Anda di halaman 1dari 11

TEORI KONSELING (SFBT)

SOLUTION FOCUSED BRIF THERAPI

Dosen Pembimbing :
Dra. Nurhasanah, M.Pd
Evi Rahmiyati, S.Pd,. M.Ed

Disusun Oleh :
Amalia Shabrina 2006104030045
Athala Rania Insra 2006104030061
Filda Sumarni 2006104030074
Keisya Ramadhani Taufik 2006104030046
Kharisma Mutiara 2006104030090

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi


maha penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas khadiratnya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-nya kepada kita. Karena
dengan rahmat dan karunianya sehingga kami telah menyelesaikan makalah
dengan judul “TEORI KONSELING SOLUTIONFOCUSED BRIF THERAPY”.

Pada kesempatakan kali ini kami mengucapkan terimakasih


sebesar- besarnya kepada dosen pengampu, yaitu Ibu Dra. Nurhasanah, M. Pd.
dan Ibu Evi Rahmiyati, S. Pd,. M. Ed. yang telah memberikan bimbingan
pada makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Terlepas dari itu
semua kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata cara bahasanya.

Oleh karena itu, tim penulis terbuka akan masukan dan kritikan
yang membangun, sehingga kedepannya tim penulis bisa memperbaikinya
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Akhir kata tim penulis berharap
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 14 Maret 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
MENGANALISIS KASUS MELALUI TEORI KONSELING SFBT.....................................5
A. Peta Konsep.....................................................................................................................5
B. Deskripsi Kasus...............................................................................................................5
C. Analisis Kasus.................................................................................................................7
a. Proses SFBT................................................................................................................7
b. Peran Dan Tugas Konselor..........................................................................................8
c. Teknik SFBT...............................................................................................................8
d. prosedur/Langkah SFBT.............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

Solution Focused Brief Therapy di sebut konseling ringkas berfokus solusi. Dalam
konseling ringkas berfokus solusi dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia
adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan untuk mengkonstruk solusi yang
dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam Konseling
ringkas berfokus solusi adalah setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengatasi
tantangan hidup, walaupun terkadang kita mungkin kehilangan arah atau kesadaran tentang
kemampuan kita. Berg (1994) percaya bahwa konseli adalah individu yang kompeten dan
tugas konselor atau terapis adalah membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka
miliki. Esensi dasar konseling ringkas berfokus solusi adalah melibatkan konseli dalam
membangun harapan yang optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam kemungkinan
perubahan. Konseling ringkas berfokus solusi adalah pendekatan non patologis yang
menekankan kompetensi dan keluaran dari pada kekurangan dan kelemahan. Konseling
ringkas berfokus solusi membutuhkan sikap filosofis dalam menerima konseli dimana mereka
dibantu dalam membuat solusi. Untuk menyelesaikan masalah konseli, maka penyusun akan
menganalisis kasus menggunakan pendekatan SFBT.

A. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran menganalisis kasus menggunakan teori konseling berfokus solusi?
B. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui gambaran cara menganalisis kasus menggunakan teori konseling
berfokus solusi

4
BAB II
MENGANALISIS KASUS MELALUI TEORI KONSELING SFBT

A. Peta Konsep
Konsep Tujuan Proses Peran Konselor Peran Konseli Teknik Konseling
Utama Konseling
Mampu
Fokus pada Membantu mendorong Menyelesaikan
konseli konseli konseli dengan Masalah Teknik Exception
pertanyaan-
pertanyaan

Lebih Sikap dan


menekankan perubahan, dari Menciptakan Kemampuan
pada masalah pembicaraan yang hubungan untuk Scaling Questions
individu berorientasi pada kolaboratif menentukan (pertanyaan berskala)
solusi tujuan pribadi

Bebas untuk
Fokus pada Saling membuat, Mampu Miracle Questions
masalah menghormati mengeksplorasi, Mengidentifikasi (Pertanyaan
konseptual dan membangun masalah Keajaiban)
solusi mereka

Menekankan Membantu
konseli dalam konseli untuk Sebagai Pengelolaan diri Pertanyaan Hubungan
membangun menemukan pemandu (Relationship
solusi solusi konseli Question)

Pertanyaan
Pengecualian
(Relationship
Question)

Pemecahan Masalah
(Coping Questions)

B. Deskripsi Kasus
KASUS 1
Latar belakang subjek kasus merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara. Ia memiliki
2 kakak perempuan yang menduduki bangku SMA dan satu saudara laki-laki yang
masih balita, subjek kasus berinisial AS, saat ini AS tinggal dengan keluarga nya di

5
rumah yang sederhana. AS sering terlambat kesekolah dan sering tidak masuk
sekolah karena alasan sakit, izin bahkan tanpa keterangan. Berdasarkan keterangan
dari kakak ke 2 subjek kasus, AS merupakan anak yang dekat dengan orang tua
namun tertutup, AS lebih senang bermain game dari pada berkomunikasi dengan
orang rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan AS, AS sering telat tidur karena
banyak menghabiskan waktu bermain game, sehingga AS telat bangun untuk ke
sekolah.

KASUS 2
Latar belakang subjek kasus merupakan anak tunggal, subjek kasus berinisial RC.
RC merupakan anak yang tertutup di rumah dan juga di sekolah. RC merupakan
siswa dari kelas XI IPAS 2 di sekolah SMAN 4 Banda Aceh. Dalam seminggu RC
dapat dihitung berapa kali ia masuk ke sekolah. Dalam seminggu ia hanya datang
sekolah 2 atau 3 kali. Saat pergi sekolah pun RC tidak datang tepat waktu. RC
selalu datang terlambat ke sekolah. Berdasarkan informasi dari ibu nya RC, RC
suka sekali menonton film drama di laptopnya.RC selalu mendekam di kamar
seharian, bahkan dalam satu hari itu ia hanya keluar untuk makan. Setelah itu ia RC
masuk ke kamar lagi.

KASUS 3
Latar belakang subjek kasus merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara, subjek
kasus berinisial AC, saat ini AC tinggal dengan keluarga yang kurang harmonis di
sebuah rumah yang sederhana, jarak rumahnya dari sekolah lumayan dekat. Saat
AC lagi menempuh pendidikan di kelas XI SMA, AC tinggal kelas selama dua
tahun karena beberapa masalah yang di alaminya di sekolah termasuk mengganggu
teman-teman yang lagi belajar dan tidak mau belajar, saat ini AC sedang di isolasi,
yaitu belajar mandiri di suatu ruangan dengan tujuan agar tidak mengganggu
temanteman yang focus belajar. sudah banyak tindakan yang dilakukan sekolah,
salah satunya sekolah sudah mencoba memanggil orang tua dari AC akan tetapi
tidak ada perubahan dari AC. Hingga saat ini AC masih dalam pengawasan kepala
sekolah.
Kasus 4
Latar belakang subjek kasus merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara. Ia memiliki
1 kakak laki-laki yang sudah menikah, dan satunya lagi sedang menduduki bangku

6
SMA. Subjek kasus berinisial DA, DA merupakan anak yang terlahir dari keluarga
sederhana, DA tinggal bersama ibu,ayah dan kakak-kakaknya. DA sering tidak
masuk sekolah terkadang juga telat dikarenakan DA sangat candu bermain game
hingga larut malam sampai lupa waktu. Berdasarkan keterangan yang didapat dari
kakak laki-lakinya, DA anak yang dekat dengan keluarganya,tetapi DA sedikit
keras kepala dan susah diatur, Padalah kedua orang tuanya sudah mengingatkan
kepada DA tetapi DA tidak memperdulikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
DA, DA sering bermain game sampai larut malam dan tak kenal waktu, Sehingga
DA sering kecapean,sakit dan timbul rasa malas untuk berangkat kesekolah dan
melakukan hal-hal positif untuk dirinya.

C. Analisis Kasus
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, maka penyusun memilih kasus 2 untuk di analisis
melalui teori SFBT.
 Dinamika Kepribadian
Pada dinamika kepribadian teori SFBT, konselor akan membantu subjek kasus
untuk bertindak dan membantu mengwujudkan solusi yang diinginkan oleh subjek
kasus karena pada dasarkan individu memiliki kemampuan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupannya. Pada saat subjek kasus menceritakan masalahnya
maka kita sebagai konselor akan mempersepsikan dari subjek kasus ceritakan.
Sehingga konselor akan mengetahui masalah yang dialami oleh subjek kasus yaitu
sering mengganggu teman dan tidak fokus belajar sehingga hal ini membuat subjek
kasus tinggal kelas kemudian diisolasi di satu ruang. Dari masalah ini kita sebagai
konselor akan menanyakan apa harapan subjek kasus dari kejadian ini, sehingga hal
ini akan membantu subjek kasus dalam menemukan solusi dari permasalahannya.

a. Proses SFBT
Berikut langkah langkah yang mecirikan proses SFBT yaitu:

Konselor berusaha mencari tahu apa yang diinginkan AC, cari apa yang sudah AC
lakukan dan sudah berhasil diterapkan. Serta kemudian dorong konseli untuk
melanjutkan langkah yang benar, mencari akar masalah dan jangan berusaha memberi
mereka label diagnostik, jika yang dilakukan AC tidak berhasil dorong AC sebagai
konseli untuk bereksperimen dengan melakukan sesuatu yang berbeda, juga agar

7
konseling tetap singkat konselor dapat meringkas proses terapi dengan berusaha
membayangkan setiap sesi seolah-olah adalah sesi terakhir dan satu sesi.

b. Peran Dan Tugas Konselor


Peran konselor dalam teori SFBT yaitu melakukan hubungan minat rapport,
mengeskpor hal-hal yang disukai oleh subjek kasus, kemudian peran kita sebagai
konselor yaitu harus mampu berkolaboratif, mendengarkan dengan baik, mempunyai
motivasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh subjek kasus terkait dengan
masalah yang dialami oleh subjek kasus.

c. Teknik SFBT
Miracle questions (pertanyaan keajaiban), dimana konselor memberikan
petanyaan kepada konseli yang dimaksud untuk mengarahkan konseli berimajinasi pada
apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dia alami secara ajaib dapat terselesaikan.
Pertanyaannya yang akan ditanyakan yaitu, “Bayangkan pada suatu malam, ketika kamu
sedang tidur, terjadi suatu keajaiban dan semua masalahmu terpecahkan? Apa yang akan
kamu lakukan saat itu yang dapat menunjukkan bahwa masalahmu terselesaikan dengan
tuntas?”.

d. prosedur/Langkah SFBT
 Miracle questions (pertanyaan keajaiban)

Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan dalam membantu mencari solusi
RH dengan teknik pertanyaan berskala, yaitu sebagai berikut:

o Pada tahap pembinaan hubungan, Konselor membangun raport dengan konseli


dimana konselor menanyakan kabar si konseli tersebut, menunjukkan
perhatian, penerimaan, dan pemahaman terhadap konseli. Pada tahap ini
konselor melakukan percakapan topik netral untuk berinteraksi pada awal
konseling. Ditahap ini konselor memberitahu kepada si konseli bahwa di
layanan ini terdapat azas kerahasiaan agar konseli merasa aman saat ingin
menceritakan masalah yang di alami.
o Pada tahap identifikasi masalah yang dapat di pecahkan ( identifying a
solvable Complaint)Konselor memberikan kesempatan kepada konseli untuk
menceritakan masalah masalah mereka dan konselor mendengarkan dengan
penuh perhatian dan cermat dari jawaban konseli. Contoh pertanyaannya yaitu
“Saya punya 2 fim menarik, film pertama menceritakan keadaan RC yang

8
sering tidur telaat saat malam, sering terlambat ke sekolah, dan kita sudah
hafal betul alur ceritanya. Sedangkan film yang kedua menceritakan
keadaanmu yang sebaliknya dari film yang pertama, namun saya belum tau
cerita dari film keduamu itu, coba kamu ceritakan film kedua itu?”
o Pada tahap penetapan tujuan, Konselor bekerja sama dengan konseli dalam
membangun tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Misalnya
dalam kasus RC dia bertujuan untuk mendapatkan solusi yaitu bagaimana cara
dia agar tidak terlambat ke sekolah lagi.
o Pada tahap merancang dan melaksanakan intervensi (Design and
implementing) dirancang untuk menghambat pola-pola perilaku bermasalah
dengan menunjukkan alternatif solusi. Pertanyaan yang sering digunakan
selama tahap ini adalah “perubahan apa yang telah terjadi?” apa yang telah
berhasil di masa lalu Ketika kamu menyelesaikan masalah yang mirip dengan
masalah ini?”bagaimana kamu membuat hal tersebut menjadi kenyataan?”apa
yang ingin kamu lakukan agar hal itu terjadi lagi?”. saat diakhir percakapan
dalam membangun solusi, konselor memberikan feedback kepada konseli,
memberikan dorongan-dorongan dan menyarankan konseli untuk mengamati
atau melakukan sesuatu sebelum sesi berikutnya agar dapat menyelesaikan
masalah mereka dengan baik.
o Pada tahap terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut konselor dan konseli
mengevaluasi progress yang telah didapat dalam mencapai solusi-solusi yang
memuaskan dengan menggunakan suatu skala rata-rata. Konselor juga
menanyakan kepada konseli tentang apa yang perlu untuk dilakukan sebelum
mereka melihat masalah mereka dapat terselesaikan dan juga apa yang akan
mereka lakukan selanjutnya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling ringkas berfokus solusi berasumsi bahwa manusia itu sehat, mampu
(berkompeten), memiliki kapasitas untuk membangun, meracang ataupun mengkonstruksikan
solusi-solusi, sehingga dalam proses Konseling ringkas berfokus solusi beranggapan bahwa
fokus pada permasalahan konseli tidaklah begitu penting akan tetapi proses konseling di
fokuskan untuk membantu konseli menemukan solusi, bertindak dan mewujudkan solusi
yang diinginkan.

Konseling ringkas berfokus solusi berpendapat bahwa manusia menjadi bermasalah


disebabkan oleh keyakinan yang ia buat mengenai hal-hal yang memperburuk dirinya serta
kurang efektifnya seseorang dalam mencari dan melakukan atau menggunakan solusi yang
dibuatnya. Konseling ringkas berfokus solusi bertujuan untuk membantu konseli menjadi
pribadi yang sehat yang ditandai dengan karakteristik yakni individu yang mampu
(kompeten), memiliki kapasitas untuk membangun, merancang, ataupun merekonstruksikan
solusi-solusi, serta pribadi yang tidak berkutat pada masalah akan tetapi berfokus pada solusi.

B. Saran
Penyusun merasa sangat kurang dari kata sempurna dalam penuyusunan makalah ini,
diharapkan pembaca dapat mengambil pembelajaran yang terdapat di makalah ini dan
tidak senantiasa menjadikan acuan utama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Habsy, Bakhrudin All. (2021). Panorama Teori-Teori Konseling Modern dan Post
Modern. Malang : Media Nusa Kreatif.

Potabuga, Y. F. (2020). Pendekatan Realitas dan Solution Focused Brief Therapy


dalam Bimbingan Konseling Islam. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Islam, 9(1), 40-55.

11

Anda mungkin juga menyukai