Anda di halaman 1dari 2

Tugas 1 Hukum Agraria

Nama: Yudha Yogaswara

NIM: 048688267

Jawaban 1

Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ; masing-masing mempunyai
kewenangan dalam bidang pertanahan Adapun wewenang yang dimiliki meliputi pemberian izin,
monitoring, penyelesaian sengketa, sanksi hingga pencabutan izin. Dengan adanya administrasi
pertanahan maka akan memperjelas status antara hak dan kewajiban pemilik tanah sehingga dengan
demikian dapat menyelesaikan maupun mencegah terjadinya konflik dalam agrarian.

(Sumber: ADPU4335/Modul 1 Hal. 1.23)

Jawaban 2

Pasal 123 Perda Jabar No. 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2009-2029

(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 121, dapat dikenakan sanksi
administratif dan sanksi pidana.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan untuk pelanggaran
administratif berbentuk :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. denda administratif.

Jawaban 3

Hak ulayat berkaitan erat dengan masyarakat hukum adat karena hak ulayat merupakan wewenang
dan kewajiban yang ada pada suatu masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat berbeda dengan
masyarakat hukum. Masyarakat hukum adat timbul secara spontan pada suatu wilayah tertentu yang
berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh pihak penguasa yang lebih tinggi serta
mempergunakan sumber kekayaan untuk kepentingan sesama masyarakat hukum adat. Hal ini
berbeda dengan masyarakat hukum yaitu suatu masyarakat yang menetapkan, terikat, dan tunduk
pada tata hukumnya sendiri.
Sedangkan konsep pengaturan mengenai hubungan hak ulayat masyarakat hukum adat dengan hak
menguasai negara diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Adat yang berbunyi :

(1) Penguasaan bidang-bidang tanah yang termasuk tanah ulayat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 oleh perseorangan dan badan hukum dapat dilakukan :

a. oleh warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dengan hak penguasaan menurut ketentuan
hukum adatnya yang berlaku, yang apabila dikehendaki oleh pemegang haknya dapat didaftar sebagai
hak atas tanah yang sesuai menurut ketentuan Undang-undang Pokok Agraria;

b. oleh Instansi Pemerintah, badan hukum atau perseorangan bukan warga masyarakat hukum adat
yang bersangkutan dengan hak atas tanah menurut ketentuan Undang-undang Pokok Agraria
berdasarkan pemberian hak dari Negara setelah tanah tersebut dilepaskan oleh masyarakat hukum
adat itu atau oleh warganya sesuai dengan ketentuan dan tata cara hukum adat yang berlaku.

(2) Penglepasan tanah ulayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk keperluan pertanian
dan keperluan lain yang memerlukan Hak Guna Usaha atau Hak Pakai, dapat dilakukan oleh
masyarakat hukum adat dengan penyerahan penggunaan tanah untuk jangka waktu tertentu, sehingga
sesudah jangka waktu itu habis, atau sesudah tanah tersebut tidak dipergunakan lagi atau
diterlantarkan sehingga Hak Guna Usaha atau Hak Pakai yang bersangkutan hapus, maka penggunaan
selanjutya harus dilakukan berdasarkan persetujuan baru dari masyarakat hukum adat yang
bersangkutan sepanjang hak ulayat masyarakat hukum adat itu masih ada sesuai ketentuan Pasal 2.

(3) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Hak Guna Usaha atau Hak Pakai yang diberikan
oleh Negara dan perpanjangan serta pembaharuannya tidak boleh melebihi jangka waktu penggunaan
tanah yang diperoleh dari masyarakat hukum adat yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai