Anda di halaman 1dari 121

OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE

UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN


DI BANDARA INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG

TUGAS AKHIR

Oleh :

ITTABIANA NABAWIYATI
NIT: 30618012

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA
2021
OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE
UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN
DI BANDARA INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir pada


Program Studi Diploma 3 Manajemen Transportasi Udara

Oleh :

ITTABIANA NABAWIYATI
NIT: 30618012

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE


UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN
DI BANDARA INTERNASIONAL RADEN INTEN II LAMPUNG

Oleh :
ITTABIANA NABAWIYATI
NIT. 30618012

Disetujui untuk diujikan pada :


Surabaya, 2 Juni 2021

Pembimbing I : ARIYONO SETIAWAN, S.T, M.T ......................


NIP. 19790328 200502 1 001

Pembimbing II : Dr. SETYO HARIYADI S.P., S.T, M.T .....................


NIP. 19790824 200912 1 001

1
LEMBAR PENGESAHAN

OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE


UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN
DI BANDARA INTERNASIONAL RADEN INTEN II LAMPUNG

Oleh :
ITTABIANA NABAWIYATI
NIT. 30618012

Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus pada Sidang Tugas Akhir


Program Studi Diploma 3 Manajemen Transportasi Udara
Politeknik Penerbangan Surabaya
Pada tanggal : 2 Juni 2021

Panitia Penguji :

1. Ketua : ARIYONO SETIAWAN, S.T, M.T .......... ... ...........


NIP. 19790328 200502 1 001

2. Sekretaris : Dr. M. RIFAI, ST, M.Pd ........................


NIP. 19770216 199903 1 003

3. Anggota : TOTOK WARSITO, S.SiT, MM ......................


NIP. 19570316 197703 1 001

Ketua Program Studi


D3 Manajemen Transportasi Udara

ARIYONO SETIAWAN, S.T, M.T


NIP. 19790328 200502 1 001

2
PERNYATAAN KEASLIAN DAN HAK CIPTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ittabiana Nabawiyati


NIT : 30618012
Program Studi : DIII Manajemen Transportasi Udara
Judul Tugas Akhir : OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE
UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN
OPERASI PENERBANGAN DI BANDARA
INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir ini merupakan karya asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Politeknik Penerbangan Surabaya
maupun di Perguruan Tinggi lain, serta dipublikasikan, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
2. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Hak
Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) kepada
Politeknik Penerbangan Surabaya beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan hak ini, Politeknik Penerbangan Surabaya berhak
menyimpan, mengubah instalasi, mengelola, merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya dengan tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis /
pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya
sesuai dengan norma yang berlaku di Politeknik Penerbangan Surabaya.

Surabaya, 2 Juni 2021


Yang membuat pernyataan

Ittabiana Nabawiyati
30618012

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Tugas Akhir yang berjudul OPTIMALISASI
PENANGANAN WILDLIFE UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN
OPERASI PENERBANGAN DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL
RADEN INTEN II LAMPUNG ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam
mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi Diploma III Manajemen
Transportasi Udara di Politeknik Penerbangan Surabaya.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Sehingga, disampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa;
2. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, motivasi, dan support baik
material maupun spiritual;
3. Bapak M. Andra Aditiyawarman, M.T selaku Direktur Politeknik
Penerbangan Surabaya;
4. Bapak Ariyono Setiawan, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi
Manajemen Transportasi Udara Politeknik Penerbangan Surabaya
sekaligus selaku pembimbing I yang senantiasa membantu penulisan
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini;
5. Bapak Setyo Hariadi, S.P, S.T, M.T selaku pembimbing II yang senantiasa
membantu penulisan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini;
6. Bapak dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran yang
membangun dalam penyusunan Tugas Akhir ini;
7. Para Dosen, Instruktur dan Pengasuh Politeknik Penerbangan Surabaya;
8. Teman–teman course Diploma III Manajemen Transportasi Udara III
Alpha dan Bravo yang juga memberi motivasi dan semangat;

4
9. Seluruh Taruna/i Politeknik Penerbangan Surabaya dan semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam
penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis meyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan. Sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan penulisan ini. Semoga dengan terselesaikannya penulisan Tugas
Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, Februari 2020

Penulis

5
ABSTRAK

OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE


UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN
DI BANDARA INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG

Oleh:
Ittabiana Nabawiyati
NIT. 30618012

Safety first merupakan prioritas dalam dunia penerbangan sehingga


penerbangan dilakukan dalam kondisi yang aman serta sesuai dengan rencana
penerbangan yang terbebas dari gangguan atau tidakan yang melawan hukum.
Dalam kurun satu bulan tercatat Bandar Udara Internasional Radin Inten II
mengalami insiden wildlife sebanyak 9 kali dengan masuknya rusa, biawak dan
kucing kedalam landasan, sehingga menandakan bahwa keamanan penerbangan di
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung perlu untuk dioptimalkan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
mengacu pada regulasi SKEP/42/III/2010 tentang “Petunjuk Dan Tata Cara
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-03 Manajemen Bahaya
Hewan Liar Di Bandar Udara Dan Sekitarnya”. Metode pengumpulan data
menggunakan metode observasi, studi kepustakaan dan interview. Metode yang
digunakan untuk menguji data adalah uji keabsahan data meliputi uji credibility,
transferability, dependability, dan confirmability. Dimana dalam uji credibility
dilakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan kecermatan, serta triangulasi
sumber, teknik maupun waktu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas penanganan WHMP
berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan. Sedangkan hasil
uji data menyatakan bahwa kualitas penanganan WHMP di bandara masih belum
optimal dengan dibuktikan adanya insiden dan beberapa faktor yang belum
mendukung pengoptimalan WHMP. Hasil penelitian diharapkan dapat
mengoptimalkan WHMP di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung.
Kata Kunci : Wildlife, keselamatan penerbangan, optimalisasi.

6
ABSTRACT

OPTIMIZING THE HANDLING OF WILDLIFE


TO INCREASE SAFETY FLIGHT OPERATION AT THE INTERNATIONAL
AIRPORT RADIN INTEN II LAMPUNG

By:
Ittabiana Nabawiyati
NIT. 30617026

Safety first means top priority in the world of aviation, so that flights are
carried out in safe and secure conditions according to the flight plan supported by
flights that are free from disturbances or act against the law. In a month, Radin
Inten II International Airport has experienced three wildlife incidents with deer
and cats entering the runway, this indicating that flight safety at Radin Inten II
International Airport Lampung needs to be optimized.
The research method used is descriptive qualitative by referring to the
SKEP/42/III/2010 regulation on "Instructions and Procedures for Civil Aviation
Safety Regulations Section 139-03 Hazard Management of Liar Animals at
Airports and Surroundings". Methods of data collection using the method of
observation, literature study and interviews. The method used to test the data is to
test the validity of the data including the credibility, transferability, dependability,
and confirmability tests. Where in the credibility test, additional observations,
increased accuracy, and triangulation of sources, techniques and time are carried
out.
The results of this study indicate that the quality of WHMP handling
affect flight safety and security. Meanwhile, the results of data test show that the
quality of WHMP handling at the airport was still not optimal, as evidenced by
incidents and several factor that did not support WHMP optimization. The results
of this study are expected to optimize WHMP of Radin Inten II International
Airport, Lampung.
Keywords: Wildlife, flight safety, optimization.

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN DAN HAK CIPTA ii
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK ii
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Hipotesis 2
1.6 Manfaat Penelitian 2
1.7 Sistematika Penulisan 2
BAB II 2
LANDASAN TEORI 2
2.1 Tinjauan Teoritis 2
2.1.1 Pengertian Optimalisasi 2
2.1.2 Wildlife Hazard Managemet 2
2.1.3 Wildlife Hazard Management Plan 2
2.1.4 Indikator Terlaksananya Wildlife Hazard Management Plan 2
2.1.5 Keselamatan Operasi Penerbangan 2
2.1.6 Tolak Ukur Keselamatan Operasi Penerbangan 2
2.1.7 Bandar Udara 2

8
2.1.8 Airport Rescue and Fire Fighting 2
2.1.9 Apron Movement Control 2
2.1.10 Bird Strike and Animal Hazard Committee 2
2.2 Tinjauan Empiris 2
BAB III 2
METODE PENELITIAN 2
3.1 Desain Penelitian 2
3.2 Variabel Penelitian 2
3.3 Populasi dan Objek Penelitian 2
3.3.1 Populasi 2
3.3.2 Objek Penelitian 2
3.4 Sumber Data 2
3.5 Metode Pengumpulan Data 2
3.5.1 Observasi 2
3.5.2 Studi Kepustakaan 2
3.5.3 Interview 2
3.6 Dokumentasi 2
3.7 Teknik Analisis Data 2
3.8 Keabsahan Data 2
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian 2
3.9.1 Lokasi Penelitian 2
3.9.2 Waktu Penelitian 2
BAB IV 2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2
4.1 Hasil Penelitian 2
4.1.1 Kondisi Bandar Udara 2
4.1.2 Aktivitas Burung dan Hewan Liar serta Resiko Terjadinya
Bird Strike dan Wildlife Hazard 2
4.1.3 Hasil Interview 2
4.1.4 Hasil Uji Keabsahan Data 2
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 2
4.3 Penyelesaian Masalah 2
BAB V 2
KESIMPULAN DAN SARAN 2

9
5.1 Kesimpulan 2
5.2 Saran 2
DAFTAR PUSTAKA 2
LAMPIRAN A 2

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian 32


Gambar 3.2 Variabel Penelitian 33
Gambar 4.1 Tata Layout Bandara 47
Gambar 4.2 Layout Zona Pengamatan Burung dan Hewan Liar 51
Gambar 4.3 Data Total Pergerakan pesawat di Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung 60
Gambar 4.4 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Kucing di Area Bandara Internasional
Radin Inten II Lampung 65

Gambar 4.5 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Rusa di Area Bandara Internasional
Radin Inten II Lampung 66
Gambar 4.6 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Biawak di Area Bandara
Internasional Radin Inten II Lampung 67
Gambar 4.7 Kondisi Genangan Air di Airside Bandara Internasiona Radin Inten II
Lampung 68
Gambar 4.8 Laporan Pemantauan atau Patroli Airside 70
Gambar 4.9 Proses Pengevakuasian Bangkai Hewan Liar di Wilayah Airside
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung 72

11
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Variabel X 24


Tabel 3.2 Indikator Variabel Y 25
Tabel 3.3 Waktu Penelitian 46
Tabel 4.1 Kondisi Permasalahan 48
Tabel 4.2 Jenis Burung dan Macam Hewan yang Teramati di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung dan sekitarnya beserta ukurannya 51
Tabel 4.3 Informasi Umum Hewan yang Ada di Bandara 52
Tabel 4.4 Total Pergerakan Pesawat di Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung 61
Tabel 4.5 Rekap Kejadian Wildlife Hazard di Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung Tahun 2020-2021 2
Tabel 4.6 Suara yang Ditambahkan Pada Sirine Mobil Patroli 79

12
13
14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara maritim yang wilayahnya berada di kawasan laut yang luas
dan memiliki banyak pulau, Indonesia memerlukan transportasi udara dalam
menunjang mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, banyak dari mereka
mengiginkan dalam melakukan perpindahan tempat dilakukan dengan aman,
cepat, dan mudah namun dengan harga yang terjangkau. Bagi perusahaan
penerbangan memiliki kebijakan yakni “Safety first” atau “Safety is always”
dimana dalam penyelenggaraan tiap penerbangan, keamanan penerbangan
merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan sehingga penerbangan
dilakukan dalam kondisi keamanan dan keselamatan yang terjaga mengikuti
rencana penerbangan yang dapat dilihat dengan penerbangan yang terbebas dari
distraction.
Penerbangan di Indonesia menghadapi berbagai macam tantangan baik
dari kondisi infrastruktur hingga faktor human error, ataupun kondisi alam yang
kurang mendukung sehingga dapat membahayakan keselamatan penerbangan.
Wildlife merupakan salah satu faktor yang dapat membahayakan penerbangan,
dimana terdapat wildlife yang memasuki area landasan pacu (runway) sehingga
menjadi suatu tantangan bagi airman dalam menjaga keselamatan penerbangan.
Landasan Di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung yang
berlokasi di lingkungan persawahan, perkebunan dan perkampungan, sehingga
dapat menarik hewan liar untuk memasuki area runway guna mencari makan,
passing atau membangun wilayah tempat tinggal. Dalam kurun satu bulan telah
terjadi 3 kejadian yang berkaitan dengan penemuan wildlife pada tanggal 12
Desember 2020 terjadi masuknya kucing di area taxiway, 17 Desember 2020
terjadi masuknya 2 kucing di area taxiway, serta 27 Januari 2021 telah terjadi rusa
yang masuk di area runway.
15

Dari penelitian sebelumnya yang disusun oleh Yufridan Gandoz


Situmeang, Vicky Chandra Yanuar (Februari, 2011) dengan judul Perlunya
Peningkatan Pengamanan di Daerah Pergerakan Pesawat Demi Menunjang
Kelancaran Lalu Lintas Udara di Bandar Udara Budiarto. Menghasilkan
pembahasan mengenai. Pengaruh pengamanan bandar udara terhadap keselamatan
penerbangan, sistem pengamanan yang diberlakukan di Bandar Udara Budiarto,
upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan pengamanan di airside di Bandar
Udara Budiarto demi menunjang kelancaran lalu lintas udara.
Dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Siti Oktaviani, Siswi Jayanti,
Ida Wahyuni (Oktober, 2019) dengan judul Penerapan Wildlife Hazard
Management Sebagai Upaya Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara
Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang telah menghasilkan sebuah
pembahasan tentang petugas penanggung jawab wildlife hazard management,
metode preventive, surveillance dan controlling terhadap birdstrike and wildlife
hazard, pencatatan dan pelaporan birdstrike and wildlife hazard, pengkajian dan
pengevaluasian penilaian resiko bahaya serangan burung dan hewan liar
Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat tugas akhir dengan judul
“OPTIMALISASI PENANGANAN WILDLIFE UNTUK MENINGKATKAN
KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DI BANDAR UDARA
INTERNASIONAL RADEN INTEN II LAMPUNG”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diambil suatu rumusan masalah yaitu:

● Apakah usaha pencegahan dan penanganan wildlife hazard di PT Angkasa

Pura II cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung


berpengaruh terhadap peningkatan keselamatan operasi penerbangan?

1.3 Batasan Masalah


Penulisan tugas akhir ini dibatasi dengan permasalahan yang diangkat
supaya tidak meluas yaitu,
16

● Masih banyaknya binatang yang dengan mudah dapat memasuki area

bandara, tersedianya habitat serta makanan hewan liar di bandara, serta


kurang fokusnya usaha pencegahan dan penanganan wildlife hazard di PT
Angkasa Pura II cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung pada rentang waktu bulan mei 2020 hingga April 2021 guna
meningkatkan keselamatan operasi penerbangan.

1.4 Tujuan Penelitian


Tugas akhir ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektifitas penanganan wildlife dalam meningkatkan
keselamatan operasi penerbangan di PT Angkasa Pura II cabang Bandar
Udara Internasional Radin Inten II Lampung
2. Memberikan saran penggunaan voice impact kepada pihak PT Angkasa
Pura II cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
sebagai upaya penanganan birdstrike and wildlife hazard.

1.5 Hipotesis
Hipotesis menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, 2015) merupakan jawaban sementara dikarenakan baru berdasarkan
teori terhadap rumusan masalah penelitian yang berupa pertanyaan, Hipotesis
pada penelitian ini adalah belum optimalnya pengusahaan pencegahan serta
penanganan Wildlife Hazard (Variabel X) terhadap keselamatan operasi
penerbangan (Variabel Y).

1.6 Manfaat Penelitian


Tujuan penerlitian diatas menghasilkan manfaat dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan dan sarana untuk meneliti terkait variabel lain
yang juga berdampak terhadap keselamatan penerbangan di bandar udara
b. Manfaat Praktis
17

1. Untuk mengetahui efektifitas penanganan wildlife guna


meningkatkan keselamatan operasi penerbangan di PT Angkasa
Pura II cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
2. Hasil penelitian dapat menjadi sarana pengoptimalan dalam
penanganan wildlife, sehingga menjadi alternatif dalam pemecahan
masalah tersebut

1.7 Sistematika Penulisan


Penulisan tugas akhir ini memiliki sistematika guna memudahkan dalam
pembahasan topik. Adapun susunan variabel penulisan yakni:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini mejelaskan mengenai permasalahan yang diangkat pada
tugas akhir ini seperti dasar dari permasalahan hingga sistematika dari
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Pada bab ini berisi mengenai rangkaian permasalahan di angkat dan
menyesuaikan dengan kajian teori yang selaras dengan regulasi
penerbangan.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan metode yang di gunakan yakni deskriptif
kualitatif, beberapa metodenya adalah observasi terhadap pengusahaan
unit terkait serta peralatan yang bersangkutan dalam penanganan
wildlife di Bandara Internasional Radin Inten II Lampung.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa mengenai kondisi bandar udara, kemampuan personel,
aktivitas binatang liar dan resiko masuknya binatang liar di area steril,
penanganan wildlife di bandar udara tercantum pada bab ini.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyimpulkan serta memberikan saran dari hasil penelitian
yang telah terlaksana.
18

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Optimalisasi


Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995) optimalisasi berasal dari kata
optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Optimalisasi adalah suatu tindakan,
proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain,
sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional,
atau lebih efektif (Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994)
Sehingga pengertian optimalisasi yaitu hasil yang dicapai sesuai dengan
harapan secara efektif dan efisien.
Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak
selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan
pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu
biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah
meminimumkan biaya.
Dapat disimpulkan bahwa optimalisasi merupakan suatu proses
dengan cara terbaik, efektif dan efisien guna memaksimalkan hasil
keuntungan.

2.1.2 Wildlife Hazard Managemet


Manajemen bahaya hewan liar (Wildlife Hazard Management)
adalah rangkaian kegiatan yang dimaksudkan dalam mengontrol atau
mengendalikan bandar udara terhadap daya Tarik hewan liar dan burung
yang dapat membahayakan prosedur pedoman pengoperasian bandar
udara, menurut Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor :
19

SKEP/42/III/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan


Penerbangan Sipil Bagian 139-03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di
Bandar Udara dan Sekitarnya. Secara spesifik petugas penangung jawab
Wildlife Hazard Management bertugas mengidentifikasi bahaya hewan
liar, menerapkan habitat manajemen burung dan hewan liar, dan
pencatatan pengawasan burung dan hewan liar dengan berkoordinasi
dengan unit terkait. Memanipulasi perilaku hewan atau habitat untuk
mencapai tujuan tertentu sehubungan dengan perilaku, populasi, atau
distribusi geografis hewan.
Landasan udara merupakan area steril di bandar udara, sehingga
perlu untuk dijaga tanpa ada apapun yang menerabas. Namun terkadang
area bandar udara juga menjadi area perlintasan biatang liar, seperti rusa,
reptile, burung, dan binatang peliharaan. Dengan adanya hal tersebut dapat
menghambat dan membahayakan penerbangan
Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah menerbitkan Peraturan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara nomor : SKEP/42/III/2010
Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
bagian 139–03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di bandar udara dan
Sekitarnya (Advisory Circular CASR 139–03, Wildlife Hazard
Management on or in the Vicinity of an Aerodrome) dan Peraturan
Menteri Perhubungan PM 55 Tahun 2015 Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS) pada bagian 139.073 Manajemen Bahaya
Hewan Liar (Wildlife Hazard Management) dan Lingkungan.

2.1.3 Wildlife Hazard Management Plan


Menurut Wildlife Hazard Management Plan (WHMP-04) yang
terlah dikeluarkan ICAO. Yang bertujuan untuk menghilangkan langsung
bahaya hewan liar dari bandar udara. Pengusiran dapat dilakukan pada saat
dilakukannya pemantauan hewan liar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
guna mengurangi resiko tersebut adalah ketersediaan makanan dan
minuman, kesesuaian habitat yang tersedia di lingkungan tersebut, serta
20

keamanan yang dapat mencegah binatang liar dapat memasuki wilayah


bandara. Adapun pengusahaan pencegahan masuknya binatang liar adalah
penanganan perspesies, strategi komunikasi dengan unit terkait, pelatihan
program WHMP utuk tiap personel, pemantauan dan evaluasi strategi
WHMP, waktu, area patrol, jumlah, lokasi dan pengetahuan karakter per-
species hewan liar yang terlihat, dan tindakan yang dilakukan untuk
mengusir hewan liar serta hasil dari tindakan pengusiran hewan liar.

2.1.4 Indikator Terlaksananya Wildlife Hazard Management Plan


1. Tidak terdapat ketersediaan makanan dan minuman bagi hewan
liar di sekitar bandar udara,
2. Tidak terdapatnya kesesuaian habitat yang tersedia di
lingkungan bandara bagi hewan liar,
3. Perlengkapan keamanan bandara yang dapat mencegah
binatang liar dapat memasuki wilayah bandara.
4. Dilakukan pengusahaan pencegahan masuknya binatang liar
dengan teknik penanganan dilakukan perspesies, koordinasi
strategi komunikasi dengan unit terkait, pelatihan program
WHMP utuk tiap personel, pemantauan dan evaluasi strategi
WHMP, pelaksaan patrol di tiap waktu, area patrol yang
menyeluruh, perhitungan jumlah kejadian, lokasi dan
pengetahuan karakter per-species hewan liar yang terlihat, serta
tindakan yang dilakukan untuk mengusir hewan liar dan hasil
dari tindakan pengusiran hewan liar.

2.1.5 Keselamatan Operasi Penerbangan


Keamanan dan keselamatan penerbangan adalah sebuah
pengusahaan guna menghasilkan penerbangan dengan keamanan dan
keselamatan yang terjaga mengikuti rencana penerbangan, metode
pengoperasian dan kelaikan teknis beserta penunjangnya menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 yang
dapat dilihat dengan penerbangan yang terbebas dari distraction.
21

Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2001 bab 5 tentang Keamanan Dan Keselamatan Bandar
Udara. Setiap penyelenggara bandar udara harus mengantongi sertifikat
operasi bandar udara yang diberikan oleh Menteri, yang didapatkan
dengan
1. Tersedianya fasilitas penunjang penerbangan yang layak dan
sesuai kelasnya;
2. Mengantongi kebijakan pelayanan jasa di bandar udara;
3. Memiliki Manual book pengoperasian, penanggulangan
emergency, pemeliharaan, penjagaan bandara dan higiene dan
sanitasi;
4. Personel yang cakap dalam pengoperasian, pemeliharaan dan
pelayanan jasa;
5. Mempunyai daerah, peta kontur lingkungan kerja bandar udara,
serta peta situasi pembagian landside dan airside;
6. Memiliki kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar
bandar udara yang meliputi:
a. Kawasan pendekatan dan lepas landas;
b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
e. Kawasan di bawah permukaan kerucut;
f. Kawasan di bawah permukaan transisi;
g. Kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi
penerbangan;

2.1.6 Tolak Ukur Keselamatan Operasi Penerbangan


Dalam Wildlife hazard management plan tertulis bahwa
Probabilitas dapat dinilai secara kualitatif dalam skala, misalnya, dari
Sangat Rendah hingga Sangat Tinggi. Spesies yang menghindari
kebisingan pesawat atau yang belajar menghindari pesawat dapat dinilai
22

Rendah atau Sangat Rendah. Burung yang berbondong-bondong dalam


jumlah besar ke habitat tertentu di jalur penerbangan dapat dinilai Tinggi
atau Sangat Tinggi. Hewan soliter mungkin dinilai sebagai Sedang tetapi
faktor perilaku lain mungkin harus diperhitungkan. Probabilitas ini
mungkin juga bervariasi dengan musim atau kondisi lain seperti panjang
rumput atau hujan dan kondisi cuaca.
Digunakan catatan serangan historis di aerodrome yang dinyatakan
sebagai jumlah serangan (berdasarkan spesies) per 10.000 pergerakan
pesawat. Sebagai panduan, 5 serangan atau lebih per 10.000 gerakan
merupakan probabilitas Sangat Tinggi untuk melakukan serangan,
sedangkan kurang dari 1 serangan per 10.000 gerakan merupakan
probabilitas Sangat Rendah.
Bilamana probilitas serangan sangat rendah maka tingkat tolak ukur
keselamatan operasi penerbangan dilakukan dengan optimal, dan bilamana
probilitas serangan sangat tinggi maka diperlukan pengoptimalan kembali
pengusahaan keselamatan operasi penerbangan.

2.1.7 Bandar Udara


Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
menjelaskan bahwa Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Menurut Annex 14
(International Civil Aviation Organization, 2004) dari ICAO
(International Civil Aviation Organization) : Airport is a definied area
and water (including any buildings, installations, and equipment) intended
to be used either wholly or in part for arrival, departure, ad movements of
aircraft. Bandar udara (disingkat:bandara) atau pelahuhan udara
merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan
23

mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal merniliki sebuah


landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai
fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi
penggunanya. (Atmadjati, Manajemen Operasional Bandar Udara, 2014)
Menurut peraturan (Direktur Jenderal Perhubungan Udara, 2005)
tentang Persyaratan Teknis Bandar Udara, bandar udara berdasarkan
fungsinya dibedakan menjadi :
a. Bandar udara yang merupakan simpul dalam jaringan transportasi
udara sesuai dengan hierarki fungsinya yaitu bandar udara pusat
penyebaran dan bukan pusat penyebaran.
b. Bandar udara sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian Nasional
dan Internasional.
c. Bandar udara sebagai tempat kegiatan alih moda transportasi.
Di Indonesia klasifikasi bandar udara sesuai dengan keputusan
Menteri Perhubungan No. 36 Tahun 1993 didasarkan pada beberapa
kriteria berikut ini :
1. Komponen jasa angkutan udara.
2. Komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan.
3. Komponen daya tampung bandara (landasan pacu dan tempat parkir
pesawat).
4. Komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan
listrik yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan).
5. Komponen status dan fungsi bandara dalam konteks keterkaitannya
dengan lingkungan sekitarnya.
Bandar udara umum yaitu bandar udara yang dipergunakan untuk
rnelayani kepentingan umum. Sedangkan bandar udara khusus yaitu
bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani kepentingan sendiri
untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya. Berdasarkan rute penerbangan
yang dilayani maka bandar udara dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang rnelayani rute penerbangan dalam negeri.
24

2. Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang diciptakan


sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri
dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri.

2.1.8 Airport Rescue and Fire Fighting


Penyediaan sarana bagi penyelamat dan pemadam kebakaran guna
menangani kecelakaan pesawat terbang atau insiden yang terjadi di sekitar
aerodrome menjadi sangat penting karena di dalam area inilah ada
kemungkinan terbesar untuk menyelamatkan nyawa. Setiap saat
merupakan kemungkinan terjadinya kecelakaan, dan sangat dibutuhkan
segera peralatan untuk memadamkan api yang mungkin terjadi, atau setiap
saat selama operasi penyelamatan menurut Annex 14 Aerodromes (1999)
Bab IX, sub Bab 9.2 Halaman 118
Adapun kerja yang harus dilakukan Airport Rescue And Fire
Fighting adalah:
a. Fire Fighting Officer melaksanakan inspeksi rutin untuk pengusiran
burung atau hewan liar, pengambilan Foreign Object Debris tiap pagi
menggunakan kendaraan Motor Rescue / utility car.
b. Fire Fighting Officer membantu melaksanakan inspeksi rutin siang
bersama unit Airport Movement Control.
c. Fire Fighting Officer melaksanakan inspection movement area pada
saat dinas malam.
d. Melakukan pengambilan Foreign Object Debris serta
mendokumentasikan bila ada.
e. Fire Fighting Officer melaksanakan pengusiran burung/hewan liar
(penangkapan bila perlu) bila mendapat perintah Fire Fighting Team
Leader.
a. Sirine dari Utility car.
b. Melakukan pengusiran dengan tongkat bila diperlukan.
c. Melakukan penangkapan bila diperlukan.
25

d. Menggunakan sarung tangan untuk menghindari dari gigitan


dan cakaran hewan liar.
e. Menggunakan masker untuk menghindari bahaya flu burung.
f. Motor rescue dan Utility car dapat masuk ke shoulder dengan
memperhatikan kondisi lintasan (kering).
g. Fire Fighting Officer melaporkan ke Air Traffic Controller
bahwa runway sudah aman dan clear dari hewan liar maupun
Foreign Object Debris.
h. Dua orang Fire Fighting Officer kembali ke fire station dan
melaporkan ke Fire Fighting Team Leader dan membuat
laporan/mencatat kegiatan di log book.

2.1.9 Apron Movement Control


Unit Apron Movement Control mempunyai tugas yang tertuang
dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 262
Tahun 2017, tanggal 29 September 2017 tentang Standar Teknis dan
Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139
(Manual Of Standard CASR – Part 139) Volume I Bandar Udara
(Aerodrome) BAB 9 poin 9.6.6 dinyatakan bahwa tugas personel Apron
Movement Control (AMC) yaitu:
a. Mengedukasi tiap personel serta mengontrol peralatan dan pesawat di
apron.
b. Pengendalian lalu lintas pergerakan di apron.
c. Mengatur parkir pesawat di apron.
d. Memelihara kebersihan di apron.
e. Memelihara fasilitas di apron.
f. Menjaga keselamatan personel, peralatan dan pesawat di apron.
g. Mengaji seluruh kegiatan di apron.
h. Merencanakan parkir pesawat dalam kondisi emergency.
i. Pengkoordinasian kegiatan operasional di apron.
j. Menyelidiki incident/accident di apron dan melakukan pelaporan.
26

k. Mengkaji dan menjaga agar incident/accident tidak terulang lagi.


l. Pemantauan visual terhadap aircraft stand.

2.1.10 Bird Strike and Animal Hazard Committee


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2001 Tentang Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan Pasal 50 (1)
Penyelenggara bandar udara wajib menjaga lingkungan bandar udara guna
menghindari terjadinya:
a. Populasi burung di lingkungan kerja bandar udara;
b. Populasi binatang lain yang berkeliaran di sisi udara;
c. Gangguan terhadap higiene dan sanitasi;
d. Gangguan kebisingan;
e. Gangguan lainnya yang dapat membahayakan keamanan dan
keselamatan penerbangan.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :


SKEP/42/III/2010 yang mewajibkan pembentukan regu kerja guna
melakukan controlling dan pelatihan peralatan terhadap penanganan
birdstrike and wildlife hazard di bandar udara dan sekitarnya. Para
personel maupun unit yang sudah ditunjuk bertugas untuk
mengidentifikasi potensi birdstrike dan wildlife hazard, menerapkan
habitat manajemen burung dan hewan liar, melakukan pencatatan
pengawasan burung dan hewan liar dan koordinasi dengan unit yang
berkaitan.

2.2 Tinjauan Empiris


2.2.1 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Pendekatan penelitian terdahulu dilakukan guna membandingkan


hasil penelitian tersebut dengan penelitian saat ini. Teori yang disajikan
penelitian terdahulu tersebut sebagai acuan dalam mengkaji penelitian
yang dilakukan agar semakin banyak dan bervariasi. Dan tidak
27

ditemukannya penelitian terdahulu dengan judul yang sama seperti judul


penelitian yang saya ambil. Namun dengan mengangkat beberapa
penelitian tersebut dapat dijadikan acuan atau sebagai rujukan bahan kajian
pada penelitian ini. Berikut dicantumkan jurnal penelitian terdahulu terkait
penelitian yang dilakukan saat ini.

1. Dalam penelitian sebelumnya yang disusun oleh Yufridan Gandoz


Situmeang, Vicky Chandra Yanuar (Februari, 2011) dengan judul
Perlunya Peningkatan Pengamanan di Daerah Pergerakan Pesawat
Demi Menunjang Kelancaran Lalu Lintas Udara di Bandar Udara
Budiarto. Menghasilkan pembahasan mengenai. Pengaruh pengamanan
bandar udara terhadap keselamatan penerbangan, sistem pengamanan
yang diberlakukan di Bandar Udara Budiarto, upaya yang dapat
dilakukan untuk peningkatan pengamanan di daerah pergerakan
pesawat udara di Bandar Udara Budiarto demi menunjang kelancaran
lalu lintas udara.
2. Dalam penelitian Siti Oktaviani, Siswi Jayanti, Ida Wahyuni (Oktober,
2019) dengan judul Penerapan Wildlife Hazard Management Sebagai
Upaya Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara Internasional
Jenderal Ahmad Yani Semarang. Metode Penelitian ini menggunakan
deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan gambaran penerapan
wildlife hazard management sebagai upaya keselamatan di Bandar
udara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. Dalam penilitian
ini memiliki kesamaan dengan membahas penerapan manajemen
bahaya satwa liar di Bandar udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
Semarang sebagai sistem keselamatan penerbangan (Siti Oktaviani,
2019).
3. Dalam penelitian Richard A. Dolbeer dan Michael J. Begier (Juni,
2012) dengan judul Comparison of wildlife strike data among airports
to improve aviation safety. Metode penelitian menggunakan observasi
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi tingkat serangan
28

efek buruk di atas dan di bawah 1.500 kaki menjadi nol.. Dalam
penilitian ini memiliki kesamaan pembahasan untuk efektivitas dari
Wildlife Hazard Management Plan dan untuk memandu perbaikan di
masa depan apabila terjadi kekurangan.
4. Dalam penelitian Merri Anggita Rahmi (Agustus, 2020) dengan judul
Optimalisasi Penanganan Wildlife Dan Bird Strike Untuk
Meningkatkan Keselamatan Operasi Penerbangan Di PT Angkasa Pura
I Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
Semarang. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan operasi
penerbangan dari sisi penanganan wildlife dan birdstrike. Dalam
penilitian ini memiliki kesamaan pembahasan untuk peningkatan
keselamatan penerbangan dari sisi Wildlife Hazard Management Plan.
29

BAB III
METODE PENELITIAN

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara
atau menuju suatu jalan. Dalam mendapatkan data yang memiliki kegunaan
tertentu metode penelitian dilakukan dengan cara ilmiah. Sehingga harus
diperhatikan dalam tata cara ilmiah, perolehan data, tujuan serta kegunaannya,
dimana hal tersebut harus berdasar pada keilmuan yang rasional, empiris, serta
sistematis. Dapat di tarik kesimpulan bahwa metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk memperoleh data yang bertujuan dan memiliki kegunaan tertentu
(Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2013).
1. Rasional yang bermakna penelitian dilakukan dengan cara logis dan dapat
diterima dalam penalaran manusia.
2. Empiris yang bermakna penelitian dilakukan dengan cara yang terlihat oleh
indra manusia.
3. Sistematis merupakan proses penelitian menggunakan metode tertentu yang
bersifat logis.

Guna memperluas pandangan serta wawasan, maka dalam membahas


permasalahan digunakan metode penelitian dalam pengambilan data yang
rasional, empiris serta sistematis. Sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan
sinkron dengan keadaan di lapangan. Selain itu dapat dijelaskan mengenai
kebenaran terkait dengan permasalahan yang diangkat. Sehingga bukti dan data
yang kuat kebenarannya tersebut akan memudahkan dalam pemecahan masalah
yang lebih efektif dan efisien.
30

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi yang merupakan proses
pengambilan sebuah keputusan untuk memperoleh hasil perbandingan pada
sebuah peristiwa, kegiatan, produk dengan standar dan program yang telah
ditetapkan guna menjelaskan mengenai sebuah fenomena (Riduwan, Metode &
Teknik Menyusun Tesis, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
mengenai penanganan wildlife di Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam pelaksanaan penelitian ini
digunakan deskriptif kualitatif dengan proses observasi, studi kepustakaan dan
wawancara.
Metode penelitian pendekatan deskriptif, dimana desain penelitian memuat
semua metode yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian
(Nazir, Metode Penelitian, 2014). Dari pendapat Nazir, maka penelitian
dilaksanakan dengan dua tahap, yaitu perencanaan dan pelaksanaan:
a. Perencanaan Perencanaan mencakup: identifikasi masalah, rumusan masalah,
landasan teori dan perumusan masalah.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan mencakup: pegumpulan data (populasi, sampel dan
pengembangan instrumen), pengujian instrumen, analisis data dan kesimpulan
dan saran. Dalam melakukan penelitian ini terdapat tahapan atau metode yang
dilakukan. Berikut ini tahapan tersebut :
31

Gambar 3.1 Desain Penelitian


32

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan bentuk yang ditentukan oleh peneliti untuk
dipelajari guna memperoleh informasi mengenai hal tersebut, dan dapat ditarik
kesimpulan (Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
2013). Maka dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel, yakni variabel
independen dan variabel dependen.
1. Menurut Sugiyono (2012:59), “Variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)”.
2. Menurut Sugiyono (2012:59), “Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen
(bebas)”.

Dalam hal ini digunakan variabel mandiri yaitu upaya penanganan wildlife
sedangkan variabel terikatnya meningkatkan keselamatan operasi penerbangan di
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung.

Pencegahan dan Keselamatan Operasi


Penanganan Wildlife Penerbangan

(Variabel X) (Variabel Y)

Gambar 3.2 Variabel Penelitian

Berdasarkan gambar 3.1 maka diketahui:


1. Variabel X adalah variabel bebas yang berpengaruh atau menjadi
penyebab perubahan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel X adalah
pencegahan dan penanganan wildlife
2. Variabel Y adalah variabel terikat, dimana variable yang berposisi sebagai
akibat dari variabel bebas atau dapat dipengaruhi oleh variasi variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel Y adalah keselamatan operasi penerbangan
33

Inti yang terkandung pada variabel X dan variabel Y akan menjadi dasar
utama dalam proses pengumpulan data melalui observasi dan studi
kepustakaan yang sesuai dengan point yang dibutuhkan guna memperoleh
informasi sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka dibuat indikator pada masing-masing variabel untuk
memudahkan dalam pengumpulan informasi sebagai berikut.

Tabel 3.1 Indikator Variabel X

No. Variabel Penelitian Indikator Sumber

Penanganan wildlife Melakukan kerjasama Direktur Jenderal


(X) dengan instansi pemerintah Perhubungan
atau badan hukum Indonesia Udara Nomor :
SKEP/42/III/2010
untuk melakukan studi
Petunjuk Dan Tata
tentang karakter dan habitat Cara Peraturan
1. hewan liar serta burung yang Keselamatan
berada di bandar udara Penerbangan Sipil
untuk menghilangkan Bagian 139 – 03
gangguan serangan burung Manajemen
dan hewan liar. Bahaya Hewan
Liar Di Bandar
Bandar udara dengan
Udara Dan
potensi terjadinya birdstrike Sekitarnya
dan wildlife hazard harus
2. menyediakan peralatan guna
Tindakan preventive,
survillance dan controlling
birdstrike and wildlife hazard
Optimalisasi penggunaan
peralatan dan perlengkapan
3. penanggulangan masuknya
burung atau hewan liar di
sekitar bandar udara
4 Pengadaan sistem voice
impact yang disesuaikan
karakter hewan liar pada
sirine mobil patroli guna
memaksimalkan pengusiran
34

hewan di sekitar bandar udara

Tabel 3.2 Indikator Variabel Y

Variabel
No. Indikator Sumber
Penelitian
Kesadaran personel tentang Peraturan
pentingnya manajemen Pemerintah
1. birdstrike dan wildlife hazard Republik
dalam menjaga kesterilan Indonesia Nomor
lingkup bandar udara 3 Tahun 2001
Tentang
Penyelenggara bandar udara Keamanan dan
wajib mengetahui karakter dan Keselamatan
2.
habitat binatang di sekitar Penerbangan
Keselamatan bandar udara. (Pasal 50 Ayat 1)
Operasi
Penerbangan Penyediaan dan pengoptimalan
penggunaan peralatan Peraturan
penunjang fasilitas penerbanganPemerintah
3. Republik
dengan memperhatikan
Indonesia Nomor
kebutuhan operasional dan 3 Tahun 2001
keamanan bandara. Tentang
Keamanan dan
Keandalan peralatan penunjang
Keselamatan
guna pencegahan birdstrike dan Penerbangan
4
wildlife hazard pada sirine (Pasal 37 Ayat 2)
mobil patroli.

3.3 Populasi dan Objek Penelitian


3.3.1 Populasi
Mengambil pengertian bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi dari obyek atau subyek tertentu yang memiliki mutu dan ciri
khas yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan disimpulkan
(Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2005).
Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah Personel Safety
Management System & Occupational Safety Health, personel Apron
35

Movement Control, dan personel Aviation Security di Bandar Udara


Internasional Radin Inten II Lampung. Apabila kurang dari 100 lebih
baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi
(Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, 2008). Jika jumlah subjek yang
tersedia banyak dapat ditarik sebagai subjek antara 10-15% atau 20-55%
atau lebih bergantung pada faktor berikut:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b. Luasnya wilayah pengamatan dari tiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti
yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan
lebih baik.
Pada penelitian ini, populasi yang akan diambil adalah Personel
Safety Management System & Occupational Safety Health yang
berjumlah 3 personel, Personel Apron Movement Control yang berjumlah
kurang lebih 5 personel, dan Aviation Security yang berjumlah kurang
lebih 22 personel di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
yang berjumlah 30. Jumlah 30 ini dinilai cukup untuk dapat mewakili
responden, karena menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, 2008) berdasarkan distribusi normal jumlah sampel
diatas 30 sudah dapat menggambarkan populasi dan analisis

3.3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian merupakan labeling orang, objek atau kegiatan yang
memiliki jenis tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk di pelajari dan
ditarik kesimpulan, menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, 2014).
Pada penelitian ini, objek penelitian yang diambil ialah penanganan
wildlife untuk meningkatkan keselamatan operasi penerbangan di Bandar
Udara Internasional Radin Inten II Lampung.
36

3.4 Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Moleong
(2005) yakni data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan bagi orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati. Data tersebut meliputi data tentang latar
belakang obyek penelitian dan data hasil wawancara, menurut (Moleong, Metode
Penelitian Kualitatif, 2005) Sumber data adalah dari mana data penelitian dapat
diperoleh. Sedangkan dalam suatu penelitian diketahui bahwa sumber data dapat
di ambil dari :
1. Library Research yaitu data yang berasal dari berbagai referensi, buku-
buku ilmiah, dokumen-dokumen, serta informasi-informasi lainnya (yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian) untuk dijadikan rujukan
yang lebih mendasar atau rasional serta dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah (Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, 2004).
2. Field Research yaitu mencari data dengan cara terjun langsung pada obyek
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang konkrit tetang
segala sesuatu yang diteliti baik dengan wawancara maupun obeservasi
terhadap subyek dan informan penelitian (Mardalis, Metode Penelitian,
1995)

Adapun penelitian ini menjadikan sasaran sumber data sebagai berikut :


a. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah penanganan serta
pencegahan wildlife hazard di Bandar Udara Internasional Radin Inten Ii
Lampung dalam kurun waktu pengamatan mei 2020 hingga April 2021
b. Sedangkan dalam memperoleh informasi mendukung, dilakukan studi
kepustakaan mengenai penanganan dan pencegahan terjadinya wildlife
hazard dengan mengacu pada pelaksanaan manajemen bahaya hewan
liar, serta dilakukan observasi dengan 30 informan dari unit 5 personel
dari unit AMC, 3 personel dari unit SMS, serta 22 personel dari unit
AVSEC
37

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan guna mendapatkan informasi tentang
sifat, kondisi, kegiatan tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian
(Gulo, Metode Penelitian, 2002). Dan menurut Sugiyono (Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2015) metode penelitian merupakan
tahapan ilmiah guna memperoleh data dan fakta yang memiliki tujuan serta nilai
guna tertentu.
Penggunaan metode bermanfaat dalam mempermudah untuk memperoleh
data yang benar dan tepat serta dapat menambah kelengkapan dari pemecahan
masalah yang dianalisa. Pengumpulan data dilakukan dan diperoleh dari berbagai
sumber, teknik, dan waktu yang berbeda sehingga didapatkan variasi data dan dari
berbagai sudut pandang yang searah dengan kesimpulan di akhir penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang dilakukan bertujuan untuk mempermudah
pengumpulan data tentang penanganan wildlife untuk meningkatkan keselamatan
operasi penerbangan di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung,
maka digunakan metode sebagai berikut :

3.5.1 Observasi
Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi adalah cara dalam
mengumpulkan data yang diperoleh dengan peninjauan secara langsung
kepada objek penelitian guna memeriksa dan mengawasi dari dekat kegiatan
yang dilakukan (Riduwan, Metode Riset, 2004). Tujuan dari observasi
adalah pendeskripsian yang dimana pada penelitian kualitatif akan
menghasilkan teori dan hipotesis, sehingga digunakan dalam pengujian teori
dan hipotesis. Sehingga dilakukan observasi di Bandar Udara Udara
Internasional Radin Inten II Lampung, yang berkaitan tentang manajemen
hewan liar yang dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan On the Job
Training (OJT) pada bulan februari-april tahun 2021.
Menurut indeks pelaksanaan Wildlife Hazard Management Plan,
didapatkan indeks yang perlu diamati sebagai berikut:
38

1. Ketersediaan makanan dan minuman bagi hewan liar di sekitar


bandar udara,
2. Ketersediaan lingkungan yang dapat menjadi habitat baru di
lingkungan bandara bagi hewan liar,
3. Kelengkapan peralatan keamanan bandara yang dapat mencegah
binatang liar dapat memasuki wilayah bandara.
4. Pengusahaan pencegahan masuknya binatang liar dengan
pengetahuan teknik penanganan perspesies, koordinasi strategi
komunikasi dengan unit terkait, keterlatihan personel mengenai
program WHMP, data pemantauan dan evaluasi strategi WHMP,
keterlaksaan patroli di bandara, area yang dilakukan patroli oleh
personel, perhitungan dan pendataan jumlah kejadian, lokasi dan
pengetahuan karakter per-species hewan liar yang terlihat, serta
tindakan yang dilakukan untuk mengusir hewan liar dan hasil dari
tindakan pengusiran hewan liar.

3.5.2 Studi Kepustakaan


“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-
catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan” (Nazir, Metode Penelitian, 1988)
Studi pustaka yang dilakukan oleh penulis meliputi peraturan dan
persyaratan guna meninjau ulang hal-hal yang dianggap menyebabkan
timbulnya masalah, panduan dan acuan tentang pengertian yang terdapat
dalam pembahasan masalah, termasuk penjabaran atas judul dari masalah
yang diangkat disertai beberapa pendapat dari para ahli yang disunting dari
berbagai sumber.
Berikut sumber data yang digunakan guna menjadi pedoman adalah
1. Wildlife Hazard Management Plan
2. SKEP/42/III/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-03 Manajemen Bahaya
39

Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya


3. PM 55 Tahun 2015 Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS)
pada bagian 139.073 Manajemen Bahaya Hewan Liar (Wildlife Hazard
Management) dan Lingkungan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 bab 5
tentang Keamanan Dan Keselamatan Bandar Udara.
5. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 262
Tahun 2017, tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard
CASR – Part 139)
6. Jurnal oleh Yufridan Gandoz Situmeang, Vicky Chandra Yanuar
dengan judul Perlunya Peningkatan Pengamanan di Daerah Pergerakan
Pesawat Demi Menunjang Kelancaran Lalu Lintas Udara di Bandar
Udara Budiarto
7. Jurnal Siti Oktaviani, Siswi Jayanti, Ida Wahyuni dengan judul Penerapan
Wildlife Hazard Management Sebagai Upaya Keselamatan Penerbangan di
Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang.
8. Jurnal Richard A. Dolbeer dan Michael J. Begier (Juni, 2012) dengan judul
Comparison of wildlife strike data among airports to improve aviation safety
9. Tugas Akhir Merri Anggita Rahmi dengan judul Optimalisasi Penanganan
Wildlife Dan Bird Strike Untuk Meningkatkan Keselamatan Operasi
Penerbangan Di PT Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandar Udara
Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang.

3.5.3 Interview
Interview adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi yang berkesinambungan dengan topik dari narasumber terkait
secara langsung. Narasumber tersebut secara langsung akan memberikan
informasi yang sedang kita butuhkan dan  tanyakan dengan perasaan senang
hati dan dengan informasi yang sebenar-benarnya.
Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara terbuka terhadap 3
personel Safety Management System, 5 personel Apron Movement Control,
40

dan 22 personel Aviation Security di Bandar Udara Internasional Radin Inten


II Lampung.
Wawancara yang dilakukan bermaksud untuk memastikan kembali
kejadian yang telah ditemukan benar-benar terjadi, serta di ketahui detail
kejadian dari apa, dimana, kapan, mengapa dapat yang terjadi, siapa yang
bertugas pada saat itu, serta bagaimana penanganan yang dilakukan.

3.6 Dokumentasi
Dokumentasi menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, 2015) adalah metode pengumpulan data serta informasi berbentuk
buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang mendukung penelitian. Dokumentasi diperlukan guna
mengumpulkan data yang selanjutnya akan dianalisa. Dengan metode ini, peneliti
mengumpulkan data dari dokumen yang ada, sehingga diperoleh catatan yang
berkaitan dengan penelitian seperti: gambaran umum bandar udara, keadaan yang
berkaitan dengan penanganan wildlife, catatan-catatan, dan sebagainya.

3.7 Teknik Analisis Data


Metode penulisan pada Tugas Akhir ini adalah deskriptif kualitatif.
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk penelitian dengan obyek yang
bersifat alamiah, dan peneliti adalah instrumen kunci dari penelitian tersebut.
Teknik pengumpulan data dari metode kualitatif dilakukan secara trianggulasi,
analisis data bersifat induktif, serta lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2015).
Menurut (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2012) metode penelitian
kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dari orang yang
perilakunya dapat diamati oleh peneliti. Setelah mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan penelitian, maka langkah selanjutnya yang ditempuh adalah
menganalisis data yang diperoleh yang dilakukan setelah data dari seluruh
reponden telah terkumpulkan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam analisis kualitatif
memiliki tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan
41

dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Merupakan tahap dari simplifikasi, pengelompokan, dan eliminasi
data yang dirasa tidak diperlukan sehingga data menghasilkan informasi
yang berkualitas dan berguna sehingga penarikan kesimpulan dapat
dilakukan dengan mudah.
2. Display Data
Merupakan tahap penyajian data dimana sekumpulan data tersebut
disusun secara teratur, terstruktur dan mudah dipahami, sehingga
kesimpulan yang dihasilkan berbentuk naratif berupa catatan hasil
observasi lapangan, matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Sehingga data
akan terorganisasi, tersusun serta saling berkaitan,
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Merupakan tahap dimana memeriksa dan memastikan bahwa hasil
reduksi data mengacu pada tujuan analisis yang hendak dicapai. Dalam
tahap ini dihasilkan inti dari data yang terkumpul dengan mencari
keterkaitan, kesamaan maupun perbedaan yang dapat ditarik kesimpulan
sebagai jawaban terhadap permasalahan yang ada.
Kesimpulan pada tahap awal bersifat meyakinkan dan valid bila
didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Verifikasi dilakukan guna menilai
kesesuaian data pada konsep dasar analisis tersebut lebih tepat dan
obyektif.

3.8 Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain
digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian
kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur
yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif
(Moleong,, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007). Keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-
42

benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang


diperoleh.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2007). Agar data
dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai
penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap
data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil
penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya
ilmiah dilakukan.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan
kredibilitas/kepercayaan data. Dengan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui
maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan
pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber
akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling
timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh
semakin banyak dan lengkap.
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap.
Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh
sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel,
maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
43

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara


berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis
peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistematis.
Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara
mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah
dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan
dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian
terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan
membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan
cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam
membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan
smakin berkualitas.
c. Triangulasi
Menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kulitatif dan R&D, 2011) diartikan sebagai teknik yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Dilakukan dengan
maksud untuk menguji kredibilitas suatu data melalui berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Kegunaan
triangulasi adalah untuk mentracking ketidaksamaan antara
data yang diperoleh dari satu informan (sang pemberi
informasi) dengan informan lainnya. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu teknik yang dapat menyatukan perbedaan
data agar ditarik kesimpulan yang akurat dan tepat.
A. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga
44

sumber data (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D, 2007).
B. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya untuk mengecek data
bisamelalui wawancara, observasi, dokumentasi. Bila
dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
untuk memastikan data mana yang dianggap benar
(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D 2007)
C. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan
memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2007).
2. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian
kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
45

confirmability.Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak


berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang
terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan
data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.9.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini mengambil lokasi di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung. Lokasi ini dipilih untuk dijadikan
objek penelitian dikarenakan data dan informasi yang diperlukan mudah
untuk di dapat, sehingga membantu untuk mempermudah dalam
penyelesaian penulisan tugas akhir.

3.9.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dimulai pada saat melaksanakan On The Job
Training (OJT) kurang lebih 3 bulan yaitu pada tanggal 5 Februari 2021
sampai dengan Mei 2021.

Tabel 3.3 Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun
1 On The Job Training

2 Tahap Pengumpulan Data

3 Seminar Proposal Judul


Tahap Pengolahan Data dan
4
Penulisan Tugas Akhir
5 Ujian Tugas Akhir
46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Kondisi Bandar Udara
Proses migrasi binatang dapat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan
yang berlimpah ditempat baru, faktor iklim, hilangnya habitat dan tempat
baru yang baik guna berkembang biak. Baik dari binatang darat maupun
burung memiliki kemampuan yang sangat baik untuk berpindah tempat dan
mampu untuk menempati di berbagai habitat, keberadaan binatang darat di
wilayah airside bandara serta burung di ruang udara dapat mengganggu serta
mengacam bagi penerbangan, hal tersebut dinamakan bird strike and wildlife
hazard. Ruang Udara sendiri adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan
dan atau di atas perairan Indonesia dimana Indonesia memiliki kedaulatan
yang telah diakui berdasarkan hukum internasional. Walaupun banyak
gangguan burung (90 %) terjadi pada lingkungan bandara selama landing dan
takeoff (di bawah 1000 m), gangguan burung telah dilaporkan terjadi pada
ketinggian antara 0 sampai 9000 m (Cleary and Other, 2000 dalam Barras,
2002). Sedangkan Air Side (Sisi Udara) merupakan bagian bandara yang
berhubungan dengan kegiatan take off (lepas landas) maupun landing
(pendaratan). Bagian dari air side ini antara lain: runway, taxiway, dan apron.

Sumber : Google Earth, diakses 02 April 2021


Gamber 4.1 Tata Layout Bandara
Dengan Gambar 4.1.1 Tata Layout Bandara menunjukkan bahwa terminal
serta airside Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung dibangun
47

diantara rawa, perkampungan, perkebunan, serta persawahan. Dengan luas


terminal seluas 9000 meter persegi, apron seluas 59.950 meter persegi dengan
12 parking stand, landasan pacu berdimensi 3.000 x 45 m.
Tabel 4.1 Kondisi Permasalahan

No. Kondisi Sebenarnya Kondisi yang Sumber


Diinginkan

1 Kurang fokusnya Memberikan KP 662 Tahun 2015


para personel dalam pengarahan terhadap (Tentang Peraturan
pencegahan migrasi pentingnya usaha Keselamatan
hewan liar dan pencegahan burung Penerbangan Sipil
burung, dikarenakan maupun hewan liar Bagian 139-08,
bukan tugas utama pada keselamatan Penerimaan
para personel operasi penerbangan. Pelaksanaan Sistem
sehingga penerapan Terutama harus focus Manajeman
WHMP belum pada penilaian kasus / Keselamatan Bandar
maksimal resiko penerbangan Udara)

2 Kurangnya Mengadakan rencana SKEP / 42 / II / 2010


optimalnya pengoptimalan kinerja (Tentang Petunjuk
efektifitas peralatan peralatan untuk dan Tata Cara
yang tersedia guna pengusiran burung Peraturan
melakukan maupun hewan liar Keselamatan
pengusiran terhadap (fixed voice impact Penerbangan Sipil
pengusiran burung system) Bagian 139 – 03
dan hewan liar di Manajemen Bahaya
wilayah bandar Hewan Liar di
udara. Bandar Udara dan
Sekitarnya)
3 Tidak tiap unit Melakukan pengadaan
memiliki mobil dan alat atau fasilitas yang
48

peralatan lebih belum tersedia untuk


lengkap dalam pengusiran burung
melakukan patroli dan hewan liar di
guna melakukan sekitar bandar udara
pensterilan wilayah
bandara

4 Banyaknya habitat Melakukan Pengadaan SKEP / 42 / II / 2010


yang ada disekitar dalam pembersihan (Tentang Petunjuk
airside wilayah airside guna dan Tata Cara
memilimalisir habitat Peraturan
baru bagi burung dan Keselamatan
hewan liar sehingga Penerbangan Sipil
tidak memancing Bagian 139 – 03
hewan memasuki Manajemen Bahaya
wilayah Airside Hewan Liar di
Bandar Udara dan
Sekitarnya)

Pada pelaksanaan observasi yang telah dilakukan selama tiga bulan,


dalam melakukan pengusahaan penanganan masuknya hewan di wilayah
bandara hanya dilakukan dalam penanganan serta pengusiran hewan liar yang
ada di wilayah airside bandara, belum adanya pengusahaan dalam pencegaran
dari para personel patroli guna meminimalisir kedatangan hewan liat tersebut
diwilayah bandara, seperti pada saat melaksanakan patroli hanya dilakukan
inspeksi wilayah airside yang dimana mobil hanya di operasikan menjadi alat
transportasi guna pemantauan di wilayah airside, sirine pada mobil patroli
tersebut tidak digunakan dalam upaya pengusiran binatang liar guna
pencegahan masuknya binatang liar tersebut.
Pada pelaksanaan patroli tidak semua unit memiliki mobilitas dalam
pelaksanaannya, sehingga dilakukan penggabungan dengan unit patroli lain
49

untuk melakukan patroli. Juga untuk peralatan guna mengantisipasi guna


pananganan serta pengusiran hewan liar juga tidak didapati dalam proses
patroli sehingga patroli hanya sekedar melakukan pengecekan, bilamana ada
FOD mereka melakukan penanganan dengan mengevakuasi FOD tersebut dan
memindahkannya ke tempat yang jauh dari area airside
Saat dilakukan observasi di area airside masih sangat banyak terdapat
kondisi yang sangat berpotesi mengundang serta menjadi habitat baru bagi
burung serta hewan liar. Seperti tumbuhan tinggi berbuah yang terdapat di
antara 2 pagar perimeter dapat mengundah hewan serta burung untuk
mendekati wilayah aiside yang dimana wilayah airside juga memiliki rumput
diatas mata kaki yang berpotensi menjadi habitat bagi serangga, hal ini
mengakibatkan burung serta hewan liar lainnya yang merupakan pemakan
serangga akan memasuki wilayah airside guna mencari makanan. Adanya
genangan air di sisi udara juga dapat menarik burung burung untuk memasuki
wilayah bandara guna mencari air untuk bermain, minum, serta berburu
makanan, sehingga dapat menjadi daya Tarik pula di daerah bandara tersebut.
Dengan adanya hal tersebut mengakibatkan semakin tertariknya hewan liar
untuk memasuki wilayah bandara.

4.1.2 Aktivitas Burung dan Hewan Liar serta Resiko Terjadinya Bird
Strike dan Wildlife Hazard
4.1.2.1 Penemuan Hewan Liar
Berdasarkan data serta observasi yang telah dilakukan pada
bulan Mei 2020 hingga April 2021, dimana sampling dilakukan
pada cuaca cerah dan hujan, telah ditemukan 4 jenis burung dan
5 jenis binatang liar lainnya di Bandar Udara Internasinal Radin
Inten II Lampung.
Bandara Radin Inten II Lampung berada di antara rawa,
persawahan dan perkebunan serta perkampungan sehingga
dalam pemantauan dapat dibagi menjadi 3 zona berdasarkan
50

habitat atau kondisi lingkungan yang berbeda yaitu: zona 1, zona


2, zona 3.

Gambar 4.2 Layout Zona Pengamatan Burung dan Hewan Liar


Dari gambar 4.1.2.1 yang menampilkan 3 zona pengamatan
burung maupun hewan liar. Untuk zona 1 adalah wilayah
airside yang disekitar runway 32. Untuk zona 2 adalah wilayah
airside runway 14, taxiway alfa, taxiway bravo, taxiway
Charlie, taxiway delta. Untuk zona 3 adalah wilayah apron.
Dari hasil observasi serta kondisi lingkungan dari wilayah
airside banyak ditemukan hewan dan burung pada zona 1 dari
pada zona 2 maupun 3. Zona 1 adalah wilayah airside di sekitar
runway 32 yang dimana kondisi lingkungannya adalah
perkampungan dan rawa. Saat diitinjau lebih lanjut zona 1
merupakan daerah yang terdapat genangan air, rumput di
sekitar runway, tumbuhan tinggi diantara 2 pagar perimeter dan
rumput yang menyelimuti pagar dalam perimeter.

Tabel 4.2 Jenis Burung dan Macam Hewan yang teramati di


Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung dan
sekitarnya beserta Ukurannya
(Data Februari 2021-April 2021)
51

No
Nama Spesies Nama Ilmiah Ukuran
.

1 Burung Gereja Passer montanus- 14 cm


malaccensis
2 Burung Perkutut Geopelia striata 20 cm
3 Burung Wallet Aerodemus fuciphagas 16 cm

4 Burung Blekok Ardeila speciosa 50 cm


Sawah
5 Kucing Felis silvestris catus 25 cm
6 Ular Air Enhydris plumbea 15 cm
7 Biawak Varanus salvator 1,7 m
8 Kelelawar Chiroptera 9 cm
9 Kadal Rumput Takydromus sexlineatus 20 cm

Sumber : Logbook Apron Movement Control tahun 2020 – 2021

Dari Tabel 4.2 Jenis-jenis Burung serta hewan yang


teramati di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
dan sekitarnya beserta ukurannya (data Mei 2020-April 2021)
telah ditemukan 4 spesies burung dan 5 macam hewan liar yang
sering berkeliaran di daerah bandara. Dapat disimpulkan bahwa
hewan yang telah ditemukan memiliki ukuran berkisar 3 cm
hingga 1,7 meter
Berikut dicantumkan informasi umum terkain binatang liar
yang sering muncul di wilayah Bandar Udara Radin Inten II
Lampung pada rentang waktu Mei 2020 hingga April 2021

Tabel 4.3Informasi Umum Hewan yang Ada di Bandara


52

Nama Spesies : Burung


Nama spesies : Burung Gereja
Perkutut
Nama ilmiah : Passer
Nama ilmiah : Geopelia striata
montanus-malaccensis
Ciri-ciri : Paruh dan kaki
Ciri-ciri : Burung pemakan
memiliki warna hitam, bermata
serangga, bertubuh mungil,
merah terang, bersiul Ketika
berekor pendek, berparuh
matahari terbit, makanan
tebal-pendek
berupa biji-bijian dari
Kebiasaan :
rerumputan.
1. Sering dijumpai di
Kebiasaan :
lingkungan sekitar manusia
1. Turun ke tanah dan kebun,
2. Sarang burung ini di buat
tegalan, padang rumput,
dalam rongga alami seperti
dan halaman rumah untuk
lubang pada bangunan
mencari makan.
3. Memiliki makanan
2. Bisa didekati manusia
alternatif serangga
sampai jarak beberapa
bilamana makanan utama
meter
tidak tersedia
3. Mereka akan terbang cepat
4. Banyak ditemukan saat
bila merasa terancam
musim penghujan
4. Terbangnya pendek-
5. Berkemampuan dalam
pendek, walaupun dapat
berkoloni karena tidak
terbang dengan jarak jauh.
menghindari manusia
5. Mengeluarkan suara
6. Banyak dijumpai di kota
pendek berulang-ulang
besar Indonesia
untuk memanggil
Sumber :
pasangannya, dengan
53

https://www.greeners.co/flora- mengangguk-anggukkan
fauna/burung -gereja-burung- kepalanya, membuka
mungil-bandel/ sayap, mengangkat dan
membeberkan ekor.

Sumber :
https://made-blog.com/burung-
perkutut#gsc.tab=0

Nama Spesies : Burung Walet Nama Spesies : Burung Blekok


Nama ilmiah : Aerodemus Sawah
fuciphagas Nama ilmiah : Ardeila
Ciri-ciri : Burung pemakan speciosa
serangga, berwarna gelap atau Ciri-ciri : Memiliki kaki yang
kehitaman, terbang dengan panjang, leher yang Panjang,
cepat, berukuran tubuh sedang, paruh yang lurus dan Panjang
dengan sayap berbentuk sabit guna mencatok ikan, katak,
dan runcing. cacing, krustasea, dan
Kebiasaan : serangga.
1. Meluncur di udara pada Kebiasaan :
saat siang hari, dan pada 1. Sarang terbuat dari
malam hari terbang untuk tumpukan ranting di atas
kembali ke sarangnya. pohon.
2. Tidak pernah hinggap di 2. Pada saat berkembang biak
atas kabel listrik. Tempat akan memamerkan bulu
tinggal secara ilmiah di halus panjangnya yang
gua atau bagian rumah ditegakkan.
yang lembab dan remang- 3. Di daerah persawahan
54

remang berguna sebagai


3. Menyukai daerah perairan pengendali hama serangga
(sungai atau danau), serta petunjuk pergantian
padang rumput, dan musim.
pepohonan yang tinggi dan 4. Hidup di daerah
rimbun (tidak menyukai persawahan, atau daerah
daerah tandus) berair serta berlumpur di
4. Tidak menyukai daerah perbukitan maupun di
dengan ketinggian lebih pantai
dari 1.500 m diatas 5. Dapat hidup berkelompok
permukaan laut. maupun sendirian
6. Burung aktif di pagi dan
Sumber :
sore hari
https://zelebour.com/burung-
walet-putih/ Sumber :
https://www.jalaksuren.net/
burung-blekok-sawah/

Nama Spesies : Ular air

Nama Spesies : Kucing Nama ilmiah : Enhydris

Nama ilmiah : Felis silvestris plumbea

catus Ciri-ciri : Umumnya berwarna

Ciri-ciri : memiliki ukuran abu-abu, terkadang terdapat


tubuh berkisar 23-25 cm, bintik gelap di garis

merupakan hewan karnivora, vertebralnya, bagian perut


memiliki kuku kecil yang berwarna kuning, badan cukup
tajam di 4 kakinya lebar dan silindris, kepala
pendek dan sedikit lebih lebar
55

Kebiasaan : dari tubuhnya, berbuntut


1. Sering dijumpai di pendek
lingungan manusia. Kebiasaan :
2. Mampu melahirkan 3-5 1. Biasa ditemukan di dekat
anak badan air, seperti sawah,
3. Merupakan hewan yang rawa, sungai.
sering tidur 2. Aktif pada malam hari dan
4. Dapat dijumpai di semua kadang di siang hari untuk
tempat memangsa kodok dan ikan
5. Menyukai dan akan sering 3. Bermanfaat dalam menjaga
dikunjungi tempat yang keseimbanganpopulasi
memiliki persediaan ikan, kodok dan vertebrata
makanan akuatik lainya.
4. Dalam berkembang biar,
melahirkan secara
ovovivipar dengan jumlah
anak sebanyak 6-30 ekor

Sumber
Ularindonesia.blogspot.com/
p/enhydris-plumbea.html?m=1

Nama Spesies : Kelelawar


Nama Spesies : Biawak Nama ilmiah : Chiroptera
Nama ilmiah : Varanus Ciri-ciri : memiliki selaput
salvator putih pada sayapnya, memiliki
Ciri-ciri : memiliki lidah yang cakar pada bagian sayapnya,
panjang, memiliki lubang telinga yang lebar, memiliki
56

hidung oval dan berada di moncong


depan moncong, leher dan Kebiasaan :
moncong yang Panjang, untuk 1. Hewan yang aktif di
ukuran dewasa adalah 1,5 malam hari.
meter, berwarna hitam dan 2. Memiliki kemampuan
corak bulat kuning, memakan ekolokasi, untuk
serangga, kadal dan ikan kecil, memperkirakan jarak
Kebiasaan : mangsa.
1. Hidup di tempat yang
3. Merupakan hewan
lembab, hutan, padang
pemakan buah.
rumput, hilir sungai.
4. Memiliki kemampuan tidur
2. Banyak ditemukan di tepi
bergantung.
sungai, tepi danau, rawa,
dan hitan mangrove. 5. Memakan serangga,

3. Pandai memanjat dan burung, tikus, ikan, darah

berenang. mamalia besar, dan buah


buahan
4. Berkembang biak dengan
bertelur yang kemudian di 6. Tinggal di tempat yang
timbun oleh pasir gelap dan lembab
7. Menggunakan
Sumber :
penciumannya yang tajam
https://id.m.wikipedia.org/
untuk mencari makan
wiki/Biawak
Sumber :
https://www.google.co.id/
amp/s/
www.inspired2write.com/ciri-
khusus-kelelawar/amp
57

Nama Spesies : Kadal Rumput


Nama ilmiah : Takydromus sexlineatus
Ciri-ciri : merupakan reptilia bersisik, berkaki empat, memiliki
lubang telinga luar, kelopak mata yang dibuka-ditutup.
Kebiasaan :
1. Aktif pada siang hari
2. Memerlukan sinar matahari untuk menghangatkan badannya
sebelum beraktivitas.
3. Banyak dijumpai di semua habitat (padang rumput, kebun,
sawah, rawa, kota)
4. Hidup sendirian maupun berkelompok
5. Dapat berkembangbiak tanpa perkawinan.

Sumber :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kadal

Pada tabel 4.3 menjelaskan mengenai binatang liar yang


telah ditemukan di bandara dan sekitarnya. Terdapat 4 spesies
burung yaitu burung gereja, burung perkutut, burung wallet, dan
burung blekok sawah, serta terdapat 5 binatang liar yang telah
ditemukan yakni kucing, ular, biawak kelelawar, dan kadal.

Kedatangan burung gereja, burung perkutut, burung wallet


dan burung blekok sawah dikarenakan tersedianya makanan di
sekitar bandara, seperti rumput disekitar runway, rumput yang
menyelimuti pagar perimeter, lubang di tanah antara runway dan
jalur perimeter yang menggenang air, serta tanaman tinggi dan
58

berbuah di antara 2 pagar perimeter menjadi penyedia makanan


bagi burung burung tersebut sehingga menarik hewan tersebut
memasuki wilayah bandara. Tersedianya tumbuhan berbuah, dan
serangga-serangga dapat mengakibatkan burung tersebut
mencari makanan disekitar bandara.

Begitu pula bagi hewan pemakan serangga lainnya, seperti


kadal dan biawak yang menyukai serangga. Pada habitat tersebut
pula terdapat kodok yang menjadi penarik bagi hewan lainnya
seperti ular dan biawak lainnya.

Adanya tumbuhan tinggi yang berbuah serta semak di


sekitar pagar perimeter dapat menjadi rumah baru bagi burung,
biawak, ular, selain juga memiliki makanan yang tersedia juga
wilayah tersebut cocok untuk ditinggali hewan tersebut. Dengan
adanya tumbuhan berbuji tersebut juga menarik kelelawar untuk
mendekati wilayah bandara guna mencari makan di waktu
menjelang malam.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hewan-


hewan tersebut sering berkeliaran di sekitaran bandara
dikarenakan wilayah bandara sangat mendukung binatang
tersebut untuk melakukan migrasi ke daerah bandara, guna
membuat tempat tinggal baru, maupun untuk mencari makanan,
seperti biji-bijian dan serangga. Datangnya hewan-hewan
tersebut di wilayah bandara dikarenakan bandara yang masih
berada di Kawasan rawa, memiliki semak belukar yang tinggi
dan rimbun, terdapat banyak genangan air di sekitar airside,
terdapat kolam di dalam pagar perimeter, serta perumahan atau
perkampungan yang berada tidak jauh dari bandara.

Dengan kondisi tersebut menarik burung serta hewan liar


lainnya datang di wilayah bandara. Keberadaan sumber
59

makanan seperti serangga dan biji-bijian, serta tersedianya


tempat yang cocok digunakan sebagai tempat tinggal seperti
genangan air dan rerumputan, dapat mendorong hewan-hewan
tersebut memasuki wilayah bandar udara. Faktor-faktor berikut
juga dapat berpengaruh terhadap perilaku hewan di Bandar
Udara Internasional Radin Inten II Lampung seperti keberadaan
makanan, predator, kebisingan, gangguan kehadiran manusia,
cuaca, dan sebagainya.

4.1.2.2 Insiden bird strike pada pergerakan Pesawat


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan telah
disepakati bahwa sangat dimungkinkan terjadi peningkatan
jumlah populasi hewan di wilayah sekitar bandara. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya bird strike and
wildlife hazard.

Total Pergerakan Pesawat di Bandara


Radin Inten II Lampung
periode Mei 2020 hingga April 2021
800
700 683
600 593
550
500
471 465 448
400 421 400
388
354
300
200
157
100
42
0
Ju 20

20

be 0
us 020

be 0

nu 020

ua 21

21

1
02

02

2
-2

M 202

r-2
20

20

20
v-
Ok ep
2
s2

r2

Fe ri 2
r2

Ap
No

et
ei

ni

ri
S
l
tu
Ju

a
M

ar
to

br
Ja
se
Ag

De
60

Sumber : Data Daily Traffic Movement Angkasa Pura II


Airport Tahun 2020-2021 (Aprom Movement Control)

Gambar 4.3 Data Total Pergerakan Pesawat di Bandar Udara


Internasional Radin Inten II Lampung
Dari gambar 4.3 diatas, tampak terjadi perbedaan total
pergerakan pesawat tiap bulannya. Pergerakan pesawat pada
bulan Mei 2020 berjumlah 42 , pada bulan Juni 2020 terjadi
penambahan pergerakan pesawat menjadi 157, lalu pada bulan
Juli 2020 bertambah menjadi 388 pergerakan, hingga bulan
Agustus 2020 terjadi penambahan hingga 5050 pergerakan
pesawat. Pada bulan September 2020 terjadi penurunan jumlah
pergerakan pesawat menjadi 421 pergerakan, lalu pada bulan
Oktober 2020 terjadi penambahan kembali pergerakan pesawat
menjadi 471. Lalu pada bulan November terdapat 593
pergerakan pesawat , dan pada bulan Desember 2020 terdapat
683 pergerakan pesawat. Pada awal tahun 2021 yakni bulan
Januari 2021 mengalami penurunan pergerakan pesawat
sehingga hanya ada 465 pergerakan pesawat, lalu pada bulan
Februari 2021 terdapat penurunan pergerakan pesawat menjadi
354, dan pada bulan Maret 2021 mengalami kenaikan atau
pertambahan pergerakan pesawat menjadi 400 pergerakan. Lalu
pada bulan April 2021 terjadi kenaikan Kembali pergerakan
pesawat menjadi 448 pergerakan. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pergerakan pesawat paling pesat terjadi pada
bulan Desember 2020 (dihitung dari Mei 2020 hingga April
2021)

Tabel 4.4 Total Pergerakan Pesawat di Bandar Udara


Internasional Radin Inten II Lampung
No Periode Jumlah Penerbangan
61

1 Mei 2020 42
2 Juni 2020 157
3 Juli 2020 388
4 Agustus 2020 550
5 September 2020 421
6 Oktober 2020 471
7 November 2020 593
8 Desember 2020 683
9 Januari 2021 465
10 Februari 2021 354
11 Maret 2021 400
12 April 2021 448
TOTAL 5,012
Sumber : Data Daily Traffic Movement Angkasa Pura II
Airport Tahun 2020-2021 (Aprom Movement Control)

Dapat dilihat pada tabel 4.4 yang menunjukkan pergerakan


pesawat di Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung yang dihitung dari periode Mei 2020 sampai April
2021 (satu tahun) berjumlah 5,012 pergerakan.
Tabel 4.5 Rekap Kejadian Wildlife Hazard di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung Tahun 2020-2021
No Flight Aircraft
Tanggal Aircraf Rout
Numbe Registratio
Kejadian t Type e
r n
1 12 TKG
LNI-
Desembe B738 PK-LOH -
171
r 2020 CGK
62

2 17 TKG
LNI-
Desembe B738 PK-LKN -
098
r 2020 CGK
3 4 TKG
Februari GA 073 B738 PK-GMN -
2021 CGK

4. Pada tanggal 21 September 2020 personel AMC


melakukan pembersihan bangkai burung di runway
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung.
5. Pada tanggal 26 Januari 2021 terjadi rusa yang masuk
di wilayah airside Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung hingga memasuki runway 14 yang
langsung di tangani oleh unit AMC, Avsec, dan RFF
yang dibantu oleh BKSDA, PAM AU.
6. Pada tanggal 18 Februari 2021 ditemukan bangkai
kucing di area apron parking stand 6 di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung yang langsung di
evakuasi oleh unit AMC.
7. Pada tanggal 28 Februari 2021 ditemukan bangkai
burung blekok sawah oleh personel AMC pada saat
patroli di area runway 32 Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung yang kemudian dilakukan
pengevakuasian oleh personel AMC tersebut
8. Pada tanggal 28 Maret 2021 ditemukan bangkai ular di
apron dekat taxiway bravo Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung yang kemudian dilakukan
pengevakuasian oleh personel AMC
9. Pada tanggal 29 Maret 2021 ditemukan bangkai ular
dan burung di dekat runway 32 Bandar Udara
63

Internasional Radin Inten II Lampung yang kemudian


dilakukan pengevakuasian oleh personel AMC
Sumber : Logbook unit Apron Movement Control dan Air
Traffic Controller Bandar Udara Radin Inten II Lampung

Pada data diatas yang dimana menunjukkan rekap data


kejadian Wildlife Hazard Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung Tahun 2020-2021. Dimana terjadi 9
(Sembilan) kali kejadian Wildlife Hazard yang tercatat pada
logbook unit ATC dan unit AMC. 9 kejadian tersebut terjadi
pada bulan September 2020, Desember 2020, Januari 2021,
serta Februari 2021, Maret 2021.
Untuk kejadian wildlife hazard pada tanggal 12 Desember
2020 terjadi pada maskapai Lion Air dengan nomor
penerbangan LNI-171, dengan tipe pesawat B738, dan
registrasi pesawat PK-LOH, rute dari Bandara Internasional
Radin Inten II Lampung yang akan menuju Bandara
Internasional Soekarno Hatta. Kejadian Wildlife hazard yang
terjadi adalah masuknya kucing di taxiway bravo yang
kemudian di tangani oleh unit AMC.
Kejadian wildlife selanjutnya terjadi pada tanggal 17
Desember 2020 terjadi pada maskapai Lion Air dengan nomor
penerbangan LNI-098, dengan tipe pesawat B738, dan
registrasi pesawat PK-LKN, rute dari Bandara Internasional
Radin Inten II Lampung yang akan menuju Bandara
Internasional Soekarno Hatta. Kejadian Wildlife. Wildlife
hazard yang terjadi adalah masuknya 2 kucing di taxiway
bravo yang kemudian dilakukan inspeksi oleh unit AMC di
taxiway bravo.
Dapatnya kucing tersebut masuk di daerah bandara adalah
melalui pagar perimeter dan datang dari perkampungan warga,
64

dikarenakan bagian bawah pagar tidak di tutupi oleh fiber


sehingga kucing dapat leluasa masuk ke wilayah bandara, juga
di wilayah bandara mungkin kurang teredukasinya pegawai
untuk membuang makanan di tempat sampah yang tertutup
sehingga makanan tersebut dapat membiasakan kucing untuk
masuk diwilayah bandara guna mencari makanan.

Gambar 4.4 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Kucing di Area


Bandara Internasional Radin Inten II Lampung

Pada awal tahun terjadi wildlife hazard tepatnya pada


tanggal 27 Januari 2021 yang dimana terjadi masuknya hewan
peliharaan penduduk yakni rusa ke wilayah airside hingga
memasuki runway 14, hal ini kemudian ditangani oleh unit
AMC, RFF, Avsec, yang dibantu oleh PAM AU dan BKSDA.
Dapatnya rusa tersebut masuk di daerah bandara adalah
pada saat tersebut terjadi hujan yang sangat lebat, dengan
kandang rusa yang sangat dekat wilayah airside bandara serta
didukung rumput yang tinggi hingga menutupi pagar perimeter
mengakibatkan rusa tersebut dapat masuk ke wilayah airside
bandara, dengan masuknya hewan rusa tersebut dan di ketahui
oleh pihak ATC maka dilakukan pelaporan kepada pihak unit
AMC yang kemudian di lakukan Tindakan pengusiran hingga
65

memasuki wilayah runway 32, dibantu oleh unit ARFF,


BKSDA, dan POM AU rusa tersebut dapat di tembak dan
dievakuasi untuk meninggalkan wilayah bandara.

Sumber : Dokumentasi Unit ATC Bandara Internasional Radin


Inten II Lampung
Gambar 4.5 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Rusa di Area
Bandara Internasional Radin Inten II Lampung

Lalu pada tanggal 4 Februari 2021 telah terjadi wildlife


hazard pada maskapai Garuda Indonesia dengan nomor
penerbangan GA 073, dengan tipe pesawat B738 dan registrasi
pesawat PK-GMN, rute dari Bandara Internasional Soekarno
Hatta menuju Bandara Internasional Radin Inten II Lampung.
Dimana terdapat biawak di runway ketika Garuda Indonesia
akan melakukan take off penerbangan dari CGK , kemudian
AMC melakukan pengusiran di lokasi.
Dapatnya biawak tersebut masuk dikarenakan pagar
perimeter yang masih bisa dilewati oleh biawak sehingga
biawak dapat masuk diwilayah bandara, dengan adanya habitat
serta hewan penarik yang merupakan makanan biawak
mengakibatkan biawak tersebut memasuki wilayah bandara.
66

Gambar 4.6 Kondisi Saat Terjadi Masuknya Biawak di Area


Bandara Internasional Radin Inten II Lampung

Hasil dari Analisa, bahwa pada bulan Desember 2020


hingga Februari 2021 merupakan musim penghujan, dan pada
bulan tersebut pula terjadi curah hujan yang tinggi. Sehingga
terjadi puncak curah hujan pada bulan desember, januari dan
februari
Dan menurut SOP WHMP penilaian kecakapan bandar
udara berpengaruh terhadap kejadian bird-strike dari 10.000
(sepuluh ribu) pergerakan pesawat, telah terjadi kejadian
wildlife animal hazard dari 10.000 (sepuluh ribu) pergerakan
pesawat, dan telah terjadi kejadian karena foreign object debris
(FOD) dari 10.000 (sepuluh ribu) pergerakan pesawat.
Dengan adanya data tersebut menunjukan pergerakan
pesawat di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
yang dihitung dari periode Mei 2020 sampai April 2021 (satu
tahun) berjumlah 5,012 pergerakan, dan telah terjadi pelaporan
wildlife hazard di bandara tersebut sebanyak 9 kali dengan
bukti pelaporan data yang valid yang menyatakan telah
terjadinya ancaman wildlife hazard di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung. Hal ini dapat
mempengaruhi penilaian kecakapan bandar udara tersebut.
67

4.1.2.3 Faktor penarik burung dan hewan liar di Lingkungan


Bandara
Faktor penarik hewan liar ke Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung dan sekitarnya antara lain untuk
mendapatkan makanan, berteduh/shelter, bersarang, dan
sebagainya. Beberapa habitat yang kaya bagi makanan burung
di lingkungan bandara dan sekitarnya antara lain padang
rumput, rawa, genangan air, kebun/pekarangan rumah
penduduk.
Makanan untuk hewan liar di lingkungan Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung dan sekitarnya antara
lain hewan serangga, kodok ulat dan sebagainya, tumbuhan
seperti buah buahan, daun, bunga (madu), dan sebagainya, tak
jarang pula binatang yang mendekati wilayah bandara untuk
minum air di genangan sekitar airside bandara. Secara umum,
bandara memiliki banyak sekali habitat dan persediaan
makanan yang menarik hewan hewan tersebut untuk memasuki
area Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung.
Banyaknya genangan air baik di sekitar runway maupun di
tanah tanah berlubang antara runway dan perimeter dapat
menarik hewan untuk berpindah tempat tinggal di daerah
tersebut, sehingga hewan seperti ular, biawak serta burung
tertarik untuk memasuki wilayah airside bandara tersebut.

Gambar 4.7 Kondisi Genangan Air di Airside Bandara


Internasional Radin Inten II Lampung
68

Kejadian Wildlife Hazard kebanyakan terjadi saat setelah


hujan atau cerah dikarenakan pada saat itu hewan hewan
tersebut tertarik untuk memasuki rerumputan dekat runway
guna mencari habitat baru dan makanan yang tersedia, di
Bandara Radin Inten II Lampung, runway terposisi di antara
perkampungan dan rawa sehingga hewan seperti kucing,
biawak, ular dan burung sangat tertarik untuk memasuki
wilayah airside bandara pada saat setelah hujan, walau begitu
hal ini memerlukan pengujian lebih lanjut atas kebenarannya.
Dari laporan BMKG prakiraan cuaca pada tahun 2020-2021
mengawali musim penghujan di wilayah sumatera terjadi pada
bulan oktober 2020 dan puncak hujan terjadi pada bulan
November 2020 hingga januari 2021.
Untuk reptil, amphia, muluska, dan mamalia, Sebagian
merupakan makanan burung dan hewan liar tercantum pada
tabel 4.2 untuk reptile, amphia, muluska sendiri antara lain :
kodok, cicak, tokek, biawak kecil, ular, bekicot, dan kadal.
Disampung hal tersebut reptil, amphia, dan muluska tersebut
juga dapat di mangsa oleh predator yang lain seperti kucing,
ular besar, biawak besar. Menurut keterangan para personel
biawak yang berukuran sangat besar sering ditemukan di
daerah sekitar bandara, dan pada saat melakukan observasi juga
telah ditemukan setidaknya 2 kali biawak besar yang memasuki
wilayah airside bandara, hal tersebut berpeluang untuk
memakan burung termasuk dengan telurnya.

4.1.2.4 Penanganan Wildlife dan Birdstrike


1. Patroli wilayah sisi udara
Patroli di wilayah sisi udara tersebut juga
merupakan pemantauan wildlife dan birdstrike untuk
mendeteksi hal-hal yang berpotensi membahayakan
69

operasional pesawat serta menemukai bangkai burung


atau binatang lainnya seperti ular, kelelawar di sekitar
airside bandara.

Gambar 4.8 Laporan Pemantauan atau patroli airside


Berdasarkan gambar 4.4 diatas menampilkan
laporan pemantauan atau patroli airside yang dilakukan
setiap personel yang sedang bertanggung jawab atas
inspeksi rutin. Inspeksi rutin ini merupakan suatu hal
yang penting guna mencegah masuknya hal-hal yang
beresiko membahayakan penerbangan, seperti hewan
liar maupun benda-benda lainya yang dapat disebut
dengan FOD atau (Foreign Object Demage) yang
dimana merupakan substansi debris yang memiliki
potensi merusak terhadap kendaraan. Pada inspeksi
rutin dilakukan guna menjaga kebersihan dan kesterilan
airside sehingga terhindar dari adanya kehadiran hewan
70

liar, bangkai burung maupun hewan liar, benda benda


mati serta habitat baru bagi hewan liar. Waktu inspeksi
dilakukan pada pagi hari sebelum jam operasional,
siang hari saat akan melakukan pergantian jaga, lalu
dilakukan lagi oleh personel baru pada sore hari, dan
dilakukan pada malam hari setelah jam operasional.
2. Pengusiran Wildlife dan Birdstrike
Pengusiran wildlife dan birdstrike dilakukan untuk
menghilangkan langsung bahaya hewan liar dan burung
yang berada disekitar Bandar Udara. Pengusiran dapat
dilakukan pada saat dilakukan inspeksi wilayah airside.
Hal-hal yang perlu dicatat dalam pencatatan terjadinya
pengusiran hewan liar dan burung adalah waktu
pelaksanaan, area patrol, lokasi dan spesies hewan liar,
serta hasil pengusiran hewan liar.
Prosedur yang dilakukan saat pengusiran hewan liar.
a. Identifikasi hewan liar yang membutuhkan
pengusiran
b. Posisikan diri kita antara runway dan hewan liar
agar pengusiran hewan terarah menjauhi dari area
maneuver pesawat.
c. Pastikan keselamatan saat melakukan pengusiran
terjaga, bilamana diperlukan alat gunakan alat yang
tersedia.
d. Memastikan hewan telah menjauhi area bandara,
dan dilakukan pengecekan kembali diarea yang
sama untuk patroli selanjutnya.
e. Mencatat rincian kegiatan pengusiran hewan liar di
Bandara Internasional Radin Inten II Lampung
pada logbook kegiatan AMC.
3. Pengevakuasian bangkai hewan liar dan burung
71

Pengevakuasian bangkai hewan liar dan burung


dilakukan untuk menghilangkan langsung FOD
sehingga tidak memberikan resiko di wilayah
maneuvering pesawat yang berada disekitar Bandar
Udara. Pengevakuasian tersebut bermaksut untuk
memindahkan hewan dari daerah steril ke daerah yang
jauh dari wilayah maneuvering pesawat dan dirasa
aman. Pengusahaan tersebut dapat dilakukan pada saat
inspeksi wilayah airside.

Gambar 4.9 Proses Pengevakuasian Bangkai Hewan


Liar di Wilayah Airside Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung

4.1.3 Hasil Interview


Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara langsung, terbuka
dan tidak terstruktur kepada personel lapangan ketika melakukan observasi
lapangan serta observasi dokumen terkait wildlife hazard, hal tersebut
bermaksud untuk memastikan kembali kejadian dan hasil observasi yang
diamati benar-benar terjadi, serta di ketahui detail kejadian dari apa, dimana,
kapan, mengapa dapat yang terjadi, siapa yang bertugas pada saat itu, serta
bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap incident wildlife hazard
yang terjadi di Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung dalam
rentang waktu satu tahun (Mei 2020-April 2021).
72

Dari daftar pertanyaan yang diajukan kepada informan dalam


penulisan tugas akhir ini didapatkan penjelasan mengenai tata letak bandara,
mengenai informasi binatang yang pernah terlihat di sekitar bandara,
mengenai pengusahaan penanganan wildlife hazard, faktor penarik hewan
yang tersedia di bandara, serta penanganan narasumber terhadap hewan liar
yang pernah ditemui.
Data yang tidak terdapat pada wawancara, dilengkapi dengan data hasil
observasi langsung secara partisipatif yang dilakukan dalam rentang waktu
pada bulan Februari sampai dengan April 2021.
I. Narasumber Pertama
Narasumber pertama adalah Fajar Amir Khoiri, dimana merupakan AMC
officer Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta sebagai
informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung jawab
dalam mengatur, mengawasi serta memantau kegiatan di wilayah airside
terkhusus di apron. AMC juga melakukan patroli atau pengecekan di
wilayah runway guna menjaga kesterilan daerah manouvering pesawat.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan informasi bahwa
wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan warga desa Branti, rawa, serta persawahan perkebunan,
banyak dan sering terlihat kucing, biawak, ular, dan burung berukuran
kecil seperti burung gereja hingga burung berukuran sedang seperti burug
blekok sawah. Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan wildlife
hazard adalah dengan pemindahan hewan bila sudah mati ke tempat
menjauhi daerah maneuvering pesawat, bila masih hidup dilakukan
pengusiran dengan cara mendekati hewan tersebut bila tidak berbahaya,
mengganggu dengan kayu, maupun benda lain di sekitar aiside yang
dapat membatu melakukan pengusiran. Peralatan yang tersedia untuk
penanganan dan pengusiran hewan liar adalah sirine, mobil patroli,
sarung tangan, sapu, dan serok. Adanya genangan air wilayah airside dan
posisi di dekat rawa,merupakan faktor penarik hewan-hewan tersebut ada
di sekeliling bandara pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah
73

kucing yang sering berkeliaran di apron, dan rusa. Untuk rusa itu
merupakan hewan ternak warga, posisi kendang ada di dekat rawa,
karena kondisi pada saat itu badai atau hujan deras rusa tersebut merasa
ketakutan lalu lari ternyata memasuki bandara lewat pagar perimeter
yang tertutupi tumbuhan tinggi di dekat rawa tersebut, untuk
penanganannya rusa tersebut dilumpuhkan dengan tembakan, dibantu
oleh unit ARFF, BKSDA dan POM AU, pada saat itu rusa sudah
berposisi di pinggiran runway dekat rumah dinas alfa, sehingga tidak
mengganggu penerbangan, namun dilakukan penjagaan yang ketat agar
rusa tersebut tidak keluar kea rah daerah maneuvering.
II. Narasumber Kedua
Narasumber kedua adalah Feru M. AMd. dimana merupakan supervisor
unit AMC Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta
sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung
jawab dalam mengatur, mengawasi serta memantau kegiatan di wilayah
airside terkhusus di apron. AMC juga melakukan patroli atau pengecekan
di wilayah runway guna menjaga kesterilan daerah manouvering pesawat.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan informasi bahwa
wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan, sering terlihat kucing, dan
burung seperti burung gereja burung perkutut, dan sejenisnya.
Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan wildlife hazard adalah
dengan membuang hewan mati menjauhi airside dibawa dengan mobil
patroli,, bila masih hidup dilakukan pengusiran mengganggu ketenangan
hewan tersebut hingga menjauhi airside. Peralatan yang tersedia untuk
penanganan dan pengusiran hewan liar adalah sirine, mobil patroli,
sarung tangan, sapu, dan serok. Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar
perimeter dan dekat dengan perkampungan merupakan faktor penarik
hewan-hewan tersebut ada di sekeliling bandara. Pernah saya temukan
rentang satu tahun ini adalah kucing yang sering berkeliaran di apron.
Untuk kucing tersebut memang datang dari perkampungan warga, bisa
74

masuk karena pagar perimeter masih belum di berikan tutup sehingga


kucing bisa leluasa keluar masuk. Daya tariknya karena mereka
mendapatkan sisa makanan di sampah dekat airside, sehingga sering
mendatangi wilayah bandara, untuk penanganannya dilakukan dengan
diberikan seruan sehingga kucing lari menjauhi wilayah maneuvering
pesawat.
III. Narasumber Ketiga
Narasumber ketiga adalah Trio Habibullah, dimana merupakan personel
unit AMC Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta
sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung
jawab dalam mengatur, mengawasi serta memantau kegiatan di wilayah
airside terkhusus di apron. AMC juga melakukan patroli atau pengecekan
di wilayah runway guna menjaga kesterilan daerah manouvering pesawat.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan informasi bahwa
wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan, sering terlihat kucing, burung
burung berukuran kecil sampai yang berukuran agak besar seperti blekok
sawah. Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan wildlife hazard
adalah dengan membuang hewan mati menjauhi airside dengan mobil
patroli,, bila masih hidup dilakukan pengusiran sampai hewan tersebut
menjauhi wilayah airside. Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan
pengusiran hewan liar adalah sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu,
dan serok. Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar perimeter, genangan
air, dekat rawa dan perkampungan merupakan faktor penarik hewan-
hewan tersebut ada di sekeliling bandara. Pernah saya temukan rentang
satu tahun ini adalah kucing mati di parking stand 6 yang mati karena
meminum cairan pesawat (kemungkinan avtur) dilakukan pemindahan
hewan mati tersebut menggunakan mobil patroli. Ditemukan juga
bangkai blekok sawah di dekat runway 32 lalu dilakukan pembersihan
area tersebut dan memindahkan bangkai menjauhi runway.
IV. Narasumber Keempat
75

Narasumber keempat adalah JJ Pasoga, dimana merupakan personel unit


AMC Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta sebagai
informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung jawab
dalam mengatur, mengawasi serta memantau kegiatan di wilayah airside
terkhusus di apron. AMC juga melakukan patroli atau pengecekan di
wilayah runway guna menjaga kesterilan daerah manouvering pesawat.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan informasi bahwa
wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan, sering terlihat kucing, biawak
dan burung berukuran seperti burung gereja. Pengusahaan yang
dilakukan dalam penanganan wildlife hazard adalah dengan membuang
hewan mati menjauhi airside dibawa dengan mobil patroli,, bila masih
hidup dilakukan pengusiran mengganggu ketenangan hewan tersebut
hingga menjauhi airside. Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan
pengusiran hewan liar adalah sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu,
dan serok. Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar perimeter dan dekat
dengan rawa merupakan faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di
sekeliling bandara. Pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah
biawak, pada saat itu pesawat Garuda Indonesia akan melakukan take off
namun dilaporkan oleh ATC bahwa terdapat biawak di runway 14
sehingga dilakukan pengusiran dengan menggunakan kayu sehingga
biawak tersebut menjauhi runway dan keluar darri pagar perimeter.
V. Narasumber Kelima
Narasumber kelima adalah Bisma AL, AMd. dimana merupakan personel
unit AMC Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta
sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung
jawab dalam mengatur, mengawasi serta memantau kegiatan di wilayah
airside terkhusus di apron. AMC juga melakukan patroli atau pengecekan
di wilayah runway guna menjaga kesterilan daerah manouvering pesawat.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan informasi bahwa
wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
76

perkampungan warga desa Branti, rawa, serta persawahan perkebunan,


banyak dan sering terlihat kucing, ular, dan burung berukuran kecil
seperti burung gereja. Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan
wildlife hazard adalah dengan pemindahan hewan bila sudah mati ke
tempat menjauhi daerah maneuvering pesawat, bila masih hidup
dilakukan pengusiran dengan cara mendekati hewan tersebut bila tidak
berbahaya, mengganggu dengan kayu, maupun benda lain di sekitar
aiside yang dapat membatu melakukan pengusiran. Peralatan yang
tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah sirine,
mobil patroli, sarung tangan, sapu, dan serok. Adanya genangan air
wilayah airside, posisi di dekat rawa dan perkampungan, merupakan
faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di sekeliling bandara pernah
saya temukan rentang satu tahun ini adalah biawak dan ular. Kebanyakan
saya temukan sudah mati atau berupa bangkai sehingga hanya dilakukan
pembersihan untuk pemindahan bangkai saja. Bilama mana ditemukan
hewan tersebut masih hidup maka dilakukan pengusiran dengan cara
tetap mempertimbangkan keselamatan diri.
VI. Narasumber Keenam
Narasumber keenam adalah Dwija Rinta Ginting, dimana merupakan
Senior Staff unit Safety Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung serta sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau
bertanggung jawab dalam menjaga dan mengawasi di wilayah airside
bandara dari ancaman yang beresiko dalam keselamatan dan keamanan
pergerakan pesawat di bandara. Unit safety juga melakukan patroli atau
pengecekan di wilayah airside secara keseluruhan guna menjaga
kesterilan daerah manouvering pesawat. Dari pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan, didapatkan informasi bahwa wilayah airside bandara
Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan, rawa, serta
persawahan. Hewan yang sering terlihat adalah kucing dan burung-
burung berukuran kecil. Pengusahaan yang dilakukan dalam pencegahan
wildlife hazard adalah dengan mencegah adanya tumbuhan yang berbuah,
77

sehingga tidak adanya habitat bagi hewan hewan tersebut. Peralatan yang
tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah sirine,
mobil patroli, pistol, dan bendera. Adanya faktor penarik hewan-hewan
tersebut memasuki wilayah bandara sudah di minimalisir dengan saat
baik. Sangat jarang terjadi masuknya hewan di area bandara, kalaupun
ada personel patroli akan melapor ke pihak safety, namun selama ini
tidak ada kejadian serius mengenai binatang liar di area bandara.
VII. Narasumber Ketujuh
Narasumber ketujuh adalah Ade Kurniawan, dimana merupakan Personel
unit Avsec Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta
sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung
jawab dalam menjaga dan mengawasi wilayah bandara dari segala
ancaman yang beresiko terhadap keselamatan dan keamanan di bandara,
hal tersebut dilakukan dalam pelaksanaan patroli di wilayah daerah jalur
perimeter. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan
informasi bahwa wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung
terletak diantara perkampungan, rawa, serta persawahan. Hewan yang
sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran kecil sampai
berukuran sedang, pernah juga terlihat biawak. Bilamana ditemukan
hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan dilakukan pengusiran,
untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan Ketika
melakukan patrolii saja. Faktor penarik hewan-hewan tersebut memasuki
wilayah bandara dikarenakan posisi bandara yang didekat rawa dan
perkampungan, juga ketersediaan makanan seperti serangga di rumput2
dekat runway banyak.
VIII. Narasumber Kedelapan
Narasumber kedelapan adalah Eko Pujiono, dimana merupakan Personel
unit Avsec Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung serta
sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau bertanggung
jawab dalam menjaga dan mengawasi wilayah bandara dari segala
ancaman yang beresiko terhadap keselamatan dan keamanan di bandara,
78

hal tersebut dilakukan dalam pelaksanaan patroli di wilayah daerah jalur


perimeter. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, didapatkan
informasi bahwa wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung
terletak diantara perkampungan, rawa, serta persawahan. Hewan yang
sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran kecil seperti
burung perkutut sampai berukuran sedang seperti burung bangau, pernah
juga terlihat biawak, yang paling sering adalah kucing. Bilamana
ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan dilakukan
pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
ketika melakukan patroli saja. Faktor penarik hewan-hewan tersebut
memasuki wilayah bandara dikarenakan posisi bandara yang didekat
rawa dan perkampungan, juga ketersediaan makanan seperti serangga di
rumput2 dekat runway banyak
IX. Narasumber Kesembilan
Narasumber kesembilan adalah Ikhsan Misroji, dimana merupakan
Personel unit Avsec Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
serta sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau
bertanggung jawab dalam menjaga dan mengawasi wilayah bandara dari
segala ancaman yang beresiko terhadap keselamatan dan keamanan di
bandara, hal tersebut dilakukan dalam pelaksanaan patroli di wilayah
daerah jalur perimeter. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,
didapatkan informasi bahwa wilayah airside bandara Radin Inten II
Lampung terletak diantara perkampungan, rawa, serta persawahan.
Hewan yang sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran
kecil seperti burung perkutut sampai berukuran sedang seperti burung
bangau, pernah juga terlihat biawak, yang paling sering adalah kucing.
Bilamana ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan
dilakukan pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan
pemantauan ketika melakukan patroli saja. Faktor penarik hewan-hewan
tersebut memasuki wilayah bandara dikarenakan posisi bandara yang
79

didekat rawa dan perkampungan, juga ketersediaan makanan seperti


serangga di rumput2 dekat runway banyak
X. Narasumber Kesepuluh
Narasumber kesepuluh adalah Renicca Utama, dimana merupakan
Personel unit Avsec Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung
serta sebagai informan dalam penulisan tugas akhir ini. Beliau
bertanggung jawab dalam menjaga dan mengawasi wilayah bandara dari
segala ancaman yang beresiko terhadap keselamatan dan keamanan di
bandara, hal tersebut dilakukan dalam pelaksanaan patroli di wilayah
daerah jalur perimeter. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,
didapatkan informasi bahwa wilayah airside bandara Radin Inten II
Lampung terletak diantara perkampungan, rawa, serta persawahan.
Hewan yang sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran
kecil sampai berukuran sedang, pernah juga terlihat biawak. Bilamana
ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan dilakukan
pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
Ketika melakukan patrolii saja. Faktor penarik hewan-hewan tersebut
memasuki wilayah bandara dikarenakan posisi bandara yang didekat
rawa dan perkampungan, juga ketersediaan makanan seperti serangga di
rumput2 dekat runway banyak.

Setelah dilakukan wawancara kepada narasumber dan telah


dilakukan cross-check dengan data observasi dalam rangka menganalisa
validitas keabsahan data. Selanjutnya dilakukan penyatuan antara data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan mengaitkannya
berdasarkan teori dari studi kepustakaan. Dari hal tersebut akan
digabungkan kembali dalam sebuah pengolahan data berupa kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh personel patroli sebagai salah satu peningkatan
upaya pelaksanaan keselamatan penerbangan dengan pelaksanaan wildlife
hazard managent plan
80

4.1.4 Hasil Uji Keabsahan Data


4.1.4.1 Credibility
a. Perpanjangan Pengamatan
Dalam pengumpulan data dilakukan pengamatan di
lapangan guna memastikan bahwa kejadian tersebut terjadi.
Pengamatan ini dilaksanakan jalam jangka waktu 3 bulan
pada bulan februari hingga bulan april 2021 sehingga
hubungan peneliti dengan sumber informasi semakin
terbentuk, terbuka, dan saling mempercayai, sehingga tidak
ada informasi yang disembunyikan.
Pada pelaksanaan on the job training yang
dilaksanakan 3 bulan telah terbentuk keakraban dari peneliti
dengan pasa personel berkaitan dengan penanganan hewan
liar di bandara. Dengan keadaan tersebut didapatkan
informasi mendalam mengenai incident wildlife hazard di
Bandar Udara Radin Inten II Lampung dengan
diperbolehkannya melakukan penelusuran pada logbook
AMC, guna memperoleh bukti terjadinya kejadian wildlife
hazard dalam kurun waktu satu tahun.
Lalu diberikan keleluasaan untuk mengikuti
kegiatan patroli guna pengecekan kesterilan wilayah di
bandara, sehingga dapat diketahui penanganan serta
pengusahaan pengusiran hewan liar disekitar bandara
dengan pengamatan langsung. Kegiatan tersebut telah
dilaksanakan selama 3 bulan yang dimana pengamatan
dilakukan dengan frekuensi 4-6 hari pengamatan dalam satu
minggu.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Guna pengecekan kepastian data dan urutan
peristiwa dapat direkam maka diperlukan kecermatan dalam
81

mengelola dan memilah data. Kebenaran data dilakukan


dengan penelusuran data dari beberapa sumber lainnya.
Pada penemuan kejadian wildlife hazard di logbook
AMC akan dicocokkan dengan logbook dari ATC, serta
dokumentasi dari personel yang melakukan penanganan.
Bilamana kejadian tersebut berkesinambungan dan selaras,
maka data tersebut dapat dibenarkan, sehingga data yang
didapatkan dapat dideskripsikan secara akurat dan
sistematis
c. Triangulasi
Guna menguji ketidaksamaan antara data yang
diperoleh dari satu sumber, maka dilakukan penyatuan
perbedaan data agar dapat ditarik kesimpulan yang akurat
dan tepat.
a. Triangulasi Sumber
Data yang diperoleh melalui 3 sumber data yakni
obsevasi lapangan yang dilakukan selama 3 bulan
dengan intensitas penelitian 4-6 hari perminggu,
dilakukan interview dengan populasi 30 orang dari unit
terkait penanganan wildlife hazard, serta melakukan
studi kepustakaan dari jurnal-jurnal pendukung yang
berkesinambungan dan penanganan wildlife hazard
yang dimana jurnal tersebut sudah dibuktikan
kevalidannya.
b. Triangulasi Teknik
Untuk data yang telah di dapatkan maka di analisis dari
sumber data lainnya, seperti pada penelitian ini
didapatkan data yang bersumber dari logbook AMC
yang lalu di bandingkan dengan logbook ATC dalam
waktu yang sama, bila sudah selaras maka di lakukan
82

wawancara terhadap personel yang melakukan


penanganan, serta dokumentasi kejadian.
c. Triangulasi Waktu
Pengumpulan data dilakukan pada berbagai waktu,
dikarenakan observasi selama 3 bulan tersebut
dilakukan mulai dari jam 6 pagi hingga jam 8 malam.
Sehingga data yang didapatkan bervariasi, karena data
tersebut diambil sampel pada pagi hari, siang hari, sore
hari, malam hari, cuaca panas, dan pada saat hujan.
4.1.4.2 Confirmability
Penelitian dapat dikatakan objektif apabila hasil
penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang.
Berkaitan dengan proses yang dilakukan, baik dari metode
pengumpulan data, pengelolaan data, serta hasil pengolahan
data, serta kesimpulan telah di sepakati dari pihak yang
bersangkutan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa masih
banyaknya hewan liar dan burung yang masuk di wilayah bandara
dikarenakan kurangnya pengusahaan personel patroli dalam pencegahan
binatang liar memasuki wilayah airside bandara, kurang efektifnya
peralatan dalam pengusiran hewan liar di bandara, serta masih sangat
banyak habitat serta faktor penarik bagi burung dan binatang liar untuk
mendatangi wilayah bandara, sehingga perlu dilakukan pemecahan dari
permasalahan tersebut guna meningkatkan penilaian kecakapan bandar
udara menurut SOP WHMP berpengaruh terhadap kejadian bird-strike dari
10.000 (sepuluh ribu) pergerakan pesawat, telah terjadi kejadian wildlife
animal hazard dari 10.000 (sepuluh ribu) pergerakan pesawat, dan telah
terjadi kejadian karena foreign object debris (FOD) dari 10.000 (sepuluh
ribu) pergerakan pesawat.
83

4.3 Penyelesaian Masalah


Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah didapat maka dapat
diberikan saran guna menyelesaikan masalah tersebut, sebagai berikut :
a. Penyelesaian masalah jangka pendek
1. Disarankan bagi pihak Safety Management System, personel Apron
Movement Control, dan unit Aviation Security di PT Angkasa Pura
II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Lampung selaku unit yang bertugas dalam melaksanakan patroli di
lingkungan airside bandara untuk meningkatkan kesadaran dalam
melakukan pencegahan masuknya hewan liar dengan menyalakan
sirine pada saat melakukan patroli, membawa peralatan dan
pengaman guna melakukan pengusiran, serta melakukan patroli di
seluruh wilayah sisi udara, guna meminimalisir hewan untuk
memasuki wilayah bandara. Penyelesaian masalah ini di dukung
dengan dokumen wildlife hazard management plan dari ICAO.
2. Disarankan untuk melakukan pemotongan rumput di area dekat
runway, serta rumput dan tumbuhan tinggi di dalam pagar
perimeter dekat wilayah airside bandara. Juga disarankan dalam
melakukan pembasmian rumput tersebut dilakukan dengan
spraying insektisida yang ramah lingkungan secara reguler dan
berkelanjutan, untuk meminimalisasikan keberadaan serangga
sebagai salah satu sumber makanan burung dan hewan liar lainnya
yang merupakan pemakan serangga. Contoh insektisida ramah
lingkungan antara lain pestisida yang menggunakan campuran
bahan dari pohon intaran, ligundi, mitir dan sebagainya. Jenis
pestisida yang cocok digunakan memerlukan
penelusuran/penelitian lebih lanjut. Frekuensi penyemprotan juga
perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini sangat tergantung pada jenis dan
konsentrasi pestisida yang digunakan, serta jenis serangga yang
dijadikan target (mungkin berbeda antar waktu) sehingga
meminimalisir kemungkinan datangnya para burung. Penyelesaian
84

masalah ini di dukung dengan dokumen wildlife hazard


management plan dari ICAO.

b. Penyelesaian masalah jangka Panjang


1. PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung selaku pengelola bandara untuk melakukan
peninjauan kembali mengenai peralatan serta melakukan koordinasi
dengan personel dalam melakukan patroli, pemantauan serta
pengusiran guna menjaga kesterilan wilayah bandara terutama
pada musim penghujan. Penyelesaian masalah ini di dukung
dengan dokumen wildlife hazard management plan dari ICAO.
2. Dibentuknya suatu unit yang berfokus pada prosedur manajemen
bahaya hewan liar maupun burung guna pengoptimalan
penanganan wildlife dan birdstrike. Penyelesaian masalah ini di
dukung dengan dokumen wildlife hazard management plan dari
ICAO.
3. PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung disarankan untuk melakukan pengadaan
system voice impact pada sirine mobil patroli yang dimana suara
sirine tersebut dikembangkan dengan penambahan suara-suara yang
ditakuti oleh burung serta hewan liar yang terdapat di bandara agar
lebih efektif dalam melakukan pengusiran, berikut dicantumkan
suara yang perlu untuk ditambahkan pada sirine mobil patroli guna
mengoptimalkan pengusiran serta pencegahan burung dan hewan
liar memasuki area bandara. Penyelesaian masalah ini di dukung
dengan dokumen wildlife hazard management plan dari ICAO.

Tabel 4.6 Suara yang Ditambahkan pada Sirine Mobil Patroli

No Hewan Jenis suara yang perlu ditambahkan


1 Burung Tercantum pada jurnal “Pengenalan
Suara Burung Menggunakan Mel
85

Frequency Cepstrum Coefficient dan


Jaringan Syaraf Tiruan pada Sistem
Pengusir Hama Burung” bahwa telah
dilakukan pengujian terhadap suara
yang dirasa dapat mengusir burung,
suara tersebut diantaranya suara burung
elang, suara kucing, suara tembakan,
serta suara kaleng. Hasil dari pengujian
didapatkan keberhasilan pengusiran
paling baik dengan menggunakan suara
tembakan..
2 Kucing Gelombang suara ultrasonik pada
65000 Hz dan mengeluarkan suara
ultrasonik yang berubah-ubah dengan
ditambah gelombang elektromagnetik
yang dapat mengubah-ubah frekuensi
gelombang elektromagnetik hidup dan
mati setiap beberapa detik dapat
memberikan efek terhadap kucing
untuk merasakan adanya perbedaan
lingkungan karena merasa terganggu
dan mereka akan menghindar menjauh
dari sumber gelombang tersebut. Suara
seperti petir, petasan, tembakan juga
dapat mengusir kucing. Suara yang
berisik dan mengagetkan dapat
membuat kucing terkejut dan lari
menghindari sumber suara, hal itu
dapat membantu dalam upaya
pengusiran kucing di wilayah bandara.
3 Kelelawar Menurut konsep alat pengusir
86

kelelawar dari Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang dimana dijelaskan bahwa
Frekuensi ultrasonik dengan frekuensi
30-50 kilo Hertz (kHz) yang
dipancarkan sistem dapat mengganggu
sistem komunikasi dan navigasi
kelelawar sehingga mereka pergi
menjauh dari sumber gelombang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
87

5.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakan penelitian terkait dengan judul dan
permasalahan yang telah ditulis dan di uraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan, yaitu:
Kualitas penanganan wildlife hazard sangat berpengaruh terhadap
kelancaran penerbangan dan keselamatan operasi penerbangan, hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik kualitas penanganan wildlife hazard
yang dilakukan maka akan menjaga keselamatan operasi penerbangan di
Bandara Internasional Radin Inten II Lampung. Hasil dari observasi
lapangan menunjukkan kurang optimalnya perberlakuan prosedur
manajemen bahaya hewan liar dan burung di PT Angkasa Pura II Kantor
Cabang Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung

5.2 Saran
Bersadarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan masukan
atau saran adalah sebagai berikut,
PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung selaku pengelola bandara untuk mengoptimalkan
baik dari kesadaran personel, peralatan, serta kondisi lapangan dalam
pelaksanaan pencegahan serta penanganan incident wildlife hazard guna
peningkatan keselamatan operasi penerbangan di Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung.
88

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT Bina


Aksara.
Begier, R. A. (2012). Comparison Of Wildlife Strike Data Among Airports To
Improve Aviation Safety.
Badudu. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo
ICAO. (2013). Annex 19 Safety Management.
Mardalis. 1993. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J.. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J.. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J.. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Margono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Merri Anggita Rahmi. (2020) Optimalisasi Penanganan Wildlife Dan Bird Strike
Untuk Meningkatkan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Pt Angkasa
Pura I Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
Semarang
Muhammad Agung Nursyeha, M. S. (2020). Pengenalan Suara Burung
Menggunakan Mel Frequency Cepstrum Coefficient dan Jaringan Syaraf
Tiruan pada Sistem Pengusir Hama Burung
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. Retrieved Februari 1, 2021,
from Tana Ngada: https://ngada.org/pp3-2001.htm
Pratama, D. (2011) Teknik Pengumpulan dan Validasi Data Kualitatif. Tama Indra
Brilian Blog’s. Diambil 21 Februari 2021, dari
https://dinarpratama.wordpress.com/2011/01/08/teknik-pengumpulan-dan-
validasi-data-kualitatif/
RI, M. P. (1985). Peraturan Direktur: Jendral Perhubungan Udara No.
SKEP/100/XI/1985 tentang Peraturan dan Tata Cara Bandar Udara,:
Jakarta: Keputusan Direktorat Jendral Perubungan Udara
RI, M. P. (2010). Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No SKEP / 42 /
III / 2010 Tentang Petunjuk Dan Tata Cara Peraturan Keselamatan
89

Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03 Manajemen Bahaya Hewan Liar Di


Bandar Udara Dan Sekitarnya. Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
RI, M. P. (2015). Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP 662
Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139-08, Penerimaan Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Bandar
Udara. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
RI, M. P. (2015). PM 55 Tahun 2015/139.075 Tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139. Jakarta: Menteri Perhubungan RI
RI, M. P. (2017). Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP 262
Tahun 2017 tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR
Part 139), Volume I Bandar Udara (Aerodrome). Jakarta: Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Elfabeta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Siti Oktaviani, S. J.(2019). Penerapan Wildlife Hazard Management Sebagai
Upaya Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara Internasional Ahmad
Yani Semarang.
Yufridan Gandoz Situmeang, V. C. (2011). Perlunya Peningkatan Pengamanan di
Daerah Pergerakan Pesawat Demi Menunjang Kelancaran Lalu Lintas
Udara di Bandar Udara Budiarto. Zed, Mestika, 2004. Metode Penelitian
Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor. Indonesia.
Zed, Mestika, 2004. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor. Indonesia.
90

LAMPIRAN A

A-1. Logbook pelaporan dari ATC ke AMC mengenai hewan liar yang dilaporkan oleh
pilot

1. Senin, 21 September 2020. Personel AMC memasuki runway dari taxiway Charlie untuk
melakukan pembersihan bangkai burung

Sumber : logbook Air Traffic Controller di Bandar Udara Radin Inten II Lampung
2. Sabtu, 12 Desember 2020. ATC mendapatkan pelaporan dari PIC bahwa terdapat kucing
di taxiway bravo, lalu dilakukan inspeksi guna mengusir kucing tersebut oleh personel
AMC

Sumber : logbook Air Traffic Controller di Bandar Udara Radin Inten II Lampung
3. Kamis, 17 Desember 2020. ATC mendapatkan pelaporan dari PIC bahwa terdapat 2 ekor
kucing di taxiway bravo, lalu dilakukan inspeksi guna mengusir kucing tersebut oleh
personel AMC
91

Sumber : logbook Air Traffic Controller di Bandar Udara Radin Inten II Lampung
4. Rabu, 27 Januari 2021. ATC melaporkan terdapat rusa yang memasuki landasan kepada
AMC, lalu dilakukan pengejaran oleh personel AMC dan ARFF sampai di runway 14

Sumber : logbook Air Traffic Controller di Bandar Udara Radin Inten II Lampung
92

Sumber : logbook Apron Movement Control di Bandar Udara Radin Inten II Lampung

Sumber : dokumentasi dari Tower Air Traffic Controller Bandar Udara Radin Inten II
Lampung

A-2 Kondisi Inpeksi saat di temukan hewan liar dan burung

1. Minggu, 28 Februari 2021. Telah ditemukan bangkai burung blekok sawah di dekat
runway 32 oleh personel AMC lalu dilakukan pembersihan bangkai menggunakan
93

tangan dan diangkut menggunakan mobil follow me guna pensterilan manouvering area.

Sumber : Logbook dari Apron Movement Control Bandar Udara Radin Inten II
Lampung
2. Minggu, 28 Maret 2021. Telah ditemukan bangkai ular di apron dekat taxiway bravo
oleh personel AMC lalu dilakukan pembersihan bangkai menggunakan tangan dan
diangkut menggunakan mobil follow me guna pensterilan area

Sumber : Logbook dari Apron Movement Control Bandar Udara Radin Inten II
Lampung
3. Kamis, 18 Februari 2021. Telah ditemukan bangkai kucing di apron parking stand 6 di
belakang pesawat wings air oleh personel AMC lalu dilakukan pembersihan bangkai dan
diangkut menggunakan mobil follow me guna pensterilan area
94

Sumber : Logbook dari Apron Movement Control Bandar Udara Radin Inten II
Lampung
4. Senin, 29 Maret 2021. Telah ditemukan bangkai ular dan burung di runway 32 oleh
personel AMC lalu dilakukan pembersihan bangkai dan diangkut menggunakan mobil
follow me guna pensterilan area
95

Sumber : Logbook dari Apron Movement Control Bandar Udara Radin Inten II
Lampung
5. Kamis, 04 Februari 2021. AMC mendapatkan pelaporan dari ATC bahwa terdapat
animal hazard (binatang biawak dari hasil wawancara dengan Bang JJ Pasoga) lalu
dilakukan pengusiran menggunakan mobil follow me guna pensterilan area.
96

Sumber : Logbook dari Apron Movement Control Bandar Udara Radin Inten II
Lampung
97

LAMPIRAN B

B-1 Alat untuk Patroli dan pemantauan hewan liar

Mobil patroli unit AMC Mobil patroli unit AVSEC

Sirine pada mobil patroli

B-1 Alat untuk pengusiran hewan liar

Kendaraan

Lampu Sirine
98

Klakson
99

Lampiran C
C-1 Pelaksanaan Interview

I. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan AMC officer Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Fajar Amir Khoiri.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan warga
desa Branti, rawa, serta persawahan perkebunan,

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Iya, kebanyakan dan sering terlihat kucing, biawak, ular, dan burung
berukuran kecil seperti burung gereja hingga burung berukuran sedang seperti burug
blekok sawah.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan hewan liar yang masuk
adalah dengan pemindahan hewan bila sudah mati ke tempat menjauhi daerah
maneuvering pesawat, bila masih hidup dilakukan pengusiran dengan cara mendekati
hewan tersebut bila tidak berbahaya, mengganggu dengan kayu, maupun benda lain
di sekitar aiside yang dapat membatu melakukan pengusiran.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Ada sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu, dan serok.

5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya genangan air wilayah airside dan posisi di dekat rawa,merupakan
faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di sekeliling bandara

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
Jawab: Dalam satu tahun ini kebanyakan kucing yang sering berkeliaran di apron,
dan pernah juga rusa. Untuk rusa itu merupakan hewan ternak warga, posisi kendang
ada di dekat rawa, karena kondisi pada saat itu badai atau hujan deras rusa tersebut
100

merasa ketakutan lalu lari ternyata memasuki bandara lewat pagar perimeter yang
tertutupi tumbuhan tinggi di dekat rawa tersebut, untuk penanganannya rusa tersebut
dilumpuhkan dengan tembakan, dibantu oleh unit ARFF, BKSDA dan POM AU,
pada saat itu rusa sudah berposisi di pinggiran runway dekat rumah dinas alfa,
sehingga tidak mengganggu penerbangan, namun dilakukan penjagaan yang ketat
agar rusa tersebut tidak keluar kea rah daerah maneuvering.

II. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Supervisor AMC Bandar Udara Internasional
Radin Inten II Lampung, Feru M.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan,

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Tentu, sering terlihat kucing, dan burung seperti burung gereja burung
perkutut, dan sejenisnya.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan tersebut ya dengan
membuang hewan mati menjauhi airside dibawa dengan mobil patroli, bila masih
hidup dilakukan pengusiran mengganggu ketenangan hewan tersebut hingga
menjauhi airside.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Peralatan yang biasa digunakan ya sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu,
dan serok.
5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar perimeter dan dekat dengan
perkampungan merupakan faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di sekeliling
bandara.

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
101

Jawab: Pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah kucing yang sering
berkeliaran di apron. Untuk kucing tersebut memang datang dari perkampungan
warga, bisa masuk karena pagar perimeter masih belum di berikan tutup sehingga
kucing bisa leluasa keluar masuk. Daya tariknya karena mereka mendapatkan sisa
makanan di sampah dekat airside, sehingga sering mendatangi wilayah bandara,
untuk penanganannya dilakukan dengan diberikan seruan sehingga kucing lari
menjauhi wilayah maneuvering pesawat.

III. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel AMC Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Trio Habibullah.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Wilayah airside Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan,

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Sering terlihat kucing, burung burung berukuran kecil sampai yang
berukuran agak besar seperti blekok sawah.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan wildlife hazard adalah
dengan membuang hewan mati menjauhi airside dengan mobil patroli, bila masih
hidup dilakukan pengusiran sampai hewan tersebut menjauhi wilayah airside.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah
sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu, dan serok.

5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar perimeter, genangan air, dekat rawa
dan perkampungan merupakan faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di
sekeliling bandara.
102

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
Jawab: Pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah kucing mati di parking
stand 6 yang mati karena meminum cairan pesawat (kemungkinan avtur) dilakukan
pemindahan hewan mati tersebut menggunakan mobil patroli. Ditemukan juga
bangkai blekok sawah di dekat runway 32 lalu dilakukan pembersihan area tersebut
dan memindahkan bangkai menjauhi runway.

IV. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel AMC Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, JJ Pasoga.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Sering terlihat kucing, biawak dan burung berukuran seperti burung gereja.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan dalam penanganan wildlife hazard adalah
dengan membuang hewan mati menjauhi airside dibawa dengan mobil patroli, bila
masih hidup dilakukan pengusiran mengganggu ketenangan hewan tersebut hingga
menjauhi airside.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah
sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu, dan serok.

5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya tumbuhan tinggi diantara pagar perimeter dan dekat dengan rawa
merupakan faktor penarik hewan-hewan tersebut ada di sekeliling bandara.

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
103

Jawab: Pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah biawak, pada saat itu
pesawat Garuda Indonesia akan melakukan take off namun dilaporkan oleh ATC
bahwa terdapat biawak di runway 14 sehingga dilakukan pengusiran dengan
menggunakan kayu sehingga biawak tersebut menjauhi runway dan keluar darri
pagar perimeter.

V. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel AMC Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Bisma AL.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan warga
pedesaan, rawa, serta persawahan perkebunan

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Banyak dan sering terlihat kucing, ular, dan burung berukuran kecil seperti
burung gereja.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan adalah dengan pemindahan hewan bila sudah
mati ke tempat menjauhi daerah maneuvering pesawat, bila masih hidup dilakukan
pengusiran dengan cara mendekati hewan tersebut bila tidak berbahaya, mengganggu
dengan kayu, maupun benda lain di sekitar aiside yang dapat membatu melakukan
pengusiran.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah
sirine, mobil patroli, sarung tangan, sapu, dan serok.

5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya genangan air wilayah airside, posisi di dekat rawa dan
perkampungan,

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
104

Jawab: Pernah saya temukan rentang satu tahun ini adalah biawak dan ular.
Kebanyakan saya temukan sudah mati atau berupa bangkai sehingga hanya
dilakukan pembersihan untuk pemindahan bangkai saja. Bilama mana ditemukan
hewan tersebut masih hidup maka dilakukan pengusiran dengan cara tetap
mempertimbangkan keselamatan diri.

VI. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Senior Staff unit Safety Bandar Udara
Internasional Radin Inten II Lampung, Dwija Rinta Ginting.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan, rawa,
serta persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Hewan yang sering terlihat adalah kucing dan burung-burung berukuran
kecil.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Pengusahaan yang dilakukan adalah dengan mencegah adanya tumbuhan
yang berbuah, sehingga tidak adanya habitat bagi hewan hewan tersebut.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untul melakukan penanganan dan pengusiran
hewan liar di sekitar bandara?
Jawab: Peralatan yang tersedia untuk penanganan dan pengusiran hewan liar adalah
sirine, mobil patroli, pistol, dan bendera.

5. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Adanya faktor penarik hewan-hewan tersebut memasuki wilayah bandara
sudah di minimalisir dengan saat baik.

6. Hewan apa yang pernah di temukan dan di atasi langsung oleh narasumber pada
rentang satu tahun ini?
105

Jawab: Sangat jarang terjadi masuknya hewan di area bandara, kalaupun ada
personel patroli akan melapor ke pihak safety, namun selama ini tidak ada kejadian
serius mengenai binatang liar di area bandara.

VII. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel Avsec Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Ade Kurniawan

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan, rawa, serta
persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Ya, sering terlihat kucing, burung-burung berukuran kecil sampai berukuran
sedang, pernah juga terlihat biawak.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Bilamana ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan
dilakukan pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
Ketika melakukan patrolii saja.

4. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Dikarenakan posisi bandara yang didekat rawa dan perkampungan, juga
ketersediaan makanan seperti serangga di rumput2 dekat runway banyak.

VIII. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel Avsec Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Eko Mujiono.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Wilayah airside bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara
perkampungan, rawa, serta persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


106

Jawab: Tentu, yang sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran kecil
seperti burung perkutut sampai berukuran sedang seperti burung bangau, pernah juga
terlihat biawak, yang paling sering adalah kucing.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Bilamana ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan
dilakukan pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
ketika melakukan patroli saja.

4. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Faktor penarik hewan-hewan tersebut memasuki wilayah bandara
dikarenakan posisi bandara yang didekat rawa dan perkampungan, juga ketersediaan
makanan seperti serangga di rumput2 dekat runway banyak

IX. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel Avsec Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Ikhsan Misroji.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan, rawa,
serta persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Ya, Hewan yang sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran
kecil seperti burung perkutut sampai berukuran sedang seperti burung bangau,
pernah juga terlihat biawak, yang paling sering adalah kucing.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Bilamana ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan
dilakukan pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
ketika melakukan patroli saja.

4. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Faktor penarik hewan-hewan tersebut memasuki wilayah bandara
dikarenakan posisi bandara yang didekat rawa dan perkampungan, juga ketersediaan
makanan seperti serangga di rumput2 dekat runway banyak
107

X. Pertanyaan dan Hasil Interview dengan Personel Avsec Bandar Udara Internasional Radin
Inten II Lampung, Rennica Utama.

1. Bagaimana letak geografis Bandara Internasional Radin Inten II Lampung?


Jawab: Bandara Radin Inten II Lampung terletak diantara perkampungan, rawa,
serta persawahan.

2. Apakah letak tersebut mempengaruhi hewan yang mendatangi wilayah bandara?


Jawab: Ya, hewan yang sering terlihat adalah kucing, burung-burung berukuran
kecil sampai berukuran sedang, pernah juga terlihat biawak.

3. Seperti apa pengusahaan dalam penanganan hewan liar di bandara?


Jawab: Bilamana ditemukan hewan liar memasuki wilayah bandara maka akan
dilakukan pengusiran, untuk pencegahan unit avsec hanya melakukan pemantauan
ketika melakukan patroli saja.

4. Faktor apa saja yang merupakan penarik hewan liar masuk ke wilayah bandara?
Jawab: Faktor penarik hewan-hewan tersebut memasuki wilayah bandara
dikarenakan posisi bandara yang didekat rawa dan perkampungan, juga ketersediaan
makanan seperti serangga di rumput2 dekat runway banyak.
108
109

Lampiran D
D-1 Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor : SKEP/42/III/2010

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010

TENTANG

PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN


SIPIL BAGIAN 139 – 03 MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR
DI BANDAR UDARA DAN SEKITARNYA
(ADVISORY CIRCULAR CASR 139 – 03, WILDLIFE HAZARD MANAGEMENT
ON OR IN THE VICINITY OF AN AERODROME)

2010
110

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010

TENTANG

PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN


SIPIL BAGIAN 139 – 03 MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR
DI BANDAR UDARA DAN SEKITARNYA
(ADVISORY CIRCULAR CASR 139 – 03, WILDLIFE HAZARD MANAGEMENT ON OR IN THE
VICINITY OF AN AERODROME)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

UDARA,

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24


Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil (PKPS) Bagian 139 tentang Bandar Udara (CASR 139
Aerodrome) telah diatur mengenai pelaksanaan
pengawasan keselamatan bandar udara;

b. bahwa dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi bahaya


yang ditimbulkan oleh keberadaan burung-burung dan hewan
liar di bandar udara dan sekitarnya terhadap operasi pesawat
udara perlu dilakukan pengawasan dan pelaporan oleh
penyelenggara bandar udara.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur Petunjuk dan Tata
Cara Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan
Sekitarnya, dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan


dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4075);
111

3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,


Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2008;

4. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit


Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2009;
;
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 43 Tahun 2005
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.24 Tahun 2009


tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian
139 tentang Bandar Udara (CASR 139 Aerodrome);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.20 Tahun 2009


tentang Sistem Manajemen Keselamatan;

8. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:


SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara Pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)
Operasi Bandar Udara (Advisory Circular 139-01, Airport Safety
Management System);

9. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:


SKEP/293/X/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Keselamatan Bandar Udara dan Tempat Pendaratan dan Lepas
Landas Helikopter Bagian 139-01, Staff Instruction 139-01);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG
PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN
PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 – 03 MANAJEMEN BAHAYA
HEWAN LIAR DI BANDAR UDARA DAN SEKITARNYA
(ADVISORY CIRCULAR CASR 139 – 03, WILDLIFE HAZARD
MANAGEMENT ON OR IN THE VICINITY OF AN AERODROME).
112

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan


dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan atarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penumpang.

2. Penyelengggara Bandar Udara (Aerodrome Operator) adalah


Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum Indonesia
pemegang sertifikat atau register bandar udara yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

3. Pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat


terbang di atmosfir karena daya angkat dari reaksi udara,
tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi
yang digunakan untuk penerbangan.

4. Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa pengoperasian


pesawat udara yang mengakibatkan kerusakan berat pada
peralatan atau fasilitas yang digunakan. dan/atau korban jiwa
atau luka serius.

5. Kejadian serius (Serious Accident) adalah kondisi


pengoperasian pesawat udara hampir terjadinya kecelakaan.

6. Kejadian (Incident) adalah suatu peristiwa selain kecelakaan


(Accident) yang berhubungan dengan pengoperasian pesawat
udara yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi
keselamatan operasi pesawat udara.

7. Personel bandar udara adalah personel yang terkait langsung


dengan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas dan
peralatan Bandar udara.

8. Jaminan keselamatan adalah yang dilakukan


operator/penyedia layanan terkait dengan monitoring
pengukuran kinerja keselamatan.

9. Gangguan (Hazard) adalah kondisi, obyek atau kegiatan yang


berpotensi menimbulkan cidera kepada personel,
113

kerusakan perlengkapan atau struktur, kerugian material,


atau berkurangnya kemampuan untuk melaksanakan
suatu fungsi.

10. Resiko adalah Kemungkinan kerugian atau cidera, diukur


dalam konteks tingkat kerusakan dan probabilitas.
Kemungkinan terjadinya sesuatu, dan akibat yang
ditimbulkannya.

11. Hewan liar adalah hewan yang berada di wilayah operasi


Bandar udara yang mengganggu / berpotensi menimbulkan
bahaya terhadap pengoperasian pesawat udara.

12. Manajemen bahaya hewan liar adalah serangkaian kegiatan


untuk mengontrol atau pengendalian daya tarik bandara
terhadap burung dan hewan liar lainnya.

13. Serangan burung adalah suatu kumpulan burung yang berada


pada area bandar udara yang dapat menyebabkan
kemungkinan bahaya atau resiko yang signifikan bagi
pengoperasian pesawat udara dalam melakukan kegiatan
operasi penerbangan di wilayah bandar udara.

14. Peralatan adalah suatu kelengkapan sebagai sarana


pendukung kegiatan pencegahan hewan liar / burung dari
bandar udara, baik tetap maupun bergerak.

15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan


Udara.

BAB II
MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR

Pasal 2

(1) Penyelenggara bandar udara yang bersertifikat harus


melaksanakan manajemen bahaya hewan liar yang
merupakan bagian dari prosedur pedoman pengoperasian
bandar udara (Aerodrome Manual).

(2) Dalam melaksanakan manajemen bahaya hewan liar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara bandar
udara harus menunjuk unit kerja atau personel untuk
melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
bahaya serangan burung dan gangguan hewan liar di bandar
udara dan sekitarnya.
114

(3) Penyelenggara bandar udara harus memberikan pelatihan


mengenai manajemen bahaya burung dan hewan liar
termasuk pelatihan teknik penggunaan peralatan kepada
personel sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Penyelenggara bandar udara bertanggung jawab atas


pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap bahaya
serangan burung dan gangguan hewan liar.

Pasal 3

Unit kerja atau personel yang melaksanakan tugas


pengawasan dan pengendalian bahaya serangan burung dan
gangguan hewan liar sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
pada ayat (2) mempunyai tugas :
a. mengindentifikasi sedini mungkin adanya potensi bahaya yang
timbul akibat keberadaan serangan burung dan gangguan
hewan liar yang berada di bandar udara dan sekitarnya.
b. memahami habitat burung dan hewan liar yang berada di
bandar udara dan sekitarnya yang dapat membahayakan
keselamatan operasi penerbangan.
c. meminimalkan atau menghilangkan penyebab masuknya
burung dan hewan liar, dengan cara membersihkan semak
belukar, membatasi ketinggian rumput, penutupan drainase,
dan mengatur tempat pembuangan sampah makanan.
d. melakukan identifikasi kegiatan kawanan burung dalam radius
13 km.
e. membuat penyimpanan catatan pengawasan keberadaan
burung dan hewan liar.
f. melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap potensi
atas kemungkinan kejadian akibat burung dan hewan liar.

Pasal 4

Penyelenggara bandar udara dapat melakukan kerjasama


dengan instansi pemerintah atau badan hukum Indonesia
untuk melakukan studi tentang habitat hewan liar termasuk
burung yang berada di bandar udara dan sekitarnya untuk
meminimalkan atau menghilangkan gangguan serangan
burung dan hewan liar.
115

BAB III
PERALATAN PENCEGAHAN, PENGAWASAN DAN
PENGENDALIANGANGGUAN BURUNG DAN HEWAN
LIAR

Pasal 5

(1) Pada bandar udara yang mengalami atau berpotensi


terjadinya serangan burung dan gangguan hewan liar,
penyelenggara bandar udara harus menyediakan peralatan
atau binatang untuk pencegahan, pengawasan dan
pengendalian gangguan burung dan hewan liar.

(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :


a. visual, berupa pencahayaan atau benda yang dapat
menakuti burung atau hewan liar;
b. akustik, berupa suara atau frekwensi
yang ditimbulkan atau pancaran ke arah obyek;
c. mematikan, berupa perangkap dan senjata; dan/ atau
d. binatang sebagai musuh alami burung atau binatang liar
(predator)

(3) Jenis dan jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) disesuaikan dengan jumlah personel, jenis burung dan
hewan liar yang ada di bandar udara dan sekitarnya.

(4) Penyelenggara bandar udara harus menjamin bahwa


penggunaan binatang sebagai musuh alami burung atau
binatang liar (predator) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d tidak mengganggu atau menimbulkan bahaya
bagi pengoperasian pesawat udara atau pengguna
layanan bandar udara.

BAB IV
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
GANGGUAN BINATANG LIAR DAN BURUNG

Pasal 6

(1) Pada Bandar udara yang berpotensi terjadi gangguan binatang


liar dan burung, penyelenggara Bandar udara wajib
menyediakan personel yang bertugas melakukan pencatatan
dan pelaporan.

(2) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas


melakukan pencatatan antara lain:
a. wilayah bandar udara yang menjadi
area pengendalian dan pengawasan terhadap hewan liar
116

dan atau burung;


b. jumlah, lokasi dan jenis hewan liar dan atau burung
terlihat;
c. tindakan yang diambil untuk membubarkan hewan liar
dan atau burung;
d. hasil dari tindakan yang diambil.

(3) Personel yang bertugas memberikan laporan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan setiap gangguan
binatang liar dan burung yang berpotensi membahayakan
pesawat udara (potential hazard) .

Pasal 7

(1) Penyelenggara wajib menyimpan hasil pencatatan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) sekurang-
kurangnya 1 tahun.

(2) Hasil pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dijadikan sebagai acuan program pengawasan dan
pengendalian dalam menilai efektivitas tindakan yang akan
diambil (Mitigation Hazard).

Pasal 8
Penyelenggara bandar udara wajib melaporkan setiap
terjadinya gangguan binatang liar dan burung kepada Direktur
Jenderal dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud pada Lampiran I.

Pasal 9
Penyelenggara bandar udara wajib menyusun atau membuat
data laporan tentang gangguan binatang liar serangan burung
yang dapat atau berpotensi mengakibatkan kerusakan
terhadap pesawat udara di Bandar udara dan sekitarnya
dengan menggunakan format log book sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.

Pasal 10
Kategori insiden serangan hewan liar atau burung liar, terdiri
dari :
a. serangan yang terkonfirmasi, berupa tabrakan antara hewan liar
atau burung dengan pesawat udara yang dibuktikan dengan
ditemukannya bangkai dalam kerusakan pesawat;
b. serangan yang belum terkonfirmasi, berupa laporan tabrakan
antara hewan liar atau burung dengan pesawat udara yang tidak
ditemukan bukti fisik; dan
117

c. serius insiden, berupa insiden yang dapat membahayakan


keselamatan penerbangan disebabkan karena keberadaan hewan
liar atau burung di Bandar udara dan sekitarnya udara baik
ditemukan adanya serangan burung atau tidak.

BAB V
PENILAIAN RESIKO

Pasal 11
(1) Setiap penyelenggara bandar udara wajib melakukan penilaian
resiko dari setiap situasi atau serangan hewan liar atau
burung dan ditindaklanjuti dengan penekanan resiko (risk
mitigation).

(2) Penilaian resiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


digunakan untuk menentukan target dan langkah-langkah
manajemen untuk memonitor efektifitas pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian hewan liar dan burung.

(3) Penilaian resiko harus selalu dievaluasi sekurang-kurang 1


(satu) tahun sekali.

Pasal 12
Direktur Bandar Udara melakukan pengawasan pelaksanaan
Peraturan ini

Pasal 13
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Disahkan di :JAKART
A Pada tanggal : 22 Maret
2010
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA

HERRY BAKTI
118

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan;
3. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan;
4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
6. Para Kepala Kantor Administrator Bandar Udara;
7. Para Kepala Bandar Udara UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
8. Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura I;
9. Direktur Utama PT. (Persero)

Angkasa Pura II. Salinan sesuai dengan

aslinya

Kepala
Bagian
Hukum
Setditjen Perhubungan
Udara

RUDI
RICHARDO,
SH, MH
Pembina / (IV/a)
NIP. 19670118
199403 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ITTABIANA NABAWIYATI, lahir di Lamongan pada


tanggal 27 Oktober 1999. Anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Bapak Pujianto Prastiwadji dan Ibu Sri Rejeki, adik
dari Havidh Wahyu Puji Paristiwa. Bertempat tinggal di RT
002 RW 002, Dusun Kedangean, Desa Surabayan Kecamatan
Sukodadi, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
Memulai pendidikan di SD Negeri Surabayan pada tahun
2006 dan lulus pada tahun 2012. Melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lamongan pada tahun
2012 dan lulus pada tahun 2015. Melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 2 Lamongan pada tahun 2015 dan lulus pada tahun 2018. Selanjutnya pada
tahun 2018 mengikuti seleksi pola pembibitan sekolah ikatan dinas Politeknik
Penerbangan Surabaya dan diterima sebagai taruna pada Program Studi Diploma
III Manajemen Transportasi Udara Angkatan IV.
Selama mengikuti pendidikan di Politeknik Penerbangan Surabaya telah mendapat
kesempatan melaksanakan On The Job Training selama dua kali yang pertama
sebagai Terminal Inspektor Servis, Komersil Bandara, AMC, Avsec di Bandar
Udara Internasional Radin Inten II Lampung dari bulan Februari sampai dengan
April tahun 2021. On The Job Training selanjutnya di dilaksanakan di perusahaan
Sriwijaya Air Group di unit Lost and Found, Reservasi, Ticketing, FOO di bulan
Juni hingga Juli tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai