Anda di halaman 1dari 30

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian merupakan dasar masalah penelitian yang berfokus pada
objek yang akan diteliti. Kerangka konsep pada penelitian akan menjadi panduan dalam
pelaksanaan penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabel yang akan dijadikan
penelitian meliputi variabel terikat, variabel bebas, dan variabel perancu. Variabel-
variabel pada penelitian tersebut dapat diobservasi dan dilakukan pengukuran (Creswell,
2016). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi psikoedukasi
keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa pasung terhadap intensi keputusan
pasung dan beban keluarga dengan gangguan jiwa, hubungan intensi dengan beban
keluarga, dan hubungan karakteristik dengan intensi dan beban keluarga.

Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas,
serta karakteristik dari responden. Variabel terikat merupakan karakteristik penelitian
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah intensi
keputusan pasung dan beban keluarga. Variabel bebas merupakan karakteristik
penelitian dimana bila karakteristik tersebut berubah, maka memberikan dampak pada
variabel lainnya (Polit and Beck, 2012). Variabel bebas pada penelitian ini tindakan
terhadap keluarga dengan terapi psikoedukasi keluarga dan intensi keputusan perawatan
tanpa pasung. Sedangkan karakteristik pada penelitian ini meliputi usia, pendidikan,
jenis kelamin, pendapatan, dan hubungan dengan penderita. Variabel-variabel pada
penelitian ini menjadi satu kesatuan dalam rangkaian pelaksanaan penelitian sebagai
objek yang akan dilihat dan dilakukan pengukuran. Kerangka konsep dalam penelitian
ini digambarkan pada skema sebagai berikut 3.1

35 Universitas Indonesia
36

Variabel Independen

Terapi Psikoedukasi Keluarga

Terapi Keputusan Perawatan Tanpa Pasung

Variabel Dependen Variabel Dependen


Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

Intensi Keputusan Intensi Keputusan


Pasung Pasung

Beban merawat pada Beban merawat pada


keluarga keluarga

Karakteristik Responden
- Usia
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pendapatan
- Hubungan Dengan Klien

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Universitas Indonesia
37

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban diawal yang bersifat sementara dari peneliti mengenai
hubungan antar variabel dari penelitiannya (Dharma, 2011)
3.2.1 Ada pengaruh terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan
tanpa pasung terhadap intensi keputusan pasung pada keluarga dengan gangguan
jiwa
3.2.2 Ada pengaruh terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan
tanpa pasung terhadap beban pada keluarga dengan gangguan jiwa
3.2.3 Ada perbedaan intensi pasung dan beban keluarga dengan gangguan jiwa antara
kelompok yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga dan keputusan perawatan
tanpa pasung dan kelompok kontrol
3.2.4 Ada hubungan antara intensi keputusan pasung dan beban keluarga
3.2.5 Ada hubungan antara karakteristik responden usia, jenis kelamin, hubungan
dengan penderita, pendidikan, dan pendapatan dengan intensi keputusan pasung
dan beban keluarga

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional dipaparkan secara rinci dengan tujuan agar variabel lebih nyata dan
konkrit serta mudah diukur (Dharma, 2011). Variabel-variabel pada penelitian ini
dijelaskan untuk mengetahui bagaimana masing-masing variabel dapat dilihat, dinilai,
dan diukur. Rincian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat Ukur dan Skala


NO Variabel Definisi Operasional Hasil ukur
Cara Ukur Ukur
Karakteristik Responden
1 Usia Lama hidup yang Kuesioner C: Dinyatakan Interval
terhitung sejak lahir satu item dalam tahun
sampai dengan saat ini pertayaan
2 Jenis Perbedaan kategori yang Kuesioner C: Dinyatakan Nominal
Kelamin diawa sejak lahir satu itemdengan:
berdasarkan fungsi pertayaan 1. Laki – laki
reproduksinya 2. Perempuan
3 Pendidikan Jenjang formal yang Kuesioner C: Dinyatakan Ordinal
telah dilalui berdasarkan satu item dengan:

Universitas Indonesia
38

Alat Ukur dan Skala


NO Variabel Definisi Operasional Hasil ukur
Cara Ukur Ukur
ijazah terakhir yang di pertayaan 0:Tidak tamat
dapatkan SD
1: SD
2: SMP
3: SMA
4:Pendidikan
Tinggi
3 Pendapatan Jumlah status ekonomi Kuesioner C: 1: Rendah Ordinal
keluarga yang diperoleh satu item dibawah
setiap bulannya pertayaan UMK (<
Rp.2.054.365)
2:
Tinggi/diatas
UMK
(>
Rp.2.054.365)
4 Hubungan Status anggota keluarga Kuesioner C: 1: orang tua Nominal
dengan keluarga dengan satu item 2: suami/istri
penderita penderita pertayaan 3: Anak
4:Saudara
Kandung
5: lain – lain

Variabel Independen
1 Terapi Terapi yang diberikan Intervensi 1: Diberikan Nominal
Psikoedukasi terapis kepada keluarga intervensi
keluarga dengan anggota keluarga 2: Tidak
yang menderita diberikan
gangguan jiwa untuk intervensi
mengatasi beban
keluarga dalam
melakukan perawatan
pada klien
2 Terapi Suatu intervensi yang Intervensi 1: Diberikan Nominal
Keputusan diberikan pada keluarga intervensi
Perawatan dengan anggota keluarga 2: Tidak
Tanpa yang menderita diberikan
Pasung gangguan jiwa untuk intervensi
mengatasi intensi
keputusan pasung pada
keluarga

Variabel Dependen
1 Beban Beban yang dirakasan Kuesioner The Rentang Interval
Merawat keluarga dalam merawat Zarit Burden nilai
penderita gangguan jiwa Interview yang minimal
terdiri dari 22 0 dan
pertanyaan maksimal

Universitas Indonesia
39

Alat Ukur dan Skala


NO Variabel Definisi Operasional Hasil ukur
Cara Ukur Ukur
dengan skala skor 88
Likert 0 – 4
0 = tidak
pernah, 1=
jarang,
2=kadang -
kadang
3=sering
4= selalu
2 Intensi Intensi keputusan Kuesioner Rentang Interval
Pasung keluarga untuk KKPD nilai
Keluarga melakukan perawatan (Kuesioner keputusan
dalam pada klien setelah Keputusan pasung
merawat diberikan intervensi Pasung nilai
terkait beban pada Daulima) terendah
keluarga serta Terdiri dari 54 54 dan
pengetahuan item tertinggi
pertanyaan dan 216
terdiri dari 4
subkategori.
Pengukuran
pada kuesioner
menggunakan
skala likert
yaitu 1- 4

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi experiment pre
post test with control group. Penelitian dengan desain quasi experiment memiliki tujuan
untuk mengukur pengaruh atau efektifitas intervensi tertentu yang dilakukan terhadap
kelompok intervensi (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini mengukur pengaruh dari terapi
psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa pasung terhadap intensi
dan beban keluarga. Pada penelitian terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Keluarga kelompok intervensi diberikan terapi psikoedukasi dan terapi
keputusan perawatan tanpa pasung sedangkan kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi.

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Pada kelompok intervensi pengukuran


pertama pre-test dilakukan pada pertemuan pertama setelah responden menandatangani
persetujuan penelitian, pengukuran kedua post-test 1 dilakukan setelah kelompok

Universitas Indonesia
40

intervensi diberikan terapi psikoedukasi keluarga. Selanjutnya post-test 2 dilakukan


setelah pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga dan KPTP. Pengukuran pada
kelompok kontrol sama dengan kelompok intervensi, dilakukan 3 kali pengukuran
setelah perlakuan pada kelompok intervensi. Skema desain penelitian yang digunakan
sebagai berikut:

Kelompok : x y
Intervensi O1 O2 O3

Kontrol O4 O5 O6

Skema 3.2 Desain Penelitian

Keterangan:

X : terapi psikoedukasi keluarga


Y : terapi keputusan perawatan tanpa pasung
: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok intervensi
O1
sebelum mendapat perlakuan
: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok intervensi
O2
setelah mendapat perlakuan psikoedukasi keluarga
: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok intervensi
O3 setelah mendapat perlakuan psikoedukasi keluarga dan keputusan
perawatan tanpa pasung
: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok kontrol
O4
sebelum mendapat perlakuan
: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok kontrol
O5 setelah kelompok intervensi mendapat perlakuan terapi psikoedukasi
keluarga

Universitas Indonesia
41

: Intensi keputusan pasung dan beban keluarga pada kelompok kontrol


O6 setelah kelompok intervensi mendapat perlakuan terapi psikoedukasi
keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa pasung
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga setelah
O1 – O2
diberikan intervensi psikoedukasi keluarga pada kelompok intervensi
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga setelah
O2 – O3 diberikan intervensi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan
perawatan tanpa pasung pada kelompok intervensi
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga sebelum dan
O4 – O5 setelah kelompok intervensi mendapat perlakuan terapi psikoedukasi
keluarga pada kelompok kontrol
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga setelah
O5 – O6 kelompok intervensi mendapat perlakuan terapi psikoedukasi keluarga
dan terapi keputusan perawatan tanpa pasung pada kelompok kontrol
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga sesudah
O2 – O5 perlakuan intervensi psikoedukasi keluarga antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol
: Perbedaan intensi keputusan pasung dan beban keluarga sesudah
O3 – 06 intervensi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa
pasung antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2012) merupakan generalisasi dari subjek penelitian yang
ditentukan peneliti berdasarkan kualitas dan karakteristik tertentu dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
gangguan jiwa dengan gejala halusinasi dan atau perilaku kekerasan di Kabupaten
Lampung Timur

3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi data penelitian (Polit & Beck
2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian menggunakan purposive sampling

Universitas Indonesia
42

yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini
merupakan bagian dari populasi yaitu keluarga dengan penderita gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau perilaku kekerasan.

Pemilihan sampel menurut Dharma (2011) dapat ditentukan dari populasi terjangkau
atas dasar efektifitas pelaksanaan penelitian, biaya yang lebih murah, lebih mudah dan
cepat mendapatkan hasil tanpa mengurangi keakuratan hasil penelitian. Pertimbangan
efektifitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan efektifitas wilayah. Wilayah
penelitian di kabupaten Lampung Timur, dengan Kecamatan Sekampung Udik dan
Sribhawono. Penentuan kecamatan Sekampung Udik dan Sribhawono berdasarkan Data
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Timur memiliki angka pasung yang tinggi. Adapun
kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:
1. Pelaku rawat utama yang melakukan perawatan pada penderita gangguan jiwa yang
ikut dalam pengambilan keputusan terhadap perawatan penderita gangguan jiwa
2. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan
3. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan yang belum pernah dirawat di
rumah sakit dan belum pernah dipasung
4. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan yang belum pernah mendapatkan
psikofarmaka atau yang mengalami putus obat

Dalam penentuan jumlah sampel menggunkan rumus estimasi besar sampel uji hipotesis
beda 2 mean kelompok independen (Dharma, 2011) dengan perhitungan sampel sebagi
berikut:

n= 2σ2(Zα+Zβ)2
(µ1 - µ2)2

Keterangan:
Zα : standar normal deviasi untuk α
Zβ : standar normal deviasi untuk β

Universitas Indonesia
43

µ1 : Nilai mean kelompok kontrol berdasarkan penelitian Daulima (2014)


µ2 : Nilai mean kelompok ujicoba berdasarkan penelitian Daulima (2014)
µ1 - µ2 : Selisih dari nilai mean yang dianggap bermakna secara klinik antara kedua
kelompok
σ : Nilai estimasi standar deviasi beda mean pada kedua kelompok yang telah
ditentukan
σ2 : Nilai estimasi besarnya varian pada kedua kelompok berdasarkan literatur dengan
perhitungan rumus : ½ (µ12 + µ22)

Hasil penelitian sebelumnya oleh Daulima (2014) tentang pengaruh terapi keputusan
perawatan tanpa pasung (KPTP) pada keluarga dengan gangguan jiwa didapatkan mean
kelompok kontrol 108,61 dan standar deviasi 14,01 sedangkan mean kelompok
intervensi 100,93 dan standar deviasi 7,13. Berdasarkan penelitian tersebut, maka
perhitungan jumlah sampel minimal pada penelitian ini sebagai berikut:
Zα : dengan 5% kesalahan yaitu 1,96
Zβ : power test 80% yaitu 0,842
µ1 : 108,61
µ2 : 100,93
µ1 - µ2 : 108,61 – 100, 93 = 7,68
σ2 :berdasarkan standar deviasi kedua kelompok ditentukan dengan rumus : ½(µ12 + µ22)
½ (14,012 + 7,132) = 123,56
n= 2σ2(Zα+Zβ)2
(µ1 - µ2)2

n = 2(123,56) (1,96 + 0,842)2


(7,68)2

= 1940,18
58,9

n = 32,9
n = 33

jumlah sampel minimal pada tiap kelompok sebesar 33 orang. Satroasmoro dan Ismael
(2014) menyebutkan perlunya antisipasi drop out sehingga perlu menambahkan jumlah

Universitas Indonesia
44

responden agar jumlah sampel minimal dapat terpenuhi. Perhitungan untuk


mengantisipasi droup out sebagai berikut:

n= n
1-f
Keterangan:
n’ : hasil besarnya nilai sampel dari antisipasi drop out
n : besar sampel sebenarnya
1–f : perkiraan proporsi drop out 10% (f=0,1)

n’ = 32
1 – 0,10

n’ = 35,5
n’ = 36

Total sampel yang diperlukan masing-masing kelompok adalah 36, sehingga total
sampel pada penelitian ini adalah 72 orang. Pada pelaksanaan penelitian jumlah sampel
berjumlah 72 orang. Dengan pembagian 36 kelompok kontrol dan 36 kelompok
intervensi. Tidak terdapat responden yang mengundurkan diri selama penelitian
berlangsung.

3.6 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan Kabupaten Lampung Timur Penentuan tempat penelitian sesuai
wilayah terbanyak kejadian pasung yaitu 27,2% angka pasung. Kecamatan yang dipilih
berdasarkan data Dinas Kesehatan Lampung Timur yang memiliki angka pasung yang
tinggi juga yaitu Kecamatan Sekampung Udik, wilayah yang dipilih sebagai penelitian
yaitu Puskesmas Sidorejo, Puskesmas Pugung Raharjo, dan Puskesmas Sribhawono.
Penentuan puskesmas didasarkan pada ditemukannya kejadian pasung yang ada di
wilayah binaan Puskesmas tersebut.

Seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila seorang individu memandang


perbuatan atau sikap tersebut positif dan orang lain mendorong untuk melakukannya
(Azjen, 2005). Atas dasar teori Azjen tersebut dapat dikatakan lingkungan yang tinggi
angka pasung akan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti perilaku pasung

Universitas Indonesia
45

dikarenakan dipandang positif dan lingkungan masyarakat ikut setuju dan mendorong
perilaku pasung. Berdasarkan hal tersebut peneliti menentukan wilayah penelitian.
Berdasarkan hasil screening ditetapkan 3 wilayah puskesmas yang dijadikan lokasi
pengambilan sampel yaitu wilayah Puskesmas Sidorejo, Puskesmas Pugung Raharjo,
dan Puskesmas Sribhawono. Wilayah kerja Puskesmas Sidorejo di tetapkan sebagai
wilayah kelompok intervensi dan wilayah kerja Puskesmas Sribhawono dan Pugung
Raharjo sebagai kelompok kontrol. Distribusi responden sesuai wilayah kerja
puskesmas (tabel 3.2)

Tabel 3.2
Distribusi Responden Sesuai Wilayah Kerja Puskesmas
Kelompok Kelompok
No Puskesmas Jumlah
Intervensi Kontrol
1 Sidorejo 36 0 36
2 Sribhawono 0 21 21
3 Pugung Raharjo 0 15 15
Total 36 36 72

3.7 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari-Juni 2018, mulai dari pembuatan
proposal, pengumpulan dan pengolahan data, sampai dengan penyusunan laporan hasil
penelitian.

3.8 Etika Penelitian


Manusia sebagai subjek penelitian beresiko bersinggungan dengan masalah etik
(Dharma, 2011), oleh karena itu penelitian didasarkan pada prinsip-prinsip etik untuk
mencegah terjadinya masalah etik serta bagi peneliti dan responden.

3.8.1 Peneliti
Prinsip etik untuk peneliti dilakukan melalui komite etik penelitian Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia dengan uji etik. Rencana penelitian dikaji dan
ditentukan kelayakannya dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etik dalam
penelitian. Uji kaji etik dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan Fakultas

Universitas Indonesia
46

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang dibuktikan dengan surat
keterangan lolos kaji etik dengan No. 112/UN2.F12.D/HKP.02.04/2018 (Lampiran 9)

3.8.2 Responden
Untuk responden demi melindungi objek penelitian maka peneliti menggunakan prinsip
etik yaitu:

3.8.2.1 Respect to Human Dignity


Prinsip Respect to human dignity meliputi prinsip otonomy dengan menghormati
otonomy responden. Prinsip otonomy dengan memberikan kebebasan kepada calon
responden untuk menentukan keikutsertaan dalam penelitian. Penegakan prinsip
otonomy dengan memberikan informed concent kepada responden terlebih dahulu serta
menandatangai kesediaan ikut dalam penelitian. Informed Concent merupakan
informasi, persetujuan responden berpartisipasi pada penelitian. Pada prinsip ini
subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
dilaksanakan. Keluarga pada penderita gangguan jiwa sebagai responden setelah
mendapatkan informasi penelitian dan Informed Concent selanjutnya diberikan
kebebasan untuk menentukan ikut berpartisipasi atau tidak pada penelitian yang akan
dilakukan. Prinsip Respect to human dignity dilaksanakan saat melakukan screening,
jika responden memenuhi kriteria inklusi maka peneliti segera memberikan informasi
mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dan meminta kesediaan untuk menjadi
responden penelitian.

3.8.2.2 Beneficence
Prinsip etik beneficience dalam penelitian yang dilakukan harus memberikan kebaikan
dan kebermanfaatan terhadap responden (Polit & Beck, 2012). Pada penelitian ini
kebermanfaatan akan dijelaskan oleh peneliti kepada responden. Jika dalam penelitian
terjadi sesuatu yang ditimbulkan akibat terapi yang diberikan oleh peneliti maka terapi
akan dihentikan dan dilakukan intervensi sesuai sesi terakhir responden. Apabila
keluarga merasa lelah saat pelaksanan terapi maka keluarga dapat menginformasikan
kepada peniliti, sehingga waktu pemberian terapi dapat dilanjutan sesuai kesepakatan

Universitas Indonesia
47

kembali. Pada saat penelitian terdapat responden yang meminta ijin untuk berhenti
sejenak dan kemudian melanjutkan kembali sesi terapi yang diberikan.

3.8.2.3 Confidentiality
Peneliti menjaga segala rahasia yang ada dan terjadi pada responden. Prinsipnya
dengan menuliskan nama responden dengan inisial serta memberikan informasi sejak awal
bahwa data yang diberikan kepada peniliti tidak akan disebarluaskan dan hanya menjadi
kepentingan selama penelitian. Selama proses penelitian yang berkaitan dengan masalah
yang dialami keluarga juga menjadi rahasia serta hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Data hasil penelitian telah disimpan oleh peneliti yang hanya dapat diakses oleh
peneliti untuk menjaga kerahasiaan data responden.

3.8.2.4 Justice
Prinsip justice merupakan etika penelitian yang menyatakan penelitian harus bersifat
adil dan menjunjung prinsip legal, moral, dan kemanusiaan (Polit & Beck, 2012).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental with control, Peneliti
melakukan prinsip justice dengan cara tetap memberikan intervensi pada kelompok
kontrol. Pemberian terapi pada kelompok kontrol setelah pengukuran post test ke- 2
dilakukan.

3.9 Alat Pengumpul Data


Alat pengumpul data pada penelitian terdiri lembar observasi dan kuesioner, alat
pengumpul data yang digunakan terdiri dari: kuesioner A dan B merupakan screening
untuk menentukan responden yang memiliki gejala positif halusinasi dan perilaku
kekerasan. Kuesioner C untuk mengetahui data karakteristik responden, kuesioner D
untuk mengetahui beban keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa, dan
kuesioner E untuk mengetahui intensi keputusan pasung pada keluarga.

3.9.1 Pengukuran Halusinasi dan Perilaku Kekerasan


Peneliti dalam menentukan responden dengan kriteria memiliki gejala halusinasi
menggunakan kuesioner A yang mengukur penderita gangguan jiwa dari segi respon
kognitif, emosi, perilaku dan sosial (Sudiatmika, Keliat, Wardani, 2010). Kuesioner ini

Universitas Indonesia
48

terdiri dari 12 pertanyaan dengan skor 1 – 4 dengan rentang nilai 12 – 48. Kuesioner ini
juga dibuat kategori dengan rentang nilai rendah, sedang, dan tinggi. Respon kognitif,
emosi, perilaku, dan sosial dinilai rendah dengan nilai 3 – 5, sedang 6 – 8, dan tinggi 9 –
12. Dan untuk aspek fisik dan fisiologis pernyataan pada lembar observasi terdiri dan 5
item pernyataan dengan skor 1 – 2dan rentang nilai 5 – 10 dengan kategori 5 – 6
rendah, 7 – 8 sedang, dan 9 – 10 tinggi. Kumulatif tiap aspek nilai miniamal 17 dan
maksimal 68 dengan rentang rendah 17 – 34, sedang 35 – 51, dan tinggi 52 – 68.
Penentuan gejala halusinasi dinyatakan dengan skor > 12 dan jika menggunakan
kategori pada kategori ringan dengan nilai > 12, kategori sedang, dan kategori berat.

Peneliti dalam menentukan gejala perilaku kekerasan menggunakan kuesioner B.


Kuesioner dilakukan dengan wawancara terhadap respon perilaku, sosial, dan fisik
(Wahyuningsing, Keliat, Hastono, 2009). Lembar diiisi oleh peneliti dan dengan
informasi dari keluarga. Respon perilaku, sosial, dan fisik masing - masing terdiri dari 5
pertanyaan dengan penilaian skala Likert 4 (selalu), 3 (sering), 2 (kadang-kadang) dan
1 (tidak pernah) dan pada respon sosial dengan skala Likert 4 (sangat setuju), 3 (setuju),
2 (tidak setuju) dan 1 (sangat tidak setuju) dengan jumlah skor minimal 15 dan
maksimal 60. Untuk respon fisik dengan jawaban ya (1) dan tidak (2)
Jumlah skor minimal 5 dan maksimal 10.

Perilaku kekerasan ditentukan dengan skor >15 dan dengan kategori ringan dengan skor
> 15 – 30, sedang skor 30 – 45, dan tinggi 45 – 60. Validitas instrumen dinyatakan
valid dengan r 0,49 – 0,896 dari seluruh pertanyaan sehingga dapat mengukur respon
perilaku kekerasan (Wahyuningsing, Keliat, Hastono, 2009)

3.9.2 Karakteristik Responden


Kuesioner C yaitu instrumen yang menggambarkan karakteristik responden keluarga
dan penderita, karakteristik yang dilihat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia,
pendapatan, pendidikan, dan hubungan dengan penderita. Kuesioner disusun dalam
bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka.

3.9.3 Pengukuran Beban Keluarga

Universitas Indonesia
49

Pengukuran terhadap beban keluarga dalam merawat menggunakan kuesioner The Zarit
Burden Interview. Pengukuran digunakan dengan skala Likert (0- 4) yaitu nilai 0 jika
tidak pernah, nilai 1 untuk jarang, nilai 2 kadang - kadang, nilai 3 untuk sering dan nilai
4 untuk jawaban selalu. Rentang nilai pada kuesioner rentang skor 0 - 88. Kuesioner
Zarit menggunakan kuesioner versi Indonesia yang sudah memiliki reliabilitas yaitu
nilai alpha cronbach 0,837.

3.9.4 Pengukuran Intensi Keputusan Pasung


Pengukurang intensi keputusan pasung menggunakan kuesioner keputusan pasung
daulima (KKPD), terdiri dari 54 item pertanyaan. Kuesioner KKPD dibagi menjadi 4
sub kategori yaitu: stresor, respon terhadap stresor, sumber koping, dan keinginan
keluarga untuk melakukan tindakan pasung. Pertanyaan terdiri dari pertanyaan
favorable sebanyak 42 item dan pertanyaan unfavorable sebanyak 12 item. Penilaian
pada instrumen KKPD menggunakan skala Likert dengan masing – masing sub
kategori memiliki skala yang berbeda. Untuk pertanyaan nomor 1 – 14 menggunakan
skala Likert 1- 4, 1: tidak pernah, 2: kadang – kadang, 3: sering, 4: selalu. Pertanyaan
nomor 15 – 49 dengan kriteria 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: setuju, 4: sangat
setuju. Pertanyaan 50 – 54 dengan kriteria 1: sangat tidak ingin, 2: tidak ingin, 3: ingin,
4: sangat ingin.
Rentang nilai pengukuran pada kuesioner KKPD dari skor 54 sampai skor 216. Hasil
uji validitas dan reliabilitas kuesioner KKPD sudah dilakukan pada penelitian
sebelumnya dengan nilai reliabilitas nilai alpha = 0,935, kuesioner KKPD terbukti valid
dan reliabel untuk digunakan dalam mengukur keputusan pasung (Daulima, 2014)

3.10 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian terdiri dari prosedur pengumpulan data, prosedur pemilihan
responden, dan prosedur pelaksanaan teknis. Prosedur – prosedur tersebut dijelaskan
sebagai berikut:

3.10.1 Prosedur Pengumpulan Data


Langkah-langkah prosedur pengumpulan data penelitian meliputi sebagai berikut:

Universitas Indonesia
50

1. Peneliti mempersiapkan materi intervensi yang terdiri dari modul, buku kerja, dan
buku evaluasi terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa
pasung. Modul, buku kerja, dan buku evaluasi yang dikonsultasikan dengan
pembimbing.
2. Peneliti melakukan penelitian setelah memperoleh pernyataan lulus kaji etik oleh
komite etik penelitian keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
3. Peneliti mengajukan surat pengantar permohonan ijin penelitian kepada Kepala
dan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Lampung dan meminta Kesbangpol
untuk membuat surat ijin dengan tembusan seluruh Kesbangpol Lampung Timur.
Peneliti mengajukan ijin penelitian pada Dinas Kesehatan Lampung Timur dan
selanjutnya membuat surat tembusan kepada Kepala Puskesmas Kabupaten
Lampung Timur sebagai instasi pelayanan kesehatan primer kesehatan jiwa di
masyarakat. Permohonan ijin dilakukan di tiga wilayah kerja Puskesmas
Sribhawono, Sidorejo, dan Pugung Raharjo.
4. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data pada wilayah yang telah
ditentukan sesuai dengan penentuan responden berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.

3.10.2 Prosedur Pemilihan Responden


Prosedur pemilihan responden dilakukan sesuai langkah-langkah sebagi berikut:
1. Peneliti memberikan penjelasan maksud, tujuan, manfaat penelitian kepada pihak
puskesmas, disini peneliti langsung bekerjasama dengan kepala puskesmas yang
kemudian diarahkan untuk bekerjasama dengan pemegang program kesehatan jiwa
pada tiga puskesmas yang dijadikan tempat penelitian.
2. Peneliti dengan bantuan pihak puskesmas mengidentifikasi calon responden yang
berada di wilayah puskesmas binaannya. Kriteria responden yaitu keluarga yang
merawat penderita gangguan jiwa dengan gejala positif halusinasi dan atau
perilaku kekerasan yang belum pernah berobat dan atau mengalami putus obat.
3. Berdasarkan arahan pemegang program kesehatan jiwa, keluarga yang menjadi
calon responden disesuaikan kembali dengan dilakukan screening dan kriteria

Universitas Indonesia
51

penderita gangguan jiwa yang memiliki gejala positif halusinasi dan atau perilaku
kekerasan yang belum pernah berobat dan atau mengalami putus obat.
4. Pelaksanaan screening dilakukan selama 5 hari ke seluruh wilayah kerja
puskesmas Sribhawono, Sidorejo, dan Pugung Raharjo. Selama pelaksanaan
screening, jika mendapat calon responden yang memenuhi kriteria maka peneliti
memberikan informasi dan meminta kesedian untuk menjadi responden.
5. Selama pelaksanaan screening peneliti dibantu oleh pihak puskesmas dan kader
kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut.

3.10.3 Prosedur Pelaksanaan Teknis


Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tahap pengkajian, tehap intervensi, dan
tahap evaluasi atau pengukuran akhir

1. Tahap Pengkajian
Peneliti mengukur intensi pasung dan beban keluarga pada anggota keluarga dengan
gangguan jiwa yang dipasung pada semua responden baik kelompok kontrol maupun
kelompok intervensi. Pengukuran dengan kuesioner KPPD dan The Zarit Burden
Interview. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui intensi pasung dan beban keluarga
sebelum dilakukan intervensi (pre test). Peneliti memberikan waktu anggota keluarga
mengisi kuesioner . Peneliti dapat membacakan dan memberikan penjelasan kepada
keluarga jika keluarga membutuhkan bantuan dalam mengisi kuesioner. Pada tahap
pengkajian peneliti akan dibantu oleh asisten peneliti sebanyak 2 orang yang
sebelumnya diberikan penjelasan mengenai penelitian baik tujuan, manfaat, dan
prosedur penelitian yang akan dilakukan untuk memberikan gambaran serta
menyamakan persepsi asisten peneliti dengan peneliti. Pada pelaksanaanya asisten
peneliti melihat terlebih dahulu cara peneliti melakukan pre test, kemudian dilanjutkan
peneliti mendampingi asisten peneliti untuk melakukan pre test dan selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap pre test yang dilakukan.

2. Tahap Intervensi

Universitas Indonesia
52

Tahap intervensi dilakukan selama 3 minggu dengan masing-masing sesi terapi 3 sesi
untuk terapi psikoedukasi dan dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Terapi
keputusan perawatan tanpa pasung juga 3 sesi dengan 2 kali pertemuan. Pemberian
terapi dilakukan selama 30 sampai dengan 60 menit setiap sesinya. Pelaksanaan terapi
psikoedukasi keluarga pada pertemuan pertama selama kurang lebih 60 menit, untuk
pertemuan ke dua selama 30-45 menit. Pada terapi KPTP pertemuan pertama
berlangsung selama 50-60 menit, pada pertemuan ke dua berlangsung selama 45-50
menit. Dalam pemberian terapi antara pertemuan satu dengan berikutnya berselang 2
hari. Pelaksanaan terapi dilakukan secara individu, jumlah responden yang dilakukan
terapi sebanyak sembilan (9) responden setiap harinya. Pelaksanaan pos test memiliki
jarak 2 hari setelah dilakukan intervensi. Kerangka kerja penelitian digambarkan sebagai
berikut :

Tabel 3.3 Kerangka Kerja Penelitian

Minggu I (23 – 29 April)


Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mgu Kelompok
No
Responden 1-9 10 - 18
Terapi FPE FPE
Sesi 1,2 1,2
Intervensi
Screening Pre- Pre-
Pelaksanaan
test(res test(res
Pre-test dan
1 – 9) 10 – 18)
Post-test
Screening Pre- Pre-
Pelaksanaan test(res test(res
Pre-test dan 1 – 9) 10 – 18) Kontrol
Post-test

Universitas Indonesia
53

Minggu II (30 April – 6 Mei)


Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mgu Kelompok
No
Responden 19 – 27 1-9 10-18 19 – 27 28 – 36 1- 9
Terapi Fpe Fpe Fpe Fpe Fpe KPTP
Sesi 1,2 3 3 3 1,2 1,2
Pelaksanaan Pre test Intervensi
Pre-test dan (28 –
Post-test 36)
Pre test
Post Post test
test 1 1 (10 –
(1 – 9) 18)
Pelaksanaan Pre test
Pre-test dan (28 –
Post-test 36)
Pre test Kontrol
Post Post test
test 1 1 (10 –
(1-9) 18)
Minggu III ( 7 – 13 mei)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mgu Kelompok
No
Responden 10 – 18 27 – 36 1- 9 10 – 18 19 - 27 27 – 36
Terapi Kptp Fpe Kptp Kptp kptp Kptp
Sesi 1,2 3 3 3 1,2 1,2
Pelaksanaan Post test Intervensi
Pre-test dan Post 1 ( 27 –
Post-test test 1 36)
(19 –
27) Post test Post test 2
2 (1-9) (10 – 18)
Pelaksanaan Post test
Pre-test dan Post 1 ( 27 –
Post-test test 1 36) Kontrol
(19 –
27) Post test Post test 2
2 (1-9) (10 – 18)

Universitas Indonesia
54

Minggu IV ( 14 – 20 mei)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mgu Kelompok
No
Responden 19 – 27 28 - 36
Terapi Kptp Kptp
Sesi 3 3
Pelaksanaan Post Intervensi
Pre-test dan
test 2 Post test 2
Post-test
(19 – (28 – 36)
27)
Pelaksanaan Post
Pre-test dan
test 2 Post test 2
Post-test Kontrol
(19 – (28 – 36)
27)

Keterangan:
: Waktu pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
: Waktu pelaksanaan terapi KPTP

1. Tindakan Keperawatan Terapi Psikoedukasi Keluarga Pada Kelompok


Intervensi
Kelompok perlakuan diberikan terapi psikoedukasi keluarga sebanyak 3 sesi dengan 2
kali pertemuan. Pemberian terapi psikoedukasi keluarga dilaksanakan setelah dilakukan
pre test. Pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakukan, pre test dilaksanakan
bersamaan dengan pre test kelompok perlakuan sesuai nomor urut responden. Intervensi
dilakukan setiap hari dengan 9 responden setiap harinya.

Pada pertemuan pertama langsung dilakukan 2 kali sesi yaitu sesi 1 dan sesi ke 2.
Keluarga diberikan penjelasan mengenai terapi yang akan diberikan, manfaat, sesi, dan
waktu pelaksanaan terlebih dahulu sebelumnya. Pada pelaksanaan sesi 1 keluarga
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi selama merawat
penderita gangguan jiwa. Selain masalah kesehatan yang dihadapi penderita, pada sesi
pertama ini juga mengidentifikasi masalah yang dialami oleh pengasuh, serta bagaimana

Universitas Indonesia
55

cara merawat masalah kesehatan pada penderita gangguan jiwa. Pelaksanaan sesi
pertama pada bagian identifikasi masalah penderita gangguan jiwa sebagian besar
keluarga mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi yaitu halusinasi dan perilaku
kekerasan. Masalah perilaku kekerasan yang lebih membuat keluarga merasa khawatir
dan kadang takut pada penderita. Selain itu beberapa keluarga bahkan tidak mengetahui
apa yang terjadi pada anggota keluarganya, keluarga tidak menyadari bahwa anggota
keluarga mengalami gangguan jiwa. Keluarga menganggap penderita tidak kuat ilmu
atau pernah kerasukan yang akhirnya dibawa pada alternatif kemudian dibiarkan tidak
berobat.

Pelaksanaan dimulai dengan berdiskusi dengan keluarga mengenai pengertian gangguan


jiwa, tanda dan gejala, penyebab, dampak dan cara merawat. Informasi juga diberikan
mengenai halusinasi dan perilaku kekerasan. Media yang digunakan yaitu leaflet dan
lembar balik. Identifikasi masalah yang terjadi pada pengasuh sebagian besar keluarga
menyampaikan bahwa keluarga mengalami sulit tidur, kadang merasa cemas jika
penderita mulai menunjukan perilaku yang maladaptif terutama saat malam hari.
Beberapa keluarga juga merasa tidak nyenyak saat tidur karena takut penderita akan
keluar rumah. Keluarga juga menyebutkan sering pusing dan terdapat keluarga yang
mengatakan sampai tidak nafsu makan. Terdapat satu keluarga yang mengatakan bahwa
dirinya kerap mengalami kenaikan tensi darah akibat perilaku penderita.

Sesi ke dua dilaksanakan pada pertemuan yang sama yaitu pertemuan pertama, sebelum
memulai sesi ke dua keluarga di evaluasi terlebih dahulu. Sesi kedua merupakan
manajemen stress. Dari data masalah yang diungkapkan pengasuh peneliti bersama-
sama responden memahami penyebab terjadinya masalah tersebut, kemudian peneliti
memberikan teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam, peneliti juga menyarankan
keluarga untuk selalu berpikiran positif dan selalu bersemangat. Selain tarik nafas
dalam, peneliti memberikan leaflet teknik relaksasi otot. Yang menarik saat dilakukan
penelitian salah satu responden dengan usia 72 tahun mengatakan merasa sangat
nyaman saat diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, responden kerap tidak bisa tidur
dan sering tidak nafsu makan. Responden merupakan ibu dari penderita ganggun jiwa,
selain itu juga memiliki suami yang mengalami kelumpuhan.

Universitas Indonesia
56

Setelah diberikan tarik nafas dalam, hampir seluruh responden mengatakan nyaman dan
kepala terasa ringan. Pada pelaksanaan sesi kedua berjalan lancar, seluruh responden
pada kelompok yang mendapat perlakuan memiliki respon positif terhadap manajemen
stress yang dilakukan. Manajemen stress yang diajarkan diminta oleh peneliti untuk
dilatih dan membuat jdwal harian waktu untuk melakukan teknik relaksasi. Pada
pertemuan pertama ini waktu pertemuan lebih memanjang dikarenakan pada pertemuan
pertama sebelumnya dilakukan pre test yang kemudian diikuti oleh dua kali sesi.

Sesi ke 3, sesi ke tiga dilaksanakan setelah 2 hari berikutnya. Pada sesi ke 3 dilakukan
evaluasi terlebih dahulu mengenai pertemuan sebelumnya dan melakukan diskusi
mengenai pertemuan sebelumnya apakah menemukan kendala. Beberapa keluarga
mengatakan sudah mempraktekan cara merawat penderita salah satunya dengan
mengajak penderita mengobrol dan berkegiatan untuk mengalihkan halusinasi pada
penderita. Sesi ke-3 terdiri dari manajemen beban pada keluarga, mengidentifikasi
sistem pendukung dan cara memanfaatkannya, serta evaluasi pelaksanaan terapi
psikoedukasi keluarga. Pada sesi ke-3 manajemen beban, sebagian keluarga
menyebutkan perasaan tertekan, sedih, dan merasa khawatir dan cemas pada beban
subjektif. Pada beban objektif seluruh keluarga menyebutkan kesulitan keuangan selama
melakukan perawatan pada penderita ganguuan jiwa. Keluarga yang memiliki
pendapatan tinggi yaitu diatas UMK menyebutkan kesulitan keuangan tetap dialami
oleh kelaurga, melihat perilaku penderita yang sering meminta rokok dan minum kopi
sangat kuat. Penderita gangguan jiwa sebagian sudah tidak produktif lagi, penderita
tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa mengatakan mengalami keterbatasan
tenaga dan mengalami stigma. Akses yang sulit untuk menuju pelayanan kesehatan
menjadi kendala bagi keluarga. Beberapa daerah jauh dari Puskesmas Induk,
dikarenakan memang wilayah kerja Puskesmas yang luas.

Mengidentifikasi sistem pendukung dari luar keluarga. Sistem pendukung dari luar
beberapa keluarga menyebutkan tidak ada sistem dari luar yang bisa membantu
keluraga. Keluarga kemudian dibantu peneliti untuk mengidentifikasi seperti tokoh
masyarakat, pelayanan kesehatan, dan kader kesehatan. Belum terdapat kader kesehatan

Universitas Indonesia
57

jiwa pada wilayah penelitian, kader kesehatan menjadi satu dengan kader kesehatan
lainnya. Peran kader kesehatan juga tidak optimal, kader hanya pernah melakukan
pendataan, bahkan beberapa keluarga mengatakan ada yang belum pernah dilakukan
pendataan. Hal tersebut beberapa responden peneliti peroleh berdasarkan informasi dari
masyarakat sekitar. Tokoh masyarakat menurut keluarga dapat memanfaatkan dengan
membantu administrasi yang diperlukan oleh keluarga. Peneliti mencoba mengarahkan
keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, peneliti
menjelaskan cara memanfaatkan pelayanan puskesmas kemudian prosedur keuntungan.
Saat dilakukan penelitian keluarga memiliki respon yang tidak terlalu antusias untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan, beberapa responden mengatakan bahwa wilayah
yang jauh dan sulit serta transportasi yang mahal menjadi kendala. Sebagian lagi
mengatakan bahwa keluarga mengatakan pengobatan yang diberikan tidak memberikan
kepausan pada keluarga. Peneliti tetap mengarahkan keluarga untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada.

Tahap evaluasi yaitu mengevaluasi terapi psikoedukasi keluarga yang telah dilakukan
peneliti melakukan evaluasi dengan diskusi kembali mengenai pertemuan pertama dan
kedua serta manfaat yang dieproleh keluarga selama melakukan terapi pasikoedukasi
keluarga. Keluarga mengatakan bahwa keluarga mengerti mengenai gangguan jiwa,
perilaku penderita yang ternyata merupakan tanda dan gejala dari gangguan jiwa serta
kelaurga mampu menbagi peran pada kelaurga selama melakukan perawatan.

2. Tindakan Keperawatan Terapi Keputusan Perawatan Tanpa Pasung Pada


Kelompok Intervensi
Tindakan keputusan perawatan tanpa pasung diberikan setelah pelaksanaan post test 1
dilakukan. Terapi keputusan perawatan tanpa pasung dilaksanakan 3 sesi dengan 2 kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama sesi pertama peneliti melakukan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh keluarga atau stresor yang dialami oleh keluarga, hampir
sama dengan malasah pada penderita keluarga mengungkapkan yang menjadi stresor
pada keluarga yaitu perilaku penderita yang menganggu bahkan dapat membahayakan
orang lain dan lingkungan menjadi stresor utama pada keluarga. Setelah
mengidentifikasi perasaan yang muncul pada keluarga akibat stresor tersebut. Langsung

Universitas Indonesia
58

dilanjutkan dengan sesi yang kedua yaitu indentifikasi respons terhadap stres yang
dialami oleh keluarga, sebagian besar keluarga mengatakan bahwa keluarga ingin
mengurung penderita atau meberikan batasan, keluarga juga mengungkapkan merasa
kesal dan ingin memarahi penderita gangguan jiwa dengan perilakunya tersebut.
Kadang keluarga menangis karena kesal dan emosi terhadap penderita gangguan jiwa.

Sesi ke tiga terapi (KPTP) dilaksanankan 2 hari setelah pertemuan pertama. Sesi ke tiga
merupakan pengambilan keputusan pada keluarga. Pengambila keputusan ini kelaurga
dibantu menggunakan alat bantu seperti yang sudah dijelaskan dan digunakan
sebelumnya pada sesi satu dan dua yaitu AKPD (Algoritma Keputusan Pasung
Daulima). Pelaksanaan sesi ke tiga ini peneliti menggunakan media video untuk
memberikan motivasi pada keluarga dengan penderita gangguan jiwa. Video tersebut
berisikan pengalaman dan pesan dari keluarga yang merawat gangguan jiwa dengan
sangat baik. Pada sesi ke tiga ini peneliti yang sebelumnya meyarankan untuk
menggunakan pelayanan kesehatan pada terapi psikoedukasi keluarga, pada pertemuan
ini penelitian benar-benar fokus pada keputusan keluarga dan memberikan bantuan pada
keluarga untuk memberikan masukan berupa keuntungan dan kerugian dari alternatif
pilihan perawatan pada penderita gangguan jiwa.

Respon pada pelaksanaan terapi KPTP sesi ke tiga yang dilaksanankan keluarga
memberikan respon positif dan antusias terhadap pelayanan kesehatan. Peneliti
memberikan keyakinan dan manfaat serta keuntungan selama memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Pada sesi ini yang paling banyak dilakukan diskusi yaitu mengenai beban
finansial yang dialami oleh keluarga, peneliti memberikan prosedur kembali cara
memanfatkan pelayanan kesehatan yang ada yaitu puskesmas. Kemudian peneliti
berdiskusi menenai penderita yang dapat produktif jika memanfaatkan pelayanan
kesehatan sehingga mengurangi beban finansial yang selama ini dialami oleh keluarga.
Respon positif keputusan yang mengarah pada keputusan memanfaatkan pelayanan
kesehatan, terbukti saat dilakukan penelitian, responden bersedia untuk menyerahkan
kartu keluarga, jaminan kesehatan yang dimiliki, serta kartu tanda pendudk untuk
dilakukan pendataan dan proses berikutnya sebagai prosedur perawatan. Penyerahan
tersebut beberapa keluarga ada yang lansgung memberikan dan beberapa mengatakan

Universitas Indonesia
59

akan memberikan kepada kader kesehatan terdekat. Setelah dilakukan evaluasi terhadap
kader, keluarga sudah memberikan persyaratan tersebut kepada kader kesehatan. Selain
itu respon positif terlihat dari pernyataan keluarga yang optimis dan bersemangat untuk
merawat penderita gangguan jiwa.

3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur intensi dan beban keluarga setelah dilakukan
intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tahap evaluasi dengan
melakukan dua kali post test. Post-tes1 dilakukan setelah perlakuan terapi psikoedukasi
keluarga pada kelompok intervensi. Post-tes 2 dilakukan setelah perlakuan terapi
psikoedukasi dan KPTP diberikan dengan selang waktu dua hari setelah sesi terakhir
(sesi 3) diberikan pada masing-masing responden.

Tahap evaluasi pada kelompok kontrol juga dilakukan 3 kali pengkuran. Pre-test dan
post-tes dilakukan bersamaan dengan kelompok intervensi sesuai nomor urut responden
masing-masing. Pada Post-tes dilakukan dengan membagikan kuesioner pengukuran
beban dan intensi keputusan pasung kembali untuk mengukur besar beban dan
keputusan pasung setelah keluarga diberikan perlakuan. Pada tahap evaluasi post test ke
2 responden dengan nomor urut 30 tidak bisa dilakukan pengukuran, sehingga
pengukuran akhir pada responden memanjang 2 hari dari waktu yang telah ditentukan.

3.11 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan agar hasil analisa data akurat dan untuk meminimalisir
kesalahan data dalam proses pengolahan. Proses pengolahan meliputi editing, coding,
entry data, dan cleaning.

3.11.1 Editing
Editing dilakukan dengan pemeriksaan kelengkapan jawaban pada kuesioner serta
konsistensi antar jawaban. Peneliti melakukan pemeriksaan bahwa data yang diperoleh
sudah lengkap. Saat melakukan proses editing tidak ditemukan jawaban yang tidak
lengkap, karena peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden setelah
selesai mengisi kuesioner saat itu juga.

Universitas Indonesia
60

3.11.2 Coding
Coding atau pengkodean diberikan pada setiap variabel penelitian. Kode diberikan
sesuai kategori yang diberikan, kode yang ditentukan oleh peneliti dengan angka.
Penomoran disesuaikan dengan kategori yang telah ditetapkan.

3.11.3 Entry Data


Pada proses entry data peneliti memasukan data dari masing-masing responden sesuai
nomor responden dan kategorik jawaban sesuai koding yang ditentukan. Peneliti sudah
merubah kode pada lembar kuesioner pada pernyataan yang berbentuk unfavorable
untuk menghindari kesalahan waktu asisten membacakan koding pada jawaban
responden.

3.11.4 Cleaning
Proses cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah dimasukan,
apakah terdapat kesalahan dalam melakukan entry. Peneliti melihat kembali data yang
telah dimasukan dalam bentuk missing data. Pada saat pelaksanaan terdapat missing
datam kemudian peneliti memastikan kembali dan melengkapi data yang belum terisi.

3.12 Analisa Data


3.12.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan variabel yang diteliti dalam bentuk
distribusi frekuensi serta proporsi karakteristik setiap variabel (Notoatmojo, 2010).
Dengan analisis univariat akan diperoleh nilai distribusi median, mean, nilai minimal
dan maksimal, standar deviasi, confident interval (CI) 95% dari variabel penelitian.

Tabel 3.4 Analisis Univariat


No. Karakteristik Responden Jenis Data Analisis Data
1. Usia Numerik Distribusi frekuensi
2 Jenis Kelamin Kategorik Distribusi frekuensi
3 Pendidikan Kategorik Distribusi frekuensi
4. Pendapatan Kategorik Distribusi frekuensi
5. Hubungan dengan penderira Kategorik Distribusi frekuensi
No. Variabel Dependen Jenis Data Analisis Data
1. Intensi keputusan pasung Numerik Tendensi sentral
2. Beban Numerik Tendensi sentral

Universitas Indonesia
61

3.12.2 Analisis Bivariat


Analisis penelitian dengan menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui
homogenitas antara kedua kelompok dan untuk mengetahui pengaruh terapi
psikoedukasi keluarga dengan terapi keputusan perawatan tanpa pasung terhadap intensi
dan beban keluarga jenis uji yang digunakan dengan independent t-test dan Chi Square.

1. Uji Kesetaraan
Uji kesetaraan dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis dengan tujuan melihat
kesetaraan antar kelompok. Uji kesetaraan menggunakan independent t-test dan Chi
Square.

Tabel 3.5 Uji Homogenitas Karakteristik Kelompok Kontrol dan Kelompok


Intervensi
Variabel Karakteristik Variabel Karakteristik
No Responden Kelompok Responden Kelompok Jenis Data Uji Statistik
Kontrol Intervensi
Independent t
1 Usia Usia Numerik
– test
2 Jenis kelamin Jenis kelamin Kategorik Chi – square
3 Pendidikan Pendidikan Kategorik Chi – square
4 Pendapatan Pendapatan Kategorik Chi – square
5
Hubungan dengan
Hubungan dengan Penderita Kategorik Chi – square
Penderita
Variabel Dependen pada Variabel Dependen
No Responden Kelompok pada Responden Jenis Data Uji Statistik
Kontrol Kelompok Intervensi
Independent t
1 Beban keluarga Beban keluarga Numerik
– test
Independent t
2 Intensi Keputusan Pasung Intensi Keputusan Pasung Numerik
– test

2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian untuk melihat intensi keputusan pasung dan beban
keluarga sebelum dan setelah mendapat tindakan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Selain itu untuk melihat perbedaan intensi dan beban setelah
dilakukan tindakan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian
ini juga melihat hubungan antara karakteristik dengan intensi keputusan pasung serta
beban pada keluarga. Penjelasan mengenai uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3.5

Universitas Indonesia
62

Tabel 3.6 Analisa Bivariat Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi
Keputusan Perawatan Tanpa Pasung Terhadap Intensi Pasung Dan Beban
Keluarga

Variabel Dependen
Variabel
Setelah tindakan
Kelompok Uji Statistik
Sebelum tindakan pada kelompok
intervensi
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Kontrol Pasung Pasung Dependent t-test
Beban Keluarga Beban Keluarga

Setelah tindakan Setelah tindakan


FPE pada FPE dan KPTP Dependent t-test
Kontrol
kelompok pada kelompok
intervensi intervensi
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Pasung Pasung
Beban Keluarga Beban Keluarga

Variabel Dependen
Variabel
Setelah tindakan
Kelompok Uji Statistik
Sebelum tindakan psikoedukasi
keluarga dan KPTP
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Intervensi Pasung Pasung Dependent t-test
Beban Keluarga Beban Keluarga

Setelah tindakan Setelah tindakan Dependent t-test


Intervensi
FPE FPE dan KPTP
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Pasung Pasung
Beban Keluarga Beban Keluarga

Variabel antara kelompok kontrol dengan kelompok


intervensi
Variabel kelompok kontrol Variabel kelompok intervensi Uji Statistik
setelah kelompok intervensi setelah diberi tindakan
diberi tindakan psikoedukasi keluarga
Intensi Keputusan Pasung Intensi Keputusan Pasung
Beban Keluarga Beban Keluarga Independent t-test
Variabel kelompok intervensi
Variabel kelompok kontrol
setelah diberi tindakan
setelah kelompok intervensi
psikoedukasi keluarga dan
diberi tindakan
KPTP
Intensi Keputusan Pasung Intensi Keputusan Pasung
Independent t-test
Beban Keluarga Beban Keluarga

Universitas Indonesia
63

Tabel 3.7 Hubungan Intensi Keputusan Pasung dan Beban Keluarga

Variabel dependen setelah intervensi pada kelompok intervensi


Variabel 1 Variabel 2 Jenis Data Uji Statistik
Intensi
Keputusan Beban Keluarga Numerik Korelasi pearson
Pasung

Tabel 3.8 Hubungan Karakteristik Terhadap Intensi Keputusan Pasung


dan Beban Keluarga

Variabel Variabel
Jenis Data Jenis Data Uji Statistik
Karakteristik Dependen
Intensi Keputusan
Numerik Numerik
Usia Pasung Korelasi pearson
Numerik Beban keluarga Numerik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Jenis Kelamin Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Pendidikan Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Pendapatan Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Hubungan Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
dengan Pasung
Kategorik dan Somers’D
penderita Kategorik Beban keluarga

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai