Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PEMAHAMAN AQIDAH SECARA KAFFATAN
DOSEN PENGAMPU : Kastur,S.Ag.,M.Pd.I.

Teknik Mesin S1 kelas Karyawan


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
RONGGOLAWE
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya,
semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah
SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang
tidak mengenal penciptanya.

menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk dibanding


dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus
para Rasul semuanya menyerukan kepada tauhid agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak
Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut
mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik
yang merupakan bagian dari kekafiran.

Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah rusak, bagian
yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah ini,
apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat. Sebagai dasar, tauhid
memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.

B. TUJUAN
1. agar kita mengerti pengertian aqidah
2. supaya menegtahui ilmu-ilmu tentang aqidah
3. supaya mengetahui tujuan aqidah dalam Islam
BAB II
KAJIAN TEORI

PENGERTIAN AQIDAH
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan
(kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi adalah
suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah umum
yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu- raguan
terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa memandang aqidah
tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang mengharuskan hati
membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari
kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’ berarti iman kepada Allah, para Malaikat-
Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha,
baik takdir yang baik maupun yang buruk.

Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah Rasul. Aqidah
Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang
dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal
ini seperti yang tersebut dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208 yang artinya

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”(Q.S Al-Baqarah:208)

Juga dalam surat An-Nahl dijelaskan dala ayat 36 yang artinya

Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S An-Nahl:36)

Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan
fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan
dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
BAB III
PEMBAHASAN

A. ILMU-ILMU TENTANG AQIDAH

Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan
dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).
Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama
Fiqh, artinya: ilmu yang mempelajari tentang tatacara pelaksanaan .

B. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang
teguh, yaitu :

1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena


Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah
haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya.

2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari


kosongnya hati dariakidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah
ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi
yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan
akidah dan khurafat.

3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak
goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang
mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang
mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima
takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti
yang lain.

4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam


beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena
diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti
jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak


menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan
mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya
dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah
mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI

PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA PENANGGULANGAN

Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah, yaitu:

Kebodohan Terhadap Aqidah

karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan
juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang
haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan
simpul Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang
tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.

Ta’ashshub (fanatik)

kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil,
dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: ”Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’,mereka menjawab,
’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.

Taqlid Buta

Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya
dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

Ghuluw (berlebihan)

Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas
derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun
meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan
makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan
bukan menyembah Allah.
Ghaflah (lalai)

Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah).
Disamping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai
mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka
mengagung- agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih
payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini
kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.

Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan:

Kembali pada Kitabullah

Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk
mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil
aqidahmereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali
apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah
golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan
kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.

Perhatian

Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai


jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi
yang ketat dalam menyajikan materi ini.

Berpedomam pada kitab dan dai

Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan
kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.Menyebar para da’i yang
meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan
menolak seluruh aqidah batil. Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang
yang diwujudkan dengan membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan
lisan dan membuktikannya dengan seluruh amal perbuatan.Orang beriman wajib juga
percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan qodar. Karena semua itu
merupakan perangkat dalam seting kehidupan. Orang beriman seharusnya menyadari
bahwa didalam berperilaku senantiasa dihadapkan kepada keuntungan atau kerugian,
secara lahir dan batin, yang berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan batiniah
(pahala)
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap
individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid
dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai
berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.
Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan
mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.

Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai
dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya
sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran
pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam
setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-
tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah
teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai