Anda di halaman 1dari 6

Mekanisasi Pertanian Alsin Penyiangan

Prinsip Dasar Penyiangan Pencabut, pembabat/pemotong, soil tilac, pembakaran

 Ketika gulma sangat padat, pembudidaya mengambil sebagian kecil dari mereka
 Tingkatkan kerapatan tanam untuk mengkompensasi kehilangan tegakan dari barisan
 Mesin, Terutama dalam biji-bijian kecil
 Drainase tanah yang baik sangat membantu!
 Potong sisa tanaman jika Anda mengurangi pengolahan tanah
 Buat mulsa debu

Berdasarkan metode yang digunakan, pengendalian gulma secara fisik-mekanis dapat dibedakan
menjadi:

 Pencabutan gulma (hand weeding atau hand pulling)


 penyiangan manual.
 Efektif untuk mengendalikan gulma semusim dan dua musim,
 Memiliki resiko kerusakan yang kecil pada tanaman budidaya
 Cocok diterapkan untuk areal yang tidak luas.
 Pembabatan (mowing).
 Efektif diterapkan pada gulma semusim atau dua musim yang tidak mempunyai
organ perkembangbiakan di dalam tanah seperti stolon dan umbi.
 Pengolahan tanah (soil tillage).
 Pengaruh tidak langsung dari pengolahan tanah terhadap perkembangan gulma
adalah terangkatnya deposit biji gulma yang ada di dalam tanah. Biji tersebut
terekspose kepermukaan tanah dan berkecambah, gulma yang kemudian tumbuh
akan dipotong dan dibenamkan secara otomatis melalui tindakan pengolahan tanah
kedua.

Berdasarkan metode yang digunakan, pengendalian gulma secara fisik-mekanis dapat dibedakan
menjadi:

 Pembakaran (burning).
 Menyebabkan terjadinya penggumpalan protoplasma gulma karena suhu tinggi
sehingga bagian gulma tersebut akan mati.
 Bagian gulma yang tidak terbakar belum tentu ikut mati, contohnya seperti
pembakaran padang alang-alang yang hanya memusnahkan bagian atas gulma,
karena tidak lama berselang gulma alangalang tersebut akan kembali tumbuh
dengan memanfaatkan stolon yang berada di bawah permukaan tanah.
 Pengendalian gulma secara fisik-mekanis melalui pembakaran sering menimbulkan
beberapa kerugian seperti timbulnya bencana kebakaran seperti yang terjadi di Riau,
menguapnya bahan organik dari areal setempat (in situ), meningkatkan resiko erosi,
dan mengakibatkan polusi udara.
 Penyiangan Sederhana
 Penggunaan alat penyiangan gulma sederhana. Untuk mengurangi tingkat kejerihan
dalam bekerja, maka tangkai koret dibuat lebih panjang (kalau di kita pada
umumnya dengan tangkai pendek)
 Metrok(alat penyiang rumput)
 Penyiangan Semi Mekanis
 Penyiangan Mekanik

Jenis Alat Penyiang Gulma

 Rotary hoe
 Minimum tillage rotary hoe
 Brush weeder
 Buddingh
 Einboch
 Torsion weeder (gerak maju, menyebar tips)
 In-row flaming

ALAT DAN MESIn PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


 Duster  pestisida berbentuk tepung
 Sprayer  pestisida berbentuk cairan

 SPRAYER
Alat/mesin atau bentuk mekanisme yang memecah suatu cairan atau larutan suspensi
menjadi partikel-partikel kecil (butiran tetesan/droplets) yang halus dengan ukuran tertentu,
dan disebarkan secara hidrolis, pneumatis, gravimetris atau kombinasi cara-cara tersebut
serta didistribusikan secara seragam dengan penetrasi yang cukup ke seluruh bagian
tanaman yang mengalami serangan atau sumber serangan hama dan penyakit.

 Mist Blower
>Salah satu tipe sprayer yang menggunakan tenaga motor berukuran kecil, yang dikonstruksi
untuk memecah suatu cairan atau larutan suspensi menjadi partikel-partikel yang sangat
halus (atomize) dari suatu campuran obat-obatan pengendali hama dan penyakit
> dapat digunakan untuk menghembuskan obat-obatan dalam bentuk bubuk (powder) atau
dalam bentuk butiran (granuler) → dalam hal ini mist-blower dapat disebut sebagai duster.

 BAGIAN-BAGIAN UTAMA SPRAYER


▸ Tangki > tempat bahan cairan yang disemprotkan
▸ Bagian yang menghasilkan tekanan terhadap cairan yang akan disemprotkan.
Bentuk maupun konstruksi berbeda:
- sprayer hidrolis > penekan cairan menggunakan pompa berbentuk piston, roda gigi, pompa
baling-baling, atau menggunakan impeler
- sprayer yang menggunakan udara bertekanan (pneumaticsprayer) pompa penekan udara
dapat berupa pompa tekanisap.

▸Bagian yang membentuk butiran cairan halus (atomizing device)  nozzle


▸ Distribusi cairan (slang)
▸ Pengaduk/agitator  digunakan untuk mengaduk bahan cairan yang akan disemprotkan
yang berbentuk emulsi atau suspensi bahan yang tidak dapat terlarut
▸ Bagian-bagian pelengkap, terdiri dari: - penunjuk tekanan cairan tangki - klep penutup - tali
penyandang dll.
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SPRAYER
▸ Faktor yang berasal dari peralatan sendiri
o Lebar nozzle  makin lebar nozzle untuk tipe yang sama, penyebaran ukuran
butirannya makin tidak seragam dan mempunyai ukuran yang besar.
o Tekanan  mempengaruhi ukuran butiran cairan yang dihasilkan untuk suatu nozzle
yang sama.
Makin besar tekanannya, proses penumbukan cairan pada saat akan keluar dari
nozzle makin besar, selisih kecepatan udara yang meniup dengan cairan di dalam
tangki makin besar, sehingga lembaran cairan yang terbawa semakin tipis,
tumbukan semakin besar dan butiran cairan yang dihasilkan semakin kecil 
mempengaruhi bentuk penyebaran dan kemampuan melekatnya butiran pada
bagian tanaman
o Bentuk nozzle  tiap nozzle mempunyai ciri sendiri dalam pembentukan ukuran
butirannya

▸ Faktor yang ditentukan oleh cairannya


▸ Viscositas
▸ Kerapatan (densitas) cairan Mempengaruhi bentuk, ukuran
▸ Tegangan muka butiran dan penyebaran butiran

▸ Faktor-faktor luar
o Kepadatan udara dan lengas nisbi  berpengaruh terhadap penguapan dan
tahanan jatuhnya butiran
o Angin atau gerakan udara  berpengaruh terhadap penyebaran butiran cairan
o Suhu udara  berpengaruh terhadap penguapan
o Faktor yang dimiliki tanaman: habitus, kerapatan pertumbuhan, tingkat
pertumbuhan dan lain-lain

 PENGUKURAN KARAKTERISTIK KERJA


Untuk memperoleh persyaratan agroteknis yang diperlukan  kalibersi sprayer
▸ Sebelum kaliberasi di lapangan  kaliberasi di laboratorium
▸ Jumlah bahan kimia yang diperlukan (liter/menit) q = bahan kimia yang diperlukan (lt/mnt)

 q = bahan kimia yang diperlukan (lt/mnt) lewat 1 nozzle


 V = kecepatan kerja, km/jam
 B = lebar kerja efektif, m
 N = jumlah larutan bahan kimia (lt/ha)

Jika penghasilan cairan untuk setiap waktu tidak sama seperti pada hand sprayer tipe
knapsack maupun pada sprayer bertekanan udara di mana tekanan udara tidak dapat dibuat
konstan, besarnya q dihitung dengan rumus:
  : faktor penghasilan nozzle  0,50 – 0,70

▸ Jika nozzle lebih dari satu

 q = kec. Jalan x panjang lengan x jml vol larutan kimia yang dibutuhkan per
satuan luas tertentu

Pada kaliberasi sprayer yang tekanannya berubah-ubah, diusahakan mengetahui hubungan antara
tekanan dengan perubahan penghasilan nozzle  berkaitan dengan lebar kerja efektif

Lebar kerja efektif  lebar kerja penyemprotan optimal yang menghasilkan sebaran melintang
volume per satuan luas yang paling seragam

lebar kerja penyemprotan  jarak antara suatu garis lintasan penyemprotan dengan lintasan garis
berikutnya, sebelahnya.

Untuk memperoleh lebar kerja efektif  pengambilan garis lintasan berikutnya dilakukan
sedemikian rupa sehingga terjadi saling tumpang tindih (overlapping) antara penyemprotan yang
terdahulu dengan penyemprotan berikutnya.

 Cara mencari lebar kerja efektif


▸ Dicari pola penyebaran melintang dari satu lintasan penyemprotan dengan cara mencoba
menyemprotkan sprayer di atas suatu deretan melintang alur-alur penampang dalam jangka
waktu tertentu. Masing-masing tampang dari setiap alur dikumpulkan dan diukur volumenya
(misal xi  i adalah nomer urut alur penampung dari kiri ke kanan atau sebaliknya)
 diperoleh pola penyebaran melintang dari harga-harga xi dari i=1 sampai i=n (n = nomer
terakhir dari alur)
▸ Pola yang didapat dianalisa untuk mendapatkan lebar efektif  2 cara yaitu secara grafis dan
secara statistik.
o SECARA GRAFIS
▸ Dibuat grafik yang menggambarkan pola penyebaran (absis adalah i, ordinat adalah
xi ), SECARA C0BA-C0BA
▸Keseragaman atau kerataan dilihat dari gambar hasil penjumlahan
▸ Dicoba-coba lagi untuk lebar kerja yang lain sehingga didapatkan gambar grafik yang
diperkirakan paling seragam
▸ Lebar kerja yang menghasilkan grafik yang paling seragam adalah lebar kerja efektif.
o SECARA STATISTIK
▪ Caranya seperti cara grafis, bedanya pemilihan lebar kerja efektif tidak hanya
didasarkan pada perkiraan gambare, tetapi didasarkan pada hasil perhitungan suatu
besaran kuantitatif
o Harga CV dibanding-bandingkan untuk berbagai percobaan lebar kerja dengan membuat
daftar lebar kerja dan CV.
o Lebar kerja efektif dipilih dari lebar kerja dengan CV yang minimum (paling merata)
o Lebar kerja = n x b, b = lebar 1 alur
 Kaliberasi laboratorium penggunaan sprayer bertujuan untuk memperoleh persyaratan
agroteknis yang diperlukan serta mempelajari cara pengaturan bagian-bagian sprayer dalam
kaitannya dengan penggunaan sprayer
o Persyaratan agroteknis:
▸ Pemberian bahan kimia dapat teratur dan seragam baik volume maupun
konsentrasinya
▸ Penyebaran seragam untuk tiap-tiap satuan luas
▸ Penetrasi bahan kimia yang tinggi atau bahan kimia yang diberikan dapat menyebar
merata ke seluruh bagian tanaman yang mengalami serangan atau sebagai sumber
serangan hama dan penyakit
▸ Bahan kimia dapat tahan melekat pada tanaman

Mekanisasi Pertanian untuk Irigasi


 Irigasi merupakan upaya manusia untuk memberikan air ke tanaman untuk kebutuhan air
tanaman ketika air dari hujan belum mencukupi kebutuhan tanaman.
 Fungsi Utama: Memenuhi kebutuhan air tanaman
 Fungsi spesifik:
o Mengambil air dari sumber air (diverting)
o Membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
o Mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
o Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)

 Macam Irigasi
o Menurut Sumber airnya:
▪ Air permukaan (sungai, danau, embung, waduk)
▪ Air Tanah (aquifer)
o Menurut Cara Pengambilannya:
▪ Secara gravitasi
▪ Bertekanan dengan Pompa
o Menurut Cara Pengalirannya:
• Saluran Terbuka (open channel)
• Saluran Tertutup (perpipaan, pipe network)
o Menurut Cara Distribusinya di Lahan:
▪ Irigasi Permukaan
▪ Irigasi Bawah Permukaan
▪ Irigasi Curah
▪ Irigasi Tetes
 Pilih yang mana yah?
 Untuk daerah yang memiliki perbedaan elevasi yang cukup (irigasi gravitasi), sumber
air melimpah
 Untuk daerah dengan topograpi yang kurang teratur, persediaan air terbatas
 Irigasi Permukaan
BASIN, BORDER, ALUR, SURJAN
 Sistim ini melakukan pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah,
menggunakan pipa2 porous yang ditanam pada zone perakaran, yaitu kedalaman 30 s/d
100cm
 Pipa porous ditanam di bawah permukaan tanah dengan sambungan terbuka atau
lubang-lubang
 Cocok untuk daerah irigasi yang persediaan airnya sedikit dan tanaman yang daunnya
tidak menyukai terkena air langsung.
Contoh : tembakaU

 Irigasi Curah
Komponen Lain dalam Irigasi Curah
❑ Saringan
❑ Kolam pengendapan
❑ Pompa buster
❑ Katup sadap (pada lateral)
❑ Katup pengontrol aliran (pada pipa riser)
❑ Katup pengaman
❑ Tangki injeksi
❑ Dll

 Irigasi Tetes
o Definisi: suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah
melalui suatu pemancar (emiter/dripper)
o Debit kecil dan konstan serta tekanan rendah.
o Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler
dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas
tanah, dan jenis tanaman

Anda mungkin juga menyukai