METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas,
serta karakteristik dari responden. Variabel terikat merupakan karakteristik penelitian
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah intensi
keputusan pasung dan beban keluarga. Variabel bebas merupakan karakteristik
penelitian dimana bila karakteristik tersebut berubah, maka memberikan dampak pada
variabel lainnya (Polit and Beck, 2012). Variabel bebas pada penelitian ini tindakan
terhadap keluarga dengan terapi psikoedukasi keluarga dan intensi keputusan perawatan
tanpa pasung. Sedangkan karakteristik pada penelitian ini meliputi usia, pendidikan,
jenis kelamin, pendapatan, dan hubungan dengan penderita. Variabel-variabel pada
penelitian ini menjadi satu kesatuan dalam rangkaian pelaksanaan penelitian sebagai
objek yang akan dilihat dan dilakukan pengukuran. Kerangka konsep dalam penelitian
ini digambarkan pada skema sebagai berikut 3.1
35 Universitas Indonesia
36
Variabel Independen
Karakteristik Responden
- Usia
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pendapatan
- Hubungan Dengan Klien
Universitas Indonesia
37
3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban diawal yang bersifat sementara dari peneliti mengenai
hubungan antar variabel dari penelitiannya (Dharma, 2011)
3.2.1 Ada pengaruh terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan
tanpa pasung terhadap intensi keputusan pasung pada keluarga dengan gangguan
jiwa
3.2.2 Ada pengaruh terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan
tanpa pasung terhadap beban pada keluarga dengan gangguan jiwa
3.2.3 Ada perbedaan intensi pasung dan beban keluarga dengan gangguan jiwa antara
kelompok yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga dan keputusan perawatan
tanpa pasung dan kelompok kontrol
3.2.4 Ada hubungan antara intensi keputusan pasung dan beban keluarga
3.2.5 Ada hubungan antara karakteristik responden usia, jenis kelamin, hubungan
dengan penderita, pendidikan, dan pendapatan dengan intensi keputusan pasung
dan beban keluarga
Universitas Indonesia
38
Variabel Independen
1 Terapi Terapi yang diberikan Intervensi 1: Diberikan Nominal
Psikoedukasi terapis kepada keluarga intervensi
keluarga dengan anggota keluarga 2: Tidak
yang menderita diberikan
gangguan jiwa untuk intervensi
mengatasi beban
keluarga dalam
melakukan perawatan
pada klien
2 Terapi Suatu intervensi yang Intervensi 1: Diberikan Nominal
Keputusan diberikan pada keluarga intervensi
Perawatan dengan anggota keluarga 2: Tidak
Tanpa yang menderita diberikan
Pasung gangguan jiwa untuk intervensi
mengatasi intensi
keputusan pasung pada
keluarga
Variabel Dependen
1 Beban Beban yang dirakasan Kuesioner The Rentang Interval
Merawat keluarga dalam merawat Zarit Burden nilai
penderita gangguan jiwa Interview yang minimal
terdiri dari 22 0 dan
pertanyaan maksimal
Universitas Indonesia
39
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi experiment pre
post test with control group. Penelitian dengan desain quasi experiment memiliki tujuan
untuk mengukur pengaruh atau efektifitas intervensi tertentu yang dilakukan terhadap
kelompok intervensi (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini mengukur pengaruh dari terapi
psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa pasung terhadap intensi
dan beban keluarga. Pada penelitian terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Keluarga kelompok intervensi diberikan terapi psikoedukasi dan terapi
keputusan perawatan tanpa pasung sedangkan kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi.
Universitas Indonesia
40
Kelompok : x y
Intervensi O1 O2 O3
Kontrol O4 O5 O6
Keterangan:
Universitas Indonesia
41
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi data penelitian (Polit & Beck
2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian menggunakan purposive sampling
Universitas Indonesia
42
yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini
merupakan bagian dari populasi yaitu keluarga dengan penderita gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau perilaku kekerasan.
Pemilihan sampel menurut Dharma (2011) dapat ditentukan dari populasi terjangkau
atas dasar efektifitas pelaksanaan penelitian, biaya yang lebih murah, lebih mudah dan
cepat mendapatkan hasil tanpa mengurangi keakuratan hasil penelitian. Pertimbangan
efektifitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan efektifitas wilayah. Wilayah
penelitian di kabupaten Lampung Timur, dengan Kecamatan Sekampung Udik dan
Sribhawono. Penentuan kecamatan Sekampung Udik dan Sribhawono berdasarkan Data
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Timur memiliki angka pasung yang tinggi. Adapun
kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:
1. Pelaku rawat utama yang melakukan perawatan pada penderita gangguan jiwa yang
ikut dalam pengambilan keputusan terhadap perawatan penderita gangguan jiwa
2. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan
3. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan yang belum pernah dirawat di
rumah sakit dan belum pernah dipasung
4. Pelaku rawat utama yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa dengan
gejala halusinasi dan atau risiko perilaku kekerasan yang belum pernah mendapatkan
psikofarmaka atau yang mengalami putus obat
Dalam penentuan jumlah sampel menggunkan rumus estimasi besar sampel uji hipotesis
beda 2 mean kelompok independen (Dharma, 2011) dengan perhitungan sampel sebagi
berikut:
n= 2σ2(Zα+Zβ)2
(µ1 - µ2)2
Keterangan:
Zα : standar normal deviasi untuk α
Zβ : standar normal deviasi untuk β
Universitas Indonesia
43
Hasil penelitian sebelumnya oleh Daulima (2014) tentang pengaruh terapi keputusan
perawatan tanpa pasung (KPTP) pada keluarga dengan gangguan jiwa didapatkan mean
kelompok kontrol 108,61 dan standar deviasi 14,01 sedangkan mean kelompok
intervensi 100,93 dan standar deviasi 7,13. Berdasarkan penelitian tersebut, maka
perhitungan jumlah sampel minimal pada penelitian ini sebagai berikut:
Zα : dengan 5% kesalahan yaitu 1,96
Zβ : power test 80% yaitu 0,842
µ1 : 108,61
µ2 : 100,93
µ1 - µ2 : 108,61 – 100, 93 = 7,68
σ2 :berdasarkan standar deviasi kedua kelompok ditentukan dengan rumus : ½(µ12 + µ22)
½ (14,012 + 7,132) = 123,56
n= 2σ2(Zα+Zβ)2
(µ1 - µ2)2
= 1940,18
58,9
n = 32,9
n = 33
jumlah sampel minimal pada tiap kelompok sebesar 33 orang. Satroasmoro dan Ismael
(2014) menyebutkan perlunya antisipasi drop out sehingga perlu menambahkan jumlah
Universitas Indonesia
44
n= n
1-f
Keterangan:
n’ : hasil besarnya nilai sampel dari antisipasi drop out
n : besar sampel sebenarnya
1–f : perkiraan proporsi drop out 10% (f=0,1)
n’ = 32
1 – 0,10
n’ = 35,5
n’ = 36
Total sampel yang diperlukan masing-masing kelompok adalah 36, sehingga total
sampel pada penelitian ini adalah 72 orang. Pada pelaksanaan penelitian jumlah sampel
berjumlah 72 orang. Dengan pembagian 36 kelompok kontrol dan 36 kelompok
intervensi. Tidak terdapat responden yang mengundurkan diri selama penelitian
berlangsung.
Universitas Indonesia
45
dikarenakan dipandang positif dan lingkungan masyarakat ikut setuju dan mendorong
perilaku pasung. Berdasarkan hal tersebut peneliti menentukan wilayah penelitian.
Berdasarkan hasil screening ditetapkan 3 wilayah puskesmas yang dijadikan lokasi
pengambilan sampel yaitu wilayah Puskesmas Sidorejo, Puskesmas Pugung Raharjo,
dan Puskesmas Sribhawono. Wilayah kerja Puskesmas Sidorejo di tetapkan sebagai
wilayah kelompok intervensi dan wilayah kerja Puskesmas Sribhawono dan Pugung
Raharjo sebagai kelompok kontrol. Distribusi responden sesuai wilayah kerja
puskesmas (tabel 3.2)
Tabel 3.2
Distribusi Responden Sesuai Wilayah Kerja Puskesmas
Kelompok Kelompok
No Puskesmas Jumlah
Intervensi Kontrol
1 Sidorejo 36 0 36
2 Sribhawono 0 21 21
3 Pugung Raharjo 0 15 15
Total 36 36 72
3.8.1 Peneliti
Prinsip etik untuk peneliti dilakukan melalui komite etik penelitian Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia dengan uji etik. Rencana penelitian dikaji dan
ditentukan kelayakannya dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etik dalam
penelitian. Uji kaji etik dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan Fakultas
Universitas Indonesia
46
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang dibuktikan dengan surat
keterangan lolos kaji etik dengan No. 112/UN2.F12.D/HKP.02.04/2018 (Lampiran 9)
3.8.2 Responden
Untuk responden demi melindungi objek penelitian maka peneliti menggunakan prinsip
etik yaitu:
3.8.2.2 Beneficence
Prinsip etik beneficience dalam penelitian yang dilakukan harus memberikan kebaikan
dan kebermanfaatan terhadap responden (Polit & Beck, 2012). Pada penelitian ini
kebermanfaatan akan dijelaskan oleh peneliti kepada responden. Jika dalam penelitian
terjadi sesuatu yang ditimbulkan akibat terapi yang diberikan oleh peneliti maka terapi
akan dihentikan dan dilakukan intervensi sesuai sesi terakhir responden. Apabila
keluarga merasa lelah saat pelaksanan terapi maka keluarga dapat menginformasikan
kepada peniliti, sehingga waktu pemberian terapi dapat dilanjutan sesuai kesepakatan
Universitas Indonesia
47
kembali. Pada saat penelitian terdapat responden yang meminta ijin untuk berhenti
sejenak dan kemudian melanjutkan kembali sesi terapi yang diberikan.
3.8.2.3 Confidentiality
Peneliti menjaga segala rahasia yang ada dan terjadi pada responden. Prinsipnya
dengan menuliskan nama responden dengan inisial serta memberikan informasi sejak awal
bahwa data yang diberikan kepada peniliti tidak akan disebarluaskan dan hanya menjadi
kepentingan selama penelitian. Selama proses penelitian yang berkaitan dengan masalah
yang dialami keluarga juga menjadi rahasia serta hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Data hasil penelitian telah disimpan oleh peneliti yang hanya dapat diakses oleh
peneliti untuk menjaga kerahasiaan data responden.
3.8.2.4 Justice
Prinsip justice merupakan etika penelitian yang menyatakan penelitian harus bersifat
adil dan menjunjung prinsip legal, moral, dan kemanusiaan (Polit & Beck, 2012).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental with control, Peneliti
melakukan prinsip justice dengan cara tetap memberikan intervensi pada kelompok
kontrol. Pemberian terapi pada kelompok kontrol setelah pengukuran post test ke- 2
dilakukan.
Universitas Indonesia
48
terdiri dari 12 pertanyaan dengan skor 1 – 4 dengan rentang nilai 12 – 48. Kuesioner ini
juga dibuat kategori dengan rentang nilai rendah, sedang, dan tinggi. Respon kognitif,
emosi, perilaku, dan sosial dinilai rendah dengan nilai 3 – 5, sedang 6 – 8, dan tinggi 9 –
12. Dan untuk aspek fisik dan fisiologis pernyataan pada lembar observasi terdiri dan 5
item pernyataan dengan skor 1 – 2dan rentang nilai 5 – 10 dengan kategori 5 – 6
rendah, 7 – 8 sedang, dan 9 – 10 tinggi. Kumulatif tiap aspek nilai miniamal 17 dan
maksimal 68 dengan rentang rendah 17 – 34, sedang 35 – 51, dan tinggi 52 – 68.
Penentuan gejala halusinasi dinyatakan dengan skor > 12 dan jika menggunakan
kategori pada kategori ringan dengan nilai > 12, kategori sedang, dan kategori berat.
Perilaku kekerasan ditentukan dengan skor >15 dan dengan kategori ringan dengan skor
> 15 – 30, sedang skor 30 – 45, dan tinggi 45 – 60. Validitas instrumen dinyatakan
valid dengan r 0,49 – 0,896 dari seluruh pertanyaan sehingga dapat mengukur respon
perilaku kekerasan (Wahyuningsing, Keliat, Hastono, 2009)
Universitas Indonesia
49
Pengukuran terhadap beban keluarga dalam merawat menggunakan kuesioner The Zarit
Burden Interview. Pengukuran digunakan dengan skala Likert (0- 4) yaitu nilai 0 jika
tidak pernah, nilai 1 untuk jarang, nilai 2 kadang - kadang, nilai 3 untuk sering dan nilai
4 untuk jawaban selalu. Rentang nilai pada kuesioner rentang skor 0 - 88. Kuesioner
Zarit menggunakan kuesioner versi Indonesia yang sudah memiliki reliabilitas yaitu
nilai alpha cronbach 0,837.
Universitas Indonesia
50
1. Peneliti mempersiapkan materi intervensi yang terdiri dari modul, buku kerja, dan
buku evaluasi terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keputusan perawatan tanpa
pasung. Modul, buku kerja, dan buku evaluasi yang dikonsultasikan dengan
pembimbing.
2. Peneliti melakukan penelitian setelah memperoleh pernyataan lulus kaji etik oleh
komite etik penelitian keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
3. Peneliti mengajukan surat pengantar permohonan ijin penelitian kepada Kepala
dan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Lampung dan meminta Kesbangpol
untuk membuat surat ijin dengan tembusan seluruh Kesbangpol Lampung Timur.
Peneliti mengajukan ijin penelitian pada Dinas Kesehatan Lampung Timur dan
selanjutnya membuat surat tembusan kepada Kepala Puskesmas Kabupaten
Lampung Timur sebagai instasi pelayanan kesehatan primer kesehatan jiwa di
masyarakat. Permohonan ijin dilakukan di tiga wilayah kerja Puskesmas
Sribhawono, Sidorejo, dan Pugung Raharjo.
4. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data pada wilayah yang telah
ditentukan sesuai dengan penentuan responden berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
Universitas Indonesia
51
penderita gangguan jiwa yang memiliki gejala positif halusinasi dan atau perilaku
kekerasan yang belum pernah berobat dan atau mengalami putus obat.
4. Pelaksanaan screening dilakukan selama 5 hari ke seluruh wilayah kerja
puskesmas Sribhawono, Sidorejo, dan Pugung Raharjo. Selama pelaksanaan
screening, jika mendapat calon responden yang memenuhi kriteria maka peneliti
memberikan informasi dan meminta kesedian untuk menjadi responden.
5. Selama pelaksanaan screening peneliti dibantu oleh pihak puskesmas dan kader
kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut.
1. Tahap Pengkajian
Peneliti mengukur intensi pasung dan beban keluarga pada anggota keluarga dengan
gangguan jiwa yang dipasung pada semua responden baik kelompok kontrol maupun
kelompok intervensi. Pengukuran dengan kuesioner KPPD dan The Zarit Burden
Interview. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui intensi pasung dan beban keluarga
sebelum dilakukan intervensi (pre test). Peneliti memberikan waktu anggota keluarga
mengisi kuesioner . Peneliti dapat membacakan dan memberikan penjelasan kepada
keluarga jika keluarga membutuhkan bantuan dalam mengisi kuesioner. Pada tahap
pengkajian peneliti akan dibantu oleh asisten peneliti sebanyak 2 orang yang
sebelumnya diberikan penjelasan mengenai penelitian baik tujuan, manfaat, dan
prosedur penelitian yang akan dilakukan untuk memberikan gambaran serta
menyamakan persepsi asisten peneliti dengan peneliti. Pada pelaksanaanya asisten
peneliti melihat terlebih dahulu cara peneliti melakukan pre test, kemudian dilanjutkan
peneliti mendampingi asisten peneliti untuk melakukan pre test dan selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap pre test yang dilakukan.
2. Tahap Intervensi
Universitas Indonesia
52
Tahap intervensi dilakukan selama 3 minggu dengan masing-masing sesi terapi 3 sesi
untuk terapi psikoedukasi dan dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Terapi
keputusan perawatan tanpa pasung juga 3 sesi dengan 2 kali pertemuan. Pemberian
terapi dilakukan selama 30 sampai dengan 60 menit setiap sesinya. Pelaksanaan terapi
psikoedukasi keluarga pada pertemuan pertama selama kurang lebih 60 menit, untuk
pertemuan ke dua selama 30-45 menit. Pada terapi KPTP pertemuan pertama
berlangsung selama 50-60 menit, pada pertemuan ke dua berlangsung selama 45-50
menit. Dalam pemberian terapi antara pertemuan satu dengan berikutnya berselang 2
hari. Pelaksanaan terapi dilakukan secara individu, jumlah responden yang dilakukan
terapi sebanyak sembilan (9) responden setiap harinya. Pelaksanaan pos test memiliki
jarak 2 hari setelah dilakukan intervensi. Kerangka kerja penelitian digambarkan sebagai
berikut :
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
Minggu IV ( 14 – 20 mei)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Mgu Kelompok
No
Responden 19 – 27 28 - 36
Terapi Kptp Kptp
Sesi 3 3
Pelaksanaan Post Intervensi
Pre-test dan
test 2 Post test 2
Post-test
(19 – (28 – 36)
27)
Pelaksanaan Post
Pre-test dan
test 2 Post test 2
Post-test Kontrol
(19 – (28 – 36)
27)
Keterangan:
: Waktu pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
: Waktu pelaksanaan terapi KPTP
Pada pertemuan pertama langsung dilakukan 2 kali sesi yaitu sesi 1 dan sesi ke 2.
Keluarga diberikan penjelasan mengenai terapi yang akan diberikan, manfaat, sesi, dan
waktu pelaksanaan terlebih dahulu sebelumnya. Pada pelaksanaan sesi 1 keluarga
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi selama merawat
penderita gangguan jiwa. Selain masalah kesehatan yang dihadapi penderita, pada sesi
pertama ini juga mengidentifikasi masalah yang dialami oleh pengasuh, serta bagaimana
Universitas Indonesia
55
cara merawat masalah kesehatan pada penderita gangguan jiwa. Pelaksanaan sesi
pertama pada bagian identifikasi masalah penderita gangguan jiwa sebagian besar
keluarga mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi yaitu halusinasi dan perilaku
kekerasan. Masalah perilaku kekerasan yang lebih membuat keluarga merasa khawatir
dan kadang takut pada penderita. Selain itu beberapa keluarga bahkan tidak mengetahui
apa yang terjadi pada anggota keluarganya, keluarga tidak menyadari bahwa anggota
keluarga mengalami gangguan jiwa. Keluarga menganggap penderita tidak kuat ilmu
atau pernah kerasukan yang akhirnya dibawa pada alternatif kemudian dibiarkan tidak
berobat.
Sesi ke dua dilaksanakan pada pertemuan yang sama yaitu pertemuan pertama, sebelum
memulai sesi ke dua keluarga di evaluasi terlebih dahulu. Sesi kedua merupakan
manajemen stress. Dari data masalah yang diungkapkan pengasuh peneliti bersama-
sama responden memahami penyebab terjadinya masalah tersebut, kemudian peneliti
memberikan teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam, peneliti juga menyarankan
keluarga untuk selalu berpikiran positif dan selalu bersemangat. Selain tarik nafas
dalam, peneliti memberikan leaflet teknik relaksasi otot. Yang menarik saat dilakukan
penelitian salah satu responden dengan usia 72 tahun mengatakan merasa sangat
nyaman saat diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, responden kerap tidak bisa tidur
dan sering tidak nafsu makan. Responden merupakan ibu dari penderita ganggun jiwa,
selain itu juga memiliki suami yang mengalami kelumpuhan.
Universitas Indonesia
56
Setelah diberikan tarik nafas dalam, hampir seluruh responden mengatakan nyaman dan
kepala terasa ringan. Pada pelaksanaan sesi kedua berjalan lancar, seluruh responden
pada kelompok yang mendapat perlakuan memiliki respon positif terhadap manajemen
stress yang dilakukan. Manajemen stress yang diajarkan diminta oleh peneliti untuk
dilatih dan membuat jdwal harian waktu untuk melakukan teknik relaksasi. Pada
pertemuan pertama ini waktu pertemuan lebih memanjang dikarenakan pada pertemuan
pertama sebelumnya dilakukan pre test yang kemudian diikuti oleh dua kali sesi.
Sesi ke 3, sesi ke tiga dilaksanakan setelah 2 hari berikutnya. Pada sesi ke 3 dilakukan
evaluasi terlebih dahulu mengenai pertemuan sebelumnya dan melakukan diskusi
mengenai pertemuan sebelumnya apakah menemukan kendala. Beberapa keluarga
mengatakan sudah mempraktekan cara merawat penderita salah satunya dengan
mengajak penderita mengobrol dan berkegiatan untuk mengalihkan halusinasi pada
penderita. Sesi ke-3 terdiri dari manajemen beban pada keluarga, mengidentifikasi
sistem pendukung dan cara memanfaatkannya, serta evaluasi pelaksanaan terapi
psikoedukasi keluarga. Pada sesi ke-3 manajemen beban, sebagian keluarga
menyebutkan perasaan tertekan, sedih, dan merasa khawatir dan cemas pada beban
subjektif. Pada beban objektif seluruh keluarga menyebutkan kesulitan keuangan selama
melakukan perawatan pada penderita ganguuan jiwa. Keluarga yang memiliki
pendapatan tinggi yaitu diatas UMK menyebutkan kesulitan keuangan tetap dialami
oleh kelaurga, melihat perilaku penderita yang sering meminta rokok dan minum kopi
sangat kuat. Penderita gangguan jiwa sebagian sudah tidak produktif lagi, penderita
tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa mengatakan mengalami keterbatasan
tenaga dan mengalami stigma. Akses yang sulit untuk menuju pelayanan kesehatan
menjadi kendala bagi keluarga. Beberapa daerah jauh dari Puskesmas Induk,
dikarenakan memang wilayah kerja Puskesmas yang luas.
Mengidentifikasi sistem pendukung dari luar keluarga. Sistem pendukung dari luar
beberapa keluarga menyebutkan tidak ada sistem dari luar yang bisa membantu
keluraga. Keluarga kemudian dibantu peneliti untuk mengidentifikasi seperti tokoh
masyarakat, pelayanan kesehatan, dan kader kesehatan. Belum terdapat kader kesehatan
Universitas Indonesia
57
jiwa pada wilayah penelitian, kader kesehatan menjadi satu dengan kader kesehatan
lainnya. Peran kader kesehatan juga tidak optimal, kader hanya pernah melakukan
pendataan, bahkan beberapa keluarga mengatakan ada yang belum pernah dilakukan
pendataan. Hal tersebut beberapa responden peneliti peroleh berdasarkan informasi dari
masyarakat sekitar. Tokoh masyarakat menurut keluarga dapat memanfaatkan dengan
membantu administrasi yang diperlukan oleh keluarga. Peneliti mencoba mengarahkan
keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, peneliti
menjelaskan cara memanfaatkan pelayanan puskesmas kemudian prosedur keuntungan.
Saat dilakukan penelitian keluarga memiliki respon yang tidak terlalu antusias untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan, beberapa responden mengatakan bahwa wilayah
yang jauh dan sulit serta transportasi yang mahal menjadi kendala. Sebagian lagi
mengatakan bahwa keluarga mengatakan pengobatan yang diberikan tidak memberikan
kepausan pada keluarga. Peneliti tetap mengarahkan keluarga untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada.
Tahap evaluasi yaitu mengevaluasi terapi psikoedukasi keluarga yang telah dilakukan
peneliti melakukan evaluasi dengan diskusi kembali mengenai pertemuan pertama dan
kedua serta manfaat yang dieproleh keluarga selama melakukan terapi pasikoedukasi
keluarga. Keluarga mengatakan bahwa keluarga mengerti mengenai gangguan jiwa,
perilaku penderita yang ternyata merupakan tanda dan gejala dari gangguan jiwa serta
kelaurga mampu menbagi peran pada kelaurga selama melakukan perawatan.
Universitas Indonesia
58
dilanjutkan dengan sesi yang kedua yaitu indentifikasi respons terhadap stres yang
dialami oleh keluarga, sebagian besar keluarga mengatakan bahwa keluarga ingin
mengurung penderita atau meberikan batasan, keluarga juga mengungkapkan merasa
kesal dan ingin memarahi penderita gangguan jiwa dengan perilakunya tersebut.
Kadang keluarga menangis karena kesal dan emosi terhadap penderita gangguan jiwa.
Sesi ke tiga terapi (KPTP) dilaksanankan 2 hari setelah pertemuan pertama. Sesi ke tiga
merupakan pengambilan keputusan pada keluarga. Pengambila keputusan ini kelaurga
dibantu menggunakan alat bantu seperti yang sudah dijelaskan dan digunakan
sebelumnya pada sesi satu dan dua yaitu AKPD (Algoritma Keputusan Pasung
Daulima). Pelaksanaan sesi ke tiga ini peneliti menggunakan media video untuk
memberikan motivasi pada keluarga dengan penderita gangguan jiwa. Video tersebut
berisikan pengalaman dan pesan dari keluarga yang merawat gangguan jiwa dengan
sangat baik. Pada sesi ke tiga ini peneliti yang sebelumnya meyarankan untuk
menggunakan pelayanan kesehatan pada terapi psikoedukasi keluarga, pada pertemuan
ini penelitian benar-benar fokus pada keputusan keluarga dan memberikan bantuan pada
keluarga untuk memberikan masukan berupa keuntungan dan kerugian dari alternatif
pilihan perawatan pada penderita gangguan jiwa.
Respon pada pelaksanaan terapi KPTP sesi ke tiga yang dilaksanankan keluarga
memberikan respon positif dan antusias terhadap pelayanan kesehatan. Peneliti
memberikan keyakinan dan manfaat serta keuntungan selama memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Pada sesi ini yang paling banyak dilakukan diskusi yaitu mengenai beban
finansial yang dialami oleh keluarga, peneliti memberikan prosedur kembali cara
memanfatkan pelayanan kesehatan yang ada yaitu puskesmas. Kemudian peneliti
berdiskusi menenai penderita yang dapat produktif jika memanfaatkan pelayanan
kesehatan sehingga mengurangi beban finansial yang selama ini dialami oleh keluarga.
Respon positif keputusan yang mengarah pada keputusan memanfaatkan pelayanan
kesehatan, terbukti saat dilakukan penelitian, responden bersedia untuk menyerahkan
kartu keluarga, jaminan kesehatan yang dimiliki, serta kartu tanda pendudk untuk
dilakukan pendataan dan proses berikutnya sebagai prosedur perawatan. Penyerahan
tersebut beberapa keluarga ada yang lansgung memberikan dan beberapa mengatakan
Universitas Indonesia
59
akan memberikan kepada kader kesehatan terdekat. Setelah dilakukan evaluasi terhadap
kader, keluarga sudah memberikan persyaratan tersebut kepada kader kesehatan. Selain
itu respon positif terlihat dari pernyataan keluarga yang optimis dan bersemangat untuk
merawat penderita gangguan jiwa.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur intensi dan beban keluarga setelah dilakukan
intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tahap evaluasi dengan
melakukan dua kali post test. Post-tes1 dilakukan setelah perlakuan terapi psikoedukasi
keluarga pada kelompok intervensi. Post-tes 2 dilakukan setelah perlakuan terapi
psikoedukasi dan KPTP diberikan dengan selang waktu dua hari setelah sesi terakhir
(sesi 3) diberikan pada masing-masing responden.
Tahap evaluasi pada kelompok kontrol juga dilakukan 3 kali pengkuran. Pre-test dan
post-tes dilakukan bersamaan dengan kelompok intervensi sesuai nomor urut responden
masing-masing. Pada Post-tes dilakukan dengan membagikan kuesioner pengukuran
beban dan intensi keputusan pasung kembali untuk mengukur besar beban dan
keputusan pasung setelah keluarga diberikan perlakuan. Pada tahap evaluasi post test ke
2 responden dengan nomor urut 30 tidak bisa dilakukan pengukuran, sehingga
pengukuran akhir pada responden memanjang 2 hari dari waktu yang telah ditentukan.
3.11.1 Editing
Editing dilakukan dengan pemeriksaan kelengkapan jawaban pada kuesioner serta
konsistensi antar jawaban. Peneliti melakukan pemeriksaan bahwa data yang diperoleh
sudah lengkap. Saat melakukan proses editing tidak ditemukan jawaban yang tidak
lengkap, karena peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden setelah
selesai mengisi kuesioner saat itu juga.
Universitas Indonesia
60
3.11.2 Coding
Coding atau pengkodean diberikan pada setiap variabel penelitian. Kode diberikan
sesuai kategori yang diberikan, kode yang ditentukan oleh peneliti dengan angka.
Penomoran disesuaikan dengan kategori yang telah ditetapkan.
3.11.4 Cleaning
Proses cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah dimasukan,
apakah terdapat kesalahan dalam melakukan entry. Peneliti melihat kembali data yang
telah dimasukan dalam bentuk missing data. Pada saat pelaksanaan terdapat missing
datam kemudian peneliti memastikan kembali dan melengkapi data yang belum terisi.
Universitas Indonesia
61
1. Uji Kesetaraan
Uji kesetaraan dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis dengan tujuan melihat
kesetaraan antar kelompok. Uji kesetaraan menggunakan independent t-test dan Chi
Square.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian untuk melihat intensi keputusan pasung dan beban
keluarga sebelum dan setelah mendapat tindakan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Selain itu untuk melihat perbedaan intensi dan beban setelah
dilakukan tindakan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian
ini juga melihat hubungan antara karakteristik dengan intensi keputusan pasung serta
beban pada keluarga. Penjelasan mengenai uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3.5
Universitas Indonesia
62
Tabel 3.6 Analisa Bivariat Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi
Keputusan Perawatan Tanpa Pasung Terhadap Intensi Pasung Dan Beban
Keluarga
Variabel Dependen
Variabel
Setelah tindakan
Kelompok Uji Statistik
Sebelum tindakan pada kelompok
intervensi
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Kontrol Pasung Pasung Dependent t-test
Beban Keluarga Beban Keluarga
Variabel Dependen
Variabel
Setelah tindakan
Kelompok Uji Statistik
Sebelum tindakan psikoedukasi
keluarga dan KPTP
Intensi Keputusan Intensi Keputusan
Intervensi Pasung Pasung Dependent t-test
Beban Keluarga Beban Keluarga
Universitas Indonesia
63
Variabel Variabel
Jenis Data Jenis Data Uji Statistik
Karakteristik Dependen
Intensi Keputusan
Numerik Numerik
Usia Pasung Korelasi pearson
Numerik Beban keluarga Numerik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Jenis Kelamin Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Pendidikan Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
Pendapatan Pasung
dan Somers’D
Kategorik Beban keluarga Kategorik
Hubungan Intensi Keputusan Kategorik
Kategorik Korelasi Gamma
dengan Pasung
Kategorik dan Somers’D
penderita Kategorik Beban keluarga
Universitas Indonesia