Disusun Oleh :
SHAKTI WIJAYA
202303052
Wahyu Putri Rihandini, S.Kep., Ns Devi Setia Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 198309042005012001 NIDN. 0604098001
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
darah melebihi 140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah, semakin tinggi tekanannya, maka
semakin tinggi pula resikonya ( Sylvia A.Price, 2015 dalam Iman, 2019).
b. Anatomi Fisiolgi Jantung dan Pembuluh darah
Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah
menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri darah, jantung,
dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan
pertukaran zat dengan sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh
jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah
melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran antara
oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012 dalam Iman, 2019).
Walaupun jantung memompa darah ke seluruh tubuh, jantung tidak
menerima nutrisi dari darah yang di pompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar
cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk memberi nurisi semua
lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini, miokardium
memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner (Tortora, 2012
dalam Iman, 2019).
Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronari kiri
dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisan dari sinus aorta pada dasar
aorta, di belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblockade oleh tonjolan
katup selama sistol karena adanya aliran sirkulasi dan sepanjang siklus jantung.
Arteri koronari kanan terus berjalan diantara bronkus pulmonalis dan atrium
kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah jantung, arteri
terbagi menjandi cabang descendes anterior. Terdapat anastomosis antara cabang
marginal kanan dan kiri, serta arteri descendens anterior dan poserior, meskipun
anastomosis ini tidak cukup untuk mempertahankan perfusi jika salah satu sisi
sirkulasi konorer tersumbat
Sebagaian besar darah kembali ke atrium kanan melalui sinus koronarius
dan vena jantung anterior. Vena koronari besar dan kecil secara berturut-turut
terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam
sinus. Banyak pembuluh-pembuluh kecil lainnya yang langsung berakhir di dalam
ruang jantung, termasuk vena thebesisn dan pembuluh arterisinusoidal. Sirkulasi
koroner mampu membentuk sirkulasi tambahan yang baik pada penyakit jantung
iskemik, misalnya oleh plak ateromatoa. Sebagai besar ventrikel kiri disuplai oleh
arteri koronari kiri, dan oleh sebab itu adanya sumbatan pada arteri tersebut
sangant berbahaya, AVN dan nodus sinus disuplai oleh arteri koronaria kanan
pada sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini dapat menyebabkan lambatnya
denyut jantung dan blockade AVN ( Aaronson, 2010 dalam Iman, 2019).
Fisioligi utama pembuluh darah arteri untuk mendristribusikan darah yang
kaya oksigen (O2) dari jantung keseluruh tubuh, sedangkan fungsi utama vena
adalah mengalirkan darah yang membawa sisa metabolisme, dan karbon dioksida
(C02) dari jaringan, kembali kejantung. Pada peredaran darah paru, pembuluh
arteri mengandung darah miskin oksigen (O2) dan banyak karbon dioksida (C02)
sedangkan vena pulmonal mengadung banyak oksigen. Darah dalam vena dapat
dipompakan oleh jantung menimbulkan perubahan tekanan yang mampu
memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung. Tekanan darah sangat
penting dalam sistem sirkulasi darah selalu diperlukan untuk daya dorong
mengalirkan darah dalam arteri, arteriole, kapiler dan sistem vena sehingga
terbentuk aliran darah yang menetap. Pada perekaman tekanan didalam sistem
arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg,
tekanan ini disebut tekanan sistole, tekanan ini menyebabkan aorta distensi,
sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole, ventrikel tekanan
aorta cenderung menurun sampai 80 mmHg, tekanan ini dalam pemeriksaan
disebut diastolik. Adapun pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan
darah dipengaruhi oleh: a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat yang terdapat di batang
otak, diluar susunan saraf pusat, dan sistemik b. Sistem humoral: Berlangsung
lokal atau sistemik, seperti renin angiostensi, vasopresin, dan epinefrin.
c. Etiologi
1) Hipertensi Esensial
Penyebab hipertensi esensial atau hipertensi primer bersifat multifaktorial,
yakni sebagai hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor yang
memicu timbulnya hipertensi tersebut antara lain faktor risiko, aktivitas
sistem saraf simpatik, keseimbangan vasodilatasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah, serta aktivitas sistem reninangiotensin. Beberapa hal yang
dapat menjadi faktor risiko di antaranya usia, jenis kelamin, dan faktor
herediter atau keturunan. Selain itu pola hidup yang tidak sehat seperti
mengonsumsi alkohol, merokok, kurang olahraga, dan makanan berlemak
dapat menjadi pemicu hipertensi. Seiring dengan pertambahan usia, elastisitas
dinding pembuluh darah semakin menurun. Demikian pula dengan jenis
kelamin, laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan
wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya hormon estrogen pada wanita yang
berkontribusi pada kelenturan pembuluh darah. Penurunan produksi estrogen
pada usia menopause membuat risiko pada wanita juga akan
meningkat.Faktor lain yang dapat memicu hipertensi adalah perangsangan
sistem saraf simpatik. Berbagai kondisi yang menimbulkan stresor baik
secara fisik maupun psikologis dapat memicu aktivitas saraf simpatik Efek
yang ditimbulkan dari perangsangan sistem saraf simpatik adalah
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung. Kedua hal
ini akan menyebabkan peningkatan resistensi perifer pembuluh darah
sistemik sehingga memicu peningkatan tekanan darah. Selain itu
perangsangan sistem saraf simpatik memicu aktivitas sistem renin-
angiotensin-aldosteron yang berperan dalam meningkatkan tekanan
darahSistem reninangiotensin-aldosteron sebenarnya be-kerja secara otonom
sebagai respons terhadap kondisi tubuh. Saat terjadi syok, peningkatan sistem
saraf simpatik, atau penurunan kadar natrium, ginjal akan mengeluarkan renin
yang mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Selanjutnya atas
bantuan Angiotensin converting enzym (ACE) angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Keberadaan angiotensin II ini akan memicu pengeluaran
aldosteron oleh korteks adrenal. Keberadaan aldosteron ini akan menarik air
dan NaCl tetap di dalam tubulus sehingga meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yakni dalam pembuluh darah Angiotensin II ini juga memicu
vasokonstriksi darah. Kombinasi peningkatan volume pembuluh darah dan
vasokonstriksi ini menyebabkan peningkatan tekanan darah.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka
kejadiannya berkisar antara 10-20% saja. Beberapa penyakit atau kelainan
yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder antara lain :
a) Glomerulonefritis akut Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan memburuk
dengan cepat. Jika tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan gagal
jantung
b) Sindrome Nefrotik
Penyakit ini berlangsung lambat danmenimbulkan gejala klinis sindrom
nefrotik seperti proteinuria berat, hipoproteinemia, dan edema yang berat.
Meskipun pada tahap awal fungsi ginjal masih baik, namun lama kelamaan
daya filtrasi glomerulus semakin menurun, faal ginjal memburuk, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.
c) Pielonefritis
Terdapat kaitan antara pielonefritis dan adanya hipertensi. Peradangan
pada ginjal ini sering disertai dengan kelainan struktur bawaan ginjal atau
juga pada batu ginjal. Diagnosis klinis sering sukar ditegakkan. Namun
demikian terdapat keluhan yang biasanya muncul yaitu nyeri pinggang,
mudah lelah, dan rasa lemas pada badan. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya proteinupiuria, dan kadang-kadang disertai dengan
hematuria.
d) Kimmelt Stiel Wilon
Penyakit pada ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit diabetes
melitus yang berlangsung lama Gejala yang timbul nyerupai
glomerulonefritis kronis dapat disertai dengan tekanan darah tinggi.
Penyakit ini memiliki prognosis yang buruk, penderita dapat meninggal
akbat gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.
e) Hipertensi renovaskuler
Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis. Stenosis
yang terjadi pada arteri renalis ini memicu pengeluaran renin yang
berlebihan. Meskipun kemudian mengalami penurunan, namun kadarnya
tidak akan mencapai tingkat terendah. Selain itu terdapat pula penambahan
volume cairan tubuh serta peningkatan curah jantung. (Deni, Nuriswati, &
Arafat, 2016 dalam Prasetya, 2018).
d. Manifestasi Klinis
a. Sakit kepala (pusing, migrain)
b. Gampang marah
c. Epistaksis (mimisan)
d. Tinitus (telinga berdenging)
e. Palpitasi (berdebar-debar)
f. Kaku kuduk
g. Pandangan mata berkunang-kunang
h. Susah tidur
i. Tekanan darah di atas normal
(Awan Harianto dan Rini Sulistyowati, 2017 dalam Iman, 2019)
2. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut:
1) Hidroklorotazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dengan dosis tunggal pada pagi hari
2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tungga
3) Propanolol mulai dari 10mg dua kali sehari
4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
5) Nifedipin mulai dari 5mg dua kali sehari
b. Nonfarmkologi hipertensi
Langkah awal biasanya dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan
cara: (Ardiansyah 2012 dalam )
1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi
3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap hari
4) Mengurangi konsumsi alkohol
5) Berhenti merokok
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat
3. Komplikasi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah nonotak. Stroke dapat terjadi
karena hipertensi kronis apabila arteri yang pemperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahinya
menjari berkurang. Arteri otak yabg mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga dapat meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trhombus
yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan waktu hantaran
listrik saat melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan pembekuan darah.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakanprogresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit fungsional ginjal neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urin, sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal
ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Ensefaopati
Atau sering juga disebut dengan kerusakan otak yang dapat terjadi
terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan
yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium di seluruh susuan saraf pusat.
Akibatnya neuron-neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta
kematian. (Ardiansyah 2012 dalam Rahman, 2019).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengalami perubahan yang
tidak diharapkan (Mubarak, 2009: 62 dalam Suriyanti, 2018):
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia
b. Nyeri (akut): sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral pada region sub oksipital
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic pola hidup monoton
3. Intervensi Keperawatan
Resiko Tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi dan iskemia miokardia.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan penurunan curah
jantung tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Tekanan darah dalam batas normal/terkontrol (110/70-120/80 mmHg)
b. Irama dan Frekuensi Jantung stabil (HR=60-100x/i)
c. Akral hangat
d. Kulit tidak pucat
e. Pengisian kapiler (Capilarry refile) baik, kembali dalam waktu 2-3 detik
f. Oedema tidak ada
Intervensi Rasional
1) Pantau tekanan darah, ukur 1) Perbandingan dari tekanan
tangan/paha, untuk evaluasi awal memberikan gambaran yang lebih
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan lengkap tentang bidang masalah
sentral dan perifer vaskuler
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi 2) Denyutan karotis, jugularis, radialis
nafas dan femoralis mungkin
4) Amati warna kulit, kelembaban suhu, teramati/terpalpasi.
dan masa pengisiaan kapiler 3) Umum terdengar pada pasien
5) Catat edema umum dan tertentu hipertensi berat karena adanya
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, hipertrofi atrium
kurangi aktivitas/keributan 4) Adanya pucat, dingin, kulit lembab,
lingkungan dan masa pengisian kapiler lambat
7) Pertahankan pembatasan aktifitas mungkin berkaitan dengan
8) Lakukan tindakan yang nyaman vasokonstriksi
9) Anjurkan tekhnik relaksasi, panduan 5) Dapat mengindikasikan gagal
imajinasi, aktivitas pengalihan jantung, kerusakan ginjal, dan
vascular.
6) Membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis:meningkatkan
relaksasi
7) Menurunkan stress dan ketegangan
yang mempengaaruhi tekanan darah
8) Mengurangi ketidaknyamanan dan
dapat menurunkan rangsangan
simpatis
9) Menurunkan rangsangan yang dapat
menimbulkan stress, sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
Nyeri akut: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebar
Intervensi Rasional
1) Pertahankan tirah baring selama fase 1) Meminimalkan stimulus/tindakan
aktif relaksasi
2) Berikan tindakan non farmokologis 2) Tindakan yang menurunkan tekanan
untuk menghilangkan sakit kepala vaskuler serebal dan yang
3) Hilangkan minimal aktifitas memperlambat/memblok respon
vasokontraksi yang dapat simpatis efektif dalam menghilangkan
meningkatkan sakit kepala. sakit kepala dan komplikasinya.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai 3) Aktifitas yang meningkatakan
kebutuhan. vasokontraksi menyebabkan skit
5) Berikan cairan,makanan kepala.
lunak,perawatan mulut yang terattur 4) Pasien juga dapat mengalami episode
bila terjadi pendarahan hidung impotensi postural.
6) Berikan obat sesuai dengan indikasi 5) Meningkatkan kenyamanan umum.
analgesic 6) Menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsangan system syaraf simpatis.
PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Shakti Wijaya
NIM : 202303052
Ruang : Teratai
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2023
Tanggal Masuk RS : 22 Mei 2023
Jam :11.00 WIB
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien : Tn. S
2. Identitas Penanggung Jawab : Sdr. I
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Alasan Masuk RS : Badan Lemes
2. Keluhan Utama : Px mengatakan Pusing banget
3. Riwayat Kesehatan sekarang : Px mengatakan pusing, mual, badan lemes
4. Riwayat Kesehatan masa lalu : Hipertensi
5. Riwayat kesehatan keluarga : Hipertensi
6. Riwayat alergi : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
a. Vital Sign
TD : 210/102mmHg, HR 106x/menit, RR:20x/menit, Suhu : 37.2derajat,
SPO2: 99%
b. Sakit/Nyeri
P : nyeri datang secara tiba-tiba
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: kepala bagian belakang
S: 5
T: hilang timbul
c. Status Nutrisi
Antopometri
1) TB : 160 cm
2) BB : 50 Kg
3) LL : 30
4) Lingkar paha :-
5) Indek Masa Tubuh:
Biocemical :
Hematologi Hasil Harga normal
Hb 12,2gr% 13,2-17,3
Lecosit 10,61 /mm 3 3,8-10,6
Hematokrit 35,4 / mm 3 40-52
Trombosit 278 / mm 3 150.000-450.000
GDS 276 mg% < 200
d. Status Personal Higine: baik
e. Kepala :Mesochepal, kulit kepala bersih, rambut beruban,
d. Perkemihan (Bladder)
1) Pola berkemih:
a) Normal tidak ada gangguan
2) Produksi urine : .500 cc/24 jam
3) Karateristik urine : warna kuning, bau khas urine
4) Balance cairan :
input : 2000cc/24 jam
output :
balance : + ...... cc / - ..... cc
5) Distensi vesika urinaria : tidak ada distensiVU
6) Keluhan lain pada sistem perkemihan : tidak ada keluhan
7) Perkusi pada kostovertebralis : tidak ada nyeri
5 5
Skor ADL
AKTIVITAS SKOR
Mandiri Dibantu Tergantung
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Inkontinensia
Transfering
g. Sistem Reproduksi
a) Bentuk alat kelamin : Normal
b) Kebersihan alat kelamin : Kotor
c) Memiliki anak : 2
d) Keluhan terkait dengan gangguan reproduksi : -
h. Endokrine
1) Diabetes militus: -
2) gangguan endokrin lain selain DM: -
ANALISA DATA
Nama klien : Tn. S No.register : 00398587
Umur : 65 tahun Dx Medis : Hipertensi Urgency
Ruang di rawat : Teratai Alamat : Jl. Mangga 48 C, Mlangsen
RENCANA KEPERAWATAN
22/6/ Gangguan Setelah dilakukan Pengelolaan Nutrisi -kaji tanda vital dan status Shakti
23 Pemenuhan tindakan nutrisi
Nutrisi keperawatan -Anjurkan untuk menjaga
13.00 Kurang b/d selama 3x24 jam kebersihan mulut
wib intake diharapkan -Anjurkan makan sedikt tapi
makanan kebutuhan nutrisi sering
inadekuat terpenuhi dengan -Ukur intake makanan dan
dan KH: timbang berat badan
rangsangan Pasien mampu -Kolaborasi dengan ahli gizi
muntah menghabiskan untuk diet yang tepat bagi
porsi makan diet pasien dan dengan dokter dalam
dari RS, berat pemberian obat
badan ideal, nilai
dari hasil lab
normal
NB: Tujuan keperawatan dibuat sesuai dengan kriteria SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic dan Time)
IMPLEMENTASI
Nama klien : Tn. S No.register : 00398587
Umur : 65 tahun Dx Medis : Hipertensi Urgency
Ruang di rawat : Teratai Alamat : Jl. Mangga 48 C, Mlangsen
22/6/2 14.00 2 -mengkaji tanda vital dan S : Klien mengatakan mual saat Shakti
3 status nutrisi makan, makan sedikit-sedikit.
-menganjurkan klien untuk
menjaga kebersihan mulut O: Klien Nampak memahami diet
-menganjurkan klien untuk yang diberikan untuk pasien
makan sedikt tapi sering hipertensi, makan yang disediakan
-mengkur intake makanan habis ¼ porsi
dan timbang berat badan TTV : TD: 210/102mmHg HR:
-melakukan Kolaborasi 106x/menit S:37,2 RR:20x/menit
dengan ahli gizi untuk diet SPO2:99%, BB 50kg,
TKTP dan Rendah garam
dan dengan dokter dalam
pemberian obat
23/6/2 15.00 1 -Melakukan Pengkajian S : klien mengatakan nyeri pada Shakti
3 nyeri secara menyeluruh kepala sudah berkurang, dengan
-Melakukan observasi skala 4 diantara 1-10 skala nyeri
ketidaknyamanan dengan
non verbal O: muka pasien sudah tidak
-Mengajarkan Teknik Nampak merintih, klien dapat
relaksasi dengan Tarik nafas menirukan Tarik nafas dalam
dalam
-Mengendalikan factor
lngkungan yang
mempengaruhi factor nyeri
23/6/2 15.00 2 -mengkaji tanda vital dan S : Klien mengatakan mual Shakti
3 status nutrisi berkurang, masih sedikit sedikit,
-menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
menjaga kebersihan mulut
-menganjurkan klien untuk O: Klien Nampak memahami diet
makan sedikt tapi sering yang diberikan untuk pasien
-mengkur intake makanan hipertensi, makan yang disediakan
dan timbang berat badan habis ½ porsi.
TTV : TD: 179/99mmHg HR:
88x/menit S:36.5 RR:20x/menit
SPO2:99%, BB 50kg
24/6/2 15.30 1 -Melakukan Pengkajian S : klien mengatakan nyeri pada Shakti
3 nyeri secara menyeluruh kepala sudah berkurang, dengan
-Mengajarkan Teknik skala 2 diantara 1-10 skala nyeri
relaksasi dengan Tarik nafas
dalam O: muka pasien sudah tidak
-Mengendalikan factor Nampak merintih, klien dapat
lngkungan yang menirukan Tarik nafas dalam
mempengaruhi factor nyeri
24/6/2 15.30 2 -mengkaji tanda vital dan S : Klien mengatakan sudah tidak Shakti
3 status nutrisi mual, makan sudah habis banyak
-menganjurkan klien untuk
menjaga kebersihan mulut O: Klien Nampak memahami diet
-menganjurkan klien untuk yang diberikan untuk pasien
makan sedikt tapi sering hipertensi, makan yang disediakan
-mengkur intake makanan Nampak habis 1 porsi
dan timbang berat badan TTV : TTV: TD: 150/81mmHg HR:
82x/menit S:36.6 RR:20x/menit
SPO2:99%, BB 50kg
Nb :pada respon merupakan evaluasi formatif yang menggambarkan respon klien saat dilakukan tindakan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn. S No.register : 00398587
Umur : 65 tahun Dx Medis : Hipertensi Urgency
Ruang di rawat : Teratai Alamat : Jl. Mangga 48 C, Mlangsen
Tgl Jam Diagnosa Evaluasi Ttd nama
22/6/23 17.00 1. Nyeri Akut b/d peningkatan S : klien mengatakan nyeri pada Shakti
tekanan vaskuler cerebral kepala, hilang timbul dan
mendadak, dengan skala 5
diantara 1-10 skalanyeri
22/6/23 17.00 Gangguan Pemenuhan Nutrisi S : Klien mengatakan mual saat Shakti
Kurang b/d intake makanan makan, makan sedikit-sedikit..
inadekuat dan rangsangan
muntah O: Klien Nampak memahami diet
yang diberikan untuk pasien
hipertensi, makan yang disediakan
habis ¼ porsi
TTV : TD: 210/102mmHg HR:
106x/menit S:37,2 RR:20x/menit
SPO2:99%, BB 50kg,
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
23/6/24 17.00 1. Nyeri Akut b/d peningkatan S : pasien mengatakan nyeri Shakti
tekanan vaskuler cerebral berkurang, setelah melakukan
relaksasi, skala nyeri berkurang
menjadi 4
O : muka pasien sudah tidak
Nampak merintih, klien dapat
menirukan Tarik nafas dalam
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
EVALUASI
Nama klien : Tn. S No.register : 00398587
Umur : 65 tahun Dx Medis : Hipertensi Urgency
Ruang di rawat : Teratai Alamat : Jl. Mangga 48 C, Mlangsen
Tgl Jam Diagnosa Evaluasi Ttd
nama
24/6/23 17.00 Nyeri Akut b/d peningkatan S : klien mengatakan nyeri pada Shakti
tekanan vaskuler cerebral kepala sudah berkurang, dengan
skala 2 diantara 1-10 skala nyeri