dosen Pembimbing :
Elika Puspitasari, S.ST., M.Keb

Oleh :
Komsatun Naimah
1810104412

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
I. IDENTITAS
1. Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan
2. Program Studi : DIV Kebidanan
3. Kode/Bobot SKS : 5 sks
4. Semester : II (Dua)
5. Elemen Kompetensi : Kehamilan
6. Jenis Koompetensi : Utama
7. Waktu Kuliah : 1 x 20 Menit
8. Pokok Bahasan : KIE ASI Eksklusif pada ibu nifas
II. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengaplikasikan keterampilan dalam asuhan kebidanan
pada ibu nifas khususnya dalam melakukan konseling ASI eksklusif sesuai
dengan kebutuhan pasien dan menerapkan pasient safety berdasarkan Standar
Kompetensi ketiga dalam KepMenKes No 369 tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Bidan.

III. KOMPETENSI DASAR


Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya
Konseling pemberian ASI ekslusif sesuai kebutuhan dan menerapkan pasient
safety.

IV. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan definisi ASI Eksklusif.
2. Menjelaskan pengelompokan ASI
3. Menjelaskan manfaat ASI Eksklusif.
4. Menjelaaskan fisiologi pengeluaran ASI
5. Menjelaskan komposisi dari ASI.
6. Menjelaskan keunggulan ASI daripada susu formula
7. Menjelaskan cara menyimpan ASI yang benar.
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui BST, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan definisi ASI Eksklusif dengan benar
2. Menjelaskan pengelompokan ASI Eksklusif dengan benar
3. Menjelaskan manfaat ASI Eksklusif dengan benar
4. Menjelaaskan fisiologi pengeluaran ASI dengan benar
5. Menjelaskan komposisi dari ASI dengan benar
6. Menjelaskan keunggulan ASI dari pada susu formula dengan benar
7. Menjelaskan cara menyimpan ASI yang benar.

VI. DESKRIPSI MATERI


1. Definisi ASI Eksklusif.
2. Pengelompokan ASI
3. Manfaat ASI Eksklusif.
4. Fisiologi pengeluaran ASI
5. Komposisi dari ASI.
6. Keunggulan ASI daripada susu formula
7. Cara menyimpan ASI

VII. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Diskusi Kasus
2. Studi Kasus
3. Problem Solving
4. Bed Side Teaching

VIII. MEDIA PEMBELAJARAN


1. Checklist
IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Komponen Stretegi Estimasi
Uraian kegiatan
langkah Pembelajaran Waktu
Pendahuluan/ 1. Membuka pertemuan dengan 1. Studi 5 menit
Pre conference salam Kasus
2. Menanyakan kepada mahasiswa 2. Diskusi
mengenai hasil yang telah dicapai Kasus
sebelum praktik klinik kali ini 3. Problem
3. Menanyakan kepada mahasiswa Solving
pengetahuan baru yang didapat
selama praktik dan relevansinya
4. Menanyakan kepada mahasiswa
langkah mana yang dilatih khusus
dalam praktik yang dikerjakan
5. Review langkah – langkah di
dalam penutun belajar yang
dianggap sulit oleh mahasiswa
yang akan dipraktikannya
6. Bersama mahasiswa menentukan
tujuan spesifik yang akan dicapai
pada praktik
7. Menyampaikan kepada
mahasiswa tahapan dan waktu
yang akan dilalui
8. Menekankan kepada mahasiswa
pentingnya praktik kinik yang
akan dilalui
Inti/ 1. Memperkenalkan mahasiswa Bed Site 10 menit
Conference kepada klien yang ingin Teaching
dilakukan tindakan
2. Menyampaikan ke klien bahwa
tindakan dilakukan oleh
mahasiswa dan akan terus
didampingi selama tindakan
3. Mahasiswa melakukan informed
consent kepada pasien
4. Melakukan pengamatan selama
mahasiswa melakukan
ketrampilan KIE ASI Eksklusif
5. Memberi dorongan positif dan
saran perbaikan saat mahasiswa
melakukan praktik
6. Merujuk pada penuntun belajar
saat mengadakan pengamatan
7. Mencatat kinerja mahasiswa
kebidanan dalam penuntun
belajar selama pengamatan
8. Memperhitungkan keberadaan
pasien saat memberi umpan balik
kepada mahasiswa
9. Memberi komentar perbaikan
hanya pada saat keamanan dan
kenyamanan klien dipertaruhkan
Penutup/ Post 1. Memberi salam kepada 1. Diskusi 5 menit
Conference mahasiswa Kasus
2. Menanyakan pendapat 2. Problem
mahasiswa tentang praktik yang Solving
baru saja dikerjakan
3. Meminta mahasiswa
menyebutkan langkah-langkah
yang dapat dikerjakan dengan
baik
4. Merujuk kembali kepada
penuntun belajar
5. Memberi saran spesifik untuk
perbaikan
6. Memberi umpan balik positif
untuk langkah – langkah yang
telah dikerjakan dengan baik oleh
mahasiswa
7. Bersama mahasiswa menentukn
tujuan/ goal praktik yang akan
datang
8. Menutup pertemuan dan
mengucapkan salam

X. PENILAIAN
1. Unjuk kerja
2. Lisan/Responsi
3. Tulisan/Laporan Asuhan Kebidanan
XI. SUMBER BELAJAR
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Yulianti, Lia. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info
Media
Tim Penyusun Modul. 2016. Modul Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, Mei 2019

Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

(Elika Puspitasari, S.ST., M.Keb) (Komsatun Naimah)

CHECKLIST PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMBERIAN


ASI Eksklusif
Penilaian :
0 : Langkah tidak dilakukan
1 : Langkah dilakukan tetapi kurang tepat
2 : Langkah dikerjakan dengan bener, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai
prosedur
Nilai BST BST
No Langkah-langkah
0 1 2 0 1 2 0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyambut klien dengan ramah,
mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan kepada klien
3. Komunikasi dan kontak mata dengan
klien selama tindakan
B. KONTEN
4. Menanyakan keluhan klien
5. Menjelaskan kondisi atau dampak
kurangnya ASI Eksklusi
6. Menjelaskan pengertian ASI
Eksklusif
7. Menjelaskan pengelompokan ASI
Eksklusif
8. Menjelaskan manfaat ASI Eksklusif
9. Menjelaskan Fisiologi ASI Eksklusif
10. Menjelaskan komposisi ASI
Eksklusif
11. Menjelaskan keunggulan ASI
Eksklusif
12. Menjelaskan cara penyimpanan ASI
Eksklusif
13. Melakukan evaluasi
C. TEKNIK
14. Melaksanakan tindakan secara urut
dan sistematis
15. Melaksanakan tindakan dengan
percaya diri dan tidak ragu-ragu
16. Menjaga privacy pasien
Jumlah
Nilai = Jumlah nilai yang diperoleh x 100 Penguji Penguji Penguji
42
Nilai kelulusan :
≥ 70 : Lulus < 70 : Tidak Lulus (………) (……..) (……...)
XII. LAMPIRAN MATERI

A. Definisi ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI  Eksklusif menurut WHO
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru
lahir sampai berumur 6 bulan.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI
eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga
berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia
bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan
zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang
sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
B. Pengelompokan ASI Eksklusif

ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama


disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4.
Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air 
ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses
persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari
ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10
sampai seterusnya.

C. Manfaat ASI Eksklusif

Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,


masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah
dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat
ASI sebagai berikut:

1. Untuk Bayi

Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi
manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan
komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal
terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi
ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila
bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna
dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan
berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat
kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang
tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).

2. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada
ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak
perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.

ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan
lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman
sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu,
serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih
sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek
kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,
menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak
perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).

4. Untuk Masyarakat dan Negara


Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada
sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki
kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI
merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009 ).

D. Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara


rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang
lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu
pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama


kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,
yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel
kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu
laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir
kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu
keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah
kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat
oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya


plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan
terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi
ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi
menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting
susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan
prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh
obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan


ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap
payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi
(Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini


yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan
memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis
kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga


mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi
terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera
disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui,
penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu
akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini
merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk
semula (Maryunani, 2009).

E. Komposisi Asi Eksklusif


Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit
dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:

1. Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung


karoten dan vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan
tubuh bagi bayi.
2. Protein – Protein dalan ASI  berupa casein (protein yang sulit di cerna)
dan whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum
whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan
merupakan komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak
menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai
sumber   energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang
pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi.
6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter,
berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme
seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi
untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu
untuk berkembang.
9. Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula

Perbedaan ASI Susu Formula

ASI mengandung zat-zat gizi, antara


Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak,
terkandung di dalamnya dapat
terutama DHA, dalam kadar tinggi.
diserap oleh tubuh bayi.
ASI juga mengandung whey (protein
Misalnya, protein susu sapi
Komposisi utama dari susu yang berbentuk cair)
tidak mudah diserap karena
lebih banyak daripada kasein
mengandung lebih banyak
(protein utama dari susu yang
casein. Perbandingan whey:
berbentuk gumpalan) dengan
casein susu sapi adalah 20:80.
perbandingan 65:35.

Protein yang dikandung oleh


Mengandung imunoglobulin dan
susu formula berguna bagi
kaya akan DHA (asam lemak tidak
bayi lembu tapi kegunaan bagi
polar yang berikat banyak) yang
manusia sangat terbatas
Nutrisi dapat membantu bayi menahan
lagipula immunoglobulin dan
infeksi serta membantu
gizi yang ditambah di susu
perkembangan otak dan selaput
formula yang telah disterilkan
mata.
bisa berkurang ataupun hilang.

Pencernaan Protein ASI adalah sejenis protein Tidak mudah dicerna:


yang lebih mudah dicerna selain itu serangkaian proses produksi di
ada sejenis unsur lemak ASI yang pabrik mengakibatkan enzim-
mudah diserap dan digunakan oleh enzim pencernaan tidak
bayi. Unsur elektronik dan zat besi berfungsi. Akibatnya lebih
yang dikandung ASI lebih rendah banyak sisa pencernaan yang
dari susu formula tetapi daya serap dihasilkan dari proses
dan guna lebih tinggi yang dapat metabolisme yang membuat
memperkecil beban ginjal bayi. ginjal bayi harus bekerja
Selain itu ASI mudah dicerna bayi keras. Susu formula tidak
karena mengandung enzim-enzim mengandung posporlipid
yang dapat membantu proses ditambah mengandung protein
pencernaan antara lain lipase (untuk yang tidak mudah dicerna
menguraikan lemak), amilase (untuk yang bisa membentuk
menguraikan karbohidrat) dan sepotong susu yang membeku
protease (untuk menguraikan sehingga berhenti di perut
protein). lebih lama oleh karena itu taji
bayi lebih kental dan keras
yang dapat menyebabkan
susah BAB dan membuat bayi
tidak nyaman.

Dapat memajukan pendirian Kekurangan menghisap


hubungan ibu dan anak. ASI adalah payudara: mudah menolak
makanan bayi, dapat memenuhi ASI yang menyebabkan
Kebutuhan kebutuhan bayi, memberikan rasa kesusahan bayi menyesuaikan
aman kepada bayi yang dapat diri atau makan terlalu
mendorong kemampuan adaptasi banyak, tidak sesuai dengan
bayi. prinsip kebutuhan.

Biaya lebih mahal: karena


Lebih murah: menghemat biaya alat- menggunakan alat,makanan,
alat, makanan, dll yang berhubungan pelayanan kesehatan, dll.
Ekonomi
dengan pemeliharaan, mengurangi Untuk memelihara sapi. Biaya
beban perekonomian keluarga. ini sangat subjektif yang
menjadi beban keluarga.

Polusi dan infeksi:


pertumbuhan bakteri di dalam
ASI boleh langsung diminum jadi
makanan buatan sangat cepat
bias menghindari penyucian botol
apalagi di dalam botol susu
susu yang tidak benar ataupun hal
yang hangat biarpun makanan
kebersihan lain yang disebabkan oleh
Kebersihan yang dimakan bayi adalah
penyucian tangan yang tidak bersih
makanan bersih akan tetapi
oleh ibu. Dapat menghindari bahaya
karena tidak mengandung anti
karena pembuatan dan penyimpanan
infeksi, bayi akan mudah
susu yang tidak benar.
mencret atau kena penularan
lainnya.

Tidak perlu disterilkan atau lebih


mudah dibawa keluar, lebih mudah Penyusuan susu formula dan
Ekonomis diminum, minuman yang paling alat yang cukup untuk
segar dan suhu minuman yang paling menyeduh susu.
tepat untuk bayi.

Penyusuan susu formula


dengan botol susu akan
Bayi mesti menggerakkan mulut
mengakibatkan penyedotan
untuk menghisap ASI, hal ini dapat
Penampilan yang tidak puas lalu menyedot
membuat gigi bayi menjadi kuat dan
terus yang dapat menambah
wajah menjadi cantik.
beban ginjal dan kemungkinan
menjadi gemuk.

Pencegahan Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat Bagi bayi yang alergiterhadap
menghindari alergi karena susu susu formula tidak dapat
formula seperti mencret, muntah, menghindari mencret,
infeksi saluran pernapasan, asma, muntah,infeksi saluran napas,
asma, kemerahan,
bintik-bintik, pertumbuhan terganggu pertumbuhan terganggu dan
dan gejala lainnya. gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu formula.

Tidak dapat membantu


Dapat membantu kontraksi rahim kontraksi rahim yang dapat
ibu, lebih lambat datang bulan membantu pengembalian
sehabis melahirkan sehingga dapat tubuh ibu jadi rahim perlu
ber-KB alami. Selain itu dapat dielus sendiri oleh ibu. Tidak
menghabiskan kalori yang berguna dapat memperlambat waktu
Kebaikan
untuk pengembalian postur tubuh datang bulan yang dapat
bagi ibu
ibu. Berdasarkan biodata statistik, menghasilkan cara KB alami.
ibu yang menyusui ASI lebih rendah Berdasarkan biodata statistik,
kemungkinan menderita kanker ibu yang menyusui susu
payudara, kanker rahim dan keropos formula lebih tinggi
tulang. kemungkinan menderita
kanker payudara.

G. Cara Pemberian ASI yang Benar


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu.

H. Cara Menyimpan ASI yang Benar


1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam
microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik
styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan ( + 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama
semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan
makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi
menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot,
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan
jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan
apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik
dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari,
minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu
pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak
kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu,
atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena
selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan
reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI
dapat berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin
bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan
keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi
yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik
sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan
optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui.
Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya
berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
2. Pekerjaan atau aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja
seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan
terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk
meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan
sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan
pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan
harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja
bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja
bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin
banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI
eklusif (Danuatmaja, 2003).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela
ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini
akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap
positif terhadap masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula
sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat
memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala
menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi
pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu
menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI,
kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang
baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah
seputar menyusui.
4. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit
pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi
demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa
faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya
menghisap pada puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam
mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak
pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu
merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
5. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter
melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat
membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit
jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di
Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan
pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan
ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat
disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi
makanan tambahan.
B. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian
yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi
ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga
kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor
penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui
(Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku
sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya
sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya
(Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada
di klinis maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2
tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara
eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit
bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar
pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu
memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik
berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan
tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas, dan
faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum
maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena
bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)

3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula


Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan
satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan
(terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah
menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang selalu mendapat
tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang mendisain
susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif
karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini
dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat
selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes,
2006).
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada
bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini
seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran
kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam
bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala
melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan
sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan
keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

Anda mungkin juga menyukai