Full Book Inovasi Pendidikan
Full Book Inovasi Pendidikan
net/publication/353900077
Inovasi Pendidikan
CITATIONS READS
0 12,070
7 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Nurtanto on 14 August 2021.
Penulis:
Nur Kholifah, Hani Subakti, Agung Nugroho Catur Saputro
Muhammad Nurtanto, Dewa Putu Yudhi Ardiana
Janner Simarmata, Dina Chamidah
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
1.1 Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai dimensi dari kehidupan
manusia, baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.
Perubahan tersebut menjadikan persaingan global, sehingga perlu diupayakan
peningkatan dan pengembangan kualitas terkait sumber daya manusia. Upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu dibutuhkannya peran
pendidikan, kualitas pendidikan harus ditingkatkan, sebab masyarakat yang
cerdas akan membentuk kemandirian secara progresif. Eksistensi suatu bangsa
sangat ditentukan oleh kualitas dari sumber daya manusia yang telah dimiliki
oleh bangsa tersebut.
Sebagai negara yang berkembang dengan kualitas sumber daya manusia yang
terhitung rendah, maka ketergantungan terhadap negara-negara maju dapat
dikatakan memasuki kriteria sangat tinggi. Rendahnya kualitas sumber daya
manusia menjadi salah satu akibat dari rendahnya sebuah mutu pendidikan.
Hal tersebut disebabkan perkembangan aktivitas dalam berbagai bidang
kehidupan yang selalu meninggalkan dari hasil kerja yang dilaksanakan oleh
2 Inovasi Pendidikan
2. Paradigma pembelajaran
Paradigma proses belajar menggali yang lebih dalam dari aspek-aspek belajar
secara keseluruhan baik dilingkungan formal maupun nonformal. Kemajuan
dan perkembangan bidang pendidikan pada abad ke-21 yaitu kemajuan yang
sangat pesat pada ilmu pengetahuan maupun kemajuan dalam teknologi. Salah
satu kemajuan dalam teknologi ditandai dengan berkembangnya teknologi
dalam komunikasi yang dapat menunjang dalam proses belajar secara mandiri
melalui internet. Belajar mandiri disebut dengan istilah cyber learning yang
merupakan suatu akumulasi dari informasi-informasi yang sangat mudah dan
cepat untuk dapat dilakukan.
Peserta didik memiliki peran yang dominan sebagai objek utama dalam
pendidikan. Peserta didik mampu menentukan keberhasilan dalam belajar
melalui daya intelegensi, daya motorik, pengalaman belajar dan komitmen
peserta didik.
3. Kurikulum
2.1 Pendahuluan
Proses inovasi harus digalakan saat zaman semakin bertumbuh dan modern.
Walaupun tugas berat sebagai inovator dan betapa sukarnya menyebarkan
inovasi. Banyak orang mengetahui dan memahami sesuatu yang baru tetapi
belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang
menyadari bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga
mau menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya dikehidupan
sehari-hari. Contohnya untuk mengefektifkan proses belajar mengajar para
guru diminta membuat persiapan mengajar dengan menggunakan model
desain instruksional. Para guru ditatar dan dilatih membuat persiapan mengajar
dengan model terbaik. Akan tetapi ternyata belum semua guru yang telah tahu
dan dapat membuat persiapan mengajar dengan cara baru itu maupun
menggunakannya dalam kegiatan mengajar sehari-hari.
Ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan mau menerapkannya serta
menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut. Maka dalam proses
penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana caranya untuk
mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran penyebaran
inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi menarik
perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara mendalam.
12 Inovasi Pendidikan
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi
atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di sini
diartikan mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang
mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka
berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti,
bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi berarti
mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti
memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
Rogers membedakan dua macam informasi, pertama informasi yang berkaitan
dengan pertanyaan “Apa inovasi (hal yang baru) itu?”, “Bagaimana
menggunakannya?”, “Mengapa perlu itu?”. Informasi yang kedua berkaitan
dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan “Apa manfaat
menerapkan inovasi?”. “Apa konsekuensinya menggunakan inovasi?”
Jika anggota sistem sosial (warga masyarakat) yang menjadi sasaran inovasi
dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai pertanyaan
tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah ketidaktentuan terhadap inovasi.
Mereka telah memperoleh pengertian yang mantap apa inovasi itu. Mereka
akan menerima dan juga menerapkan inovasi. Cepat lambatnya proses
penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan karakteristik inovasi.
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah
mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok
yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang
menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari
seorang keorang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan
memengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk
mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti
radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya telah digunakan untuk
menyampaikan informasi dari seorang atau sekelompok orang kepada orang
banyak (massa). Biasanya media massa digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada audien dengan maksud agar audien (penerima informasi)
mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Sedangkan saluran interpersonal
(hubungan secara langsung antar individu), lebih efektif untuk memengaruhi
atau membujuk seseorang agar mau menerima inovasi, terutama antara orang
yang bersahabat atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan
saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang,
dengan kata lain saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.
Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang tidak
menilai inovasi secara objektif berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru mereka
menilai inovasi secara subjektif berdasarkan informasi yang diperoleh dari
kawannya yang telah lebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Proses
komunikasi interpersonal ini akan efektif jika sesuai dengan prinsip homophily
(kesamaan) yaitu: komunikasi akan lebih efektif jika dua orang yang
berkomunikasi itu memiliki kesamaan seperti: asal daerah, bahasa,
kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Seandainya seseorang diberi
kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan
orang itu akan memilih orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Proses
komunikasi antar orang yang homophily akan lebih terasa akrab dan lancar,
gangguan komunikasi kecil sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh
individu satu terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataannya apa
yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru keadannya berlawanan
dengan homophily yaitu heterophily. Misalnya seorang agen pembaharu yang
bertugas di luar daerahnya. Maka dia harus berkomunikasi dengan orang yang
mempunyai banyak perbedaan dengan dirinya (heterophily), berbeda tingkat
kemampuannya, mungkin juga beda tingkat pendidikan, bahasa, dan
sebagainya, akibatnya komunikasi kurang efektif.
Bab 2 Proses Inovasi Pendidikan 15
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti
komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak
menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi
karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian,
tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai
berikut: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaaan seseorang terhadap
inovasi, dan (3) kecepatan penerimaan inovasi.
a. Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui
inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau
menolak inovasi. Ada 5 langkah (tahap) dalam proses keputusan
inovasi yaitu (a) pengetahuan tentang inovasi, (b) bujukan atau
imbauan, (c) penetapan atau keputusan, (d) penerapan
(implementasi), dan (e) konfirmasi (confirmation).
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam
suatu sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama.
Mereka menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu
ada yang kemudian. Orang yang menerima inovasi lebih dahulu
secara reletif lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima
inovasi lebih akhir. Jadi kepekaan inovasi ditandai dengan lebih
dahulunya seseorang menerima inovasi dari yang lain dalam suatu
sistem sosial (masyarakat). Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi
dapat dikategorikan menjadi 5 kategori penerima inovasi yaitu: (a)
16 Inovasi Pendidikan
inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas, (e) terlambat
(tertinggal).
c. Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya
inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya diukur
berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai
prosentase tertentu dari jumlah waktu masyarkat yang telah
menerima inovasi. Oleh karen itu pengkuran kecepatan inovasi
cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi
oleh keseluruhan warga masyarakat bukan penerimaan inovasi secara
individual. Warga Masyarakat (anggota sistem sosial) ialah hubungan
(interaksi antar individu atau orang dengan bekerja sama untuk
memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem
sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan
sub sistem yang lain. Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan
pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit, dan
sebagainya. Semua anggota sistem sosial bekerja sama untuk
memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan
demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya
dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian
dan hubungan timbal balik. Jadi sistem sosial akan memengaruhi
proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam
sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu
dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh
oleh sistem sosial dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem
sosial akan berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin
dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang
sama.
Bab 2 Proses Inovasi Pendidikan 17
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada
saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana
fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami
tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu
dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi
disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam
19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung di sekolah
dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian sadar
bahwa ada metode baru tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai
proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru B
walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu,
maka belum terjadi proses keputusan inovasi. Setelah seseorang menyadari
adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka
keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu buka
hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang
lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui
aspek-aspek tertentu dari inovasi.
b. Tahap Bujukan (Persuation)
Menyadari-Mengetahui-Menyukai-Memilih-Mempercayai-Membeli.
(2) Colley (1961):
Belum menyadari-Menyadari-Memahami-Mempercayai-Mengambil
tindakan.
(3) Rogers (1962):
Menyadari-Menaruh perhatian-Menilai-Mencoba-Menerima
(Adoption).
b. Beberapa Model Proses Inovasi yang Berorientasi pada Organisasi,
antara lain:
(1) Milo (1971):
Penemuan ide-Adopsi-Implementasi.
(3) Hage & Aiken (1970):
Evaluasi-Inisiasi-Implementasi-Routinisasi.
24 Inovasi Pendidikan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang
menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar
mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang
perhatian.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar
mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa:
(1) Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan
siswa. Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas
tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan
kemampuan guru yang sama belum tentu menghasilkan prestasi
belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian
pula sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru
yang berbeda belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang
sama, meskipun para guru tersebut semuanya telah memenuhi
persyaratan sebagai guru yang profesional.
(2) Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang
terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan
dari teman sejawatnya. Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan
yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di
kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain. Dengan demikian maka
sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia
menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang
terbaik.
(3) Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sangat minimal
bantuan teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritik
guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan
guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak
tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan.
Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
26 Inovasi Pendidikan
Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun klien (yang
dilayani) adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pendidikan harus
memperhatikan mana kelompok yang memengaruhi dan kelompok yang
dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).
Faktor internal yang memengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan
sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar
pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk
28 Inovasi Pendidikan
mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian
dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan
pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan
ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang
kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral
membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan belajar
sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang
pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga
faktor eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat
secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang
di luar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti:
para pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga
pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para
panatar guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar,
dosen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi pendidikan.
Namun apakah mereka termasuk faktor internal atau eksternal agak sukar
dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi anggota
organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai faktor eksternal.
Yang penting untuk diketahui bahwa seorang yang akan merencanakan
inovasi pendidikan, harus memperhatikan berbagai faktor tersebut, apakah itu
internal atau eksternal.
c. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
3.1 Pendahuluan
Pendidikan Indonesia dikabarkan jauh tertinggal dibandingkan dengan
pendidikan di negara-negara maju, dan bahkan dibandingkan dengan sesama
negara di ASEAN. Benarkah demikian? Jika dilihat, di tahun 2019 pendidikan
Indonesia masih mendapat rapor merah bahkan skornya turun di laporan
Programme for International Student Asessment (PISA). Doni Koesoema
Albertus, anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), menyatakan
bahwa penyebabnya rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia karena masih
terdapatnya disparitas layanan pendidikan antara sekolah negeri dan swasta,
dan antar daerah di Indonesia, khususnya antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Di
kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, kualitas pendidikannya
relatif sudah baik, dan mampu bersaing dengan negara-negara di Asia, namun
tidak demikian dengan sekolah-sekolah yang berada di pelosok dan pinggiran
yang umumnya masih jauh dari terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan
(Nuraini, 2020).
Pendidikan adalah aset yang paling berharga. Pendidikan adalah aset jangka
panjang bagi suatu bangsa. Kualitas sistem pendidikan suatu negara akan
menentukan keberlangsungan negara tersebut. Negara yang memiliki sistem
pendidikan berkualitas tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi
pula karena kualitas pendidikan sangat berkorelasi dengan tingkat
32 Inovasi Pendidikan
4.1 Pendahuluan
Akhir-akhir ini, banyak perubahan yang terjadi pada sektor pendidikan. Di
antaranya pengembangan kurikulum baru dengan muatan keterampilan
(Critical thingking and Problem solving, Collaboration, Communication,
Creativity) (Becker, 2018) atau disebut dengan 4 Cs. Aspek Berpikir Kritis dan
Pemecahan Masalah (Critical thinking and problem solving skills) terdiri dari
informasi dan penemuan, interpretasi dan analisis, penalaran, mengkonstruksi
pendapat, penyelesaian masalah, dan berpikir sistematis. Aspek Kerjasama
(Collaboration skills) terdiri dari kepemimpinan dan inisiatif, kerjasama,
fleksibilitas, tangungjawab dan produktivitas, berkolaborasi menggunakan
media, dan responsif dan umpan balik konstruktif. Aspek Komunikasi
(Communication skills) yaitu mendengar secara efektif, menyampaikan
presentasi lisan, berkomunikasi menggunakan media digital, terlibat dalam
percekapan diskusi, dan berkomunikasi dengan lingkungan beragam. Aspek
Daya Cipta dan Inovasi (Creativity and innovation skills) yaitu ide generasi,
desain dan perbaikan ide, keterbukaan dan keberanian untuk menjelajah,
bekerja secara kreatif dengan orang lain, dan produksi kreatif dan inovasi.
Evaluasi dengan pendekatan HOTs (Higher Order Thniking Skills). Perubahan
lain adalah kemampuan literasi (literasi media, literasi membaca, menulis,
mendengarkan, dan menghitung, literasi teknologi, literasi perpustakaan, dan
44 Inovasi Pendidikan
literasi visual). Tujuannya tidak lain adalah membekali siswa untuk menguasai
keetrampilan masa depan (Trilling & Fadel, 2012), di era technologi secara
layak.
The future of Jobs Report 2020 dari Word Economic Forum (WEF),
mengidentifikasi 10 keterampilan teratas yang dibutuhkan pada tahun 2022
menuju tahun 2025, serta keterampilan yang menurun pada tahun 2022 (tabel
4.1).
Tabel 4.1: Membandingkan Tuntutan Keterampilan 2022 vs 2025, top ten
Tren, 2022 Menurun, 2022 Mendatang, 2025
Pemikiran analitis dan Ketangkasan manual, Pemikiran analitis dan
inovasi daya tahan, dan presisi inovasi
Pembelajaran aktif dan Memori, verbal, Pembelajaran aktif dan
strategi belajar pendengaran, dan strategi belajar
kemampuan spasial
Kreativitas, orisinalitas, Manajemen keuangan, Pemecahan masalah
dan inisiatif sumber daya manterial yang kompleks
Desain dan Instalasi dan Berpikir kritis dan
pemprograman pemeliharaan teknologi analisis
teknologi
Berpikir kritis dan Membaca, menulis, Kreativitas, orisinalitas,
analisis menghitung dan dan inisiatif
mendengarkan secara
aktif
Pemecahan masalah Manajemen personel Kepemimpinan dan
yang kompleks pengaruh sosial
Kepemimpinan dan Kontrol kualitas dan Penggunaan teknologi,
pengaruh sosial kesadaran keselamatan
monitoring, dan kontrol
Kecerdasan emosional Koordinasi dan
Desain dan
manajemen waktu pemprograman
teknologi
Penalaran, pemecahan Kemampuan visual, Ketahanan, toleransi
masalah, dan ide pendengaran, dan bicara stres dan fleksibilitas
Analisis dan evaluasi Penggunaan teknologi, Penalaran, pemecahan
sistem monitoring, dan kontrol masalah, dan ide
Sumber: (World Economic Forum, 2020)
Keterampilan di tahun 2022, yang dapat diintegrasikan dalam proses
pembelajaran dianataranya: (1) pemikiran analisis dan inovasi; (2)
Bab 2 Konsep Inovasi dan Konsep Dasar Inovasi Pendidikan 45
4.4.1 Konten
Content (isi) adalah apa yang akan dipelajari atau dikenal dengan kurikulum.
Guru menerapkan banyak praktik, proses, dan program untuk mengatur dan
menentukan kurikulum, termasuk Kompetensi Dasar, Kompetensi Inti,
maupun Indikator Pencapaian Kompetensi perlu disesuaikan dan
dikembangkan. Disain kurikulum yang efektif memerlukan proses sitematis
yang terdiri dari konten, tugas dan analisis siswa, mendefinisikan dengan jelas
tujuan pembelajaran, menentukan kriteria dan penilaian yang sesuai dengan
pemahaman atau penugasan, menetapkan perangkat (repertoire) apa yang
dibutuhkan oleh siswa, dan membuat motivasi siswa ke dalam urutan
instruksional.
Sebagaimana yang tertuang dalam model Dick and Carey (1996) dalam
merancang pembelajaran terdiri dari:
1. Identifikasi tujuan pembelajaran (kompetensi inti)
2. Analisis instruksional (kompetensi dasar)
48 Inovasi Pendidikan
4.4.2 Instuksional
Penyampaian instruksional yang baik membutuhkan keterlibatan pembelajar
aktif dengan kesempatan yang sering untuk merespon (Rosenshine & Berliner,
1978), dan umpan balik segera, relevan dan terkait (Shute, 2008). Guru
sesering mungkin mengontrol setiap inti dari konten atau kompetensi
tersampaikan (Timperly H et al., 2007), dengan cara memberikan feedback,
bertanya, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, menunjuk siswa dan
memberikan pertanyaan, meminta pendapat dari konten yang disimpulkan
serta menyepakati hasil dari setiap kompetensi.
Materi baru tidak disajikan sampai siswa telah menunjukkan penguasaan
materi saat ini. Seharusnya pengembangan instruksi dan konten harus
dikaitkan dengan ukuran pembelajaran siswa yang sebenarnya dan tidak
didekte oleh kurikulum (Kulik et al., 1990; Maxwell et al., 2017), yang harus
diselesaikan berdasarkan program semester atau program tahunan. Faktanya,
guru telah merencanakan kurikulum ke dalam program tahunan dan program
semester, dan memaksa siswa untuk menguasai kurikulum secara kompleks.
Tentu, tidak menjadi permasalahan untuk siswa di sekolah negeri, lalu
50 Inovasi Pendidikan
4.4.3 Personalisasi
Komponen penting dalam belajar adalah fasilitas siswa dalam mengarahkan
pembelajarannya, menilai penguasaan diri, menerpakan strategi pembelajaran,
52 Inovasi Pendidikan
Apabila guru tidak menyadari, maka proses pembelajaran yang terjadi tidak
efektif atau sia-sia, bahkan dapat menyebabkan siswa malas dalam belajar.
Melihat kasus di atas, guru senantiasa mengikuti perubahan-perubahan yang
terjadi dengan berbagai cara yaitu aktif dalam berbagai asosiasi maupun forum
yang relevan dalam pengembangan keilmuan atau bidang keahlian, aktif dalam
mengikuti berbagai pelatihan yang menunjang pembelajaran, dan aktif dalam
berbagai seminar maupun aktif dalam conference atau pertemuan ilmiah. Cara-
cara tersebut, efektif dalam mengembangkan disiplin ilmu, agar guru tidak
tertinggal. Pepatah mengatakan ”zaman boleh berubah, namun belajar harus
dilakukan secara terus menerus”. Artinya guru harus memiliki kesadaran untuk
belajar sepanjang hayat (lifelong learning).
Cara mengajar guru disesuaikan dengan perubahan dan tantangan yang ada.
Dengan pemanfaatan internet ruang belajar menjadi bebas dan terbuka secara
luas. Inovasi pembelajaran berupa desain pembelajaran yang terintegrasi
dengan digital di antaranya:
a. Online meeting
b. Social learning (facebook, twiter, instagram, WAG)
c. Learning Manajemen System (LMS)
d. Massively Multiplayer Online Games (MMOGs)
e. Hybrid Learning
f. Digital storytelling
g. Video blogs (Vlogs)
h. Podcast
i. Blended Learning
j. Augmented Reality
k. Virtual Reality
l. Google classroom
m. Aplikasi yang dikembangkan oleh sekolah dengan melibatkan
teknologi
Masih banyak desain lain yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran inovatif. Peserta didik tertarik sesuatu yang bersifat baru, penuh
tantangan dan responsif. Sekarang telah berlangsung desain tersebut, meskipun
beberapa sekolah telah mengalami berbagai permasalahan utama yaitu
jaringan. Namun, desain pembelajaran tersebut akan digunakan secara luas.
Bab 2 Konsep Inovasi dan Konsep Dasar Inovasi Pendidikan 55
(a) (b)
(c)
Gambar 4.1: Seeting Tempat Duduk, (a) tradisional arrangement, (b)
Horseshoe arrangement, dan (c) modular arragement, Sumber: (McCorskey &
McVetta, 1978)
Konsep tersebut dapat dilaksanakan guru selama pembelajaran teori di kelas.
Bentuk pengelolaan pembelajaran yang lain dapat dikembangkan guru dari
60 Inovasi Pendidikan
Gambar 4.3: Pergeseran Inovasi pada Sekolah Lama dan Sekolah Baru di
Abad ke 21, Sumber: diadaptasi dari: (Haelle, 2016)
Adanya inovasi dalam pembelajaran, tentunya perubahan paradigma sekolah
lama dan sekolah di Abad ke 21 telah mengalami pergeseran (lihat gambar
4.6.b). Tujuan sekolah lama adalah menciptakan tenaga kerja yang homogen
dan patuh dilengkapi dengan keterampilan dasar yang diproduksi dengan cara
termurah dan seefisien mungkin, sedangkan tujuan sekolah baru di abad ke 21
adalah menciptakan orang-orang yang berpengetahuan dan beradaptasi yang
62 Inovasi Pendidikan
dapat bekerja dengan orang lain untuk berinovasi dalam ekonomi baru. Maka
shift siswa dan guru mengalami perubahan dan pergeseran.
Bab 5
Inovasi Pembelajaran Melalui
Teknologi Informasi
5.1 Pengantar
Pembelajaran merupakan sebuah proses pendidikan yang terjalin antara
pendidik (guru, dosen, atau tutor) dengan peserta didik (siswa, mahasiswa, atau
peserta pelatihan) untuk mencapai tujuan pendidikan (Ardiana et al., 2021).
Dalam pembelajaran terjadi komunikasi transaksional yang bersifat timbal
balik antara pendidik dengan peserta didik serta antara sesama peserta untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Janner Simarmata et al., 2021). Terjadi
interaksi antara pendidik, peserta didik dan sesama peserta didik yang
bertujuan untuk mentransmisikan informasi atau pengetahuan sehingga
mendapatkan kesamaan makna serta mengetahui tanggapan terhadap
informasi atau pengetahuan yang dikirimkan (Abbas et al., 2020).
Pembelajaran tidak bersifat satu arah dan apa yang diajarkan tidak selalu apa
yang dipelajari (Rahmat, 2020). Pembelajaran tidak hanya sekedar pendidik
menjelaskan suatu materi pembelajaran dan peserta didik tidak hanya
menerima pembelajaran tersebut. Pendidik harus dapat menghadirkan atmosfir
belajar yang penuh atensi dan keterlibatan peserta didik, sehingga membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan menghindarkan
64 Inovasi Pendidikan
peserta didik dari rasa bosan. Kondisi kebosanan dapat membuat peserta didik
kehilangan motivasi belajar. Pendidik dapat menerapkan berbagai strategi atau
pendekatan dalam pembelajaran untuk membuat peserta didik menjadi aktif
dan terlibat dalam pembelajaran.
Selain tantangan dalam membuat peserta didik menjadi aktif dan terlibat dalam
pembelajaran, perbedaan generasi juga menjadi perhatian pendidik dalam
menetapkan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Setiap generasi
mempunyai karakteristiknya masing-masing sehingga pendidik harus
menggunakan pendekatan yang sesuai untuk dapat menanganinya. Pendidik
tidak dapat menggunakan pendekatan atau strategi yang sama untuk semua
generasi. Berikut merupakan kajian dari (Putra, 2017) tentang perbandingan
pengelompokan generasi dari beberapa ahli berdasarkan tahun kelahiran dan
peristiwa yang terjadi.
Tabel 5.1: Pengelompokan Generasi. Sumber (Putra, 2017)
Sumber Label
Hal yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah membuat peserta didik aktif,
menangkap dan menjaga atensi dari peserta didik dan meningkatkan
kolaborasi peserta didik. Generasi milenial memiliki rentang atensi yang
singkat dan menyukai kolaborasi dalam pembelajaran sehingga pendidik dapat
menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang dikombinasikan dengan
teknologi informasi untuk kondisi tersebut. Dapat dengan memberikan diskusi,
proyek yang dilakukan secara kolaborasi maupun menggunakan gamification
yang banyak terbukti dapat meningkatkan minat dan keterlibatan peserta didik
(Ardiana and Loekito, 2020; Aristana and Ardiana, 2021).
Generasi milenial lebih mengutamakan pengalaman yang mereka dapat.
Kondisi ini dapat dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi untuk
mengemas dan menyalurkan materi dan pengalaman belajar dalam bentuk
media pembelajaran. Teknologi informasi memberikan peluang untuk
pendidik melakukan berbagai inovasi dalam mengemas pengalaman belajar
kepada peserta didik. Sebagai contoh pendidik dapat mengemas materi dan
pengalaman belajar dalam bentuk multimedia interaktif atau menggunakan
teknologi augmented reality dan virtual reality untuk menambah interaktivitas.
Augmented reality (AR) merupakan teknologi yang menggabungkan
informasi virtual dengan dunia nyata (Chen et al., 2019). Teknologi AR
seakan-akan menghadirkan objek virtual ke dunia nyata. Umumnya pengguna
AR menggunakan perangkat smartphone mereka untuk mengaksesnya.
Sedangkan virtual reality (VR) merupakan teknologi yang kebalikan dari AR
yaitu menghadirkan pengguna ke lingkungan virtual atau simulasi (Purba et
al., 2020). Umumnya pengguna VR menggunakan perangkat head-mounted
device untuk mengakses media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk VR.
Bab 6
Inovasi dalam Kurikulum
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah terbatasnya
daya tampung sekolah khususnya pada tingkat SLTP. Masalah ini muncul
setelah keberhasilan penyelenggaraan SD inpres, yang mengakibatkan
meledaknya lulusan sekolah dasar, sehingga menuntut pemerintah untuk
menyediakan fasilitas agar dapat menampung para lulusan SD yang hendak
melanjutkan ke SLTP.
Keberhasilan program inpres ini juga membawa dampak kepada permasalahan
akan banyaknya minat lulusan SD yang hendak melanjutkan ke SLTP, padahal
kondisi geografis, sosial, ekonomi mereka yang kurang mendukung, misalkan
Bab 6 Inovasi dalam Kurikulum 81
karena tempat tinggal mereka yang jauh berada di pedalaman atau pulau-pulau
terpencil, atau kemampuan sosial ekonomi mereka yang rendah. Untuk
memecahkan masalah yang demikian, pemerintah memerlukan langkah-
langkah yang inovatif, yaitu langkah yang dapat menyediakan kesempatan
belajar seluas-luasnya untuk mereka dengan biaya yang rendah tanpa
mengurangi mutu pendidikan.
yang tahan uji, artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan
hidup sehari-hari. (4) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas,
teori, prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya, bukan hanya informasi
aktual. (4) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. (5) Strategi Pelaksanaan Kurikulum/Proses Belajar Mengajar.
Ketiga, Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-
mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan kurikulum sebagai program pendidikan pada dasarnya masih
merupakan niat atau rencana, sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka
diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum. Strategi pelaksanaan kurikulum
harus memperhatikan (a) tingkat dan jenjang pendidikan, (b) proses belajar-
mengajar, (c) bimbingan dan penyuluhan, (d) administrasi supervisi, (e) sarana
kurikuler, (f) evaluasi atau penilaian. Operasional strategi pelaksañaan
kurikulum menerapkan metode dan media yang sesuai dan tepat guna untuk
mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu sendiri berkaitan dengan
bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap
bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses
memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola
organisasi kurikulum yang efektif.
Keempat, Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum
sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi
dan produktivitas program dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi
kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus.
Hal ini sesuai dengan pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997) bahwa
ada prinsip umum dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi
kurikulum tersebut antara lain : (1) Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita
rancang dan kembangkan apakah sudah relevan dengan kebutuhan peserta
didik untuk menjawab kebutuhan masyarakat. (2) Prinsip fleksibilitas.
Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah bersifat adaptif,
mampu menyesuaikan diri dengan konteks pembelajaran. (3) Prinsip
kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan memungkinkan
peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak dalam rencana
belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat). (4) Prinsip praktis.
Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana dan biaya
relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu, apa yang
dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan meningkatkan
kompetensi mereka di dalam kehidupan sehari-hari. (5) Prinsip efektivitas.
Bab 6 Inovasi dalam Kurikulum 83
7.1 Pendahuluan
Association of Southeast Asia (ASA), asosiasi yang terdiri dari 10 Negara:
Malaysia Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Myanmar, Laos,
Vietnam dan Kamboja (Seehamat and Viriyavejakul, 2019). Negara-negara
dalam asosiasi akan berkolaborasi untuk pemanfaatan pertanian dan industri
yang lebih baik untuk meningkatkan standar hidup rakyatnya serta berinvestasi
dalam pendidikan publik di tingkat dasar (Seehamat and Viriyavejakul, 2019),
karena pendidikan merupakan faktor penting untuk mengembangkan
perekonomian masyarakat dalam suatu negara. Pendidikan sebagai respon
kemanusiaan dalam keadaan darurat dan dapat membantu memulihkan
keadaan normal, melindungi yang paling rentan, memberikan dukungan
psikososial, toleransi, menyatukan komunitas yang terpecah dan memulai
proses rekonstruksi dan pembangunan (Couldrey and Morris, 2006).
Pembangunan pendidikan Indonesia tercatat dalam Rencana Pembangunan
(RPJMN) sebagai daya saing internasional tahun 2025. Berdasarkan kajian
McKinsey Global Institute menyatakan bahwa Indonesia akan berada di posisi
ketujuh di dunia pada tahun 2030 dari sektor ekonomi. Analisis telah
88 Inovasi Pendidikan
Indonesia saat ini berada di posisi 108 dunia dengan skor 0,603. Secara umum
kualitas pendidikan di Indonesia berada di bawah Palestina, Samoa dan
Mongolia. Hanya 44% penduduk berpendidikan menengah. Sedangkan
sebanyak 11% siswa gagal menyelesaikan pendidikannya atau tidak dapat
menyelesaikan sekolah dan berhenti dari kegiatan sekolahnya. Melihat kondisi
tersebut tentunya miris bagi Indonesia yang notabene merupakan negara
berkembang namun kondisi pendidikannya masih dibawah Palestina.
Berdasarkan hasil EFA Development Index (EDI) 2012, Indonesia berada
pada kelompok menengah. Pada tahun 1999 EDI di Indonesia senilai 0,933,
naik menjadi 0,937 pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 0,945 pada
tahun 2015. Namun pada tabel EDI 4 yaitu Perubahan EDI antara tahun 1999,
2012, 2015, justru menurun dari 1,3 menjadi 0,9 (Sebayang and
Swaramarinda, 2020).
pengetahuan, dan praktik baru, tetapi juga ide, pengetahuan, dan praktik yang
ditingkatkan (Kostoff, 2003; Mitchell, 2003). Inovasi dengan demikian
berbeda dari reformasi atau perubahan, karena istilah yang terakhir tidak selalu
berarti penerapan sesuatu yang baru, juga tidak menyiratkan penerapan ide
atau pengetahuan yang lebih baik (King and Anderson, 2002).
Reformasi hanya menghasilkan perubahan yang menyiratkan pendekatan
khusus untuk penyelesaian masalah (Melchor, 2008). Terkadang perubahan
dalam organisasi merupakan bagian penting dari reformasi tetapi reformasi
lain menghasilkan sedikit atau tidak ada perubahan sama sekali. Sedangkan
perubahan sebagai transformasi atau perubahan mungkin merupakan
fenomena yang disengaja atau tidak disengaja, reformasi adalah proses
terstruktur dan sadar untuk menghasilkan perubahan tidak peduli sejauh mana.
Reformasi dapat terjadi dalam domain politik, ekonomi, sosial dan
administrasi, berisi ide-ide tentang masalah dan solusi dan biasanya dipahami
sebagai inisiatif yang didorong dari atas sistem atau organisasi (Cerna, 2016).
Secara keseluruhan, inovasi merupakan penggerak utama kemajuan dalam
semua aspek aktivitas manusia dan ekonomi. Demo-tekanan grafis, tekanan
sosial dan ekonomi untuk meningkatkan tingkat pencapaian dan memastikan
pemerataan hasil yang lebih besar, kemajuan teknologi yang cepat,
meningkatnya permintaan akan layanan pemerintah, ekspektasi publik yang
lebih tinggi, dan kendala fiskal yang lebih ketat telah menciptakan kebutuhan
akan solusi inovatif di sektor publik untuk meningkat produktivitas, menekan
biaya dan meningkatkan kepuasan publik (Looney, 2009; OECD, 2014).
Inovasi penting bagi sektor pendidikan karena beberapa alasan utama (OECD,
2014).
Inovasi pendidikan dapat meningkatkan hasil pembelajaran dan kualitas
penyediaan pendidikan di antaranya:
1. Perubahan dalam sistem pendidikan dapat memfasilitasi penyesuaian
proses pendidikan.
2. Pendidikan dapat meningkatkan pemerataan dan kesetaraan hasil
belajar dan kesempatan belajar, dan hasil PISA memberikan bukti
untuk hal ini (OECD, 2012, 2013). Sebuah proyek baru-baru ini
menyelidiki ukuran inovasi dalam pendidikan menunjukkan bahwa
sistem pendidikan yang paling banyak berinovasi juga paling adil dan
setara dalam hal hasil dan peluang pembelajaran (OECD, 2014).
Bab 7 Kebijakan dalam Inovasi Pendidikan 93
Indikator mutu pendidikan dapat dilihat salah satunya pada kualitas dan
kompetensi guru. Berdasarkan literatur yang diperoleh terlihat bahwa
kualifikasi dan kompetensi guru masih rendah. Bank Dunia melihat perlunya
perluasan akses pendidikan yang lebih merata dan sesuai dengan standar
pendidikan internasional, baik kurikulum maupun praktik. Selain itu,
pemerintah juga perlu meningkatkan kriteria kualifikasi guru untuk
melancarkan kampanye peningkatan mutu pendidikan (Fauzie, 2018). Titik
berat permasalahan dalam kebijakan Pendidikan lebih pada kualitas dan
kompetensi guru, namun kualitas guru di Indonesia masih dinilai rendah
(Kusnandar, 2010).
2) Anggaran Pendidikan
Indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas sekolah yang
mengarah pada anggaran pendidikan yang direncanakan dan disediakan oleh
pemerintah. Berdasarkan literatur yang diperoleh ternyata anggaran
Pendidikan kita masih terkendala oleh berbagai hal. Dalam hal pengaturan
anggaran pendidikan, pemerintah dipandang perlu menyediakan anggaran
yang didasarkan pada kinerja dan kualitas pendidikan yang dapat dibangun
oleh daerah (Fauzie, 2018). Namun belum tentu daerah yang kinerjanya
rendah diberikan anggaran yang rendah, kondisi ini perlu dievaluasi kembali
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari karakteristik daerah
tersebut. Kinerja pendidikan di suatu daerah rendah karena anggaran
pendidikan rendah, sehingga kondisi infrastruktur sekolah tidak memadai,
96 Inovasi Pendidikan
daerah tidak mampu mengirim dan membiayai guru untuk mengikuti pelatihan
atau peningkatan kualitas diri, pembayaran gaji guru atau pembayaran di
bawah standar sehingga memaksa guru untuk mencari pekerjaan sampingan
yang dapat menyita perhatian dan waktu guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan pada dasarnya
merupakan investasi dalam pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah di
bidang pendidikan di Indonesia masih tergolong kecil jika dibandingkan
dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Salah satu pengeluaran
dalam Anggaran Pendidikan adalah untuk sarana atau prasarana sekolah. Ada
tidaknya fasilitas di sekolah memerlukan pengawasan dan pengendalian yang
lebih baik oleh pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan Pemerintah
merupakan produk atau hasil usaha yang dilakukan oleh Pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya, salah satunya adalah ketersediaan sarana
dan prasarana. Implementasi kebijakan di setiap daerah berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan masing-masing daerah (Imam Santosa, Sugiyanto, 2013).
Daftar Pustaka
World Economic Forum. (2020). The Future of Jobs Report 2020. World
Economic Forum. https://www.weforum.org/reports/the-future-of-jobs-
report-2020/
Yanuarti, E. (2020) Inovasi Pendidikan: Pengertian - Tujuan dan Konsep Dasar,
HaloEdukasi.com. Available at: https://haloedukasi.com/inovasi-
pendidikan (Accessed: 3 July 2021).
Biodata Penulis
Garuda 2.0, Pengurus Divisi Temu Ilmiah Neurosaintis Muda Indonesia dan
juga sebagai Founder, Owner dan Advokat di DC Law Firm. Minat utama saya
adalah Biologi, Pendidikan Biologi, Ilmu Biologi Reproduksi, Zoologi,
Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Manajemen, Teknologi Pendidikan,
Hukum dan Kenotariatan.
112 Inovasi Pendidikan
View publication stats