Anda di halaman 1dari 14

MEMELIHARA DAN MELAKSANAKAN NILAI-NILAI KEHIDUPAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Studi Literatur dan Budaya Gayo”

Disusun Oleh:
TIA SOFIATUN (2201106344)
SILPIANA (2201106352)
MAHDANIAR (22
SEMESTER I
Dosen Pengampu:
Dr. SHAUMIWATY, S.S, M.Hum

PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Masalah..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Mukemel.............................................................................................
B. Tertib..................................................................................................
C. Setie....................................................................................................
D. Semayang Gemasih............................................................................
E. Mutentu..............................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan yang berkembang di Indonesian sangat beragam serta
memiliki corak kebudayaan daerah yang hidup dan berkembang
diseluruh pelosok tanah air. Budaya adalah suatu konsep yang
membangkitkan minat. Menurut Edward B. Taylor sebagaimana
dikutip oleh Ali saifullah diartikan bahwa, “Kebudayaan adalah
keseluruhan yang komplek didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
yang lain serta kebebasan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat”.Oleh karena itu konsepsi tentang kebudayaan penting
untuk dipaparkan sebagai pijakan dalam memahami proses dan
program pelestarian suatu intensitas kebudayaan karna kebudayaan
memiliki 3 (tiga) wujud yaitu: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu
komplek dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan
sebaginya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Salah satu kebudayaan yang terdapat di Indonesia adalah
kebudayaan Gayo yang berada di beberapa Kabupaten di Provinsi
Aceh yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah,
Kabupaten Gayo Lues dan sebagian di Kabupaten Aceh timur dan
Kabupaten Aceh Tamiang. Upaya mengenalkan kebudayaan Gayo
kepada generasi dan masyarakat luas tentu harus melalui literatur-
literatur . Studi tentang literatur budaya gayo menjadi strategis dan
penting sebagai upaya penguatan terhadap informasi-informasi tentang
budaya Gayo. Begitu pentingnya kajian literatur, Randolf
mendefinisikan studi literatur sebagai “analisis dan sintesis informasi
yang memusatkan perhatian pada temuan-temuan bukan kutipan
bibliografi yang sederhana, meringkas substansi literatur dan
mengambil kesimpulan dari suatu isi literatur tersebut”.
Makalah ini akan mendeskripsikan tentang memelihara dan
melaksanakan nilai-nilai kehidupan. yang akan dipaparkan di dalam
rumusan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memelihara kehidupan : Mukemel, tertib, setie,
semayang gemasih, dan mutentu
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Bagaimana cara memelihara kehidupan : Mukemel,
tertib, setie, semayang gemasih, dan mutentu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mukemel (Hargadiri)
Konsep mukemel berkenaan dengan harga diri.Istiah kemel pada
dasarnya berarti malu. Dalam aplikasi nya malu dipahami dalam makna yang
lebih luas, sehingga mencakup makna harga diri atau iffah dalam konsep studi
akhlak. Konsep inimerujukpadakemampuanmenjagadiriagartidakterjerumus
pada pikiran dan tindakan yang dapatmenyebabkan hilangnya harga diri.
Seorang yangmempunyaisikapmukemelkonsisten memper-tahankan harga diri
dengan mencegah diri ataukeluarganya terjebak pada perbuatan-
perbuatantercela ataubertentangan dengan
tuntunanagama(syariat)dannormakebiasaan(adat).1

Menurut ajaran islam, manusia selalu berhubungan dengan allah,


manusia, dan alam. Mukemel dalam ketiga hubungan itu merupakan satu
kesatuan yang tidak boleh dipisahkan dengan fokus mukemel terhadap Allah.2

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Huraira r.a yang
artinya : “ iman itu mempunyai enam puluh cabang, dan malu merupakan salah
satu cabang iman.”

Bukhari meriwayatkan dari Salim bin Abdullah yang diterima dari


bapaknya Rasulullah Saw lewat dihadapan seseorang laki-laki sahabat Nabi dari
Anshar yang sedang menasehati saudaranya mengenai malu (mukemel) beliau
bersabda yang artinya : “Biarkan sajalah ia menasehatinya, karena sifat malu
termasuk bagian iman.”

Seseorang yang tidak memiliki sifat makemel terhadap Allah dan


manusia, akian mudah melakukan perbuatan ma’siat, pemalas dan sulit untuk
maju. Karena ketika dia tidak memiliki sifat malu harga dirinya semakin
merosot dan dipandang rendah serta tidak berwibawa dihadapan orang lain
termasuk di hadapan isteri dan anak-anaknya. Kecuali dia bertekat bulat untuk
menumbuhkan nilai mukemel yang lebih tinggi dengan melakukan usaha
maksimal untuk meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan syari’at dan nilai
mukemel itu.

Di masa lalu masyarakat Gayo telah merumuskan prinsip-prinsip adat

1
Al Musanna, “Rasionalitas dan Aktualitas Lokal Sebagai Basis Pendidikan Karakter”,
Jurnal Pendidikan dan KebudayaanVol.17, No. 6, 2011,hal. 593
2
Mahmud Ibrahim, Syariat dan Adat Istiadat, ( Takengon : Yayasan Mahmamam
Mahmuda, 2010), hal. 20-21.
yang terkenaldengan sebutan “kemalun ni edet” (pantangan adat). Nilai atau
prinsip adat itu menyangkut“harga diri” (kemel = malu) yang harus dijaga,
diamalkan, ditegakkan, dan
dipertahankanolehkelompokkerabattertentu,kelompoksaturumah(saraumah),kle
n(belah),dankelompokyanglebih besarlagi.Prinsip adat itu, meliputi empathal
sebagai berikut;
a. Malu tertawan (wanita ditawan orang) maksunya adalah harga diri yang
terusik karenakaum wanita dari anggota kelompoknya diganggu atau difitnah
kelompok lain, atau anakperempuandilarikan danditawan
olehorangataukelompok dariklen lain.
b. Bela mutan (pembelaan digagalkan orang) sehingga seseorang tidak dapat
lagi membelaataumemulihkan haknya.

c. Negeri terpencang (Negeri diganggu orang) wajib dipertahankan, yakni


harga diri yangmenyangkuthak-hakataswilayah wajibdijaga.
d. Nahmateraku(penghinaan,danmerusaknamabaik)harusdipulihkandandibela,s
ehingganamabaikkedaulatan,bangsa,masyarakat,keluargasertaperoranganteta
pterpelihara,dengan demikianhargadiriyangmenyangkut kedudukan tetapsah.
Berdasarkan empat prinsip di atas, maka seorang individu dalam
masyarakat Gayoharus menegakkan dan menjaga “harga diri”nya. Karena orang
yang punya “harga diri” disebut “mukemal”artinya “punya rasa malu”.
Sebaliknya orang yang tidak punya rasa
maluadalahorangyangtidakpunyahargadiriyangdisebut“geremukemal”atau“tidak
mempunyai rasa malu” yang dipandang rendah oleh masyartakat adat itu. Jadi,
“mukemel”(harga diri) adalah sebuah nilai utama atau nilaiyang paling penting
dalam masyarakatGayo.42 Nilai-nilai yang terkandung dalam mukemel
merupakan suatu nilai yang menjadiacuanbagitingkahlakuatau
tindakandalamberbagaiaspekkehidupan masyarakatGayo.

2. Tertib(Tertib)
Tertib,artinya teratur,sesuaiaturan,atau rapi.3Tertib sebagai salah satu
sistem nilai adat-istiadat dan budaya masyarakat Gayo mestidipelihara dan
dipertahankan.Apapunyangkitalakukandituntuttertibmenjadipegangan.Antarater
tibdandisiplinadalaheratsekalihubungannya.Bilatertibtidakdilakukan, sama
halnya dengan centang perenang, semua kegiatan tidak terarah yang
padaakhirnya mengalami kegagalan atau tidak berhasil. Karena itu, dalam
tertib, mengandungnilai, gagasan, konsepsi, norma, hukum yang bersamaan.
Dengan demikian, semua nilai-nilai yang terkandung dalam tertib di atas dapat
dijadikan sebagai acuan bagi segala tindakandalamberbagai aspek hidup
dankehidupan masyarakat Gayo.4

Dalam pribahasa Gayo nilai tertib ini diungkapkan dalam kalimat:


“Tertib bermajelis,umet bermelie” (Teratur dalam kebersamaan, akan
memuliakan umat). Ungkapan lain
yangberkaitaneratdengannilaitertibadalah“Setiemategemasihpapa”(Biarmatide
mikesetiaan,biar papa demikasihsayang).Kita dapatkiranya memahamibetapa
tingginyaharga nilai tertib, kesetiaan dan kasih sayang dalam kebudayaan Gayo
ini. Jelasnya, tertibselalu berada setiap waktu yang mengeliling kita. Berbicara
perlu tertib, berjalan, makan danminum, ke masjid, ke menasah, ke sekolah,
lalu lintas, bergaul, berpakaian, bertamu dan kekantor harus tertib. Bahkan
menghadapi orang tua,guru, dankesenianmesti tertib.
Karenaitu,tertibinimengandungnilai-nilai pentingdalam adatmasyarakat Gayo.

Beberapa contoh tentang tertib:

a. Tertib berbicara

Berbicaralah menurut sewajarnya, perlu diperhatikan dan diperhitungkan,


dengan siapapun lawan kita bicarany. Dengan anak-anak, orang tua, wanita,
laki-laki, dengan sarak opat, dan yang kita hadapi itu tidaklah sama. Kita
harus mampu serta menurut situasi sesuai konsidi dan lebih jelasnya harus
3
Ar.HakimAmanPinan,HakikatNilaiBudayaGayo(AcehTengah:Pemerintah
DaerahKabupatenAcehTengah, 1998), 70.
4
Mahmud Ibrahim, Syari’at dan Adat Istiadat, (Takengon: Yayasan Mahkamam Mahmud,
2010), hal. 21-22.
tepat pada sasaran5

b. Tertib berjalan

Bila berjalan, tentu kita perlu berjalan menurut yang sudah diatur. Bila kita
mengendarai roda empat demikian halnya. Andai berjalan kaki pun sudah
ada ketentuannya.

c. Tertib makan minum

Makanlah menurut aturan. Bila di rumah sendiripun. Tempat yang


diduduki itu harus tidak sembarangan. Tempat duduk orang tua serta alat
makan orang tua pantang dipakai. Peri bahasanya berbunyi “i yinum wih
enti mudegot, i suep kero enti muketep” ( air yang di minum jangan
sempat berbunyi di kerongkongan, makan yang dimakan nikmat secara
teratur ). Dalam mengunyah makanan tuutplah mulut, dalam arti kata
jangan tampak oleh orang lain kunyahan itu. Hindari berbicara berlebihan
yang memungkinkan makna yang sedang dikunyah bisa keluar dari mult.
Hingga menggangu orang.

d. Tertib dalam pergaulan

Bergaul secara sopan,baik dan teratur. Bergaul itu menambah pengalaman


dan pengetahuan serta wawasan. Namun demikian perlu disesuaikan diri
dengan yang kita hadapi itu. Tentu saja tidak sama orang tua dengan rekan
sendiri.

e. Tertib berpakaian

Berpakaian secara islami menutup aurat mengandung hikmah yang amat


besar. Baik dilihat dari sudut pandangan berpakaian secara islami itu lebih
cantik, bagus, elok dan sopan

f. Tertib bertamu

Bertamu itu adalah nikmat dan rahmat akan tetapi perlu diingat tata krama

5
AR. Hakim/Aman Pinan, Hakikat Nilai-Nilai Budaya Gayo,(Takengon: Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Tengah,2009), hal. 71-72.
bertamu itu perlu dipelihara. Maksudnya siapa orangnya yang dalam
bertamu itu, cara bertamu, waktu bertamu, apa-apa saja yang perlu
dibicarakan.

3. Setie(Setia)
Setie (setia) adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam hidup
berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk diutamakan
belah (klein) dan
beragama.Tanpasetiejelasmasyarakat,dankelompoktidakakanmencapaihasilyang
maksimal.Dalam pribahasa Gayo diseburtkan bahwa: “Setie murip gemasih
papa”. Artinya kesetiaanhidup karena kasih sayang, walaupun hidup itu
merana. Kesetiaan yang dimotivasi oleh rasakasih sayang, menyebabkan orang
suka berkurban, baik fikiran, tenaga maupun harta danjiwa, walaupun berakhir
dengan kepapaan atau kemiskinan. Perasaan sosial bagi orang
yangmenghayatidanmelaksanakannilaiiniamattinggi,karenamerekamenyadariba
hwamanusiaadalahmakhluk
sosial,tidakmungkiniabisahidupsendirianuntukmeraihkesejahteraan dan
kebahagian hidup di dunia. Mereka harus setia, seia dan sekata
dalammencapaisatu tujuan hidup. setie ini amat luas jangkauannya contohnya:

a. Anak yang baik pasti setia kepada orang tuanya. Ia


dilahirkan,diasuh,dibuai,disekolahkan,desayangi sejak bayi sampai dewasa.
Saat orang tuanya sudah berumur lanjut, tentu orang tua nya mengharapkan
kasih sayang putra dan putrinya. Dalam hal ini kesetiaan anak sangat
diperlukan.

b. Setia pada suami istri. Bila kedua cucu Adam dan Hawa ini tidak saling
setia, tidak lagi saling cinta mencintai,berarti bahtera hidup akan mengalami
kehancuran. Bila kehancuran sudah diambang pintu, maka kebahagiaan
rumah tangga akan sirna. Kebahagian itu adalah rahasia hidup. Bila bahagia
tidak ditemukan, maka sama halnya laksana neraka dunia. Mencapai suatu
kebahagiaan, peri bahasa gayo berbunyi:
“ ike ate murai ate, ungkepe serasa gule, ike ate gere murai ate bawalpe
disne lagu bangke”. Artinya : “ Bila hati sudah menyatu, buah rimbangpun
laksana gulai nan sedang, bila hati tidak menyatu, ikan besarpun laksana
bangkai”6

4. Semayang/Gemasih(Kasihsayang)
Nilai budaya Gayo dalam konsep semayang-gemasih, artinya kasih
sayang. Konsep ini berkaitan dengan prilaku terpuji dalam Islam, bahkan dua
nama Allah yang baik (asmaul husna) dalam al- Qur’an adalah Maha Pengasih
(al- Rahman) dan Maha Penyayang (al-Rahim), jikamengharapkan kasih
sayang-Nya maka berkasih sayanglah padamakhluk Allah.7Dalam peribahasa
masyarakat Gayo dinyatakan bahwa: “Kasih enti lanih, sayang enti lelang”.
Artinya bila kasih janganlah terlambat, andaikan sayang jangan pula setengah
hati, dalam hakikat budaya Gayo kata semayang/gemasih (kasih sayang) adalah
merupakan ciri khas yang perlu dipertahankan dan dilestarikan dalam
membangun masyarakat Gayo yang lebih maju, sejahtera dan bermartabat.
Realisasi daripada semayang/gemasaih (kasih sayang) kepada orang lain tepat
pada waktunya, adalah kasih sayang yang sejati dan abadi serta amat berguna
bagi orang yang dikasihi, kendatipun tanda kasih dan sayang itu tidak begitu
banyak dan mendalam. Namun pembuktian kasih sayang yang dilakukan pada
waktunyaadalahbentukkasihsayangyangpalingsempurna.Sebaliknyakasihsayang
yangtidaktepatwaktunya, sering mengakibatkan bencana, seperti terlalu
memanjakan anak, membantu oranglain dalam jumlah yang sangat besar, tetapi
dilakukan dengan sombong dan congkak, hal itutidak dibenarkan dalam adat
masyarakat Gayo, karena bertentangan dengan nilai adat Gayoitu sendiri.

Banyak orang yang mengungkapkan kata-kata kasih sayang, tetapi


banyak pula orang yang tidak mau atau tidak mampu membuktikannya. Orang
yang merasa kasihan terhadap orang yang tertimpa musibah dan berusaha

6
AR. Hakim/Aman Pinan, Hakikat Nilai-Nilai Budaya Gayo,(Takengon: Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Tengah,2009), hal. 78-79.
7
EliyyilAkbar, “Pendidikan Islami DalamNilai-Nilai KearifanLokalDidong”, Jurnal
Al-Tahrir Vol. 15, No.1, 2015, hal.60
membantu dan mereka mengingatnya dengan cara memperet tali persaudaraan
dan menumbuhkan nilai kesetiaan.

Dahulu du Gayo sering terjadi, bahwa Kejurun atau Penghulu, mengakui


orang lain yang menjadi keluarga kampung atau belah yang dipimpinnya,
dimana mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga
kampung atau belah itu. Keluarga yang memiliki tanah yang relatip luas dan
kerbau yang lumayan banyak, membagikan tanah atau kerbau itu kepada
saudaranya atau kepada orang lain yang hidup memprihatinkan, agar hidup
mereka sama-sama berbahagia. Pimpinan keluarga dan pimpinan pemerintah
serta pemimpin masyarakat merasa malu (mukemel) kalau anggota keluarga,
warga kamung atau belahnya hidup sengsara dan peminta-minta. Begitulah
pelaksanaan nilai budaya yang menyebabkan kesenjangan sosial di Gayo. Tidak
begitu lebar dan tidak ada peminta-minta.

Seperti didalam Q.S Al-Fatihah Ayat ke 3 yang artinya : “Maha


Pengasih lagi Maha Penyanyang.” Kemudia sesuai sabda Rasulullah Saw yang
artinya orang yang tidak mengasihi mahluk lain dia tidak dikasihi Allah.

5. Mutentu(berdayaguna/kerjakeras)
Mutentu adalah salah satu nilai yang amat penting dalam membangun
masyarakatGayo, karena mutentu adalah pedoman yang baik dan berguna bagi
siapa saja. Mutentu dapat juga diartikan rajin, bekerja keras, dan raou dalam
melaksanakan sesuatu , sifat mutentu, lebih diarahkan pada setiap pribadi
seseorang. Nilai budaya mutentu sederhananya berarti rajin,pekerja keras,
atau melaksanakan sesuatusesuai aturan (rapi) dalam melakukan atau
mengerjakan sesuatu. Sebaliknya bagi orang yang tidak
rajin,tidakgiatbekerjakeras(geremutentu)tidakakandihormatidantidakdisenangiol
ehmasyarakat. Nilai ini memberi penekananpada pembentukan sikap tidak
terburu-buru atauceroboh,tetapiberdasarkanperenungandanperencanaan yang
matang. Sifat ini merupakanindikator sangat penting dalam menilai
karakterdanmempengaruhi kepercayaan oranglain.
Dalam masyarakat Gayo, jika ada sesorang remaja atau gadis yang
mutentu sangat disenangidan dihormati oleh masyarakat, dan lazimnya akan
segera dipinang orang. Sehingga bagi orang-orang yang tidak memperdulikan
nilai mutentu, maka akanmenyebebkannilai-nilailain sepertiyang telah
dikemukan di atas, sangat sulit untuk dapatdiwujudkandalam setiap
prilakunyakehidupan sehari-hari.8

Orang yang melaksanakan nilai mutentu baik laki-laki maupun


perempun, terutama remaja, amat disukai, disayangi, dan di hirmati dalam
masyarakat. Biasanya gadis (beberu) yang mutentu akan cepat dipinang oleh
keluarga laki-laki. Dan pinangan dari laki-laki yang mutentu pasti cepat
diterima oleh keuarga perempuan. Sebaliknya bebujang dan beberu yang tidak
metentu kurang dikasihi masyarakat dan jarang yang meminangnya kecuali
sama-sama mertet.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

sebagai kesimpulan yang dapat kita petik dari penjelasan diatas


yakni :
8
Jamhir, hal.17
1. Mukemel , mukemel artinya malu. Menurut ajaran islam,
manusia selalu berhubungan dengan allah, manusia, dan alam.
Mukemel dalam ketiga hubungan itu merupakan satu kesatuan
yang tidak boleh dipisahkan dengan fokus mukemel terhadap
Allah. Seperti halnya telah dijelaskan Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Huraira r.a yang artinya : “
iman itu mempunyai enam puluh cabang, dan malu merupakan
salah satu cabang iman.”

2. Tertib, Tertib,artinya teratur,sesuaiaturan,atau rapi. Tertib


sebagai salah satu sistem nilai adat-istiadat dan budaya
masyarakat Gayo mesti di pelihara dan dipertahankan. Apapun
yang kita lakukan di tuntut tertib. Dalam pribahasa Gayo nilai
tertib ini diungkapkan dalam kalimat: “Tertib bermajelis,umet
bermelie” (Teratur dalam kebersamaan, akan memuliakan umat).

3. Setie (setia) adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
hidup berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
termasuk diutamakan belah (klein) dan beragama.
Tanpasetiejelasmasyarakat,dankelompoktidakakanmencapaihasil
yang maksimal.Dalam pribahasa Gayo diseburtkan bahwa:
“Setie murip gemasih papa”. Artinya kesetiaanhidup karena
kasih sayang, walaupun hidup itu merana. Kesetiaan yang
dimotivasi oleh rasakasih sayang, menyebabkan orang suka
berkurban, baik fikiran, tenaga maupun harta danjiwa, walaupun
berakhir dengan kepapaan atau kemiskinan. Perasaan sosial bagi
orang yang menghayati dan melaksanakan nilai-nilai amat
tinggi, karena mereka menyadari bahwa manusia adalah makluk
sosial.

4. Semayang gemasih, semayang-gemasih artinya kasih sayang.


Konsep ini berkaitan dengan prilaku terpuji dalam Islam, bahkan
dua nama Allah yang baik (asmaul husna) dalam al- Qur’an
adalah Maha Pengasih (al- Rahman) dan Maha Penyayang (al-
Rahim), jikamengharapkan kasih sayang-Nya maka berkasih
sayanglah padamakhluk Allah. Dalam peribahasa masyarakat
Gayo dinyatakan bahwa: “Kasih enti lanih, sayang enti lelang”.
Artinya bila kasih janganlah terlambat, andaikan sayang jangan
pula setengah hati, dalam hakikat budaya Gayo kata
semayang/gemasih (kasih sayang) adalah merupakan ciri khas
yang perlu dipertahankan dan dilestarikan dalam membangun
masyarakat Gayo yang lebih maju, sejahtera dan bermartabat.

5. Mutentu dapat juga diartikan rajin, bekerja keras, dan raou dalam
melaksanakan sesuatu, sifat mutentu, lebih diarahkan pada setiap
pribadi seseorang. Nilai budaya mutentu sederhananya berarti
rajin,pekerja keras, atau melaksanakan sesuatusesuai aturan
(rapi) dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sebaliknya
bagi orang yang tidak rajin, tidak giat bekerja keras (Gere
Mutentu) tidak akan dihormati dan tidak disenangi oleh
masyarakat. Nilai ini memberi penekanan pada pembentukan
sikap dan tidak terburu-buru atau ceroboh, tetapi berdasarkan
perenungan dan perencanaan yang matang. Sifat ini merupakan
indikator sangat penting dalam menilai karakter dan
mempengaruhi kepercayaan orang lain.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai