Perkembangan Sastra Arab Kontemporer
Perkembangan Sastra Arab Kontemporer
net/publication/327919933
CITATIONS READS
0 18,171
1 author:
Kisno Umbar
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
14 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Kisno Umbar on 27 September 2018.
BAB I
PENDAHULUAN
Namun hadirnya istilah adab dan sastra dalam bahasa Indonesia belum
sepenuhnya dapat disepadankan. Karena latar istilah yang dihadrikan dari latar
belakang yang berbeda. Namun dalam kajian adab di Indonesia lebih mudah
disebut dengan istilah sastra karena sebagaian besar praktisi akademik
menganggap istilah tersebutlah yang tepat untuk menyebutkan dalam bahasa
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun hal yang akan menjadi pokok
pembahasan dalam makalah ini kami rangkum dalam rumusan masalah sebagai
berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Priode ini dimulai sejak runuthnya kota Baghdad hingga timbulnya
kebangkitan bangsa Arab di Abad modern.
5) Al-Asr al-Hadits
Timbulnya kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa
nasionalis-me bangsa Arab di abad modern sampai sekarang.
Umar Farrukh (1998: 24) mengungkapkan hal yang berbeda dengan al-
Iskandari, ia menyapaika bahwasanya kesusastraab telah mengalami empat masa
perkembangan hingga sekarang ini. adapaun masa tersebut adalah sebagai berikut:
1) Al-Adab al-Qadim
Priode ini dimulai sejak sebelum islam datang sampai habisnya masa
dinasti Umayah (150 SH – 132 H/ 470 – 750 M). dalam priode ini
terbagi menjadi dua, yakni al-Ashr al-Jahily, dan al-Ashr al-Islamy.
2) Al-Adab al-Muhdas atau al-Muwallad
Priode ini sejak tahun 132 H, sampai tahun 656 H (750-1258M). Fase
ini dapat dikatakan sebagai al-Adab al-Abbasy. Pada masa ini
meliputi sastra Masriq (Syam, IRak, Mesir, Arab, dan Khurasan) dan
sastra Maghrib (Andalusia, Afrika Utara dan Barat).
3) Al-Adab
Pada masa dinasti Mughal dan Turki Usmani sampai akhir abad 12
H. atau akhir abad 18 M.
4) Al-Adab al-Hadits
Sastra arab pada masa ini berkembang pasca abad 18-an masehi
hingga sekarang ini.
4
1) Al-Adab Al-Araby al-Qadim
Masa Qodim ini terbagi menjadi dua yakni: al-Adab al-Jahily (475-
622 M) atau sampai lahirnya islam, dan al-Adab al-Islamy (622-750
M/1-132H) atau sampai munculnya bani Abbas.
2) Al-Adab al-Araby al-Muwallad
Priode ini juga terbagi menjadi dua, yakni: al-Adab al-Abbasy (750-
1258 M/ 132-656 H) dan al-Adab al-Andalusy (710-1492 M/ 91-897
H)
3) Al-Adab al-Minhar
Fase ini dikatakan sebagai fase kemunduran, yakni pada waktu
(1258-1798 M/ 656-1213 H).
4) al-Adab al-Jadid
fase ini juga terbagi menjadi dua, yakni al-Nahdhah, fase
kebangkitan (1978-1900 M/ 1213-1318 H) dan fase menuju
kesempurnaan.
5
lulusan perguruan tinggi Eropa. Selain-selain itu novel-novel tidak banyak
bermunculan, kalaupun ada, penulisnya sulit mendapat penerbit yang berminat
mempublikasinnya sehingga seoalang-olah sastrawan Suriah kala itu dikatakan
“tidur panjang” karena setiap lima tahun hanya bisa terbit satu kasidah bermutu
(ath-Thanthawy, 1992: 1662-167).
Pada abad ke-18, gejala stagnasi itu makin tampak ketika Negara-negara
Arab berada dalam wilayah provinsi kekasisan Utsamny yang mulai mengalami
kemunduran telah menjadikan wilayah ini terisolasi dari gerakan intelektual yang
terjadi di barat. Provinsi-provinsi pada kekaisaran Utsmany hidup dalam
keterkungkungan dan keterbelakangan budaya. Selain itu urusan pendidikan juga
terbengkalai. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan politik di wilayah-wilayah
kekuasaan Turki. Pada pemerointahan tersebut, bahasa ayang digunakan sebagai
bahasa resminya adalah bahasa Turki. Dengan demikian jelas, sastra arab
mengalami kelumpuhan. Sebab bahasa arab adalah medium dari berkembanganya
sastra Arab. Pemerintahan Turki Utsmany tidak banyak menghasilkan karya
sastra, semua terjebak dalam romantika kejayaan masa lalu, dan akibatnya terjadi
keterputusan generasi, sehingga yang muncul dari gaya sastra mereka adalah
identic dengan gaya dan model-model masalalu sebagaimana dikutip oleh Mansur
dari Badawi (1975: 7).
Pada abad 18 pula, ada gerakan meramaikan perkembangan puisi yang
bernuansa “acrobat”. Apa yang dilakukan penyair adalah untuk menarik dan
memberikan kesan kepada pembacanya, dengan cara memanipulasi kata-kata
tertentu dan menambhakan beberapa efek tertentu. Golongan sastrawan kala itu
berlomba-lomba satu sama lain dalam membuat puisi-puisi dengan cara baru ini,
yaitu setiap kata dalam puisi ini dibuat sama, atau kata-kata tersebut dengan
huruf-huruf yang sama, atau setiap huruf dan kata dibubuhi titik-titik. Ada juga
yang menulis pusis dengan cara memulainya dari belakang. Fenomena gaya
kepenulisan yang tidak serius juga ditemukan dalam badi’ (Badawi, 1975: 7).
Kondisi sastra Arab pada masa yang memprihatinkan itu disebut sebagai kitsch,
yaitu seni semu dan oleh Umberto Eco disebut “dusta structural” (bdk. Hatoko,
1986: 73).
6
Bangsa Libanon dan Suriah akhirnya mendapatkan pengaruh dari
pemikiran Ibnu Kholdun, dan Muhamad Abduh, serta Jamaludin al-Afgani,
sehingga yang awalnya berharap melestarikan sastra Arab klasik dengan model
saja‟ dan badi‟ mulai beralih mengembangkan sastra Arab kontemporer dengan
bermodelkan prosa. Karena apa yang dikembangkan oleh mereka adalah model-
model klasik yakni berupa tema-tema tasawuf, zuhud, dan romantika. Dan jika
dihadapkan dalam kehidupan modern ini sangat tidak tepat (Muizzudin, 2009:
195-196)..
Jamaludin al-Afgani pada tahun 1871 membawa misi dakwahnya tentang
kebangkitan Islam dan Umat Islam untuk menentang penjajahan di Mesir. Dan
mula-mula Muhammad Abduh terpengaruh oleh pemikirannya untuk
mengembangkan sastra Arab prosa sebagai bentuk sastra Arab konte,porer yang
memuat pikiran revolusionernya untuk merubah tatanan politik Ismail dan
keluarganya yang berkuasa saat itu. Dua tokoh tersebut gencar dalam gerakan
memperjuangakn sastra arab kontemporer. Jamaludin al-Afgani melalui gerakan
mengajarnya ia menyisipkan alira-aliran sastra Arab kontemporer begitu juga
Abduh yang mengajarkan kepada muridnya Musthofa Luthfi al-Manfaluthi.
Mereka semua ini adalah tokoh-tokoh yang sangat produktif dalam melahirkan
prosa-prosa berupa kritik sosial terhadap kepemimpinan kala itu di Arab. dan
hingga kemudian dalam perkembanganya, sastra arab kontemporer berkembangan
dengan tema yang sangat luas dan dengan gaya bahasa indah serta tidak dalam
keterikan kaidah badi‟ dan saja‟ (Muizzudin, 2009: 195-196).
7
“sastra adalah ungkapan puistis tentang berbagai pengalaman manuisa”
8
dan mendeklarikan sebagai Negara Republik baru kemudian disusul negara-
negara Arab lainnya (Muyassarah, 2012).
9
penyair buat dari Suriah yakni Abul „Ala‟ al-Ma‟am dikenal dikalangan sastrawan
Modern (Badawi, 1975: 6).
10
2) Karya Sastra Genre Modern
Banyak karya-karya sastra yang lahir dengan menyesuaikan surat
kabar ataupun majalah yang beredar di masa kolonial dari
kalangan sastrawan arab sendiri. Munculnya banyak prosa-prosa
Arab yang memuat aliran sastra realism seperti novel “Zainah”
karya Muchammad Chussayn Haykal, dan “al-Ayyam” karya
Thaha Chusayn, “Ushfurun minary-Syarqi” karya Taufiq al-
Chakim, dan “Adibun fis-Suqi” karya Umar Fakhury (Manshur,
2007: 21)
.
3) Kondisi Sosial Budaya
Nilai-nilai tradisional dalam dunia Arab modern sudah berubah.
Hal ini disebabkan oleh urbanisasi, indutrialisasi, dan
berkurangnya suku-suku yang ada, hingga hanya 5% penduduk
asli. Dan sebagian besar komunitas Arab malah banyak ditemui di
dunia barat, hal ini disebabkan karena penjajahan yang terjadi
dibeberapa Negara Arab. dan dampaknya, telah mempengaruhi
banyak pola berfikir mereka, bahkan banyak yang meninggalkan
model masyarakat Arab tradisional
11
2) Perkembangan teori-teori sastra Barat
Perkembangan teori sastra barat yang begiru besat pasca colonial.
Tindakan mereka dalam memodifikasi masterpiece teori sastra
Arab telah berhasil, dan kini keadaan berbalik. Para sastrawan arab
banyak yang kemudian menggeluti perkembangan teori sastra
Barat. Hal ini terbukti dalam buku karya Syafi‟ as-Sayyid (2005)
yang berjudul Nadhariyatul-Adab, Dirasat fil-Madarisim-
Naqdiyah-Chaditsah Syafi‟ adalah salah satu tokoh sastra yang
kemudian ikut membahas polemic sastra Arab dan Barat. Secara
tidak langsung teori yang dikembangkan barat, sudah mendapat
perhatian sastrawan arab.
Kesusastraan Arab modern dapat dikatakan lebih kaya dari pada sastra
Arab klasik, baik dari segi kualitas bahasa dan tema yang diusung lebih bervariasi.
Keadaan yang lebih terbuka menjadikan penyair memiliki banyak pilihan dan
menentukannya sendiri dalam menghasilkan sebuah karya yang monumental.
Kesusastraan Arab modern ini memang lahir dari sebuah latar kehidupan yang
realitas dan merupakan representasi kehidupan modern.
1) Prosa
Menurut padangan Sutisumarga (2002: 115) perkembangan prosa
dalam kesusastraan Arab dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:
a) Prosa pada tahap permulaan pembaruan
Unsur-unsur pembaharuan dalam prosa Arab ini berkembang
secara bertahap pada masyarakat Arab, dengan ciri bahwa para
pengarang sudah mulai memerhatikan aspek-aspek pemikitan dan
makna dalam tulisannya, kebiasaan mengarang sudah mulai
meluas di masyarakat, dan kata-kata fasih berbobot sudah mulai
12
digunakan lagi seperti para pengarang masa sebelum
kemunduruan.
b) Prosa pada tahap pembaruan
Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memerhatikan unsur
pemikiran dari pada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan
kata-kata retoris seperti saja‟, tibaq, seperti pada masa
sebelumnya. Pemikirannya runtn dan sistematis, penulis tidak
keluar dari satu gagasan ke gagasan yang lain, pendahuluannya
tidak panjang-panjang, tema cenderung pada sesuatu yang sedang
terjadi pada masyarakat, seperti masalah politik, sosial, dan
agama.
2) Puisi
Menurut Sutisumarga (2002: 117) pada masa ini, puisi bebas menjadi
lebih popular, dengan panjang yang bervariasi dan rima yang tidak
mengikuti pola tertentu. Lariknya semakin pendek hingga ada yang
hanya menggunakan dua atau tiga suku kata. Dari segi temanya,
pusisi pada masa ini dapat dibagi menjadi tiga bagian.
a) Tema-tema lama yang digunakan dan berkembang
(1) Wasf (Deskripsi): tema lebih banyak berdiri sendirir dan
memberikan gambaran tentang masalah yang menyangkut
perasaan atau jiwa.
(2) Fakhr (membanggakan diri): yang diagung-agungkan dalam
tema ini adalah tokoh-tokoh sejarah, terutama sejarah Islam,
dan bangsa-bangsa yang dijadikan contoh untuk
membangkitkan semangat perjuangan.
(3) Madah (puji-pujian): ditujukan pada para pejuang
kemerdekaan dan kebangsaan.
(4) Religious: berisi bait-bait pujian terhadap Nabi Muhammad
SAW.
13
b) Tema-tema yang sedikit mengalami perubahan
(1) Naqa’id (keritikan lebih banyak ditujukan pada persoalan
orang banyak dan bahkan terhadap persoalan Negara.
(2) Keperwiraan: tema ini lebih banyak digunakan untuk
mengagungkan sebuah bangsa atau umat.
(3) Ritsa’ (ratapan): digunakan untuk meratapi para pejuang yang
sudah gugur di medan perang, para pemimpin bangsa yang
telah mangkat, dan bahkan untuk bangsa dan Negara yang
telah hancur.
(4) Ghazal (cinta): tema cinta tampaknya merupakan tema yang
universal dan ada sepanjang masa. Tema ini lebih terfokus
pada nyanyian-nyanyian cinta yang melukiskan gelora
perasaan jiwa.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Priodesasi perkembangsan sastra Arab, berdasarkan pendapat yang kaut
yakni ada empat.
1) Al-Adab Al-Araby al-Qadim (475-750 M)
2) Al-Adab al-Araby al-Muwallad (750-1258 M)
3) Al-Adab al-Minhar (1258-1798 M)
4) al-Adab al-Jadid (1978- sampai sekarang)
15
(2) Prosa pada tahap pembaruan, ciri-ciri prosa pada masa ini
adalah lebih memerhatikan unsur pemikiran dari pada unsur
gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti
saja‟, tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya
runtn dan sistematis.
2) Puisi
(1) Tema-tema lama yang digunakan dan berkembang
o Wasf (Deskripsi)
o Fakhr (membanggakan diri
o Madah (puji-pujian)
o Religious
(2) Tema-tema yang sedikit mengalami perubahan
o Naqa’id
o Keperwiraan
o Ritsa’
o Ghazal
(3) Tema-tema yang baru muncul masa modern
o Patriotik
o Kemasyarakatan
o Kejiwaan
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyim, Juzif dkk. tt: al-Mufid fi al-Adab al-Araby. Bairut: Maktabah al-
Tijary
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pengarang, Karya Sastra dan Pembaca. Malang:
Semiloka Pengajaran dan Penelitian Bahasa-Sastra UIN Malang
Farrukh, Umar. 1998. Al-Manhaj al-Jadid fi al-Adab al-Araby. Bairut: Dar al-Ilm
li Al-Malayin.
Muyassarah, Mufidatul ilmi dkk. 2012. Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern.
Malang: Universitas Negeri Malang
Wargadinata, Wildana, Laily Fitriani. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya.
Malang: UIN Press
17