Disusun Oleh:
Nela Aprilia Rismilda
2102036014
Penyusun
KEGIATAN USAHA, PRODUK, DAN LAYANAN PERBANKAN
SYARIAH
A. Pembahasan
Pada dasarnya, kegiatan usaha perbankan syariah terkhusus di
Indonesia merupakan hasil metamorfosa dari praktek usaha perbankan yang
telah dijalankan di negara-negara yang telah dulu menerapkan sistem
perbankan. Bank syariah didirikan di Indonesia pertama kali pada tahun
1992 dengan nama Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun sebelum itu,
pada bulan Desember 1974 telah berdiri Islamic Development Bank hasil
dari deklarasi yang dikeluarkan dalam Organisasi Konferensi Islam sebagai
konferensi pertama waktu itu di Jeddah dan Saudi Arabia. Pasca konferensi
tersebut, muncul lah bank-bank syariah di berbagai negara seperti Uni
Emirat Arab, Bahrain, Malaysia, Pakistam, termasuk Indonesia.
Berjalannya waktu, bank syariah mulai mengalami perkembangan dan
memiliki mekanisme layanan yang tentunya berbeda dengan bank
konvensional.
B. Pembahasan
1. Kegiatan Usaha Perbankan Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Pasal 19, 20, dan 21 di dalamnya menguraikan tentang kegiatan
usaha terhadap Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),
serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jenis-jenis kegiatan
usaha tersebut akan diuraikan dalam table berikut ini:
1
Munawar Kholil, Hukum Perbankan dan Pengkreditan, dalam PowerPoint, E-mail:
kholil@uns.ac.id, (04/11/2011), hlm 34-37.
2
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha Unit Usaha Syariah
(UUS)”,http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-syariah/unit-usaha-
syariah-uus/kegiatan-usaha-unit-syariah-uus/, 6 Maret 2023.
3
Umar Hamdan dan Andi Wijaya, “Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”, Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya, Volume 4, Nomor 7, 2006, hlm 2-3.
giro, tabungan, atau giro, tabungan, atau 1. Simpanan berupa
ekuivalennya ekuivalennya tabungan atau
berdasarkan akad berdasarkan akad ekuivalennya
wadi’ah atau akad wadi’ah atau akad berdasarkan akad
lain yang tidak lain yang tidak wadi’ah atau akad
bertentangan dengan bertentangan dengan lain yang tidak
prinsip syariah. prinsip syariah. bertentangan
dengan prinsip
syariah.
2. Investasi berupa
deposito atau
tabungan atau
bentuk lainnya
yang ekuivalen
berdasarkan akad
mudharabah atau
akad lain yang
tidak
bertentangan
dengan prinsip
syariah.
3. Pembiayaan
berdasarkan akad
qardh.
4. Pembiayaan
penyewaan barang
bergerak atau tidak
bergerak kepada
nasabah berdasarkan
akad ijarah atau
sewa beli dalam
bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
5. Pengambilalihan
hutang berdasarkan
akad hawalah.
Menyalurkan Menyalurkan -
Pembiayaan Pembiayaan
penyewaan barang penyewaan barang
bergerak atau tidak bergerak atau tidak
bergerak kepada bergerak kepada
nasabah berdasarkan nasabah berdasarkan
akad ijarah dan/atau akad ijarah dan/atau
sewa beli dalam sewa beli dalam
bentuk ijarah bentuk ijarah
muntahiya bittamlik muntahiya bittamlik
atau akad lain yang atau akad lain yang
tidak bertentangan tidak bertentangan
dengan prinsip dengan prinsip
syariah syariah
Melakukan Melakukan -
pengambilalihan pengambilalihan
utang berdasarkan utang berdasarkan
akad hawalah atau akad hawalah atau
akad lain yang tidak akad lain yang tidak
bertentangan dengan bertentangan dengan
prinsip syariah. prinsip syariah.
Menerima Menerima -
pembayaran dari pembayaran dari
tagihan atas surat tagihan atas surat
berharga dan berharga dan
melakukan melakukan
perhitungan dengan perhitungan dengan
pihak ketiga atau pihak ketiga atau
antarpihak ketiga antarpihak ketiga
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
syariah syariah
Melakukan penitipan - -
untuk kepentingan
pihak lain
berdasarkan suatu
akad yang
berdasarkan prinsip
syariah.
BUS UUS
Menerbitkan, menawarkan, -
memperdagangkan surat
berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah baik
secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar modal.
4
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
Bank Umum Syariah (BUS)”, http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-umum-syariah-
(bus)/, 6 Maret 2023.
5
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
Unit Usaha Syariah (UUS)”, http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-unit-usaha-syariah-
(uus)/, 6 Maret 2023.
6
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
BankPembiayaanRakyatSyariah(BPRS)”,http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank
/00-bank-syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-
pembiayaan-rakyat-syariah- (bpr)/, 6 Maret 2023.
prinsip akibat
Syariah. kegagalan
2. Investasi pembiayaan
sementara berdasarkan
untuk prinsip syariah
mengatasi dengan syarat
kegagalan harus menarik
pembiayaan kembali
berdasarkan penyertaannya.
prinsip syariah
dengan syarat
harus menarik
kembali
penyertaannya.
- - Melakukan
kegiatan usaha
selain yang
diperbolehkan
untuk BPRS.
2. Produk Perbankan Syariah
a. Produk Perbankan Syariah di Bidang Penghimpunan Dana
Masyarakat
1). Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat, maksudnya uang yang disimpan direkening
giro dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi berbagai
persyaratan yang ditetapkan. Hal ini terdapat dalam Pasal 1 angka
23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah sebagaimana dijelaskan bahwa dalam giro berbasis syariah
terdapat prinsip yang berbeda dengan giro bank konvensional yang
terbagi dalam dua macam yaitu bisa berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah) atau berdasarkan prinsip titipan (wadiah), maka dari
itu disebut sebagai giro wadiah dan giro mudharabah.
Giro wadiah dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang
penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan yang didasarkan pada prinsip titipan dan nasabah
tidak mendapatkan keuntungan berupa bunga bunga, melainkan
bonus yang nilainya tidak boleh diperjanjikan diawal akad.
Sedangkan giro mudharabah yaitu produk simpanan pada bank
syariah dengan akad mudharabah yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai kesepakatan dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.
2). Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Nasabah yang hendak mengambil
simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan membawa
buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM. Dalam
Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa tabungan adalah simpanan
berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
3). Deposito (Time Deposit)
Dalam Pasal 1Angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah dijelaskan bahwa deposito
didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah.
Deposito merupakan produk bank yang ditujukan untuk kepentingan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga sehingga dalam
praktiknya di perbankan syariah akan menggunakan prinsip
mudharabah.
b. Produk Perbankan Syariah di Bidang Penyaluran Dana
1). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Jual Beli
Produk bank Syariah yang didasarkan pada akad jual beli
terdiri dari mudharabah, salam, dan istishna. Pertama,
Mudharabah diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan
nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas suatu barang
yang dibutuhkan nasabah.7 Objeknya dapat berupa barang modal
seperti mesin-mesin industri, maupu kebutuhan sehari-hari seperti
sepeda motor. Kedua, salam adalah jual beli dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembiayaan tunai terlebih dahulu
secara penuh. Ketiga, istihsna diartikan sebagai kegiatan jual beli
7
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Sinar Grafika: Jakarta, 2000), hlm. 62.
barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
istishna adalah bentuk khusus dari salam. Namun diantara ketiga hal
tersebut, mudharabah yang dalam praktiknya banyak digunakan
dalam perbankan syariah di Indonesia.
2). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Sewa
Menyewa
Salah satu produk penyaluran dana dalam perbankan syariah
adalah pembiayaan berdasarkan perjanjian atau akad sewa-
menyewa (ijaah). Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu
barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. Dalam makna lain,
ijarah merupakan suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.8 Bank syariah
sebagai institusi keungan menyediakan pembiayaan kepada nasabah
dalam bentuk sewa-menyewa.
3). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Bagi
Hasil
Akad bagi hasil secara umum dibedakan menjadi dua
macam, yaitu mudharabah dan musyarakah. Dalam mudharabah
atau qirad didefiniskan sebagai penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu dengan pembagian menggunakan metode
bagi untung dan rugi antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang disepakati sebelumnya. Keuntungan yang dibagi didasarkan
atas kesepakatan, sedangkan jika terjadi kerugian maka dibebankan
8
Dadan Muttaqien, Sistem Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: Makalah yang
disampaikan dalam Pelatihan Pembuatan Kontrak dalam Praktik Perbankan Syariah yang
diselenggarakan oleh BASYARNAS DIY: 2006).
kepada pemilik harta saja. Produk penyaluran dana oleh bank
syariah dalam pembiayaan mudharabah memakai skema
mudharabah muqayyadah sehingga jenis dan ruang lingkup usaha
yang akan dilakukan oleh nasabah sudah ditentukan di awal akad.
Musyarakah merupakan penanaman dana dari pemilik dana
untuk mencampurkan dana mereka pada suatu usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati
sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana
berdasarkan pembagian dana/modal masing-masing. Inti dalam
musyarakah yaitu semua pihak sama-sama memasukkan
dana/modal ke dalam usaha yang dilakukan.
4). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Pinjam
Meminjam Nirbunga
Salah satu produk perbankan Syariah yang lebih mengarah
kepada misi sosia adalah qardh. Qardh diartikan sebagai pemberian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank
dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapa
pun darinya dan hanya diberikan pada saat mengalami keadaan
ermegency. Bank hanya sebatas memungut biaya administrasi dari
layanan ini.
1). Hiwalah
Hiwalah merupakan bentuk pengalihan utang dari orang
yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
Dalam istilah Islam dikenal dengan istilah pemindahan beban utang
dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih
(orang yang berkewajiban membayar utang). Kemudian dalam hal
ini apabila dikaitkan dalam produk perbankan syariah paling tidak
terdapat tiga pihak yang diikat dalam perjanjian. Ketiga pihak
tersebut, yaitu bank sebagai faktor (muhal alaih), nasabah selaku
klien (muhil), dan pihak yang mempunyai utang kepada nasabah
(customer).
2). Kafalah
Menurut M. Syafi’I Antonio, al-Kafalah merupakan jaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain, kafalah adalah mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab
orang lain sebagai penjamin. Implementasi akad kafalah dalam
perbankan syariah terjadi dalam bentuk bank garansi. Bank garansi
yaitu tindakan dari garantor dalam hal bank untuk menjamin bahwa
jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya tidak
membayar utang-utangnya, si garantor tersebut yang akan
melaksanakan atau mengambil alih kewajiban tersebut.9 Dalam
kegiatan pemberian jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat
memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi sepanjang tidak
bertentangan atau melanggar dari peraturan perundang-undangan
termasuk Peraturan Bank Indonesia.
3). Wakalah
9
Khotibul Umam, Perbankan Syariah, (PT RajaGrafindo Persada: Depok, 2016), hlm 166..
seperti jasa inkaso. Berdasarkan prinsip wakalah, bank membuka
L/C atas permintaan nasabah dengan meminta nasabah untuk
menyetorkan dana yang cukup dari besarnya L/C yang dibuka.
Setoran dana tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip wadiah
dan bank memungut ujroh sebagai kontraprestasi.
5). Sharf
10
Khotibul Umam, Perbankan Syariah, (PT RajaGrafindo Persada: Depok, 2016), hlm 178.
11
Sutan Reny Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (PT Pustaka Utama Grafiti: Jakarta, 2005), hlm. 87.
Akad sharf diimplementasikan dalam perbankan Syariah
berupa tukar-menukar mata uang asing dengan mendasarkan pada
kurs jual dan kurs beli suatu mata uang. Pihak bank akan
mendapatkan imbalan berupa selisih antara kurs jual dan kurs beli
yang ada, ditambah dengan biaya administrasi yang besarnya
ditentukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.
C. Simpulan
Pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang perbankan syariah, industry perbankan syariah di Indonesia
mendapatkan angin segar dan memasuki era baru. Dengan undang-undang
tersebut dimaksudkan perbankan syariah bukan hanya sebagai counterpart
dari perbankan konvensional, melainkan sesuai dengan kebutuhan riil
nasabah yang bersangkutan. Realiasi adanya perbankan syariah
diimplementasikan terhadap beberapa kegiatan usaha, produk, beserta
layanan perbankan syariah yang telah diulas sebelumnya. Kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam perbankan syariah cukup bervariasi dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Dengan itu diharapkan adanya
perbankan syariah dapat menjadi pilihan bagi nasabah dalam menjalankan
berbagai aktivitas bertransaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan, Hamdan dan Wijaya, Andi. 2006. “Analisis Komparatif Resiko Keuangan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”,
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Volume 4, Nomor 7.
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk Bank Umum Syariah (BUS)”,
http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-
bank-umum-syariah-(bus)/, 6 Maret 2023.
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk Unit Usaha Syariah (UUS)”,
http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-
unit-usaha-syariah-(uus)/, 6 Maret 2023.
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk
BankPembiayaanRakyatSyariah(BPRS)”,http://eshariaanomics.com/
eshariaanomics/bank/00-bank-syariah/unit-usaha-syariah-
uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-pembiayaan-rakyat-
syariah- (bpr)/, 6 Maret 2023.
Sjahdeini, Sutan Reny. 2005. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.