Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STATUS ORGANISASI PEMBEBASAN NASIONAL SEBAGAI SUBJEK


HUKUM INTERNASIONAL

Disusun Oleh :
1. FITRI ANNISA PUTRI 721412216
2. HOIRUL RIZAL 721412257
3. AHMAD HAJAR 721412299
4. DIANA CAMELIA YASMIN 722412454

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


UNIVERSITAS WIRARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘alamiin.

Sumenep, 25 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan............................................................................................... 2
1.4. Manfaat............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1. Subjek Hukum Internasional............................................................ 4
2.1.1. Pengertian dari Subjek Hukum Internasional........................ 4
2.1.2. Macam-macam Subjek Hukum Internasional........................ 5
2.2. Organisasi Pembebasan Nasional (Nasional Liberation Organization) 6
2.2.1. Pengertian dari Organisasi Pembebasan Nasional................. 6
2.2.2. Tujuan Organisasi Pembebasan Nasional.............................. 7
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................... 9
3.1. Perbedaan antara Organisasi Pembebasan Nasional dan
Pemberontak (Belligerent)...................................................................... 9
.................................................................................................................
3.2. Status Organisasi Pembebasan Nasional sebagai Subjek Hukum
Internasional............................................................................................ 12
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan....................................................................................... 16
4.2. Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organisasi pembebasan/bangsa yang memperjuangkan haknya
merupakan suatu bangsa atau organisasi yang berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan melawan negara asing yang menjajahnya. Akan tetapi, tidak
semua kelompok organisasi pembebasan mendapatkan pengakuan sebagai
subjek hukum internasional.
Subjek hukum internasional menurut Martin Dizon adalah “a body
or entity which is capable of possessing and exercising rights and duties
under international law” yang memiliki arti badan atau entitas yang
mampu memiliki dan melaksanakan hak dan kewajiban di bawah hukum
internasional. Bahwa subjek-subjek hukum internasional memiliki
kecakapan hukum internasional utama untuk mewujudkan kepribadian
hukum internasionalnya. Kecakapan hukum yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Mampu menuntut hak-haknya di depan pengadilan internasional
maupun nasional.
2. Menjadi subjek dari beberapa maupun semua kewajiban yang
diberikan oleh Hukum Internasional.
3. Mampu membuat perjanjian internasional yang sah dan mengikat
dalam Hukum Internasional.
4. Menikmati imunitas (kekebalan) dari yurisdiksi pengadilan
domestik.
Oleh karena itu, tidak ada kriteria objektif untuk menentukan
apakah suatu kelompok sudah berhak menyandang status sebagai
organisasi pembebasan atau bangsa yang memperjuangkan haknya atau
belum.
Sejarah munculnya organisasi pembebasan maupun bangsa
berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat di wilayah jajahan atas dasar

1
2

hak-hak yang bertujuan untuk mendirikan negara merdeka agar sejajar


dengan negara-negara penjajahannya.
Hal ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh perubahan peta bumi
politik di Eropa pada abad 17 hingga 19. Rakyat wilayah jajahan yang
mengorganisasikan dirinya untuk membebaskan diri dari negara
penjajahnya tentu telah melakukan berbagai usaha agar terwujudnya cita-
cita serta tujuannya.
Dalam subjek hukum internasional ini, pertimbangan-pertimbangan
politik lebih dominan daripada aturan hukum internasionalnya. Maka dari
itu, kemampuan kelompok sangat diperlukan untuk meyakinkan
masyarakat internasional mengenai keberadaan dan cita-cita yang
diperjuangkan dengan melihat ada atau tidaknya dukungan masyarakat
internasional pada kelompok tersebut.
PBB pernah mengakui South West Africa People’s (SWAPO)
berjuang mendirikan Negara Afrika Barat Daya atau Namimbia sebagai
satu-satunya organisasi yang sah. Hal ini tertuang dalam resolusi majelis
umum PBB pada tahun 1966.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam rangka memudahkan pembahasannya, sub-masalah yang
akan dibahas sesuai dengan latar belakang di atas adalah sebagai berikut :
1. Apa saja perbedaan antara Organisasi Pembebasan Nasional dan
pemberontak (Belligerent)?
2. Bagaimana status Organisasi Pembebasan Nasional (National
Liberation Organization) sebagai subjek hukum internasional?
(beserta studi kasus)

1.3. Tujuan
Tujuan dari adanya makalah ini yang sesuai dengan rumusan
masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara Organisasi
Pembebasan Nasional dan pemberontak (Belligerent).
3

2. Menganalisis status Organisasi Pembebasan Nasional (National


Liberation Organization) sebagai subjek hukum internasional dan
contoh studi kasus mengenai Organisasi Pembebasan Nasional.

1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang perbedaan
Organisasi Pembebasan Nasional dan Pemberontak (Belligerent).
2. Untuk mengetahui status Organisasi Pembebasan Nasional (National
Liberation Organization) sebagai subjek hukum internasional dan
studi kasus mengenai Organisasi Pembebasan Nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.
2.1. Subjek Hukum Internasional
1.
2.
2.1
2.1.1. Pengertian dari Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum dapat diartikan sebagai pemegang, pemilik,
atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasakan atau
menurut hukum (Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H., 2021).
Subjek hukum internasional juga mampu untuk mengadakan
hubungan-hubungan hukum antara sesamanya. Hubungan-
hubungan hukum tersebutlah yang melahirkan hak serta kewajiban
bagi para pihak yang bersangkutan.
Secara umum, yang dipandang sebagai subjek hukum
adalah individu atau orang perorangan, dan badan hukum atau
rechtsperson. Sebagai subjek hukum, individu atau orang
perorangan memiliki derajat yang sama dihadapan hukum dan
memiliki kemampuan untuk memegang hak serta memikul
kewajiban.
Sedangkan, badan hukum merupakan suatu konstruksi
yuridis yang dapat menampakkan diri dalam berbagai bentuk dan
wujud sesuai dengan bidang kegiatannya. Pada tingkat nasional,
yang terbentuk dalam badan hukum seperti perusahaan (perseroan
terbatas), yayasan dan badan hukum dalam sistem adat.
Sedangkan, pada tingkat internasional misalnya organisasi
internasional antar-negara atau antar pemerintah.
Subjek hukum internasional adalah para pihak yang dapat
dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional.
Hak kewajiban yang diatur dalam hukum internasional mencakup
hak kewajiban yang diatur oleh hukum internasional materiil

4
maupun formil. Subjek hukum internasioanl adalah person dalam
hukum internasional.

5
5

2.1.2. Macam-macam Subjek Hukum Internasional


Subjek hukum internasional adalah entitas atau aktor yang
diakui memiliki kapasitas hukum untuk melakukan tindakan
hukum di tingkat internasional. Berikut adalah beberapa macam
subjek hukum internasional: (Karini et al., 2020)
1. Negara yg berdaulat
2. Campuran berasal negara
3. Tahta suci Vaatikan
4. Organisasi Internasional Bilaterall, Rejional dan
Multilaterall (OI)
5. Palang Merah Internasional/ PMI
6. Mereka yang memiliki standar terten tu
7. Pihak yg memberontak (bellligerennt) ataupun di pihak yg
berkonflik.
Sedangkan, menurut Dr. Sefriani, S.H., M.Hum dalam
bukunya yang berjudul “Hukum Internasional Suatu Pengantar”
menyatakan bahwa macam-macam subjek hukum internasional
adalah:
1. Negara
2. Organisasi (publik) Internasional
3. International Non Government Organization (INGO)
4. Individu (Natural Person)
5. Perusahaan transnasional
6. ICRC (International Committee on The Red Cross)
7. Organisasi pembebasan/bangsa yang memperjuangkan
haknya (National Liberation Organization/Representative
Organization)
8. Belligerent
6

2.2. Organisasi Pembebasan Nasional (Nasional Liberation Organization)


2.2
2.2.1. Pengertian dari Organisasi Pembebasan Nasional
Organisasi Pembebasan Nasional adalah istilah yang
umumnya digunakan untuk menggambarkan sebuah organisasi
atau gerakan politik yang berkomitmen untuk memperjuangkan
kemerdekaan dan pembebasan suatu bangsa atau wilayah tertentu
dari penjajahan, pendudukan, atau dominasi pihak asing atau
otoritas yang dianggap tidak sah.
Organisasi Pembebasan Nasional seringkali muncul dalam
konteks konflik politik atau perjuangan kemerdekaan di suatu
negara atau wilayah. Tujuan utama organisasi ini adalah mencapai
kemerdekaan politik, kebebasan, dan kedaulatan penuh bagi bangsa
atau wilayah yang mereka perjuangkan. Metode yang digunakan
oleh organisasi tersebut dapat bervariasi, mulai dari taktik politik,
diplomasi, perlawanan bersenjata, kampanye non-kekerasan, atau
kombinasi dari beberapa strategi tersebut.
Organisasi Pembebasan Nasional biasanya didukung oleh
kelompok-kelompok atau individu yang merasa bahwa bangsa atau
wilayah tersebut berada dalam kondisi penindasan atau pembatasan
yang tidak adil. Organisasi ini sering berusaha menggalang
dukungan nasional dan internasional untuk mencapai tujuan
mereka. Beberapa contoh organisasi pembebasan nasional yang
terkenal termasuk Front Pembebasan Nasional di Vietnam, African
National Congress di Afrika Selatan, dan Irish Republican Army di
Irlandia.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan istilah "Organisasi
Pembebasan Nasional" tidak selalu merujuk pada kelompok atau
gerakan yang dianggap legal atau memiliki konsensus universal.
Terkadang, istilah ini digunakan secara subjektif oleh pihak-pihak
yang mendukung maupun menentang gerakan tersebut, tergantung
pada perspektif politik masing-masing.
7
8

2.2.2. Tujuan Organisasi Pembebasan Nasional


Tujuan organisasi pembebasan nasional ini tergantung
kepada konteks dan tujuan spesifik dari organisasi tersebut. Pada
umumnya, organisasi pembebasan nasional bertujuan untuk
mencapai kemerdekaan, kedaulatan atau otonomi bagi kelompok
maupun suatu wilayah tertentu yang sedang diperjuangkan.
Beberapa tujuan utama dari adanya organisasi pembebasan
nasional meliputi:
1. Kemerdekaan Politik
Organisasi tersebut berusaha untuk mencapai
kemerdekaan politik bagi kelompok maupun wilayahnya.
Mereka dapat berjuang untuk memperoleh hak untuk
menentukan nasib, memerintah sendiri, serta membentuk
pemerintahan yang mewakili kepentingannya.
2. Pembebasan dari Penindasan
Organisasi pembebasan nasional seringkali
bertujuan untuk melawan penindasan, baik dalam bentuk
kolonialisme, okupasi militer (penggunaan militer), aatau
rezim otoriter. Bukan hanya itu saja, organisasi tersebut
juga berusaha untuk membebaskan diri dari kontrol dan
dominasi yang dianggap tidak adil.
3. Pengakuan Identitas
Organisasi pembebasan nasional juga bertujuan
untuk mendapatkan pengakuan terhadap identitas budaya,
etnis, agama, bahkan bahasa kelompok. Organisasi tersebut
berjuang untuk menjaga dan memperkuat warisan budaya
serta melindungi hak-hak individu dan kolektif yang terkait
dengan identitas.
4. Pemulihan Wilayah
Dalam beberapa kasus, organisasi pembebasan
nasional berusaha memulihkan wilayah yang telah hilang
atau diambil oleh negara asing. Organisasi tersebut
9

berjuang unuk mengembalikan wilayah yang dianggap


sebagai tanah air yang bersejarah bagi organisasinya.
5. Pembebasan Ekonomi dan Sosial
Organisasi pembebasan nasional juga bertujuan
untuk mencapai pembebasan ekonomi dan sosial bagi
kelompok yang sedang diperjuangkan. Selain itu, organisasi
tersebut berjuang untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi,
sosial, atau rasial yang dialami oleh kelompoknya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.

4.

3.

3.1. Perbedaan antara Organisasi Pembebasan Nasional dan


Pemberontak (Belligerent)
Organisasi Pembebasan Nasional dan pemberontakan (Belligerent)
adalah dua istilah yang merujuk pada kelompok atau entitas yang terlibat
dalam perjuangan bersenjata untuk mencapai tujuan politik atau nasional
mereka. Meskipun keduanya melibatkan kegiatan pemberontakan dan
perlawanan terhadap otoritas yang ada, ada perbedaan signifikan antara
keduanya dalam konteks hukum internasional dan implikasinya. Berikut
adalah penjelasan lebih rinci tentang perbedaan antara kedua istilah
tersebut :
Organisasi Pembebasan Nasional
Setiap bangsa tentu memiliki keinginan untuk terbebas dari segala
penjajahan. Bahkan ada yang berjuang dengan perlawanan dalam rangkan
memperoleh kemerdekaannya, ini semua tak lepas dari organisasi
pembebasan nasional. Sefriani dalam bukunya (Hukum International Hal
149-150) menyatakan banyak yang menamakan kelompoknya adalah
organisasi pembebasan, akan tetapi tidak semunya mendapat pengakuan
sebagai subjek hukum dikarenakan ada syarat tertentu yang bersifat
objektif dalam menentukan sebuah kelompok tersebut bisa di sebut
sebagai organisasi pembebasan. Maka dapat kita pahami organisasi
pembebasan nasional merupakan gerakan nasionalis suatu kelompok untuk
melakukan pembebasan atas hak dan kemerdekaanya dengan syarat telah
diakui dan mendapat dukungan dari masyarakat internatinal.
Berikut penjelasan lebih rinci terkait organisasi pembebsan nasional :

9
1. Legalitas: Organisasi pembebasan nasional adalah entitas yang
mengadvokasi atau berjuang untuk pembebasan atau kemerdekaan
suatu wilayah, etnis, atau kelompok tertentu yang dianggap ditindas
oleh kekuatan penguasa yang ada. Mereka memperjuangkan hak

10
10

2. untuk menentukan nasib sendiri dan berusaha mencapai otonomi


atau kemerdekaan.
3. Tujuan politik: Organisasi pembebasan nasional umumnya memiliki
tujuan politik yang jelas, seperti mendirikan negara merdeka atau
mencapai otonomi politik dan ekonomi yang lebih besar bagi
kelompok mereka. Mereka seringkali memiliki agenda nasionalis
atau etnis yang kuat.
4. Legitimasi: Organisasi pembebasan nasional sering mendapatkan
dukungan dan pengakuan dari sebagian besar anggota komunitas
internasional, terutama negara-negara yang berbagi pandangan
mereka tentang ketidakadilan atau penindasan yang dihadapi oleh
kelompok tersebut. Mereka sering dianggap sebagai pembebas atau
pejuang kemerdekaan dalam perjuangan mereka.
5. Pengakuan hukum internasional: Jika organisasi pembebasan
nasional berhasil mencapai tujuan mereka dan mendirikan negara
merdeka, negara-negara lain dapat memberikan pengakuan hukum
internasional terhadap negara baru tersebut.
Pemberontakan (Belligerent)
Indonesia tidak lepas dari berbagai aspek permasalahan, salah
satunya adalah pemberontakan (Belligerent). Sugono, Dedy, 2008 dalam
(Ayu, Gusti, Syahrani et al., 2022) berpendapat belligerent adalah para
pihak yang bersengketa dalam sebuah pertikaian bersenjata, dalam hal ini
pihak yang bersengketa bisa siapa saja termasuk pemberontak (rebels).
Pemberontak merupakan sekelompok orang yang melakukan
pemberontakan (rebellion), dan dalam pengertian umum, pemberontakan
adalah penolakan terhadap otoritas yang sah. Atau bisa kita artikan sebuah
tindakan yang bersifat melanggar hukum yang dilakukan oleh kelompok
separatis dalam kepentingan politik, sosial, budaya, dan bahkan agama.

Hal tersebut juga bisa kita pahami dari penelitian Thontowi ,


Iskandar (2006) dan Wijaya (2013) dalam (Rahim & Cempaka Timur,
2021). Menurut kutipan tersebut, "belligerent" merujuk pada pemberontak
yang telah mencapai tingkat mapan dalam politik, organisasi, dan militer.
11

Mereka telah muncul sebagai unit politik yang independen. Selain itu, bila
pemberontak menunjukkan perkembangan yang signifikan, termasuk
penguasaan wilayah yang semakin luas secara de facto, serta menunjukkan
pengorganisasian yang semakin teratur, mereka dapat dikatakan telah
memasuki tahap "belligerent". Dalam konteks ini, istilah "belligerent"
digunakan untuk menggambarkan pemberontak yang telah mencapai
tingkat kekuatan dan struktur yang lebih maju, sehingga mereka diakui
sebagai entitas politik yang independen dengan kemampuan militer yang
signifikan.
Berikut bisa menjadi pokok pembahasan dari (Belligerent) lebih rinci:
1. Legalitas: Pemberontakan merujuk pada tindakan bersenjata atau
perlawanan yang dilakukan oleh kelompok atau individu terhadap
otoritas yang ada, baik itu pemerintah yang sah maupun kelompok
bersenjata lainnya. Tindakan ini seringkali melibatkan penggunaan
kekerasan dalam upaya menggulingkan atau melawan penguasa
yang ada.
2. Tujuan politik: Pemberontakan biasanya didorong oleh tujuan
politik atau ideologis tertentu yang ingin dicapai oleh kelompok
pemberontak. Tujuan ini bisa beragam, seperti penggulingan
pemerintahan yang ada, pendirian rezim baru, perubahan sosial,
atau pembentukan negara baru.
3. Legitimasi: Pemberontakan umumnya dianggap ilegal oleh otoritas
yang ada dan seringkali mendapat perlawanan dari pemerintah atau
negara yang sah. Pemberontakan sering kali dianggap sebagai
tindakan melanggar hukum dan melawan keteraturan yang ada.
4. Pengakuan hukum internasional: Pemberontakan tidak secara
otomatis diakui oleh hukum internasional. Pengakuan hukum
terhadap pemberontakan sebagai entitas berdaulat tergantung pada
sejumlah faktor, seperti dukungan dan pengakuan dari negara-
negara lain, kemampuan pemberontakan untuk mengendalikan
wilayah tertentu, dan stabilitas serta keberlanjutan pemberontakan
sebagai entitas politik yang berkelanjutan.
12

5. Konflik bersenjata: Pemberontakan seringkali berarti terjadinya


konflik bersenjata antara kelompok pemberontak dan pemerintah
atau otoritas yang ada. Dalam konflik ini, hukum humaniter
internasional dan prinsip-prinsip perang berlaku untuk melindungi
hak asasi manusia, mengurangi penderitaan sipil, dan mengatur
perlakuan terhadap tawanan perang.
6. Dampak regional dan internasional: Pemberontakan dapat memiliki
dampak regional dan internasional yang signifikan. Konflik
bersenjata dapat menimbulkan gejolak keamanan, mengakibatkan
pengungsi, dan melibatkan negara-negara tetangga dalam
dukungan atau intervensi. Pemberontakan juga dapat memicu
pergeseran kekuatan politik dan ekonomi di tingkat regional atau
global.
Dengan pembahasan yang telah kita pahami bersama, Penting
untuk diingat bahwa perbedaan antara organisasi pembebasan nasional dan
pemberontakan tidak selalu jelas dan bisa bersifat subjektif. Penilaian
mengenai legalitas, tujuan politik, dan legitimasi suatu kelompok
tergantung pada perspektif politik dan hukum yang berbeda-beda.
Interpretasi dan pengakuan internasional juga dapat berubah seiring waktu
dan dinamika politik global.

3.2. Status Organisasi Pembebasan Nasional sebagai Subjek Hukum


Internasional
Dalam buku karangan Satyo Widagdo ,dkk, yang berjudul (Hukum
International dalam Dinamika Hubungan International hal 99) Subjek
hukum merupakan pihak yang dapat dibebani hak dan kewajiban yang
sudah di atur oleh hukum. Sedangkan objek hukum international adalah
pemegang hak dan kewajiban menurut hukum international, Subjek
hukum international merupakan pihak yang bertindak dan pihak yang
memiliki personalitas/identitas tertentu dalam hukum international.
Status Organisasi Pembebasan Nasional (OPN) sebagai subjek
hukum internasional dapat bervariasi tergantung pada aspek-aspek
tertentu, seperti pengakuan dari negara-negara anggota Perserikatan
13

Bangsa-Bangsa (PBB), partisipasi dalam forum-forum internasional, dan


pengakuan dari organisasi-organisasi internasional lainnya. Namun,
penting untuk dicatat bahwa hukum internasional tidak secara eksplisit
mengatur status subjek hukum khusus untuk organisasi pembebasan
nasional.
Dalam konteks hukum internasional, subjek hukum umumnya
terdiri dari negara-negara, organisasi internasional, dan individu. Sesuai
dengan yang disampaikan wayan parthiana dalam bukunya yang berjudul
Pengantar (Hukum International hal 4) yang merupakan subjek hukum
international antara lain adalah negara, organisasi international, individu
dan subjek hukum bukan negara (non-state entities). Negara-negara diakui
secara universal sebagai subjek hukum internasional dengan hak dan
kewajiban yang berbeda, sedangkan organisasi internasional umumnya
dianggap sebagai entitas hukum yang terpisah dengan kapasitas hukum
yang terbatas.
Namun, dalam beberapa kasus, organisasi pembebasan nasional
dapat memperoleh pengakuan terbatas sebagai entitas hukum
internasional. Pengakuan semacam itu biasanya berasal dari negara-negara
atau organisasi-organisasi internasional tertentu yang mendukung tujuan
politik atau pembebasan yang diusung oleh organisasi tersebut. Pengakuan
semacam itu mungkin memberikan legitimasi kepada organisasi
pembebasan nasional dalam konteks tertentu, misalnya, dalam
berpartisipasi dalam perundingan perdamaian atau forum-forum
internasional terkait.
Namun, penting untuk diingat bahwa pengakuan semacam itu tidak
otomatis memberikan status hukum penuh kepada organisasi pembebasan
nasional. Organisasi pembebasan nasional umumnya tidak memiliki
kedaulatan yang sama seperti negara-negara dan terbatas dalam kapasitas
hukum mereka. Mereka tidak memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama
seperti yang dimiliki oleh negara-negara di bawah hukum internasional.
Selain itu, pengakuan terhadap organisasi pembebasan nasional
dapat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Beberapa negara
14

mungkin mengakui organisasi tersebut sebagai subjek hukum


internasional, sementara yang lain tidak. Oleh karena itu, status hukum
organisasi pembebasan nasional sebagai subjek hukum internasional dapat
bersifat kontroversial dan tidak konsisten di seluruh komunitas
internasional.
Penting untuk dicatat bahwa pandangan dan penilaian terhadap
status hukum organisasi pembebasan nasional dalam hukum internasional
bisa beragam. Ini bergantung pada faktor-faktor politik, sejarah, dan
kebijakan yang kompleks. Oleh karena itu, status hukum organisasi
pembebasan nasional sebagai subjek hukum internasional sangat
bergantung pada konteks spesifik dan pengakuan yang diberikan oleh
negara-negara dan organisasi-organisasi internasional yang relevan.
Organisasi SWAPO (South West Africa People’s Organization)
adalah salah satu studi kasus dalam organisasi pembebasan nasional di
Namibia. SWAPO didirikan pada tahun 1960 dengan tujuan
memperjuangkan kemerdekaan Namibia dari pemerintahan kolonial
Afrika Selatan. Namibia pada saat itu dikenal dengan nama South West
Afrika yang berada di bawah pemerintahan kolonial Afrika Selatan yang
dianggap sebagai pendudukan ilegal oleh banyak negara dan badan
internasional.
Ketika Angola merdeka pada tahun 1975, SWAPO mendirikan
basis militer di selatan negara itu. Peperangan meningkat selama bertahun-
tahun di Ovamboland, perbatasan Angola-Namibia. Selain itu, Afrika
Selatan mengadakan Konferensi Konstitusi Turnhalle. Konferensi ini
mengupayakan penyelesaian internal Namibia. Konferensi melibatkan
seluruh pemimpin Bantustan dan partai politik kulit putih Namibia, dan
tidak melibatkan SWAPO.
Pada tahun 1978 keluar Resolusi Dewan Keamanan 435 tentang
penyelesaian masalah Namibia. Proposal penyelesaian disepakati setelah
perundingan panjang dengan Afrika Selatan, negara-negara garis depan
yakni Angola, Botswana, Mozambik, Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe,
SWAPO, PBB, dan WCG. Dalam proposal ini menyepakati adanya
15

pemilihan umum di Namibia dibawah pengawasan PBB, dengan


menghentikan semua tindakan permusuhan oleh semua pihak dan
pembatasan segala aktivitas Afrika Selatan dan Namibia. Sehingga, Afrika
Selatan setuju untuk bekerjasama mencapai implementasi Resolusi 435.
Namun, pada bulan Desember 1978, Afrika Selatan menentang
adanya proposal PBB dan mengadakan pemilihan umum secara sepihak.
Kemudian, pemilu tersebut diboikot oleh SWAPO dan beberapa partai
politik kulit hitam Namibia. Pada tahun 1984, Amerika memerintahkan
penarikan Pasukan Pertahanan Afrika Selatan (SADF) dari Angola Selatan
dan mendorong Afrika Selatan menunda kemerdekaan Namibia serta tidak
mendukung gerilyawan SWAPO.
Pada tahun 1989, Administrator Jenderal untuk Namibia, Louis
Pienaar, memulai transisi Namibia menuju kemerdekaan. Transisi dimulai
dengan gangguan kecil. Presiden SWAPO, Sam Nujoma, memberikan
jaminan kepada Sekretaris Jenderal PBB, bahwa SWAPO mematuhi
gencatan senjata dan memulangkan orang-orang Namibia yang tidak
bersenjata. Namun, dalam kenyataannya terdapat sekitar 2.000 anggota
bersenjata Tentara Pembebasan Rakyat Namibia (PLAN), sayap militer
SWAPO.
Kemudian, masa transisi sebelas bulan berakhir lancar. Pemilu
diadakan pada November 1989. Pemilu dipantau oleh pengamat asing dan
perwakilan khusus PBB. SWAPO mendapatkan 57% suara. Partai Oposisi
Aliansi Turnhalle Demokrat mendapatkan 29% suara. Majelis
Konstituante mengadakan sidang pertama pada tanggal 21 November
1989. Pada 9 Februari 1990, Majelis Konstituante menetapkan konstitusi.
Upacara Kemerdekaan Nambia berlangsung pada 21 Maret 1990 (Wisnu
Edi, 2022)
Sepanjang perjuangannya, SWAPO didukung dan
diakui dunia global hingga akhirnya sukses mewujudkan cita-citanya yaitu
mendirikan negara Namibia. Sehingga eksistensinya SWAPO sebagai
lembaga pembebasan tentunya selesai karena tujuan yang ingin diraih
sudah terwujud. (Raditya, 2020)
BAB IV

PENUTUP

1.

2.

3.

4.

1. Kesimpulan
1. Organisasi pembebasan nasional adalah entitas yang mengadvokasi
atau berjuang untuk pembebasan atau kemerdekaan suatu wilayah,
etnis, atau kelompok tertentu. Sedangkan, Pemberontakan
(Belligerent) adalah para pihak yang bersengketa dalam sebuah
pertikaian bersenjata. Pemberontak merupakan sekelompok orang
yang melakukan pemberontakan (rebellion), dan dalam pengertian
umum, pemberontak adalah penolakan terhadap otoritas yang sah.
Pemberontak biasanya didorong oleh tujuan politik atau ideologis
tertentu yang ingin dicapai oleh kelompok pemberontak.
2. Subjek hukum international adalah pihak yang bertindak dan pihak
yang memiliki personalitas/identitas tertentu dalam hukum
international. Status Organisasi Pembebasan Nasional (OPN) sebagai
subjek hukum internasional dapat bervariasi tergantung pada aspek-
aspek tertentu, seperti pengakuan dari negara-negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), partisipasi dalam forum-forum
internasional, dan pengakuan dari organisasi-organisasi internasional
lainnya. Organisasi SWAPO adalah salah satu contoh kasus dalam
Organisasi Pembebasan Nasional di Namibia.

2. Saran
1. Pemberontakan dapat menjadi salah satu strategi yang digunakan oleh
Organisasi Pembebasan Nasional (OPN) dalam upaya mencapai

16
pembebasan atau kemerdekaan yang mereka perjuangkan. Pemberontak
menggunakan tindakan bersenjata atau bentuk perlawanan lainnya
terhadap pihak yang mereka anggap sebagai otoritas yang tidak sah atau
menindas mereka. Namun, tidak semua Organisasi Pembebasan Nasional
menggunakan atau terlibat dalam pemberontakan. Terdapat berbagai
metode lain yang dapat digunakan, seperti diplomasi, perjuangan politik,
advokasi, atau gerakan sipil damai. Setiap kelompok memiliki dinamika
sendiri, dan pemahaman yang lebih mendalam dapat diperoleh dengan
mempelajari kasus-kasus khusus.
2. Perlu dicatat bahwa status hukum internasional suatu organisasi
pembebasan nasional tidak selalu konsisten dan dapat bervariasi
tergantung pada konteks politik, diplomasi, dan pengakuan dari negara-
negara dan aktor-aktor internasional. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan bahwa status hukum internasional suatu organisasi
pembebasan nasional bukanlah sesuatu yang tetap dan dapat berubah
seiring waktu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Gusti, Syahrani, I., Gede, D., Mangku, S., & Yudana, I. M. (2022). STATUS
MEMORANDUM OF PERDAMAIAN ANTARA INDONESIA DENGAN
GERAKAN ACEH MERDEKA ( GAM ) MENURUT HUKUM PERJANJIAN
INTERNASIONAL pusat Republik Indonesia , pemberian hak atas otonomi
khusus kepada provinsi Aceh yang sejajar ), sedangkan konflik vertikal
adalah. 4(2), 49–60.
Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H., L. M. (2021). PENGANTAR HUKUM
INTERNASIONAL. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=AvIUEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=subjek+hukum+in
ternasional&ots=flAXv6lJBh&sig=J70WI8pB2TDxF7ZrkAssMsuQVOc&re
dir_esc=y#v=onepage&q=subjek hukum internasional&f=false
Karini, K., Gede, D., Mangku, S., Putu, N., & Yuliartini, R. (2020). wadahnya
dimana mempersatukan bangsa dalam melaksanakan kerjasama dengan
begitu penting untuk semua Negara di dunia guna tercapainya tujuan yang
dengan. 2(2), 109–125.
Raditya. (2020). PERAN WORLD WIDE FUND FOR NATURE ( WWF ) DALAM
KONSERVASI GAJAH SUMATERA DI TAMAN NASIONAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum ( S . H ) Oleh : RADITYA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU.
Rahim, A. S., & Cempaka Timur, F. G. (2021). Status United Liberation
Movement for West Papua (ULMWP) dalam Hukum Internasional terhadap
Kedaulatan Indonesia. Interdependence Journal of International Studies,
2(1), 11–30. https://doi.org/10.54144/ijis.v2i1.43
Wisnu Edi, D. (2022). Indonesia-Namibia.

Anda mungkin juga menyukai