Anda di halaman 1dari 68

Pengaruh Flash Sale, Diskon, Promo Gratis Ongkir dan Shopping Lifestyle

Terhadap Impulse Buying Pada Social Commerce Tiktok Shop (Studi Pada

Mahasiswa Manajemen Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo)

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi

Oleh

Jajilatun Nikmah

2019110141

Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

WONOSOBO

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................17
1.3 Pertanyaan Penelitian....................................................................................17
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................18
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................18
BAB II.............................................................................................................................20
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................20
2.1. Landasan Teori...............................................................................................20
2.1.1. Impulse Buying........................................................................................20
2.1.2. Flash Sale................................................................................................23
2.1.3. Diskon......................................................................................................25
2.1.4. Promo Gratis Ongkir.............................................................................28
2.1.5. Shopping Lifestyle...................................................................................31
2.2. Penelitian terdahulu.......................................................................................33
2.3. Kerangka pemikiran teoritis.........................................................................40
2.4. Model penelitian.............................................................................................44
BAB III...........................................................................................................................46
METODE PENELITIAN..............................................................................................46
3.1 Jenis penelitian...............................................................................................46
3.2 Populasi dan Teknik pengambilan sampel...................................................46
3.3 Jenis sumber data...........................................................................................47
3.4 Metode pengumpulan data............................................................................47
3.5 Variabel penelitian.........................................................................................49
3.6 Definisi operasional dan pengukuran variabel.............................................50
3.7 Teknik analisis data........................................................................................53
3.7.1. Statistik deskriptif..................................................................................53
3.7.2. Pengujian kualitas data..........................................................................53

i
3.7.3. Uji F (Goodness of Fit Model)...............................................................55
3.7.4. Pengujian Asumsi Klasik.......................................................................55
3.7.5. Pengujian Hipotesis................................................................................57
3.7.6. Uji koefisien determinasi (R2)................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................61

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era digitalisasi saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan

manusia sangat erat kaitannya dengan media sosial. Media sosial memiliki

peran penting, hampir di semua bidang masyarakat. Mulai dari mengirim

pesan, berbagi informasi dan juga dapat melihat apa yang sedang tren saat ini.

Maka tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa jejaring sosial sudah

menjadi salah satu kebutuhan utama hampir dari semua orang.Namun kini

manfaat media sosial tidak hanya sebatas apa yang telah disebutkan di atas,

media sosial kini memliki fungsi lebih dari itu. Saat ini media sosial bisa

menjadi platform dalam berbisnis, hal ini tentunya disebabkan karena adanya

kemudahan berinteraksi antara penjual dan pembeli. (Firmansyah, 2023)

Berbisnis di dalam media sosial atau biasa di sebut dengan social

commerce adalah platform yang memfasilitasi penggunanya untuk

melakukan proses jual beli barang atau jasa yang di lakukan secara online

melalui aplikasi. Social commerce adalah proses jual beli barang dan layanan

secara langsung melalui media sosial,dengan sosial commerce seluruh

pengalaman berbelanja mulai dari penemuan produk dan riset hingga

checkout dilakukan langsung di media sosial (Jacob, 2023).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh populix pada 28 Juli – 9

Agustus 2022, secara online melalui aplikasi Populix terhadap 1.020

responden pria dan wanita berusia 18-55 tahun di Indonesia. Kemudian

1
diterima oleh kumparan pada 22 September 2022 dan menyatakan bahwa

52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui tentang tren transaksi jual beli

melalui media sosial atau yang dikenal sebagai social commerce. Social

commerce semakin popular karena merupakan pilihan baru untuk belanja

online yang mudah. Selain itu, platform ini juga memungkingkan interaksi

langsung dengan penjual sambil menjelajahi media sosial tanpa harus

berpindah aplikasi. Pada saat yang sama, social commerce di pihak penjual

memungkinkan mereka untuk menjangkau pelnggan potenisal yang lebih

luas. (Populix, 2022)

Gambar 1.1 Berbelanja di media sosial

Sumber: Populix, 2022

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukan bahwa diperoleh hasil bahwa 4

dari 5 orang menyatakan pernah mencoba berbelanja melalui media sosial.

Mereka paling sering berbelanja di Tiktok Shop dan Whatsapp dengan

2
pengeluaran rata-rata Rp274.034 setiap bulan. Survei ini melibatkan 1.020

orang. Dengan 880 orang atau sekitar 86% mengaku pernah berbelanja di

media sosial. Sebanyak 46% dari 880 responden menyatakan bahwa sering

berbelanja di Tiktok Shop. dari pada itu sekitar 21% lainnya menggunakan

Whatsapp untuk berbelanja. Saat ini Tiktok Shop merupakan social

commerce yang paling banyak digunakan oleh wanita terutama yang berusia

18-25 tahun , sedangkan Whatsapp dan Instagram Shop banyak digunakan

oleh pria berusia 36-45 tahun. (Populix, 2022)

Gambar 1.2 Kesadaran pada platform social commerce dan pengalaman

berbelanja

Sumber: Populix, 2022

Berdasarkan gambar 1.2 menunjukan bahwa Evermos (22%), Kitabeli

(14%) dan Dusdusan (12%) merupakan platform social commerce yang

3
paling banyak digunakan. Dari segi demografi pengguna Sebagian besar

pengguna evermos didominasi oleh masyarakat Bandung, kitabeli didominasi

oleh masyarakat Surabaya dan dusdusan disominasi masyarakat Semarang.

(Populix, 2022)

Penelitian ini menggunakan sampel salah satu social commerce atau

lebih tepatnya yaitu Tiktok Shop. Alasan menggunakan Tiktok Shop karena

Tiktok Shop adalah salah satu marketplace yang sedang menjamur saat ini,

dengan menggunakan fitur live streaming Tiktok Shop tercatat mengalahkan

Shopee dan Tokopedia di Indonesia, hal ini berdasarkan survei perusahaan e-

logistik Ninja Van terhadap 316 pedagang di Indonesia pada November 2022.

Survei bertujuan untuk memahami fenomena berbelanja menggunakan live

streaming, dan hasilnya sekitar 27,5% responden Indonesia menggunakan

Tiktok dengan rincian sebagai berikut (Setyowati, 2023) :

Tabel 1. 1
Berbelanja menggunakan fitur live streaming

Nama Marketplace Tingkat Presentase

Tiktok 27,5%

Shopee 26,5%

Lazada 20,1%

Instagram 12,2%

Facebook 10,1%

Youtube 3,7%

Sumber: hasil survei dari Ninja Van 2022

4
Banyaknya social commerce yang bermunculan di Indonesia

mengakibatkan adanya persaingan, tidak bisa dipungkiri persaingan bisnis

diantaranyapun semakin kompetitif. Karena adanya persaingan yang semakin

sengit perusahaan social commerce ini bersaing dalam segala hal seperti

memperkuat strategi pemasaran terutama pada promosi agar dapat menarik

perhatian konsumen. Kesuksesan strategi pemasaran yang dilakukan oleh

Tiktok Shop bukan hanya dari menggunakan fitur live streaming, Tiktok

Shop juga kerap menggunakan strategi pemasaran untuk meningkatkan

penjualannya. Strategi tersebut diantaranya seperti program flash sale,

pengadaan diskon, pemberian voucher, cashback, subsidi gratis ongkos kirim

dan lainnya. Dengan banyaknya penawaran yang tersedia diharapkan dapat

meningkatkan omset penjualan dan juga mampu memperluas pasar bagi para

pelaku bisnis (Brand, 2022).

Penawaran yang diberikan oleh tiktok shop memberikan kemudahan

dalam berbelanja bagi para konsumen, yang kemudian mampu meningkatkan

pembelian yang tidak terencana atau impulse buying. Akhir-akhir ini perilaku

impulsif menjadi sebuah tantangan untuk para pelaku bisnis dimana mereka

dituntut untuk mampu menciptakan ketertarikan secara emosional seperti

iming-iming konsumen untuk membeli dan mengonsumsi suatu produk

tertentu (Irawan, 2020).

Impulse buying sendiri merupakan pembelian saat itu juga yang tidak

direncanakan, berdasar pada Tindakan yang sangat kuat dan dorongan keras

untuk langsung membeli suatu barang (Dewi Andriany, 2019). Sedangkan

5
menurut (Ermy Wijaya, 2019) Impulse buying merupakan kegiatan untuk

berbelanja tanpa kontrol diri dengan sedikit atau pertimbangan mendalam.

Alasannya adalah pengalaman emosional yang lebih daripada rasional,

karenanya pembelianpun dilakukan, sehingga kebanyakan pembelian

dilakukan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh indah respati kusumasari (2022) menyatakan bahwa

impulse buying dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu flash sale,

diskon dan gratis ongkir.

Startegi pemasaran yang saat ini sering digunakan oleh para penjual

diantaranya yaitu flash sale, dapat dilihat dari setiap toko yang ada di

marketplace tiktok shop, mereka sering mengadakan promo ini untuk

menarik perhatian para konsumen. Para penjual baiasanya mengadakan flash

sale pada saat tertentu, seperti pada setiap tanggal yang sesuai dengan bulan

seperti tangal 5 di bulan mei biasa disebut seperti event 5.5 dengan slogan big

sale atau lainnya. Bahkan juga ada yang setiap harinya melakukan flash sale

di jam-jam tertentu.

Flash sale merupakan penawaran produk dengan potongan harga dan

kuantitas yang terbatas dalam waktu singkat. Flash sale merupakan bagian

dari promosi penjualan yang membeli pelanggannya penawaran khusus atau

diskon untuk produk tertentu untuk waktu yang terbatas (Zakiyyah,

2018).Bisa diartikan bahwa flash sale merupakan diskon dengan waktu kilat

yang diberikan penjual kepada konsumennya. Untuk membuktikan apakah

6
benar flash sale dapat mempengaruhi impulse buying, maka penulis

melakukan pra-survey dengan hasil sebagai berikut :

program flash sale pada tiktok shop membuat saya melakukan pembelian
secara spontan
32 jawaban

34%

66%

Setuju Tidak Setuju

Gambar 1.3

Hasil pra-survey pada Mahasiswa Manajemen pengguna Tiktok Shop di

Universitas Sains Al-Qur’an

Berdasarkan dari pra-survey yang peneliti lakukan melalui google form

yang telah disebarkan kepada Mahasiswa Manajemen pengguna social

commerce Tiktok Shop di Universitas Sains Al-Qur’an. Dari 32 responden,

65,6% atau 21 responden setuju dengan pernyataan bahwa program flash sale

pada Tiktok Shop membuat saya melakukan pembelian secara spontan, dan

34,4% atau 11 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan adanya program flash sale mampu memicu

seseorang untuk membeli suatu produk secara spontan atau tanpa terencana.

7
Dengan adanya program flash sale ini berpotensi memacu dorongan

konsumen untuk membeli produk yang mereka inginkan. Promosi flash sale

ini membuat semangat belanja yang kuat dari konsumen secara tidak terduga

akan melakukan pembelian yang sebelumnya tidak terencanakan. Pembeli

merasa terstimulus dan terdorong untuk membeli sesegera mungkin.

Pernyataan tersebut juga di perkuat dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Eva Margareth Sarah, dkk (2022), Ahmad Syauqi, dkk (2022),

Tia Viany Juwita, dkk (2022), Dermawansyah Darwipat, dkk (2020) dan

Intan Renita, dkk (2022) yang membuktikan bahwa flash sale berpengaruh

positif terhadap impulse buying. Namun hasil penelitian dari Indah Respati

Kusumasari (2022) menyataan bahwa flash sale tidak berpengaruh positif

terhadap impulse buying.

Diskon sangat mampu menjadikan para konsumen melakukan impulse

buying, karena diskon merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat

diburu oleh para konsumen. Kebanyakan konsumen apalagi diantaranya para

ibu-ibu, mereka seringkali berbelanja ketika diadakannya diskon pada suatu

toko, dan biasanya mereka akan berbelanja dengan jumlah yang banyak.

Diskon sendiri merupakan potongan harga secara langsung terhadap

suatu produk tertentu serta dengan periode waktu tertentu, dan pembelian

potongan harga yang diberikan penjual kepada pembeli (Geofakta Razali,

2022). Untuk membuktikan apakah benar diskon dapat mempengaruhi

impulse buying, maka penulis melakukan pra-survey dengan hasil sebagai

berikut :

8
saya merasa tidak perlu berpikir panjang untuk membeli produk yang
menarik perhatian saya ketika ada diskon di Tiktok Shop
32 jawaban

38%

63%

Setuju Tidak Setuju

Gambar 1.4

Hasil pra-survey pada Mahasiswa Manajemen pengguna Tiktok Shop di

Universitas Sains Al-Qur’an

Berdasarkan dari pra-survey yang peneliti lakukan melalui google

form yang telah disebarkan kepada Mahasiswa Manajemen pengguna social

commerce Tiktok Shop di Universitas Sains Al-Qur’an. Dari 32 responden

62,5% atau 20 responden setuju dengan pernyataan bahwa saya merasa tidak

perlu berpikir panjang untuk membeli produk yang menarik perhatian saya

ketika ada diskon. Dan 37,5% atau 12 resonden menyatakan tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Dengan adanya penawaran diskon mampu

meningkatkan penjualan dan juga mengakibatkan pembelian secara Impulsif

bagi para konsumen, mereka cenderung berpikir bahwa penawaran tersebut

hanya berlangsung pada saat itu juga dan tidak akan terjadi lagi. Pengadaan

9
promo diskon tentunya akan dapat membantu meningkatkan performa

penjualan, hal ini dapat menjadi alternatif promosi yang bisa dilakukan oleh

para penjual ketika sedang mengalami kemacetan dalam proses pemasaran,

karena dengan adanya diskon mampu meningkatkan perilaku impulse buying.

Pernyataan ini juga di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

oleh Halimatus Sya’diyah, dkk (2022), Andi Rusni, dkk (2022), Mohamad

gilang Ramadhan (2021), dan Putri Agustin Dwi Ningrum, dkk (2022)

membuktikan bahwa diskon berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Namun, pada penelitian yang di lakukan oleh Raihan Arafah, dkk (2022)

menyatakan bahwa diskon tidak berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Strategi pemasaran unggulan yang dimiliki oleh Tiktok Shop adalah

gratis ongkir, setiap orang tentunya akan berburu produk dengan ongkos

kirim sebesar Rp.0 atau bisa dibilang gratis. Hal ini menjadi sesuatu yang

menarik untuk di teliti karena Sebagian besar konsumen selalu mengeluhkan

mengenai jasa ongkos kirim yang sangat mahal bahkan bisa dua kali lipat dari

harga barang yang dibeli.

Gratis ongkos kirim merupakan penawaran yang dilakukan oleh penjual

kepada pembeli dengan tujuan meningkatkan penawran dan penjualan.

Singkatnya, gratis ongkir yaitu pengiriman gratis, sehingga konsumen tidak

perlu membayar biasa atas jasa kirim. (populix, 2022). Untuk membuktikan

apakah benar promo gratis ongkir dapat mempengaruhi impulse buying, maka

penulis melakukan pra-survey dengan hasil sebagai berikut :

10
saya membeli produk yang saya inginkan saat ada promo gratis ongkir pada
Tiktok Shop
32 jawaban

19%

81%

Setuju Tidak Setuju

Gambar 1.5

Hasil pra-survey pada Mahasiswa Manajemen pengguna Tiktok Shop di

Universitas Sains Al-Qur’an

Berdasarkan dari pra-survey yang peneliti lakukan melalui google form

yang telah disebarkan kepada Mahasiswa Manajemen pengguna social

commerce Tiktok Shop di Universitas Sains Al-Qur’an. Dari 32 responden,

81,3% atau 26 responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa saya

membeli produkyang saya inginkan saat ada promo gratis ongkir pada tiktok

shop. dan 18,8% atau 6 responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa promo gratis ongkir sangat

mampu mempengaruhi sikap impulse buying para konsumen, dengan hanya

mengeluarkan uang untuk membeli produk yang kita mau tanpa harus keluar

rumah untuk membelinya dan bahkan tidak mengeluarkan uang tambahan

untuk ongkos kirim adalah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.

11
Para konsumen sendiri sangat tergiur dengan promosi gratis ongkir

yang tersedia, karena promo ini sangat membantu para konsumen terutama

yang berada di luar pulau jawa. Karena sering terjadi ketika mereka membeli

suatu produk namun ongkos jasa kirim yang sangat mahal membuat mereka

tidak jadi membeli. Hal ini yang kemudian menjadi sebab menurunnya

tingkat penjualan bagi para produsen. Dengan adanya program gratis ongkir

ini diharapkan untuk bisa terus meningkatkan kuantitas penjualan para

produsen dan membantu konsumen dalam berbelanja tanpa harus berfikir

bahwa mereka membeli ongkos kirim dan mendaptkan gratisan barang. Hal

ini tentunya akan meningkatkan sikap impulse buying para konsumen,

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fadilah Andriani, dkk (2023),

Siti Firunnikah (2022) dan Nurhadiani Rohmatilah (2022) membuktikan

bahwa promo gratis ongkir berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Saebah, dkk (2020)

menyatakan bahwa promo gratis ongkir secara tidak langsung berpengaruh

positif dan pada penelitian indah respati kusumasari (2022) menyatakan

bahwa gratis ongkir tidak berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Selain beberapa promosi yang di tawarkan oleh Tiktok Shop, shopping

lifestyle atau gaya hidup berbelanja juga berpengaruh atas sikap pembelian

secara impulsif para konsumen, lifestyle yang dimiliki seseorang

menggambarkan bagaimana individu tersebut dalam berinteraksi, berperilaku

dan bertindak dengan lingkungannya. Perkembangan ekonomi menyebabkan

perubahan gaya hidup (lifestyle) seseorang. Salah satu kegiatan yang

12
berhubungan dengan lifestyle adalah berbelanja. Pada saat ini kegiatan rutin

berbelanja merupakan gaya hidup seseorang dan mempunyai perencanaan

secara periodic untuk berbelanja. Kegiatan berbelanja bukan hanya dijadikan

untuk mencari suatu barang yang dibutuhkan tapi juga dijadikan sebagai

hiburan atau untuk menghilangkan kebosanan. Shopping lifestyle

mencerminkan pilihan atau cara seseorang dalam menghabiskan waktu dan

uang (Astri Nurrohmah Fauziyyah, 2018). Untuk membuktikan apakah benar

shopping lifestyle dapat mempengaruhi impulse buying, maka penulis

melakukan pra-survey dengan hasil sebagai berikut :

Saya cenderung tertarik berbelanja produk fashion dengan model terbaru


32 jawaban

31%

69%

Setuju Tidak Setuju

Gambar 1.6

Hasil pra-survey pada Mahasiswa Manajemen pengguna Tiktok Shop di

Universitas Sains Al-Qur’an

Berdasarkan dari pra-survey yang peneliti lakukan melalui google form

yang telah disebarkan kepada mahasiswa manajemen pengguna social

13
commerce Tiktok Shop di Universitas Sains Al-Qur’an. Dengan 32

responden, 68,8 atau 22 responden menyatakan setuju dengan pernyataan

bahwa saya cenderung tertarik berbelanja produk fashion dengan model

terbaru. Dan 31,3% atau 10 responden tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukan bahwa shopping lifestyle mampu mempengaruhi

konsumen dalam impulse buying, dengan diikuti perkembangan zaman yang

serba online semakin memudahkan konsumen untuk berbelanja dan

menimbulkan sikap impulse buying.

Banyak terjadi di masyarakat dengan pola belanja yang sangat

konsumtif, mereka memutuskan untuk mengajukan pinjaman online hanya

untuk mememnuhi hasrat mereka atas belanja. Mereka cenderung membeli

suatu produk untuk memperlihatkan kedudukan mereka di masyarakat,

semakin mahal produk yang mereka gunakan mereka semakin merasa lebih

tinggi derajatnya dibandingkan dengan yang lain. mereka cenderung bersikap

boros karena merasa bahwa berbelanja merupakan suatu hal yang

menyenangkan dan juga banyak yang melakukan pembelian produk secara

berlebihan berkedok self reward atau bentuk pemberian penghargaan kepada

diri sendiri karena mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan banyaknya waktu

luang yang dimiliki untuk mengakses social commerce dan adanya uang yang

bisa digunakan untuk berbelanja maka mampu meningkatkan sikap impulse

buying para konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Lathyfah Shanti Purnamasari, dkk

(2021), Melifia Liantifa, dkk (2022), Nita Dian Risky, dkk (2021), Widia

14
Sefiska Rahma, dkk (2019) dan Wulan Alimudin, dkk (2020) yang

menyatakan bahwa shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse

buying.

Objek dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa Manajemen Universitas

Sains Al-Qur’an karena adanya peningkatan impulse buying pada mahasiswa.

Hal ini dibuktikan dengan hasil pra-survey yang penulis lakukan terhdap 32

responden, sebagai berikut :

Tabel 1. 2
Hasil pra-survey pada Mahasiswa Manajemen pengguna Tiktok Shop di

Universitas Sains Al-Qur’an

Jawaban

No Pernyataan Tidak
Setuju
Setuju

Saya membeli produk di Tiktok Shop yang


1 56,3% 43,8%
tidak direncanakan sebelumnya.

Saya membeli produk di Tiktok Shop atas

2 dorongan flash sale, diskon, promo gratis 84,4% 15,6%

ongkir, atau dorongan lainnya.

Saya membeli produk di Tiktok Shop

3 secara tiba-tiba pada saat itu juga tanpa 43,8% 56,3%

memikirkan resiko.

Total rata-rata 61,5% 38,5%

Sumber: Hasil Data Kuesioner Pra-Survey 28 Mei 2023

15
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan mahasiswa

manajemen pengguna social commerce tiktok shop mempunyai skor rata-rata

61,5% untuk menjawab setuju dan 38,5% menjawab tidak setuju. Dapat

disimpulkan bahwa adanya peningkatan impulse buying pada Mahasiswa

Manajemen yang di dorong dengan adanya flash sale, diskon dan promo

gratis ongkir yang disediakan oleh tiktok shop. Juga adanya dorongan dari

gaya hdup berbelanja atau shopping lifestyle.

Berdasarkan uraian di atas terdapat perbedaan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Indah Respati Kusumasari (2022) yang menyatakan bahwa

diskon berpengaruh positif terhadap impulse buying, sedangkan flash sale dan

subsidi gratis ongkir tidak berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Margareth Sarah Dan

Kiki Mailastri Sitanggang (2022) yang menyatakan bahwa flashe sale

berpengaruh positif terhadap impulse buying. Penelitian yang dilakukan oleh

Raihan arafah, dkk (2022) menyatakan bahwa diskon tidak berpengaruh

positif terhadap impulse buying. Dan pada penelitian yang di lakukan oleh

Fadilah Andriani, dkk (2023) yang menyatakan bahwa gratis ongkir

berpengaruh positif terhadap impulse buying.

Penelitian ini merupakan pembaruan dari penelitian Respita

Kusumasari. Perbedaan penelitian ini dari penelitian yang dilakukan oleh

Respita Kusumasari adalah penambahan variabel shopping lifestyle dan lokasi

sampel yang digunakan yaitu pada Universitas Sains Al-Qur’an dan

Mahasiswa Manajemen digunakan sebagai objek penelitian.

16
1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah adanya

perbedaan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh indah respati

kusumasari (2022) dengan eva margareth sarah, dkk (2022), Raihan Arafah,

dkk (2022) dan Fadilah Andriani, dkk (2023). Dimana terdapat perbedaan

hasil penelitian pada variabel flash sale, diskon, dan gratis ongkir. Juga

adanya peningkatan sikap impulse buying pada Mahasiswa Manajemen

pengguna social commerce Tiktok Shop di Universitas Sains Al-Qur’an.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka

berikut adalah beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini :

1) Apakah flash sale berpengaruh terhadap impulse buying pada mahasiswa

pengguna social commerce tiktok shop program studi manajemen

Universitas Sains Al-Qur’an?

2) Apakah diskon berpengaruh terhadap impulse buying pada mahasiswa

pengguna social commerce tiktok shop program studi manajemen

Universitas Sains Al-Qur’an?

3) Apakah promo gratis ongkir berpengaruh terhadap impulse buying pada

mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop program studi

manajemen Universitas Sains Al-Qur’an?

4) Apakah shopping lifestyle berpengaruh terhadap impulse buying pada

mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop program studi

manajemen Universitas Sains Al-Qur’an?

17
1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan beberapa tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui apakah flash sale berpengaruh terhadap impulse

buying pada mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop program

studi manajemen Universitas Sains Al-Qur’an

2) Untuk mengetahui apakah diskon berpengaruh terhadap impulse buying

pada mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop program studi

manajemen Universitas Sains Al-Qur’an

3) Untuk mengetahui apakah promo gratis ongkir berpengaruh terhadap

impulse buying pada mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop

program studi manajemen Universitas Sains Al-Qur’an

4) Untuk mengetahui apakah shopping lifestyle berpengaruh terhadap

impulse buying pada mahasiswa pengguna social commerce tiktok shop

program studi manajemen Universitas Sains Al-Qur’an

1.5 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan wawasan dan

informasi kepada pelaku bisnis mengenai strategi pemasaran yang dapat

dilakukan guna meningkatkan omset penjualan dari bisnis yang mereka

jalani.

2) Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

18
Bermanfaat dalam menambah wawasan bagi peneliti mengenai

penaruh flash sale, diskon, promo gratis ongkir dan shopping

lifestyle terhadap impulse buying

b. Bagi pihak lain

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

peneliti selanjutnya sebagai referensi dengan pembahasan masalah

yang sama.

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori

2.1.1. Impulse Buying

1) Definisi Impulse Buying

Pembelian impulsif dapat diartikan pembelian yang

dilakukan secara tiba-tiba Ketika di dalam toko maupun

membuka website dan sebagainya tanpa adanya perencanaan yang

dilakukan sebelumnya (Dwi Padmasari, 2022). Impulsif buying

adalah pembelian secara spontan tanpa ada niatan untuk membeli

produk tersebut. Impulsif buying juga suatu pembelian yang

dilakukan secara tidak terencana dan termotivasi karena dorongan

keinginan dan kebutuhan. Sedangkan impulse buying juga

merupakan keinginan yang tiba-tiba datang dengan dorongan

yang yang sangat kuat untuk membeli suatu produk dengan

segera (Novian, 2022). Menurut (Hussein, 2021) pembelian tidak

terencana atau impulse buying merupakan keputusan pembelian

yang tidak direncanakan sebelumnya. Ketika masuk kedalam

toko, konsumen tertarik melihat berbagai produk yang dipajang

secara menarik, sehingga timbul emosi atau rasa menyenangkan,

sehingga muncul dorongan atau motivasi yang mengubah pikiran

seseorang sehingga membeli produk tersebut. Menurut

(Rahmadani, 2021) impulse buying merupakan sesuatu pembelian

20
secara otomatis yang tidak disadari serta tidak terencana tanpa

pemikiran akibat, dimana konsumen menghabiskan uangnya

secara tidak terencana untuk membeli produk tertentu. Sedangkan

menurut (Erna Umi Fatmawati, 2022) pembelian impulsif

merupakan perilaku konsumen dimana konsumen tersebut

sebelumnya tidak mempunyai rencana untuk membeli sebuah

produk. Bahkan konsumen pada saat melakukan pembelian

impulsif pada dasarnya tidak berpikir secara matang untuk

membeli produk dengan merek tertentu. Perihal ini disebabkan

besarnya rangsangan pemasaran yang yang dicoba produsen

dalam memasarkan produknya.

Dari beberapa definisi impulse buying menurut para ahli

diatas dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif (impulse

buying) merupakan suatu tindakan pembelian yang dilakukan

oleh konsumen secara tiba-tiba atau tanpa adanya rencana,

melibatkan emosi yang mendorong pembelian tersebut, serta

menghasilkan rasa kepuasan bagi konsumen namun juga

menjadikan adanya konflik di dalam pikirannya.

Terdapat empat kategori impulse buying menurut (Novian,

2022) sebagai berikut :

a. Pure impulse buying

21
Pembelian dalam bentuk ini bersifat impulsif dimana

pembelian ini merupakan hal yang baru dan pelarian yang

melanggar pola pembelian normal.

b. Reminder impulse buying

Pembelian yang muncul Ketika pembeli melihat suatu barang

kemudian mengingat bahwa barang tersebut telah habis atau

tinggal sedikit, atau dapat mengingat karena iklan atau

informasi lainnya tentang barang tersebut, dan dari keputusan

membeli sebelumnya.

c. Suggestion impulse buying

Pembelian yang muncul Ketika pembeli melihat suatu produk

untuk pertama kalinya dan membayangkan kebutuhan untuk

barang tersebut, walaupun pembeli tidak memiliki

pengetahuan mengenai barang tersebut.

d. Planned impulse buying

Pembelian yang muncul Ketika pembeli masuk ke dalam

toko dengan beberapa pembelian spesifik di dalam

pikirannya, tetapi dengan harapan dan niat untuk melakukan

pembelian lain berdasarkan penawaran-penawaran yang ada.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Impulse Buying

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif

antara lain adalaha haga, kebutuhan terhadap produk atau merek,

distribusi masal, pelayanan terhadap diri sendir, iklan, display

22
toko yang menyolok, siklus hidup produk, dukuran yang kecil dan

kesenangan untuk mengoleksi (Ermy Wijaya, 2019)

3) Indikator Impulse Buying

Menurut (Novian, 2022) Impulse buying memiliki empat

indikator yaitu 1) pembelian tanpa direncanakan sebelumnya 2)

pembelian tanpa berfikir akibatnya 3) pembelian dipengaruhi

keadaan emosional dan 4) pembelian dipengaruhi penawaran

menarik.

Menurut (Ade Kafa Bih, 2023) pembelian impulsive

adalah perilaku pembelian dimana konsumen tidak

mempertimbangkan untuk membeli tetapi belum memutuskan

produk apa yang akan dibeli, dengan indikator sebagai berikut:

1) pembelian spontan, 2) pembelian tanpa pikir panjang, 3)

pembelian terburu-buru, 4) pembelian dipengaruhi kondisi

emosional.

2.1.2. Flash Sale

1) Definisi flash sale

Flash sale adalah strategi dalam bisnis online untuk

menjual barang secara eksklusif dengan harg aynag jauh lebih

murah dari aslinya, dan tentunya dalam waktu yang sangat

terbatas (Dermawansyah Darwipat, 2020). Menurut (Laura

23
Pandan Wangi, 2021) Flash sale merupakan Kembangan dari

price of deals yang merupakan alat promosi dari sales promotion.

Flash sale merupakan bentuk promosi yang secara langsung

menurunkan harga produk dalam waktu yang terbatas dan

kuantitas produk yang terbatas pula. Flash sale atau yang biasa

disebut daily deal, bagian dari promosi penjualan yang memberi

pelanggannya penawaran khusus atau diskon untuk produk

tertentu untuk waktu yang terbatas. (Respi Saputri, 2020).

Menurut (Ade Kafa Bih, 2023) flash sale merupakan suatu bentuk

strategi promosi yang dilakukan dengan menawarkan produk

dalam jumlah terbatas dengan waktu yang singkat. Kemudian

menurut (Jannah, 2021) flash sale merupakan penawaran produk

dengan potongan harga dan kuantitas yang terbatas dalam waktu

singkat.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa flash sale

adalah potongan harga dengan waktu yang cenderung kilat dalam

proses pelaksanaannya, yang juga merupakan bagian dari sebuah

promosi untuk meningkatkan kuantitas penjualan.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Flash Sale

Beberapa hal yang mempengaruhi pembeli mengambil

keputusan dalam flash sale yaitu sebagai berikut: 1) kegunaan

barang, pada umumnya pembeli melihat terlebih dahulu kegunaan

barang yang akan dibeli, 2) harga, penjual menawarkan harga

24
yang cukup besar sehingga harga barang menjadi lebih

murah,pembeli secara psikologis bisa terangsang untuk membeli

suatu barang tertentu,3) waktu rilis, dalam perilisan kegiatan flash

sale dipengaruhi dari kapan waktunya diluncurkan bisa awal

bulan atau akhir bulan. 4) impulsif, kadangkala pembeli membeli

suatu barang karena faktor impulsif, mereka belum memiliki

perencanaan dalam membeli suatu barang. (Razaq, 2021)

3) Indikator Flash Sale

Indikator flash sale menurut (Ade Kafa Bih, 2023) yang

terdapat dalam promosi penjualan sebagai berikut: 1). Frekuensi

promosi, merupakan jumlah promosi penjualan yang dilakukan

dalam suatu waktu melalui media promosi penjualan secara

online. 2). Kualitas promosi, merupakan tolak ukur seberapa baik

promosi penjualan dilakukan. 3). Waktu promosi, merupakan

nilai atau jumlah promosi penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan. 4). Ketepatan atau kesesuaian sasaran promosi,

merupakan faktor yang diperlukan untuk mencapai target yang

diinginkan perusahaan.

2.1.3. Diskon

1) Definsi diskon

Price discount adalah sejumlah potongan harga yang

diajukan penjual kepada pembeli sehingga harga lebih rendah dari

sebelumnya (Hussein, 2021). Diskon menurut (Irawan, 2020)

25
adalah paket hargA untuk promosi penjualan dimana pelanggan

sekali lagi ditawari produk yang sama dengan harga yang lebih

murah. Menurut (Andi Rusni, 2022) diskon adalah penguarangan

harga yang diberikan kepada pembeli saat membeli barang atau

jasa. Diskon merupakan strategi promosi jangka Panjang untuk

transaksi offline atau online. Dengan membeli barang dengan

harga diskon tentuny apembeli bisa lebih hemat saat membeli.

Menurut (Kusumasari, 2020) Diskon adalah strategi penawaran

barang dengan mengurangi harga asli untuk menarik minat

konsumen agar mereka bersedia untk membeli produk atau jasa

suatu perusahaan. Sedangkan menurut (Baskara, 2018) diskon

adalah suatu strategi pengurangan harga yang dilakukan oleh

suatu perusahaan dari harga yang sudah ditetapkan, strategi

tersebut dilakukan demi menciptakan Impulse buying untuk

meningkatkan penjualan produk.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa

diskon merupakan potongan harga yang diberikan penjual kepada

pembeli atas dasar syarat yang penjual tentukan, entah itu sebagai

fungsi dari sebuah pemasaran atau tidak.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi diskon

Berikut beberapa faktor yang menjadi landasan atas

pemberian diskon terhadap produk atau jasa (Riadi, 2021) :

1. Produk Melimpah

26
Strategi diskon digunakan Ketika jumlah produk yang

tersedia sangat banyak atau secara signifikan melebihi dari

jumlah permintaan. Oleh karena itu, diperlukan Langkah-

langkah untuk memastikan persediaan produk yang besar

agar tidak macet atau bahkan menumpuk dan memenuhi

Gudang. Hukum ekonomipun mengatakan bahwa penawaran

yang besar yang tidak dibarengi dengan peningkatan

permintaan akan menyebabkan turunnya harga.

2. Rendahnya permintaan pasar

Keadaan ini dapat disebabkan oleh tingkat konsumsi

masyarakat yang rendah karena rendahnya pendapatan atau

munculnya krisis ekonomi yang memperlambat sektor riil.

Dalam keadaan seperti ini, penurunan harga merupakan

konsekuensi logis dari kondisi pasar yang ada. Oleh karena

itu, persepsi diskon sebagai langkah menurunkan harga

merupakan cara bagi pengusaha untuk tetap bertahan bukan

suatu strategi bisnis.jika diskon dan trik iklan yang menarik

berhasil membentuk pasar dan mendorong pembelian, orang

hanya dapat berbicaar tentang strategi bisnis yang sangat

efektif.

3. Persaingan harga

Bisnis memang tidak dapat dipisahkan dari masalah

persaingan. Banyaknya usaha yang serupa di dalam satu

27
wilayah akan meningkatkan suatu persaingan yang sangat

kompetitif. Cara termudah untuk memnangkan persaingan

yaitu dengan menurunkan harga dari pesaing lainnya. Ketika

sebuah perusahaan mulai menurunkan harga produk, maka

akan mendorong perusahaan lain untuk melakukan hal yang

sama, menurunkan harga atau menawarkan diskon lebih

besar.

3) Indikator Diskon

Menurut (Baskara, 2018) yang menjadi dimensi dimensi

diskon yaitu: 1) besarnya potongan harga yang diberikan, 2) masa

potongan harga yang diberikan, 3) jenis produk yang mendapat

potongan harga.

Menrurut (Sari, 2019) indikator diskon sebagai berikut: 1)

diskon memberikan perhatian 2) diskon memiliki daya Tarik 3)

diskon membangkitkan keinginan membeli 4) diskon mendorong

melakukan pembelian.

2.1.4. Promo Gratis Ongkir

1) Definisi promo gratis ongkir

Menurut (Kusumasari, 2020) subsidi gratis ongkir adalah

promosi penjualan yang diberikan penjual agar konsumen

membeli barang secara online tanpa membayar biaya

pengirimannya. Gratis ongkir adalah adanya pembebasan kepada

28
pembeli terhadap tagihan biaya atas jasa pengiriman tersebut

(Mitratoday.com, 2021). Promo gratis ongkir merupakan salah

satu strategi pemasaran untuk mengajak dan menimbulkan minat

beli pada konsumen dengan ketentuan dan syarat untuk

mendapatkan potongan biaya ongkos kirim (Amalia, 2022).

Menurut (Vernandi, 2023) gratis ongkir yaitu promosi yang dapat

merangsang dan memotivasi konsumen guna memutuskan

pembelian sesegera mungkin dengan cara memberikan

pengurangan bahkan pembebasan biaya pengiriman untuk produk

yang dibeli. Sedangkan menurut (Geofakta Razali, 2022) promosi

gratis ongkir merupakan bagian dari promosi penjualan yaitu

kegiatan untuk menstimulus pembelian yang berupa usaha

penjualan lainnya khusus (special selling effort) seperti pameran

display, eksibisi, peragaan/ demonstrasi dan kegiatan penjualan

lainnya yang dilakukan sewaktu-waktu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gratis ongkos

kirim merupakan salah satu dari strategi pemasaran dimana

ongkos kirim atas produk dan jasa ditiadakan atau bisa dibilang

gratis.

2) Syarat dan ketentuan promo gratis ongkir

Berikut ini adalah syarat dan ketentuan yang biasa ikut serta

dalam sebuah promo gratis ongkos kirim (Populix.co, 2020) :

1. Tidak permanen

29
Setiap bisnis yang dijalankan sejatinya tidak

menginginkan menderita karena kerugian apalagi disebabkan

oleh promo yang ditawarkan. Promosi gratis ongkir dapat

digunakan sebagai magnet yang dapat menarik pelanggan

sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas. Tidak

mungkin promosi ini terus digunakan oleh bisnis online atau

marketplace. Strategi gratis ongkir digunakan sebagai strategi

startup Ketika sebuah perusahaan atau bisnis online baru saja

merintis. Karena hal ini merupakan strategi yang sangat baik

untuk menarik minat konsumen.

2. Memiliki ketentuan

Ada beberapa syarat untuk mendapatkan gratis ongki,

namun biasanya yang dijadikan tolak ukur adalah nilai

belanja atau nominal tertentu. Misalkan disebuah

marketplace memberikan penawaran gratis ongkir dengan

minimal pembelian Rp 120.000 dengan berat paket kurang

dari 1 kg. ketentuan ini harus dicantumkan pada saat

penawaran produk. Jika berat barang yang dibeli 2 kg, maka

pihak marketplace hanya menanggung 1 kg ongkos kirim

selebihnya konsumen yang membayar. Subsidi gratis ongkir

juga tergantung pada alamat pembeli, semakin jauh alamat

yang dituju maka besar yang harus di bayar oleh pembeli.

3. Berlaku pada acara tertentu

30
Gratis ongkir juga biasanya diadakan pada acara

tertentu, misalnya pada peringatan ulang tahun atau hari besar

Nasional. Melakukan promosi pada acara ini juga dianggap

lebih efektif untuk mendongkrak omset penjualan dan

biasanya minat beli para konsumen semakin tinggi.

3) Indikator promo gratis ongkir

Indikator promo gratis gratis ongkir menurut (Sari, 2019)

sebagai berikut: 1). Memberikan perhatian, memberikan perhatian

bagi konsumen untuk menciptakan kesadaran atau daya tarik

terhadap brand atau produk. 2). Memiliki daya Tarik, munculnya

minat beli atau rasa ingin tahu konsumen terhadap objek yang

ditawarkan. 3). Membangkitkan keinginan membeli, mendorong

calon konsumen untuk memiliki keinginan untuk memiliki suatu

produk. Hal ini berkaitan dengan motif dan motivasi konsumen

dalam membeli suatu produk. 4). Mendorong melakukan

pembelian, keinginan kuat konsumen sehingga memutuskan

untuk melakukan suatu pembelian.

2.1.5. Shopping Lifestyle

1) Definisi shopping lifestyle

Gaya hidup berbelanja (shopping lifestyle) merupakan suatu

cara seseorang untuk mengekspresikan dirinya dalam kehidupan

sehari-hari, seseorang uang memiliki gaya hidup berbelanja dapat

tertarik dan membeli suatu produk tanpa memikirkan manfaat

31
akan produk yang dikonsumsi (Ade Kafa Bih, 2023). Menurut

(Nita Dian Rizky, 2021) shopping lifestyle merupakan gaya hidup

seseorang dalam melakukan aktivitas berbelanja dan cara

seseorang dalam mengalokasikan waktu dan uang untuk suatu

produk maupun jasa. Sedangkan menurut (Alfisyahrin, 2018)

shopping lifestyle adalah cara seseorang untuk mengalokasikan

waktu dan uang untuk berbagai produk, layanan, teknologi,

fashion, hiburan dan Pendidikan. Shopping lifestyle ini juga

ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sikap terhadap merek,

pengaruh iklan dan kepribadian. Shopping lifestyle atau gaya

hidup berbelanja merupakan sikap seseorang untuk menggunakan

waktu dan uang yang dimilikinya terhadap beberapa macam

keperluannya dengan sesuatu produk tertentu baik berupa barang

maupun pe;

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

shopping lifestyle adalah kebiasaan seseorang dalam

mengalokasikan uangnya dan bagaimana cara pandang mereka

atas uang yang digunakan untuk membeli suatu barang.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi shopping lifestyle

Faktor utama yang membentuk gaya hidup dapat dibagi

menjadi dua, yaitu demografis dan psikografis. Dari faktor

demografis sendiri misalnya seperti tingkat Pendidikan, usia,

tingkat penghasilan dan jenis kelamin. Sedangkan faktor

32
psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari

karakteristik konsumen itu sendiri. (Ratnasari, 2018)

3) Indikator shopping lifestyle

Menurut (Ade Kafa Bih, 2023) gaya hidup berbelanja

merupakan bentuk seseorang dalam mencerminkan waktu yang

dimiliki dan uang yang dialokasikan untuk berbelanja karena

dianggap kegiatan sesuatu yang menyenangkan, dengan indikator

sebagai berikut : 1) pengalaman yang menyenangkan, 2) aktivitas

menyenangkan, 3) belanja membosankan, 4) model terbaru, 5)

penghilang sedih, 6) terobsesi belanja, 7) membuang waktu

2.2. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi peneliti selama pelaksanaan

penelitian saat ini. Penelitian yang menjadi acuan merupakan penelitian

yang mengkaji flash sale, diskon, promo gratis ongkir dan shopping

lifestyle. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dikutip dari

berbagai jurnal pendukung terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2. 1
Tinjauan penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

1. Indah Respati Pengaruh Flash menggunakan Flash sale tidak

Kusumasari Sale, Diskon, analisis linear berpengaruh

(2022) Dan Subsidi berganda signifikan

Gratis Ongkir dengan terhadap perilaku

Terhadap bantuan

33
Perilaku Impulse software SPSS impulse buying.

Buying Pengguna versi 26 Diskon

Marketplace berpengaruh

Shopee positif dan

(Studi Pada signifikan

Mahasiswa Aktif terhadap perilaku

Administrasi impulse buying.

Bisnis Upn Subsidi gratis

"Veteran" Jawa ongkir tidak

Timur) berpengaruh

secara signifikan

terhadap impulse

buying.

2. Andi Rusni dan Pengaruh menggunakan Motivasi belanja

Ahmad Solihin Motivasi Belanja regresi linier hedonis

(2022) Hedonis, Diskon berganda berpengaruh

Harga Dan dengan SPSS positif dan

Tagline “Gratis 24 signifikan

Ongkir” terhadap

Terhadap keputusan

Keputusan pembelian

Pembelian impulsif. Diskon

Impulsif Secara berpengaruh

Online Di Shopee positif dan

signifikan

34
terhadap

keputusan

pembelian

impulsif. Tagline

“gratis ongkir”

tidak berpengaruh

signifikan

terhadap

keputusan

pembelian

impulsif.

3. Raihan Arafah, Pengaruh Teknik analisis Potongan harga

Amrusi, Potongan Harga data tidak berpengaruh

Musfiana pada Aplikasi menggunakan signifikan

(2022) Shopee terhadap regresi linear terhadap

Pembelian Tidak sederhana. pembelian tidak

Terencana Dengan SPSS terencana

Mahasiswa 20

Jurusan

Pendidikan

Ekonomi

4. Tia Viany Pengaruh menggunakan Flash sale

Juwita, Promosi Flash Partial Least berpengaruh

Hartono, Ghia Sale dan Website Square (PLS) positif dan

35
Subagja (2022) Quality terhadap Structural signifikan

Impulse Buying Equation terhadap impulse

pada Model (SEM). buying. website

Marketplace Dengan quality

Shopee : Studi software berpengaruh

pada Mahasiswa SmartPLS positif dan

Pengguna Shopee versi 3. signifikan

di Bandar terhadap impulse

Lampung buying.

5. Eva Margareth Pengaruh Flash Menggunakan Flash sale

Sarah, Kiki Sale Promotion regresi linear berpengaruh

Mailastri Dan Discount berganda signifikan

Sitanggang Terhadap Online terhadap online

(2022) Impulsif Buying impulse buying.

Di Universitas discount

Sari Mutiara berpengaruh

Indonesia signifikan

terhadap online

impulse buying.

6. Pengaruh Teknik analisis Tampilan produk


Fadilah
Tampilan Produk data dalam tidak berpengaruh
Andriani, Nur
Dan Gratis penelitian ini signifikan
Ahmadi Bi
Ongkir Terhadap berupa, uji terhadap
Rahmani, Nuri
Pembelian validitas dan pembelian
Aslami (2023)

36
Impulsif Produk reliabilitas, uji impulsif. Gratis

Fashion Dengan asumsi klasik, ongkir

Diskon Sebagai uji regresi berpengaruh

Variabel linear berganda signifikan

Moderating dan uji terhadap

(Studi Kasus : interaksi atau pembelian

Mahasiswa uji MRA impulsif.

Program Studi

Ekonomi Islam

Universitas Islam

Negeri Sumatera

Utara)

7. Nur Saebah, Pengaruh Analisis data promosi gratis

Layaman dan Promosi Gratis menggunakan ongkir

Ema Ongkir Terhadap uji asumsi berpengaruh dan

Nurkhaerani Impulse Buying klasik dan uji signifikan

(2020) Dengan Flash regresi terhadap impulse

Sale Sebagai buying. flash sale

Variable berpengaruh dan

Intervening Pada signifikan

E-Commerce terhadap impulse

Shopee buying

8. Nita Dian Rizqy Pengaruh kualitas Mengunakan Kualitas

37
dan Luk luk informasi dan regresi linear informasi tidak

Atul Hidayati shopping lifestyle berganda berpengaruh

(2021) terhadap positif terhadap

pembelian pembelian

impulsif impulsif.

konsumen Shopping lifestyle

milenial pada e- berpengaruh

commerce (studi positif dan

kasus pada signifikan

mahasiswa terhadap

Universitas pembelian

Muhammadiyah impulsif.

Magelang)

9. Ade Kafa Bih, Pengaruh Gaya Menggunakan Gaya hidup

Agus Widarko, Hidup regresi linear berbelanja

dan Berbelanja, berganda berpengaruh

Khalikussabir Electronic Word signifikan

(2023) Of Mouth Dan terhadap

Flash Sale pembelian

Terhadap impulsif.

Pembelian electronic word

Impulsif Pada of mouth tidak

Social Commerce berpengaruh

Tiktok Shop signifikan

38
(Studi Kasus terhadap

Pada Mahasiswa pembelian

Pengguna Tiktok impulsif.

Shop Di Kota Flash sale

Malang) berpengaruh

signifikan

terhadap

pembelian

impulsif.

10. Erna Uni Pengaruh Diskon Menggunakan Diskon harga

Fatmawati, Rini Harga Dan analisis regresi berpengaruh

Kurniati Kualitas Produk linear berganda positif dan

Hardati Dan Terhadap signifikan

Ratna Nikin Pembelian terhadap

Hardati (2022) Impulsif Secara pembelian

Online (Studi impulsif, kualitas

Pada Pengguna produk

Shopee Di berpengaruh

Kalangan positif dan

Mahasiswa signifikan

Kampus Swasta terhadap

UNISMA dan pembelian

UMM) impulsif

11. Putri agustin Pengaruh Menggunakan Shopping lifestyle

39
dwi ningrum shopping lifestyle Structural berpengaruh

dan hery dan diskon Equation signifikan

pudjoprastyono terhadap impulse Modeling terhadap impulse

(2023) buying di e- (SEM) dan buying. diskon

commerce shopee Partial Least berpengaruh

Squares (PLS) positif terhadap

impulse buying

2.3. Kerangka pemikiran teoritis

2.3.1. Pengaruh flash sale terhadap impulse buying

Flash sale menurut Beyari (2018) adalah model sales

promotion dari marketplace dengan penawaran produk yang dijual

dalam jangka waktu 24 jam sampai 36 jam. Produk yang ditawarkan

cenderung beragam dan berganti setiap jam yang ditentukan.

(Kartika Rose Rachmadi, 2021).

Dengan adanya flash sale para konsumen akan cenderung

melakukan impulse buying, hal ini dapat terjadi karena promo yang

ditawarkan dapat memotivasi para konsumen untuk melakukan

pembelian. Entah pembelian dalam jumlah banyak ataupun sedikit,

karena menganggap bahwa promo ini tidak aka nada lagi dilain

waktu.

Beradasrkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tia Viany

Juwita, dkk (2022) Ahmad Syauqi, dkk (2022), Dermawansyah

Darwipat, dkk (2020) dan Intan Renita, dkk (2022)dan Eva Margareth

40
Sarah, dkk (2022), menyatakan bahwa “flash sale berpengaruh positif

dan signifikan terhadap impulse buying”. maka dari itu dapat

dinyatakan bahwa flash sale sangat berpengaruh terhadap sikap

impulse buying yang dilakukan oleh konsumen. Hal ini berarti

semakin tinggi/sering penawaran flash sale maka sikap impulse

buying yang terjadi akan semakin tinggi. Dari uraian tersebut maka

dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H1 : Flash Sale berpengaruh positif terhadap impulse buying

2.3.2. Pengaruh diskon terhadap impulse buying

Diskon menurut Kotler dan Keller (2009) yaitu potongan

langsung pada harga barang pembelian sejumlah barang pada

periode tertentu. Adanya diskon dapat membuat konsumen

merangsang untuk melakukan pembelian dan transaksi , hal tersebut

akan berdampak pada peningkatan penjualan produk.

Seringkali para ibu rumah tangga membeli suatu produk

dengan jumlah banyak karena adanya diskon yang ditawarkan oleh

para penjual. Mereka cenderung berfikir bahwa belanja Ketika

adanya diskon yang ditawarkan maka pengeluaran yang mereka

lakukan akan semakin sedikit. Namun pada kenyataannya adanya

diskon malah membuat mereka kalap dalam membeli suatu barang

dan tidak memikirkan apakah membutuhkan barang tersebut atau

tidak. Mereka berspekulasi bahwa mumpung ada diskon barang

tersebut dapat terbeli.

41
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halimatus

Sya’diyah, dkk (2022), Mohamad gilang Ramadhan (2021), Putri

Agustin Dwi Ningrum, dkk (2022) Indah Respati Kusumasari (2022),

Andi Rusni, dkk (2022) dan Erna Uni Fatmawati, dkk (2022) menyatakan

bahwa “Diskon berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse

buying”. hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nominal diskon

yang ditawarkan dan sesering mungkin promo diskon dilakukan

maka akan meningkatkan impulsif buying para konsumen.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Diskon berpengaruh positif terhadap impulse buying

2.3.3. Pengaruh promo gratis ongkir terhadap impulse buying

Menurut Himayati (2008), ongkos kirim merupakan biaya

pengiriman barang atau jawa yang ditarik oleh penjual dari

pelanggan saat terjadi proses jual beli dengan biaya pengiriman yang

dibebankan kepada pelanggan. Dalam proses jual beli online, penjual

membedakan biaya pengiriman sesuai dengan berat dan dimensi

produk yang dibeli. Pemeli akan mengirimkan uang atau mentransfer

uang untuk membayar barang yang ia beli dan ditambah dengan

biaya kirim atau biasa disebut dengan ongkos kirim atau ongkir.

(Widodo, 2022).

Para konsumen akan tergiur dengan adanya promo gratis

ongkir yang ditawarkan,sehingga akan menimbulkan perilaku

42
impulse buying. dimana biasanya penjual memberi syarat dengan

minimum harga berapa akan mendapatkan gratis ongkir. Para

konsumen tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan

membeli beberapa produk lagi yang jumlah pembayarannya

memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gratis ongkir.

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Saebah,

dkk (2020), Fadilah Andriani, dkk (2023) Siti Firunnikah (2022) dan

Nurhadiani Rohmatilah (2022) menyatakan bahwa “Promo gratis

ongkir berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying”.

hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nominal gratis ongkir

yang ditawarkan maka akan semakin tinggi tingkat minat konsumen

dan juga dapat meningkatkan sikap impulse buying. dari uraian

tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H3 : Promo Gratis Ongkir berpengaruh positif terhadap

impulse buying

2.3.4. Pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying

Gaya hidup berbelanja merupakan pola konsumsi yang

mencerminkan pilihan seseorang untuk menghabiskan waktu dan

uang. Dengan ketersediaan waktu konsumen akan memiliki banyak

waktu untuk berbelanja dan dengan uang konsumen akan memiliki

daya beli yang tinggi. (Graciella Tansah Gunawan, 2018).

Gaya hidup berbelanja para konsumen akan sangat

mempengaruhi adanya sikap impulse buying yang dilakukan.

43
Dengan kebiasaan yang mereka lakukan juga akan sangat berdampak

dengan hal ini. Dengan adanya uang yang tersedia dan banyaknya

waktu yang bisa digunakan untuk melihat dan memilih barang yang

akan dibeli pada social commerce akan menimbulkan kesempatan

yang lebih tinggi bagi para konsumen melakukan impulse buying.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri agustin dwi

ningrum, dkk (2023) Ade Kafa Bih, dkk (2023) Nita Dian Rizqy dkk

(2021), Lathyfah Shanti Purnamasari, dkk (2021), dan Melifia

Liantifa, dkk (2022), menyatakan bahwa “Shopping Lifestyle

berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying”. dari

penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa kebiasan atau habit

seseorang dalam berbelanja sangat berpengaruh atas sikap impulse

buying yang timbul pada individu tersebut. Dimana Ketika mereka

memiliki waktu luang dan banyaknya uang akan meningkatkan sikap

impulse buying. Dari uraian diatas dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

H4 : Shopping Lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse

buying

2.4. Model penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian terdahulu, maka

penulis membuat kerangka pemikiran yang berhubungan dengan penelitian

ini. Dalam variabel X terdapat empat aspek yaitu flash sale (X1), diskon

44
(X2), promo gratis ongkir (X3), dan shopping lifestyle (X4). Sedangkan

variabel Y adalah Impulse Buying.

Flash Sale (X1)

H1

Diskon (X2) H2

Impulse
H3 Buying (Y)
Promo Gratis
Ongkir (X3)
H4

Shopping
Lifestyle (X4)

Gambar 2.1 Model Penelitian

H1 : Flash sale berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying

H2 : Diskon berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying

H3 : Promo gratis ongkir berpengaruh positif dan signifikan terhadap

impulse buying

H4 : Shopping Lifestyle berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse

buying

45
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada data kuantitatif,

dimana data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan

(Suliyanto, dalam Metodologi Penelitian Bisnis, 2018)

3.2 Populasi dan Teknik pengambilan sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018) populasi adalah sebagai wilayah

secara umum yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti

lalu dibuat kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah

Mahasiswa Manajemen Universitas Sains Al-Qur’an

3.2.2. Teknik pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2020). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Mahasiswa Manajemen Universitas Sains Al-Qur’an.

Teknik yang digunakan adalah Nonprobability Sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,

2020), dengan menggunakan metode sampling purposive, menyatakan

bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi

46
disesuaikan dengan kriteria – kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan

tujuan penelitian. Banyaknya ukuran populasi dalam penelitian ini yaitu

1.061 orang, karena populasi dapat diketahui maka peneliti

menggunakan rumus slovin dalam menentukan sampel menggunakan

persisi sampling error (10%) dengan rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut (Suliyanto, 2018)

n = N/(1+Nd2)

Keterangan :

n = ukuran sampel minimal

N = ukuran populasi

d = Toleransi kesalahan (sampling error)

Tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95% dimana nilai

Z=1,96 dan tingkat error 10%. Jumlah ukuran sampel dalam penelitian

ini sebagai berikut :

n = 1.061/(1+1.061(0,1)2)

n = 91,38 dibulatkan menjadi 92

Jadi ukuran sampel minimal yang harus diambil adalah sebanyak

91,38 dibulatkan menjadi 92 responden.

3.3 Jenis sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer, menurut

Sugiyono (2018) data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan

47
data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti

langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

3.4 Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner

(angket) google form kepada mahasiswa manajemen pengguna social

commerce tiktok shop di universitas sains al-qur’an. Pengumpulan data

menggunakan purposive sampling dengan kriteria adalah mahasiswa

manajemen aktif pengguna social commerce tiktok shop. Menurut Sugiyono

(2020) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner adalah Teknik pengumpulan data

yang efisien dimana peneliti bisa tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara

langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Hasil dari kuesioner ini

digunakan untuk mengetahui data mengenai pengaruh flash sale, diskon,

promo gratis ongkir dan shopping lifestyle terhadap impulse buying pada

social commerce tiktok shop. Jawaban dari setiap item instrument yang

menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif, yang berupa kata-kata dan dapat diberi skor sebagai berikut :

Tabel 3. 1

Skala Likert

48
Kriteria Jawaban Skor

Sangat Tidak Setuju STS 1

Tidak Setuju TS 2

Netral N 3

Setuju S 4

Sangat Setuju SS 5

3.5 Variabel penelitian

Menurut sugiyono (2020) variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasu

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas

dan variabel terikat

3.5.1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent menurut Sugiyono (2020) sering disebut

sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent atau variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Flash sale, diskon, promo

gratis ongkir dan shopping lifestyle.

49
3.5.2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent menurut Sugiyono (2020) sering disebut

variabel output, kriteria, konsekuen atau variabel terikat. Variabel

terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah impulse buying.

3.6 Definisi operasional dan pengukuran variabel

3.6.1. Impulse Buying (Y)

Impulsif buying adalah pembelian secara spontan tanpa ada

niatan untuk membeli produk tersebut. Impulsif buying juga suatu

pembelian yang dilakukan secara tidak terencana dan termotivasi

karena dorongan keinginan dan kebutuhan. Sedangkan impulse buying

juga merupakan keinginan yang tiba-tiba datang dengan dorongan

yang yang sangat kuat untuk membeli suatu produk dengan segera

(Novian, 2022)

Indikator yang digunakan untuk mengukur impulse buying

terdiri dari 4 item pertanyaan kuesioner, indikator impulse buying

diantaranya:

1. pembelian spontan

2. pembelian tanpa pikir Panjang

3. pembelian terburu-buru

4. pembelian dipengaruhi kondisi emosional.

3.6.2. Flash Sale (X1)

50
Flash sale merupakan bentuk promosi yang secara langsung

menurunkan harga produk dalam waktu yang terbatas dan kuantitas

produk yang terbatas pula. Flash sale atau yang biasa disebut daily

deal, bagian dari promosi penjualan yang memberi pelanggannya

penawaran khusus atau diskon untuk produk tertentu untuk waktu

yang terbatas. (Respi Saputri, 2020).

Indikator yang digunakan untuk mengukur flash sale terdiri dari

4 item pertanyaan kuesioner, indikator flasah sale diantaranya sebagai

berikut :

1. Frekuensi promosi

2. Kualitas promosi

3. Waktu promosi.

4. Ketepatan atau kesesuaian sasaran promosi

3.6.3. Diskon (X2)

Menurut (Andi Rusni, 2022) diskon adalah penguarangan harga

yang diberikan kepada pembeli saat membeli barang atau jasa. Diskon

merupakan strategi promosi jangka Panjang untuk transaksi offline

atau online. Dengan membeli barang dengan harga diskon tentuny

apembeli bisa lebih hemat saat membeli.

Indikator yang digunakan untuk mengukur diskon terdiri dari 4

item pertanyaan kuesioner, indikator diskon diantaranya sebagai

berikut :

1. diskon memberikan perhatian

51
2. diskon memiliki daya Tarik

3. diskon membangkitkan keinginan membeli

4. diskon mendorong melakukan pembelian.

3.6.4. Promo Gratis Ongkir (X3)

Promo gratis ongkir merupakan salah satu strategi pemasaran

untuk mengajak dan menimbulkan minat beli pada konsumen dengan

ketentuan dan syarat untuk mendapatkan potongan biaya ongkos kirim

(Amalia, 2022)

Indikator yang digunakan untuk mengukur gratis ongkir terdiri

dari 4 item pertanyaan kuesioner, indikator gratis ongkir diantaranya

sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian

2. Memiliki daya Tarik

3. Membangkitkan keinginan membeli

4. Mendorong melakukan pembelian

3.6.5. Shopping Lifestyle (X4)

Gaya hidup berbelanja (shopping lifestyle) merupakan suatu cara

seseorang untuk mengekspresikan dirinya dalam kehidupan sehari-

hari, seseorang uang memiliki gaya hidup berbelanja dapat tertarik

dan membeli suatu produk tanpa memikirkan manfaat akan produk

yang dikonsumsi (Ade Kafa Bih, 2023)

52
Indikator yang digunakan untuk mengukur shopping lifestyle

terdiri dari 7 item pertanyaan kuesioner, indikator shopping lifestyle

diantaranya sebagai berikut :

1. Pengalaman menyenangkan.

2. Aktivitas menyenangkan.

3. Belanja membosankan.

4. Model terbaru.

5. penghilang sedih.

6. Terobsesi belanja.

7. Buang waktu.

3.7 Teknik analisis data

Menurut Sugiyono (2017) analisis data adalah kegiatan

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mantabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Pengolahan dan

penganalisaan data dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 25 yang digunakan untuk menghitung nilai statistik

berupa uji hipotesis. Data akan disajikan dalam bentuk table dan grafik agar

memudahkan dalam memahaminya.

3.7.1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif Menurut Sugiyono (2020) adalah statistika

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

53
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan

untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi jawaban responden dan

mengukur sejauh mana variabel penelitian.

3.7.2. Pengujian kualitas data

1) Uji Validitas

Uji Validitas Menurut Imam Ghozali (2018) digunakan

untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisoner. Suatu

kuisioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuisioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner

tersebut. Kriteria pengujian ini yang pertama adalah dengan

korelasi bivariate antara masing – masing skor indikator. Hasil

analisis korelasi bivariate dengan melihat output, apabila niali

korelasi bertanda (**two tailed) menunjukan tingkat signifikan

<0,01 maka dinyatakan valid dan apabila nilai korelasi bertanda

(*one tailed) menunjukan tingkat signifikan <0,05. Dapat

disimpulkan bahwa masing – masing indikator pernyataan adalah

valid (Ghozali, 2006).

2) Uji Reabilitas

Uji reliabilitas Menurut Ghozali (2018) adalah alat untuk

mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari varaibel

atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau

54
stabil dari waktu ke waktu. Kriteria pengambilan keputusan

sebagaimana yang dinyatakan oleh Ghozali (2018), yaitu

koefisien Cronbach Alpha >0,70 maka pernyataan dinyatakan

andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan reliabel,

sebaliknya jika Cronbach Alpha <0,70 maka pernyataan

dinyatakan tidak handal.

3.7.3. Uji F (Goodness of Fit Model)

Uji statistic F Menurut Iman Ghozali (2009) pada dasanya

menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model sudah baik atau belum. Untuk menyimpulkan apakah

model masuk kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus

membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel (Suliyanto,2011).

Tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat

kebebasan df = (n-k-1), dimana n= jumlah observasi dan k= jumlah

variabel bebas.

a) Apabila Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikan <0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

secara simultan atau berarti model penelitian ini adalah baik.

b) Apabila Fhitung < Ftabel dan tingkat signifikan >0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

secara simultan atau berarti model penelitian adalah tidak baik.

55
3.7.4. Pengujian Asumsi Klasik

Metode regresi berganda dapat dijadikan alat estimasi yang

tidak bisa jika telah memenuhi persyaratan Best Linier Unbiased

Estimation (BLUE). Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi

klasik terhadap model yang telah ditentukan mencakup pengujian

normalitas, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

3.7.4.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Pengambilan keputusan uji ini yaitu jika

probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima yang

berarti variabel berdistribusi normal dan jika probabilitas

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel

tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2018).

3.7.4.2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel –

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen saam dengan nol. Untuk melihat ada

56
atau tidaknya multikolnearitas maka dilakukan dengan

melihat nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation

Faktor (VIF). Apakah nilai VIF < 10 dan niali tolerance >

0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel

independennya (Ghozali, 2018).

3.7.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi tidak terjadi kesamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang di

prediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di stundentized. Apabila ada pola

tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang tertur, maka telah terjadi heteroskedastisitas.

Sebaliknya apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

57
3.7.5. Pengujian Hipotesis

3.7.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk

mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel

independen (variabel bebas/penjelas) terhadap variabel

dependen (variabel terikat). Analisis Regresi Linier

Berganda bertujuan untuk mengestimasi rata-rata populasi

atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

variabel independen yang diketahui menurut Gujarati

(2003). Hasil dari analisis regresi berganda adalah berupa

koefisien untuk masing-masing variable independen.

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh pada variabel

independen (kualitas produk, kualitas layanan, dan

persepsi harga) terhadap variabel dependen (keputusan

pembelian). Adapun bentuk umum persamaan regresi

berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Y =α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+e

Keterangan:

Y = Impulse Buying

e = Standard Error

58
α = Konstanta

X1 = Flash Sale

X2 = Diskon

X3 = Promo Gratis Ongkir

X4 = Shopping Lifestyle

β1 = Koefisien regresi variabel Flash Sale

β2 = Koefisien regresi variabel Diskon

β3 = Koefisien regresi variabel Promo Gratis Ongkir

β4 = Koefisien regresi variabel Shopping Lifestyle

Sumber : (Sugiyono, 2020)

3.7.5.2. Uji t

Menurut Ghozali (2018) uji parsial (t test) digunakan

untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji parsial dalam

penelitian ini menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05.

Dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan

(degree of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah

observasi dan k adalah jumlah variabel bebas, kriteria uji

yang digunakan adalah :

a. Apabila nilai sigifikan < 0,05 dan t hitung > t tabel,

maka menunjukan bahwa variabel independen secara

individu (parsial) berpengaruh terhadap varaibel

59
dependen dan hipotesis dapat diterima atau dikatakan

Ha diterima dan Ho ditolak.

b. Apabila nilai signifikan > 0,05 dan t hitung < t tabel,

maka menunjukan bahwa variabel independen secara

individu (parsial) tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen dan hipotesis tidak dapat diterima atau

dikatakan Ha ditolak dan Ho diterima.

3.7.6. Uji koefisien determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (Uji R²) bertujuan untuk mengukur

sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel terikat,

baik secara parsial maupun simultan. Menurut Ghozali (2018)

koefisien determinasi digunakan untuk menguji godness-fit dari model

regresi. Nilai koefisien determinasi ini adalah antara nol samapai

dengan satu (0 < R² < 1. Nilai R² yang kecil mengandung arti bahwa

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen yang sangat terbatas. Namun jika nilainya

mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

60
DAFTAR PUSTAKA

Ade Kafa Bih, A. W. (2023). Pengaruh gaya hidup berbelanja, electronic word of mouth
dan flash sale terhadap pembelian impulsif pada social commerce Tiktok Shop
(Studi kasus pada mahasiswa pengguna tiktok shop di kota Malang). e-Jurnal
Riset Manajemen, 2.

Alfisyahrin, D. (2018). pengaruh hedonic motives terhadap shopping lifestyle dan


impulse buying. 35.

Amalia, F. (2022). Pengaruh promo gratis ongkir Rp 0, e service quality, dan content
marketing terhadap loyalitas pengguna shopee . 12-13.

Andi Rusni, A. S. (2022). Pengaruh motivasi belanja hedonis, diskon harga dan tagline
"gratis ongkir" terhadap keputusan pembelian impulsif secara online di shopee.
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 3.

Astri Nurrohmah Fauziyyah, F. O. (2018). Pengaruh shopping lifestyle dan fashion


involvement terhadap impulse buying behavior (studi pada masyarakat kota
bandung). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, 3.

Baskara, I. B. (2018). PENGARUH POTONGAN HARGA (DISCOUNT) TERHADAP


PEMBELIAN TIDAK TERENCANA (IMPULSE BUYING) (studi pada pengunjung
Matahari Department Store Johar Plaza Jember). Manajemen Bisnis, 3.

Brand, S. (2022, Februari 16). inilah 5 alasan mengapa kamu harus berjualan di tiktok
shop. Diambil kembali dari sosiakita.com: https://sosiakita.com/inilah-5-alasan-
mengapa-kamu-harus-berjualan-di-tiktok-shop/

Dermawansyah Darwipat, A. S. (2020). Pengaruh program flash sale terhadap perilaku


impulsive buying konsumen marketplace. Journal of Economic Education and
Enterpreneurship Studies, 2.

Dewi Andriany, M. A. (2019). Pengaruh Media Sosial Terhadap Impulse Buying Pada
Generasi Milenial. Festival Riset Ilmiah Manajemen & Akuntansi, 2.

Dwi Padmasari, W. W. (2022). Pengaruh Fashion Involvement, Shopping Lifestyle, dan


Sales promotion terhadap impulse buying pada pengguna e-commerce. Jurnal
Ilmu Manajemen, 3.

Elisha, F. A. (2021). pengaruh price discount dan in-store disolay terhadap impulse
buying pda konsumen minimarket berkah mart kota pekanbaru. 24-25.

Ermy Wijaya, Y. O. (2019). Faktor yang mempengaruhi impulse buying pada hodshop
bengkulu. Jurnal Ekonomi & Bisnis, 4.

61
Erna Umi Fatmawati, R. K. (2022). Pengaruh diskon harga dan kualitas produk terhadap
pembelian impulsif secara online (Studi pada pengguna shopee di kalangan
mahasiswa kampus swasta UNISMA dan UMM). JIAGABI, 2.

Firmansyah, L. M. (2023, Januari 2). Mengenal social commerce dalam bisnis: arti dan
manfaat. Diambil kembali dari Fortuneidn.com:
https://www.fortuneidn.com/tech/luky/mengenal-social-commerce-dalam-
bisnis-arti-dan-manfaat

Geofakta Razali, D. A. (2022). Pengaruh Promosi Diskon dan Gratis Ongkir Shopee
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia,
5.

Geofakta Razali, D. A. (2022). Pengaruh Promosi Diskon Dan Gratis Ongkir Shopee
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. CITIZEN: Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Indonesia, 4.

Graciella Tansah Gunawan, T. S. (2018). Pengaruh keterlibatan fashion dan gaya hidup
berbelanja terhadap pembelian impulsif (studi terhadap remaja dan pemuda DKI
Jakarta). Manajemen Pemasaran, 112-113.

Halimatus Sya'diyah, J. D. (2022). Pengaruh sales promotion cashback dan price discount
terhadap perilaku impulse buying pengguna di situs belanja online Tokopedia.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 13-14.

Hussein, A. (2021). pengaruh shopping enjoyment dan price discount terhadap impulsive
buying pada market place shopee (studi pada mahasiswa FEB UMSU). 19.

Hussein, A. (2021). Pengaruh shopping enjoyment dan price discounte terhadap


impulsive buying pada market place shopee (studi kasus pada mahasiswa FEB
UMSU). 11.

Irawan, D. O. (2020). PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, DISCOUNT, FASHION


INVOLVEMENT, HEDONIC SHOPPING MOTIVATION, DAN PROMOSI PENJUALAN
TERHADAP IMPULSE BUYING ((Studi Kasus Pada Mahasiswi Yang Pernah
Berkunjung Ke Center Point di Mall Olympic Garden Malang). 7.

Irwan Christanto Edy, S. S. (2018). Impulsive buying behavior pada konsumen online. 3.

Jacob, J. (2023, Januari 20). Social Commerce: Definisi, Perbedaan, dan Keuntungannya.
Diambil kembali dari TapTalk.io: https://taptalk.io/blog/social-commerce/

Jannah, M. (2021). Pengaruh diskon flash sale, rating dan gratis ongkos kirim terhadap
keputusan pembelian pada marketplace shopee. 8.

Kartika Rose Rachmadi, R. A. (2021). EVENT FLASH SALE TERHADAP KEPUTUSAN


BELANJA ONLINE SELAMA PANDEMI COVID-19 PAD AMARKETPLACE SERTA
IMPLIKASI PADA KEPUASAN KONSUMEN DI KOTA MALANG. Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, 22.

62
Kusumasari, I. R. (2020). Pengaruh flash sale. diskon, dan subsidi gratis ongkir terhadap
perilaku impulse buying pengguna marketplace shopee (Studi pada mahasiswa
aktif administrasi bisnis UPN "Veteran" Jawa Timur) . 3.

Laura Pandan Wangi, S. A. (2021). Pengaruhu flash sale dan cashback terhadap perilaku
impulse buying pada pengguna shopee. Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi
Manajemen, 2.

M.I. Atrisia, H. H. (2021). Flash sale dan Impulse buying konsumen e-commerce pada
masa pandemi Covid-19. Journal of Business Management Education, 15-16.

Mira Istiqomah, N. M. (2020). Pengaruh promo gratis ongkir dan online customer rating
terhadap keputusan pembelian produk fashion. Jurnal Manajemen, 2.

Mitratoday.com. (2021, Agustus 15). Gratis Ongkir: Pengertian dan memahami cara
penggunaan dan penerapannya. Diambil kembali dari mitratoday.com:
https://www.mitratoday.com/gratis-ongkir-pengertian-dan-memahami-cara-
penggunaan-dan-penerapannya/

Nita Dian Rizky, L. l. (2021). Pengaruh kualitas informasi dan shopping lifestyle terhadap
pembelian impulsif konsumen milenial pada e-commerce (studi kasus pada
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang). Business and Economics
Conference in Utilization of Modern Technology, 4.

Novian, M. H. (2022). FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPULSE BUYING PADA


MASA. CiDEA Journal, 5.

Nurul Istikomah, B. H. (2022). Analisis persepsi promosi gratis ongkos kirim (Ongkir)
Shopee terhadap Keputusan Pembelian. 2.

Populix. (2022, September 22). Kumparan Tech. Diambil kembali dari Kumparan:
https://kumparan.com/kumparantech/survei-social-commerce-makin-diminati-
86-masyarakat-belanja-melalui-medsos-1yuQIZYCRn6/2

populix. (2022, Oktober). populix. Diambil kembali dari info.populix.co:


https://info.populix.co/articles/free-ongkir-adalah/#:~:text=Seperti%20yang
%20telah%20dijelaskan%20di,tidak%20menanggung%20biaya%20alias
%20gratis.

Populix.co. (2020, Februari). Pengertian free ongkir, syarat, dan strateginya untuk bisnis.
Diambil kembali dari Info.Populix.co: https://info.populix.co/articles/free-ongkir-
adalah/

Putri Agustin Dwi Ningrum, H. P. (2023). Pengaruh Shopping Lifestyle dan diskon
terhadap Impulse Buying di E-commerce Shopee Pada Mahasiswa UPN
"Veteran" Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 8.

Rahma, A. (2021). PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE TERHADAP KEPUASAN SAAT


BERBELANJA DI ONLINE SHOP LAZADA DENGAN IMPULSIVE BUYING SEBAGAI

63
VARIABEL INTERVENING. 31.

Rahmadani, W. (2021). pengaruh diskon dan kualitas produk terhadap impulse buying
pada online shop Tokopedia (studi pada mahasiswa UMSU). 7-8.

Ratnasari, N. (2018). pengaruh shopping lifestyle da fashion involvement terhadap


impulse buying (Studi kasus pada pembelian hijab pada mahasiswi program
studi manajemen fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar). 28.

Razaq, A. (2021, September 5). Fenomena Flash Sale pada Era Digital. Diambil kembali
dari Kumparan.com: https://kumparan.com/annafirazaq/fenomena-flash-sale-
pada-era-digital-1wSuv2x6z3k/1

Respi Saputri, A. M. (2020). Peran flash sale dalam memediasi hubungan sales
promotion terhadap keputusan belanja online.

Riadi, M. (2021, Februari 23). Diskon (Pengertian, Tujuan, Jenis, Indikator dan faktor
yang mempengaruhi). Diambil kembali dari Kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2021/02/diskon.html

Sari, V. N. (2019). Pengaruh gratis ongkos kirim, diskon, dan iklan shopee terhadap
keputusan pembelian konsumen pada mahasiswa jurusan manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta . 24.

Setyowati, D. (2023, 1 30). katadata.co.id. Diambil kembali dari katadata.co.id:


https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/63d7752967f6a/alasan-jdid-tutup-
tiktok-shop-kalahkan-shopee-hingga-tokopedia

Suliyanto. (2018). Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Utami, N. W. (2017, Oktober 30). Memahami promo gratis ongkir yang semakin
berkembang. Diambil kembali dari Jurnal.id:
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-memahami-promo-free-ongkir-yang-
semakin-berkembang/

Vernandi, P. R. (2023). PENGARUH CASH ON DELIVERY, PROMO GRATIS ONGKIR DAN


CUSTOMER REVIEW TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE PADA
SITUS MARKETPLACE SHOPEE DI WILAYAH KOTA TANGERANG. 25.

Widodo, R. (2022). pengaruh gratis ongkos kirim, flash sale dan cash on delivery,
terhadap keputusan pembelian di toko online shopee pada masyarakat
kelurahan simpang baru kecamatan binawidya kota pekanbaru. 20.

Y. K. Kim, J. W. (2019). The effects of shopping lifestyle dimensions on customer


satisfaction and loyalty. Journal of Retailing and Consumer Services, 87-94.

Yahmini, E. (2019). kecenderungan impulse buying pada mahasiswa ditinjau dari latar
belakang keluarga (studi kasus mahasiswa di lima Universitas di Yogyakarta).
Journal of Research in Business and Economics, 47-48.

64
Yahmini, E. (2019). Kecenderungan Impulse Buying pada Mahasiswa ditinjau dari latar
belakang keluarga (studi kasus mahasiswa di Lima Universitas di Yogyakarta).
Journal of Research in Business and Economics, 46-47.

Zakiyyah, A. M. (2018). PENGARUH FLASH SALETERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF ONLINE


PADA TOKO ONLINE “PULCHRAGALLERY”. Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Indonesia, 2.

65

Anda mungkin juga menyukai