Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN BIDANG ILMU

DANA DIPA PPS UNY


TAHUN ANGGARAN 2020

JUDUL PENELITIAN:
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh
Dr. Kana Hidayati, M.Pd./NIP. 19770510 200112 2 001
Dr. Dra. Elly Arliani, M.Si./NIP. 19670816 199203 2 001
Wahyu Setyaningrum, S.Pd., M.Ed., Ph.D./NIP. 19810319 200312 2 001
Dr. Drs. Sugiman, M.Si./NIP. 19650228 199101 1 001

ROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2020

Dibiayai Oleh:
DIPA BLU Universitas Negeri Yogyakarta Nomor: SP DIPA–023.17.2.677509/2020,
Tanggal 27 Desember 2019 berdasarkan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor:
3900AN/UN34.17/SPK/2020 Tanggal 1 Juli 2020

1
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian pengembangan
bidang ilmu dari dana DIPA PPS UNY. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan judul „Instrumen Penilaian Sikap dalam Pembelajaran
Matematika Berbasis Pendidikan Karakter”.
Melalui penelitian ini dihasilkan instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran
matematika yang berbasis pendidikan karakter. Hasil penelitian ini diharapkan benar-
benar bermanfaat bagi pengembangan bidang ilmu yakni di bidang penilaian dalam
pembelajaran Matematika pada umumnya dan khususnya penilaian pada aspek sikap
dalam pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter serta dapat digunakan
sebagai referensi bagi guru dalam meningkatkan kualitas penilaian dalam pembelajaran
matematika di kelasnya.

Yogyakarta, 21 November 2020


Peneliti

2
Instrumen Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Matematika
Berbasis Pendidikan Karakter

ABSTRAK

Penilaian aspek sikap pada Kurikulum 2013 yang berlaku di Indonesia sangat
menekankan pada pendidikan karakter. Oleh sebab itu, penilaian aspek sikap dalam
pembelajaran matematika semestinya juga meliputi pengukuran dan penilaian terhadap
karakter baik yang harus dimiliki siswa Indonesia. Penilaian aspek sikap dalam
pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter yang dilakukan dalam upaya
memperkuat good character yang harus dimiliki para siswa Indonesia memerlukan
instrumen yang benar-benar relavan dan tepat untuk digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mendeskripsikan instrumen
penilaian sikap yang relevan dan tepat dalam pembelajaran matematika berbasis
pendidikan karakter. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis
penelitian literatur review. Adapun analisis data hasil penelitian dilakukan secara
deskriptif.
Hasil penelitian ini berupa instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran
matematika berbasis karakter yang terdiri dari 36 butir pernyataan. Butir-butir instrumen
mengacu pada delapan karakter yang harus dimiliki para siswa. Gambaran secara lebih
jelas dan mendalam tentang instrumen penilaian sikap yang relevan dan tepat untuk
pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter tentunya akan membantu tugas
para guru dalam melaksanakan penilaian sikap di sekolah. Bagi praktisi pendidikan
matematika, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam
pengembangan instrumen penilaian sikap berbasis pendidikan karakter.

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ………………………….....……….…. 1
PRAKATA …………………..……………………….....……... 2
HALAMAN PENGESAHAN ……………………….....…….... 3
ABSTRAK ………………….…...………………….....……..... 4
DAFTAR ISI ………………….…..………………….....……... 5

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………. 9


BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………………………………. 12
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………….. 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………. 20
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………. 28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 29
LAMPIRAN …………………………………………………… 31

4
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Nasional bangsa Indonesia sangat menekankan pendidikan
yang mampu membentuk manusia Indonesia yang memiliki karakter berakhlak mulia
dengan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, dan tidak hanya memiliki
kecerdasan intelektual semata. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat diperhatikan
dalam sistem pendidikan Indonesia yang terus mengalami reformasi mengikuti
perkembangan jaman. Adanya kebijakan pemberlakuan Kurikulum 2013 di Indonesia
yang sangat menekankan pendidikan karakter dan dicanangkannya program Penguatan
Pendidikan Karakter di sekolah merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam rangka
memperkuat karakter mulia yang harus dimiliki siswa Indonesia. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa untuk pendidikan tingkat SMP porsi
untuk ilmu pengetahuan sebesar 40% dan pendidikan karakter sebesar 60% (Maharani,
Republika: 6 September 2016).
Menurut Lickona (1992), penekanan pendidikan good character meliputi tiga
kelompok karakter yang baik yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Artinya, good character memuat pengetahuan tentang kebaikan yang selanjutnya
menimbulkan komitmen terhadap kebaikan dalam diri seseorang dan akhirnya benar-
benar diwujudkan dalam perilaku melakukan kebaikan. Hal ini bersesuaian dengan
domain afektif menurut taksonomi dari Krathwohl (1964) yang menjadi acuan
kompetensi sikap dalam Kurikulum 2013 yakni receiving, responding, valuing,
organization, dan characterization by value.
Penilaian aspek sikap pada Kurikulum 2013 yang berlaku di Indonesia sangat
menekankan pada pendidikan karakter. Oleh sebab itu, pada penilaian aspek sikap dalam
pembelajaran matematika semestinya juga meliputi pengukuran dan penilaian terhadap
karakter baik yang harus dimiliki siswa Indonesia. Artinya, melalui penilaian sikap dalam
pembelajaran matematika dapat dilakukan pengukuran karakter baik siswa yang hasilnya
sangat membantu para guru mengambil langkah dalam upaya memperkuat good
character pada siswa. Hal ini sebagaimana Kumaidi (2014) yang mengemukakan bahwa
Kurikulum 2013 menuntut guru tidak sekedar menilai penguasaan materi ajar melainkan
5
lebih dari itu mencakup perkembangan afeksi seperti keberimanan, kejujuran,
kedisiplinan, dan karakter baik lainnya.
Popham (2009) mengemukakan bahwa penilaian afektif siswa apabila dilakukan
selama kegiatan pembelajaran di sekolah berkontribusi terhadap perilaku siswa setelah
lulus. Hal ini berarti bahwa adanya pengukuran dan penilaian karakter siswa selama di
sekolah sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa setelah lulus. Melalui pengukuran
dan penilaian karakter yang dilakukan selama di sekolah tentunya menjadikan karakter
yang dinilai akan tertanam lebih kuat dalam diri siswa sehingga tetap terbawa walaupun
telah lulus. Dengan demikian, pengukuran dan penilaian karakter siswa selama di sekolah
sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa setelah lulus. Namun, kenyataannya para
guru matematika masih kesulitan dalam menyusun dan mempersiapkan instrumen
penilaian sikap. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Retnawati (2015) yang
mengemukakan bahwa para guru matematika masih kesulitan dalam merencanakan
penilaian sikap. Terkait dengan penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis
pendidikan karakter, penelitian Pertiwi & Marsigit (2017) juga mengemukakan bahwa:
(1) guru belum memiliki pemahaman yang memadai tentang konsep pendidikan karakter
dalam pembelajaran matematika; (2) guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
nilai karakter dari kompetensi dasar pada mata pelajaran matematika; (3) guru belum
dapat mengimplementasikan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran
matematika dengan baik; (4) sarana dan prasarana yang belum lengkap; (5) dokumentasi
penilaian sikap siswa masih lemah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya deskripsi dan
contoh instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis pendidikan
karakter yang benar-benar relevan dan tepat untuk digunakan sangat dibutuhkan para
guru matematika di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimanakah instrumen penilaian sikap yang relevan dan tepat dalam
pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter?

6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: memperoleh
dan mendeskripsikan instrumen penilaian sikap yang relevan dan tepat dalam
pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi yang sangat berguna bagi para
guru di sekolah guna semakin meningkatkan kualitas pembelajarannya khususnya terkait
penilaian aspek sikap siswa yang dilakukan sehingga menjadi lebih tepat sasaran. Selain
itu, bagi praktisi pendidikan matematika, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu rujukan referensi terkait instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika
berbasis pendidikan karakter.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen
yang saling berinteraksi, berhubungan, dan bergantung satu sama lain. Menurut Winarno
Surakhmat (Suyanto & Djihad, 2000: 81), dalam proses belajar mengajar, yang
hakikatnya merupakan proses edukatif, paling sedikit harus terdapat: (1) Tujuan jelas
yang akan dicapai, (2) Bahan yang menjadi isi interaksi, (3) Siswa yang aktif mengalami,
(4) Guru yang melaksanakan, (5) Metode tertentu untuk mencapai tujuan, (6) Situasi
yang memungkinkan proses interaksi berlangsung dengan baik, dan (7) Evaluasi atau
penilaian terhadap hasil interaksi itu. Proses pembelajaran bukan transfer of knowledge,
tetapi transfer of values. Oleh karena itu guru tidak sekedar “pengajar” yang hanya
memberikan ilmu pengetahuan, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai kepada anak didiknya. Dengan dilandasi oleh nilai-nilai itu,
siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu
yang telah dipelajarinya di sekolah sehingga dapat memberikan keuntungan bagi dirinya
dan masyarakat.
Menurut Slamet PH yang dikutip Suyanto & Djihad (2000: 81), kualitas proses
belajar-mengajar dapat dilihat dalam beberapa aspek, antara lain: (1) Guru harus
membuat persiapan mengajar yang sistematis, (2) Proses belajar mengajar harus
berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara
sistematis dan menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media,
metode, suara, maupun gerak, (3) Waktu selama proses belajar-mengajar digunakan
secara efektif, (4) Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi, (5)
Hubungan interaktif antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi
kesulitan belajar dalam kelas hal tersebut dapat diatasi.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah biasa
disebut Matematika sekolah. Matematika sekolah memiliki ciri-ciri yang dimiliki
Matematika yaitu memiliki objek kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif

8
konsisten (Erman Suherman dkk., 2003: 69). Dalam pembelajaran Matematika, para
siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Selain itu
pembelajaran Matematika juga membentuk pola pikir siswa dalam pemahaman suatu
pengertian maupun penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu (Erman
Suherman dkk, 2003: 57). Menurut Erman Suherman dkk. (2003: 68-69) pembelajaran
Matematika di sekolah memiliki beberapa sifat atau karakteristik antara lain: (1)
Pembelajaran Matematika adalah berjenjang (bertahap), (2) Materi pelajaran Matematika
yang diajarkan dimulai dari hal yang konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal
yang sederhana ke hal yang kompleks, (3) Pembelajaran Matematika mengikuti metode
spiral, (4) Materi baru yang diajarkan kepada siswa selalu dikaitkan dengan materi yang
telah dipelajari dan sekaligus untuk mengingatkan kembali dan diharapkan ada
peningkatan pemahaman, (5) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir
deduktif, dalam mengambil simpulan tidak boleh berdasarkan contoh-contoh, namun
harus berlaku secara umum, dan (6) Pembelajaran Matematika menganut kebenaran
konsistensi.
Melalui proses pembelajaran Matematika yang berkualitas diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis seseorang
sehingga dia mampu menghadapi tantangan globalisme dunia yang semakin pesat. Agar
tujuan pembelajaran Matematika tercapai, maka model pembelajaran yang diterapkan
harus memenuhi empat pilar pendidikan (Erman Suherman dkk, 2003: 3) yaitu:
1. Proses ”learning to know”. Siswa memiliki pemahaman dan penalaran yang bermakna
terhadap produk dan proses Matematika yang memadai.
2. Proses ”learning to do”. Siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses
Matematika (doing math) yang memadai untuk memacu peningkatan perkembangan
intelektualnya.
3. Proses ”learning to be”. Siswa mampu menghargai atau mempunyai apresiasi
terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses Matematika, yang
ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, dan
mempunyai motif berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri.

9
4. Proses ”learning to live together in peace and harmony”. Siswa mampu bersosialisasi
dan berkomunikasi dalam Matematika, melalui bekerja bersama, saling menghargai
pendapat orang lain dan sharing ideas.

B. Pengertian Karakter

Istilah karakter memiliki berbagai pengertian ditinjau dari beberapa perspektif


defenisi. Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Inggis, character, yang
berarti watak atau sifat. Karakter berarti nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang
diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Kepribadian merupakan
ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir
(Koesoema, 2007).
Secara definitif, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Secara
psikologis, karakter dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati,
olah pikir, olah raga, dan perpaduan olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan
perasaan sikap dan keyakinan atau keimanan menghasilkan karakter jujur dan
bertanggung jawab. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan pribadi
cerdas. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas menghasilkan karakter tangguh. Olah rasa
dan karsa berkenaan dengan kemauan yang tercermin dalam kepedulian. Dengan
demikian, terdapat enam karakter utama dari seorang individu, yakni jujur dan
bertanggung jawab, cerdas, kreatif, tangguh, dan peduli.

10
Lickona (1992) mempopulerkan mengenai karakter baik (good character) dengan
merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Aristoteles sebagai berikut “ ... the life of
right conduct—right conduct in relation to other persons and in relation to oneself” atau
kehidupan berperilaku baik/penuh kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain
(Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri.
Kehidupan yang penuh kebajikan (the virtuous life) sendiri oleh Lickona (1992) dibagi
dalam dua kategori, yakni kebajikan terhadap diri sendiri (self-oriented virtuous) seperti
pengendalian diri (self control) dan kesabaran (moderation); dan kebajikan terhadap
orang lain (other-oriented virtuous), seperti kesediaan berbagi (generousity) dan
merasakan kebaikan (compassion).
Lickona (2004) juga menyatakan bahwa secara substantif ada tiga unjuk perilaku
(operatives values, values in action) yang saling berkaitan, yakni moral knowing, moral
feeling, and moral behavior. Lebih lanjut ditegaskan bahwa karakter yang baik atau good
charakter terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the good, and doing
the good—habit of the mind, habit of the heart, and habit of action. Hal ini berarti,
karakter dimaknai sebagai kualitas pribadi yang baik, dalam arti tahu kebaikan, mau
berbuat baik, dan nyata berperilaku baik, yang secara koheren memancar sebagai hasil
dari olah pikir, olah hati, oleh raga, dan perpaduan olah rasa dan karsa.
Berasarkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, karakter
didefinisikan sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter
merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai,
kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010).
Adapun karakter bangsa Indonesia dijiwai kelima sila Pancasila secara utuh dan
komprehensif (Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025) meliputi: 1.
Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa, 2. Bangsa yang Menjunjung
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan
Kesatuan Bangsa, 4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak
11
Asasi Manusia, 5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan.
Selanjutnya Kemendiknas (2011), mengidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu
ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan
Tujuan Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah: 1) religius, 2) jujur,
3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin
tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)
bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17)
peduli sosial, dan 18) tanggungjawab. Nilai karakter tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut (Widiyanto, 2013).
1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

12
10. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air: cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai: sikap perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggungjawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Meskipun telah dirumuskan ada 18 nilai pembentuk karakter bangsa, pada setiap
satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya. Pemilihan nilai-nilai
tersebut berpijak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing.
Demikian halnya dengan pembelajaran berbasis pendidikan karakter bagi siswa di
sekolah.

13
C. Pembelajaran Berbasis Karakter
Pembelajaran berbasis karakter merupakan bentuk upaya nyata dalam pendidikan
karakter. Terkait pendidikan karakter, FW Foerster mengungkapkan: Pertama,
pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normative;
Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian; Ketiga,
adanya otonomi, peserta didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi
oleh desakan dari pihak luar; dan Keempat, keteguhan dan kesetiaan.
Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki
kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan
kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, diperoleh
bahwa kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis serta kognisi (hard-skill) saja, tetapi lebih ditentukan oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft-skill). Penelitian ini mengungkapkan
bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen
oleh soft skill.
Kecakapan soft-skill dapat terbentuk melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter pada siswa. Menurut Marzuki (2013), pendidikan karakter mengandung tiga
unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving
the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter tidak sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, melainkan menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan
mau melakukan yang baik.
Komitmen nasional tentang pendidikan karakter, tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan
bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” Berdasarkan hal ini, menunjukkan bahwa potensi siswa yang ingin
dikembangkan sangat terkait erat dengan karakter.
14
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbasis karakter dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada peserta didik
yang merupakan usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa agar
mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai karakter yang baik agar
menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan
kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa
yang bermartabat.

D. Hakikat Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan


Karakter

Penilaian merupakan komponen penting yang menunjang keberhasilan


pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Berbagai definisi tentang
penilaian telah dikemukakan para ahli. Popham (2003: xi) menyatakan bahwa penilaian
adalah proses pengumpulan informasi untuk mengambil keputusan. Senada dengan
pendapat tersebut, Overton (2008: 62) juga menyatakan bahwa penilaian adalah proses
pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan siswa dan pengambilan keputusan
dalam bidang pendidikan. Hal ini juga dipertegas Kizlik (2009: 7) yang menyatakan
bahwa penilaian adalah proses pengumpulan informasi berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Nitko & Brookhart (2011: 6) mengemukakan bahwa penilaian merupakan
proses mendapatkan informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan tentang
siswa, kurikulum, program dan sekolah serta kebijakan pendidikan. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan kegiatan
mengumpulkan dan mengolah informasi mengenai kemajuan belajar siswa yang
digunakan sebagai tolok ukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan pengambilan
keputusan tentang siswa dalam kegiatan belajarnya.

Terkait dengan penilaian dalam matematika, menurut NCTM (2000: 22)


disebutkan bahwa penilaian dalam matematika seharusnya mendukung proses
pembelajaran matematika dan memberi informasi yang berguna bagi guru dan siswa.
Secara lebih detail, de Lange (2000: 102) mengemukakan lima prinsip utama dalam
penilaian matematika yaitu: (1) penilaian ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar

15
dan proses pembelajaran, (2) penilaian harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
benar-benar mendemonstrasikan apa yang mereka kuasai, (3) penilaian bersifat
operasional guna mencapai tujuan pembelajaran matematika, (4) kualitas alat penilaian
tidak dilihat pada mudahnya pemberian skor secara objektif, dan (5) alat penilaian
bersifat praktis.

Selain memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, penilaian dalam matematika


semestinya juga dilakukan sesuai dengan karakteristik matematika. Van de Walle (2007:
17) menyatakan bahwa hal-hal yang dinilai dalam pembelajaran matematika meliputi
pemahaman konsep, keterampilan matematika, kemampuan problem solving, serta sikap
dan keyakinan mengenai matematika. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian dalam
matematika meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Terkait dengan sikap, Baron & Byrne (1987: 46) secara spesifik memberikan
definisi tentang sikap yaitu ketetapan diri seseorang dalam mengevaluasi baik positif atau
negatif terhadap orang lain, diri sendiri, benda, atau masalah. Sikap bersifat tetap
sepanjang waktu sehingga perasaan yang bersifat sesaat tidak dapat dikatakan sebagai
sikap. Hal ini senada dengan Ajzen (1989: 241) yang mengartikan sikap sebagai disposisi
individu untuk merespons positif atau negatif terhadap objek, orang, lembaga, atau
peristiwa. Vaughan & Hogg (1995: 5) mendukung definisi tersebut dengan menyatakan
bahwa sikap bersifat relatif permanen yakni bertahan dalam waktu dan situasi. Perasaan
sesaat di satu tempat bukan merupakan sikap karena sikap merupakan sebuah kondisi
perasaan dan keyakinan yang relatif tetap serta berupa kecenderungan perilaku yang
signifikan terhadap objek atau peristiwa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan tindakan atau perilaku dengan kondisi perasaan yang tetap atau tidak sesaat
baik bersifat positif atau negatif terhadap situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.

Memperhatikan tujuan pendidikan matematika terkait pembentukan sikap siswa,


maka dalam penilaiannya pun semestinya juga memperhatikan sikap siswa terhadap
matematika. Sikap siswa dalam menghadapi matematika dan keyakinannya mengenai
matematika penting untuk diperhatikan karena sering mempengaruhi prestasi siswa
dalam matematika (NCTM, 2000). Sikap siswa terhadap matematika baik positif atau
16
negatif mempengaruhi cara siswa melakukan sesuatu dalam matematika. Pengertian
tentang sikap dalam matematika di antaranya dikemukakan Arcavi & Schoenfeld (2006:
2) yang menyatakan bahwa “mathematical thinking related attitudes is intellectual
predispositions towards doing mathematics and solving problems including perspectives
on what are mathematics and mathematical activity”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa
berfikir matematis yang dihubungkan sebagai sikap adalah kecenderungan intelektual
terhadap matematika dan pemecahan masalah yang termasuk di dalamnya adalah
perspektif tentang apa matematika dan aktivitas matematika. Hal ini dapat diungkapkan
dengan kata lain yakni sikap yang dimaksud dapat disebut sebagai sikap matematis.

Selain sikap matematis, melalui penilaian dalam pembelajaran matematika juga


semestinya berkontribusi mewujudkan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia
terutama terkait pengembangan potensi siswa untuk memiliki akhlak mulia. Hal ini
menunjukkan bahwa melalui penilaian dalam pembelajaran matematika semestinya juga
ikut berperan dalam pendidikan karakter yang harus dimiliki para siswa Indonesia seperti
menghargai ajaran agama yang dianut, jujur, tanggung jawab, gotong royong, toleransi,
sopan, santun, dan lain-lain.

Menurut Lickona (1992: 12), penekanan pendidikan karakter mulia (good


character) meliputi tiga kelompok karakter yang baik yaitu moral knowing, moral
feeling, dan moral action. Artinya, karakter mulia (good character) memuat pengetahuan
tentang kebaikan yang selanjutnya menimbulkan komitmen atau niat terhadap kebaikan
dalam diri seseorang dan akhirnya benar-benar diwujudkan dalam perilaku yakni
melakukan kebaikan. Terkait pembentukan karakter yang baik dalam pembelajaran
matematika, Sujono (1988: 19-20) mengemukakan bahwa dengan belajar matematika
dapat dikembangkan watak atau karakter seseorang. Hal ini senada dengan Soedjadi
(2000: 66-67) yang menyebutkan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya memuat
nilai edukasi yang mencerdaskan siswa melainkan juga nilai edukasi yang membentuk
pribadi siswa. Penilaian aspek sikap yang dilakukan selama di sekolah, menurut Popham
(2003: 107) berkontribusi terhadap perilaku siswa setelah lulus. Prediksi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

17
Gambar 1. Prediksi Hasil Penilaian Afektif di Sekolah (Popham, 2003: 107)
Gambar 1 menunjukkan bahwa afeksi siswa yang diukur selama di sekolah sangat
berpengaruh terhadap perilaku siswa setelah lulus. Oleh sebab itu, pada penilaian aspek
sikap dalam pembelajaran matematika, selain menilai sikap matematis sebaiknya juga
menilai karakter siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian dalam
pembelajaran matematika di sekolah secara garis besar mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Namun, instrumen penilaian yang digunakan pun
seharusnya disesuaikan dengan karakteristik dan kekhasan matematika. Penilaian pada
aspek sikap hendaknya terkait dengan sikap matematis siswa dan pendidikan karakter.
Jenis karakter yang dinilai dapat disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari siswa
dan dilakukan baik dalam level moral knowing, moral feeling, maupun moral action.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah literature review atau kajian pustaka. Studi literature
review dalam penelitian ini digunakan untuk megumpulkan data atau sumber yang
berhubungan dengan instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis
pendidikan karakter yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan
pustaka lain. Penelitian ini mengkaji dan meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan,
atau temuan yang terdapat di dalam berbagai literatur serta merumuskan kontribusi
teoritis untuk pengembangan instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika
berbasis pendidikan karakter.
Fokus penelitian kepustakaan ini adalah menemukan berbagai teori, hukum, dalil,
prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis
deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan
pemahaman dan penjelasan agar dapat lebih mudah dipahami.

B. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Akan tetapi data
tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan ilmiah primer
atau asli yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak dan/atau non-cetak)
berkenaan dengan instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis
pendidikan karakter.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang dimaksudkan
19
dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari berbagai literatur
dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan.

D. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi
bibliografi (annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari
suatu artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang lain, sedangkan bibliografi
diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu topik. Jadi, anotasi bibliografi dalam
penelitian ini diartikan sebagai suatu daftar sumber-sumber yang digunakan dalam suatu
penelitian, dimana pada setiap sumbernya diberikan simpulan terkait dengan apa yang
tertulis di dalamnya.

E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam peneltian ini meliputi: (1) Organize, yakni
mengorganisasi literatur yang akan ditinjau/di-review. Literatur yang di-review
merupakan literatur yang relevan/sesuai dengan permasalahan. Tahap dalam
mengorganisasi literatur adalah mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dari literatur
dengan membaca abstrak, beberapa paragraf pendahuluan, dan kesimpulannya, serta
mengelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu; (2) Synthesize, yakni
menyatukan hasil organisasi literatur menjadi suatu ringkasan agar menjadi satu kesatuan
yang padu, dengan mencari keterkaitan antar literatur; (3) Identify, yakni
mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam literatur. Isu kontroversi yang dimaksud
adalah isu yang dianggap sangat penting untuk dikupas atau dianalisis, guna
mendapatkan suatu tulisan yang menarik untuk dibaca; dan (4) Formulate, yakni
merumuskan pertanyaan yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mendeskripsikan instrumen
penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter. Penelitian
dilakukan melalui penelusuran berbagai literatur terkait instrumen penilaian sikap dalam
pendidikan matametika dan pendidikan berbasis karakter. Berdasarkan hasil kajian
literatur instrumen penilaian sikap yang dituju difokuskan pada delapan karakter yang
harus dimiliki para siswa Indonesia. Berikut uraian dari delapan karakter tersebut.
a. Karakter Jujur

Pengertian kejujuran tidak hanya terbatas pada arti teknis untuk mengatakan
kebenaran, tetapi kejujuran juga merupakan kekuatan karakter yang disertai dengan
tanggung jawab atas bagaimana seseorang mengelola perasaan dan menjaga apa yang dia
lakukan untuk kompatibel dengan apa yang telah dipilihnya (Shryack Steger dan
Krueger, 2010). Jujur memiliki arti keberanian, yaitu keberanian untuk mengungkapkan
kebenaran, berperilaku tidak berpura-pura dan bertanggung jawab atas apa pun yang
terjadi (Mihaly Csikszentmihalyi, 2006). Jujur merupakan suatu keputusan seseorang
untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya atau perbuatannya bahwa realitas yang
ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan
dirinya (Kesuma dkk, 2012). Jujur adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan
dan pekerjaan, baik terhadap dirinya sendiri maupun pihak lain (Mustari, 2011).
Kejujuran merupakan suatu nilai moral, tapi kejujuran itu sendiri kosong, bila tidak
diterapkan pada nilai lain, seperti nilai ekonomis karena nilai moral tidak terpisah dari
nilai-nilai yang lain (Berten, 2007:142-145). Berdasarkan beberapa referensi di atas,
definisi konseptual jujur adalah sikap atau karakter atau nilai moral seseorang yang
dengan berani menyatakan kebenaran apa adanya baik perasaan, kata-kata dan perbuatan
yang sesuai dengan realitas baik atau buruk yang membuat dapat dipercaya oleh orang
lain atau tidak diragukan.

21
Adapun definisi operasional Jujur meliputi: 1) sikap atau karakter yang berani
mengatakan kebenaran. 2) kekuatan karakter dan tanggung jawab dari apa yang dipilih
atau dilakukannya. 3) tidak berpura-pura atau mengada-ada. 4) tidak memanipulasi,
berbohong atau menipu. 5) upaya agar menjadi pribadi yang selalu dipercaya. 6)
berpengaruh dan mempengaruhi nilai-nilai baik lainnya. Indikator yang dapat disusun
dari definisi tersebut di antaranya: berani mengatakan apa yang terjadi, apa yang dipilih,
apa yang dilakukan sesuai kenyataan yang dilihat atau didengar. berani bertanggung
jawab atau menerima konsekuensi dari apa yang dinyatakan. menyatakan sesuatu dengan
tidak mengubah atau menambahi dari apa yang terjadi. percaya diri tanpa ada tekanan
untuk berpendapat. cenderung memiliki nilai moral yang baik lainnya.
b. Karakter Disiplin

Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Kementerian Pendidikan Nasional (2009) Praktik
melatih orang untuk mematuhi aturan, atau kode perilaku; kegiatan yang menyediakan
pelatihan mental atau fisik (Anna Soter, 2011). Disiplin merupakan kesadaran yang
berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.
(Ekosiswoyo, 2000). Disiplin mencakup setiap pengaruh yang ditunjukkan untuk
membantu siswa agar ia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin
ditunjukkan siswa terhadap lingkungan (Wiwik, 2005). Disiplin adalah suatu bentuk
ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan
(Moenir, 2010). Definisi konseptual disiplin adalah karakter yang sadar, tertib dan patuh
untuk mengendalikan diri dan bertindak mengikuti ketentuan atau aturan yang telah
ditetapkan.
Definisi operasional disiplin adalah:1. karakter untuk patuh pada aturan. 2.
tindakan atau praktik untuk memenuhi aturan-aturan. 3. kegiatan yang melatih mental
dan fisik untuk menyelesaikan tuntutan atau tugas. 4. kesadaran kepada apapun yang
harus dilakukan. Indikator disiplin meliputi:1. Mematuhi aturan atau ketetapan yang telah
ditentukan.2. menyadari tugas dan kewajiban untuk dilakukan.3. berusaha untuk tidak

22
melanggar dari aturan.4. melakukan kegiatan mental dan fisik untuk menyelesaikan tugas
dan kewajiban.
c. Karakter Kerja Keras

Kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk
berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya.
Mirhan & Jeane Betty (2016). Kerja keras adalah kepercayaan pada nilai-nilai semangat
bekerja. Kerja keras juga dipandang sebagai kebajikan moral yaitu mengeluarkan upaya
besar pada tugas yang dilakukan. Miller, Woehr dan Hudspeth (2002) Kerja keras adalah
suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang
dicita-citakan. Ahmed (2017) Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Gunawan (2012) Kerja keras adalah perilaku
yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya (Mustari, 2011). Definisi
Konseptual Kerja keras adalah sikap percaya, berusaha dan bertindak dengan sungguh-
sungguh dan semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkan walaupun harus
menghadapi hambatan-hambatan atau kesukaran.
Definisi Operasional kerja keras: 1. berusaha sepenuh hati atau bersungguh-
sungguh. 2. berorientasi pada tujuan, keinginan atau cita-cita yang hendak dicapai dengan
baik. 3. kebajikan moral menyelesaikan tugas. 4. mengatasi hambatan dan rintangan.5.
kepercayaan dan motivasi untuk semangat bekerja. Indikator: 1. memiliki
kepercayadirian dan motivasi dalam bertindak atau bekerja. 2. terus berusaha semaksimal
mungkin, fokus dan bersungguh-sungguh. 3. sepenuh hati karena keinginan dalam diri.
4.tidak menyerah dalam menghadapi kepayahan. 5. terus berusaha sampai mendapatkan
apa yang diinginkan.
d. Karakter Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki. Kementerian Pendidikan Nasional (2009) Kreatif adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja
yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Hurlock (1978)
23
Kreatif atau kreativitas mengacu kepada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang
berfikir divergen yaitu mencari berbagai alternatif jawaban terhadap persoalan. Guilford
Kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan pandangan baru mengenai
suatu permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang
menurut penggunaannya). Solso, Maclin & Maclin (2007) Kreatif adalah ciri dari proses
kemampuan dalam memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan, untuk
kemudian merumuskan hipotesis-hipotesis baru, mengkomunikasikan hasil-hasilnya serta
sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang dirumuskan.
(Torrance, 2012). Definisi konseptual Kreatif adalah karakter berpikir, membuat gagasan
dan melakukan sesuatu dengan cara yang baru untuk menghasilkan atau memecahkan
sesuatu atau menghasilkan sesuatu yang baru yang tercipta dari kemampuan kognitif
yang memahami kesenjangan dan hambatan pada umumnya.
Definisi Operasional kreatif: Berpikir untuk menemukan cara baru atau alternatif
dalam memecahkan suatu atau menghasilkan sesuatu. Berpikir untuk menghasilkan
sesuatu yang baru. tindakan baru yang berguna untuk menyelesaikan atau menghasilkan
jawaban, dan produk. Indikator: memiliki kemampuan untuk berpikir diluar kebiasaan
pada umumnya. memiliki kemampuan untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau
hambatan dengan baik pada umumnya untuk dapat ditemukan alternatif yang lebih baik
dari biasanya. tidak terpaku dengan metode yang ada. memiliki berbagai cara untuk
menyelesaikan permasalahan. mampu menciptakan sesuatu yang baru dan solutif.
e. Karakter Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Kementerian Pendidikan Nasional (2009) Mandiri adalah
aspek kepribadian yang harus dicapai dalam diri individu untuk menghadapi tantangan
dan mencapai kesuksesan hidup yang ditunjukkan dengan sikap bebas, bertanggung
jawab, memiliki pertimbangan, merasa aman dikala berbeda dengan orang lain dan
kreativitas. Gilmore (1974) mandiri adalah kemampuan untuk mengendalikan dan
mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri
untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keraguraguan. Desmita (2012) orang yang
mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan,

24
percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, mampu menerima realita
serta dapat memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada
tujuan dan mampu mengendalikan diri. Monks, dkk Mandiri dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam berpikir, merasakan dan membuat keputusan secara pribadi
berdasarkan diri sendiri dibandingkan mengikuti apa yang orang lain percayai (Steinberg,
2010) Definisi konseptual Mandiri adalah karakter yang tidak bergantung pada orang
lain, bebas, bertanggung jawab, mampu mengatur dan berusaha sendiri dalam membuat
keputusan, menyelesaikan tugas, memecahkan masalah dan tujuan lainnya.
Definisi operasional mandiri: 1. karakter atau sikap tidak mudah bergantung pada
orang lain. 2. bebas mengambil putusan sendiri. 3. mampu melakukan sesuatu dengan
sendiri. 4. berusaha dengan kemampuan sendiri. 5. percaya kepada kemampuan diri
sendiri. Indikator: tidak mudah bergantung, terpengaruh atau ikut-ikutan pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas. memiliki pertimbangan sendiri atas pilihan-pilihan
untuk mengambil keputusan.mencoba sesuatu dengan kemampuan diri yang dimiliki.
memperlihatkan perilaku yang eksploratif atau melakukan tindakan coba-coba. mampu
bertindak kritis.tidak takut berbuat sesuatu.mempunyai kepuasan dalam melakukan
aktifitasnya.menerima realita.dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan yang
lainnya.terarah dan mampu mengendalikan diri.
f. Karakter Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Kementerian Pendidikan
Nasional (2009) Ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih dalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat dan didengarnya.
Mustari (2011:103) Ingin tahu adalah kemampuan yang berkaitan dengan pemikiran yang
ingin mengetahui sesuatu melalui eksplorasi, penyelidikan, dan pembelajaran yang
dilakukannya sendiri. Berlyne, DE (1954) Keingintahuan sangat terkait dengan semua
aspek perkembangan manusia untuk memperoleh proses pembelajaran dan keinginan
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Zuss, M (2012) dorongan terhadap
kognisi yang lebih baik yang berarti keinginan untuk memahami apa yang diketahui dan

25
yang tidak menjadi lebih jelas, lebih tinggi dan lengkap. William James (1899) Definisi
konseptual ingin tahu adalah karakter berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mengetahui sesuatu pengetahuan dan keterampilan menjadi lebih dalam, lebih luas, lebih
jelas dan sempurna melalui eksplorasi, penyelidikan dan pembelajaran yang dilakukan
sendiri.
Definisi operasional ingin tahu: sikap untuk mengetahui sesuatu pengetahuan dan
keterampilan lebih dalam atau kompleks. 2. sikap untuk menjawab rasa penasaran dari
apa yang dilihat, didengar dan dipelajarinya. 3. kemampuan untuk berpikir sendiri untuk
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. 4. dorongan kognisi untuk lebih
memahami apa yang tidak dipahami menjadi jelas. Indikator: 1. melakukan upaya untuk
mengetahui dan memahami apa yang dilihatnya. 2. melakukan upaya untuk mengetahui
dan memahami apa yang didengarnya. 3. menggunakan sarana dan lingkungan sekitar
untuk memperoleh informasi agar mendalam. 4. melakukan eksplorasi dan penyelidikan.
5. berusaha atas keinginan dan dorongan diri sendiri.
g. Karakter Komunikatif

Sikap komunikatif merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang


berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Listyarti (2012:7) Komunikatif
merupakan sikap senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap atau tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama secara
kolaboratif yang baik. Suyadi (2013:9) Komunikatif menunjukan sikap mampu
menyampaikan, mendengarkan dan merespon dengan cara yang tepat. Elfindri
(2012:100) Karakter komunikatif siswa merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Kemendiknas (2010)
Sikap komunikatif adalah penggambaran niat khusus/umum melakukan tindakan terbuka
dalam menyampaikan buah pikir kepada orang lain secara santun sehingga tercipta
kerjasama secara kolaboratif kemudian di respon dengan yang tepat. Yuzar (2020)
Definisi konseptual Komunikatif adalah karakter atau sikap yang mampu menyampaikan,
mendengarkan dan merespon dengan baik yang dicirikan dengan senang berbicara,
bergaul,bekerjasama. Definisi operasional komunikatif: sikap atau tindakan yang
memperlihatkan kesenangan dalam melakukan komunikasi dan bekerjasama. 2. sikap

26
yang senang bersahabat atau proaktif. 3. mampu menyampaikan sesuatu dengan baik dan
merespon. 4. orang yang terbuka dalam menyampaikan buah pikiran. Indikator:1.
memperlihatkan rasa senang berbicara2. mampu berkomunikasi dengan baik3. mudah
bergaul 4. gemar bekerjasama dengan orang lain.
h. Karakter Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Kementerian Pendidikan Nasional (2009)
Tanggung jawab merupakan perbedaan antara benar dan salah, yang boleh dan dilarang,
yang dianjurkan dan yang dicegah, yang baik dan buruk dan sadar harus menjauhi segala
yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal
positif. Jadi sejak itu mulai dapat melakukan apa yang dimengertikannya. Munawar Abu
(2007) Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan bagaimana bereaksi terhadap
situasi yang memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral. Schiller & Bryan
(2002) Tanggung jawab berarti tidak mengelak, dapat menjawab dan menanggung dari
apa yang dilakukannya. Bertens. K. 2013. tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Sanjaya (2012: 25) Definisi konseptual tanggung jawab adalah karakter atau sikap yang
sadar untuk melaksanakan tugas dan kewajiban atau aturan yang diembankan baik untuk
dirinya sendiri dan orang lain, mengerti baik buruknya jika dilakukan dan
melaksanakannya serta menerima konsekuensi atau menanggung apabila tidak
dilakukan.Definisi operasional tanggung jawab: 1. sikap bersedia melaksanakan tugas
dan kewajiban.2. sikap bersedia menanggung akibat jika mengabaikan tugas dan
kewajiban.3. kesadaran dari apa yang diperbuat baik sengaja ataupun tidak sengaja.
Indikator tanggung jawab: Mengerti tugas dan kewajiban yang
diembankan.melaksanakan tugas dan kewajiban yang diembankan.bersedia menerima
konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan.mencoba membina diri untuk selalu
menggunakan hal-hal positif.dapat menentukan bagaimana bereaksi atau mengambil
sikap terhadap situasi yang memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, mengacu pada metode penelitian yang digunakan
telah diperoleh instrumen penilaian sikap dalam pembelajaran matematika berbasis
pendidikan karakter yang terdiri atas 36 butir pernyataan. Instrumen penilaian sikap
mencakup delapan karakter yakni jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, ingin tahu,
komunikatif, dan tanggung jawab.

B. Saran
Berikut beberapa saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh.
1. Instrumen yang telah disusun secara teoretis sduah cukup lengkap, sebaiknya
dilengkapi dengan hasil validasi ahli.
2. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap instrumen yang telah diperoleh yakni dengan
penelitian pengembangan hingga uji coba empiris guna diketahui kualitasnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J.M. (2011). Buku panduan internalisasi pendidikan karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Diva Press.
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bisri. (2009). Akhlak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Agama RI.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemdiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta.
Kemendikbud. (2013). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kemendikbud. (2015). Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Koellhoffer, T. (2009). Character education: being fair and honest. New York:
Infobase Publishing.
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Masia, B. B. (1964). Taxonomy of Educational
Objectives: Handbook II: Affective Domain. New York: David McKay.
Kumaidi. (Maret 2014). Implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran di kelas.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Implementasi Penilaian dan
Pelaksanaan Kurikulum 2013, di Universitas Negeri Jakarta.
Leachy, G. (2012). „QR Code in Mathematics Classrooms‟. Dalam Mathematics
Teaching Issue, 235: 27-29. Derby UK: The Association of Teacher of
Mathematics.
Lickona, T. (1992). Educating for Character. New York: Bantam Books
Maharani, E. (12 Juni 2016). DIY targetkan 25 persen sekolah terapkan K-13,
Republika.co.id.
Miller, J. (2005). 10-Minute Life Lessons for Kids. Harper Collins Publishers

29
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta.
Pertiwi, I., & Marsigit, M. (2017). Implementasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran matematika SMP di Kota Yogyakarta. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 4(2), 153-165.
Popham, W. J. (2009). Test Better, Teach better: the Instructional Role of Assessment.
United States of America: ASCD (Association for Supervision and Curriculum
Development)
Retnawati, H. (2015). Hambatan Guru Sekolah Matematika Sekolah Menengah
Pertama dalam Manerapkan Kurikulum Baru. Cakrawala Pendidikan. Oktober
(3).
Rusyan, A.T. (2006). Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara.
Widayanto. 2013. Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa di Lingkungan
Sekolah dan Masyarakat. Widyaiswara Madya BDK Surabaya. http://
bdsurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PBKB1.pdf.
Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press.
Shryack, J., Steger, M. F., Krueger, R. F., & Kallie, C. S. 2010. The structure of
virtue: An empirical investigation of the dimensionality of the virtues in action
inventory of strengths. Personality and Individual Differences, 48(6), 714-719.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2010.01.007
Mihaly Csikszentmihalyi, I. S. C. 2006. A Life Worth Living: Contributions to Positive
Psycholog, New York: Oxford University Press.
Dharma Kesuma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustari , Mohammad 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: LaksBang Pressindo
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum 2009. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional

30
Soter, Anna. 2011. What‟s the “Discipline” in Education?: A Personal Perspective.
College of Education and Human Ecology.
Mirhan & B, Jaene. 2016. Hubungan Antara Percaya Diri dan Kerja Keras dalam
Olahraga dan Keterampilan Hidup. Jurnal Olahraga Prestasi , Volume 12 ,
Nomor 1
Miller MJ, Woehr DJ, Hudspeth N. 2002. Monography: The Meaning and
Measurement of Work Ethic: Construction and Initial Validation of a
Multidimensional Inventory. Journal of Vocational Behavior; 60: 451–89.
Ahmed. 2017. Model Peningkatan Pola Kerja Keras Melalui Religiosity, Motivasi
Intrinsik Dan Motivasi Ekstrinsik. EKOBIS Vol.18, No.2
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum 2009. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.
Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Child Development, Sixth Edition. New York : Mc.
Graw Hill, Inc.
Guilford, J.P. 1959. Personality. New York: Mc Graw-Hill.
Solso. R, Maclin. OH, Maclin. MK. 2005. Cognitive Psychology. Iowa: Allyn &
Bacon.
Torrance, E. P. 1965. Scientific Views of Creativity and Factors Affecting Its Growth.
Creativity and Learning, 94(3), 663-681
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum 2009. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Monks, F.J., Knoers, A.M. P. & Haditono, S.R. 2006. Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Steinberg, Lawrence. 2002. Adolescence. Sixth edition, New York: McGraw Hill Inc.
31
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum. 2009. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.
Mustari, Mohammad 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: LaksBang Pressindo
Berlyne DE. 1954. A Theory of Human Curiosity. Br J Psychol. 45 (3) : 180 – 91.
Doi: 10.1111/j.2044-8295.1954.tb01243.x
Zuss, M . 2012. The Practice of Theoretical Curiosity. New York, N.Y: Springer
Publishing
James, W. 1899. Talks to Teachers on Psychology: and to Stidents on Some of Life’s
Ideals. New York: Henry Holt and Company.
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif.
Jakarta: Esensi, divisi Penerbit Erlangga.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Elfindri, dkk. 2011. Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Yuzar, E. 2020. Incorporating Communicative Competence in Assesment and English
Language Teaching in Multilingual Setting. Reila Journal. DOI:
10.31849/reila.v2i1.3864.
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum 2009. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional
Abu, Munawar. 2007. Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Schiller, T. Bryan, P. 2002. 6 Modal Dasar bagi Anak. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Bertens. K. 2013. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Definisi Konseptual, Definisi Operasional, dan Indikator Tiap


Karakter
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Karakter
Lampiran 3. Instrumen Penilaian Karakter
Lampiran 4. Berita Acara Seminar Instrumen
Lampiran 5. Berita Acara Seminar Hasil
Lampiran 6. Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian

33
Lampiran 1. Definisi Konseptual, Definisi Operasional, dan
Indikator Tiap Karakter

KARAKTER 1; JUJUR

No Ahli Pengertian
1 (Shryack Steger dan Kejujuran tidak hanya terbatas pada arti teknis untuk
Krueger: 2010). mengatakan kebenaran, tetapi kejujuran juga merupakan
kekuatan karakter yang disertai dengan tanggung jawab
atas bagaimana seseorang mengelola perasaan dan menjaga
apa yang dia lakukan untuk kompatibel dengan apa yang
telah dipilihnya.
2 (Mihaly jujur memiliki arti keberanian, yaitu keberanian untuk
Csikszentmihalyi: mengungkapkan kebenaran, berperilaku tidak berpura-pura
2006). dan bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi.
3 Kesuma dkk (2012) Jujur merupakan suatu keputusan seseorang untuk
mengungkapkan perasaannya, kata-katanya atau
perbuatannya bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi
dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk
keuntungan dirinya.
4 Mustari (2011) Jujur adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik
terhadap dirinya sendiri maupun pihak lain.
5 Berten (2007:142- Kejujuran merupakan suatu nilai moral, tapi kejujuran itu
145) sendiri kosong, bila tidak diterapkan pada nilai lain, seperti
nilai ekonomis karena nilai moral tidak terpisah dari nilai-
nilai yang lain.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Jujur adalah sikap atau karakter atau nilai moral seseorang yang dengan berani
menyatakan kebenaran apa adanya baik perasaan, kata-kata dan perbuatan yang sesuai
dengan realitas baik atau buruk yang membuat dapat dipercaya oleh orang lain atau tidak
diragukan.
DEFINISI OPERASIONAL:
1. sikap atau karakter yang berani mengatakan kebenaran.
2. kekuatan karakter dan tanggung jawab dari apa yang dipilih atau dilakukannya.
3. tidak berpura-pura atau mengada-ada.
4. tidak memanipulasi, berbohong atau menipu.
5. upaya agar menjadi pribadi yang selalu dipercaya.
6. berpengaruh dan mempengaruhi nilai-nilai baik lainnya.

34
INDIKATOR:
a. berani mengatakan apa yang terjadi, apa yang dipilih, apa yang dilakukan sesuai
kenyataan yang dilihat atau didengar.

b. berani bertanggung jawab atau menerima konsekuensi dari apa yang dinyatakan.

c. menyatakan sesuatu dengan tidak mengubah atau menambahi dari apa yang
terjadi.

d. percaya diri tanpa ada tekanan untuk berpendapat.

e. cenderung memiliki nilai moral yang baik lainnya.

KARAKTER 2; DISIPLIN
No Ahli Pengertian
1 Kementerian Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
Pendidikan Nasional berbagai ketentuan dan peraturan.
(2009)
2 Anna Soter (2011) Praktik melatih orang untuk mematuhi aturan, atau kode
perilaku; kegiatan yang menyediakan pelatihan mental atau
fisik.
3 Ekosiswoyo (2000). Disiplin merupakan kesadaran yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.
4 Wiwik (2005) disiplin mencakup setiap pengaruh yang ditunjukkan untuk
membantu siswa agar ia dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga
penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin
ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungan.
5 Moenir (2010) Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Disiplin adalah karakter yang sadar, tertib dan patuh untuk mengendalikan diri dan
bertindak mengikuti ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan.
DEFINISI OPERASIONAL:
1. karakter untuk patuh pada aturan.
2. tindakan atau praktik untuk memenuhi aturan-aturan.
3. kegiatan yang melatih mental dan fisik untuk menyelesaikan tuntutan atau tugas.
4. kesadaran kepada apapun yang harus dilakukan.
INDIKATOR:
1. Mematuhi aturan atau ketetapan yang telah ditentukan.
2. menyadari tugas dan kewajiban untuk dilakukan.
3. berusaha untuk tidak melanggar dari aturan.
4. melakukan kegiatan mental dan fisik untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban.

35
KARAKTER 3; KERJA KERAS

No Ahli Pengertian
1 Mirhan & Jeane kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan
Betty (2016) sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan keingingan
pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya.
2 Miller, Woehr dan kerja keras adalah kepercayaan pada nilai-nilai semangat
Hudspeth (2002) bekerja. Kerja keras juga dipandang sebagai kebajikan
moral yaitu mengeluarkan upaya besar pada tugas yang
dilakukan.
3 Ahmed (2017) Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan
motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-
citakan.
4 Gunawan (2012) kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan
sebaik-baiknya.
5 Mustari (2011) kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan
sebaik-baiknya.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Kerja keras adalah sikap percaya, berusaha dan bertindak dengan sungguh-sungguh dan
semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkan walaupun harus menghadapi
hambatan-hambatan atau kesukaran.
DEFINISI OPERASIONAL:
1. berusaha sepenuh hati atau bersungguh-sungguh.
2. berorientasi pada tujuan, keinginan atau cita-cita yang hendak dicapai dengan baik.
3. kebajikan moral menyelesaikan tugas.
4. mengatasi hambatan dan rintangan.
5. kepercayaan dan motivasi untuk semangat bekerja.
INDIKATOR:
1. memiliki kepercayadirian dan motivasi dalam bertindak atau bekerja.
2. terus berusaha semaksimal mungkin, fokus dan bersungguh-sungguh.
3. sepenuh hati karena keinginan dalam diri.
4.tidak menyerah dalam menghadapi kepayahan.
5. terus berusaha sampai mendapatkan apa yang diinginkan.

36
KARAKTER 4; KREATIF
No Ahli Pengertian
1 Kementerian Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
Pendidikan Nasional atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
(2009)
2 Hurlock (1978) Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada
dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.
3 Guilford Kreatif atau kreativitas mengacu kepada kemampuan yang
menandai ciri-ciri seorang berfikir divergen yaitu mencari
berbagai alternatif jawaban terhadap persoalan.
4 Solso, Maclin & Kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang
Maclin (2007) menghasilkan pandangan baru mengenai suatu
permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis
(selalu dipandang menurut penggunaannya).
5 Torrance Kreatif adalah ciri dari proses kemampuan dalam
memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-
hambatan, untuk kemudian merumuskan hipotesis-hipotesis
baru, mengkomunikasikan hasil-hasilnya serta sedapat
mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis
yang dirumuskan.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Kreatif adalah karakter berpikir, membuat gagasan dan melakukan sesuatu dengan cara
yang baru untuk menghasilkan atau memecahkan sesuatu atau menghasilkan sesuatu
yang baru yang tercipta dari kemampuan kognitif yang memahami kesenjangan dan
hambatan pada umumnya.
DEFINISI OPERASIONAL:
Berpikir untuk menemukan cara baru atau alternatif dalam memecahkan suatu atau
menghasilkan sesuatu. Berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Tindakan baru
yang berguna untuk menyelesaikan atau menghasilkan jawaban, dan produk.

INDIKATOR:
a. memiliki kemampuan untuk berpikir diluar kebiasaan pada umumnya.

b. memiliki kemampuan untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan


dengan baik pada umumnya untuk dapat ditemukan alternatif yang lebih baik dari
biasanya.

c. tidak terpaku dengan metode yang ada.

d. memiliki berbagai cara untuk menyelesaikan permasalahan.

e. mampu menciptakan sesuatu yang baru dan solutif.

37
KARAKTER 5; MANDIRI
No Ahli Pengertian
1 Kementerian Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
Pendidikan Nasional orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
(2009)
2 Gilmore (1974) Mandiri adalah aspek kepribadian yang harus dicapai
dalam diri individu untuk menghadapi tantangan dan
mencapai kesuksesan hidup yang ditunjukkan dengan sikap
bebas, bertanggung jawab, memiliki pertimbangan, merasa
aman dikala berbeda dengan orang lain dan kreativitas.
3 Desmita (2012) mandiri adalah kemampuan untuk mengendalikan dan
mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara
bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-
perasaan malu dan keraguraguan.
4 Monks, dkk orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang
eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan
kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut
berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan
aktifitasnya, mampu menerima realita serta dapat
memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman
sebaya, terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan
diri.
5 Steinberg Mandiri dapat diartikan sebagai kemampuan dalam
berpikir, merasakan dan membuat keputusan secara pribadi
berdasarkan diri sendiri dibandingkan mengikuti apa yang
orang lain percayai.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Mandiri adalah karakter yang tidak bergantung pada orang lain, bebas, bertanggung
jawab, mampu mengatur dan berusaha sendiri dalam membuat keputusan, menyelesaikan
tugas, memecahkan masalah dan tujuan lainnya.
DEFINISI OPERASIONAL:
1. Karakter atau sikap tidak mudah bergantung pada orang lain.
2. bebas mengambil putusan sendiri.
3. mampu melakukan sesuatu dengan sendiri.
4. berusaha dengan kemampuan sendiri.
5. percaya kepada kemampuan diri sendiri.
INDIKATOR:
a. tidak mudah bergantung, terpengaruh atau ikut-ikutan pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

b. memiliki pertimbangan sendiri atas pilihan-pilihan untuk mengambil keputusan.

c. mencoba sesuatu dengan kemampuan diri yang dimiliki.

38
d. memperlihatkan perilaku yang eksploratif atau melakukan tindakan coba-coba.

e. mampu bertindak kritis.

f. tidak takut berbuat sesuatu.

g. mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya.

h. menerima realita.

i. dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan yang lainnya.

j. terarah dan mampu mengendalikan diri.

KARAKTER 6; INGIN TAHU


No Ahli Pengertian
1 Kementerian Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
Pendidikan Nasional lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
(2009) dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
2 Mustari (2011:103) Ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih dalam dan luas dari apa yang
dipelajari, dilihat dan didengarnya.
3 Berlyne, DE (1954) Ingin tahu adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pemikiran yang ingin mengetahui sesuatu melalui
eksplorasi, penyelidikan, dan pembelajaran yang
dilakukannya sendiri.
4 Zuss, M (2012) Keingintahuan sangat terkait dengan semua aspek
perkembangan manusia untuk memperoleh proses
pembelajaran dan keinginan untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
5 William James dorongan terhadap kognisi yang lebih baik yang berarti
(1899) keinginan untuk memahami apa yang diketahui dan yang
tidak menjadi lebih jelas, lebih tinggi dan lengkap.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Ingin tahu adalah karakter berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengetahui
sesuatu pengetahuan dan keterampilan menjadi lebih dalam, lebih luas, lebih jelas dan
sempurna melalui eksplorasi, penyelidikan dan pembelajaran yang dilakukan sendiri.
DEFENISI OPERASIONAL:
1. sikap untuk mengetahui sesuatu pengetahuan dan keterampilan lebih dalam atau
kompleks.
2. sikap untuk menjawab rasa penasaran dari apa yang dilihat, didengar dan dipelajarinya.
3. kemampuan untuk berpikir sendiri untuk mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber.
4. dorongan kognisi untuk lebih memahami apa yang tidak dipahami menjadi jelas.
39
INDIKATOR:
1. melakukan upaya untuk mengetahui dan memahami apa yang dilihatnya.
2. melakukan upaya untuk mengetahui dan memahami apa yang didengarnya.
3. menggunakan sarana dan lingkungan sekitar untuk memperoleh informasi agar
mendalam.
4. melakukan eksplorasi dan penyelidikan.
5. berusaha atas keinginan dan dorongan diri sendiri.

KARAKTER 7; KOMUNIKATIF

No Ahli Pengertian
1 Listyarti (2012:7) Sikap komunikatif merupakan tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerjasama dengan orang lain.
2 Suyadi (2013:9) Komunikatif merupakan sikap senang bersahabat atau
proaktif, yakni sikap atau tindakan terbuka terhadap orang
lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta
kerjasama secara kolaboratif yang baik.
3 Elfindri (2012:100) Komunikatif menunjukan sikap mampu menyampaikan,
mendengarkan dan merespon dengan cara yang tepat.
4 Kemendiknas (2010) Karakter komunikatif siswa merupakan tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
5 Yuzar (2020) Sikap komunikatif adalah penggambaran niat
khusus/umum melakukan tindakan terbuka dalam
menyampaikan buah pikir kepada orang lain secara santun
sehingga tercipta kerjasama secara kolaboratif kemudian di
respon dengan yang tepat.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Komunikatif adalah karakter atau sikap yang mampu menyampaikan, mendengarkan dan
merespon dengan baik yang dicirikan dengan senang berbicara, bergaul,bekerjasama.
DEFINISI OPERASIONAL:
1. sikap atau tindakan yang memperlihatkan kesenangan dalam melakukan komunikasi
dan bekerjasama.
2. sikap yang senang bersahabat atau proaktif.
3. mampu menyampaikan sesuatu dengan baik dan merespon.
4. orang yang terbuka dalam menyampaikan buah pikiran.
INDIKATOR:
1. memperlihatkan rasa senang berbicara
2. mampu berkomunikasi dengan baik
3. mudah bergaul
4. gemar bekerjasama dengan orang lain.

40
KARAKTER 8; TANGGUNG JAWAB
No Ahli Pengertian
1 Kementerian Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
Pendidikan Nasional dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
(2009) diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2 Munawar Abu (2007) Tanggung jawab merupakan perbedaan antara benar dan
salah, yang boleh dan dilarang, yang dianjurkan dan yang
dicegah, yang baik dan buruk dan sadar harus menjauhi
segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri
untuk selalu menggunakan hal-hal positif. Jadi sejak itu
mulai dapat melakukan apa yang dimengertikannya.
3 Schiller & Bryan Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan
(2002) bagaimana bereaksi terhadap situasi yang memerlukan
beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.
4 Bertens. K. 2013. Tanggung jawab berarti tidak mengelak, dapat menjawab
dan menanggung dari apa yang dilakukannya.
5 Sanjaya (2012, hlm. tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
25) laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja.
DEFINISI KONSEPTUAL:
Tanggung jawab adalah karakter atau sikap yang sadar untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban atau aturan yang diembankan baik untuk dirinya sendiri dan orang lain,
mengerti baik buruknya jika dilakukan dan melaksanakannya serta menerima
konsekuensi atau menanggung apabila tidak dilakukan.
DEFENISI OPERASIONAL:
1. sikap bersedia melaksanakan tugas dan kewajiban.
2. sikap bersedia menanggung akibat jika mengabaikan tugas dan kewajiban.
3. kesadaran dari apa yang diperbuat baik sengaja ataupun tidak sengaja.

INDIKATOR:
a. mengerti tugas dan kewajiban yang diembankan.

b. melaksanakan tugas dan kewajiban yang diembankan.

c. bersedia menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan.

d. mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal positif.

e. dapat menentukan bagaimana bereaksi atau mengambil sikap terhadap situasi


yang memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.

41
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Karakter

Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Karakter

Karakter Indikator Butir


Jujur f. Berani mengatakan apa yang terjadi sesuai kenyataan 1
yang dilihat atau didengar.
g. Berani mengatakan apa yang dipilih sesuai kenyataan.
2
h. Berani mengatakan apa yang dilakukan sesuai
kenyataan. 3

i. Menyatakan sesuatu dengan tidak mengubah atau 4


menambahi dari apa yang terjadi.
5
j. Percaya diri tanpa ada tekanan untuk berpendapat.

Disiplin a. Mematuhi aturan atau ketetapan yang telah 6


ditentukan.
b. Menyadari tugas dan kewajiban untuk dilakukan.
7
c. Berusaha untuk tidak melanggar dari aturan.
8
d. Melakukan kegiatan mental dan fisik untuk
menyelesaikan tugas dan kewajiban. 9

Kerja Keras a. Memiliki motivasi dalam bertindak atau bekerja. 10


b. Terus berusaha semaksimal mungkin, fokus dan 11
bersungguh-sungguh.
c. Sepenuh hati karena keinginan dalam diri.
12
d. Tidak menyerah dalam menghadapi kepayahan.
13
e. Terus berusaha sampai mendapatkan apa yang
diinginkan. 14

Kreatif f. Memiliki kemampuan untuk berpikir diluar kebiasaan 15


pada umumnya.
g. Memiliki kemampuan untuk memahami kesenjangan-
kesenjangan atau hambatan dengan baik pada 16
umumnya untuk dapat ditemukan alternatif yang lebih
baik dari biasanya.
h. Tidak terpaku dengan metode yang ada.

42
i. Memiliki berbagai cara untuk menyelesaikan 17
permasalahan.
18
j. Mampu menciptakan sesuatu yang baru dan solutif.
19

Mandiri k. Tidak mudah bergantung, terpengaruh atau ikut-ikutan 20


pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
l. Memiliki pertimbangan sendiri atas pilihan-pilihan
untuk mengambil keputusan. 21

m. Mencoba sesuatu dengan kemampuan diri yang


dimiliki.
22
n. Mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya.
23
o. Menerima realita.
24

Ingin Tahu a. Melakukan upaya untuk mengetahui dan memahami 25


apa yang dilihatnya.
26
b. Melakukan upaya untuk mengetahui dan memahami
apa yang didengarnya.
c. Menggunakan sarana dan lingkungan sekitar untuk 27
memperoleh informasi agar mendalam.
28
d. Melakukan eksplorasi dan penyelidikan.

Komunikatif a. Memperlihatkan rasa senang berbicara 29


b. Mampu berinteraksi dengan orang lain 30
c. Mudah bergaul 31
d. Gemar bekerjasama dengan orang lain. 32.

Tanggung f. Melaksanakan tugas dan kewajiban yang diembankan. 33


Jawab
g. Bersedia menerima konsekuensi atas pelanggaran 34
yang dilakukan.
35
h. Mencoba membina diri untuk selalu menggunakan
hal-hal positif.
i. Dapat menentukan bagaimana bereaksi atau 36
mengambil sikap terhadap situasi yang memerlukan
beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.

Lampiran 3. Instrumen PenIlaian Karakter


43
ANGKET KARAKTER SISWA

A. Petunjuk
1. Angket ini digunakan untuk mengetahui karakter siswa dalam pembelajaran
matematika. Dimohon kesediaan para siswa untuk berpartisipasi dengan mengisi
angket ini secara lengkap. Hasil pengisian angket, tidak ada yang dinilai benar atau
salah, pilihlah sesuai dengan apa yang para siswa ketahui atau rasakan.
2. Berikan tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda. Jawaban
terdiri dari beberapa aspek dengan ketentuan sebagai berikut :
STS : Sangat Tidak Sesuai S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai SS : Sangat Sesuai
B. Isian
Nama : ..............................................................
Kelas : ..............................................................

No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya berani mengatakan apa yang terjadi
sesuai kenyataan yang saya lihat atau dengar.
Saya berani mengatakan apa yang saya pilih
2 sesuai kenyataan.
3 Saya berani mengatakan apa yang saya
lakukan sesuai kenyataan.
Saya menyatakan sesuatu dengan mengubah
4
atau menambahi dari apa yang terjadi.
Saya menyampaikan pendapat tanpa ada
5 tekanan dalam pendapat saya.

6 Saya mematuhi aturan atau ketetapan yang


telah ditentukan.
Saya tidak menyadari tugas dan kewajiban
7 yang harus saya dilakukan.
Saya berusaha untuk tidak melanggar aturan.
Saya melakukan kegiatan mental dan fisik
44
8 untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban.
9

10 Saya memiliki motivasi dalam bertindak atau


bekerja.
Saya terus berusaha semaksimal mungkin,
11 fokus dan bersungguh-sungguh.
Saya tidak sepenuh hati karena keinginan
dalam diri.
12
Saya mudah menyerah dalam menghadapi
13
kesulitan.
14
Saya terus berusaha sampai mendapatkan apa
yang saya cita-citakan.

15 Saya memiliki kemampuan untuk berpikir


diluar kebiasaan pada umumnya.
Saya memiliki kemampuan untuk memahami
16 kesenjangan-kesenjangan atau hambatan
dengan baik pada umumnya untuk dapat
ditemukan alternatif yang lebih baik dari
biasanya.

17 Saya tidak terpaku dengan metode yang ada.

18 Saya tidak memiliki berbagai cara untuk


menyelesaikan permasalahan.

19 Saya mampu menciptakan sesuatu yang baru


dan solutif.

20 Saya tidak mudah bergantung, terpengaruh


atau ikut-ikutan pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Saya memiliki pertimbangan sendiri atas
pilihan-pilihan untuk mengambil keputusan.
21
Saya mencoba sesuatu dengan kemampuan
22
diri yang dimiliki.
Saya mempunyai kepuasan dalam melakukan
23 tiap aktifitas saya.
Saya sulit menerima realita yang tidak sesuai
45
24 harapan saya.

25 Saya melakukan upaya untuk mengetahui dan


memahami apa yang saya lihat.
Saya melakukan upaya untuk mengetahui dan
26 memahami apa yang saya dengar.
Saya menggunakan sarana dan lingkungan
sekitar untuk memperoleh informasi agar
27
mendalam.
Saya tidak terbiasa melakukan eksplorasi dan
28 penyelidikan.

29 Saya tidak senang banyak berbicara.

30 Saya mampu berinteraksi dengan orang lain.


31
Saya mudah bergaul
32 Saya gemar bekerjasama dengan orang lain.

33 Saya melaksanakan tugas dan kewajiban yang


saya emban.

34 Saya tidak bersedia menerima konsekuensi


atas pelanggaran yang saya lakukan.
35
Saya membina diri untuk selalu menggunakan
hal-hal positif.
Saya dapat menentukan bagaimana bereaksi
36 atau mengambil sikap terhadap situasi yang
memerlukan beberapa jenis keputusan yang
bersifat moral.

46
Lampiran 4. Berita Acara Seminar Proposal

47
Lampiran 5. Berita Acara Seminar Hasil

48
Lampiran 6. Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian

49
50
51

Anda mungkin juga menyukai