Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK 5

STRATEGIC HUMAN CAPITAL

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

NINDYA DESIANI 55121120056

DIDIK MAS’ADI 55121120020

ETY LISTIYORANI 55121120044

IRMA SAFITRA 55121120058

BENY RUSIANTO 55121120100

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
1. Strategi Human Capital dalam Penguat Kinerja Organisasi
Strategi Human Capital defisininya adalah pendekatan yang dilakukan oleh organisasi
untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia, dengan tujuan memperkuat
organisasi. Strategi ini berfokus pada pengelolaan, pengembangan, dan pemanfaatan
potensi manusia yang ada di dalam organisasi.
Berikut adalah beberapa strategi Human Capital yang dapat digunakan untuk memperkuat
organisasi:
 Rekrutmen dan Seleksi yang Efektif:
Melakukan proses rekrutmen dan seleksi yang baik untuk mendapatkan karyawan yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini meliputi pemilihan
kandidat dengan keterampilan dan kompetensi yang relevan, serta sikap dan nilai-nilai
yang sejalan dengan budaya organisasi.
 Pengembangan Karyawan:
Memberikan peluang pengembangan dan pelatihan kepada karyawan untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi mereka. Ini dapat dilakukan
melalui pelatihan internal, program mentoring, kursus eksternal, atau pengalaman
belajar lainnya. Pengembangan karyawan membantu meningkatkan kapabilitas individu
dan juga kontribusi mereka terhadap organisasi.
 Peningkatan Keterlibatan Karyawan:
Membangun ikatan yang kuat antara karyawan dan organisasi dengan mendorong
keterlibatan aktif karyawan dalam pekerjaan dan mengakui kontribusi mereka. Ini dapat
dicapai melalui komunikasi yang terbuka, partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan, pengakuan atas pencapaian, serta menciptakan budaya kerja yang inklusif
dan kolaboratif.
 Pengelolaan Kinerja yang Efektif:
Menerapkan sistem pengelolaan kinerja yang jelas dan transparan, yang melibatkan
penetapan tujuan yang terukur, umpan balik yang teratur, dan pengakuan atas hasil
kerja yang baik. Ini membantu meningkatkan kinerja individu dan tim, serta
meningkatkan kontribusi karyawan terhadap tujuan organisasi.
 Pemimpin yang Berdaya Manusia:
Mempromosikan gaya kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan karyawan,
pemberdayaan, dan dukungan mereka dalam mencapai tujuan organisasi. Pemimpin
yang berdaya manusia mampu mengenali dan menghargai potensi karyawan,
membangun hubungan yang kuat, dan memberikan bimbingan yang efektif.
 Budaya Organisasi yang Mendukung:
Membangun budaya organisasi yang mendukung pengembangan dan pertumbuhan
karyawan. Ini melibatkan pembangunan nilai-nilai organisasi yang jelas, pembagian
pengetahuan dan kolaborasi antar tim, serta mendorong inovasi dan pembelajaran terus-
menerus.
 Kompensasi dan Penghargaan yang Adil:
Menyediakan kompensasi yang adil dan program penghargaan yang memotivasi
karyawan untuk memberikan kinerja terbaik mereka. Ini dapat mencakup insentif
kinerja, tunjangan, kesempatan promosi, atau program penghargaan lainnya yang sesuai
dengan kontribusi karyawan.

2. Strategi Human Capital dapat digunakan untuk memperkuat kinerja organisasi dengan
fokus pada pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia. Berikut ini adalah
beberapa strategi yang dapat diterapkan:
 Identifikasi dan Penempatan yang Tepat:
Memastikan bahwa setiap individu ditempatkan pada peran yang sesuai dengan
keahlian dan kemampuannya. Ini melibatkan analisis tugas yang baik, pemahaman yang
jelas tentang kebutuhan organisasi, serta proses penempatan yang efektif untuk
memastikan bahwa setiap karyawan berada di posisi yang sesuai dengan bakat dan
minatnya. Identifikasi dan penempatan yang tepat merupakan langkah penting dalam
strategi Human Capital untuk memperkuat kinerja organisasi.
Berikut adalah beberapa langkah dalam identifikasi dan penempatan yang tepat:
1) Analisis Tugas: Lakukan analisis tugas yang menyeluruh untuk memahami
persyaratan dan tanggung jawab yang terkait dengan posisi tertentu di
organisasi. Identifikasi kompetensi, keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman yang diperlukan untuk berhasil dalam peran tersebut.
2) Profil Ideal Karyawan: Buat profil ideal karyawan berdasarkan hasil analisis
tugas. Profil ini mencakup karakteristik, keterampilan, dan atribut yang
diharapkan dari individu yang akan mengisi posisi tersebut.
3) Pemilihan yang Efektif: Gunakan metode yang efektif dalam proses seleksi dan
perekrutan. Ini termasuk penyusunan iklan pekerjaan yang jelas dan menarik,
penyaringan awal berdasarkan kriteria yang relevan, serta penggunaan
wawancara, tes, dan asesmen yang sesuai untuk mengevaluasi kandidat
potensial.
4) Pertimbangkan Kebutuhan Spesifik: Pertimbangkan kebutuhan spesifik dari
posisi dan tim yang akan diisi. Setiap posisi mungkin memiliki persyaratan
yang berbeda, seperti keterampilan teknis tertentu, keahlian komunikasi, atau
pemahaman industri tertentu. Pastikan bahwa karyawan yang dipilih dapat
memenuhi kebutuhan ini dengan baik.
5) Kesesuaian dengan Budaya Organisasi: Pertimbangkan kesesuaian kandidat
dengan budaya organisasi. Selarasnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku kandidat
dengan budaya organisasi yang ada dapat membantu memastikan bahwa
mereka akan beradaptasi dengan baik dan berkontribusi positif dalam jangka
panjang.
6) Pengenalan dan Onboarding yang Baik: Berikan pengenalan dan proses
onboarding yang baik kepada karyawan yang baru bergabung. Bantu mereka
memahami misi, visi, nilai-nilai organisasi, serta struktur dan proses yang ada.
Dukungan dan orientasi yang kuat pada awal masa kerja mereka dapat
membantu mereka beradaptasi dengan cepat dan mulai berkontribusi.
7) Evaluasi dan Pemantauan: Terus melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap
karyawan yang telah ditempatkan dalam posisi. Lakukan evaluasi kinerja secara
berkala untuk menilai kesesuaian mereka dengan posisi dan menemukan
peluang pengembangan lebih lanjut.
Dengan melaksanakan langkah-langkah ini dengan cermat, organisasi dapat
mengidentifikasi dan menempatkan karyawan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
posisi dan organisasi secara keseluruhan. Hal ini dapat meningkatkan kinerja individu,
efisiensi, dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
 Pengembangan Keterampilan:
Memberikan pelatihan dan pengembangan yang kontinu kepada karyawan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Ini dapat mencakup pelatihan
teknis, kepemimpinan, manajemen proyek, atau keterampilan interpersonal. Dengan
meningkatkan keterampilan individu, kinerja organisasi secara keseluruhan dapat
ditingkatkan.
Pengembangan keterampilan merupakan komponen penting dari strategi Human Capital
yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan individu
dalam organisasi. Berikut ini beberapa langkah dalam pengembangan keterampilan
dalam strategi Human Capital:
1) Identifikasi Kebutuhan Keterampilan: Lakukan analisis kebutuhan keterampilan
di dalam organisasi. Identifikasi keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi serta keterampilan yang diperlukan dalam setiap peran atau
level pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog dengan pemimpin tim,
tinjauan job deskripsi, atau survei kebutuhan keterampilan.
2) Penetapan Tujuan Pembelajaran: Berdasarkan kebutuhan keterampilan yang
diidentifikasi, tetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Tujuan ini
harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terbatas pada waktu tertentu
(SMART goals).
3) Pelatihan dan Pengembangan: Sediakan program pelatihan dan pengembangan
yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan yang diinginkan. Ini dapat
mencakup pelatihan internal, pelatihan eksternal, seminar, workshop, atau
program sertifikasi. Pastikan program pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan
individu dan organisasi.
4) Pembelajaran Berkelanjutan: Mendorong pembelajaran berkelanjutan di dalam
organisasi dengan menyediakan sumber daya dan kesempatan untuk mengakses
pengetahuan baru. Ini bisa melalui program mentoring, kelas online, jurnal
industri, atau konferensi. Dukung budaya pembelajaran di mana karyawan
dihargai dan didorong untuk terus mengembangkan keterampilan mereka.
5) Pendekatan Berbasis Proyek: Gunakan pendekatan pembelajaran berbasis
proyek di mana karyawan dapat mengembangkan keterampilan melalui
partisipasi dalam proyek nyata. Proyek-proyek ini memberikan kesempatan
praktis untuk menerapkan dan mengasah keterampilan baru, dan juga
mempromosikan kerja tim dan kolaborasi.
6) Mentoring dan Pembinaan: Tetapkan program mentoring dan pembinaan di
mana karyawan dapat memperoleh panduan dan masukan langsung dari
individu yang lebih berpengalaman dalam organisasi. Mentoring membantu
dalam pengembangan keterampilan, pemecahan masalah, pengembangan karir,
dan memperluas jaringan profesional.
7) Evaluasi dan Umpan Balik: Lakukan evaluasi kinerja secara berkala dan
berikan umpan balik yang konstruktif kepada karyawan tentang perkembangan
keterampilan mereka. Dengan umpan balik yang jelas, karyawan dapat
mengetahui di mana mereka berdiri dan fokus pada area yang perlu diperbaiki.
8) Pengakuan dan Insentif: Berikan pengakuan dan insentif kepada karyawan yang
telah mengembangkan keterampilan dengan baik. Ini bisa berupa penghargaan,
promosi, kenaikan gaji, atau kesempatan pengembangan lebih lanjut.
Pengakuan dan insentif tersebut dapat memotivasi karyawan untuk terus
meningkat

 Keterlibatan Karyawan:
Mendorong keterlibatan aktif karyawan dalam pekerjaan mereka dengan memberikan
otonomi, tanggung jawab, dan kesempatan untuk berkontribusi. Ini melibatkan
pengakuan dan penghargaan atas kontribusi mereka, komunikasi yang terbuka, serta
membangun lingkungan kerja yang kolaboratif dan inklusif.
Berikut ini beberapa langkah dalam menggalang keterlibatan karyawan:
1) Komunikasi yang Terbuka dan Transparan: Menjalin komunikasi yang terbuka
dengan karyawan tentang tujuan, strategi, dan perkembangan organisasi.
Berbagi informasi secara teratur, baik melalui rapat tim, surat elektronik, atau
pertemuan individu. Dengan demikian, karyawan merasa diperlakukan sebagai
bagian yang penting dari organisasi dan memiliki pemahaman yang jelas
tentang arah dan perubahan yang terjadi.
2) Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Mendorong partisipasi karyawan
dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi pekerjaan mereka.
Melibatkan mereka dalam pemikiran strategis, perencanaan proyek, dan
pengembangan kebijakan. Hal ini dapat memberikan rasa memiliki dan
tanggung jawab yang lebih besar serta memanfaatkan pengetahuan dan
perspektif mereka.
3) Pemberdayaan Karyawan: Memberikan otonomi kepada karyawan dalam
mengambil keputusan dan mengelola tugas mereka. Memberikan tanggung
jawab yang lebih besar dan memungkinkan mereka untuk mengatur waktu,
proses kerja, dan metode yang sesuai. Dengan memberdayakan karyawan,
mereka merasa memiliki kendali atas pekerjaan mereka dan dapat
meningkatkan kreativitas serta inisiatif mereka.
4) Pengakuan dan Apresiasi: Mengakui dan menghargai kontribusi karyawan
secara teratur. Berikan apresiasi publik maupun pribadi atas pencapaian
mereka, baik melalui pemberian pujian, penghargaan, atau pengakuan formal
lainnya. Ini memberikan motivasi dan meningkatkan kebanggaan kerja.
5) Pengembangan Karir dan Peluang Pertumbuhan: Menyediakan peluang
pengembangan karir dan pertumbuhan profesional kepada karyawan. Dukung
mereka dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi
baru melalui pelatihan, mentoring, atau rotasi pekerjaan. Ini memperlihatkan
bahwa organisasi peduli terhadap perkembangan mereka dan membangun
loyalitas serta motivasi yang lebih tinggi.
6) Keseimbangan Kerja-Hidup: Mendorong keseimbangan kerja-hidup yang sehat
dengan menyediakan fleksibilitas waktu kerja, cuti, atau program kesejahteraan
karyawan. Ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan
mendukung kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
7) Budaya Kerja Kolaboratif: Membangun budaya kerja yang mendorong
kolaborasi, saling dukung, dan berbagi pengetahuan antar karyawan.
Menggalang kerjasama tim, memfasilitasi diskusi terbuka, dan memberikan
ruang bagi ide-ide baru dan inovasi. Ini memperkuat rasa kepemilikan dan rasa
bangga karyawan terhadap hasil kerja tim.
8) Umpan Balik dan Pengembangan: Memberikan umpan balik yang konstruktif
dan berkelanjutan kepada karyawan untuk membantu mereka dalam
pengembangan diri. Menyediakan peluang untuk mengidentifikasi area
pengembangan, menyusun rencana pengembangan, dan mendukung mereka
melalui pelatihan dan mentorship.
 Pengelolaan Kinerja yang Efektif:
Menerapkan sistem pengelolaan kinerja yang jelas dan terstruktur untuk memberikan
umpan balik secara teratur, menetapkan tujuan yang terukur, dan memantau kemajuan
karyawan. Dengan memberikan arahan yang jelas dan umpan balik yang konstruktif,
kinerja individu dan tim dapat ditingkatkan.
Berikut ini beberapa langkah dalam pengelolaan kinerja yang efektif:
1) Penetapan Tujuan yang Jelas: Tetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat
dicapai, relevan, dan terbatas waktu (SMART goals) bersama dengan
karyawan. Tujuan yang jelas memberikan arah yang jelas kepada karyawan
tentang apa yang diharapkan dari mereka dan membantu mengukur kinerja
mereka secara objektif.
2) Komunikasi yang Terbuka: Komunikasikan harapan, ekspektasi, dan standar
kinerja kepada karyawan secara terbuka dan jelas. Berikan umpan balik yang
konstruktif secara teratur untuk memberikan panduan dan membantu karyawan
dalam mencapai tujuan mereka. Jalin dialog dua arah yang memungkinkan
karyawan untuk berbagi pemikiran, tantangan, dan ide-ide mereka.
3) Evaluasi Kinerja yang Teratur: Lakukan evaluasi kinerja secara teratur untuk
menilai sejauh mana karyawan mencapai tujuan mereka. Evaluasi kinerja dapat
dilakukan melalui penilaian formal, seperti ulasan tahunan, atau melalui
penilaian berkesinambungan yang terjadi sepanjang tahun. Pastikan evaluasi
kinerja dilakukan dengan objektif, adil, dan berdasarkan kriteria yang jelas.

4) Pengembangan Keterampilan: Identifikasi kebutuhan pengembangan


keterampilan karyawan dan berikan pelatihan dan kesempatan pengembangan
yang sesuai. Dukung karyawan dalam mengembangkan keterampilan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan mereka dan menghadapi tuntutan pekerjaan
yang terus berkembang.
5) Pengakuan dan Penghargaan: Akui dan hargai kontribusi karyawan yang baik
melalui pengakuan verbal, penghargaan formal, atau insentif lainnya.
Pengakuan yang tulus dan penghargaan atas pencapaian mereka meningkatkan
motivasi, kepuasan kerja, dan loyalitas karyawan.
6) Rencana Perbaikan Kinerja: Jika kinerja karyawan tidak memenuhi harapan,
buat rencana perbaikan kinerja yang terstruktur dan berikan dukungan serta
sumber daya yang diperlukan untuk membantu karyawan memperbaiki
kinerjanya. Bekerja sama dengan karyawan dalam mengidentifikasi area yang
perlu ditingkatkan dan mengembangkan tindakan perbaikan yang spesifik.
7) Pengelolaan Kinerja Berkelanjutan: Pengelolaan kinerja tidak hanya sebatas
evaluasi dan umpan balik tahunan. Lakukan pengelolaan kinerja yang
berkelanjutan dengan memantau, memberikan umpan balik, dan melakukan
penyesuaian sepanjang tahun. Ini memungkinkan karyawan untuk mengatasi
tantangan, beradaptasi dengan perubahan, dan terus berkembang.
8) Pengembangan Karir: Bekerja sama dengan karyawan dalam merencanakan dan
mengembangkan jalur karir mereka di dalam organisasi. Identifikasi peluang
pengembangan, pelatihan, rotasi pekerjaan, atau tanggung jawab baru yang
dapat membantu karyawan mencapai tujuan karir mereka. Dukung mereka
dalam mencapai pertumbuhan dan kemajuan yang diinginkan.
 Penghargaan dan Insentif:
Memberikan penghargaan dan insentif yang sesuai untuk mendorong kinerja yang
tinggi. Ini dapat mencakup program penghargaan seperti bonus kinerja, pengakuan
publik, atau kesempatan promosi. Penghargaan dan insentif yang tepat dapat
memotivasi karyawan untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.
Berikut ini beberapa aspek penting dalam penggunaan penghargaan dan insentif dalam
strategi Human Capital:
1) Pengakuan atas Prestasi: Penghargaan berbasis prestasi merupakan cara efektif
untuk mengakui dan menghargai kinerja luar biasa karyawan. Ini dapat berupa
penghargaan formal seperti penghargaan karyawan bulan, karyawan tahun, atau
penghargaan prestasi khusus. Pengakuan ini memperlihatkan penghargaan
terhadap usaha dan kontribusi yang dilakukan oleh karyawan.
2) Insentif Moneter: Insentif moneter seperti bonus, insentif kinerja, atau program
kompensasi berbasis hasil adalah cara untuk memberikan penghargaan secara
finansial kepada karyawan yang mencapai atau melampaui target kinerja.
Insentif moneter dapat menjadi motivasi tambahan untuk meningkatkan kinerja
karyawan dan mencapai tujuan organisasi.
3) Pengembangan Karir: Penghargaan dalam bentuk pengembangan karir seperti
promosi, kenaikan jabatan, atau perluasan tanggung jawab dapat menjadi
insentif yang kuat bagi karyawan. Ini memberikan kesempatan bagi karyawan
untuk mengembangkan keterampilan, mengejar pertumbuhan karir, dan merasa
dihargai atas kontribusi mereka.
4) Keseimbangan Kerja-Hidup: Penghargaan dalam bentuk fleksibilitas waktu
kerja, cuti tambahan, atau kebijakan keseimbangan kerja-hidup dapat menjadi
insentif yang menarik bagi karyawan. Ini membantu menciptakan lingkungan
kerja yang seimbang dan mendukung kesejahteraan karyawan secara
keseluruhan.
5) Penghargaan Non-Moneter: Selain insentif moneter, penghargaan non-moneter
seperti penghargaan berbasis penghargaan, sertifikat penghargaan, liburan
tambahan, atau program penghargaan karyawan dapat memberikan pengakuan
yang berarti bagi karyawan. Penghargaan semacam ini dapat memperkuat
ikatan emosional dan motivasi intrinsik karyawan.
6) Fleksibilitas dan Pilihan: Memberikan fleksibilitas kepada karyawan dalam
memilih insentif yang mereka inginkan dapat meningkatkan efektivitas
penghargaan. Misalnya, memberikan pilihan antara hadiah tunai, voucher
belanja, atau liburan sebagai penghargaan untuk memungkinkan karyawan
memilih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
7) Pemberian secara Adil dan Transparan: Penting untuk memastikan bahwa
penghargaan dan insentif diberikan secara adil dan transparan. Kriteria dan
proses penilaian harus jelas dan terbuka untuk semua karyawan. Ini membantu
menjaga kepercayaan dan keadilan di tempat kerja.
8) Evaluasi dan Penyesuaian: Lakukan evaluasi secara berkala terhadap
penggunaan penghargaan dan insentif untuk memastikan efektivitasnya. Tinjau
kembali strategi penghargaan dan insentif secara teratur dan sesuaikan dengan
kebutuhan organisasi dan perubahan yang terjadi.

 Pembelajaran dan Inovasi:


Mendorong budaya pembelajaran dan inovasi di seluruh organisasi dengan memberikan
kesempatan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ide. Dukungan untuk
eksperimen dan gagasan baru dapat meningkatkan kreativitas dan efisiensi dalam
organisasi.
Berikut ini beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mengintegrasikan
pembelajaran dan inovasi ke dalam strategi Human Capital:
1) Budaya Pembelajaran: Membangun budaya organisasi yang mendorong
pembelajaran kontinu. Memperkuat sikap terbuka terhadap pembelajaran,
gagasan baru, dan pengalaman belajar. Menghargai kegagalan sebagai
kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Mendorong kolaborasi, berbagi
pengetahuan, dan saling membantu dalam organisasi.
2) Pelatihan dan Pengembangan: Menyediakan peluang pelatihan dan
pengembangan yang berkelanjutan untuk karyawan. Ini dapat berupa pelatihan
teknis, pelatihan kepemimpinan, kursus online, seminar, atau mentoring.
Memperluas keterampilan dan pengetahuan karyawan membantu mereka
beradaptasi dengan perubahan dan meningkatkan kinerja mereka.
3) Pembelajaran Kolaboratif: Mendorong pembelajaran kolaboratif melalui tim
kerja, proyek lintas-fungsi, atau kelompok belajar. Membentuk komunitas
pembelajaran di dalam organisasi di mana karyawan dapat berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan tantangan mereka. Dukungan dan penghargaan
terhadap inisiatif pembelajaran kolektif dapat memperkuat kolaborasi dan
pertukaran ide.
4) Pengakuan Inovasi: Menciptakan mekanisme pengakuan dan penghargaan
untuk inovasi. Menghargai dan memberikan penghargaan kepada karyawan
yang menghasilkan ide-ide baru, solusi kreatif, atau perbaikan proses yang
signifikan. Ini mendorong semangat inovasi di seluruh organisasi dan
menggugah kreativitas karyawan.
5) Lingkungan yang Mendukung Inovasi: Menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung inovasi dengan memberikan ruang untuk bereksperimen, gagasan
baru, dan pengujian konsep. Mendukung karyawan dalam mengambil risiko
yang terkendali dan mendorong inisiatif inovatif. Fleksibilitas, keberanian
dalam menghadapi kegagalan, dan dukungan dari manajemen adalah faktor
penting dalam menciptakan lingkungan inovatif.
6) Penelitian dan Pengembangan: Melibatkan karyawan dalam kegiatan penelitian
dan pengembangan (R&D) organisasi. Memberikan waktu, sumber daya, dan
dukungan untuk eksperimen dan penelitian yang berkelanjutan. Ini
memungkinkan karyawan untuk mengembangkan pemahaman mendalam
tentang bidang kerja mereka dan mendorong terciptanya inovasi.
7) Penggunaan Teknologi Digital: Memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana
untuk pembelajaran dan inovasi. Menggunakan platform pembelajaran online,
sistem manajemen pembelajaran, alat kolaborasi, dan sumber daya digital
lainnya untuk memfasilitasi pembelajaran yang terus-menerus dan kolaborasi
antar karyawan.
 Pemimpin yang Berorientasi pada Karyawan:
Mempromosikan pemimpin yang berorientasi pada karyawan yang mampu mendukung,
memotivasi, dan menginspirasi tim mereka. Pemimpin yang memperhatikan kebutuhan
dan perkembangan karyawan dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan
produktif.
Berikut ini beberapa karakteristik dan praktik yang dimiliki oleh pemimpin yang
berorientasi pada karyawan dalam strategi Human Capital:
1) Mendengarkan dan Memahami Karyawan: Pemimpin yang berorientasi pada
karyawan mengutamakan komunikasi dua arah dan mendengarkan dengan
empati. Mereka memahami kebutuhan, aspirasi, dan tantangan yang dihadapi
oleh karyawan, dan mengambil tindakan untuk memenuhi dan mendukung
mereka.
2) Memberikan Dukungan dan Membangun Hubungan: Pemimpin berorientasi
pada karyawan memberikan dukungan aktif kepada karyawan dalam mencapai
tujuan dan pengembangan mereka. Mereka membangun hubungan yang kuat
dengan karyawan, memberikan bimbingan, coaching, dan mentoring yang
diperlukan. Pemimpin juga mendorong kerja tim yang kolaboratif dan
mempromosikan budaya inklusif di dalam organisasi.
3) Mendorong Pertumbuhan dan Pengembangan: Pemimpin berorientasi pada
karyawan mendorong pertumbuhan dan pengembangan personal serta
profesional. Mereka memberikan peluang pembelajaran, pelatihan, dan
pengembangan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan individu karyawan.
Pemimpin juga memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu
karyawan mengidentifikasi peluang pengembangan.
4) Memberikan Pengakuan dan Penghargaan: Pemimpin berorientasi pada
karyawan menghargai kontribusi dan pencapaian karyawan dengan
memberikan pengakuan dan penghargaan yang tulus. Mereka menyadari
pentingnya memperlihatkan apresiasi atas upaya karyawan, baik secara pribadi
maupun di hadapan tim atau organisasi secara keseluruhan.
5) Memfasilitasi Keseimbangan Kerja-Hidup: Pemimpin yang berorientasi pada
karyawan menyadari pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Mereka mendukung kebijakan dan praktik yang memungkinkan
fleksibilitas kerja, waktu istirahat yang memadai, dan dukungan dalam
menghadapi perubahan atau tantangan pribadi yang mungkin dihadapi oleh
karyawan.
6) Mendorong Partisipasi dan Keterlibatan: Pemimpin berorientasi pada karyawan
mendorong partisipasi dan keterlibatan aktif karyawan dalam proses
pengambilan keputusan dan perencanaan strategis. Mereka menghargai
kontribusi dan ide-ide karyawan, serta memberikan ruang bagi karyawan untuk
berinovasi, berkolaborasi, dan memberikan masukan yang berarti.
7) Memimpin dengan Contoh dan Integritas: Pemimpin berorientasi pada
karyawan mengedepankan integritas, etika, dan tanggung jawab dalam tindakan
dan keputusan mereka. Mereka memimpin dengan contoh yang baik,
memperlihatkan nilai-nilai organisasi, dan memastikan keselarasan antara kata-
kata dan tindakan mereka.
Dengan menerapkan strategi Human Capital yang tepat, organisasi dapat memperkuat
kinerja mereka dengan mengoptimalkan potensi dan kontribusi karyawan. Hal ini juga dapat
membantu meningkatkan kepuasan karyawan, retensi, dan reputasi organisasi sebagai tempat
kerja yang baik.
Daftar Pustaka

1. Becker, B. E., Huselid, M. A., & Ulrich, D. (2001). The HR scorecard: Linking
people, strategy, and performance. Harvard Business Press.
2. Ulrich, D., & Brockbank, W. (2005). The HR value proposition. Harvard Business
Press.
3. Lawler, E. E., & Boudreau, J. W. (2012). Effective human resource management: A
global analysis. Stanford Business Books.
4. Pfeffer, J. (1998). The human equation: Building profits by putting people first.
Harvard Business Press.
5. Collins, J. C. (2001). Good to great: Why some companies make the leap... and
others don't. Harper Business.
6. Armstrong, M. (2014). Armstrong's handbook of human resource management
practice. Kogan Page Publishers.
7. Cascio, W. F. (2018). Managing human resources: Productivity, quality of work life,
profits. McGraw-Hill Education.
8. Huselid, M. A. (1995). The impact of human resource management practices on
turnover, productivity, and corporate financial performance. Academy of
Management Journal, 38(3), 635-672.
9. Wright, P. M., Dunford, B. B., & Snell, S. A. (2001). Human resources and the
resource-based view of the firm. Journal of Management, 27(6), 701-721.
10. Boxall, P., & Purcell, J. (2011). Strategy and human resource management. Palgrave
Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai