Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN TUTORIAL

“FOTO POLOS THORAX”

Pembimbing:
dr. Abdul Malik Setiawan, M.Infect., Dis
Oleh:
Shalzanisa dwianing putri (220702110018)
Meily Rahmalia Widjaya (220702110016)
Adhitya Wishnu Kresnanda (220702110032)
Rahmi Annisaa (220702110047)
Muhammad Aldyan Yudha (220702110049)

DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
DAFTAR ISI

SKENARIO .................................................................................................................. 3
BAB I Rumusan Masalah ........................................................................................... 10
BAB II BRAINSTORMING....................................................................................... 11
BAB III PETA MASALAH ........................................................................................ 14
BAB IV TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................... 15
BAB V TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49

2
SKENARIO
Ny. T/47 th datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. keluhan sesak muncul
tiba-tiba dan sesak dirasakan sejak 1 hari SMRS, sesak dirasakan semakin memberat.
Sesak dirasakan terus menerus dan semakin memberat saat beraktivitas. Sesak di
malam hari membuat terbangun saat tidur dan susah untuk tidur kembali. Pasien lebih
nyaman dan sesak berkurang saat posisi duduk.
Pasien mengeluhkan batuk kering. Batuk dirasakan bersamaan dengan sesak.
Batuk darah (-), nyeri saat batuk (-) Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada, pasien tidak
mengalami demam, Pasien mengatakan muntah saat siang (sekitar pukul 13.00) ketika
menuju ke RS, Pasien mengeluhkan badan lemas, Pola makan menurun, BAK (+),
BAB (-).
RPD:
Asma (-), TB (-), DM (-), HT (-)
RPK:
Asma (-), DM (+), HT (-), TB (-), Alergi (-). Gejala serupa pada anggota keluarga
lain: disangkal
RPO:
Riwayat berobat dan mendapat obat amoxicillin dan grantusif, OAT (-)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
Merokok (-), Alkohol (-)

Status Generalis:
KU: Lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 456

Status Gizi:
BB: 47 kg
TD: 149
BMI: 22,5

3
Vital Sign:
GCS : 456
TD : 155/105 mmHg
HR : 162 x/mnt
RR : 27 x/mnt
T : 36 C
SpO2: 83% RA

Kepala/Leher:
• Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya langsung (-/-),
• mukosa bibir kering (-), bibir cyanosis (-) pursed-lips breathing (-)
• Dyspnea (+)
• Leher : KGB dbn

Thorax:
Cor :
• Inspeksi: scar (-), tanda inflamasi (-), retraksi (-)
• Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 AAL S
• Perkusi : batas jantung kiri di ICS 5 AAL S
batas jantung kanan ICS 4 PSL D
• Auskultasi: S1S2 tunggal, regular, murmur (+) sistolik ICS 5 MCL S,
gallop (-)
Pulmo:

Inspeksi - Bentuk dinding Normal


dada
- Statis D=S
- Dinamis D=S
Palpasi Anterior Posterior

4
D S D S
Stem Normal Normal Normal Normal
fremitus
↓ ↓ ↓ ↓

↓ ↓ ↓ ↓

Ekspansi Simetris Simetris Simetris Simetris

Perkusi Anterior Posterior

D S D S

Sonor Sonor Sonor Sonor

Redup Redup Redup Redup

Redup Redup Redup Redup

Auskultasi Vesikuler Anterior Posterior

D S D S

V V V V
V↓ V↓ V↓ V↓
V↓ V↓ V↓ V↓

Rhonki Anterior Posterior

D S D S

- - - -
- - - -
- - - -

Wheezing Anterior Posterior

D S D S

5
- - - -
- - - -
- - - -

Abdomen :
Inspeksi : rounded, scar (-), kehitaman di area umbilikus
Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : soefl, undulasi (-), Nyeri tekan (-)
Hepar : tepi tidak teraba, liver dbn
Lien : tidak ada pembesaran (hacket 0, schuffner 0)
Extremitas : AHKM, edema CRT < 2s
- -

- -

CXR:

6
Foto Thorax AP, CXR 02/04/2023 RS Karsa
- Identitas pasien sesuai
- Foto thorax AP
- Asimetris
- Terdapat marker R
- Kurang Inspirasi
SOFT TISSUE: diameter 1.5 cm (normal)
SKELETAL:
Clavicula D/S: fraktur (-)
Costae D/S: normal, fraktur (-)
ICS D/S: normal
Skoliosis (+)
TRACHEA: di tengah, udara (+)
HILUS D: Tidak dapat dievaluasi
HILUS S: normal
- Jantung : Batas jantung dextra sinistra tertutup perselubungan
Size: tidak dapat dievaluasi
Shape: Tidak dapat dievaluasi
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak vascular: baik Hilus :
berselubung
- Skeletal : baik
- Soft tissue: baik
Kesimpulan :
- Efusi pleura bilateral
- Susp. edema paru

7
Laboratorium
Nilai Nilai Rujukan Interpretasi
Hasil Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
HB L 11.8 12.3-15.3 Anemia
RBC 14.31 4.1-5.1
HCT 36.1 34.0-47.0
MCV 83.8 80.0-97.0
MCHC 32.7 31.5-35.0
MCH 27.4 26.5-33.5
WBC 6.47 4.4-11,3
RDW-SD H 47.1 35-47 Variasi ukuran RBC ↑
RDW-CV H 15.6 4.4-11.3 Variasi ukuran RBC ↑
Hitung Jenis
Eosinofil% L 0.9 2-4
Basofil% 0.5 0-1
Neutrofil H 80.7 50-70 Neutrofilia
Limfosit% L 17.0 25-40 Limfositopenia
Monosit% L 0.9 2-8 Monositopenia
Platelet 408 150-450
MPV 8.8 6.6-11
P-CLR 16.6 15.0-25.0
PCT 0.36 0.15-0.4
LED 16 0-20

Nilai Nilai Rujukan Interpretasi


Hasil Pemeriksaan
Hitung Jenis
Eosinofil# H 0.06 0-0.4
Basofil# H 0.03 0-0.1
Neutrofil# 5.22 1.5-7
Limfosit# 1.1 1-3.7
Monosit# 0.06 0-0.7

Nilai Nilai Rujukan Interpretasi


Hasil Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
Kimia Darah
SGPT 8.9 <33
SGOT 12.2 <31
Ureum L 17.6 20-40
Creatinin 0.41 <1.3

8
Gula Darah
GDS 134 <200

Elektrolit
Na+ H 145.6 135-145 Hipernatremia
K+ L 3.03 3.5-5.5 hipokalemia
Cl- H 112.4 98-108 hiperchloremia

Analisa Gas Darah


pH 7.441 7.350-7.450
PCO2 L 32.6 35.0-45.0
PO2 92 80-100
HCO3 22.2 22.0-26.0
BE -2.0 -2 - +2
TCO2 23 23-27

Imunologi
Rapid tes Ag Covid Negatif Negatif

Terapi :
• Oksigenasi NRBM 10 lpm
• Thoracocentesis
• Diet Tinggi Kalium
• Metildopa tab 250 mg 2 x 1
• NS 0.9% 20 tpm
• Adenosin IV 6 mg
• Suplementasi besi tab 1x1

9
BAB I
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pasien dilakukan foto thorax ap ?


2. Apakah ada hubungan antara sesak nafas yg memberat dengan perkusi redup
pasien dengan hasil foto thorax ?
3. Apkaha ada pemeriksaan penunjang lain selain foto torax untuk diagnosis
pasien ?
4. Apakah interpretasi foto torax pasien ?
5. Apakah foto torax pasien layak baca ?
6. Apakah kemungkinan diagnosis pasien ?

10
BAB II
BRAINSTORMING

1. Mengapa pasien dilakukan foto thorax ap ?


Jawab :
Karena indikasi pemeriksaan foto torax adalah :
- Sesak nafas aku, nyeri dada, cidera/trauma dada, susp. Masa, batuk akut/kronik,
karena fotothorax AP digunakan pada kasus emergensi atau tidak mampu bangun.
Film diletakkan di bawah pasien, jarang digunakan untuk menilai pembesaran
jantung.

2. Apakah ada hubungan antara sesak nafas yg memberat dengan perkusi redup
pasien dengan hasil foto thorax ?
Jawab:
- Pada hasil foto toras banyak perselubungan. Perselubungan ini dapat menjadi
pertanda sebab sesak nafas pasien. Terdapat gambaran pulmonary edem yang
dapat menyebabkan pasien sesak dan perkusi redup
- Sesak : penumpukan cairan pada rongga pleura shg pengembangan paru tdk
maximal. Ini dapat berhubungan dengan perkusi. Normalnya sonor (redup).
Pasien mengalami redup (bias cairan) di foto torax cairan berwarna putih/abu.
3. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain selain foto torax untuk diagnosis
pasien ?
Jawab :
- USG torax. untuk melihat cairan yang terdapat di paru. Untuk diberi tanda disebelah
mana cairannya.
- USG torax. Sensitivitas lebih tinggi untuk deteksi cairan. Sehingga dapat
menentukan apakah efusi sederhana ataupun komples.
- CT scan torax. Membanti seberapa banyak efusi, etiologic efusi, dan ada atau
tdknya penebalan pleura.

11
4. Apakah interpretasi foto torax pasien ?
Jawab :
Foto Thorax AP
CXR 02/04/2023 RS Karsa
-Identitas pasien sesuai
-Foto thorax AP
-Simetris
-Terdapat marker R
- Inspirasi : sde
SOFT TISSUE: diameter 1.5 cm (normal)
SKELETAL:
Clavicula D/S: fraktur (-)
Costae D/S: normal, fraktur (-)
ICS D/S: normal
Skoliosis (+)
TRACHEA: di tengah, udara (+)
HILUS D: Tidak dapat dievaluasi
HILUS S: Tidak dapat dievaluasi
- Jantung : Batas jantung dextra sinistra tertutup perselubungan
Size: tidak dapat dievaluasi
Shape: Tidak dapat dievaluasi
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak vascular: baik Hilus :
berselubung
- Skeletal : baik
- Soft tissue: baik
Kesimpulan :

12
- Efusi pleura bilateral
- Susp. edema paru

5. apakah foto torax pasien layak baca ?


Jawab :
Sudah layak baca.
Karena terdapat : identitas, marker r/l, densitas cukup, tidak terlihat artefak dari luar.
6. apakah kemungkinan diagnosis pasien ?
Jawab :
- Perselubungan hemidiaghfragma, jantung, sinus costo frenicus, perihilar hazanes
yang menunjukkan efusi pleura e.c edema paru.
- Efusi pleura bilaterall. Penumpulan sudut costofrenikus bilateral

13
BAB III
PETA MASALAH

Ny. T/47 thn

KU: Sesak Nafas

Anamnesis : Pemeriksaan Fisik :


- Sesak muncul tiba-tiba sejak 1 hari Tanda Vital :
SMRS. Sesak dirasakan semakin - TD : 155/105 mmHg N: 162x/mnt
- RR : 27x/mnt T : 36 C
memberat.
- SpO2 : 83% on RA
- Sesak dirasakan terus menerus dan di
Status Lokalis :
malam hari membuat terbangun saat tidur. - Konjungtiva anemis (-), sjela ikterik (-),
- Sesak disertai dengan batuk kering pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (-/-)
- mukosa bibir kering (-) bibir sianosis (-),
- Dyspnea (+)
- Leher : KGB dbn

Pemeriksaan Penunjang:
CXR AP :
- Jantung : Size dan Shape sde. Batas jantung dextra sinistra
tertutup perselubungan
- Aorta : tak tampak dilatasi dan elongasi
- Trachea: ditengah
- Hemidiafragma Tidak dapat dievaluasi karena terdapat
perselubungan DS
- Sinus costophrenicus Dextra et sinistra : tumpul, tertutup
bayangan radio-opaque
- Paru: Tampak perihilar hazoness di kedua lapang paru Corak
vascular: baik Hilus : berselubung
- Skeletal dan soft tissue : baik
Kesimpulan :
- Efusi pleura bilateral
14
BAB IV
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Indikasi Foto Torax AP, PA dan
Lateral.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Jenis dan Proyeksi Foto Thorax.
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Kelainan Radiologi pada Foto
Thorax.
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Interpretasi yang Dievaluasi pada
Foto Thorax.
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Syarat Pembacaan Foto Thorax.

15
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Indikasi Foto Thorax


AP, PA, dan Lateral.
Indikasi pemeriksaan foto polos Thorax adalah :
a. Foto Thoraks Posteroanterior (PA)
Foto thoraks PA adalah foto thoraks yang standar (ideal) pada orang
dewasa. Pembuatan foto paru PA dilakukan dengan cara pasien berdiri, dan
kaset film menempel pada dada. Tabung Rontgen berada di belakang
pasien, kira-kira berjarak 2 meter dari kaset. Dengan posisi ini, proyeksi
jantung pada kaset film mendakati besar yang sesungguhnya karena
pembesaran bayangan sangat minimal. Agar skapula tidak menutupi
lapangan paru, diusahakan posisi tangan pasien berada di pinggang dan siku
ditarik ke depan. Pengambilan foto biasanya dilakukan ketika pasien berada
dalam keadaan inspirasi maksimal. Sedangkan foto yang diambil saat
ekspirasi biasanya diperlukan untuk menilai terperangkapnya udara dalam
paru (the trapping of pulmonary air), apakah lokal atau difus dan untuk
mengkonfirmasi adanya pneumothoraks. Gambar 1 merupakan contoh foto
thoraks PA beserta diagram proyeksinya (Palmer, dkk, 1995).
b. Foto Thorakx Anteroposterior (AP)
Foto thoraks AP disebut juga supine projection. Pengambilan foto dengan
cara ini dilakukan pada pasien bayi atau pasien yang sangat lemah. Pasien
berada dalam posisi berbaring di tempat tidur, kaset film ditempelkan di
punggung, sedangkan tabung rontgen berada di hadapan pasien. Pada posisi
ini, ukuran jantung lebih besar dari ukuran sebenarnya sehingga tidak
dianjurkan untuk menentukan besar jantung pada posisi foto ini (Palmer,
dkk, 1995).
c. Foto Thorax Lateral
Ada dua macam foto lateral, yaitu foto lateral kanan dan foto lateral kiri.
Permintaan foto thoraks lateral kiri dibuat bersamaan dengan permintaan
foto thoraks PA untuk membuat isi rongga thoraks menjadi tiga dimensi.
Foto lateral berguna untuk melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di
bagian anterior paru yang berdekatan dengan mediastinum. Selain itu, foto
ini juga berguna untuk melihat lesi pada kolumna vertebralis dan cairan
pada efusi pleura yang minimal (Palmer, dkk, 1995).

16
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Jenis dan Proyeksi foto
Thorax.
a. Proyeksi Posterioranterior (PA)

a) Posisi Pasien:
Erect/supine dengan lengan disamping tubuh
b) Posisi Obyek:
- Atur MSP tepat tegak lurus pada pertengahan grid atau kaset.

- Rotasikan shoulders ke arah anterior (endorotasi) agar tidak menutupi


paru-paru.
- Angkat dagu untuk menghindari superimposisi dengan upper ribs.
- Kepala lurus ke depan Tidak ada rotasi pada thorax
- Melakukan Inspirasi

Gambar 1. Proyeksi Posterior Anterior (PA) (Bontrager, 2018)

Kriteria Gambar:
- Foto mencakup keseluruhan thorax
- Bagian atas : apeks paru-paru tidak terpotong.
- Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
- Terlihat vertebrae thorachalis 1-4
- Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral

17
b. Proyeksi Anteroposterior (AP)
a) Posisi Pasien:
Pasien semi supine diatas meja pemeriksaan ataubrankard. Kedua
tangan lurus disamping tubuh.

b) Posisi Obyek:
- MSP tubuh berda dipertengahan kaset.
- Beri softbag dikepala pasien.

Gambar 2. Foto proyeksi AP (Bontrager, 2018)

Kriteria Gambar:
- Batas atas apex paru tidak terpotong.
- Batas bawah kedua sinus costoprenicus tidak terpotong.
- Tampak sinus cardioprenicus.
- Tampak bayangan trakea.
- Faktor eksposi (kV) tepat jika C.V. Thorakal tampak sampai denganruas
ke 4
- Kedua skapula mengarah / terlempar ke arah lateral (tidak menutupi area
paru, maksimal skapula tapak 1/3 bagian)
- Foto simetris
a. simetris terhadap film dilihat batas kanan dan kiri sama.
b. simetris objek space sterno clavicular kanan dan kiri sama
- Inspirasi penuh ditandai dengan:
a. Costa belakang tampak sampai dengan iga (Costa) ke 9/10
b. Costa depan tampak sampai dengan iga (Costa) ke 6/7
- Tampak bayangan bronkovascular
- Tampak arkus aorta
- Tampak marker dan ID Pasien

18
c. Proyeksi Lateral

a) Posisi Pasien:
Pasien berdiri true lateral dengan bagian yang diperiksa menempel
kaset / stand chest dan batas atas kaset kira-kira 1 1⁄2 inchi (4cm) di
atas shoulder joint.
b) Posisi Obyek:
- Tempatkan MSP pasien sejajar dengan garis tengah kaset.
- Angkat tangan ke atas dengan elbow fleksi serta kedua antebrachi
bersilang diletakkan di belakang kepala seperti bantalan dengan kedua
tangan memegang elbow.
- Usahakan pasien bernapas dan inspirasi penuh untuk
memaksimalkan lapang paru.

Gambar 3. Proyeksi Lateral (Bontrager, 2018)

Kriteria Gambar:
- Bagian superior ribs saling superposisi
- Sternum dalam posisi true lateral
- Angulus costoprenicus tidak boleh terpotong
- Margin Objek terlihat tajam dan jelas
- Terlihat batas atas apex paru
- Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

19
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Kelainan radiologi pada
foto Thorax.
Berikut ini kelainan radiologi thorax :
a. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu penyakit.
- Sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah
- Diafragma letak tinggi,
- Corakan meningkat pada kedua lobus bawah,
- diameter jantung bertambah.

b. Pada jantung : Cardiomegali

Setelah dibuat garis-garis seperti di atas selanjutnya kita hitung menggunakan


rumus perbandingan :
CTR= A+B/C x 100%
Ketentuan :
Jika nilai perbandingan di atas nilai 50% dapat dikatakan telah terjadi
pembesaran jantung (cardiomegali).
- Apex cordis tergeser ke bawah kiri pada pembesaran ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran ventrikel
kanan

20
c. Pada Mediastinum : Massa Mediastinum

d. Pada Pulmo :
a. Oedema Paru

- Bayangan dengan garis tidak tegas


- Terdapat suatu bronkogram udara
- Tanda “Silhouette” yaitu hilangnya visualisasi bentuk diafragma
atau mediastinum berdekatan

21
b. Pemadatan Paru, Misalnya Tbc Paru, Pneumonia

TB Paru

Pneumonia

- Terlihat pemadatan bercak-bercak dengan bayangan tidak jelas


- Terlihat adanya kavitas (pembentukan abses)

22
c. Kolaps Paru / Atelektasis

Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru sebelah kiri yang


menutupi batas kiri jantung, diafragma, dan sinus disertai dengan shift
midline ke kiri.
- Terdapat bayangan lobus yang kolaps
- Ditemukan tanda “Silhouette”
- Pergeseran struktur untuk mengisi ruangan yang normalnya ditempati
lobus kolaps
- Pada kolaps keseluruhan paru tampak opaque dan ada pergeseran hebat
pada mediastinum dan trakea

23
d. Massa paru, misal : abses paru, kista hydatid
- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus
- Terdapat bayangan sferis

e. Bayangan kecil tersebar luas


- Bayangan cincin 1 cm bersifat diagnostic bagi bronkiektasis
- Kalsifikasi paru yang kecil tersebar luas dapat timbul setelah infeksi paru
oleh TB
- Area pemadatan kecil berbatas tidak jelas menunjukkan adanya bronkiolitis

24
f. Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting adalah garis
septal, dapat terlihat pada limfangitis Ca.

g. Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
- Bayangan retikulonodularis pada paru.

25
h. Fibrosis paru
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang jelasnya garis
bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus berbatas tak jelas dengan
garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat
memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”, kemudian
jantung dan arteria pulmonalis membesar karena semakin parahnya
hipertensi pulmonalis.

i. Neoplasma

- Bayangan bulat dengan tepi tak beraturan berlobulasi dan tepi infiltrasi
- Terdapat kavitas dengan massa

26
e. Pada Pleura :
a. Efusi Pleura

- Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral daripada medial,


juga dapat berjalan ke dalam fissure terutama ke ujung bawah fissure
oblique

b. Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih kecil
daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap terobliterasi.

27
c. Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa disertai penebalan
pleura

d. Pneumothorax

- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding dada,
mediastinum, atau diafragma oleh udara
- Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini

e. Hematothorax

28
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah
mungkin dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar.
Meskipun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya
50% diperlukan untuk membedakan hematotoraks dari efusi pleura berdarah,
sebagian besar tidak setuju pada setiap perbedaan yang spesifik. Biasanya
akibat dari trauma tumpul atau penetrasi. Lebih jarang, mungkin merupakan
komplikasi dari penyakit, dapat induksi iatrogenik, atau mungkin berkembang
secara spontan.

4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Interpretasi yang


dievaluasi pada foto Thorax.

a. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan peradangan pada bronkus, biasanya terjadi
secara bilateral. Peradangan kronis terjadi pada hampir setiap hari selama
sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun berturut-turut. Pada foto thorax PA didapatkan gambaran:
a) Peningkatan corakan bronkovaskular
b) Trains line (seperti jalan kereta, yaitu merupakan gambaran bronkus yang
terpotong secara longitudinal)
c) Air bronchogram (merupakan gambaran bronkus yang terpotong secara
transversal)
d) Infiltrat peribronkial
e) Tanda emfisema (hiperlusensi paru bilateral, diafragma letak
rendah/dibawah costae thorax 10 dan cenderung mendatar, gambaran
jantung tear drop sehingga sudut kardiofrenikus lancip, dan ICS melebar)
Bronkitis kronis secara radiologis dibagi menjadi 3 kategori:
− Ringan: corakan paru ramai di bagian basal paru
− Sedang: corakan paru ramai di bagian basal paru disertai emfisema, kadang-
kadang disertai bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri

29
− Berat: ditemukan emfisema, bronkiektasis dan disertai cor pulmonale
sebagai komplikasi

Gambar 4. Bronkitis kronis dengan peningkatan corakan bronkovaskular

b. Bronkiektasis
Suatu keadaan bronkus atau bronkiolus yang melebar akibat kehilangan
sifat elastisitas dinding otot bronkus yang dapat disebabkan oleh obstruksi dan
peradangan yang kronis, atau dapat pula disebabkan oleh kelainan lain.
Jaringan alveolar peribronkial yang mungkin juga rusak menghasilkan fibrosis
peribronkial difus. Pada foto polos thorax tampak gambaran:
a) Corakan bronkovaskuler kasar yang umumnya terdapat di lapangan bawah
paru
b) Gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju hilus dengan
bayangan konsolidasi disekitarnya akibat peradangan sekunder
c) Honey comb appearance (gambaran sarang tawon) yaitu gambaran berupa
bulatan-bulatan translusen. Bulatan translusen ini dapat berukuran besar
(diameter 1-10 cm) yang berupa kista-kista translusen dan kadang berisi
cairan (air fluid level) yang berbentuk seperti bulan sabit (konkaf konveks)
akibat peradangan sekunder.

30
d) Tanda hiperinflasi pada paru, yaitu sebagai bentuk kompensasi

Gambar 5. Bronkiektasis dengan corakan bronkovaskuler kasar pada


lapangan bawah paru dengan gambaran honey comb appearance

c. Pneumonia
Pneumonia adalah radang pada paru yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, protozoa, bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion. Berdasarkan
letak anatominya, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobus media kanan
(batas jantung kanan menghilang), pneumonia lobus inferior kanan (batas
diafragma kanan menghilang), pneumonia lobus inferior kiri (batas diafragma
kiri menghilang), dan pneumonia segmen lingula (batas jantung kiri
menghilang).

Gambar 6. Pneumonia lobus media kanan. Batas jantung kanan


menghilang. Pada proyeksi lateral, opasifikasi lobus media kanan terlihat
antara fisura horizontal dan fisura oblik.

31
Gambar 7. Pneumonia Segmen Lingula

Berdasarkan gambaran radiologisnya pneumonia dibagi menjadi 3,


yaitu air space pneumonia (pneumonia alveolar), bronkopneumonia, dan
pneumonia interstisial. Inflamasi yang ekstensif dapat menyebabkan tipe
pneumonia campuran ketiganya.
a) Air space pneumonia
Pada foto thorax PA tampak infiltrat di parenkim paru perifer yang
semiopak, homogen tipis seperti awan, berbatas tegas, bagian perifer lebih
opak dibanding bagian sentral. Konsolidasi parenkim paru tanpa
melibatkan jalan udara mengakibatkan timbulnya air bronkogram. Tampak
pelebaran dinding bronkiolus. Tidak ada volume loss pada pneumonia tipe
ini.
b) Bronkopneumonia
Pada foto thorax tampak infiltrat peribronkial yang semiopak dan
inhomogen di daerah hilus yang benyebabkan batas jantung menghilang
(silhouette sign). Tampak juga air bronkogram, dapat terjadi nekrosis dan
kavitasi pada parenkim paru. Pada keadaan yang lebih lanjut dimana
semakin banyak alveolus yang terlibat maka gambaran opak menjadi
terlihat homogen.

32
Gambar 8. Bronkopneumonia dengan gambaran infiltrat peribronkial

c) Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial ditandai dengan pola linear atau retikuler pada
parenkim paru. Pada tahap akhir, dijumpai penebalan jaringan interstisiel
sebagai densitas noduler yang kecil.

Gambar 9. Pneumonia interstisial


d. Efusi pleura
Merupakan akumulasi cairan di dalam rongga pleura. Diperlukan
volume cairan sejumlah ±300 ml, agar efusi pleura dapat terlihat pada foto torak

33
tegak. Foto lateral dapat mendeteksi efusi pleura sejumlah ±75ml dan foto
lateral dekubitus dapat mendeteki cairan sebanyak ±15-20 ml. Efusi pleura
memiliki gambaran yang berivariasi, antara lain:
a) Efusi subpulmonal
− Hampir semua efusi awalnya terkumpul di bawah paru antara pleura
parietal yang melapisi diafragma dengan pleura viseralis lobus
inferior.
− Gambaran diafragma bukan merupakan diafragma yang sebenarnya,
melainkan cairan pleura yang terkumpul di atas diafragma.
− Menggeser titik tertinggi diafragma (bukan diafragma sebenarnya) ke
arah lateral.
− Pada efusi pleura subpulmonal kiri terdapat peningkatan jarak antara
udara lambung dengan udara di paru.
− Pada foto lateral biasanya terdapat penumpulan sulkus kostofrenikus
posterior.

Gambar 10. Efusi subpulmonal kanan

b) Penumpulan sudut kostrofrenikus


− Sulkus kostofrenikus posterior (foto lateral) menjadi tumpul terlebih
dahulu, kemudian diikuti sulkus kostofrenikus lateral (foto torak
tegak).

34
− Penebalan pleura juga dapat menyebabkan penumpulan sulkus
kostofrenikus, namun penebalan pleura biasanya berbentuk skislope
(lereng untuk ski) dan tidak akan berubah jika terdapat perubahan
posisi pasien.

(a) (b)
Gambar 11. (a) sudut kostofrenikus normal yang tajam (b) sudut
kostofrenikus yang tumpul

c) Tanda meniskus
− Tanda ini sangat sugestif akan adanya efusi pleura.
− Akibat sifat paru yang elastis, maka cairan pleura lebih tinggi di bagian
tepi.

35
Gambar 12. Tanda meniskus pada efusi pleura

d) Perselubungan pada hemithoraks


− Teriadi ketika rongga pleura mengandung 2 L cairan pada orang
dewasa.
− Paru akan kolaps secara pasif.
− Efusi paru yang besar ini akan mendorong jantung dan trakea menjauhi
sisi yang terkena efusi.
− Pemerikaan CT diperlukan untuk melihat keadaan paru yang
terselubung

36
Gambar 13. Perselubungan hemithoraks akibat efusi pleura
yang mendorng trakea dan jantung ke kanan

e) Efusi yang terlokalisir


− Terjadi akibat adhesi antara pleura viseral dengan pleura parietal.
− Adhesi lebih umum terjadi pada hemotoraks dan empiema.
− Memiliki bentuk dan posisi yang tidak lazim (tetap di bagiah apeks
paru pada foto tegak).

Gambar 14. Efusi pleura yang terlokalisir

37
f) Hidropneumotoraks
− Terjadi jika terdapat pneumotoraks dan efusi pleura secara bersamaan.
− Biasanya akibat trauma, pembedahan, atau fistula bronkopleura.
− Ditandai oleh air-fluid level di hemitoraks.
− Batasnya tidak berbentuk meniskus, melainkan berupa garis lurus.

Gambar 15. Hidropneumothorax. Batas udara dengan cairan berbentuk


garis lurus

e. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) didefinisikan sebagai
keterbatasan aliran udara yang irreversibel. Keterbatasan aliran udara bersifat
progresif dan berasosiasi dengan respon peradangan abnormal paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya. Pemerikaan radiologi dapat membantu
diagnosis PPOK, namun PPOK harus dikonfirmasi dengan pemerikaan
spirometri. Foto polos thorax tidak terlalu sensitif (40-60%):
− Metode yang mudah diperoreh dalam menilai luas dan derajat kerusakan
struktur parenkim paru.
− Pada keadaan emergensi, foto konvensional bermanfaat untuk menilai
komplikasi seperti pneumonia, gagal jantung, atelektasis, pneumotoraks
atau fraktur costa.

38
− Gambaran radiografik mencakup paru yang hiperekpansi dengan
pendataran kedua diafragma, penurunan corakan bronkovaskular, barrel-
shoped chest dan bulla.

(a) (b)
Gambar 16. PPOK (a) Paru mengalami hiperinflasi dengan pendataran
kedua diafragma (b) Barrel-shaped chest, peningkatan rongga udara
retrosternal

f. Atelektasis
Atelektasis merupakan kehilangan volume di sebagian atau seluruh
paru. Atelektasis juga disebut kolaps paru. Atelektasis kecuali yang disebabkan
sikatrik, biasanya bersifat reversibel. Gambaran radiologi secara umum dapat
dibagi menjadi:
a) Tanda langsung
− Perubahan letak fisura interlobaris.
− Penambahan opasitas (penurunan aerasi)
− Corakan bronkovaskular yang bertambah
b) Tanda tidak langsung

39
− Elevasi diafragma
− Pergeseran mediastinum
− Pergeseran trakea
− Pergeseran letak hilus
− Hiperaerasi kompensasi dari paru yang normal
− Penyempitan sela iga

Gambar 17. Atelektasis lobus superior kanan. Peningkatan opasitas


terdapat pada lobus superior kanan. Fissure minor dan diafragma kanan
tertarik ke atas. Trakea deviasi ke kanan

Atelektasis juga memiliki gambaran khas tersendiri berdasarkan jenis


atelektasis, yaitu sebagai berikut:
a) Atelektasis subsegmental (discoid/plate-like)
− Berhubungan dengan gangguan fungsi surfaktan, berupa gambaran
linear dengan berbagai ketebalan yang biasanya paralel dengan
diafragma
− Terlihat paling sering pada bagian basis paru.
− Tidak mengakibatkan penurunan volume yang cukup besar untuk
menyebabkan pergeseran struktur-struktur di rongga dada

40
Gambar 18. Atelektasis subsegmental. Terdapat densitas
berbentuk garis yang paralel dengan diafragma (panah merah)

b) Atelektasis kompresif
− Terdapat gambaran pneumothoraks atau efusi pleura yang tidak
menyebabkan pendorongan struktur di rongga dada

Gambar 19. Atelektasis kompresif (pasif) akibat efusi pleura. Tidak


terdapat deviasi trakea/jantung karena peningkatan volume akibat efusi
pleura dikompensasi oleh penurunan volume dari atelectasis

g. Hemothorax
Merupakan akumulasi darah dalam rongga pleura setelah trauma
tumpul atau penetrasi. Biasanya berasosiasi dengan pneumotoraks dan cedera
ekstratorakal lain. Perdarahan biasanya lebih sering berasal dari parenkim paru
dan pembuluh darah interkosta dan mamaria interna lebih sering terkena

41
daripada pembuluh darah hilus atau pembuluh darah besar. Gambaran radiologi
pada hemothorax adalah sebagai berikut:
a. Foto thorax tegak lebih sensitif dibandingkan foto berbaring.
b. Penumpulan sudut kostofrenikus-terlihat pada volume darah ±250 cc.
c. Opasifikasi yang menyeluruh pada hemitoraks terlihat pada foto berbaring.

Gambar 20. Opasifikasi hemithorax kiri akibat hemothorax

h. Pneumothorax
Pneumothorax adalah akumulasi udara dalam rongga pleura yang
merupakan komplikasi umum dari trauma thorax (15-40%). Pneumothorax
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Sederhana: Tidak terdapat hubungan dengan udara luar atau mediastinum.
Tidak terdapat pergeseran garis tengah.
2) Komunikans: Berhubungan dengan defek pada dinding dada.
3) Tension: Akumulasi udara progresif dengan tekanan dalam rongga pleural
yang menyebabkan pergeseran mediastinum dengan kompresi paru
kontralateral dan pembuluh darah besar.
Gambaran radiologi pada pneumothorax adalah sebagai berikut:
a) Batas pleura viseral terlihat (pleural line sign)
b) Kehilangan volume pada sisi yang terkena (e.g. hemidiafragma meninggi)
c) Corakan bronkovaskular tidak terlihat di distal dari pleura viseral.

42
d) Pneumotoraks minimal dapat tidak terlihat pada pemeriksaan inspirasi
standar. Pemeriksaan saat ekpirasi dapat bermanfaat.
e) Tension: lni merupakan diagnosis klinis dan bukan diagnosis radiologi.
Terjadi pergeseran mediastinum ke sisi yang berlawanan dapat terlihat.
Deep sulcus sign merupakan sulkus kostofrenikus yang tertekan ke bawah
dengan gambaran lusensi pada sulkus tersebut. Deep sulcus sign terlihat
pada proyeksi supine.

Gambar 21. Pneumothorax Sederhana. Tampak pleural line sign sisi


kanan, tanpa corakan paru kanan. Tidak terdapat pergeseran mediastinum

Gambar 22. Tension Pneumothorax Kanan. Tampak pergeseran


mediastinum ke kiri

43
i. Edema Paru
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh akumulasi cairan
di ruang interstitial paru dan alveolus. Pada edema paru, terdapat gambaran
penebalan septa interlobar yang biasa disebut septal lines atau kerley lines,
peribronchial cuffing, cairan di fisura, dan efusi pleura. Normalnya, septa
interlobar tidak terlihat pada rontgen dada. Septa ini akan terlihat jika terdapat
akumulasi cairan di daerah tersebut.
a) Kerley lines A, garis ini akan muncul ketika jaringan ikat di sekitar
bronchoarterial sheath di paru berisi cairan. Panjangnya sekitar 6 cm dari
hilus dan tidak sampai ke perifer paru.
b) Kerley lines B, garis ini biasanya disebut sebagai septal lines, garis ini akan
muncul biasanya di basal paru atau di sekitar sudut kostofrenikus. Panjang
garis horizontal ini 1-2 cm dengan tebalnya 1 mm.
c) Kerley lines C, merupakan kerley lines B en face, yang berbentuk opasitas
reticuler pada basis paru.
d) Peribronchial cuffing terjadi ketika adanya akumulasi cairan di jaringan
ikat sekitar dinding bronkus. Peribronchial cuffing bentuknya terlihat
seperti ringlike density, kecil, multiple, seperti donat.
e) Batwing appearance, merupakan gambaran edema alveolar yang tampak
berkabut berupa opasitas yang dimulai dari suprahiler, hiler, paracardial
sedangkan bagian tepi bersih. Gambaran ini menandakan semakin
meningkatnya tekanan vena sehingga cairan melewati rongga alveolus.
Pada kasus yang berat, terjadi edema paru di seluruh kedua lapangan paru.

44
(a) (b)
Gambar 23. (a) Kerley lines A (panah putih), kerley lines B (kepala
panah putih), kerley lines C (kepala panah hitam) (b) Gambaran
peribronchial cuffing dan efusi pleura

Gambar 24. Batwing appearance pada edema paru alveolar

45
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Mengetahui Syarat pembacaan foto
thorax.
Syarat layak baca :

a. Identitas
Ada label nama / umur / jenis kelamin / tanggal
b. Marker
Marker R or L
c. Os scapula tidak superposisi dengan toraks (posisi PA). Tangan di
punggung daerah pinggang dengan sendi bahu internal rotasi.
d. Densitas cukup
Densitas cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang jantung terlihat
samar. VTh I-IV harus jelas terlihat, vertebrae di bawahnya mulai kabur

e. Inspirasi cukup
Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat
komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga posterior terlihat
menyerupai huruf A. kosta VI kanan depan memotong hemidiafragma pada

46
pertengahan atau kosta VII kanan depan memotong hemidiafragma kanan di
1/3 lateral, posterior costae IX dan X terlihat.

f. Simetris
simetris jika terdapat jarak yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial
os clavikula kanan – kiri.

47
g. Kedua sinus phrenicocostalis harus terlihat tidak boleh terpotong, normal
terlihat tajam
h. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover
i. Batas atas apex paru tampak (tidak terpotong)
j. Tampak carina (percabangan Bronkus) setinggi V.Th III atau IV
k. Tampak gambaran vaskularisasi paru

48
DAFTAR PUSTAKA

Palmer, P.E.S., Cockshott, W.P., Hegedus, V., dan Samuel, E. 1995. Petunjuk
Membaca Foto untuk Dokter Umum. EGC: Jakarta.
Rusdi Gazali,Malueka.2008. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press
Sjahriar, Rasad. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Soetikno, Ristaniah D. 2011. Radiologi Emergensi. PT Refika Aditama.

49

Anda mungkin juga menyukai