id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Sungai
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang Sungai). Sungai merupakan bagian muka bumi yang menjadi
tempat mengalirnya mata air, dari hulu (sumber) menuju ke daerah hilir (muara).
Sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil dari presipitasi, limpasan dan lain sebagainya. Menurut
Maryono (2018 : 1) Sungai merupakan sistem yang sifatnya kompleks tetapi tidak
beraturan (complex but not complicated), dimana terdapat banyak komponen yang
saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain.
Sungai memiliki manfaat bagi makhluk hidup dan ekosistem diantaranya :
a. Sebagai penyedia air dan wadah air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olahraga, pertahanan,
perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan kebutuhan lainnya.
b. Sungai sebagai pemulih kualitas air, dimana fungsi ini perlu dijaga agar beban
pencemar yang masuk kedalam sungai agar tidak melebihi daya tampungnya.
Selain sebagai pemulih kualitas air, sungai juga memiliki manfaat sebagai
penyalur banjir yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat di sekitar
sungai.
c. Sungai sebagai pembangkit utama ekosistem flora dan fauna yang saling
memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia.
2. Pencemaran Sungai
Pencemaran air merupakan perubahan suatu keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Air dan Pengendalian Pencemarancommit to user
Air, yang dimaksud pencemaran air adalah
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air di suatu wilayah akan berdampak pada wilayah lain yang
lokasinya sangat jauh, hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi, air akan mengalir
dari satu tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dengan melewati beberapa
wilayah di sekitarnya (Wiryono, 2013 ; 98).
Menurut Zulfikli (2014 ; 68) permasalahan dalam pencemaran disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a. Kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
b. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga
c. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai membuang tinja ke sungai
d. Upaya penegakan peraturan dan sanksi yang masih lemah dalam pelaksanaan
pencegahan pencemaran
e. Informasi mengenai teknologi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) masih
sedikit
Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hidup
serta dapat mempengaruhi keestetikan air (Manik, 2018 : 134), untuk itu perlu
adanya pencegahan pencemaran air sungai sebagai berikut :
a. Penetapan daya tampung beban pencemaran
b. Identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai
c. Penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah
d. Pemantauan kualitas air pada sungai dan pengawasan air limbah yang masuk
ke sungai.
3. Beban Pencemar
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air
dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dimaksud dengan beban pencemaran
commit
adalah jumlah suatu unsur pencemar to terkandung
yang user dalam air atau air limbah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Polusi air atau beban pencemaran air dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya
dan macam polutannya ( Wiryono, 2013 : 98). Berdasarkan sumbernya yaitu :
a. Pencemaran dari sumber titik tertentu (point source pollution) merupakan
sumber pencemaran yang berasal dari saluran pembuangan limbah industri.
Sumbernya jelas berupa pipa atau selokan sehingga pemantauan dan
pengendaliannya lebih mudah.
b. Pencemaran dari sumber yang tidak memiliki titik tertentu (non point source
pollution) merupakan sumber pencemaran yang berasal dari aktivitas rumah
tangga, pertokoan, pertanian, pertambangan, dan lain-lain. Kategori sumber
pencemaran ini terpencar luas, sehingga penanganannya lebih sulit.
Menurut Wiryono (2013 : 98) beberapa macam pencemar air diantaranya
sedimen, nutrisi anorganik, polusi thermal, logam berat, mikroorganisme pembawa
penyakit, senyawa organik beracun, limbah organik yang membutuhkan oksigen,
limbah yang meningkatkan keasaman air, tumpahan minyak, dan lain sebagainya.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), limbah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu limbah domestik, limbah pertanian
dan limbah industri :
a. Limbah Domestik (Domestic Waste)
Limbah domestik merupakan limbah diproduksi oleh kegiatan rumah
tangga, seperti sampah rumah tangga, cat bekas, bahan kimia kolam, pembersih
saluran, sabun perawatan mobil dan rumah lainnya (Saad, dkk. 1998 : 135).
Semua sisa kegiatan yang berasal dari rumah tangga seperti dapur, kamar
mandi, tempat cuci, peralatan rumah tangga, selain itu juga berasal dari rumah
sakit, apotek, rumah makan dan sebagainya merupakan limbah domestik.
b. Limbah Pertanian
Aktivitas pertanian dapat menimbulkan pencemaran air, hal ini dikarenakan
pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang digunakan petani untuk merawat
tanaman pertanian. Pencemaran pestisida dan pupuk kimia disebabkan karena
jumlah penggunaan pestisida pada lahan pertanian terlampau banyak, dan tidak
semua bahan aktifnya menujucommit to useryang menjadi target sasaran, akan
ke tanaman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
tetapi akan hanyut dan terbuang bersama aliran air sehingga menyumbang
pencemaran dalam perairan (Prabowo, 2012 : 11).
c. Limbah Industri
Kegiatan industri merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah
pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah. Hasil dari kegiatan industri dapat menimbulkan pencemaran akibat
masuknya zat-zat pencemar tersebut ke dalam suatu media seperti tanah, air,
dan atau udara yang berbentuk padar/debut, cair, atau gas (Supraptini, 2002 :
11).
Pencemar memiliki ketahanan di lingkungan untuk selalu bercampur
dengan air, ketahanan ini dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya kemampuan
badan sungai untuk memurnikan diri (self-purification), kondisi morfologi sungai,
dan lain sebagainya. Berdasarkan segi ketahanannya, pencemar dibagi menjadi 4
jenis, yaitu :
a. Pencemar yang tidak permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama
kurang dari satu bulan.
b. Pencemaran sedang, pencemaran terjadi secara stabil selama 1-24 bulan.
c. Pencemaran cukup permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama 2-5
tahun.
d. Pencemaran permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama lebih dari 5
tahun.
4. Baku Mutu
Menjaga lingkungan agar tetap lestari dan bersih dari pencemaran menjadi
salah satu hal yang harus dilakukan. Pencemaran yang terjadi pada komponen
lingkungan hidup akan berpengaruh pada komponen lingkungan hidup yang lain,
contohnya pencemaran air yang ditandai dengan penurunan kualitas air yang dapat
menurunkan daya guna air sesuai dengan standar yang baik dan sesuai dengan
peruntukannya (Asrini, 2017:101).
Salah satu upaya pencegahan atau pengendalian pencemaran air melalui
commit
penetapan standar baku mutu sesuai to user
dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
Kelas
Parameter Satuan Ket
I II III IV
KIMIA ANORGANIK
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Fe < 5
mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Pb < o,1
mg/L
FISIKA
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Zn < 5
mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, NO2-N
<1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, S
sebagai H2S < 0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
- Fecal Coliform Jml/100 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air
ml minum secara
konvensional, fecal
coliform < 2000
jml/100 mL dan total
coliform < 10000
jml/100 mL
- Total coliform Jml/100 1000 5000 10000 10000
ml
RADIOAKTIVITAS
- Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross-B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)
Detergen sebagai MBAS ug/L 200 200 200 (-)
Senyawa Fenol sebagai ug/L 1 1 1 (-)
fenol
BHC ug/L 210 210 210 (-)
KIMIA ORGANIK
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
FISIKA
Heptachlor dan ug/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxide
Lindane ug/L 56 commit
(-) to user(-) (-)
Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
FISIKA
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Toxaxphan ug/L 5 (-) (-) (-)
(Sumber : Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air)
Terdapat baku mutu untuk masing-masing jenis air limbah sesuai dengan
peruntukannya, dalam penelitian ini terdapat tiga jenis sumber pencemar atau
limbah yakni limbah domestik, limbah pertanian, dan limbah industri.
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.68/MENLHK-SETJEN/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, yang dimaksud air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Baku
mutu limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.
Secara rinci baku mutu air limbah domestik tersendiri tersaji dalam Tabel 2.2.
Limbah pertanian berasal dari kegiatan pertanian, seperti sisa panen yang
terbengkalai (limbah tanaman pertanian), penggunaan pestisida dan pupuk untuk
meningkatkan produk pertanian dan lain sebagainya (Agustono, 2017 : 13).
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan
pencemaran yang terjadi melaluicommit
mediatoair,
userhal tersebut dapat menyebabkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Belum
Ditetapkan Baku Mutunya
Golongan Baku Mutu Air
No. Parameter Satuan Limbah
I II
FISIKA
o
1. Temperatur C 38 38
2. TDS mg/L 2000 4000
3. TSS mg/L 100 200
KIMIA
1. pH 6,0-9,0
2. Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
3. Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5
4. Barium (Ba) mg/L 2 3
5. Tembaga (Cu) mg/L 2 3
6. Seng (Zn) mg/L 5 10
7. Khrom heksavalen (Cr6+) mg/L 0,1 0,5
8. Khrom total (Cr) mg/L 0,5 1
9. Kadmium mg/L 0.05 0,10
10. Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005
11. Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
12. Timah (Sn) mg/L 2 3
13. Arsen (As) mg/L 0,1 0,5
14. Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
15. Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
16. Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
17. Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
18. Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1
19. Flourida (F) mg/L 2 3
20. Klorin bebas (CI2) mg/L 1 2
21. Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
22. Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
23. BOD5 mg/L 50 100
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
(Sumber : Lampiran IX PERDA Jateng No. 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
PERDA Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah)
Pada penelitian ini industri yang ada di cakupan wilayah penelitian adalah
industri penyamakan kulit. Baku mutu yang digunakan sebagai acuan adalah baku
mutu pada Lampiran I Nomor 22 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah, secara rinci baku mutu air
limbah industri penyamakan kulit disajikan dalam Tabel 2.4.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
(Sumber : PERDA Jateng No. 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Limbah).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
a. Suhu
Suhu air menjadi salah satu penciri kualitas air baik atau buruk, suhu
mempengaruhi jumlah kandungan oksigen dalam air, oksigen dalam air sangat
dibutukan dalam keberlangsungan eskosistem air.
Pada suatu badan perairan yang belum tercemar suhu air akan menunjukkan
angka yang normal yakni 25oC, namun apabila suatu badan air telah dicemari
oleh limbah yang berasal dari kegiatan manusia maka suhu air dapat berubah,
sesuai kadar limbah yang mencemari air tersebut.
b. Derajat Keasaman Air (pH)
Parameter pH menunjukkan reaksi atau keasaman suatu perairan dengan
mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Kondisi pH air yang
netral adalah 7, apabila pH kurang dari 7 maka air bersifat asam, dan jika pH
lebih dari 7 maka air bersifat basa/alkalis. Perubahan keasamaan air, baik
kearah asam atau basa, dipengaruhi oleh jumlah padatan yang ada dalam air.
nilai pH pada air yang apabila semakin rendah atau berada diatas rata-rata
baku mutu yang telah ditetapkan, maka menunjukkan adanya pencemaran
dalam air, hal ini akan berpengaruh pada keberlangsungan ekosistem air.
c. Padatan (Solid)
Parameter padatan (Solid) terdiri atas padatan terendap (sedimentasi),
padatan tersuspensi, dan padatan terlarut. Untuk mengidentifikasi kualitas air,
yang digunakan adalah padatan tersuspensi dan padatan terlarut, karena
padatan terendap (sedimentasi) sangat kecil pengaruhnya terhadap kualitas air.
Jumlah padatan tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS) merupakan
partikel-partikel yang tidak larut dalam air dan tidak dapat mengendap secara
langsung seperti tanah liat halus, bahan organik, dan sel-sel mikroorganisme.
TSS merupakan penyebab terjadinya kekeruhan air, makin tinggi nilai TSS
makin tinggi tingkat pencemaran suatu perairan.
Jumlah padatan terlarut (Total Dissolve Solid/TDS) adalah senyawa-
senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air dan memiliki ukuran yang
lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Misalnya limbah cair pabrik, dan
garam-garam. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
20
(Gu, 1985 dalam Tian, dkk., 2011 : 1328). Karakteristik proses geomorfologi &
hidrologi, fisik - kimia dan biologi sungai yang saling berhubungan mempengaruhi
prosedur self-purification. Kemampuan self-purification juga dipengaruhi oleh
jarak sungai atau panjang sungai (Ifabiyi , 2008 : 131).
Secara alamiah sistem perairan mampu melakukan proses self-purification,
dengan syarat kondisi pencemaran yang tidak terlalu ekstrem. Kemampuan ini akan
menjelaskan mengapa kualitas air sungai cenderung baik saat mencapai hilir.
Menurut Zubaidah, dkk., (2019 : 177) Kemampuan self-purification akan muncul
pada kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Volume debit air : apabila debit aliran sungai mencapai angka maksimum maka
kemampuan self-purification akan berjalan sempurna karena volume air
melebihi jumlah beban pencemaran yang masuk ke dalam sungai.
b. Limbah yang masuk ke dalam sungai : jenis limbah akan mempengaruhi
kemampuan self-purification, karakteristik limbah yang sulit terurai oleh alam
maka proses self-purification akan terhambat, namun apabila jenis limbah
tersebut mudah diuraikan oleh alam maka proses self-purification akan lebih
mudah.
c. Kebiasaan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai : hasil aktivitas
masyarakat yang tinggal di sekitar sungai akan berpengaruh terhadap
kemampuan self-purifcation, apabila masyarakat memiliki kesadaran untuk
menjaga lingkungan untuk tidak membuang limbah di sungai maka,
pencemaran sungai dapat berkurang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan self-purification
diantaranya adalah suhu, status kelas sungai, kecepatan aliran sungai, jumlah
senyawa anorganik dalam aliran sungai, distribusi dan jenis gulma air di sepanjang
saluran (Ifabiyi, 2008 :131). Menurut Whitehad (1982 : 42) variasi iklim dan
kondisi geografis memunculkan bentuk hidrograf dan periode aliran tinggi dan
aliran rendah yang memberikan pengaruh besar pada proses self-purification
sungai. pada periode aliran tinggi misalnya, proses aerasi alami ditingkatkan
dengan peningkatan turbulensi dan pemurnian diri ditingkatkan. Selama periode
commit
aliran rendah pengenceran polutan to userproses self-purification terhambat
berkurang,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
B. Kerangka Berpikir
Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Palur senantiasa melakukan
aktivitas dalam berbagai bidang, seperti pertanian, industri dan rumah tangga.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat akan menghasilkan sisa usaha atau
kegiatan yang biasa disebut limbah. Tidak semua limbah dialirkan secara langsung
ke sungai, namun ada yang melewati saluran pembuangan lain yang mengarah ke
sungai, sehingga memiliki pola persebaran sumber pencemaran yang berasal dari
berbagai jenis sumber pencemaran yaitu limbah domestik, limbah pertanian, dan
limbah industri yang masuk ke Sungai Palur.
Limbah mengandung berbagai macam zat yang berbahaya, apabila limbah
dibuang ke sungai maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai yang
ditandai dengan penurunan kualitas air sungai. Kualitas air sungai dapat
diidentifikasi melalui beberapa parameter yaitu parameter fisika dapat dilihat dari
kandungan Total Suspended Solid (TSS), parameter kimia dapat dilihat dari
kandungan pH, Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD), Dissolve Oxygen (DO), dan parameter biologi dapat dilihat dari kandungan
Total Coliform, serta parameter tambahan yakni Daya Hantar Listrik (DHL), Suhu,
dan Salinitas air
Secara alami sungai memiliki kemampuan untuk memurnikan badan air dari
beban pencemaran atau disebut dengan proses self-purification (pemurnian diri)
yang terjadi melalui proses fisika, kimia, dan biologi. Dalam proses self-
purification terdapat beberapa zona atau tahapan, namun tidak semua sungai
mengalami proses self-puricitaion dengan sempurna tergantung jenis beban
pencemar dan akumulasi beban pencemar. Tahapan dalam self-purification yaitu
zona air bersih (clean zone), zona dekomposisi (zone of decomposition/ zone of
recent pollution), zona biodegradasi (septic zone), zona pemulihan (recovery zone),
dan zona air bersih (clean zone). Langkah pengendalian pencemaran air dapat
dilakukan jika mengetahui kualitas air dan kemampuan self-purification sungai
maka dengan melakukan konservasi terhadap sungai.
Secara lebih jelas, kerangka berfikir digambarkan dalam sebuah alur
sebagai berikut : commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Sungai
commit to user