Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Sungai
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang Sungai). Sungai merupakan bagian muka bumi yang menjadi
tempat mengalirnya mata air, dari hulu (sumber) menuju ke daerah hilir (muara).
Sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil dari presipitasi, limpasan dan lain sebagainya. Menurut
Maryono (2018 : 1) Sungai merupakan sistem yang sifatnya kompleks tetapi tidak
beraturan (complex but not complicated), dimana terdapat banyak komponen yang
saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain.
Sungai memiliki manfaat bagi makhluk hidup dan ekosistem diantaranya :
a. Sebagai penyedia air dan wadah air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olahraga, pertahanan,
perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan kebutuhan lainnya.
b. Sungai sebagai pemulih kualitas air, dimana fungsi ini perlu dijaga agar beban
pencemar yang masuk kedalam sungai agar tidak melebihi daya tampungnya.
Selain sebagai pemulih kualitas air, sungai juga memiliki manfaat sebagai
penyalur banjir yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat di sekitar
sungai.
c. Sungai sebagai pembangkit utama ekosistem flora dan fauna yang saling
memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia.

2. Pencemaran Sungai
Pencemaran air merupakan perubahan suatu keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Air dan Pengendalian Pencemarancommit to user
Air, yang dimaksud pencemaran air adalah

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air di suatu wilayah akan berdampak pada wilayah lain yang
lokasinya sangat jauh, hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi, air akan mengalir
dari satu tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dengan melewati beberapa
wilayah di sekitarnya (Wiryono, 2013 ; 98).
Menurut Zulfikli (2014 ; 68) permasalahan dalam pencemaran disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a. Kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
b. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga
c. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai membuang tinja ke sungai
d. Upaya penegakan peraturan dan sanksi yang masih lemah dalam pelaksanaan
pencegahan pencemaran
e. Informasi mengenai teknologi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) masih
sedikit
Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hidup
serta dapat mempengaruhi keestetikan air (Manik, 2018 : 134), untuk itu perlu
adanya pencegahan pencemaran air sungai sebagai berikut :
a. Penetapan daya tampung beban pencemaran
b. Identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai
c. Penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah
d. Pemantauan kualitas air pada sungai dan pengawasan air limbah yang masuk
ke sungai.

3. Beban Pencemar
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air
dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dimaksud dengan beban pencemaran
commit
adalah jumlah suatu unsur pencemar to terkandung
yang user dalam air atau air limbah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Polusi air atau beban pencemaran air dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya
dan macam polutannya ( Wiryono, 2013 : 98). Berdasarkan sumbernya yaitu :
a. Pencemaran dari sumber titik tertentu (point source pollution) merupakan
sumber pencemaran yang berasal dari saluran pembuangan limbah industri.
Sumbernya jelas berupa pipa atau selokan sehingga pemantauan dan
pengendaliannya lebih mudah.
b. Pencemaran dari sumber yang tidak memiliki titik tertentu (non point source
pollution) merupakan sumber pencemaran yang berasal dari aktivitas rumah
tangga, pertokoan, pertanian, pertambangan, dan lain-lain. Kategori sumber
pencemaran ini terpencar luas, sehingga penanganannya lebih sulit.
Menurut Wiryono (2013 : 98) beberapa macam pencemar air diantaranya
sedimen, nutrisi anorganik, polusi thermal, logam berat, mikroorganisme pembawa
penyakit, senyawa organik beracun, limbah organik yang membutuhkan oksigen,
limbah yang meningkatkan keasaman air, tumpahan minyak, dan lain sebagainya.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), limbah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu limbah domestik, limbah pertanian
dan limbah industri :
a. Limbah Domestik (Domestic Waste)
Limbah domestik merupakan limbah diproduksi oleh kegiatan rumah
tangga, seperti sampah rumah tangga, cat bekas, bahan kimia kolam, pembersih
saluran, sabun perawatan mobil dan rumah lainnya (Saad, dkk. 1998 : 135).
Semua sisa kegiatan yang berasal dari rumah tangga seperti dapur, kamar
mandi, tempat cuci, peralatan rumah tangga, selain itu juga berasal dari rumah
sakit, apotek, rumah makan dan sebagainya merupakan limbah domestik.
b. Limbah Pertanian
Aktivitas pertanian dapat menimbulkan pencemaran air, hal ini dikarenakan
pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang digunakan petani untuk merawat
tanaman pertanian. Pencemaran pestisida dan pupuk kimia disebabkan karena
jumlah penggunaan pestisida pada lahan pertanian terlampau banyak, dan tidak
semua bahan aktifnya menujucommit to useryang menjadi target sasaran, akan
ke tanaman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

tetapi akan hanyut dan terbuang bersama aliran air sehingga menyumbang
pencemaran dalam perairan (Prabowo, 2012 : 11).
c. Limbah Industri
Kegiatan industri merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah
pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah. Hasil dari kegiatan industri dapat menimbulkan pencemaran akibat
masuknya zat-zat pencemar tersebut ke dalam suatu media seperti tanah, air,
dan atau udara yang berbentuk padar/debut, cair, atau gas (Supraptini, 2002 :
11).
Pencemar memiliki ketahanan di lingkungan untuk selalu bercampur
dengan air, ketahanan ini dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya kemampuan
badan sungai untuk memurnikan diri (self-purification), kondisi morfologi sungai,
dan lain sebagainya. Berdasarkan segi ketahanannya, pencemar dibagi menjadi 4
jenis, yaitu :
a. Pencemar yang tidak permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama
kurang dari satu bulan.
b. Pencemaran sedang, pencemaran terjadi secara stabil selama 1-24 bulan.
c. Pencemaran cukup permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama 2-5
tahun.
d. Pencemaran permanen, pencemaran terjadi secara stabil selama lebih dari 5
tahun.

4. Baku Mutu
Menjaga lingkungan agar tetap lestari dan bersih dari pencemaran menjadi
salah satu hal yang harus dilakukan. Pencemaran yang terjadi pada komponen
lingkungan hidup akan berpengaruh pada komponen lingkungan hidup yang lain,
contohnya pencemaran air yang ditandai dengan penurunan kualitas air yang dapat
menurunkan daya guna air sesuai dengan standar yang baik dan sesuai dengan
peruntukannya (Asrini, 2017:101).
Salah satu upaya pencegahan atau pengendalian pencemaran air melalui
commit
penetapan standar baku mutu sesuai to user
dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air). Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu
sebagai unsur lingkungan hidup (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Baku mutu ditetapkan sesuai dengan jenis peruntukan air. Baku mutu air
Sungai ditetapkan pada Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air,
secara rinci ditampilkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
Kelas
Parameter Satuan Ket.
I II III IV
FISIKA
oC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5
Temperatur Deviasi temperatur dari
keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, residu
tersuspensi <5000
mg/L
KIMIA ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 200
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi Perikanan,
kandungan ammonia
bebas untuk ikan yang
peka <0,02 mg/L
sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Cu <1
commit to user mg/L
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Kelas
Parameter Satuan Ket
I II III IV
KIMIA ANORGANIK
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Fe < 5
mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Pb < o,1
mg/L
FISIKA
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Zn < 5
mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, NO2-N
<1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, S
sebagai H2S < 0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
- Fecal Coliform Jml/100 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air
ml minum secara
konvensional, fecal
coliform < 2000
jml/100 mL dan total
coliform < 10000
jml/100 mL
- Total coliform Jml/100 1000 5000 10000 10000
ml
RADIOAKTIVITAS
- Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross-B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)
Detergen sebagai MBAS ug/L 200 200 200 (-)
Senyawa Fenol sebagai ug/L 1 1 1 (-)
fenol
BHC ug/L 210 210 210 (-)
KIMIA ORGANIK
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
FISIKA
Heptachlor dan ug/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxide
Lindane ug/L 56 commit
(-) to user(-) (-)
Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
FISIKA
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Toxaxphan ug/L 5 (-) (-) (-)

(Sumber : Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air)

Terdapat baku mutu untuk masing-masing jenis air limbah sesuai dengan
peruntukannya, dalam penelitian ini terdapat tiga jenis sumber pencemar atau
limbah yakni limbah domestik, limbah pertanian, dan limbah industri.
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.68/MENLHK-SETJEN/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, yang dimaksud air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Baku
mutu limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.
Secara rinci baku mutu air limbah domestik tersendiri tersaji dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri


Parameter Satuan Kadar maksimum
Ph - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/Orang/hari 100

(Sumber : Lampiran I PermenLHK No.P68/Menlhk-Setjen/2016)

Limbah pertanian berasal dari kegiatan pertanian, seperti sisa panen yang
terbengkalai (limbah tanaman pertanian), penggunaan pestisida dan pupuk untuk
meningkatkan produk pertanian dan lain sebagainya (Agustono, 2017 : 13).
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan
pencemaran yang terjadi melaluicommit
mediatoair,
userhal tersebut dapat menyebabkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

kerusakan ekosistem karena mengandung racun untuk organisme, dan bahkan


manusia melalui rantai makanan (Adriyani, 2006 : 96-97).
Baku mutu limbah pertanian belum ditetapkan secara jelas, sehingga baku
mutu yang digunakan didasarkan pada Lampiran IX Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah,
pada lampiran tersebut ditetapkan kriteria mutu air untuk usaha dan/ atau kegiatan
yang belum ditetapkan sebelumnya. Secara rinci baku mutu limbah pertanian
disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Belum
Ditetapkan Baku Mutunya
Golongan Baku Mutu Air
No. Parameter Satuan Limbah
I II
FISIKA
o
1. Temperatur C 38 38
2. TDS mg/L 2000 4000
3. TSS mg/L 100 200
KIMIA
1. pH 6,0-9,0
2. Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
3. Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5
4. Barium (Ba) mg/L 2 3
5. Tembaga (Cu) mg/L 2 3
6. Seng (Zn) mg/L 5 10
7. Khrom heksavalen (Cr6+) mg/L 0,1 0,5
8. Khrom total (Cr) mg/L 0,5 1
9. Kadmium mg/L 0.05 0,10
10. Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005
11. Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
12. Timah (Sn) mg/L 2 3
13. Arsen (As) mg/L 0,1 0,5
14. Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
15. Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
16. Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
17. Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
18. Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1
19. Flourida (F) mg/L 2 3
20. Klorin bebas (CI2) mg/L 1 2
21. Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
22. Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
23. BOD5 mg/L 50 100
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Golongan Baku Mutu Air


No. Parameter Satuan Limbah
I II
24. COD mg/L 100 250
25. MBAS mg/L 5 10
26. Fenol mg/L 0,5 1
27. Minyak nabati mg/L 5 10
28. Minyak mineral mg/L 10 50
29. Radioaktifitas - - -

(Sumber : Lampiran IX PERDA Jateng No. 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
PERDA Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah)

Selain kegiatan domestik dan kegiatan pertanian, kegiatan lain yang


menghasilkan limbah adalah kegiatan industri, Kegiatan industri merupakan
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku barag
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih
tinggi (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Limbah).

Pada penelitian ini industri yang ada di cakupan wilayah penelitian adalah
industri penyamakan kulit. Baku mutu yang digunakan sebagai acuan adalah baku
mutu pada Lampiran I Nomor 22 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah, secara rinci baku mutu air
limbah industri penyamakan kulit disajikan dalam Tabel 2.4.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Tabel 2.4. Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit

Samak Krom Samak Nabati


Beban Beban
No. Parameter Kadar Kadar
Pencemaran Pencemaran
maksimum maksimum
Maksimum Maksimum
(mg/L) (mg/L)
(kg/ton) (kg/ton)
1. BOD5 50 2,0 70 2,80
2. COD 110 4,40 180 7,20
3. TSS 60 2,40 50 2,0
4. Khrom total (Cr) 0,60 0,024 0,10 0,004
5. Minyak dan lemak 5,0 0,20 5,0 0,20
6. N total (sebagai N) 10,0 0,40 15,0 0,60
7. Amonia total (N) 0,5 0,02 0,50 0,02
8. Sulfida sebagai S 0,8 0,032 0,50 0,02
9. pH 6,0-9,0 6,0-9,0
3 3
10. Debit maksimum 40 m / ton bahan baku 40 m / ton bahan baku

(Sumber : PERDA Jateng No. 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Limbah).

5. Parameter Kualitas Air


Kualitas air merupakan suatu kondisi yang mencerminkan parameter-
parameter yang terkandung dalam badan air. Parameter kualitas air meliputi
parameter fisika, parameter kimia, dan biologi. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan kepadatan sosial (Sari, dkk.,
2014 : 1), berbagai aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
diantaranya kegiatan di wilayah permukiman, industri, dan pertanian akan
memberikan sumbangan terhadap penurunan kualitas air sungai.
Beberapa parameter kualitas air menurut Manik (2018 : 126) adalah sebagai
berikut :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

a. Suhu
Suhu air menjadi salah satu penciri kualitas air baik atau buruk, suhu
mempengaruhi jumlah kandungan oksigen dalam air, oksigen dalam air sangat
dibutukan dalam keberlangsungan eskosistem air.
Pada suatu badan perairan yang belum tercemar suhu air akan menunjukkan
angka yang normal yakni 25oC, namun apabila suatu badan air telah dicemari
oleh limbah yang berasal dari kegiatan manusia maka suhu air dapat berubah,
sesuai kadar limbah yang mencemari air tersebut.
b. Derajat Keasaman Air (pH)
Parameter pH menunjukkan reaksi atau keasaman suatu perairan dengan
mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Kondisi pH air yang
netral adalah 7, apabila pH kurang dari 7 maka air bersifat asam, dan jika pH
lebih dari 7 maka air bersifat basa/alkalis. Perubahan keasamaan air, baik
kearah asam atau basa, dipengaruhi oleh jumlah padatan yang ada dalam air.
nilai pH pada air yang apabila semakin rendah atau berada diatas rata-rata
baku mutu yang telah ditetapkan, maka menunjukkan adanya pencemaran
dalam air, hal ini akan berpengaruh pada keberlangsungan ekosistem air.
c. Padatan (Solid)
Parameter padatan (Solid) terdiri atas padatan terendap (sedimentasi),
padatan tersuspensi, dan padatan terlarut. Untuk mengidentifikasi kualitas air,
yang digunakan adalah padatan tersuspensi dan padatan terlarut, karena
padatan terendap (sedimentasi) sangat kecil pengaruhnya terhadap kualitas air.
Jumlah padatan tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS) merupakan
partikel-partikel yang tidak larut dalam air dan tidak dapat mengendap secara
langsung seperti tanah liat halus, bahan organik, dan sel-sel mikroorganisme.
TSS merupakan penyebab terjadinya kekeruhan air, makin tinggi nilai TSS
makin tinggi tingkat pencemaran suatu perairan.
Jumlah padatan terlarut (Total Dissolve Solid/TDS) adalah senyawa-
senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air dan memiliki ukuran yang
lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Misalnya limbah cair pabrik, dan
garam-garam. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

d. Biologycal Oxygen Demand (BOD)


Biologycal Oxygen Demand (BOD) merupakan banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan bahan organik dalam satu liter air.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses
oksidasi.
Dalam menelusuri terjadinya aliran pencemaran dari tingkat hulu ke hilir
sampai ke muara, parameter BOD merupakan salah satu parameter yang cukup
penting dalam mendeteksi pencemaran.
e. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia. Nilai COD biasanya lebih tinggi dari BOD, hal tersebut
disebabkan karena bahan organik yang belum teroksidasi pada BOD, akan
teoksidasi dalam uji COD.
Banyaknya polutan atau bahan-bahan organik yang masuk ke dalam suatu
badan perairan, akan menambah nilai COD, kandungan nilai COD yang besar
maka kualitas air pada badan perairan tersebut buruk,
f. Dissolve Oxygen (DO)
DO adalah banyaknya oksigen terlarut dalam satu liter air yang dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk proses pernapasan, kehidupan makhluk hidup
dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi
DO, konsentrasi DO tergantung pada suhu dan tekanan udara.
Nilai DO yang tinggi menunjukkan kualitas air semakin baik, sebaliknya
nilai DO yang semakin kecil menunjukkan kualitas air semakin buruk.
Parameter DO merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap adanya
pencemaran organik pada suatu badan air.
g. Total Coliform
Total Coliform merupakan indikator untuk menandakan aman tidaknya air
untuk dikonsumsi. Coliform merupakan jenis mikroba yang paling sering
ditemukan dalam badan air commit
yangto tercemar.
user Apabila suatu badan air
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

mengandung coliform yang cukup tinggi, maka mengindikasikan bahwa


pencemaran yang terjadi pada badan air tersebut juga tinggi. Coliform yang
tinggi biasanya ditemukan pada suatu badan air yang telah tercemar limbah
domestik.
h. Daya Hantar Listrik (DHL)
Parameter lain yang menunjukkan kualitas air lainnya adalah Daya Hantar
Listrik (DHL) merupakan kemampuan air untuk menghantarkan listrik. DHL
dipengaruhi oleh jumlah ion atau jumlah garam yang terlarut dalam air, satuan
pengukuran DHL adalah Millimhos per centimeter (mmhos/cm), millisiemens
per centimeter (Ms/cm) (Manik, 2018 : 130; Astuti, 2014 : 37).
i. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi total ion dalam perairan, atau kadar garam
yang terdapat dalam suatu perairan. Kadar salinitas dalam air tawar >0.05 ppt,
apabila polutan yang masuk ke dalam badan perairan maka kadar salinitas
dapat terpengaruh dan menyebabkan kualitas air sungai menurun.
Parameter kualitas air ini merupakan parameter kunci untuk melihat tingkat
pencemaran suatu perairan, terutama yang disebabkan oleh limbah organik,
misalnya bahan organik buangan rumah tangga atau permukiman (domestic waste),
agroindustri yang masuk ke badan air.

6. Kemampuan Pemurnian Diri (Self-Purification)


Sungai merupakan bagian muka bumi yang menjadi tempat mengalirnya
mata air, dari hulu (sumber) menuju ke daerah hilir (muara). Dalam perjalanannya
pengaruh masuknya suatu material atau bahan-bahan tertentu oleh kegiatan
manusia maupun melalui proses secara alami dapat mempengaruhi kualitas air
sungai, namun sungai memiliki kapasitas untuk memurnikan diri dari bahan
pencemar yang masuk ke badan sungai (Lazaridou, 2013 : 7).
Satu badan air sungai yang terkontaminasi oleh polutan, sungai tersebut
dapat memurnikannya dengan beberapa tindakan fisik dan kimia seperti kecepatan
aliran sungai, pengenceran, pengendapan dan penyerapan polutan, maka sungai
tersebut memiliki kemampuan yangcommit to user
disebut pemurnian diri atau self purification
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

(Gu, 1985 dalam Tian, dkk., 2011 : 1328). Karakteristik proses geomorfologi &
hidrologi, fisik - kimia dan biologi sungai yang saling berhubungan mempengaruhi
prosedur self-purification. Kemampuan self-purification juga dipengaruhi oleh
jarak sungai atau panjang sungai (Ifabiyi , 2008 : 131).
Secara alamiah sistem perairan mampu melakukan proses self-purification,
dengan syarat kondisi pencemaran yang tidak terlalu ekstrem. Kemampuan ini akan
menjelaskan mengapa kualitas air sungai cenderung baik saat mencapai hilir.
Menurut Zubaidah, dkk., (2019 : 177) Kemampuan self-purification akan muncul
pada kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Volume debit air : apabila debit aliran sungai mencapai angka maksimum maka
kemampuan self-purification akan berjalan sempurna karena volume air
melebihi jumlah beban pencemaran yang masuk ke dalam sungai.
b. Limbah yang masuk ke dalam sungai : jenis limbah akan mempengaruhi
kemampuan self-purification, karakteristik limbah yang sulit terurai oleh alam
maka proses self-purification akan terhambat, namun apabila jenis limbah
tersebut mudah diuraikan oleh alam maka proses self-purification akan lebih
mudah.
c. Kebiasaan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai : hasil aktivitas
masyarakat yang tinggal di sekitar sungai akan berpengaruh terhadap
kemampuan self-purifcation, apabila masyarakat memiliki kesadaran untuk
menjaga lingkungan untuk tidak membuang limbah di sungai maka,
pencemaran sungai dapat berkurang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan self-purification
diantaranya adalah suhu, status kelas sungai, kecepatan aliran sungai, jumlah
senyawa anorganik dalam aliran sungai, distribusi dan jenis gulma air di sepanjang
saluran (Ifabiyi, 2008 :131). Menurut Whitehad (1982 : 42) variasi iklim dan
kondisi geografis memunculkan bentuk hidrograf dan periode aliran tinggi dan
aliran rendah yang memberikan pengaruh besar pada proses self-purification
sungai. pada periode aliran tinggi misalnya, proses aerasi alami ditingkatkan
dengan peningkatan turbulensi dan pemurnian diri ditingkatkan. Selama periode
commit
aliran rendah pengenceran polutan to userproses self-purification terhambat
berkurang,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

dan sedimen mengendap di dasar sungai bersama-sama dengan bahan polutan


teradsorpsi. Hujan intensif setelah periode aliran rendah juga menciptakan masalah
dengan meningkatkan kecepatan aliran dan penggerusan bahan organik yang
menuntut oksigen dari dasar sungai.
Riyadi (dalam Ramadhani, 2016: 3) kemampuan self-purification dapat
terjadi dalam beberapa tahap atau beberapa zona yaitu :
a. Zona air bersih (clean zone), zona ini biasanya terdapat jauh di hulu sungai,
sebelum sumber pencemaran masuk ke dalam sungai. Indikatornya adalah
masih dapat dimanfaatkannya air sebagai bahan air minum. Selain itu biota
yang ada cukup beragam, konsentrasi oksigen terlarut dalam air masih cukup
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan mikroorganisme dalam air.
b. Zona Dekomposisi (Zone of decomposition/ zone of recent pollution), zona ini
terdapat pada daerah sumber pencemaran, limbah yang mengalir akan
didekomposisi/ dioksidasi proses pembongkaran bahan organik oleh bakteri
dan mikroorganisme, kondisi perairan akan mengeruh. Konsentrasi oksigen
terlarut dalam air akan menurun sedangkan konsentrasi oksigen terlarut yang
dibutuhkan mikroorganisme akan semakin meningkat.
c. Zona Biodegradasi (Septic Zone), pada zona ini terjadi penurunan oksigen
terlarut dalam air cukup tajam, nilai oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme menunjukkan angka yang tinggi.
d. Zona pemulihan (recovery Zone), merupakan zona yang menunjukkan kualitas
air tanda-tanda kembali bersih, konsentrasi oksigen terlarut dalam air mulai
meningkat, konsentrasi oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme
menurun, bila tidak ada input sumber pencemaran, proses pemurnian atau self-
purification dapat berlangsung aktif.
e. Zona air bersih (Clean Zone), kondisi air sungai normal, konsentrasi oksigen
terlarut dalam air tinggi dan kondisi oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme menurun.
Secara lebih jelasnya, tahap atau zona self-purification dapat digambarkan
dalam grafik sebagai berikut : commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Gambar 2.1. Tahap atau Zona Self-Purification


(Sumber : Manahan, 1979: 163)

Kemampuan self-purification dapat diidentifikasi melalui beberapa


parameter kualitas air diantaranya oksigen terlarut (Dissolve Oxygen/DO),
kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen Demand/BOD), dan Kebutuhan
Oksigen kimia (Chemical Ocygen Demand), untuk menggambarkan intensitas
kontaminasi limbah yang mencemari air sungai pada wilayah penelitian (Zubaidah,
dkk., 2019 : 180). Kemampuan self-purification akan terbentuk ketika nilai kadar
konsentrasi DO menunjukkan peningkatan dan nilai kadar konsentrasi pada COD
dan BOD mengalami penurunan.
Selain ketiga parameter tersebut parameter kimia lain juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kemampuan self-purification, yaitu Ph, Kandungan padatan
tarsuspensi total (Total Suspended Solid/TSS), dan Total Coliform, apabila nilai
kadar konsentrasi pH, TSS, dan total Coliform mengalami penurunan, maka
kemampuan self-purification berlangsung.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

B. Kerangka Berpikir
Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Palur senantiasa melakukan
aktivitas dalam berbagai bidang, seperti pertanian, industri dan rumah tangga.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat akan menghasilkan sisa usaha atau
kegiatan yang biasa disebut limbah. Tidak semua limbah dialirkan secara langsung
ke sungai, namun ada yang melewati saluran pembuangan lain yang mengarah ke
sungai, sehingga memiliki pola persebaran sumber pencemaran yang berasal dari
berbagai jenis sumber pencemaran yaitu limbah domestik, limbah pertanian, dan
limbah industri yang masuk ke Sungai Palur.
Limbah mengandung berbagai macam zat yang berbahaya, apabila limbah
dibuang ke sungai maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai yang
ditandai dengan penurunan kualitas air sungai. Kualitas air sungai dapat
diidentifikasi melalui beberapa parameter yaitu parameter fisika dapat dilihat dari
kandungan Total Suspended Solid (TSS), parameter kimia dapat dilihat dari
kandungan pH, Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD), Dissolve Oxygen (DO), dan parameter biologi dapat dilihat dari kandungan
Total Coliform, serta parameter tambahan yakni Daya Hantar Listrik (DHL), Suhu,
dan Salinitas air
Secara alami sungai memiliki kemampuan untuk memurnikan badan air dari
beban pencemaran atau disebut dengan proses self-purification (pemurnian diri)
yang terjadi melalui proses fisika, kimia, dan biologi. Dalam proses self-
purification terdapat beberapa zona atau tahapan, namun tidak semua sungai
mengalami proses self-puricitaion dengan sempurna tergantung jenis beban
pencemar dan akumulasi beban pencemar. Tahapan dalam self-purification yaitu
zona air bersih (clean zone), zona dekomposisi (zone of decomposition/ zone of
recent pollution), zona biodegradasi (septic zone), zona pemulihan (recovery zone),
dan zona air bersih (clean zone). Langkah pengendalian pencemaran air dapat
dilakukan jika mengetahui kualitas air dan kemampuan self-purification sungai
maka dengan melakukan konservasi terhadap sungai.
Secara lebih jelas, kerangka berfikir digambarkan dalam sebuah alur
sebagai berikut : commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Aktivitas masyarakat dalam


berbagai bidang

Limbah/sisa suatu usaha

Limbah Domestik Limbah Pertanian Limbah Industri

Sungai

Pola Persebaran Kemampuan self-


Kualitas Air
Keruangan Sumber purificatoion
Pencemaran Atau pemurnian badan air

Zona atau tahapan


Parameter Kualitas Air
self-purification :
Langsung Tidak secara  Daya Hantar Listrik (DHL)
dialirkan ke langsung  Zona air bersih (clean
 Fisika : TSS (Total Suspended
Sungai Palur dialirkan ke zone)
Solid)
Sungai Palur  Zona Dekomposisi
 Kimia : pH, BOD (Biologycal
(Zone of
Oxygen Demand), COD
decomposition/ zone
(Chemical Oxyen Demand),
Jenis beban pencemaran : of recent pollution)
DO (Dissolve Oxygen)
 Zona Biodegradasi
 Limbah Domestik  Biologi : Total Coliform
(Septic Zone)
 Limbah Pertanian  Zona pemulihan
 Limbah Industri (recovery Zone), dan
 Zona air bersih
(Clean Zone)

Pengendalian pencemaran air sungai

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

commit to user

Anda mungkin juga menyukai