Pembimbing:
dr. Abdul Malik Setiawan, M.Infect., Dis
Oleh:
Shalzanisa dwianing putri (220702110018)
Meily Rahmalia Widjaya (220702110016)
Adhitya Wishnu Kresnanda (220702110032)
Rahmi Annisaa (220702110047)
Muhammad Aldyan Yudha (220702110049)
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
DAFTAR ISI
SKENARIO .................................................................................................................. 3
BAB I Rumusan Masalah ........................................................................................... 10
BAB II BRAINSTORMING....................................................................................... 11
BAB III PETA MASALAH ........................................................................................ 14
BAB IV TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................... 15
BAB V TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49
2
SKENARIO
Ny. T/47 th datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. keluhan sesak muncul
tiba-tiba dan sesak dirasakan sejak 1 hari SMRS, sesak dirasakan semakin memberat.
Sesak dirasakan terus menerus dan semakin memberat saat beraktivitas. Sesak di
malam hari membuat terbangun saat tidur dan susah untuk tidur kembali. Pasien lebih
nyaman dan sesak berkurang saat posisi duduk.
Pasien mengeluhkan batuk kering. Batuk dirasakan bersamaan dengan sesak.
Batuk darah (-), nyeri saat batuk (-) Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada, pasien tidak
mengalami demam, Pasien mengatakan muntah saat siang (sekitar pukul 13.00) ketika
menuju ke RS, Pasien mengeluhkan badan lemas, Pola makan menurun, BAK (+),
BAB (-).
RPD:
Asma (-), TB (-), DM (-), HT (-)
RPK:
Asma (-), DM (+), HT (-), TB (-), Alergi (-). Gejala serupa pada anggota keluarga
lain: disangkal
RPO:
Riwayat berobat dan mendapat obat amoxicillin dan grantusif, OAT (-)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
Merokok (-), Alkohol (-)
Status Generalis:
KU: Lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 456
Status Gizi:
BB: 47 kg
TD: 149
BMI: 22,5
3
Vital Sign:
GCS : 456
TD : 155/105 mmHg
HR : 162 x/mnt
RR : 27 x/mnt
T : 36 C
SpO2: 83% RA
Kepala/Leher:
• Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya langsung (-/-),
• mukosa bibir kering (-), bibir cyanosis (-) pursed-lips breathing (-)
• Dyspnea (+)
• Leher : KGB dbn
Thorax:
Cor :
• Inspeksi: scar (-), tanda inflamasi (-), retraksi (-)
• Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 AAL S
• Perkusi : batas jantung kiri di ICS 5 AAL S
batas jantung kanan ICS 4 PSL D
• Auskultasi: S1S2 tunggal, regular, murmur (+) sistolik ICS 5 MCL S,
gallop (-)
Pulmo:
4
D S D S
Stem Normal Normal Normal Normal
fremitus
↓ ↓ ↓ ↓
↓ ↓ ↓ ↓
D S D S
D S D S
V V V V
V↓ V↓ V↓ V↓
V↓ V↓ V↓ V↓
D S D S
- - - -
- - - -
- - - -
D S D S
5
- - - -
- - - -
- - - -
Abdomen :
Inspeksi : rounded, scar (-), kehitaman di area umbilikus
Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : soefl, undulasi (-), Nyeri tekan (-)
Hepar : tepi tidak teraba, liver dbn
Lien : tidak ada pembesaran (hacket 0, schuffner 0)
Extremitas : AHKM, edema CRT < 2s
- -
- -
CXR:
6
Foto Thorax AP, CXR 02/04/2023 RS Karsa
- Identitas pasien sesuai
- Foto thorax AP
- Asimetris
- Terdapat marker R
- Kurang Inspirasi
SOFT TISSUE: diameter 1.5 cm (normal)
SKELETAL:
Clavicula D/S: fraktur (-)
Costae D/S: normal, fraktur (-)
ICS D/S: normal
Skoliosis (+)
TRACHEA: di tengah, udara (+)
HILUS D: Tidak dapat dievaluasi
HILUS S: normal
- Jantung : Batas jantung dextra sinistra tertutup perselubungan
Size: tidak dapat dievaluasi
Shape: Tidak dapat dievaluasi
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak vascular: baik Hilus :
berselubung
- Skeletal : baik
- Soft tissue: baik
Kesimpulan :
- Efusi pleura bilateral
- Susp. edema paru
7
Laboratorium
Nilai Nilai Rujukan Interpretasi
Hasil Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
HB L 11.8 12.3-15.3 Anemia
RBC 14.31 4.1-5.1
HCT 36.1 34.0-47.0
MCV 83.8 80.0-97.0
MCHC 32.7 31.5-35.0
MCH 27.4 26.5-33.5
WBC 6.47 4.4-11,3
RDW-SD H 47.1 35-47 Variasi ukuran RBC ↑
RDW-CV H 15.6 4.4-11.3 Variasi ukuran RBC ↑
Hitung Jenis
Eosinofil% L 0.9 2-4
Basofil% 0.5 0-1
Neutrofil H 80.7 50-70 Neutrofilia
Limfosit% L 17.0 25-40 Limfositopenia
Monosit% L 0.9 2-8 Monositopenia
Platelet 408 150-450
MPV 8.8 6.6-11
P-CLR 16.6 15.0-25.0
PCT 0.36 0.15-0.4
LED 16 0-20
8
Gula Darah
GDS 134 <200
Elektrolit
Na+ H 145.6 135-145 Hipernatremia
K+ L 3.03 3.5-5.5 hipokalemia
Cl- H 112.4 98-108 hiperchloremia
Imunologi
Rapid tes Ag Covid Negatif Negatif
Terapi :
• Oksigenasi NRBM 10 lpm
• Thoracocentesis
• Diet Tinggi Kalium
• Metildopa tab 250 mg 2 x 1
• NS 0.9% 20 tpm
• Adenosin IV 6 mg
• Suplementasi besi tab 1x1
9
BAB I
RUMUSAN MASALAH
10
BAB II
BRAINSTORMING
2. Apakah ada hubungan antara sesak nafas yg memberat dengan perkusi redup
pasien dengan hasil foto thorax ?
Jawab:
- Pada hasil foto toras banyak perselubungan. Perselubungan ini dapat menjadi
pertanda sebab sesak nafas pasien. Terdapat gambaran pulmonary edem yang
dapat menyebabkan pasien sesak dan perkusi redup
- Sesak : penumpukan cairan pada rongga pleura shg pengembangan paru tdk
maximal. Ini dapat berhubungan dengan perkusi. Normalnya sonor (redup).
Pasien mengalami redup (bias cairan) di foto torax cairan berwarna putih/abu.
3. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain selain foto torax untuk diagnosis
pasien ?
Jawab :
- USG torax. untuk melihat cairan yang terdapat di paru. Untuk diberi tanda disebelah
mana cairannya.
- USG torax. Sensitivitas lebih tinggi untuk deteksi cairan. Sehingga dapat
menentukan apakah efusi sederhana ataupun komples.
- CT scan torax. Membanti seberapa banyak efusi, etiologic efusi, dan ada atau
tdknya penebalan pleura.
11
4. Apakah interpretasi foto torax pasien ?
Jawab :
Foto Thorax AP
CXR 02/04/2023 RS Karsa
-Identitas pasien sesuai
-Foto thorax AP
-Simetris
-Terdapat marker R
- Inspirasi : sde
SOFT TISSUE: diameter 1.5 cm (normal)
SKELETAL:
Clavicula D/S: fraktur (-)
Costae D/S: normal, fraktur (-)
ICS D/S: normal
Skoliosis (+)
TRACHEA: di tengah, udara (+)
HILUS D: Tidak dapat dievaluasi
HILUS S: Tidak dapat dievaluasi
- Jantung : Batas jantung dextra sinistra tertutup perselubungan
Size: tidak dapat dievaluasi
Shape: Tidak dapat dievaluasi
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak vascular: baik Hilus :
berselubung
- Skeletal : baik
- Soft tissue: baik
Kesimpulan :
12
- Efusi pleura bilateral
- Susp. edema paru
13
BAB III
PETA MASALAH
Pemeriksaan Penunjang:
CXR AP :
- Jantung : Size dan Shape sde. Batas jantung dextra sinistra
tertutup perselubungan
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat
perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup
bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak
vascular: baik Hilus : berselubung
- Skeletal dan soft tissue : baik
Kesimpulan :
- Efusi pleura bilateral
14
BAB IV
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Indikasi Foto Torax AP, PA dan
Lateral.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Jenis dan Proyeksi Foto Thorax.
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Kelainan Radiologi pada Foto
Thorax.
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Interpretasi yang Dievaluasi pada
Foto Thorax.
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Syarat Pembacaan Foto Thorax.
15
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
16
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Jenis dan Proyeksi foto
Thorax.
a. Proyeksi Posterioranterior (PA)
a) Posisi Pasien:
Erect/supine dengan lengan disamping tubuh
b) Posisi Obyek:
- Atur MSP tepat tegak lurus pada pertengahan grid atau kaset.
Kriteria Gambar:
- Foto mencakup keseluruhan thorax
- Bagian atas : apeks paru-paru tidak terpotong.
- Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
- Terlihat vertebrae thorachalis 1-4
- Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
17
b. Proyeksi Anteroposterior (AP)
a) Posisi Pasien:
Pasien semi supine diatas meja pemeriksaan ataubrankard. Kedua
tangan lurus disamping tubuh.
b) Posisi Obyek:
- MSP tubuh berda dipertengahan kaset.
- Beri softbag dikepala pasien.
Kriteria Gambar:
- Batas atas apex paru tidak terpotong.
- Batas bawah kedua sinus costoprenicus tidak terpotong.
- Tampak sinus cardioprenicus.
- Tampak bayangan trakea.
- Faktor eksposi (kV) tepat jika C.V. Thorakal tampak sampai denganruas
ke 4
- Kedua skapula mengarah / terlempar ke arah lateral (tidak menutupi area
paru, maksimal skapula tapak 1/3 bagian)
- Foto simetris
a. simetris terhadap film dilihat batas kanan dan kiri sama.
b. simetris objek space sterno clavicular kanan dan kiri sama
- Inspirasi penuh ditandai dengan:
a. Costa belakang tampak sampai dengan iga (Costa) ke 9/10
b. Costa depan tampak sampai dengan iga (Costa) ke 6/7
- Tampak bayangan bronkovascular
- Tampak arkus aorta
- Tampak marker dan ID Pasien
18
c. Proyeksi Lateral
a) Posisi Pasien:
Pasien berdiri true lateral dengan bagian yang diperiksa menempel
kaset / stand chest dan batas atas kaset kira-kira 1 1⁄2 inchi (4cm) di
atas shoulder joint.
b) Posisi Obyek:
- Tempatkan MSP pasien sejajar dengan garis tengah kaset.
- Angkat tangan ke atas dengan elbow fleksi serta kedua antebrachi
bersilang diletakkan di belakang kepala seperti bantalan dengan kedua
tangan memegang elbow.
- Usahakan pasien bernapas dan inspirasi penuh untuk
memaksimalkan lapang paru.
Kriteria Gambar:
- Bagian superior ribs saling superposisi
- Sternum dalam posisi true lateral
- Angulus costoprenicus tidak boleh terpotong
- Margin Objek terlihat tajam dan jelas
- Terlihat batas atas apex paru
- Gambaran bahu tidak menutupi apex paru
19
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Kelainan radiologi pada
foto Thorax.
Berikut ini kelainan radiologi thorax :
a. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu penyakit.
- Sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah
- Diafragma letak tinggi,
- Corakan meningkat pada kedua lobus bawah,
- diameter jantung bertambah.
20
c. Pada Mediastinum : Massa Mediastinum
d. Pada Pulmo :
a. Oedema Paru
21
b. Pemadatan Paru, Misalnya Tbc Paru, Pneumonia
TB Paru
Pneumonia
22
c. Kolaps Paru / Atelektasis
23
d. Massa paru, misal : abses paru, kista hydatid
- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus
- Terdapat bayangan sferis
24
f. Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting adalah garis
septal, dapat terlihat pada limfangitis Ca.
g. Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
- Bayangan retikulonodularis pada paru.
25
h. Fibrosis paru
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang jelasnya garis
bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus berbatas tak jelas dengan
garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat
memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”, kemudian
jantung dan arteria pulmonalis membesar karena semakin parahnya
hipertensi pulmonalis.
i. Neoplasma
- Bayangan bulat dengan tepi tak beraturan berlobulasi dan tepi infiltrasi
- Terdapat kavitas dengan massa
26
e. Pada Pleura :
a. Efusi Pleura
b. Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih kecil
daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap terobliterasi.
27
c. Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa disertai penebalan
pleura
d. Pneumothorax
- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding dada,
mediastinum, atau diafragma oleh udara
- Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini
e. Hematothorax
28
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah
mungkin dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar.
Meskipun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya
50% diperlukan untuk membedakan hematotoraks dari efusi pleura berdarah,
sebagian besar tidak setuju pada setiap perbedaan yang spesifik. Biasanya
akibat dari trauma tumpul atau penetrasi. Lebih jarang, mungkin merupakan
komplikasi dari penyakit, dapat induksi iatrogenik, atau mungkin berkembang
secara spontan.
a. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan peradangan pada bronkus, biasanya terjadi
secara bilateral. Peradangan kronis terjadi pada hampir setiap hari selama
sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun berturut-turut. Pada foto thorax PA didapatkan gambaran:
a) Peningkatan corakan bronkovaskular
b) Trains line (seperti jalan kereta, yaitu merupakan gambaran bronkus yang
terpotong secara longitudinal)
c) Air bronchogram (merupakan gambaran bronkus yang terpotong secara
transversal)
d) Infiltrat peribronkial
e) Tanda emfisema (hiperlusensi paru bilateral, diafragma letak
rendah/dibawah costae thorax 10 dan cenderung mendatar, gambaran
jantung tear drop sehingga sudut kardiofrenikus lancip, dan ICS melebar)
Bronkitis kronis secara radiologis dibagi menjadi 3 kategori:
− Ringan: corakan paru ramai di bagian basal paru
− Sedang: corakan paru ramai di bagian basal paru disertai emfisema, kadang-
kadang disertai bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri
29
− Berat: ditemukan emfisema, bronkiektasis dan disertai cor pulmonale
sebagai komplikasi
b. Bronkiektasis
Suatu keadaan bronkus atau bronkiolus yang melebar akibat kehilangan
sifat elastisitas dinding otot bronkus yang dapat disebabkan oleh obstruksi dan
peradangan yang kronis, atau dapat pula disebabkan oleh kelainan lain.
Jaringan alveolar peribronkial yang mungkin juga rusak menghasilkan fibrosis
peribronkial difus. Pada foto polos thorax tampak gambaran:
a) Corakan bronkovaskuler kasar yang umumnya terdapat di lapangan bawah
paru
b) Gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju hilus dengan
bayangan konsolidasi disekitarnya akibat peradangan sekunder
c) Honey comb appearance (gambaran sarang tawon) yaitu gambaran berupa
bulatan-bulatan translusen. Bulatan translusen ini dapat berukuran besar
(diameter 1-10 cm) yang berupa kista-kista translusen dan kadang berisi
cairan (air fluid level) yang berbentuk seperti bulan sabit (konkaf konveks)
akibat peradangan sekunder.
30
d) Tanda hiperinflasi pada paru, yaitu sebagai bentuk kompensasi
c. Pneumonia
Pneumonia adalah radang pada paru yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, protozoa, bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion. Berdasarkan
letak anatominya, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobus media kanan
(batas jantung kanan menghilang), pneumonia lobus inferior kanan (batas
diafragma kanan menghilang), pneumonia lobus inferior kiri (batas diafragma
kiri menghilang), dan pneumonia segmen lingula (batas jantung kiri
menghilang).
31
Gambar 7. Pneumonia Segmen Lingula
32
Gambar 8. Bronkopneumonia dengan gambaran infiltrat peribronkial
c) Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial ditandai dengan pola linear atau retikuler pada
parenkim paru. Pada tahap akhir, dijumpai penebalan jaringan interstisiel
sebagai densitas noduler yang kecil.
33
tegak. Foto lateral dapat mendeteksi efusi pleura sejumlah ±75ml dan foto
lateral dekubitus dapat mendeteki cairan sebanyak ±15-20 ml. Efusi pleura
memiliki gambaran yang berivariasi, antara lain:
a) Efusi subpulmonal
− Hampir semua efusi awalnya terkumpul di bawah paru antara pleura
parietal yang melapisi diafragma dengan pleura viseralis lobus
inferior.
− Gambaran diafragma bukan merupakan diafragma yang sebenarnya,
melainkan cairan pleura yang terkumpul di atas diafragma.
− Menggeser titik tertinggi diafragma (bukan diafragma sebenarnya) ke
arah lateral.
− Pada efusi pleura subpulmonal kiri terdapat peningkatan jarak antara
udara lambung dengan udara di paru.
− Pada foto lateral biasanya terdapat penumpulan sulkus kostofrenikus
posterior.
34
− Penebalan pleura juga dapat menyebabkan penumpulan sulkus
kostofrenikus, namun penebalan pleura biasanya berbentuk skislope
(lereng untuk ski) dan tidak akan berubah jika terdapat perubahan
posisi pasien.
(a) (b)
Gambar 11. (a) sudut kostofrenikus normal yang tajam (b) sudut
kostofrenikus yang tumpul
c) Tanda meniskus
− Tanda ini sangat sugestif akan adanya efusi pleura.
− Akibat sifat paru yang elastis, maka cairan pleura lebih tinggi di bagian
tepi.
35
Gambar 12. Tanda meniskus pada efusi pleura
36
Gambar 13. Perselubungan hemithoraks akibat efusi pleura
yang mendorng trakea dan jantung ke kanan
37
f) Hidropneumotoraks
− Terjadi jika terdapat pneumotoraks dan efusi pleura secara bersamaan.
− Biasanya akibat trauma, pembedahan, atau fistula bronkopleura.
− Ditandai oleh air-fluid level di hemitoraks.
− Batasnya tidak berbentuk meniskus, melainkan berupa garis lurus.
38
− Gambaran radiografik mencakup paru yang hiperekpansi dengan
pendataran kedua diafragma, penurunan corakan bronkovaskular, barrel-
shoped chest dan bulla.
(a) (b)
Gambar 16. PPOK (a) Paru mengalami hiperinflasi dengan pendataran
kedua diafragma (b) Barrel-shaped chest, peningkatan rongga udara
retrosternal
f. Atelektasis
Atelektasis merupakan kehilangan volume di sebagian atau seluruh
paru. Atelektasis juga disebut kolaps paru. Atelektasis kecuali yang disebabkan
sikatrik, biasanya bersifat reversibel. Gambaran radiologi secara umum dapat
dibagi menjadi:
a) Tanda langsung
− Perubahan letak fisura interlobaris.
− Penambahan opasitas (penurunan aerasi)
− Corakan bronkovaskular yang bertambah
b) Tanda tidak langsung
39
− Elevasi diafragma
− Pergeseran mediastinum
− Pergeseran trakea
− Pergeseran letak hilus
− Hiperaerasi kompensasi dari paru yang normal
− Penyempitan sela iga
40
Gambar 18. Atelektasis subsegmental. Terdapat densitas
berbentuk garis yang paralel dengan diafragma (panah merah)
b) Atelektasis kompresif
− Terdapat gambaran pneumothoraks atau efusi pleura yang tidak
menyebabkan pendorongan struktur di rongga dada
g. Hemothorax
Merupakan akumulasi darah dalam rongga pleura setelah trauma
tumpul atau penetrasi. Biasanya berasosiasi dengan pneumotoraks dan cedera
ekstratorakal lain. Perdarahan biasanya lebih sering berasal dari parenkim paru
dan pembuluh darah interkosta dan mamaria interna lebih sering terkena
41
daripada pembuluh darah hilus atau pembuluh darah besar. Gambaran radiologi
pada hemothorax adalah sebagai berikut:
a. Foto thorax tegak lebih sensitif dibandingkan foto berbaring.
b. Penumpulan sudut kostofrenikus-terlihat pada volume darah ±250 cc.
c. Opasifikasi yang menyeluruh pada hemitoraks terlihat pada foto berbaring.
h. Pneumothorax
Pneumothorax adalah akumulasi udara dalam rongga pleura yang
merupakan komplikasi umum dari trauma thorax (15-40%). Pneumothorax
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Sederhana: Tidak terdapat hubungan dengan udara luar atau mediastinum.
Tidak terdapat pergeseran garis tengah.
2) Komunikans: Berhubungan dengan defek pada dinding dada.
3) Tension: Akumulasi udara progresif dengan tekanan dalam rongga pleural
yang menyebabkan pergeseran mediastinum dengan kompresi paru
kontralateral dan pembuluh darah besar.
Gambaran radiologi pada pneumothorax adalah sebagai berikut:
a) Batas pleura viseral terlihat (pleural line sign)
b) Kehilangan volume pada sisi yang terkena (e.g. hemidiafragma meninggi)
c) Corakan bronkovaskular tidak terlihat di distal dari pleura viseral.
42
d) Pneumotoraks minimal dapat tidak terlihat pada pemeriksaan inspirasi
standar. Pemeriksaan saat ekpirasi dapat bermanfaat.
e) Tension: lni merupakan diagnosis klinis dan bukan diagnosis radiologi.
Terjadi pergeseran mediastinum ke sisi yang berlawanan dapat terlihat.
Deep sulcus sign merupakan sulkus kostofrenikus yang tertekan ke bawah
dengan gambaran lusensi pada sulkus tersebut. Deep sulcus sign terlihat
pada proyeksi supine.
43
i. Edema Paru
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh akumulasi cairan
di ruang interstitial paru dan alveolus. Pada edema paru, terdapat gambaran
penebalan septa interlobar yang biasa disebut septal lines atau kerley lines,
peribronchial cuffing, cairan di fisura, dan efusi pleura. Normalnya, septa
interlobar tidak terlihat pada rontgen dada. Septa ini akan terlihat jika terdapat
akumulasi cairan di daerah tersebut.
a) Kerley lines A, garis ini akan muncul ketika jaringan ikat di sekitar
bronchoarterial sheath di paru berisi cairan. Panjangnya sekitar 6 cm dari
hilus dan tidak sampai ke perifer paru.
b) Kerley lines B, garis ini biasanya disebut sebagai septal lines, garis ini akan
muncul biasanya di basal paru atau di sekitar sudut kostofrenikus. Panjang
garis horizontal ini 1-2 cm dengan tebalnya 1 mm.
c) Kerley lines C, merupakan kerley lines B en face, yang berbentuk opasitas
reticuler pada basis paru.
d) Peribronchial cuffing terjadi ketika adanya akumulasi cairan di jaringan
ikat sekitar dinding bronkus. Peribronchial cuffing bentuknya terlihat
seperti ringlike density, kecil, multiple, seperti donat.
e) Batwing appearance, merupakan gambaran edema alveolar yang tampak
berkabut berupa opasitas yang dimulai dari suprahiler, hiler, paracardial
sedangkan bagian tepi bersih. Gambaran ini menandakan semakin
meningkatnya tekanan vena sehingga cairan melewati rongga alveolus.
Pada kasus yang berat, terjadi edema paru di seluruh kedua lapangan paru.
44
(a) (b)
Gambar 23. (a) Kerley lines A (panah putih), kerley lines B (kepala
panah putih), kerley lines C (kepala panah hitam) (b) Gambaran
peribronchial cuffing dan efusi pleura
45
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Syarat pembacaan foto
thorax.
Syarat layak baca :
a. Identitas
Ada label nama / umur / jenis kelamin / tanggal
b. Marker
Marker R or L
c. Os scapula tidak superposisi dengan toraks (posisi PA). Tangan di
punggung daerah pinggang dengan sendi bahu internal rotasi.
d. Densitas cukup
Densitas cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang jantung terlihat
samar. VTh I-IV harus jelas terlihat, vertebrae di bawahnya mulai kabur
e. Inspirasi cukup
Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat
komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga posterior terlihat
menyerupai huruf A. kosta VI kanan depan memotong hemidiafragma pada
46
pertengahan atau kosta VII kanan depan memotong hemidiafragma kanan di
1/3 lateral, posterior costae IX dan X terlihat.
f. Simetris
simetris jika terdapat jarak yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial
os clavikula kanan – kiri.
47
g. Kedua sinus phrenicocostalis harus terlihat tidak boleh terpotong, normal
terlihat tajam
h. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover
i. Batas atas apex paru tampak (tidak terpotong)
j. Tampak carina (percabangan Bronkus) setinggi V.Th III atau IV
k. Tampak gambaran vaskularisasi paru
48
DAFTAR PUSTAKA
Palmer, P.E.S., Cockshott, W.P., Hegedus, V., dan Samuel, E. 1995. Petunjuk
Membaca Foto untuk Dokter Umum. EGC: Jakarta.
Rusdi Gazali,Malueka.2008. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press
Sjahriar, Rasad. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Soetikno, Ristaniah D. 2011. Radiologi Emergensi. PT Refika Aditama.
49