Kelompok 35 - Tugas Modul 4 Hukum OHM-1
Kelompok 35 - Tugas Modul 4 Hukum OHM-1
Disusun Oleh :
Karawang
Assistant Lab. 1 Assistant Lab. 2
Mengetahui,
Dosen Praktikum Koordinator ASLAB
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporang praktikum dengan
materi “ HUKUM OHM “. Penulisan laporan ini adalah salah satu tugas dan
praktikum untuk mata kuliah fisika di Universitas Buana Perjuangan Karawang.
Dalam penulisan laporan praktikum ini saya beserta kelompok saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususnya kepada bu
weni tri samsi, M.Pd. Dan para Asisten Laboratorium, yang telah memberikan
pengarahan dan dorongan dalam laporan ini.
Dalam penulisan laporan praktikum ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatkan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Kelompok 35
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari sifat-sifat dan
interaksi materi dan radiasi. Ilmu fisika didasarkan pada pengamatan
eksperimental dan pengukuran, karena itu salah satu pengertian fisika adalah ilmu
tentang pengukuran (Banawi, 2013). Ilmu fisika memiliki salah satu konsep yaitu
tentang listrik dinamis. Hukum Ohm merupakan salah satu materi Listrik Dinamis
dalam Fisika yang sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
(Arisandi dan Madlazim, 2015).
Pada tahun (1787-1854) seorang ahli fisika jerman yang bernamaGeorge
Simon Ohm menyatakan sebuah hubungan antara arus listrik (i) yang mengalir
melalui suatu rangkaian dengan tegangan yang dipasang dalam rangkaian (v).
Hubungan tegangan dan arus listrik tersebut diperoleh dari eksperimennya yang
sering dikenal dengan sebutan HukumOhm (Sutrisno, 2009 : 146-147).
Hukum Ohm menyatakan “untuk suatu konduktor logam pada suhu konstan,
perbandingan antara perbedaan potensial∆v antara duatitik dari konduktor dengan
arus listrik I yang melalui konduktor tersebut adalah konstan” (Alonso, 1994 :
77), atau “Arus yang mengalir pada kawat sebanding dengan tegangan dan
berbanding terbalik dengan tegangan pada rangkaian tersebut”(Tipler, 2001 :
142).
Hukum ohm sebelumnya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain
ialah devenisi hambatan, yakni V = I R. Sering hubungan ini dinamai hokum
Ohm. Akan tetapi Ohm juga menyatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang
tidak bergantung pada V maupun I. Bagian kedua hukum Ohm ini tidak
sepenuhnya benar. Hubungan V = I R dapat diterapkan pada resistor apa saja, di
mana V adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus
yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah hambatan resistor tersebut
(Bueche, 1994).
Hukum Ohm merupakan hubungan antara kuat arus listrik, tegangan, dan
hambatan. Kuat arus listrik (I) berbanding terbalik dengan hambatan (R) dan
berbanding lurus benda potensial (V) (Yasu dan Hadi, 2021). Berdasarkan
susunan hambatan atau resistor, rangkaian listrik dapat dibagi menjadi dua, yaitu
rangkaian seri dan rangkaian paralel (Rosman dkk., 2019).
Hukum Ohm berbunyi “ Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar
(hambatan) besarnya sebanding dengan beda potensial (tegangan)antara ujung-
ujung penghantar tersebut”. Pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
yaitu I ~ V . Hukum Ohm dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan
Jerman tahun 1825 (Anonymous, 2007).
Hambatan dalam suatu penghantar terhadap aliran muatan disebabkan oleh
benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak dengan atom-
atom stasioner. Bila beda potensi diterapkan sepanjang kawat medan elektrik yang
ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap elektron di dalam kawat
(Cromer,1994).
1.1 Perumusan Masalah
Rumusan masalah untuk Praktikum “Hukum OHM” dianataranya:
1. Bagaimana cara menentukan nilai hambatan jedis dari kawat logam ?
2. Bagaimana cara mengukur nilai tegangan dan arus yang dihasilkan pada
kawat logam dengan luas penampang yang berbeda, panjang yang
berbeda, dan jenis material yang berbeda?
Dimana :
2.2.1 Amperemeter
Amperemeter adalah rangkaian yang berfungsi untukmengukur besarnya
arus listrik padasebuah rangkaianlistrik dalam hal iniadalah arus searah. untuk
pengukuranvoltase atau tegangan digunakan alatyakni voltmeter. Rangkaian
voltmeteradalah rangkaian yang berfungsi untuk mengukur besarnya tegangan
suatukomponen atau tegangan suatu titikterhadap titik yang lain pada rangkaian
listrik”(kiki,2006).
2.2.2 Voltmeter
Voltameter adalah alat yang digunakan untuk mengukur "beda potensial*
Untuk mengukur "beda potensial antara sembarang atau dua titik pada rangkaian
termina-terminal Voltmeter dihubungkan antar titik-titik tersebut tanpa memutus
atau memotong kawatt Apabila Voltmeter tembaga-maka alat ini terdiri dari dua
buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang serangkai
dalam suatutabung kaca atau plastic. Lempengan luar berperan sebagaianoda
sedangkan yang tengah berperan sebagai katoda.
Lalu, pada lempengan luarnya ini dinamakan anode, sedangkan lempengan
tengahnya dinamakan sebagai katode. Ukuran tabung yang dimaksud ini
biasanya adalah sekitar 15 x 10 cm (tinggi x diameter). Tak jauh berbeda dengan
Amperemeter, desain voltmeter kemudian akan dibagi menjadi hambatan seri
ataupun multiplier serta galvanometer.
Selain itu, kinerjanya juga akan lebih baik serta meningkat jika ditambahkan
dengan multiplier. Dengan penambahan ini, diharapkan kemampuannya
kemudian bertambah secara berkali-kali lipat besarnya jika dibandingkan dengan
yang sebelumnya.
Jika kuat arus dan medan magnetnya saling berinteraksi kemudian akan
timbul gaya magnet. Gaya inilah yang akan menggerakkan jarum. Besar kecil
penyimpangan jarum ini sendiri juga akan dipengaruhi oleh arus listrik yang
tengah mengalir.
2. Bahan
Hasil Pengamatan
Kegiatan 1
Jenis Kawat = Konstantan
Panjang Kawat = 1000 mm
NST Voltmeter = 1 v50 = 0,02 V
∆V= 0,01
NST Amperemeter = 1 A50 = 0,02 A
∆I= 0,01
Tabel 1. Hasil pengukuran beda potensial dan kuat arus listrik pada kawat
dengan diameter (luas penampang) yang berbeda-beda.
d = 1,0 mm d = 0,7 mm d = 0,5 mm d = 0,35 mm
No A = 0,8 mm 2
A = 0,4 mm 2
A = 0,2 mm 2
A = 0,1 mm 2
Kegiatan 2.
Jenis kawat = konstantan
Diameter = 0,7×10-3 m
Luas penampang = 0,4 ×10-6 m2
Tabel 2. Pengukuran beda potensial dan kuat arus listrik pada kawat dengan
panjang kawat yang berbeda-beda.
l = 1 m l = 2 m
No.
U (V) I (A) U (V) I (A)
1 0,06 0,01 0,04 0,01 0,06 0,01 0,02 0,01
2 0,12 0,01 0,08 0,01 0,12 0,01 0,04 0,01
3 0,18 0,01 0,14 0,01 0,18 0,01 0,06 0,01
4 0,24 0,01 0,18 0,01 0,24 0,01 0,08 0,01
5 0,30 0,01 0,23 0,01 0,30 0,01 0,10 0,01
6 0,36 0,01 0,28 0,01 0,36 0,01 0,12 0,01
7 0,42 0,01 0,32 0,01 0,42 0,01 0,14 0,01
8 0,48 0,01 0,36 0,01 0,48 0,01 0,16 0,01
9 0,54 0,01 0,40 0,01 0,54 0,01 0,18 0,01
10 0,60 0,01 0,45 0,01 0,60 0,01 0,21 0,01
11 0,66 0,01 0,454 0,01 0,66 0,01 0,23 0,01
12 0,72 0,01 0,60 0,01 0,72 0,01 0,26 0,01
Kegiatan 3
Tabel 3. pengukuran beda potensial dan kuat arus listrik pada jenis kawat yang
berbeda.
Kegiatan 4
ANALISIS DATA
Kegiatan 1. Pengaruh luas penampang kawat logam terhadap beda potensial dan
kuat arus listrik.
Grafik 1. Pengaruh luas penampang terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
1. Untuk A = 0,8 × 10 m -6 2
Hambatan
tan α= yx= IV
y = mx
m = yx
Jadi, tan α= yx= IV; V = IR
1R= IV
1R= m
R= 1m
R= 11,539=0,64977 Ω
DK = R × 100 % = 0,998 × 100% = 99,8 %
2
dρ=δ(R)δRdR
dρ=dR
dρ=dRR
KR = ∆ρ 100 %
2. Untuk A = 0,4 × 10 m
-3
Hambatan
R= 10,815=1,2269 Ω
DK = R × 100 % = 0,992 × 100% = 99,2 %
2
3. Untuk A = 0,2 × 10 m
-3
Hambatan
R= 10,388=2,5773 Ω
DK = R × 100 % = 0,996 × 100% = 99,6 %
2
4. Untuk A = 0,1 × 10 m
-3
Hambatan
R= 10,178=5,6179 Ω
DK = R × 100 % = 0,994 × 100% = 99,4 %
2
Kegiatan 2. Pengaruh panjang kawat logam terhadap beda potensial dan kuat arus
listrik.
Grafik 2. Pengaruh panjang kawat logam terhadap beda potensial dan kuat arus
listrik.
1. Untuk l = 1 m
Hambatan
R= 1m= 10,815=1,2269 Ω
DK = R × 100 % = 0,992 × 100% = 99,2 %
2
KR = ∆ρ 100 %
2. Untuk l = 2 m
Hambatan
R= 1m= 10,355=2,8169 Ω
DK = R × 100 % = 0,996 × 100% = 99,6 %
2
KR = ∆ρ 100 %
Kegiatan 3. Pengaruh jenis kawat (hambatan jenis) terhadap beda potensial dan
kuat arus listrik.
Grafik 3. Pengaruh hambatan jenis terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
KR = ∆ρ 100 %
KR = ∆ρ 100 %
R=VI
R=dxdy
1R=dydx
1R=d(0,008x-0,000)dx
R=10,008 = 125
DK=R2100% = 0,999100% = 99,9%
KR=100%-99,9% =0,1% (4 AB)
∆R=KR R100 %
∆R=0,1% 125 100 % =0,125 Ω
R = | R ± ∆R |
R = | 125 ± 0,125 | Ω
% diff =│R -RPRT+RP2 │× 100% =│150 -125 150 +125 2 │× 100% = 0,182 ×
T
100% = 18,2 %
BAB IV
ANALISA
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pastikan anda memahami instruksi praktikum secara
keseluruhan, termasuk tujuan, alat yang digunakan, dan prosedur
pengukuran yang akan dilakukan. Lakukan pengukuran dengan
cermat dan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Pastikan
anda tidak melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengukuran
yang dapat memengaruhi hasil akhir.
Erlangga, Jakarta.
Lampiran