Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEGIATAN USAHA, PRODUK, DAN LAYANAN PERBANKAN


SYARIAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hukum Perbankan Syariah
Dosen Pengampu: Bapak Dr. H. Ja’far Baehaqi, S.Ag., M.H.

Disusun Oleh:
Nela Aprilia Rismilda
2102036014

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah swt atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kegiatan Usaha, Produk, dan Layanan Perbankan
Syariah”. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Perbankan Syariah yang diampu oleh Bapak Bapak Dr. H. Ja’far Baehaqi, S.Ag.,
M.H.
Adanya tugas makalah ini, dapat membuat mahasiswa untuk terus belajar dan
berkarya sehingga dapat melatih keilmuan mahasiswa dalam penulisan karya tulis
ilmiah dengan harapan bisa memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada
para pembaca.
Penyusun telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik mungkin,
namun tidak ada kesempurnaan dalam sebuah karya manusia. Penyusun menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyususnan makalah ini. Untuk itu segala
masukan, kritik dan saran dari pembaca dapat menjadi acuan bagi penyusun dalam
penyempurnaan dan pembuatan makalah selanjutnya.

Semarang, 5 Maret 2023

Penyusun
KEGIATAN USAHA, PRODUK, DAN LAYANAN PERBANKAN
SYARIAH

A. Pembahasan
Pada dasarnya, kegiatan usaha perbankan syariah terkhusus di
Indonesia merupakan hasil metamorfosa dari praktek usaha perbankan yang
telah dijalankan di negara-negara yang telah dulu menerapkan sistem
perbankan. Bank syariah didirikan di Indonesia pertama kali pada tahun
1992 dengan nama Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun sebelum itu,
pada bulan Desember 1974 telah berdiri Islamic Development Bank hasil
dari deklarasi yang dikeluarkan dalam Organisasi Konferensi Islam sebagai
konferensi pertama waktu itu di Jeddah dan Saudi Arabia. Pasca konferensi
tersebut, muncul lah bank-bank syariah di berbagai negara seperti Uni
Emirat Arab, Bahrain, Malaysia, Pakistam, termasuk Indonesia.
Berjalannya waktu, bank syariah mulai mengalami perkembangan dan
memiliki mekanisme layanan yang tentunya berbeda dengan bank
konvensional.

Pada bank syariah memiliki kewajiban untuk memastikan


keabsahan produk dan jasa yang ditawarkan kepada nasabah dengan
menggunakan pedoman syariah, begitu juga dalam mekanisme
operasionalnya. Sejalan dengan hal itu, pertumbuhan ekonomi yang
bernafaskan Islam akhir-akhir mendapat sambutan baik dari masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya lembaga keuangan syariah
yang berlabel Islam (syariah), seperti BRI Syariah, BNI Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank Danamon Syariah, Bank Muamalat, Bank Jateng
Syariah dan lembaga keuangan lainnya yang bernafaskan Islam.
Perkembangan perbankan syariah dalam lalu lintas ekonomi syariah di
Indonesia semaki menggeliat dan terus dimintasi oleh banyak kalangan.
Bukan hanya dari kalangan muslim saja, melainkan hingga pada kalangan
non-muslim.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan perbankan syariah di
Indonesia, tentu ada beberapa faktor yang menyebabkan lembaga keuangan
syariah perbankan menjadi pesat, salah satunya penggunaan prinsip syariah
dalam operasional yang dijalankan. Dalam hal ini, perbankan Syariah
memiliki produk, kegiatan usaha, dan jenis layanan yang berbeda dengan
produk perbankan konvensional. Terdapat tiga kelompok besar produk yang
ditawarkan dalam bank syariah. Produk tersebut meliputi, produk
penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana (financing), dan
produk jasa (service). Untuk itu, dalam tulisan ini akan diulas lebih lanjut
mengenai produk, kegiatan usaha, serta layanan yang terdapat dalam
praktek perbankan syariah di Indonesia.

B. Pembahasan
1. Kegiatan Usaha Perbankan Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Pasal 19, 20, dan 21 di dalamnya menguraikan tentang kegiatan
usaha terhadap Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),
serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jenis-jenis kegiatan
usaha tersebut akan diuraikan dalam table berikut ini:

BUS1 UUS2 BPRS3

Menghimpun dana Menghimpun dana Menghimpun dana


dalam bentuk dalam bentuk dari masyarakat
simpanan berupa simpanan berupa dalam bentuk:

1
Munawar Kholil, Hukum Perbankan dan Pengkreditan, dalam PowerPoint, E-mail:
kholil@uns.ac.id, (04/11/2011), hlm 34-37.
2
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha Unit Usaha Syariah
(UUS)”,http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-syariah/unit-usaha-
syariah-uus/kegiatan-usaha-unit-syariah-uus/, 6 Maret 2023.
3
Umar Hamdan dan Andi Wijaya, “Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”, Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya, Volume 4, Nomor 7, 2006, hlm 2-3.
giro, tabungan, atau giro, tabungan, atau 1. Simpanan berupa
ekuivalennya ekuivalennya tabungan atau
berdasarkan akad berdasarkan akad ekuivalennya
wadi’ah atau akad wadi’ah atau akad berdasarkan akad
lain yang tidak lain yang tidak wadi’ah atau akad
bertentangan dengan bertentangan dengan lain yang tidak
prinsip syariah. prinsip syariah. bertentangan
dengan prinsip
syariah.
2. Investasi berupa
deposito atau
tabungan atau
bentuk lainnya
yang ekuivalen
berdasarkan akad
mudharabah atau
akad lain yang
tidak
bertentangan
dengan prinsip
syariah.

Menghimpun dana Menghimpun dana Menyalurkan dana


dalam bentuk dalam bentuk kepada masyarakat
investasi berupa investasi berupa dalam bentuk:
deposito, tabungan, deposito, tabungan,
1. Pembiayaan bagi
atau bentuk lain yang atau bentuk lain yang
hasil berdasarkan
dipersamakan dengan dipersamakan
akad mudharabah
hal itu berdasarkan dengan hal itu
atau musyarakah.
akad mudharabah berdasarkan akad
atau akad lain yang mudharabah atau
tidak bertentangan akad lain yang tidak 2. Pembiayaan
dengan prinsip bertentangan dengan berdasarkan akad
syariah. prinsip syariah. murabahah, salam,
atau istishna.

3. Pembiayaan
berdasarkan akad
qardh.

4. Pembiayaan
penyewaan barang
bergerak atau tidak
bergerak kepada
nasabah berdasarkan
akad ijarah atau
sewa beli dalam
bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.

5. Pengambilalihan
hutang berdasarkan
akad hawalah.

Menyalurkan Menyalurkan Menempatkan dana


Pembiayaan bagi Pembiayaan bagi pada bank syariah
hasil berdasarkan hasil berdasarkan lain dalam bentuk
akad mudharabah, akad mudharabah, titipan berdasarkan
akad musyarakah, akad musyarakah, akad wadi’ah atau
atau akad lain yang atau akad lain yang investasi
tidak bertentangan tidak bertentangan berdasarkan akad
dengan prinsip dengan prinsip mudharabah
syariah. syariah. dan/atau akad lain
yang tidak
bertentangan dengan
prinsip syariah.

Menyalurkan Menyalurkan Memindahkan uang,


pembiayaan pembiayaan baik untuk
berdasarkan akad berdasarkan akad kepentingan sendiri
murabahah, akad murabahah, akad maupun untuk
salam, akad istishna’, salam, Akad kepentingan nasabah
atau akad lain yang istishna’, atau akad melalui rekening
tidak bertentangan lain yang tidak BPRS yang ada di
dengan prinsip bertentangan dengan BUS, BUK, dan
syariah prinsip syariah UUS

Menyalurkan Menyalurkan Menyediakan


Pembiayaan Pembiayaan produk atau
berdasarkan Akad berdasarkan Akad melakukan kegiatan
qardh atau Akad lain qardh atau Akad lain usaha Bank Syariah
yang tidak yang tidak lainnya yang sesuai
bertentangan dengan bertentangan dengan dengan Prinsip
prinsip syariah prinsip syariah Syariah berdasarkan
persetujuan BI.

Menyalurkan Menyalurkan -
Pembiayaan Pembiayaan
penyewaan barang penyewaan barang
bergerak atau tidak bergerak atau tidak
bergerak kepada bergerak kepada
nasabah berdasarkan nasabah berdasarkan
akad ijarah dan/atau akad ijarah dan/atau
sewa beli dalam sewa beli dalam
bentuk ijarah bentuk ijarah
muntahiya bittamlik muntahiya bittamlik
atau akad lain yang atau akad lain yang
tidak bertentangan tidak bertentangan
dengan prinsip dengan prinsip
syariah syariah

Melakukan Melakukan -
pengambilalihan pengambilalihan
utang berdasarkan utang berdasarkan
akad hawalah atau akad hawalah atau
akad lain yang tidak akad lain yang tidak
bertentangan dengan bertentangan dengan
prinsip syariah. prinsip syariah.

Melakukan usaha Melakukan usaha -


kartu debit dan/atau kartu debit dan/atau
kartu pembiayaan kartu pembiayaan
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
syariah syariah

Membeli, menjual, Membeli, menjual, -


atau menjamin atas atau menjamin atas
risiko sendiri surat risiko sendiri surat
berharga kepada berharga kepada
pihak ketiga yang pihak ketiga yang
diterbitakan atas diterbitakan atas
dasar transaksi nyata dasar transaksi nyata
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
syariah, antara lain syariah, antara lain
seperti akad ijarah, seperti akad ijarah,
musyarakah, musyarakah,
mudharabah, mudharabah,
murabahah, kafalah, murabahah, kafalah,
atau hawalah. atau hawalah.

Membeli surat Membeli surat -


berharga berdasarkan berharga
Prinsip Syariah yang berdasarkan Prinsip
diterbitkan oleh Syariah yang
pemerintah dan/atau diterbitkan oleh
BI. pemerintah
adan/atau BI.

Menerima Menerima -
pembayaran dari pembayaran dari
tagihan atas surat tagihan atas surat
berharga dan berharga dan
melakukan melakukan
perhitungan dengan perhitungan dengan
pihak ketiga atau pihak ketiga atau
antarpihak ketiga antarpihak ketiga
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
syariah syariah

Menyediakan tempat Menyediakan tempat -


untuk menyimpan untuk menyimpan
barang dan surat barang dan surat
berharga berdasarkan berharga
prinsip syariah. berdasarkan prinsip
syariah.

Memindahkan uang, Memindahkan uang, -


baik untuk baik untuk
kepentingan sendiri kepentingan sendiri
maupun untuk maupun untuk
kepentingan nasabah kepentingan nasabah
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
syariah. syariah.

Memberikan fasilitas Memberikan -


letter of credit atau fasilitas letter of
bank garansi credit atau bank
berdasarkan prinsip garansi berdasarkan
syariah. prinsip syariah.

Melakukan fungsi Kegiatan lain yang -


sebagai Wali amanat lazim di lakukan di
berdasarkan akad bidang perbankan
wakalah dan sosial sepanjang
sesuai dengan
prinsip syariah dan
peraturan perundang
- undangan.

Melakukan penitipan - -
untuk kepentingan
pihak lain
berdasarkan suatu
akad yang
berdasarkan prinsip
syariah.

Kegiatan lain yang - -


lazim di lakukan di
bidang perbankan dan
sosial sepanjang
sesuai dengan prinsip
syariah dan peraturan
perundang -
undangan.

Pada Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah, khusus untuk BUS dan UUS selain dari kegiatan-
kegiatan yang telah diuraikan di atas, juga diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

BUS UUS

Melakukan kegiatan valuta asing Melakukan kegiatan valuta asing


berdasarkan prinsip syariah. berdasarkan prinsip syariah.

Melakukan kegiatan penyertaan Melakukan kegiatan penyertaan


modal pada Bank Umum Syariah modal pada Bank Umum Syariah
atau lembaga keuangan yang atau lembaga keuangan yang
menjalankan usaha berdasarkan menjalankan usaha berdasarkan
prinsip syariah. prinsip syariah.

Melakukan kegiatan penyertaan Melakukan kegiatan penyertaan


modal sementara untuk modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan mengatasi akibat kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, dengan syarat harus syariah, dengan syarat harus
menarik kembalian menarik kembalian
penyertaannya. penyertaannya.

Bertindak sebagai pendiri dan -


pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah.

Melakukan kegiatan dalam pasar -


modal sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip
syariah dan peraturan pasar
modal.

Menyelenggarakan kegiatan Menyelenggarakan kegiatan


usaha atau produk bank yang usaha atau produk bank yang
berdasarkan prinsip syariah berdasarkan prinsip syariah
dengan menggunakan sarana dengan menggunakan sarana
elektronik. elektronik.

Menerbitkan, menawarkan, -
memperdagangkan surat
berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah baik
secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar modal.

Menyediakan produk atau Menyediakan produk atau


melakukan kegiatan usaha BUS melakukan kegiatan usaha UUS
lainnya berdasarkan prinsip lainnya berdasarkan prinsip
syariah. syariah.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, tiap BUS, UUS, dan BPRS tidak


diperkenankan melakukan kegiatan usaha sebagaimana dijelaskan
dalam tabel berikut:
BUS4 UUS5 BPRS6

Melakukan kegiatan Melakukan kegiatan Melakukan


usaha yang usaha yang kegiatan usaha
bertentangan dengan bertentangan dengan yang bertentangan
prinsip syariah. prinsip syariah. dengan prinsip
syariah.

Melakukan kegiatan Melakukan kegiatan Menerima


jual beli saham secara jual beli saham secara simpanan berupa
langsung di pasar langsung di pasar giro dan ikut serta
modal. modal. dalam lalu lintas
pembayaran.

Melakukan kegiatan Melakukan kegiatan Melakukan valas,


penyertaan modal penyertaan modal, kecuali penukaran
kecuali: kecuali: uang asing dengan
izin BI.
1. Investasi pada 1. Melakukan
BUS atau kegiatan
lembaga penyertaan
keuangan yang modal
melakukan sementara
kegiatan usaha untuk
berdasarkan mengatasi

4
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
Bank Umum Syariah (BUS)”, http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-umum-syariah-
(bus)/, 6 Maret 2023.
5
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
Unit Usaha Syariah (UUS)”, http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-unit-usaha-syariah-
(uus)/, 6 Maret 2023.
6
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang untuk
BankPembiayaanRakyatSyariah(BPRS)”,http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank
/00-bank-syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-
pembiayaan-rakyat-syariah- (bpr)/, 6 Maret 2023.
prinsip akibat
Syariah. kegagalan
2. Investasi pembiayaan
sementara berdasarkan
untuk prinsip syariah
mengatasi dengan syarat
kegagalan harus menarik
pembiayaan kembali
berdasarkan penyertaannya.
prinsip syariah
dengan syarat
harus menarik
kembali
penyertaannya.

Melakukan kegiatan Melakukan kegiatan Penyertaan modal,


usaha perasuransian usaha perasuransian kecuali pada
kecuali sebagai agen kecuali sebagai agen lembaga yang
pemasaran produk pemasaran produk dibentuk untuk
asuransi syariah. asuransi syariah. menanggulangi
kesulitan likuiditas
BPRS.

- - Melakukan
kegiatan usaha
selain yang
diperbolehkan
untuk BPRS.
2. Produk Perbankan Syariah
a. Produk Perbankan Syariah di Bidang Penghimpunan Dana
Masyarakat
1). Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat, maksudnya uang yang disimpan direkening
giro dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi berbagai
persyaratan yang ditetapkan. Hal ini terdapat dalam Pasal 1 angka
23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah sebagaimana dijelaskan bahwa dalam giro berbasis syariah
terdapat prinsip yang berbeda dengan giro bank konvensional yang
terbagi dalam dua macam yaitu bisa berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah) atau berdasarkan prinsip titipan (wadiah), maka dari
itu disebut sebagai giro wadiah dan giro mudharabah.
Giro wadiah dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang
penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan yang didasarkan pada prinsip titipan dan nasabah
tidak mendapatkan keuntungan berupa bunga bunga, melainkan
bonus yang nilainya tidak boleh diperjanjikan diawal akad.
Sedangkan giro mudharabah yaitu produk simpanan pada bank
syariah dengan akad mudharabah yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai kesepakatan dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.
2). Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Nasabah yang hendak mengambil
simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan membawa
buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM. Dalam
Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa tabungan adalah simpanan
berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
3). Deposito (Time Deposit)
Dalam Pasal 1Angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah dijelaskan bahwa deposito
didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah.
Deposito merupakan produk bank yang ditujukan untuk kepentingan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga sehingga dalam
praktiknya di perbankan syariah akan menggunakan prinsip
mudharabah.
b. Produk Perbankan Syariah di Bidang Penyaluran Dana
1). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Jual Beli
Produk bank Syariah yang didasarkan pada akad jual beli
terdiri dari mudharabah, salam, dan istishna. Pertama,
Mudharabah diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan
nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas suatu barang
yang dibutuhkan nasabah.7 Objeknya dapat berupa barang modal
seperti mesin-mesin industri, maupu kebutuhan sehari-hari seperti
sepeda motor. Kedua, salam adalah jual beli dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembiayaan tunai terlebih dahulu
secara penuh. Ketiga, istihsna diartikan sebagai kegiatan jual beli

7
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Sinar Grafika: Jakarta, 2000), hlm. 62.
barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
istishna adalah bentuk khusus dari salam. Namun diantara ketiga hal
tersebut, mudharabah yang dalam praktiknya banyak digunakan
dalam perbankan syariah di Indonesia.
2). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Sewa
Menyewa
Salah satu produk penyaluran dana dalam perbankan syariah
adalah pembiayaan berdasarkan perjanjian atau akad sewa-
menyewa (ijaah). Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu
barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. Dalam makna lain,
ijarah merupakan suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.8 Bank syariah
sebagai institusi keungan menyediakan pembiayaan kepada nasabah
dalam bentuk sewa-menyewa.
3). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Bagi
Hasil
Akad bagi hasil secara umum dibedakan menjadi dua
macam, yaitu mudharabah dan musyarakah. Dalam mudharabah
atau qirad didefiniskan sebagai penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu dengan pembagian menggunakan metode
bagi untung dan rugi antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang disepakati sebelumnya. Keuntungan yang dibagi didasarkan
atas kesepakatan, sedangkan jika terjadi kerugian maka dibebankan

8
Dadan Muttaqien, Sistem Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: Makalah yang
disampaikan dalam Pelatihan Pembuatan Kontrak dalam Praktik Perbankan Syariah yang
diselenggarakan oleh BASYARNAS DIY: 2006).
kepada pemilik harta saja. Produk penyaluran dana oleh bank
syariah dalam pembiayaan mudharabah memakai skema
mudharabah muqayyadah sehingga jenis dan ruang lingkup usaha
yang akan dilakukan oleh nasabah sudah ditentukan di awal akad.
Musyarakah merupakan penanaman dana dari pemilik dana
untuk mencampurkan dana mereka pada suatu usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati
sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana
berdasarkan pembagian dana/modal masing-masing. Inti dalam
musyarakah yaitu semua pihak sama-sama memasukkan
dana/modal ke dalam usaha yang dilakukan.
4). Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Akad Pinjam
Meminjam Nirbunga
Salah satu produk perbankan Syariah yang lebih mengarah
kepada misi sosia adalah qardh. Qardh diartikan sebagai pemberian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank
dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapa
pun darinya dan hanya diberikan pada saat mengalami keadaan
ermegency. Bank hanya sebatas memungut biaya administrasi dari
layanan ini.

c. Produk Perbankan Syariah di Bidang Jasa

1). Hiwalah
Hiwalah merupakan bentuk pengalihan utang dari orang
yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
Dalam istilah Islam dikenal dengan istilah pemindahan beban utang
dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih
(orang yang berkewajiban membayar utang). Kemudian dalam hal
ini apabila dikaitkan dalam produk perbankan syariah paling tidak
terdapat tiga pihak yang diikat dalam perjanjian. Ketiga pihak
tersebut, yaitu bank sebagai faktor (muhal alaih), nasabah selaku
klien (muhil), dan pihak yang mempunyai utang kepada nasabah
(customer).

2). Kafalah
Menurut M. Syafi’I Antonio, al-Kafalah merupakan jaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain, kafalah adalah mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab
orang lain sebagai penjamin. Implementasi akad kafalah dalam
perbankan syariah terjadi dalam bentuk bank garansi. Bank garansi
yaitu tindakan dari garantor dalam hal bank untuk menjamin bahwa
jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya tidak
membayar utang-utangnya, si garantor tersebut yang akan
melaksanakan atau mengambil alih kewajiban tersebut.9 Dalam
kegiatan pemberian jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat
memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi sepanjang tidak
bertentangan atau melanggar dari peraturan perundang-undangan
termasuk Peraturan Bank Indonesia.

3). Wakalah

Pemberian kuasa (wakalah) merupakan pelimpahan


kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang
dapat diwakilkan. Dalam implementasi pada produk perbankan
syariah, wakalah cocok untuk dipergunakan dalam produk jasa
berupa Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan
barang dalam negeri dari bank di luar negeri. Wakalah juga
diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain

9
Khotibul Umam, Perbankan Syariah, (PT RajaGrafindo Persada: Depok, 2016), hlm 166..
seperti jasa inkaso. Berdasarkan prinsip wakalah, bank membuka
L/C atas permintaan nasabah dengan meminta nasabah untuk
menyetorkan dana yang cukup dari besarnya L/C yang dibuka.
Setoran dana tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip wadiah
dan bank memungut ujroh sebagai kontraprestasi.

4). Gadai (Rahn)

Rahn dapat dimaknai sebagai menjadikan barang yang


mempunyai nilai harta menurut pandangan Syariah sebagai jaminan
utang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil
utangnya semuanya atau sebagian. Dengan kata lain, rahn adalah
akad berupa menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain
dengan utang sebagai penggantinya. Dalam teknis perbankan
syariah, perbankan syariah dapat menahan aset nasabah sebagai
jaminan tambahan pada pinjaman yang dikucurkan oleh pihak bank.
Rahn termasuk dalam salah satu jenis akad pelengkap, sedangkan
dalam konteks perusahaan umum pegadaian rahn merupakan produk
utama.10

5). Sharf

Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta


lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing) dapat
dilakukan baik dengan sesama mata uang sejenis (misalnya rupiah
dengan rupiah), maupun yang tidak sejenis.11 Definisi lain
menjelaskan, bahwa sharf adalah transaksi pertukaran antara emas
dengan perak atau pertukaran valuta asing, dimana mata uang asing
dipertukarkan dengan mata uang domestic atau dengan mata uang
asing lainnya.

10
Khotibul Umam, Perbankan Syariah, (PT RajaGrafindo Persada: Depok, 2016), hlm 178.
11
Sutan Reny Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (PT Pustaka Utama Grafiti: Jakarta, 2005), hlm. 87.
Akad sharf diimplementasikan dalam perbankan Syariah
berupa tukar-menukar mata uang asing dengan mendasarkan pada
kurs jual dan kurs beli suatu mata uang. Pihak bank akan
mendapatkan imbalan berupa selisih antara kurs jual dan kurs beli
yang ada, ditambah dengan biaya administrasi yang besarnya
ditentukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

3. Layanan Perbankan Syariah


Layanan perbankan syariah merupakan layanan yang disediakan
oleh bank untuk nasabah dalam melakukan transaksi berdasarkan prinsip
syariah melalui rekening, baik dengan menggunakan cabang bank,
mobile branch, atau fasilititas layanan lainnya yang dilakukan bank
secara langsung atau dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Layanan
perbankan menjadi satu hal yang utama karena hal ini menyangkut
kepuasan nasabah. Pelayanan perbankan syariah sebagaimana yang
dimaksud dalam setiap tingkatan manajemen baik top manajemen, midle
manajemen, maupun low manajemen mampu memahami kebutuhan
semua pihak yang berkepentingan atas bidang usaha keuangannya
tersebut khususnya kepada nasabah dan calon nasabah.

C. Simpulan
Pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang perbankan syariah, industry perbankan syariah di Indonesia
mendapatkan angin segar dan memasuki era baru. Dengan undang-undang
tersebut dimaksudkan perbankan syariah bukan hanya sebagai counterpart
dari perbankan konvensional, melainkan sesuai dengan kebutuhan riil
nasabah yang bersangkutan. Realiasi adanya perbankan syariah
diimplementasikan terhadap beberapa kegiatan usaha, produk, beserta
layanan perbankan syariah yang telah diulas sebelumnya. Kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam perbankan syariah cukup bervariasi dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Dengan itu diharapkan adanya
perbankan syariah dapat menjadi pilihan bagi nasabah dalam menjalankan
berbagai aktivitas bertransaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Hamdan, Hamdan dan Wijaya, Andi. 2006. “Analisis Komparatif Resiko Keuangan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”,
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Volume 4, Nomor 7.

Lubis, Suhrawardi K. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Muttaqien, Dadan. 2006. Sistem Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: Makalah


yang disampaikan dalam Pelatihan Pembuatan Kontrak dalam Praktik
Perbankan Syariah yang diselenggarakan oleh BASYARNAS DIY.

Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk Bank Umum Syariah (BUS)”,
http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-
bank-umum-syariah-(bus)/, 6 Maret 2023.
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk Unit Usaha Syariah (UUS)”,
http://eshariaanomics.com/eshariaanomics/bank/00-bank-
syariah/unit-usaha-syariah-uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-
unit-usaha-syariah-(uus)/, 6 Maret 2023.
Pusat Pengetahuan Ekonomi dan Keuangan Islam, “Kegiatan Usaha yang Dilarang
untuk
BankPembiayaanRakyatSyariah(BPRS)”,http://eshariaanomics.com/
eshariaanomics/bank/00-bank-syariah/unit-usaha-syariah-
uus/kegiatan-usaha-yang-dilarang-untuk-bank-pembiayaan-rakyat-
syariah- (bpr)/, 6 Maret 2023.
Sjahdeini, Sutan Reny. 2005. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai