Anda di halaman 1dari 92

i

KONSEP AL-NU<R DALAM KITA<B TAFSI<R AL-TUSTARI<


KARYA ABU< MUH}AMMAD SAHAL AL-TUSTARI<

SKRIPSI

Oleh :

NAMA : RAHMAAN KHAIRUL ANWAR

NIM : 1842115008

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHLUHUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA

2022
KONSEP AL-NU<R DALAM KITA<B TAFSI<R AL-TUSTARI<
KARYA ABU< MUH}AMMAD SAHAL AL-TUSTARI<

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sultan Adji Muhammad Idris
Samarinda Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Agama
Strata Satu (S. 1) Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh:

NAMA : RAHMAAN KHAIRUL ANWAR

NIM : 1842115008

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN ADJI MUHAMMAD IDRIS (UINSI) SAMARINDA
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

KONSEP AL-NU<R DALAM KITA<B TAFSI<R AL-TUSTARI< KARYA ABU<


MUH{AMMAD SAHAL AL-TUSTARI<

NAMA : Rahmaan Khairul Anwar


NIM : 1842115008

Telah Dibimbing dan Disetujui untuk Diujikan pada Sidang Munaqasyah


di Depan Tim Penguji Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD)
UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Samarinda, 27 November 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Mursalim, M.Ag Dr. Fuad Fansuri, Lc, M. Th. I


NIP. 197002212003121003 NIP. 198706172018011001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Dr. Noorthaibah, M.Ag


NIP. 19660251991022001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Konsep Al-Nu>r Dalam Kita>b Tafsi<r Al-Tustari< Karya Abu> Muh}ammad Sahal Al-
Tustari<

NAMA : Rahmaan Khairul Anwar


NIM : 1842115008

Skripsi ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) pada Fakultas Ushuluddin, Adab,
dan Dakwah (FUAD) UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
Pada Tanggal 21 Desember 2022

SUSUNAN TIM PENGUJI

1. Miftahur Ridho, M.Si (Ketua Tim) 1. ...............................


NIP. 199006202019031008

2. H. Bunyamin, Lc., M.Ag (Penguji Utama) 2. ...............................


NIP. 196108301997031002

3. Dr. Mursalim, M.Ag (Penguji I) 3. ...............................


NIP. 197002212003121003

4. Dr. Fuad Fansuri, Lc., M.Th.I (Penguji II) 4. ...............................


NIP. 198706172018011001

5. Riska Dwi Agustin, M.A (Sekretaris) 5. ...............................


NIP. 199108172020122014

Dekan,

Dr. Noorthaibah, M.Ag


NIP. 19660251991022001

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmaan Khairul Anwar

NIM : 1842115008

Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Konsep Al-Nu>r Dalam Kita>b Tafsi>r

Al-Tustari>> karya Abu> Muh}ammad Sahal Al-Tustari>>”, ini adalah hasil karya saya

sendiri. Jika ternyata skripsi ini merupakan karya orang lain, maka saya bersedia

dituntut secara hukum dan gelar sarjana saya dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, 17 Oktober 2022

Yang Menyatakan

Rahmaan Khairul Anwar


NIM. 1842115008

v
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Rahmaan Khairul Anwar

NIM : 1842115008

Tempat Tanggal Lahir : Pasir, 27 Februari 2000

Alamat : Pait Rt 07 No. 33 Kec. Long Ikis Kab. Paser

Fakultas/Jurusan : Ushuluddin Adab dan Dakwah/Quran Hadis

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan : TK Tunas Bangsa Long ikis

SDN 006 Long Ikis

SMPN 2 Long Ikis

SMAN 1 Long Ikis

Strata 1 (S1) UINSI Samarinda

Orang Tua

Ayah : Mulyono

Ibu : Endang Puspita Sari

vi
MOTTO

‫فَِإ َّن َم َع ٱلْعُ ْس ِر يُ ْس ًرا‬


“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
~QS. Insyirah Ayat 5~

vii
Abstrak
Rahmaan Khairul Anwar, 2022. “Konsep Al-Nu>r Dalam Tafsi>r Al-Tustari> karya
Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>. Skripsi, jurusan Qur’an Hadits Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Dakwah Universitas Islam Negri Sultan Aji Muhammad Idris
(UINSI) Samarinda”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Mursalim M. Ag dan Dr.
Fuad Fansuri, Lc., M. Th. I.
Al-Nu>r merupakan salah satu nama surah yang ada dalam Al-Qur’an. Secara
umum kata Al-Nu>r memiliki arti cahaya, terang atau dapat juga berarti sinar yang
menerangi. Kata Al-Nu>r tidak pernah habis untuk diperbincangkan, terlebih lagi
dikalangan kaum sufi. Istilah Al-Nur> pada kaum sufi biasanya dinisbatkan kepada
Nabi Muh}ammad SAW, yang dikenal dengan istilah Nu>r Muh}ammad atau Haqiqah
Muh}ammadiyah, yang berlandaskan QS. Al-Maida>h ayat 15 dan QS. Al-Nu>r ayat 35.
Untuk memahami makna Al-Nu>r tersebut peneliti menggunakan kita>b tafsi>r Al-
Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>. Kita>b tafsi>r ini merupakan kita>b
tafsi>r pertama yang menggunakan corak sufi dalam penafsi>rannya. Oleh sebab itu,
penelitian dalam tema Al-Nur> ini menjadi menarik untuk dikaji. Adapun tujuan dalam
penelitian ini, yaitu Pertama, untuk mengetahui term Al-Nu>r dalam kita>b tafsi>r Al-
Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>. Kedua, untuk mengetahui pola
penafsiran term Al-Nu>r dalam kita>b tafsi>r Al-Tustari>.
Penelitian ini bersifat kepustakaan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat maudhu’i, adapun pendekatan yang digunakan menggunakan
kebahasaan yang bertujuan untuk menggali makna term Al-Nu>r yang ada dalam kita>b
tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada tujuh penafsiran term Al-Nu>r dalam
kita>b tafsi>r Al-Tustari> diataranya: QS. Al-Baqarah: 257, Al-Taubah: 32, Al-Nu>r: 35,
Al-Zumar: 69, Al-H}adid: 12 dan 13, Al-Saff: 8, Al-Tah}rim: 8. Adapun pola kita>b
tafsir Al-Tustari> peneliti menemukan keunikan pola penafsiran yang Abu> Muh}ammad
Sahal al-Tustari> perlihatkan saat menafsirkan surah Al-Nu>r ayat 35 yang beliau
tafsirkan sebagai Nu>r Muh}ammad. Peneliti menemukan 5 penafisran yang ditafsirkan
sebagai Nu>r Muh}ammad, meski dalam ayat tersebut tidak memiliki redaksi Al-Nu>r di
dalamnya diantaranya: QS. Al-Baqarah ayat 30, Al-A’raf 172, Hu>d ayat 40 serta Al-
Najm ayat 13 dan 16.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alh}amdulillah. Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT agas segala

limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya yang tercurah kepada kita semua.

Atas limpahan rahmat-Nya, semua umat manusia dapat menggunakan potensi dan

anugerah yang ia berikan kepada manusia sebagai mahluk yang paling sempurna.

Dengan karunia-Nya, manusia dapat memaksimalkan akalnya sebagai timbangan dari

segala tindak tanduk perbuatannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan

segala nikmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan terwujud dengan

segala keterbatasan dan kekurangan. Shalawat beserta salam tak lupa dihaturkan

kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi pembawa risalah agama Islam.

Karya skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi Strata Satu (S.1) jurusan Qur’an Hadis, program Studi Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, UINSI Samarinda guna

memperoleh gelar sarjana Ushuluddin.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini, penulis

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu saya Endang Puspita Sari dan bapak saya Mulyono yang telah memberikan

support berupa materi maupun non materi, karena berkat dukungan merekalah

saya bisa sampai sejauh ini.

ix
2. Prof. Dr. Mukhamad Ilyasin, M. Pd selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.

3. Dr. Hj. Noorthaibah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Dakwah.

4. Hudriansyah, Lc. MA selaku Ketua Jurusan Qur’an Hadis Universitas Islam

Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

5. Dr. Mursalim M.Ag selaku Pembimbing I dan Dr. Fuad Fansuri Lc., M. Th. I.

selaku Pembimbing II, terimakasih atas bimbingan, pemikiran, kesabaran dan

pengorbanan waktu serta tenaganya dalam penyusunan skripsi ini hingga

selesai.

6. Para dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah UINSI Samarida yang

telah memberikan ilmu serta wawasannya kepada penulis selama mengajar di

kampus ini, khususnya prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

7. Para karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Dakwah UINSI Samarinda.

8. Kepada kaka saya Diah Prahesti Ayuningtias dan kaka ipar saya Muhammad

Yulian Eko, karena berkat semangat dan arahanya, saya bisa menyelesaikan

skripsi ini.

x
9. Sahabat baik saya Arini Hidayati yang memberi dukungan dan juga semangat

untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman kos saya yang membuat saya bersemangat untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan cepat.

11. Teman-teman seperjuangan di prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2018.

Semoga selalu diberikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap urusannya

oleh Allah SWT

Terimakasih penulis juga haturkan untuk semua pihak yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

persatu. Akhir kata penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan

Ridho-Nya kepada kita semua, terutama kepada semua pihak yang tealah membantu

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. amiiin allahuma ammiin

Samarinda, 21 Rabiul Awal 1444 H


17 Oktober 2022 M

Rahmaan Khairul Anwar


NIM. 1842115008

xi
TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi yang dipergunakan mengacu pada SKB antara Menteri Agama


serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, masing-masing No. 158 Tahun 1987
dan No. 0543b/U/1987 dengan beberapa adaptasi.
1. Konsonan
Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf Latin adalah sebagai berikut :

Aksara Arab Aksara Latin


Simbol Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)
‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ Sa Ṡ Es dengan titik di atas
‫ج‬ Ja J Je
‫ح‬ Ha Ḥ Ha dengan titik di bawah
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Zal Ż Zet dengan titik di atas
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye
‫ص‬ Sad Ṣ Es dengan titik di bawah
‫ض‬ Dad ḍ De dengan titik di bawah
‫ط‬ Ta Ṭ Te dengan titik di bawah
‫ظ‬ Za ẓ Zet dengan titik di bawah
‫ع‬ ‘Ain ‘ Apostrof terbalik
‫غ‬ Ga G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Waw W We

xii
‫ه‬ Ham H Ha
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun.
Jika terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti halnya vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab
yang lambangnya berupa tanda atau harakat, maka transliterasinya adalah sebagai
berikut :
Aksara Arab Aksara Latin
Simbol Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)
َ‫ا‬ Fathah A a
َ‫ا‬ Kasrah I i
َ‫ا‬ Dhammah U u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan
huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf yang meliputi :
Aksara Arab Aksara Latin
Simbol Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)
َ‫ي‬ fathah dan ya Ai a dan i
َ‫و‬ kasrah dan waw Au a dan u

Contoh :
َ‫كيْف‬ : kaifa bukan kayfa
َ‫ه ْول‬ : haula bukan hawla

xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................. vi
MOTTO .................................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITASI ................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
E. Penegasan Isilah ............................................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7
G. Metodologi Penelitian .................................................................................. 11
H. Sistematika Penulisan ................................................................................. 13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG Al-NU<R
A. Definisi Al-Nu>r dan Pandangan Para Ulama .............................................. 14
B. Nu>r Dalam Al-Qur’an .................................................................................. 15

xiv
C. Term Al-Nu>r Dalam Al-Qur’an ................................................................... 16
D. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Nu>r Berdasakan Priodisasinya ............................ 19
E. Klasifikasi Ayat-Ayat Berdasarkan Asba>bun Nuzu>l.................................... 25
BAB III
TINJAUAN UMUM TAFSI<R AL-TUSTARI<
A. Profil Mufassi>r ............................................................................................. 31
1. Biografi Sahal bin ‘Abdulla>h Al-Tustari>> ................................................. 31
2. Guru dan Murid Abu> Muh}ammad Al-Tustari>>.......................................... 36
3. Karya-karya Abu> Muh}ammad Al-Tustari>>................................................ 37
4. Pendapat Ulama Tentang Abu> Muh}ammad Al-Tustari>> ........................... 38
B. Metodologi Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>> ............................................................ 39
1. Mengenal Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>> ........................................................... 39
2. Teknik Penafsiran Tafsi>r Al-Tustari>> ........................................................ 41
2. Metode Tafsi>r Al-Tustari>> ......................................................................... 41
3. Corak Tafsi>r Al-Tustari>>............................................................................ 42
C. Pendapat Ulama mengenai Tafsi>r Al- Tustari>> ............................................. 43
BAB IV
AL-NU<R DALAM KITA<B TAFSI<R AL-TUSTARI<
A. Penafsiran Al-Nu>r Dalam Tafsi>r Al-Tustari> ................................................. 45
B. Bentuk Penafsiran Ayat-Ayat Al-Nu>r Dalam Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>......... 58
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 65
B. Saran ........................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 72

xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

I. Term Al-Nu>r Dalam Al-Qur’an ............................................................................ 18


II. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Nu>r Dalam Al-Qur’an ................................................. 21
III. Penafsiran Ayat Di Luar Term Al-Nu<r ................................................................. 60

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Kitab Tafsi>r Al-Tustari> ........................................................................................ 72
II. Isi penafsiran kita>b tafsi>r Al-Tustari> ................................................................... 72
III. kita>b Mu’jam Mufahras ...................................................................................... 75

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang pertama bagi umat Islam, namun selain

itu Al-Qur’an mempunyai banyak kelebihan yang diantaranya ialah keindahan sastra

bahasa yang tinggi sehingga ahli sastra sekalipun tidak mampu menandingi

keindahan bahasa yang ada dalam Al-Qur’an, dengan keindahan bahasanya itu dapat

memperjelas pernyataan yang terdapat pada kata demi kata tanpa mengurangi

substansinya sendiri meskipun terdapat beberapa pengulangan kata yang sama.

Keindahan bahasanya itu dapat terlihat dari banyak kalimat-kalimat yang sama.1

Pengulangan kata yang terdapat dalam Al-Qur’an, salah satunya ialah kata Al-Nu>r

yang sering diartikan sebagai cahaya. Jika mengacu pada kita>b lisan Al-Arab kata Al-

Nu>r secara hakiki berarti cahaya atau terang, sedangkan secara kiasan bermakna Al-

Qur’an, Iman, petunjuk dan lain-lain.2

Kaum sufi beranggapan bahwa hakikat Al-Qur’an tidak terbatas hanya pada

pengertin yang bermakna lahir saja, akan tetapi terdapat juga makna batin. Karena

makna zahir ialah makna yang umum, sedangkan makna batin ialah makan khusus

yang dikhendaki dan hanya diketahui oleh orang-orang yang mendapat petunjuk serta

pelajaran dari Allah SWT, dengan hikmah serta keridhaan-Nya. Menafsirkan Al-

Qur’an dengan bentuk ini tidak hanya cukup dari segi bahasa saja, akan tetapi ada

1
Ilham Mustafa and M. Zubir, "Nu>r Dalam Persefektif Al-Qur’an", Dalam Jurnal Al-Kauniyah,
Vol. 2, No. 1, Juni 2021. h. 1.
2
Ibn Manzhur, Lisan Al-'Arabiy (Bairut: Darul Lisan 'Arabiy, tth), JUZ. 3. h. 739.

1
2

aspek Al-Nu>r yang diberikan Allah SWT pada hati orang yang bersih jiwa dan

pikirannya. 3

Kaum sufi memberikan perhatian khusus mengenai kata Al-Nu>r, bagi mereka tema

Al-Nu>r memiliki peran penting dalam pencerahan jiwa manusia untuk menuntun serta

memperoleh kebahagiaan dan kebenaran sejati, termasuk dalam menyelami makna

batin dari sebuah ayat. Pada buku yang berjudul Nu>r Muh}ammad Pintu Menuju Allah

yang ditulis oleh Sahabuddin, menurutkalangan sufi istilah Al-Nu>r sering dinisbatkan

kepada Nabi Muh}ammad SAW, karena dalam pandangan sufi Nu>r Muh}ammad

merupakan makhluk yang pertama kali diciptakan Allah SWT. Nu>r Muh}ammad tidak

hanya terdapat pada dalam diri Nabi Muh}ammad SAW, akan tetapi terdapat dalam

diri Nabi-Nabi yang lain, namun belum mencapai kesempurnaan. Kesempurnaannya

barulah tercapai dalam diri Nabi Muh}ammad SAW. Kaum sufi menyebutnya sebagai

al-Insan al-Kamil, manusia yang sempurna.4

Nu>r Muh}ammad secara historis sudah muncul sejak akhir abad pertama Hijrah,

pada saat itu Nabi Muh}ammad SAW ditanya oleh sahabat Ja>bir ibn ‘Abdillad

mengenai awal makhluk yang diciptakan Allah SWT, kemudian Nabi menjawab

“sesungguhnya Allah menjadikan Al-Nu>r Nabi engkau dari Al-Nu>r Nya sebelum

segala sesuatu”, tapi ini hanya dalam bentuk peristilahan harfiah. Selanjutnya

falsafah tasawuf mengenai terma Nu>r Muh}ammad awalnya digagas oleh Abu>

3
M. Husain al-Zahabi, Al-Tafsi>r Wa al-Mufassiru>n (Qairo: Maktabah Wahbah, 2000). h. 282.
4
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad, Pintu Menuju Allah: Telaah Atas Pemikiran Sufistik Syekh
Yusuf An-Nabhani (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002). h. 36.
3

Muh}ammad Sahal al-Tustari> pada abad ke-10 Masehi, yang kemudian dikembangkan

oleh al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi, dan ‘Abdul Karim Jilli.5

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> memiliki nama lengkap Abu> Muh}ammad Sahal

bin ‘Abdulla>h bin Yu>nus bin Isa bin ‘Abdulla>h bin Ra>fi al-Tustari>. Lahir pada tahun

203 H dan wafat pada tahun 283 H. Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> adalah salah

satu ulama yang paling alim, zuhud, wara’ serta ahli ibadah. Beliau hidup pada tahun-

tahun yang melahirkan banyak ulama besar dalam bidang keilmuan. Adapun karya-

karya beliau, di antaranya seperti Daq’aiq al-Muhibin, Mawa>’iz} al-‘Arifin, Jawa>bat

Ahlul al-Yaqi>n, Qas}as}ul al-Anbi>ya, dan tafsi>r Al-Tustari>.6 Pada kita>b tafsi>r yang

terakhir inilah yang akan di gunakan dalam penelitian ini.

Kita>b tafsi>r Al-Tustari> merupakan model tafsi>r yang pertama dengan

menggunakan corak sufi atau tasawuf. Tafsi>r ini merupakan model tafsi>r yang

memiliki ciri khas berupa dalil-dalil penafsiran sufi yang lurus, dan tafsi>r tersebut

berisikan komentar pengarang terhadap penafsiran sufi. Pengarangnya ialah seorang

sufi yang terkemuka dalam kepribafian sufi yang berlandaskan syariat serta jejak

Rasulullah SAW. 7

Poin yang akan disampaikan berkenaan dangan kita>b tafsi>r ini ialah berkaitan

dengan struktur atau komposis dari karya ini, yang terfokus pada penafsiran Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> terhadap ayat-ayat yang mengandung kata Al-Nu>r yang

5
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad, Pintu Menuju Allah..., h. 10.
6
Mani` Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsi>r: Kajian Kompreheshif Metode Para Ahli
Tafsi>r, rj. Faisal Shaleh Dan Syahdionar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006).h. 54.
7
Mani` Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsi>r: Kajian Kompreheshif Metode Para Ahli
Tafsi>r, h. 55.
4

memiliki ciri khas yang mungkin tidak didapati oleh kita>b-kita>b lain. Diantaranya

dalam surah Al-Nu>r ayat 35.

ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫اَّلل نُور ال هسماو‬


‫اح ِِف‬ُ َ‫صب‬ ‫اح ۖ الأم أ‬ ٌ َ‫صب‬ ‫ض ۚ َمثَ ُل نُوِرهِ َكم أش َكاة ف َيها م أ‬ ِ ‫ات َو أاْل أَر‬ َ َ ُ ُ‫ه‬
‫ي يُوقَ ُد ِم أن َش َجَرةٍ ُمبَ َارَك ٍة َزيأتُونٍَة ََل َش أرقِيه ٍة َوََل‬ ٌّ ‫ب ُد ِر‬ ٌ ‫اجةُ َكأَ هَّنَا َك أوَك‬ ُّ ۖ ‫اج ٍة‬
َ ‫الز َج‬ َ ‫ُز َج‬
‫اَّللُ لِنُوِرهِ َم أن‬
‫ور َعلَ ٰى نُوٍر ۗ يَ أه ِدي ه‬ ِ
ٌ ُ‫اد َزيأتُ َها يُضيءُ َولَ أو ََلأ َتَأ َس أسهُ ََنٌر ۚ ن‬
ٍ
ُ ‫غَ أربِيهة يَ َك‬
‫اَّللُ بِ ُك ِل َش أي ٍء َعلِ ٌيم‬
‫هاس ۗ َو ه‬ِ ‫ال لِلن‬ َ َ‫اَّللُ أاْل أَمث‬
‫ب ه‬ ُ ‫ض ِر‬
‫يَ َشاءُ ۚ َويَ أ‬
Terjemahan : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” 8

Ketika menafsirakan ayat pada penggalan kata َ‫ مثلَنوره‬Abu> Muh}ammad Sahal al-

Tustari> memaknainya sebagai Al-Nu>r dari Nabi Muh}ammad SAW, makna Al-Nu>r

inilah yang banyak menarik minat para ulama sesudahnya untuk diteliti dan juga

kita>b tafsi>r ini merupakan kita>b tafsi>r generasi pertama dalam bidang sufi.9

Berlandaskan hal di atas, tema Al-Nu>r menjadi hal yang menarik untuk diteliti,

terlebih lagi jika dilihat dari sudut pandang sufi. Peneliti disini menggunakan kita>b

tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>, peneliti akan menghimpun

8
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967)/ Tim Penyempurnaan
Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019,
(Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019). h. 504.
9
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad, Pintu Menuju Allah..., h.. 37.
5

ayat-ayat yang terkait tentang Al-Nu>r dalam Al-Qur’an kemudian akan

menganalisisnya satu persatu hingga dapat menarik sebuah kesimpulan. Oleh karena

itu peneliti akan mengkajinya dengan judul “Konsep Al-Nu>r Dalam Kita>b Tafsi>r Al-

Tustari> Karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran trem Al-Nu>r dalam kita>b tafsi>r Al-Tustari> karya Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari>?

2. Bagaimana pola penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari terhadap term Al-

Nu>r dalam kita>b tafsi>r Al-Tustrai>?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penafsiran dari kata Al-Nu>r yang terdapat dalam kita>b tersebut.

2. Untuk mengetahui pola penafsiran term Al-Nu>r yang ada dalam kita>b tafsir Al-

Tustari>.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan ada nya penelitian ini dapat memberikan manfaat, Adapun

manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Secara praktis

a. Untuk menambah keyakin serta keimanan sebagai umat Isalm kepada yang

Maha Kuasa dengan memahami makna dari ayat-ayat Al-Qur’an.


6

b. Untuk menambah khasanah keilmuan khususnya di bidang tafsi>r. Serta ikut

andil dalam sumbangsih pemikiran dalam wacana keislaman, terutama untuk

menambah sumber referensi bacaaan yang juga membahas tafsi>r.

2. Secara Praktis

a. Memberi pemahaman tentang penafsiran Al-Nu>r dari sudut pandang sufi, agar

pembaca dapat mengetahui makna bati dari ayat-ayat yang memiliki redaksi Al-

Nu>r.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi pembahasan yang telah ada

mengenai tema Al-Nu>r. Kemudian penelitian ini diharapkan dapat

menambahkan dan memperluas wawasan dalam tema Al-Nu>r.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini bertujuan untuk menghindari salah

pengertian pada makna judul yang akan diteliti, yaitu “konsep Al-Nu>r dalam kitab

tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>”, dari judul tersebut adalah :

1. Konsep

Konsep adalah susunan gagasan atau ide yang terkait antara satu dengan yang lain

sehingga dapat dijadikan dasar teori.10 Adapun konsep yang dimaksud dalam

penelitian disini adalah penafsiran dari Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang ada

dalam kita>b tafsi>r Al-Tustari> dalam menafsiran ayat-ayat yang memiliki redaksi Al-

Nu>r dalam tafsir Al-Tustari>.

10
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, 2008). h.
802.
7

2. Al-Nu>r

Al-Nu>r adalah sesuatu yang dapat mengilangkan sesuatu yang sifatnya gelap atau

tidak jelas yang dapat dilihat menggunakan panca indra yaitu mata. Kata Al-Nu>r

dapat dimaknai dengan materi dan immaterial.11 Cahaya materi berupa cahaya yang

dapat dilihat oleh mata kepala dan cahaya immaterial berupa cahaya kebenaran,

keimanan serta pengetahuan yang dirasakan oleh hati. Al-Nu>r yang dimaksud dalam

penelitian ini merupakan Al-Nu>r dari sudut pandang sufi, yaitu dalam kitab tafsir Al-

Tustari> karya dari Abu Muhammad Sahal al-Tustari>.

3. Tafsi>r Al-Tustari>

Kita>b tafsi>r Al-Tustari> adalah model tafsi>r dengan criri nuansa sufi dengan dalil-

dalil sufi yang lurus. Kita>b tafsi>r Al-Tustari> merupakan kita>b generasi pertama dalam

bidang tafsi>r sufi, Pengarangnya merupakan seorang yang terkemuka dalam bidang

sufi yang berpegang pada syariat serta mengikuti jejak Rasululah SAW.12 Pada isi

kita>b Al-Tustari> terdapat komentar pengarang atas penafsiran sufi tersebut. Kita>b

tafsi>r Al-Tustari> ditulis oleh Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang merupakan salah

satu ulama sufi dan ahli dalam berbagai disiplin ilmu seperti, ilmu riya>d}ah, ilmu

kalam, dan ahli wira>’i.

11
Wardani, Lely, “Penafsiran Kata Nuur Dalam Surah An-Nuur Ayat 35 Menurut Muh}ammad
Quraish Shihab Dalam Tafsi>r Al-Misbah”, Skripsi. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN
Padangsidimupan, 2019. h 50.
12
Ainul Fiqih, Muh., “Makna Ikhlas Dalam Tafsi>r Al-Tustari> Karya Sahl Ibn ‘Abdulla>h Al-
Tustari>”, IAIN Surakarta, 2017.
8

F. Kajian Pustaka

Mengenai telaah pustaka dalam pembahasan ini ialah kajian seputar literatur-

literatur yang isinya membahas tentang Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dan

literatur-literatur yang membahas tentang tema Al-Nu>r. Berdasarakan dari berbagai

sumber yang telah ditelusuri terhadap literatur-literatur yang membahas dan mengkaji

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> masih jarang ditemukan. Peneliti sejauh ini

menemukan beberapa literatur yang membahas tokoh penafsi>r tersebut, diantaranya:

Pertama, literatur berupa tesis yang berjudul “Otentisitas Tafsi>r Sufi Isyari (Studi

Tafsi>r Sahl al-Tustari>)” yang ditulis oleh Masduki. Ia seorang mahasiswa Universitas

Islam Negri Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.13 Hasil dalam

skripsi tersebut memaparka karakteristik atau ciri khas yang membedakan kita>b

penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dengan kita>b-kita>b lain. Selain itu Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> merupakan penggagas tafsi>r sufistik, adapun

karakteristik dari Tafsi>r Al-Tustari> ada empat asepek : pertama aspek zahir, kedua

aspek batin, ketiga aspek legal, dan yang terakhir aspek testimonial.

Kedua, literatur yang lain berupa jurnal dengan judul “Otoritas Penafsiran Sufistik

Sahl al-Tustari>” yang ditulis oleh M. Anwar Syarifuddin.14 Jurnal tersebut membahas

dari biografi Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dan metode yang digunakan dalam

menafsirakan kita>b tafsi>r Al-Tustari> serta otoritas Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

13
Masduki, ‘Otentisitas Tafsi>r Sufi Isyari (Studi Tafsi>r al-Tustari)’, Tesis. Fakultas Ushuludin
dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2019. h. 1.
14
M. Anwar Syarifuddin, ‘Otoritas Penafsiran Sufistik Sahl Al-Tustari’, Dalam Jurnal Studi Al-
Qur’an (JSQ), Vol. II, No. 1, 2007. h. 1.
9

dalam bidang tasawuf. Perjalanan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang

mengutamakan gaya hidup zuhud dan melatih jiwa spiritual sebagai ciri dari aliran

sufi.

Ketiga, literatur lain yang berupa jurnal yang ditulis oleh ‘Umar ‘Abidin dalam

sebuah Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadis dengan judul “Ta’wil Terhadap

Ayat Al-Qur’an Menurut Al-Tustari.”15 Dalam jurnal tersebut juga membahas dari

biografi Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dan proses ta’wil dari Abu> Muh}ammad

Sahal al-Tustari>. Penafsiran sufistik Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> merupakan

peletak dasar dalam berkembangnya tafsi>r sufi berikutnya, yang telah menafsirkan

ayat-ayat Al-Qur’an dari makna lahir hingga makna batin dalam Al-Qur’an.

Adapun penelitian yang membahas tema Al-Nu>r, peneliti menemukan beberapa

literatur, yang diantaranya:

Kempat, Buku yang ditulis oleh sahabuddin dengan judul “Nu>r Muh}ammad Pintu

Menuju Allah”.16 Buku ini mebahas mengenai Al-Nu>r dari ranah tasawuf, yang mana

kaum sufi menisbatkan istilah Al-Nu>r kepada nabi Muh}ammad. sehingga menjadi

ungkapan Nu>r Muh}ammad. Menurut penulisnya, Nu>r Muh}ammad dalam ajaran

tasawuf berkedudukan sebagai jalan kepada Allah SWT, dengan meniadakan jarak

dengan Allah SWT. Jarak yang dimaksud bukan dalam ukuran ruang, tetapi ukuran

sifat, yang dimaksudkan ialah bergerak menuju Tuhan melalui sifat-sifat Nya dan

menghilangkan sifat-sifat manusia.

15
‘Umar Abidin, ‘Ta’wil Terhadap Ayat Al-Qur’an menurut Al-Tustari>’, Dalam Jurnal Studi
Ilmu-Ilmu al-Qur’an Dan Hadis, Vol. 15, No. 2, Juli 2014. h. 1.
16
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad, Pintu Menuju Allah: Telaah Atas..., h. 1.
10

Kelima, Buku yang ditulis oleh Nu>r Kholis, dengan judul “Nu>r Muh}ammad Dalam

Kebatinan Jawa (Tinjauan Sufistik Atas Konsep Suksma Sejati Dalam Serat Sangka

Jati, Paguyuban Ngesti Tunggal, Pangestu)”.17 Penelitian tersebut banyak membahas

Al-Nu>r dalam pandangan sufi, dalam buku tersebut menjelaskan bahwa Nu>r

Muh}ammad merupakan manifestasi sifat Tuhan dalam diri manusia yang merupakan

potensi fitrah sehingga dapat dikembangkan dan dimaksimalkan kewujudannya untuk

menjalin hubungan dengan Allah SWT.

Keenam, skripsi yang dibuat oleh Lely Wardani mahasiswa IAIN

Padangsidimpuan, dengan judul “Penafsiran Kata Nu>r Dalam Surah Al-Nu>r Ayat 35

Menurut Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah”.18 Dalam penelitian

tersebut membahas penafsiran surah Al-Nu>r ayat 35 dalam kitab tafsir Muhammad

Quraish Shihab. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah

jenis penelitian kepustakaan dengan metode tematik. Hasil dari penelitian tersebut

menyimpulkan, dalam surah Al-Nu>r ayat 35 memiliki dua makna yaitu makna materi

dan immaterial. Cahaya materi berupa cahaya yang dapat dilihat oleh mata kepala dan

cahaya immaterial berupa cahaya kebenaran, keimanan serta pengetahuan yang

dirasakan oleh hati.

17
, Nur Kolis, “Nu>r Muh}ammad Dalam Serat Sasangka Jati Pangestu”, M. Nurdin. Jl. Pramuka
No. 155 Ponorogo: Lingkar Media jogja, 2016. h. 1.
18
Wardani, Lely, “Penafsiran Kata Nuur Dalam Surah An-Nuur Ayat 35 Menurut Muh}ammad
Quraish Shihab Dalam Tafsi>r Al-Misbah”, Skripsi. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN
Padangsidimupan, 2019. h 1.
11

Ketujuh, Jurnal yang ditulis oleh Ilham Mustafa dan M. Zubir dalam judul “Nu>r

dalam persefektif Al-Qur’an”19 dalam jurnal tersebut diterangkan mengenai

pengertian Al-Nu>r dari sudut pandang Al-Qur’an, serta indikasi dari kata Al-Nu>r

dalam setiap ayat-ayat yang terdapat kata kata Nu>r di dalamnya.

Berdasarkan kajian pustaka di atas belum memperlihatkan adanya penelitian

mengenai penelitian Al-Nu>r terlebih lagi dalam sudut pandang sufi yang menjadikan

perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan tafsir sufi yaitu tafsir Al-Tustari> karya Abu> Muh}mmad Sahal al-

Tustari>.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian library research atau kepustakaan,20 yaitu

peneliti memfokuskan pembahasan yang bersifat kepustakaan. Kajian dalam

penelitian ini menelusuri dan menelaah khususnya pada tafsi>r Al-Tustari> karya Abu>

Muh}ammad Sahal Al-Tustrai.

2. Pendekatan

Pendekatan disini diartikan sebagai sudut pandang, bagaimana sebuah

permasalahan dilihat, yang berdasarkan ilmu atau teori tertentu sehingga

19
Ilham Mustafa and M. Zubir, ‘Nu>r Dalam Persefektif Al-Qur’an..., h. 1.
20
Nugrahani Farida, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
(Surakarta: Solo: Cakra Books, 2014). h. 4.
12

mendapatkan kesimpulan yang tepat.21 Penelitian ini menggunakan pendekatan

kebahasaan yang memfokuskan pada penafsiran term Al-Nu>r yang ada dalam kitab

tafsi>r Al-Tustari>, untuk melihat bagaimana penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-

Tustari>.

3. Pengumpulan Data

Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini :

Data primer adalah data yang diproleh dari sumber utama baik dari individu atau

perseorangan.22 Sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, Adapun

sumber data primer penelitian ini adalah:

a. Al-Qur’an terjemahan kemenag, tahun 2019.

b. Tafsi>r al-Tustari> terbitan Royal Aal al-Bayt Institute For Islamic Thought

Amman, tahun 2011.

Sumber data sekunder penelitian ini diantaranya berupa.

a. Buku yang terkait dengan tema pembahasan.

b. Jurnal artikel.

4. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengguakan metode tematik atau

Maudhu’i.23 dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menetapkan masalah yang dibahas yakni tentang Al-Nu>r.

21
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992), h. 4.
22
Ma’ruf 'Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani,
Ngaglik, Sleman Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015). h. 246.
23
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Dan Cara Penerapannya, terj. Rosihun
Anwar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002). h. 51.
13

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan Al-Nu>r.

c. Mencari asba>b al-nuzu>l ayat.

d. Memahami munasabah ayat tersebut dalam masing-masing suratnya.

e. Mengkaji makna lain dari bentuk-bentuk Al-Nu>r yang ada di Al-Quran.

f. Mengkaji pemahaman ayat-ayat tentang Al-Nu>r dari pendapat Abu> Muh}ammad

Sahal al-Tustari> untuk menjadi sebuah konsep yang utuh.

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif-

analisis yakni peneliti yang menuturkan dan menganalisis dengan panjang lebar, yang

pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis

dan interpretasi data. Pada bagian ini, peneliti akan menjabarkan makna Al-Nu>r dalam

kita>b tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> kemudian

menganalisisnya.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan terbadi menjadi lima bab yang terdapat sub-sub di dalamnya.

Susunannya adalah sebagai berikut :

BAB I : berisi Pendahuluan, di dalamnya terdapat Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : berisi biografi dan metode penafsiran dari Abu> Muh}ammad al-Tustari>

dan pendapat ulama mengenai tafsi>r Al-Tustari>.


14

BAB III : berisi definisi dari Al-Nu>r dalam pandangan ulama, perubahan bentuk

dari term Al-Nu>r, klasifikasi ayat berdasarkan priodisasi dan asba>bun Nuzu>lnya, serta

Al-Nu>r dalam makna lain.

BAB IV : berisi penafsiran dan pola penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

terhadap ayat-ayat Al-Nu>r.

BAB V : penutup, yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AL-NU<R


A. Definisi Al-Nu>r

Al-Nu>r secara bahasa berasal dari kata ‫ نور‬dengan akar kata yang sama dari huruf-

huruf nun, wauw, dan ra yang merupakan kalimat mufrad dari kata na>r menjadi -‫ينور‬

‫ نور‬-‫ َ نار‬yang berarti “api atau gejolak, kurang stabil dan tidak konsisten”, menjadi

‫ نيران‬-‫ انوار‬-‫ نور‬yang berarti cahaya atau terang dapat juga berarti sinar yang

menerangi. Namun keduanya terdapat perbedaan sifat fisik, dimana kata Al-Na>r lebih

menonjolkan sifat panasnya, sedangkan Al-Nu>r lebih menekankan sifat radiasi

cahaya. 1

Kata Al-Na>r arti asalnya adalah bersinar yakni penerang yang menerangi manusia

dan penggerak yang bergerak, cahaya yang dipergunakan untuk kenikmatan di dunia

yang bersifat fana’ (rusak) seperti api, kayu bakar, tembaga. Sedangkan kata Al-Nu>r

bermakna cahaya yang digunakan untuk kenikmatan di akhirat yang bersifat baqa’

(kekal) bagi orang-orang yang beriman yakni berupa rahmat keselamatan. Dinamakan

Al-Na>r dan Al-Nu>r, karena gerak dan penyebaran cahayanya sangat cepat.2

Berikut terdapat beberapa pendapat mengenai Al-Nu>r dari para ulama di antaranya:

1
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, Cet ke-14 (Surabaya, 1997). h. 157.
22
Siti Fatimah Fajrin, “Konsep Al-Na>r Dalam Al-Qur’an”, Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam, 2017. h xvi.

15
16

1. Ibra>hi>m Anis, mengatakan, Al-Nu>r ialah sinar bersama terangnya yang

membuat sesuatu menjadi jelas dan memperlihatkan hakikat penglihatan.3

2. Al-Ra>ghib al-Ash}faha>ni>, mengatakan Al-Nu>r adalah sinar yang memancar

sehingga dapat membantu penglihatan. Sinar itu ada dua macam, yaitu: Sinar

yang sifatnya duniawi dan Sinar yang bersifat ukhra>wi. Al-Nu>r yang bersifat

duniawi terbagi dua, yaitu yang terpancar dari hal-hal yang bersifat ketuhanan

seperti cahaya akal dan Al-Qur'an, dan yang dapat dirasakan dengan

penglihatan mata, yaitu yang terpancar dari benda-benda bersinar seperti bulan,

matahari, bintang-bintang, dan benda-benda lainnya. Sedangkan Al-Nu>r dalam

arti ukhra>wi adalah cahaya yang akan dilihat di akhirat kelak.4

3. Menurut Ibnu Mandzur, Al-Nu>r memiliki bentuk jamak anwa>r dan ni>ran yang

memiliki arti cahaya. Nu>r juga merupakan lawan dari pada kegelapan.5

4. Imam al-ghazali membagi pengertian Al-Nu>r sebagai berikut:

a. Pertama Al-Nu>r menurut orang awam, merupakan cahaya yang dapat

menunjukkan sesuatu yang nisbi (pasti) dan dapat di tangkap oleh panca

indra.

b. Kedua Al-Nu>r menurut orang khusus, cahaya tidak mengacu pada sesuatu

yang indrawi namun cahaya dikaitkan dengan “ruh melihat” (al-ruh al-

bashirah) daya yang harus ada dalam persepsi. Dalam pandangan orang

3
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad, Pintu Menuju Allah: Telaah Atas Pemikiran Sufistik Syekh
Yusuf An-Nabhani (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002). h. 34.
4
Nur Kolis, “Nu>r Muh}ammad Dalam Serat Sasangka Jati Pangestu”, M. Nurdin. Jl. Pramuka
No. 155 Ponorogo: Lingkar Media jogja, 2016. h. 43-44.
5
Ibnu Manzhur, Lisan Al-'Arabi (Mesir: al-Dar al- Mishriyah 1992). h. 99.
17

khusus Al-Nu>r merupakan kemampuan yang dengannya sesuatu dapat

tampak secara fisis (wujud) maupun metafisis (tidak wujud).6

Dapat dipahami bahwa Al-Nu>r dapat bermakna cahaya atau sinar yang bisa dilihat

dengan panca indra yaitu mata, Al-Nu>r juga dapat dipahami dengan makna petunjuk

yang berasal dari Allah SWT.

B. Al-Nu>r dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an memiliki penyebutan lain untuk menunjukkan cahaya selain kata Al-

Nu>r di antaranya, D}iya>’, dan Sira>j.

1. D}iya>’

Kata D}iya>’ memiliki arti memancarkan cahaya atau cahaya yang memancar

dengan kuat.7 Cahaya matahari dalam Al-Qur’an disebut juga sebagai D}iya>’ karena

memiliki cahaya yang kuat. Berbeda dengan bulan cahayanya disebut dengan Al-Nu>r

karena cahayanya tidak sekuat cahaya matahari. Dalam Al-Qur’an kata D}iya>’ dapat

ditemukan pada 5 surah yang berbeda diantaranya: QS. Yūnus: ayat 5, QS. Al-

Anbiyā’: ayat 48, QS. Al-Qas}as}: ayat 71, QS. Al-Baqarah: ayat 17 dan 20, dan QS.

Al-Nūr : ayat 35.

‫ي‬ ِ ‫هو ٱله ِذى جعل ٱلشهمس ِضيآء وٱلأ َقمر نُورا وقَدهرهۥ منَا ِزَل لِتَ علَمو۟ا ع َدد ٱ‬
ِ‫لسن‬
َ َ َ ُ‫أ‬ َ َُ َ ً َ َ َ ً َ َ ‫َ َ َ أ‬ َُ
‫ٰت لَِق أوٍم يَ أعلَ ُمو َن‬
ِ ‫صل ٱ ألءاي‬
ِ ِ
َ ‫اب ۚ َما َخلَ َق ٱ هَّللُ َٰذل‬
َ َ ُ ‫ك إِهَل بِٱ أْلَ ِق ۚ يُ َف‬
ِ
َ ‫َوٱ أْل َس‬
Terjemahan: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi

6
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, “Miskatul Anwar.” Trtj., Bahrudin Achmad, Ngaji Kitab
Miskatul Anwar Imam Al-Ghazali, Cet. I (Bekasi: Pustaka Al-Muqsith, 2021), h. 12.
7
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia..., h. 671.
18

perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan


perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-
orang yang mengetahui.” (QS. Yūnus: ayat 5).8

2. Sira>j

Kata Sira>j diambil dari kata sa, ra, ja yang berarti “indah” atau “hiasan”.9 Dalam

kamus Al-Qur’an kata Sira>j diartikan sebagai lampu yang menyala pada malam hari

dengan sumbu dan minyak, dan juga dapat bermakna sesuatu yang bersinar. Kata

Sira>j dapat ditemui sebanyak 5 kali dalam Al-Qur’an diantaranya: QS. Al-Furqān

ayat: 61, QS. Nūh ayat: 16, QS. Al-Naba’ ayat: 13, dan QS. Al-Ah}zāb ayat: 46.

‫وجا َو َج َع َل فِ َيها ِس َٰر ًجا َوقَ َمًرا ُّمنِ ًريا‬ ِ ِ


ً ‫تَبَ َارَك ٱلهذى َج َع َل ِِف ٱل هس َمآء بُُر‬
Terjemahan: “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan
bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang
bercahaya.” (QS. Al-Furqān: 61).10

C. Term Al-Nu>r dalam Al-Qur’an

Kata Al-Nu>r dalam Al-Qur’an dengan segala bentuk perubahannya, terulang

sebanyak 194 kali yang meliputi kata Na>r sebanyak 145 kali, 11
dan kata Al-Nu>r

8
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967)/ Tim Penyempurnaan
Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019,
(Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019). h. 286.
9
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia..., h. 450.
10
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967)/ Tim Penyempurnaan
Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019,
(Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019). h. 520.
11
Muh}ammad Fuad ’Abd Al Baqi, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfazh Al-Quran Al Karim (Dar
Al Kutub Al Mishriyyah, 1364 H), h. 723-725.
19

sebanyak 49 kali, yang tersebar dalam 39 ayat dan dalam 24 surah yang berbeda.12

Selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

TABEL I

TERMINOLOGI AL-NU<R DALAM AL-QUR’AN

No Lafadz Nama Surah Nomor Ayat Jumlah


Ayat
1. ‫النا َر‬ Al-Baqarah 257 1

2. ‫نارَا‬ Nuh} 25 1

3. ‫النَ َْو َر‬ Al-Baqarah


Al-Maida>h
257(terulang 2 kali)
15, 16, 44, 46
1
4
Al-An’a>m 1 1
Al-A’raf 157 1
Al-Taubah 32 1
Al-Ra’d 16 1
Ibra>hi>m 1, 5 2
Al-Nu>r 35(terulang 3 kali), 40 2
Al-Ahza>b 43 1
Fa>tir 20 1
Al-Zumar 22, 69 2
Al-H}adid 9 1
Al-S}aff 8 1
Al-Tagha>bun 8 1
Al-Tala>q 11 1
4. ‫نَ َْورََا‬ Al-Nisa>
Al-An’a>m
174
91, 122
1
2
Yu>nus 5 1
Al-Nu>r 40 1
Al-Syu>ra> 52 1
Al-H}adid 13, 28 2
Nuh} 16 1
5. َ‫نَ َْورَ َك ْم‬ Al-H}adid 13 1

6. ‫نَ َْورَنَا‬ Al-Tah}ri>m 8 1

Muh}ammad Fuad ’Abd Al Baqi, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfazh Al-Quran Al Karim (Dar
12

Al Kutub Al Mishriyyah, 1364 H), h. 725-726.


20

7. َ‫نَ َْورَه‬ Al-Taubah


Al-Nu>r
32
35(terulang 2 kali)
1
1
Al-S}aff 8 1
8. َ‫نَ َْورَهَ ْم‬ Al-Baqarah
Al-H}adid
17
12, 19
1
2
Al-Tah}ri>m 8 1
9. ‫َْالمنيْر‬ Al-Imra>n
Al-H}ajj
184
8
1
1
Al-Luqma>n 20 1
Fa>tir 25 1
10. ‫منيْرا‬ Al-Furqa>n
Al-Ah}za>b
61
46
1
1
Sumber : Muh}ammad Fuad ’Abd al-Baqi, 1945.

Dari tabel di atas dapat dilihat berbagai bentuk dari kata Al-Nu>r yang ada di dalam

Al-Qur’an, yaitu:

1. Lafadz Na>r ditemukan sebanyak 145 kali dalam Al-Qur’an dengan derivasi ‫النار‬

dan ‫نارا‬, disini peneliti hanya mengambil 2 contoh trem tersebut karena peneliti

hanya memfokuskan pada trem Al-Nu>r.13

2. Lafadz ‫ النور‬ditemukan 21 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Baqarah (1):

257, QS. Al-Maida>h(5): 15, 16, 44, dan 46, QS. Al-An’a>m(6): 1, QS. Al-A’raf(7):

157, QS. Al-Taubah(9): 32, QS. Al-R’ad(13): 16, QS. Ibra>hi>m(15): 1, dan 5, QS.

Al-Nu>r(24): 35, dan 40, QS. Al-Ahza>b(33): 43, QS. Fa>tir(35): 20, QS. Al-

Zumar(39): 22, dan 69, QS. Al-H}adid(57): 9, QS. Al-S}aff(61): 8, QS. Al-

Tagha>bun(64): 8, QS. Al-Tala>q(65): 11.

Muh}ammad Fuad ’Abd Al Baqi, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfazh Al-Quran Al Karim..., h.


13

723-725.
21

3. Lafadz ‫ نورا‬ditemukan 9 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Nisa>(4): 91,

QS. Al-An’a>m(6): 174, 122, QS. Yu>nus(10): 5, QS. Al-Syu>ra>(42): 52, QS. Al-

H}adid(57): 13, dan 28, QS. Nuh}(71): 16.

4. Lafadz ‫ نوركم‬ditemukan 1 kali pada QS. Al-H}adid(57): 13.

5. Lafadz ‫ نورنا‬ditemukan 1 kali pada QS. Al-Tah}ri>m(66): 8.

6. Lafadz ‫ نوره‬ditemukan 3 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Taubah(9):

32, QS. Al-Nu>r(24): 35, QS. Al-S}aff(61): 8.

7. Lafadz ‫ نورهم‬ditemukan 4 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Baqarah(1):

17, QS. Al-H}adid(57): 16, dan 19, QS. Al-Tah}ri>m(66): 8.

8. Lafadz ‫ المنير‬ditemukan 4 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Imra>n(3) :

184, QS. Al-H}ajj(22): 8, QS. Luqma>n(31): 20, Q.S. Fa>tir(35): 25.

9. Lafadz ‫ منيرا‬ditemukan 2 kali pada surah yang berbeda yaitu, QS. Al-Furqa>n(25):

61, QS. Al-Ah}za>b(33): 46.

D. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Nu>r berdasarkan Periodisasi

Turunnya Al-Qur’an secara umum terbagi menjadi dua, yaitu ayat-ayat yang turun

di Mekah dan Madinah, dari sanalah muncul sebutan ayat Makkiyah dan

Madaniyyah. Para sarjana muslim mendefinisikan ayat Makkiyah dan Madaniyyah

dengan membagi kedalam beberapa persefektif yaitu, Pertama dari persefektif masa

turunnya Al-Qur’an. Ayat Makkiyah merupakan ayat-ayat yang turun sebelum

Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, sedangkan ayat Madaniyyah merupakan ayat-

ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Kedua, dari persefektif
22

tempat turunnya Al-Qur’an Makkiyah merupakan ayat-ayat disekitar daerah Mina,

Arafah, dan Hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyyah merupakan ayat-ayat yang turun di

daerah Uhud, Quba, dan Hula.14

Selengkapnya dapat dilihat dari ayat-ayat yang berbicara seputar Al-Nu>r yang telah

di kelompokkan pada ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah.15

TABEL II

KLASIFIKASI AYAT-AYAT AL-NU<R BERDASARKAN PERIODISASI

Priode Surah Nomor Surah Nomor Ayat

- - -
Mekkah I
Nuh} 71 16
Mekkah II Al-Furqa>n 25 61
Ibra>hi>m 14 1, 5

Al-Zumar 39 22, 69
Al-Luqma>n 31 20
Al-Syu>ra> 42 52
Mekkah III Yu>nus 10 5
Fa>tir 35 20, 25
Al-A’raf 7 157
Al-An’a>m 6 1, 91, 122
Al-Ra’d 13 16
Al-Baqarah 1 257
Madinah Al-Tagha>bun 64 8
Al-Imra>n 3 184

14
Muh}ammad Husni, ‘Studi Al-Qur’an: Teori Al Makkiyah Dan Al Madaniyah’, Dalam Jurnal
Al-Ibrah, Vol. 4 No. 2 Desember 2019. h. 70.
15
Peneliti menggunakan susunan klasifikasi surat-surat Al-Qur’an sebagaimana yang diajukan
Theodore Noldeke (seorang sarjana Jerman) yang membagi surat-surat Mekah ke dalam tiga priode,
yaitu periode awal, pertengahan, dan akhir, yang menjadi standar bagi sarjana-sarjana kemudian.
Tujuan Noldeke adalah menetapkan korelasi yang tepat antara relevansi Al-Qur’an dengan framework
biografis sirah. Lihat Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015). h. 117.
23

Al-S}aff 61 8
Al-H}adid 57 8, 9, 13, 16, 19
Al-Nisa> 4 174
Al-Tala>q 65 11
Al-Nu>r 24 35, 40
Al-H}ajj 22 8
Al-Ah}za>b 33 43
Al-Tah}ri>m 66 8
Al-Taubah 9 32, 46
Al-Maida>h 5 15, 16, 44, 46

Sumber : Theodore Noldeke, 1856.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan Al-Nu>r

terbagi menjadi dua tempat, yaitu ayat yang turun di Makkah dan yang turun di

Madinah. Ayat-ayat yang tergolong pada Makkiyah berjumlah 16 ayat yang terdapat

pada 11 surah yang berbeda, sedangkan yang tergolong pada ayat-ayat Madaniyyah

berjumlah 22 ayat yang terdapat pada 13 surah yang berbeda. Di bawah ini peneliti

akan menyampaikan isi kandungan ayat-ayat sesuai dengan periodisasi dari turunnya

ayat, yaitu:

1. Makkiyah

a. Berbicara Mengenai Cahaya Matahari dan Bulan

Allah SWT yang menciptakan langit serta bumi dan bersemayam di atas

arsy, yang menjadikan matahari dan bulan bercahaya, (QS. Yu>nus: 5). Allah

SWT menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai

pelita (QS. Nuh}: 16). Allah SWT menghiasi langit dengan bintang-bintang

dan membuat bulan serta matahari bersinar (QS. Al-Furqa>n: 61).


24

b. Berbicara Mengenai Kekuasan Allah SWT

Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap

dan terang, namun orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka

(QS. Al-An’a>m: 1). Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk mendebat

para orang-orang musyrik dan memberitahu mereka bahwa Allah SWT adalah

pencipta segala sesuatu, yang maha Esa dan Maha Perkasa (QS. Ar-Ra’d: 16).

Nabi Muhammad SAW membacakan kisah Nabi Ibra>hi>m AS kepada kaum

musyrik Mekah (QS. Al-Syu’ara>: 69). Printah untuk mengimani dan juga

memuliakan Rasulullah SAW serta mengikuti apa yang terdapat dalam Al-

Qur’an sehingga tergolong ke dalam orang-orang yang beruntung (QS. Al-

A’raf: 157). Orang-orang kafir yang mengingkari kita>b Al-Qur’an sebagai

petunjuk dan meragukan Allah SWT telah menurunkankita>b kepada para Rasul

(QS. Al-An’a>m: 91). Kita>b yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai

petunjuk bagi manusia (QS. Ibra>hi>m: 1). Allah SWT memberikan perbedaan

kaum muslimin dengan orang-orang kafir (QS. Al-An’a>m: 122).

c. Berbicara Tentang kisah Nabi Musa AS

Kisah tentang Nabi Musa AS yang menyinggung sikap buruk Firaun seperti

perbudakan dan pembunuhan anak-anak Bani Israil yang laki-laki, dan Nabi

Musa AS menolak asuhan Firaun di istana sebagai suatu nikmat (QS. Al-

Syu’ara>: 22). Allah SWT telah mengutus Nabi Musa AS kepada Bani Israil
25

untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang

pengesaan Allah SWT (QS. Ibra>hi>m: 5).

2. Madaniyyah

a. Berbicara Mengenai Seruan Untuk Beriman Kepada Allah SWT

Allah SWT melindungi orang-orang yang beriman, Dialah yang

mengeluarkan mereka dari gelapnya kekafiran menuju terangnya keimanan.

Sedangkan orang-orang kafir, pelindung mereka adalah setan, yang

mengeluarkan mereka dari terangnya iman menuju kekafiran. (QS. Al-Baqarah:

257). orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT, padahal Allah

SWT telah mengutus Rasul di tengah-tengah mereka yang mengajak dalam

keimanan serta mengesakan-Nya (QS. Al-H}adid: 8). Rasul yang membacakan

ayat-ayat Allah SWT untuk menerangkan hukum-hukum Nya, dengan tujuan

mengeluarkan orang-orang yang beriman terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya,

dari sesatnya kegelapan menuju cahaya hidayah. (QS. Al-Tala>q: 8). Mengajak

orang-orang kafir untuk beriman serta mengajak orang-orang beriman yang

masih ragu untuk beriman seutuhnya (QS. Al-Tagha>bun: 8). Orang-orang

munafik yang mencari penerangan dari cahaya orang yang beriman saat dalam

kegelapan hari kiamat. (QS. Al-H}adid: 13). Allah SWT menerangkan keadaan

orang-orang mukmin dan munafik di akhirat, yang menyerukan hati manusia

agar khusyu terhadap sang pencipta serta merasa rendah karena keagunganNya

(QS. Al-H}adid: 16). Seruan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah
26

SWTdan Rasul-Nya, untuk bertaubat dengan taubat yang benar dan ikhlas (QS.

Al-Tah}ri>m: 8). Orang-orang yang beriman terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya

dengan keimanan yang sempurna (QS. Al-H}adid: 19). Allah SWT memberi

rahmat kepada orang-orang yang beriman (QS. Al-Ahza>b: 43).

b. Berbicara Mengenai Petunjuk Dari Allah SWT

Allah SWT merupakan cahaya langit dan bumi yang mengatur segala urusan

keduanya dan memerikan petunjuk para penghuninya. Perumpamaan cahaya

Allah SWT dalam hati orang mukmin seperti lubang yang tak tembus, yang di

dalamnya terdapat pelita (QS. Al-Nu>r: 35). Allah SWT menurunkanAl-Qur’an

kepada Nabi Muhammad SAW untuk menghilangkan kegelapaan yang ada di

dunia (QS. Al-H}adid: 57). Para ahli kita>b berupaya memadamkan Al-Qur’an

dan Islam dengan membuat fitnah serta berita bohong (QS. Al-Taubah: 32).

Orang-orang kafir ingin membantah kebenaran dari Al-Qur’an dengan

membuat berita-berita bohong terhadap Nabi Muhammad SAW (QS. Al-S}aff:

8). Allah SWT membuat perumpamaan terkait sia-sianya amalan orang-orang

kafir. Seperti dalam gelap gulita yang berada di laut yang tidak dapat dijangkau

kedalamannya serta diliputi awan gelap yang menutupi sinar matahri (QS. Al-

Nu>r: 40). peringatan kepada manusia terkait turunnya Al-Qur’an sebagai

petunjuk yang nyata (QS. Al-Nisa>: 174). Rasulullah menjelaskan apa yang di

sembunyikan oleh ahlul kita>b selama ini melalui Al-Qur’an (QS. Al-Maida>h:

15). Al-Qur’an menunjukkan serta menyelamatkan manusia dari azab Allah


27

SWT dan membimbing ke jalan yang lurus (QS. Al-Maida>h: 16). Petunjuk

yang mengeluarkan manusia dari kesesatan kepada cahaya yang menerangkan

hukum-hukum (QS. Al-Maida>h: 44).

Dari klasifikasi-klasifikasi ayat tentang Al-Nu>r di atas, Abu> Muhammad

Sahal al-Tustari> tidak menjelaskan keseluruhan ayat tersebut, ia hanya

menjelaskan beberapa ayat saja, yaitu QS. Al-Baqarah(1): 257, QS. Al-

Taubah(9): 32, QS. Al-Zumar(39): 69, QS. Al-H}adid(57): 12, 13. QS. Al-

S}aff(61): 8, QS. At-Tah}ri>m(66): 8, QS. Al-Nu>r(24): 35.

E. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Nu>r Berdasarkan Asba>bun Nuzu>l

Secara bahasa asba>b an-Nuzu>l terdiri dari kata asba>b an-Nuzu>l. Kata asba>b

merupakan bentuk jamak dari kata sabab yang memiliki arti “sebab atau alasan”.

Sedangkan kata Nuzu>l memiliki arti “turun”. Asba>b an-Nuzu>l dalam ilmu Al-Qur’an

berarti sebab-sebab turunnya Al-Qur’an. secara istilah asba>b an-Nuzu>l menurut

Rosihon adalah kejadian suatu pristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-

Qur’an dalam rangka menjawab serta menyelesaikan masalah yang timbul dari suatu

kejadian.16

Para ulama berbeda pendapat mengenai persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an

memiliki asba>b an-Nuzu>l atau tidak. Ada yang berpendapat bahwa tidak semua ayat

Al-Qur’an memiliki asba>b an-Nuzu>l. Sehingga turunnya ayat Al-Qur’an tanpa ada

yang melatar belakangi proses turunnya oleh suatu pristiwa. Ada juga yang memiliki

16
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an..., h. 60.
28

pendapat bahwa semua ayat Al-Qur’an memiliki asba>b an-Nuzu>l. Pendapat tersebut

mengatakan kesejarahan Arab sebelum turunnya Al-Qur’an merupakan latar

belakang makro dari Al-Qur’an, namun riwayat-riwayat asba>b an-Nuzu>l merupakan

latar belakang mikronya.17

Adapun ayat-ayat Al-Nu>r yang memiliki asba>b an-Nuzu>l yaitu:

1. Al-Baqarah ayat 257

۟ ِ ‫ِل ٱله ِذين ءامنُو۟ا ُُيأ ِرجهم ِمن ٱلظُّلُ ٰم‬


‫ين َك َف ُرٓوا أ أَولِيَآُؤُه ُم‬‫ذ‬
َ َ
ِ ‫ت إِ َِل ٱلنُّوِر ۖ وٱله‬
َ َ ُُ َ َ َ ُّ ِ‫ٱ هَّللُ َو‬
‫ٰب ٱلنها ِر ۖ ُه أم فِ َيها‬ ٓ ۟ ِ ‫ٱلطٰهغوت ُُي ِرجوََّنم ِمن ٱلنُّوِر إِ َِل ٱلظُّلُ ٰم‬
ُ ‫َص َح‬ ‫كأأ‬ َ ِ‫ت ۗ أُوٰلَئ‬ َ َ ُ ُ‫ُ ُ أ‬
‫َخٰلِ ُدو َن‬
Terjemah : “Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.”18

Terdapat satu riwayat dari Ibnu Ja>ri>r dari Muja>hi>d berkata “bahwasannya dahulu

sesuatu yang beriman kepada Nabi Isa AS dan kaum yang lain mengingkarinya,

maka Nabi Muh}ammad SAW diutus, orang-orang yang mengingkari Isa beriman

kepada Rasulullah, dan orang-orang yang beriman kepada Isa mengingkari Nabi,

maka turunlah ayat ini.19

17
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an..., h. 61.
18
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 57.
19
Imam As-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Vol. 1. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2014.). h. 84.
29

2. Al-Maida>h ayat 15

ۡ ۡ ‫ٰب ق ۡد جآء ُك ۡم رس‬ ۡ ۡ ٰۤ


ِ ‫ِّمها ُك ۡن تُ ۡم ُ ُۡت ُف ۡو َن ِمن الكِت‬
‫ٰب‬ ‫ي لَ ُك ۡم َكثِ ۡ ًريا‬ِ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ل‬
ُ‫و‬
ُ َُ َ ُ َ َ َ َ ِ ‫ت‬ ِ
‫ك‬ ‫ال‬ ‫يٰ اَه َل‬
َ
‫ي‬ ۡ ِ‫وي ۡعف ۡوا ع ۡن كثِ ۡ ٍري ق ۡد جآءك ۡم ِمن ٰاَّللِ ن ۡور وكِتٰب مب‬
ٌ ُّ ٌ ‫َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ ٌ ه‬
Terjemah : “Hai Ahli kita>b, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul
Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kita>b yang kamu sembunyi
kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kita>b yang menerangkan.”20

Riwayat dari Ibnu Ja>rir dari ‘Ikrimah ia berkata, “Nabi Muhammd SAW pernah

didatangi orang-orang Yahudi yang bertanya mengenai hukum rajam, lantas

Rasulullah bertanya kepada mereka, siapa dari kalian yang paling pandai?” lalu

orang-orang Yahudi itu menunjuk Ibnu Shu>riya>. Kemudian Rasulullah

menyumpahnya dengan Dzat yang menurunkanTaurat kepada Nabi Musa AS, serta

dengan perjanjian-perjanjian yang ditetapkan atas mereka sampai ia gemetaran. Lalu

orang itu berkata “sesungguhnya ketika banyak orang dibunuh karena melakukan

zina, lantas kami hanya menghukum pelakunya dengan cambukan 100 kali dan

memotong habis rambut kepalanya.” Kemudian orang yang melakukan zina itu pun

di rajam. Allah SWT akhirnya menurunkanayat ini.21

3. Al-An’a>m ayat 91

‫اَّللُ َعلَ ٰى بَ َش ٍر ِم أن َش أي ٍء ۗ قُ أل َم أن أَنأ َزَل‬


‫اَّللَ َح هق قَ أد ِرهِ إِ أذ قَالُوا َما أَنأ َزَل ه‬
‫َوَما قَ َد ُروا ه‬
‫يس تُأب ُدوََّنَا‬ ِ ‫هاس ۖ َأَتعلُونَه قَر‬
‫اط‬ ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫الأكِتاب اله ِذي جاء بِِه موسى نُورا وه ًدى ل‬
َ َ ُ َ َُ ً ٰ َ ُ َ َ َ َ

20
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 148.
21
Imam As-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an..., h. 197.
30

‫اَّللُ ۖ ُثُه َذ أرُه أم ِِف‬


‫آَب ُؤُك أم ۖ قُ ِل ه‬ ِ ِ
َ ‫َوُُتأ ُفو َن َكث ًريا ۖ َوعُل أمتُ أم َما ََلأ تَ أعلَ ُموا أَنأتُ أم َوََل‬
‫َخ أو ِض ِه أم يَلأ َعبُو َن‬
Terjemahan : “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya
ketika mereka berkata, "Allah tidak menurunkansesuatu pun kepada manusia."
Katakanlah (Muh}ammad), "Siapakah yang menurunkanKita>b (Taurat) yang
dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kita>b
itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan
(sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan
kepadamu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek
moyangmu." Katakanlah, "Allah-lah (yang menurunkannya)," kemudian
(setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”22

Diriwyatkan dari Ibnu Abi> Ha>ti>m dari Sa’i>d bin zuba>ir bahwasannya Nabi

Muh}ammad SAW pernah didebat seorang Yahudi yang bernama Ma>lik bin Shaif.

Lantas Nabi bertanya kepada orang Yahudi tersebut, “demi Tuhan yang telah

menurunkan Taurat kepada Musa, apakah ada kamu dapati di dalam Taurat jika

Allah SWT membenci pendeta yang gemuk?” kebetulan ia merupakan seorang

pendeta yang gemuk, kemudian ia marah dan berkata, “Allah tidak menurunkan

sesuatu hal pun kepada manusia” mendengar pernyataan tersebut teman-teman dari

orang tersebut bertriak, “celakalah kamu Apakah Allah juga tidak menurunkan

sesuatu kepada Musa AS?”

Diriwayat yang lain, Ibnu Ja>rir meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi> T}halh}ah dari

Ibnu ‘Abba>s menyatakan jika orang-orang Yahudi berkata, “demi Allah, Allah tidak

menurunkan kita>b apa pun dari langit.” Maka ayat ini pun turun.23

22
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 180.
23
Imam As-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an..., h. 230.
31

4. Al-An’a>m ayat 122

ِ ‫َحيَ أي نَاهُ َو َج َعلأنَا لَهُ نُ ًورا َيَأ ِشي بِِه ِِف الن‬
‫هاس َك َم أن َمثَلُهُ ِِف‬ ‫أ ََوَم أن َكا َن َمأي تًا فَأ أ‬
ِ ِ ِ ِ‫ات لَيس ِِبارٍِج ِمنأ ها َك َذل‬
َ ‫ك ُزي َن للأ َكاف ِر‬
‫ين َما َكانُوا يَ أع َملُو َن‬ َ َ َ َ ‫الظُّلُ َم ِ أ‬
Terjemahan : “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami
hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir
itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”24

Diriwayatkan oleh Abu> Asy-Syaikh dari Ibnu ‘Abba>s dalam firman Allah SWT,

“dan apakah orang yang sudah mati kemudian orang itu kami hidupkan kembali”

ayat ini turun pada ‘Umar dan Abu> Jahal, Ibnu Ja>rir meriwayatkan hadits yang senada

dari Al-D}hahha>k.25

5. Al-Ah}za>b ayat 43

ِ ‫هو ٱله ِذى يصلِى علَي ُكم وم ٰلَٓئِ َكتُهۥ لِي أخ ِرج ُكم ِمن ٱلظُّلُ ٰم‬
ۚ ‫ت إِ َِل ٱلنُّوِر‬ َ َ َ ُ ُ ََ ‫ُ َ َ أ أ‬ َُ
‫ي َر ِح ًيما‬ ِِ
َ ‫َوَكا َن بِٱلأ ُم أؤمن‬
Terjemahan : “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.”26

Diriwayatkan oleh ‘Abd bin H}umai>d dari Muja>hi>d ia mengatakan saat turun ayat

“sesungguhnya Allah dan malaikat-maikat Nya berselawat untuk Nabi...” Abu> Bakar

24
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 195.
25
Imam As-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an..., h. 236.
26
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 610.
32

lantas berkata “ya Rasulullah, segala kebaikan yang Allah limpahkan kepadamu,

kami pun merasakannya.” Maka turunlah ayat ini.

6. Al-H}adid 28

ِ ‫اَّللَ و ِآمنُوا بِر ُسولِِه يُ أؤتِ ُك أم كِ أفلَ أ‬


‫ي ِم أن َر أْحَتِ ِه َوَأَي َع أل لَ ُك أم‬ ِ
َ َ ‫ين َآمنُوا اته ُقوا ه‬ َ ‫ََي أَيُّ َها الهذ‬
‫ور َرِح ٌيم‬ ‫نُ ًورا َتَأ ُشو َن بِِه َويَ أغ ِف أر لَ ُك أم ۚ َو ه‬
ٌ ‫اَّللُ َغ ُف‬
Terjemahan : “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul),
bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu
cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni
kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”27

Diriwayatkan dari Ibnu Abi> Ha>tim dari Muqatil mengatakan saat ayat “mereka

ialah orang-orang yang memperoleh pahala sebanyak dua kali karena kesabaran

mereka” para ahli kita>b yang beriman lantas membanggakan diri dihadapan para

sahabat Nabi Muh}ammad SAW. Mereka mengatakan, “kami mendapatkan dua pahala

sedangkan kalian hanya mendapat satu pahala” hal itu membuat para sahabat berat

hati. Maka Allah SWT menurunkan ayat ini.28

27
Imam Al-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an..., h. 428.
28
Imam As-Suyuthi, Asba>bun Nuzu>l: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an..., h. 520.
BAB III
TINJAUAN UMUM TAFSI>R AL-TUSTARI<
A. Profil Mufassir

1. Biografi Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari>

Nama lengkap Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> adalah Abu> Muh}ammad Sahal bin

‘Abdulla>h bin Yu>nus bin ‘Isa bin ‘Abdulla>h bin Ra>fi al-Tustari>. Ia bisa dipanggil

dengan sebutan Abu> Muh}ammad atau al-Tustari>, salah satu ulama sufi dan ahli ilmu

riya>d}ah, ilmu kalam, dan wira>’i.1

Abu> Muh}ammad Sahal bin ‘Abdulla>h bin Yu>nus bin ‘Isa bin ‘Abdulla>h bin Ra>fi

al-Tustari> lahir di Tustar yang terletak di kota Ahwaz, Iran pada tahun 203 H,2 dan

meninggal pada tahun 282 H di Bas}rah. Hidup di abad ke-3 H abad yang melahirkan

banyak ulama besar dalam bidang keilmuan.3 Mengenai tahun kelahiran Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> masih ada perdebatan mengenai hal itu, namun banyak

sumber yang menggunakan tahun 200 H dan 203 H. Arberry beranggapan 200 H,

Massignon beranggapan 203 H, sedangkan Ibn Hallika>n menyatakan Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> lahir pada 200 H atau pada tahun 201 H sesuai dengan

keterangan dari Ibn al-Ati<r.4 Penulis lain mengatakan bahwa kelahiran Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> pada tahun 203 H, yang sesuai dengan hitungan mundur

1
Abu> Muh}ammad Sahal, Tafsi>r Al-Tustari (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2007). h. 3.
2
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari. Translated by Keeler, A. &
Keeler, A. Amman (Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic thought, 2011). h. XV.
3
Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsi>r : Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsi>r
/ Prof. Dr. Mani’ Abd Halim Mahmud; Penerjemah: Faisal Saleh, Syahdianor (Jakarta: Rajagrafindo
persada, 2006). h. 51.
4
Heri MS Farid, et.al, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008). h. 1072.

33
34

dari tahun kematiannya yang berusia 80 tahun. Terdapat perbedaan pendapat pula

mengenai tahu meninggalnya, ada yang berpendapat Abu> Muh}ammad Sahal al-

Tustari> meninggal pada tahun 293 H, namun pendapat yang lebih tepat mengenai

kematiannya pada tahun 283 H ketika Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> berusia 80

tahun, yang sesuai dengan pendapat Ibn al-Ah}mad al-H}anbali>.5

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> bercerita bahwa sejak usianya tiga tahun sudah

terbiasa bangun di malam hari dan melihat pamannya Muh}ammad Ibn Sawwar

melaksanakan salat malam. Akan tetapi, ketika pamannya mengetahui apa yang

dilakukan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>, pamannya kemudian berkata,

“kembalilah tidur, kamu telah membuat hatiku gelisah”. Ketika usianya dirasa sudah

tepat, barulah pamannya bermaksud untuk mengenalkan ajaran tasawuf kepada Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> dengan bertanya, “apakah kamu dapat mengingat Allah

yang menciptakanmu?”, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menjawab, “bagaimana

caranya agar aku dapat mengingat-Nya?”, pamannya menjawab, “ucapkanlah tiga

kalimat ini dalam hatimu tanpa menggerakkan lidahmu saat menjelang tidur malam,

Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah mengawasiku”, saat mendapatkan ajaran

tersebut Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> terus mengamalkannya. Atas ajaran dari

pamannya, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> melakukannya hingga satu tahun dan

pamannya berkata, “hafalkan terus apa yang saya ajarkan kepadamu dan berzikirlah

dengan istiqamah sampai kamu masuk ke liang kubur, Sesungguhnya zikir tersebut

5
Muh. Ainul Fiqih, ‘Makna Ikhlas Dalam Tafsi>r Al-Tustari Karya Sahl Ibn 'Abdulla>h Al-
Tustari’, Skripsi. IAIN Surakarta, 2017.
35

bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat.” Sampai akhirnya dengan mengamalkan

zikir tersebut, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> merasakan kelezatan dan manisnya

zikir dalam hatinya.6

Setelah proses itu berlangsung beberapa tahun, kemudian rasa manis dan nyaman

itu semakin terasa merasuk ke sanubari Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> sampai

tingkat paling dalam, kemudian pamannya berkata, “jika seseorang senantiasa merasa

bahwa Allah SWT yang Maha Agung selalu melihat dan menyaksikannya, maka

apakah ia akan bermaksiat kepada-Nya? Maka jauhilah maksiat. Mendengar

pernyatan seperti itu, al-Tustari> pun selalu berkhalwat (menyepi) sehingga orang

tuanya menghendaki untuk belajar ke madrasah.7

Melihat keinginan orang tuanya untuk mengirimkan ke madrasah, Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> berkata, “sungguh saya takut jika akan mengalami

kesedihan.” Mendengar pernyataan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>, orang tuanya

membuat perjanjian dengan gurunya, bahwa Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> hanya

akan belajar satu jam saja di madrasah, setelah itu ia akan kembali kepada kebiasaan

semula (menyepi). Ketika mendengar pernyataan tersebut, Abu> Muh}ammad Sahal al-

Tustari> menuruti permintaan orang tuanya untuk belajar di madrasah dan ia mampu

menghafalkan Al-Qur’an pada usia enam atau tujuh tahun. Semenjak itu Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> melakukan ibadah lain nya seperti berpuasa setiap hari

yang dikenal dengan istilah s}au>m al-dahr dan hanya berbuka puasa dengan sepotong

6
Abu> Muh}ammad Sahal, Tafsi>r Al-Tustari..., h. 4.
7
Heri MS Farid, et.al, Ensiklopedi Tasawuf..., h. 1072.
36

roti gandum hingga menginjak umur dua belas tahun.8 Kemudian terlihat bagaimana

kecenderungan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> terhadap jalan hidup sufi yang

semakin bertambah kuat. Hal ini ditandai ketika Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

berusia tiga belas tahun, ia mengalami krisis spiritual dalam bentuk pertanyaan

mendalam yang terus-menerus mengganggunya, yang membuatnya melakukan

perjalanan ke Bas}rah untuk mengetahui apakah salah satu dari orang-orang terpelajar

di kota tersebut akan mampu menjawab pertanyaannya, namun di Bas}rah Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> tidak menemukan siapa pun yang bisa membantunya

disana, kemudian ia melakukan perjalanan menuju pulau ‘Abba>da>n (Iran selatan-

barat sekarang), dimana ribat atau spiritual yang terkenal tempat berlindung dan retret

dikatakan telah didirikan oleh pengikut H}asan Al-Bas}ri>. Di sinilah Abu> Muh}ammad

Sahal al-Tustari> bertemu dengan Abu> Habib Hamza bin ‘Abdulla>h Al-‘Abbadani,

yang pada akhirnya mampu memberikannya jawaban atas pertanyaannya. Ia bertanya

kepada Abu> H}abib Hamzah “Syekh, Apakah hati selalu bersujud?” Abu> Habib

Hamzah menjawab, “Ya, selamanya”. Atas dasar jawaban sederhana inilah Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> kemudian merasakan bahwa dirinya telah menemukan

jawaban yang ia inginkan selama ini.

Kemudian ia memutuskan untuk tinggal bersama Abu> Habib untuk beberapa

waktu, untuk belajar pengetahuannya dan adab sufi, yaitu disposisi dan mode

melakukan yang benar menuju kepada jalan mistik. Setelah belajar dari guru spiritual

8
Abu> Muh}ammad Sahal, Tafsi>r Al-Tustari..., h. 68.
37

tersebut, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> kembali ke kota asalnya di Tustar. di

mana selama sekitar dua puluh tahun dia menjalani kehidupan sendirian, sangat

menundukkan dirinya disiplin pertapa yang ketat dengan metode puasa yang terus-

menerus dan berat sekali. Semenjak itu, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> banyak

melakukan puasa dan berbuka tiga malam sekali, kemudian lima malam sekali, tujuh

malam sekali, sampai pada akhirnya ia mampu berbuka puasa dua puluh lima malam

sekali, hal tersebut berlangsung sampai dua puluh tahun.9 Setelah itu Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> bepergian ke berbagai penjuru, ke berbagai belahan

negeri dan desa beberapa tahun termasuk perjalanannya untuk menunaikan haji ke

Mekkah pada tahun 219 H.

Menurutbeberapa laporan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> pertama kali bertemu

dengan Dzu>n Nu>n al-Mis}hri di kota Mekkah. Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> tidak

diketahui secara umum menjadi murid Dzu>n Nu>n al-Mis}hri, ia tinggal bersamanya

dan tetap tinggal dalam pelayanan kepadanya untuk jangka waktu tertentu, tapi ada

sedikit keraguan bahwa sebuah asosiasi spiritual yang kuat didirikan di antara kedua

mistikus. Satu laporan menyatakan bahwa Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

melakukan perjalanan ke Mesi>r untuk menemui Dzu>n Nu>n al-Mis}hri, dimana yang

terakhir mengajarkan kepadanya tentang hakikat kepercayaan sejati kepada Allah

SWT atau tawakal kepada Allah SWT, yang mana Sebenarnya ini adalah salah satu

doktrin kunci yang ditunjukkan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dalam komentar

9
Abu> Muh}ammad Sahal, Tafsi>r Al-Tustari.... h. 68.
38

Al-Qur'annya.10 Pengaruh Dzu>n Nu>n al-Mis}hri yang cukup dominan ini berbuah pada

tumbuhnya sikap hormat Sahal terhadap teman sejawatnya ini, yang bagi sebagian

kalangan disebut pula sebagai guru Sahal al-Tutari, sebagaimana ditunjukkan melalui

sikap Sahal yang enggan menerima murid sampai Dzu>n Nu>n al-Mis}hri meninggal

dunia pada tahun 246 H.

2. Guru dan Murid Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>.

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> selama perjalanannya dalam mencari ilmu

banyak bertemu dengan tokoh-tokoh terkenal yang ia temui dan menjadikannya

guru:11

a. Muh}ammad Ibn Sawwar, Ia juga merupakan paman dari Abu> Muh}ammad al-

Tustari>, dalam mengajarkan ilmu tasawuf pertama kali kepadanya.

b. Hamzah al-‘Abbadani.

c. Muqa>til ibn Sulaima>n.

d. H}ammad ibn Sal<amah.

e. Waki’ ibn Al-Gharrah.

f. Shu>fis Abu> Sulaima>n Ad-Darani.

g. Bisri> Al-H}arits}.

h. Sari> As-Saqati}.

i. ‘Abdulla>h Ar-Rah}im al-Istakh}ri.

10
‘Abdulla>h bin Yunis AL-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari. Translated by Keeler..., h.
xvi.
11
Muh. Ainul Fiqih, ‘Makna Ikhlas Dalam Tafsi>r Al-Tustari Karya Sahl Ibn 'Abdulla>h Al-
Tustari..., h. 39.
39

Abu> Muh}ammad Al-Tustari> banyak memiliki murid yang beberapa diantaranya

belajar dan menetap bertahun-tahun, sementara yang lain hanya belajar dan menetap

dalam waktu singkat. Murid-murid yang belajar dan menetap lama adalah:12

a. Muh}ammad ibn Sa>lim dan Ah}mad ibn Sa>lim.

b. Abu> Bakar Muh}ammad ibn al-‘Asat al-Sijz}i.

c. Abu> Al-H}asan ‘Umar ibn Wasi>l al-‘Anbar.

Adapun murid-murid Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang belajar dan menetap

dalam waktu yang singkat adalah:13

a. H}usain ibn Mans}u>r al-H}alla>j.

b. H}asan ibn Khal>af al-Barbaha>ri>.

c. Abu> Muh}ammad ibn H}usai>n al-Jurayyri>.

d. Abu> Al-H}asan ibn Muh}ammad al-Muzayyin al-Tirmid}zi.

e. Isma>il ibn ‘Ali al-‘Aili.

3. Karya-karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

Setelah mencapai dari puncak ilmu pengetahuan dan kebersihan jiwa, Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> mulai berdakwah serta mengajak manusia kedalam

kebenaran dan hidayah Allah SWT. Dakwah yang ia lakukan bukan hanya sebatas

prilaku, ucapan, dan nasihat saja, akan tetapi Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

12
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari. Translated by Keeler..., h.
xix.
13
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari..., h. xix.
40

mewariskan banyak khazanah keilmuan dalam bentuk buku yang diantara karya-

karya nya yaitu:14

a. Tafsi>r Al-Qur’an Al-‘Adzim (Tafsi>r al- Tustari>).

b. Daqai>q al-Muh}ibbi>n.

c. Maw>a’iz} al-‘Arifi>n.

d. Jawa>bat Ahlu al-Yaqi>n.

e. Qas}as}ul al-Anbi>ya’.

f. Had}za Fadh}lan an Tafsi>r Masyhu>r.

g. Al-Gayah} li Ahli>n Niha>yah.

h. Al-Syarh} wa al-Baya>n lima Asykala min Kala>m Sahl.

4. Pendapat Ulama Tentang Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

a. Ibn Al-‘Arabi pengarang kita>b al-Futu>h}at al-Makiyyah berkata, Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> ialah hamba Allah SWT yang begitu rajin dalam

beribadah, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> belajar kepada salah satu ulama

yang terkemuka. Apabila ditanya satu permasalahan, ia mampu menjawabnya

dengan sangat menakjubkan. Ia sangat berkhidmah terhadap gurunya, ia juga

tinggal besama dengan gurunya dan selalu mengambil pelajaran terhadap apa

yang dikatakan grunya, ia juga berperilaku baik sesuai perilaku gurunya.15

b. Imam Abu> ar-Rahman as-Sulami berkata, Imam Abu> Muh}ammad Sahal al-

Tustari> adalah salah seorang pemuka dan ulama di kaumnya, dan juga

14
Mani’ 'Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsi>r : Kajian Komprehensif..., h. 54.
15
Mani’ 'Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsi>r : Kajian Komprehensif..., h. 53.
41

merupakan seorang pemuka di kalangan ahli kala>m yang ahli dalam ilmu

melatih jiwa dan ikhla>s}.16

c. Imam Al-Qusyairi> berkata, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> ialah salah

seorang imam pada kaumnya yang tidak ada tandingannya pada masanya dalam

hal mu`amalat dan wara>’. Ia memiliki banya karamah dan juga pernah bertemu

dengan Dzu>n Nu>n al-Mis}hri> di Mekah ketika menunaikan ibadah haji.

B. Metodologi Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>

1. Mengenal Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>

Bermula dari latar belakang kehidupan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang

banyak mempelajari pengamalan-pengamalan sufistik dari sejak kecil dan melakukan

perjalanan ke berbagai daerah dan kota hingga menjumpai banyak tokoh-tokoh sufi

untuk memperdalam keilmuan sampai akhirnya melakukan dakwah untuk

mengajarkan keilmuan yang telah didapatkan, kemudian dalam pemikirannya yang

dituangkan dalam Al-Qur’an dikenal dengan tafsi>r Al-Tustari>.17 Tafsi>r ini merupakan

tafsi>r yang termasuk dalam kategori tafsi>r sufi, dalam tafsi>r ini ia banyak

menakwilkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an terutama pada ayat-ayat yang mutasya>bih,

namun tafsi>rnya masih dianggap belum memuaskan karena belum lengkap dan

penjelasannya tidak mendetail, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> termasuk orang

16
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him (Kairo: Dar al-Kutub al-'Arabiyyah, 1329 H). h.
67.
17
Lenni Lestar, ‘Epistemologi Corak Penafsiran Sufistik’, Dalam Jurnal Syahadah, Vol. II, No.
1, 2014.
42

yang dianggap pertama kali menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan sufistik,

sehingga wajar jika penafsi>rannya masih sederhana dan tidak banyak penjelasannya.

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> memberi memberi nama pada karya tafsi>rnya

tersebut dengan sebutan tafsi>r Al-Tustari>, kita>b tafsi>r ini dicetak dalam satu jilid dan

yang menyusun naskah teks dari kita>b tersebut adalah kedua murid dari Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang bernama Abu> Bakar Muh}ammad ibn al-‘Asat al-

Sijzi dan Abu> al-H}asan ‘Umar ibn Wasi>l al-‘Anbar.18 Tafsi>r karya Abu> Muh}ammad

Sahal al-Tustari> dicetak pertama kali oleh Muh}ammad Isma>il Press,di Kairo pada

1326 H dengan berjumlah sebanyak 240 halaman, yang disusun oleh Muh}ammad

Ba>dr ad-Di>n al-H}asani>. Tiga tahun setelahnya tafsi>r ini dicetak ulang di Maimaniyah

Press yang kemudian diterbitkan oleh Muh}ammad al-Zuhri> al-Gamrawi> di Kairo pada

1329 H.19

Naskah paling awal dari kitab tafsir Al-Tustari> menunjuk pada abad ke-6 H. Hal

ini diperkuat dari banyaknya komentar-komentar dalam kita>b H}aqa>’iq Al-Tafsi>r

karya ‘Abdulla>h Al-Sulami yang merujuk pada tafsir Al-Tustari>. Ini lah yang

mengidentifikasikan bahwa penulisan tersenut sudah ada pada akhir abad ke-4 H

atau awal abad ke-5 H.20

18
Sahl Al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an al-‘Az}him..., h. 17.
19
Gerhard Bowering, The Mystical Vision of Existence in Classical Islam: The Qur`anic
Hermeneutics of The Sufi Sahl At Tustari (New York: De Gruyter, 1979). h. 104.
20
Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari..., h. xxvi.
43

2. Teknik Penafsiran

Dalam kajian tafsi>r, ada empat teknik yang umumnya digunakan oleh para

mufassir, yaitu tafsi>r tahli>li> (tafsi>r analitis), tafsi>r ijma>li (tafsi>r global), tafsi>r muqa>ran

(tafsi>r komparatif), dan tafsi>r maudhu‘i (tafsi>r tematik).21 Pada bagian ini, kita>b tafsi>r

Al-Tustari> termasuk dalam teknik penyajian yang bersifat tahli>li>. Dalam menafsirkan

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> mengacu pada urutan surat yang ada dalam model

mushaf standar. Ia menafsirkan Al-Qur`an berdasarkan urutan surat, yaitu dimulai

dari surat Al-Fatihah hingga surat Al-Nas. Adapun kita>b-kita>b rujukan dari Tafsi>r Al-

Tustari> ialah, S}ah}ih} al-Bukha>ri, Tahz}i>b al-Tahz}ib, dan S}ah}ih} Muslim, Tafsi>r Ibn

Katsi>r dan al-Itqa>n fi< `Ulu>m Al-Qur`an, Qut al-Qulu>b fi Mu`amalah al-Mah}bu>b, dan

kita>b Ta>rih al-Tu>ras al-`Arabi.

3. Metode

Metode tafsi>r yang dimaksud di sini adalah suatu perangkat dan tata kerja analisis

yang digunakan dalam proses penafsiran Al-Qur’an. Dalam hal ini, metode

penafsiran terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. metode tafsi>r bi al- Ma’tsur,

b. metode tafsi>r bi al-Ra’yi, dan

c. metode tafsi>r bi al-Isy’a>ri>.22

21
Fahd Bin ‘Abd Al-Rahman Sulayman Al-Rumi, Prinsip Dasar Dan Metodologi Penafsiran
Al-Qur’an. h. 69.
22
Thameem 'Ushama, Metodologi Tafsi>r Al-Qur’an...., h. 5.
44

Dari ketiga metode tersebut, kita>b Tafsi>r Al-Tustari> menggunakan dua metode

penafsiran bi al-ma’sur dan tafsi>r tafsi>r bi al-ra’yi, hal ini dapat dilihat ketika Abu>

Muh}ammad al-Tustari> menafsirkan ayat dengan ayat atau ayat dengan hadts Nabi,

atau perkataan sahabat seperti, ketika ia menfsi>rkan surat al-Baqarah ayat 112. 23

....‫َسلَ َم َو أج َههُ ِهَّللِ َوُه َو ُأُم ِس ٌن‬


‫بَلَ ٰى َم أن أ أ‬
Terjemahan: “(Tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri
kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan.....”24

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menafsirkan ayat di atas itu bukan menyerahkan

dirinya kepada Allah SWT, tetapi agamanya seperti dalam surat Al-Nisa> ayat 125,

....ُ‫َسلَ َم َو أج َهه‬ ِ ِ
‫هن أ أ‬
‫َح َس ُن دينًا ّم أ‬
‫َوَم أن أ أ‬
Terjemahan: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang
yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,...”25

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menafsirkan bahwa dari seseorang yang

mengikhlaskan agamanya secara murni kepada Allah SWT, yaitu Islam dan

syariatnya.

4. Corak

Corak tafsi>r ialah kekhususan suatu penafsiran yang merupakan dampak dari

kecenderungan seorang mufassir dalam menjelaskan maksud-maksud ayat-ayat Al-

23
Abu> Muh}ammad Sahal, Tafsi>r Al-Tustari>..., h. 32.
24
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 22.
25
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 132.
45

Qur’an,26 dalam kita>b Tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> ini

menggunakan corak sufistik, yang mana tafsi>r ini berusaha menjelaskan makna ayat-

ayat Al-Qur’an dari sudut esoterik (batin), berdasarkan isyarat yang tersi>rat dari

dalam su>luk seorang sufi nuansa tafsi>r sufi Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dapat

dilihat dalam penafsiran surah Al-Rahma>n ayat 19.

ِ ‫مرج ٱلأبحري ِن يلأتَ ِقي‬


‫ان‬َ ‫َ َ َ َ أ َأ‬
Terjemahan: “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian)
keduanya bertemu.”27
Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> mengatakan bahwa yang dimaksud dua lautan

oleh ayat tersebut adalah lautan hati yang di dalamnya terdapat bermacam-macam

mutiara atau permata dan lautan nafsu, yang keduanya saling bertemu di dalam diri

manusia.28

C. Pendapat Ulama Mengenai Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>

Ada beberapa ulama yang mengomentari kita>b Tafsi>r Al-Tustari> karya Abu>

Muh}ammad al-Tustari> diantaranya yaitu:

1. Al-Z}ahabi mengatakan bahwa kita>b ini berupaya menjelaskan empat dimensi

makna dalam Al-Qur’an, yaitu lahir, batin, had, mat{la`. Pada suatu kesempatan ia

hanya menyebutkan makna lahiriah saja, karena penjelasan ayat tersebut sudah

jelas dan mudah dipahami di kalangan umum. Makna lahir adalah makna umum

26
Abdul Syukur, ‘Mengenal Corak Tafsir Al-Qur’an’, Dalam Jurnal El-Furqonia, Vol. 01 N o.
0 1 Agustus, 2015.
27
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 783.
28
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S. bin Rafi, Tafsir Al-Tustari. Translated by Keeler..., h.
216.
46

yang dapat dipahami oleh setiap orang yang mengetahui bahasa Arab, sedangkan

makna batin adalah makna khusus hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang

dikehendaki Allah SWT.29

2. ‘Abd H}ali>m Mah}mu>d dalam bukunya mengatakan bahwa Abu> Muh}ammad al-

Tustari> dalam menafsirkan Al-Qur’an tidak takli>d (ikut) kepada orang lain, tetapi

mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an secara menyeluruh berdasarkan

kemampuannya sendiri dalam menafsirkan Al-Qur’an, baik dari segi bahasa,

syariat, akhlak, alam, dan materi-materi lain yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Ia juga menafsirkan ayat sesuai dengan kesan yang diberikan ayat Al-Qur’an

tersebut kepada hatinya atau perasaan jiwa. Abu> Muh}ammad al-Tustari> juga tidak

mengatakan bahwa itulah penafsiran ayat tersebut atau satu-satunya penafsiran dan

tidak ada penafsiran lain yang benar.30

3. Al-Syirbashi> mengambil kutipan dari buku al-Lam`u terdapat sebuah riwayat, Abu>

Muh}ammad Sahal al-Tustari> berkata: “seandainya kepala hamba Allah SWT

diberikan kemampuan memahami 1000 makna dari setiap huruf dalam Al-Qur’an,

maka tidaklah ia akan dapat memahami keseluruhan ayat Al-Qur’an yang

merupakan kalam Ilahi> dan sifat-Nya”.31 Jadi manusia hanya dapat memahami

ayat Al-Qur’an sesuai dengan yang dilimpahkan Allah SWT ke dalam hati hamba-

Nya yang membaktikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT.

29
Rosihon Anwar, Menelusuri Ruang Batin Al-Qur’an (T.tp: Penerbit Erlangga, 2010). h. 74.
30
Mani’ 'Abd H}alim Mah}mu>d, Metodologi Tafsir : Kajian Komprehensif..., h. 57.
31
Ah}mad Al-Syirbashi>, Sejarah Tafsir Qur’an (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2001). h. 137.
BAB IV

Al-NU<R DALAM KITA<B TAFSI<R AL-TUSTARI <

A. Term Al-Nu>r dalam Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>

Setelah peneliti menelusuri sebanyak 49 term Al-Nu>r menggunakan kita>b Mu’jam

Mufahras,1 kemudian menganalisia penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>

dalam kita>b Tafsi>r Al-Tustari>. Peneliti menemukan setidaknya ada tujuh makna yang

berbicara terkait Al-Nu>r dalam kita>b tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Al-Nu>r sebagai cahaya keimanan

Al-Qur’an dan terjemah

ٰۤ
‫ت اِ َِل الن أُّو ِۗر َواله ِذيأ َن َك َف ُرأٓوا اَأولِيَا ُؤُه ُم‬ِ ‫ِل اله ِذين اٰمنُوا ُُيأ ِرجهم ِمن الظُّلُ ٰم‬
َ ‫اَ َّٰللُ َوِ ُّ أ َ َ أ ُ ُ أ‬
ٰۤ ۗ
‫ب النها ِۚر ُه أم فِأي َها‬ ُ ‫ص ٰح‬ ‫ك اَ أ‬ َ ‫ت اُوٰل ِٕى‬ ِ ‫الطهاغُوت ُُيأ ِرجوََّنُم ِمن النُّوِر اِ َِل الظُّلُ ٰم‬
‫أ ُ ُأ أ َ أ‬
‫ٰخلِ ُد أو َن‬
Terjemah : “Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah (1): 257).2

Tafsir surah Al-Baqarah: 257

‫] أي وَلية الرضا فهو‬٢٥٧[ ]‫ِل اله ِذيأ َن اٰ َمنُ أوا‬


ُّ ِ‫قال سهل ِف قول هللا تعاِل[اَ َّٰللُ َو‬
‫املتوِل هلم مبا سبق هلم من هدايته ومعرفته اَيهم على توحيده و ذلك لعمه بترب‬
‫ئهم من كل سبب إَل من خالفهم فأخرجوا من الظلمات إِل النور و من‬
1
Muh}ammad Fuad ’Abd Al Baqi, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfazh Al-Quran Al Karim (Dar Al
Kutub Al Mishriyyah, 1364 H), h. 723-725.
2
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967)/ Tim Penyempurnaan
Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019). h. 57.

47
48

‫الكفر والضاللة و املعاصي والبدع إِل اإلَيان وهو النور الذي أثبته اْلق عز‬
‫وجل ِف قلو هبم وهو نور بصرية اليقي الذي به يستبصرون التوحيد والطاعة له‬
‫] قوله عز‬٤٠ :‫ من نور] [النور‬،‫ نورافماله‬،‫فيما أمر وَّنى[ومن َل َيعل هللا له‬
: ‫ قال سهل‬.‫] أي الشيطان‬٢٥٧[]‫وجل [والذين كفرواأولياوهم الطغوت‬
‫ ْلن الشيطان َل يقدر على‬،‫ورأس الطوا غيت كلها النفس اْلمارة َبلسوء‬
‫ فإن أحس منها مباهتم به ألقى إليها‬،‫اإلنسان إَلمن طريق هوى النفس‬
3
.‫الوسوسة‬
Pada ayat ini Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menafsirkan kalimat َ ‫ّللَاَ وليَ الَّذيْن‬
‫ه‬

‫ ٰامن ْوا‬ia mengatakan Allah SWT melindungi hamba-hamba dengan Ridhonya. Dia

(Allah SWT) adalah pelindung mereka sesuai dengan pentunjuk yang telah diberikan

kepada hamba–hamba sebelum-Nya, dan memberikan kepada mereka petunjuk

tentang keesaan-Nya. Maka dari itu petunjuk dari-Nya telah menyadarkan hamba-

hambanya bahwa tidak ada Tuhan lain selain Allah SWT. Karena petunjuknya juga

lah mereka di bawa keluar dari kegelapan menuju cahaya, dan dari kekafiran,

kesesatan, kemaksiatan dan bid’ah menuju kepada keimanan, yaitu cahaya dari Allah

SWT yang telah tertanam di dalam hati para hamba-Nya. Ini adalah cahaya keimanan

(Nu>r bas}i>rat al-yaqi>n) yang dengan itu mereka mencari petunjuk mengenai keesaan

Allah SWT (Tauhi>d) dan ketaatan kepada Allah SWT tentang apa yang diperintahkan

dan apa yang dilarang Allah SWT telah melimpahkan ke dalam hati mereka berupa

penglihatan keyakinan yang dapat menyingkap tauhid dan ketaatan dalam segala

3
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him (Kairo: Dar al-Kutub al-'Arabiyyah, 1329 H). h.
37.
49

printah dan larangan-Nya.4 Sebagaimana yang dijelaskan “.....dan barangsiapa yang

tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tidaklah dia mempunyai cahaya

sedikitpun.” Q.S. Al-Nu>r ayat 40.

Dari penafsiran di atas Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> mengatakan Al-Al-Nu>r

adalah cahaya keimanan yang membuat wajah orang-orang beriman menjadi berseri-

seri dan cahaya keimanan juga yang membimbing mereka kepada jalan Allah SWT

yang merupakan salah satu karunia dan kemulian terbesar dari Allah SWT.

2. Al-Nu>r adalah Agama Islam

Al-Qur’an dan terjemah

‫اَّللُ إِهَل أَ أن يُتِ هم نُ َورهُ َولَ أو َك ِرهَ الأ َكافُِرو َن‬


‫اَّللِ ِِبَفأ َو ِاه ِه أم َو ََيأ ََب ه‬
‫يدو َن أَ أن يُطأ ِفئُوا نُ َور ه‬
ُ ‫يُِر‬
Terjemahan : “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai.” (Q.S. Al-Taubah (9): 32).5

Tafsir surah Al-Taubah: 32

‫] يعين يريدون أن يودوا‬٣٢[ ]‫ [يريدون أنيطفئوانورهللا ِبفوههم‬:‫قوله تعاِل‬


6
.‫[وَيَب هللا إَلأن يتم نوره] أي يظهر دينه اإلسالم‬،‫القران بتكذيبهم لسنتهم‬
‫َويَأْبَى ه‬
Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dalam menafsirkan pada kalimat ‫َّللاُ إِ هَّل أ َ ْن يُتِ هم‬

َ ُ‫ ن‬berkata ialah mereka (orang-orang kafir) berupaya untuk merusak Al-Qur’an


ُ‫وره‬

dengan kebohongan dari lidah-lidah mereka. Akan tetapi Tuhan dengan segala

kesempurnaan-Nya pasti akan menyelamatkan agama Allah SWT yakni Islam.

4
Al-Tustari, A. S.; bin Ra>fi, ‘Abdulla>h bin Yunis, Tafsir Al-Tustari..., h. 29.
5
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 264.
6
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 73.
50

Dari penafsiran di atas menjelaskan yang di maksud Al-Nu>r di sini adalah

menampakkan agama Allah SWT yakni agama Islam. Al-Nu>r dalam ayat ini diartikan

dengan Al-Nu>r yang bermakna Al-Qur’an dan agama Islam. Jadi maksud dalam ayat

ini adalah mereka (orang kafir) hendak menolak Al-Qur’an dengan mendustakannya

melalui perkataan-perkataan mereka, akan tetapi Allah SWT menghendaki yang lain,

yaitu menyempurnakan cahaya-Nya dengan menampakkan agama Allah SWT yakni

agama Islam, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya.

3. Al-Nu>r adalah Nu>r Muh}ammad

Al-Qur’an dan Terjemah

ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫اَّلل نُور ال هسماو‬


‫اح ِِف‬ُ َ‫صب‬ ‫اح ۖ الأم أ‬ ٌ َ‫صب‬ ‫ض ۚ َمثَ ُل نُوِرهِ َكم أش َكاة ف َيها م أ‬ ِ ‫ات َو أاْل أَر‬ َ َ ُ ُ‫ه‬
‫ي يُوقَ ُد ِم أن َش َجَرةٍ ُمبَ َارَك ٍة َزيأتُونٍَة ََل َش أرقِيه ٍة َوََل‬ ٌّ ‫ب ُد ِر‬ ٌ ‫اجةُ َكأَ هَّنَا َك أوَك‬ ُّ ۖ ‫اج ٍة‬
َ ‫الز َج‬ َ ‫ُز َج‬
‫اَّللُ لِنُوِرهِ َم أن‬
‫ور َعلَ ٰى نُوٍر ۗ يَ أه ِدي ه‬ ِ
ٌ ُ‫اد َزيأتُ َها يُضيءُ َولَ أو ََلأ َتَأ َس أسهُ ََنٌر ۚ ن‬
ٍ
ُ ‫َغ أربِيهة يَ َك‬
‫اَّللُ بِ ُك ِل َش أي ٍء َعلِ ٌيم‬
‫هاس ۗ َو ه‬ِ ‫ال لِلن‬ َ َ‫اَّللُ أاْل أَمث‬
‫ب ه‬ ُ ‫ض ِر‬
‫يَ َشاءُ ۚ َويَ أ‬
Terjemahan : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Nu>r (24): 35).7

7
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 504.
51

Tafsir surah Al-Nu>r: 35

‫] يعين مزين السماوات واْلرض‬٣٥[]‫ض‬ ِ ‫[اَّلل نُور ال هسماو‬


ِ ‫ات َو أاْل أَر‬َ َ ُ ُ‫ ه‬:‫قوله تعاِل‬
‫ قال‬.‫] يعين مثل نور ُممد صلى هللا عليه وسلم‬٣٥[]‫[مثل نوره‬،‫َبْلنوار‬
‫ ْلن قلوب اْلنبياء‬،‫ عىن بذلك قلب املؤ من و ضياء التوحيد‬:‫اْلسن البصري‬
‫ النور مثل نور‬:‫ وقال‬،‫صلوات هللا عليهم أنور من أن توصف مبثل هذه اْلنوار‬
‫ الصباح سراجه العرفة و فتيلته الفرائض ودهنه اإلخالص ونوره‬،‫القران مصباح‬
‫ وكلما ازداد‬،‫ ازداد الصباح ضياء‬،‫ فكلما ازداد اإلخالص صفاء‬.‫نوراَلتصال‬
8 .‫الفرائض حقيقة ازداد الصباح نورا‬

Al-Nu>r dalam ayat ini di tafsirkan Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> berikan

adalah Al-Nu>r yang di tujukan kepada Nu>r Muh}ammad.9 Yaitu yang menghiasi langit

dan bumi dengan cahaya. Cahaya (petunjuk)-Nya sama halnya dengan cahaya Nabi

Muh}ammad SAW, H}asan Al-Basri> berkata yang dia maksud adalah bahwa hati para

Nabi bercahaya sangat terang, cahaya mereka dapat di gambarkan layaknya seperti

cahaya dari-Nya. Dia berkata perumpamaan cahaya Al-Qur’an adalah pelita (misbah),

pelita yang lilinya (si>raj) adalah (ma’rifa), yang sumbunya (fat’il) adalah perintah-

perintah-Nya (fara’id), yang minyak(duhn)nya adalah ikhlas dan cahayanya adalah

cahaya pencapaian spiritual (ittisal), setiap kali keikhlasan meningkat dalam

kesucian, maka nyala cahaya itu semakin terang (d}iya>), dan semakin petunjuk-

petunjuk agama di jalankan (haqi>qa), maka lampu itu akan semakin bercahaya.

8
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 111-112.
9
‘Abdulla>h bin Yunis Al-TustarI, A. S.; bin Rafi, Tafsir Al-Tustari..., h. 138.
52

Al-Nu>r dengan penafsiran inilah, yang kemudian menjadi salah satu tema atau

pembahasan yang banyak mendapat perhatian oleh para ulama selanjutnya, karena di

samping makna Al-Nu>r ini terdengar baru dan unik dikalangan para ulama tafsi>r,

tetapi juga jika dilihat dari tahun ia hidup, yaitu pada awal abad ke-3 H dan kita>b

tafsi>rnya yang masih ada sampai sekarang, maka kemungkinan terbesar teori Nu>r

Muh}ammad merupakan pemikiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari>, yang pertama

kali menguraikan dan menulisnya dalam kita>b tafsi>rnya, yang kemudian di ikuti oleh

sebagian ulama sesudahnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dari

kitab tafsir Al-Tustari> dalam kitab tafsir H}aqa>’iq Al-Tafsi>r karya ‘Abdullah Al-

Sulami saat menafsiran surah Al-Nu>r ayat 35 yang mengutip pendapat Abu

Muhammad Sahal al-Tustari.10

4. Al-Nu>r adalah hati orang-orang beriman

Al-Qur’an dan Terjemah

ِ ُ‫ت أاْلَرض بِنُوِر رِهبا وو ِضع الأكِتَاب وِجيء َِبلنهبِيِي والشُّه َد ِاء وق‬
‫ض َي‬ ِ َ‫وأَ أشرق‬
َ َ َ َ َ َ ُ َ َُ َ َ ُ ‫أ‬ َ َ
‫بَأي نَ ُه أم َِب أْلَ ِق َوُه أم ََل يُظألَ ُمو َن‬
Terjemahan : "Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan
cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan
perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi
dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak
dirugikan." (Q.S. Al-Zumar (39): 69).11

10
Al-Sulami, H}aqa>’iq Al-Tafsi>r : Tafsir Al-Qura’an Al-‘Azhim, (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyah, 2001). h. 45.
11
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 679.
53

Tafsir surah Al-Zumar: 69

‫ قلوب املؤمني يوم القيامة تشرق‬:‫] قال‬٩[]‫ [وأشرقت اْلرض بنور رهبا‬:‫قوله‬
12 .‫ واَلقتداء بسنة نبيهم صلى هللا عليه وسلم‬،‫بتوحيد سيدهم‬
Pada ayat ini, Abu> Muhmmad menafsirkan kalimat ‫ وأ ْشرقتَ ْاْل ْرضَ بنورَ ربها‬ia

mengatakan hati orang-orang beriman akan bersinar pada hari kebangkitan (yau>mil

Al-Qiua>mah) dengan cahaya (kesadaran mereka) tentang keesaan Tuhan mereka, dan

mengikuti sunnah nabi mereka.

Penafsiran di atas menjelaskan bahwa Al-Nu>r merupakan cahaya hati orang-orang

beriman yang pada hari kiamat nanti akan memancar dengan cahaya yang terang,

sehingga akan jelas keliatan mana orang-orang beriman dan mana orang-orang yang

tidak beriman, hal ini dikarenakan cahaya tersebut berasal dari keyakinan mereka

dengan Tuhannya dan mengikuti dengan sunnah Nabi Muh}ammad Saw. Yang

tertanam kuat dalam hati mereka.

5. Al-Nu>r adalah cahaya penyelamat orang mukmin di akhirat

Al-Qur’an dan Terjemah

‫ي أَيأ ِدي ِه أم َو ِِبَأَيَاَّنِِ أم بُ أشَرا ُك ُم الأيَ أوَم‬


َ ‫ورُه أم بَأ‬
ِ ِ
ُ ُ‫ي َوالأ ُم أؤمنَات يَ أس َع ٰى ن‬
ِِ
َ ‫يَ أوَم تَ َرى الأ ُم أؤمن‬
ِ ِ ِ ‫جنهات ََت ِري ِمن ََتتِها أاْلَ أَّنَار خالِ ِد‬
‫يم‬
ُ ‫ك ُه َو الأ َف أوُز الأ َعظ‬ َ ‫ين ف َيها ۚ َٰذل‬
َ َ ُ َ‫َ ٌ أ أ أ‬
Terjemahan : “(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki
dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita
gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,

12
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 135.
54

yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S. Al-
H}adid (57): 12).13
ِ ِ ‫س ِم أن‬ ِ ِ ِ ‫ول الأمنَافِ ُقو َن والأمنَافِ َق‬
‫يل‬
َ ‫نُورُك أم ق‬ ‫نَ أقتَب أ‬ ‫وَن‬
َ ‫آمنُوا انأظُُر‬
َ ‫ين‬ َ ‫ات للهذ‬ ُ ُ َ ُ ُ ‫يَ أوَم يَ ُق‬
ُ‫فِ ِيه الهر أْحَة‬ ِ
ُ‫ب ََبطنُه‬ٌ ‫ََب‬ ُ‫ب بَأي نَ ُه أم بِ ُسوٍر لَه‬َ ‫ض ِر‬
ِ
ُ َ‫أارجعُوا َوَراءَ ُك أم فَالأتَ ِم ُسوا نُ ًورا ف‬
‫اب‬ ِِ ِ ِ ِ
ُ ‫َوظَاه ُرهُ م أن قبَله الأ َع َذ‬
Terjemahan : “Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami
supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan
(kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri
cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang
mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya
dari situ ada siksa.” (Q.S. Al-H}adid (57): 13).14

Tafsir surah Al-H}adid: 12 dan 13

‫ي أَيأ ِدي ِه أم َو ِِبَأَيَاَّنِِ أم‬


َ ‫ورُه أم بَ أ‬
ِ ِ
ُ ُ‫ي َوالأ ُم أؤمنَات يَ أس َع ٰى ن‬
ِِ
َ ‫ [يَ أوَم تَ َرى الأ ُم أؤمن‬:‫قوله تعاِل‬
‫ له هيبة ِف قلوب املو املوافقي‬،‫ نور املؤمن يسعى بي يديه‬:‫] قال‬١٢[ ]‫ب‬ ُ
‫ وهو من نور‬،‫ ويهابه املخالف وُيافه‬،‫ يعظمه املوافق ويعظم شأنه‬،‫واملخالفي‬
‫س ِم أن‬ ِ َ ‫ [انأظُر‬:‫ ُث وصف املنا فقي أَّنم يقولون هلم‬،‫اإلَيان‬
‫وَن نَ أقتَب أ‬ ُ
:‫ فتقول هلم املالئكة‬،‫]فنمضى معكم على الصراط فإَنِف الظلمة‬١٣[]‫نُوِرُك أم‬
‫] بعقولكم اليت كنتم تدبرون هبا أموركم ِف‬١٣[ ]‫[ أارِجعُوا َوَراءَ ُك أم فَالأتَ ِم ُسوا نُ ًورا‬
‫ فيضرب هللا بي أنفسهم وبي عقوهلم سورا‬،‫ فريجعون إِل ورائهم‬،‫الدنيا‬
‫ حىت إذا انتهوا ِف السري على‬،‫ فال يصلون إِل طريق هدى‬،‫وقدسرت اخلرية‬
15
.‫الصراط سقطوا ِف جهنم خالدين فيها‬
Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dalam menafsirkan Al-Nu>r ayat ini menjelaskan

bahwa cahaya keimanan yang menyelamatkan dari api neraka, pada saat melewati

13
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 796.
14
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 796.
15
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 162.
55

jembatan (al-si>rat) para malaikat akan berkata kepada mereka “kembalilah dan

carilah cahaya dengan akalmu yang kamu gunakan selama ini untuk mengatur segala

urusanmu pada saat hidup di dunia, mereka pun kembali ke belakang, akan tetapi

tuhanmu menempatkan dinding di antara mereka dan akal- akal mereka sendiri, dan

menutup untuk mereka pilihan-pilihan yang benar, sehingga mereka tidak dapat

menggapai petunjuk-Nya. Kemudian ketika mereka melewati jembatan, mereka akan

jatuh ke neraka dan kekal disana selamanya.

Dalam hal ini dijelaskan bahwa cahaya seorang mukmin itu akan bersinar

dihadapan mereka (orang-orang kafir) dan cahaya tersebut memiliki suatu pancaran

kharisma baik bagi mereka yang mengakuinya maupun yang tidak mengakuinya

(mengingkarinya), mereka yang mengakuinya akan mengagungkan cahaya itu,

sedangkan mereka yang tidak mengakuinya akan takut dan khawatir akan cahaya

tersebut, sehingga orang-orang munafiq tersebut meminta kepada orang-orang

beriman untuk menunggu mereka, agar mereka dapat menyebrangi jembatan (al-

si>rat) secara bersama, akan tetapi malaikat menolak mereka dan menyuruh mereka

untuk mencari cahayanya sendiri dengan akal pikiran yang mereka gunakan untuk

memikirkan urusan-urusan dunia mereka. Kemudian Allah SWT membuat suatu

penghalang antara jiwa dan akal mereka, sehingga pilihan pun sudah tertutup dan

mereka tidak akan sampai kepada jalan petunjuk yang bisa menyelamatkan mereka

dan ketika mereka berjalan melintasi jembatan (al-si>rat), jatuhlah mereka kedalam

neraka Jahannam dengan kekal selama-lamanya.


56

6. Al-Nu>r adalah cahaya kenabian

Al-Qur’an dan terjemah

‫اَّللُ ُمتِ ُّم نُوِرهِ َولَأو َك ِرهَ الأ َكافُِرو َن‬


‫اَّللِ ِِبَفأ َو ِاه ِه أم َو ه‬
‫ور ه‬ َ ‫ن‬
ُ ‫ا‬
‫و‬ ‫ئ‬
ُ
ِ ‫يدو َن لِيطأ‬
‫ف‬ ُ ُ ‫يُِر‬
Terjemahan : “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu
daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau
orang-orang kafir membencinya".(Q.S. Al-S}aff (61): 8).16

Tafsir surah Al-S}aff: 8


ِ ‫اَّللِ ِِبَفأ و‬
‫] يعين جحدوا ما ظهر‬٨[]‫اه ِه أم‬ ِ ِ ُ ‫ [ي ِر‬:‫قوله تعاِل‬
َ ‫ور ه‬ َ ُ‫يدو َن ليُطأفئُوا ن‬ ُ
،‫ وأعرضوا عنه بنفوسهم‬،‫هلم من حجة النيب صلى هللا عليه وسلم ِبلسنتهم‬
‫ وقلوِب زينها ِبنوار‬،‫فقيض هللا لقبوله أنفسا أوجدها على حكم السعادة‬
‫ فبذلوا له املهج واْلموال كالصديق والفاروق‬،‫ وأسرار نورها َبلتصديق‬،‫معرفته‬
17 .‫وأجلة الصحابة رضياهلل عنهم‬

Mereka telah mengingkari hujja dari Nabi yang telah Nabi sampaikan kepada

mereka dengan lidah-lidah mereka, dan jiwa-jiwa mereka telah berpaling dari cahaya-

Nya. Tapi Allah SWT telah menguatkan (qayyada) sebagian jiwa-jiwa mereka untuk

menerima cahayaNya, yaitu orang-orang yang Allah SWT tuntun menuju rahmat-

Nya, dan Allah SWT menghiasi sebagian hati-hati dari mereka dengan cahaya

(ma’rifa)-Nya, serta dengan keyakinan yang teguh (tas}di>q). Maka mereka akan

mengorbankan seluruh jiwa raga mereka dan seluruh harta benda mereka untuk-Nya,

sama halnya seperti al-s}hiddi>q dan al-fa>ru>q dan para sahabat yang terpuji lainnya.

16
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 814.
17
Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 167.
57

Ayat di atas dimaknai oleh Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dalam kontek

kerasulan Muh}ammad dan orang-orang di sekelilingnya. Kerasulan Nabi Muh}ammad

SAW disimbolkan dengan “cahaya Allah”. Hal ini dikerenakan risalah yang berasal

dari Allah SWT laksana cahaya yang menerangi seluruh alam semesta, namun dalam

melaksanakan tugas risalahnya Nabi Muh}ammad SAW banyak menemui berbagai

halangan dan rintangan terutama dari kaum kafir Quraisy. Hal inilah yang

disimbolkan dengan orang kafir yang hendak memadamkan cahaya Allah SWT.

7. Al-Nu>r adalah karunia bagi orang yang beriman

Al-Qur’an dan terjemah

‫وحا َع َس ٰى َربُّ ُك أم أَ أن يُ َك ِفَر‬ ً ‫ص‬


ِ‫َي أَيُّها اله ِذين آمنُوا تُوبوا إِ َِل ه‬
ُ َ‫اَّلل تَ أوبَةً ن‬ ُ َ َ َ َ
‫هات َأَت ِري ِم أن َأَتتِ َها أاْلَ أَّنَ ُار يَ أوَم ََل ُُيأ ِزي‬ ٍ ‫عأن ُكم سيِئَاتِ ُكم وي أد ِخلَ ُكم جن‬
َ ‫أ‬ َُ ‫َ أ َ أ‬
‫ي أَيأ ِدي ِه أم َو ِِبَأَيَاَّنِِ أم يَ ُقولُو َن‬ َ ‫ورُه أم يَ أس َع ٰى بَأ‬
ُ ُ‫ن‬ ۖ ‫ه‬
ُ ‫ع‬
َ ‫م‬َ ‫ا‬
‫و‬ ‫ن‬
ُ ‫آم‬
َ ‫ين‬ ِ ‫اَّلل النِهيب واله‬
‫ذ‬
َ َ ‫هُ ه‬
‫ك َعلَ ٰى ُك ِل َش أي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ
َ ‫ورََن َوا أغفأر لَنَا ۖ إِنه‬ ِ
َ ُ‫َربهنَا أَأَت أم لَنَا ن‬
Terjemahan : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-
mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Tah}ari>m
(66): 8). 18

18
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 827.
‫‪58‬‬

‫‪Tafsir surah Al-Tah}ari>m: 8‬‬

‫وحا] [‪ ]٨‬قال‪:‬‬ ‫قوله تعاِل‪َ[ :‬ي أَيُّها اله ِذين آمنُوا تُوبوا إِ َِل هِ‬
‫ص ً‬
‫اَّلل تَ أوبَةً نَ ُ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫َ َ‬
‫التوبة النصوح أن َليرجع‪ْ ،‬لنه صارمن مجلة اْلحبة‪ ،‬واْلب َليدخل ِف شيء‬
‫َل حيبه اْلبيب‪ .‬وقال‪ :‬عالمة التائب أن َل تقله أرض وَلتظله مساء إَل هو‬
‫متعلق َبلعرش وصاحب العرش‪ ،‬حىت يفارق الدنيا‪ ،‬وَلأعرف ِف هذا الزمان‬
‫أقل من التوبة‪ ،‬إذليس مناأحدأَنه ملك املوت إَلويقول‪ :‬دعين أفعل كذاوكذا‪،‬‬
‫دعين أتنفس ساعة‪ُ .‬ث قال‪ :‬إن التائب اخللص ولو مقدار ساعة‪ ،‬ولو مقدار‬
‫نفس واحدقبل موته‪ ،‬يقال له‪ :‬ماأسرع ماجئت به صحيحا‪ ،‬وجئناحيث‬
‫جئت‪ .‬قوله‪[ :‬يَ أوَم ََل ُُيأ ِزي ه‬
‫اَّللُ][‪ ]٨‬قال‪َ :‬ل ُيزيه ِف أمته‪ ،‬وَليرد شفاعته‪.‬‬
‫ولقد أوحى هللا تعاِل إِل النيب صلى هللا علي وسلم فقال‪ :‬إن أحببت جعلت‬
‫أمرأمتك إليك‪ .‬فقال‪َ :‬يرب أنت خريهلم مين‪ .‬فقال هللا تعاِل‪ :‬اذا َل أخزيك‬
‫فيهم‪ .‬قوله عزوجل‪[ :‬يَ ُقولُو َن َربهنَا أَأَتِ أم لَنَا نُ َورََن] [‪ ]٨‬فقال‪َ :‬ل يسقط اَلفتقار‬
‫إِل هللا عز وجل عن املومني ِف الدنيا وَلِف العقىب‪ ،‬هم ِف اجلنة أشد افتقارا‬
‫إليه‪ ،‬وإن كانوا ِف دار العز واْلمن والغىن لشو قهم إِل لقائه‪ [،‬يَ ُقولُو َن َربهنَا أ أََتِ أم‬
‫َ‪19‬‬
‫لَنَا نُ َورََن][‪ ]٨‬وارزقنا لقاءك‪ ،‬فإنه منور اْلنوار وغاية الطالب‪.‬‬
‫‪Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> berkata: orang-orang yang beriman tidak akan‬‬

‫‪terlepas dari Allah SWT sebagai tempat bergantung baik di dunia maupun di akhirat,‬‬

‫‪di surga mereka merupakan orang yang paling membutuhkan Allah SWT sebagai‬‬

‫‪tempat bergantung meskipun mereka telah berada di alam kemuliaan, keamanan dan‬‬

‫‪kekayaan karena kerinduan mereka untuk berjumpa dengan Tuhan, mereka berkata:‬‬

‫‪ya Rabb sempurnakanlah kepada kami cahaya kami dan berilah kami karunia untuk‬‬

‫‪19‬‬
‫‪Sahl Al-Tustari>, Tafsi>r Al-Qur’an al-'Az}him..., h. 171.‬‬
59

bisa berjumpa dengan-Mu. Maka sesungguhnya Allah SWT adalah cahaya di atas

cahaya dan akhir dari segala tujuan.

Al-Nu>r dalam konteks ayat ini diartikan dengan Al-Nu>r karunia bagi orang

beriman di surga, karena karunia terbesar bagi orang-orang beriman di surga adalah

bisa berjumpa langsung dengan Sang pencipta yakni Allah SWT meskipun

sebenarnya di surga merupakan tempat segala kenikmatan, kemuliaan, keamanan dan

kekayaan, tetapi tanpa bertemu dengan Allah SWT Sang pencipta semua tetap dirasa

belum sempurna karena Dialah cahaya di atas cahaya dan merupakan akhir dari

segala tujuan bagi orang-orang beriman di dunia dan di surga.

Setelah melihat penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari dalam menafsiran

ayat-ayat yang memiliki term Al-Nu>r di dalamnya, beliau menafsirkan ayat-ayat

tersebut tidak menafsirkannya secara utuh atau keseluruhan ayat, dari 49 term Al-Nu>r

yang terdapat pada 24 surah yang berbeda peneliti menemukan hanya ada 7 surah

yang di antaranya : QS. Al-Baqarah ayat 257, QS. Al-Taubah ayat 32, QS. Al-Nu>r

ayat 35, QS. Al-Zumar ayat 69, QS. Al-Hadid ayat 12 dan 13, QS. Al-Saff ayat 8,

QS. Al-Tahrim ayat 8. Adapun ayat-ayat pada surah lainnya, yaitu seperti QS. Al-

Syura ayat 52, QS. Al-Hadid ayat 28 dan QS. Luqma>n ayat 20, yang juga memiliki

term Al-Nu>r Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> tidak menafsirkan tentang Al-Nu>r di

dalamnya, tetapi menafsirkan bagian potongan ayat yang lain dengan makna yang

lainnya. Adapun sisanya, sekitar 14 surah pada ayat-ayat yang lainnya bahkan tidak

termasuk dalam ayat-ayat yang Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> tafsirkan.


60

B. Pola Penafsiran Ayat-Ayat Al-Nu>r Dalam Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>

Setelah melihat dari penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> pada

pembahasan sebelumnya. Peneliti menemukan adanya keunikan pola penafsiran yang

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> perlihatkan saat menafsirkan surah Al-Nu>r ayat 35

yang dalam penafsirannya beliau tafsirkan sebagai Nu>r Muh}ammad. Peneliti

menemukan beberapa penafisran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari berkaitan dengan

Nu>r Muh}ammad, meski dalam ayat tersebut tidak memiliki redaksi Al-Nu>r di

dalamnya, akan tetapi beliau menafsirkan ayat tersebut sebagai Al-Nu>r yang dapat

dilihat dari tabel berikut:

TABEL III

PENAFSIRAN AYAT DI LUAR TERM AL-NU<R

Nomor Surah Ayat Penafsiran


1. Al-Baqarah 30 Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menjelaskan saat
Allah SWT hendak menjadikan khalifah di bumi Dia
(Allah SWT) menciptakan Adam AS dari Nu>r
Muh}ammad.
2. Al-A’raf 172 Pada penafsiran ayat ini Abu> Muh}ammad Sahla al-
Tustrai membagi d}hurriyyat (keturunan) atas tiga
tingkatan yaitu: Pertama Nabi Muh{ammad, Kedua
Nabi Adam AS, Ketiga keturunan Adam.
3. Hu>d 40 Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menjelaskan bahwa
Tuhan menciptakan “sumber mata air” dalam hati
Nabi Muh{ammad SAW. Yang diliputi dengan cahaya
rahmat bagi umatnya, karena Allah SWT
memuliakan Muh{ammad SAW dengan hal ini.

4. Al-Najm 13 Pada penafsiran ayat ini Abu Muhammad Sahal al-


Tustari mengatakan jika Allah SWT menciptakan
Muhammad sebagai cahaya, yang jauh sebelum
adanya penciptaan.
5. Al-Najm 16 Pada penafsiran ayat ini Abu> Muh}ammad Sahal al-
Tustari> menafsirkan bahwa pohon (sidratul Muntaha>)
berasal dari Nu>r Muh}ammad
Sumber : Tafsi>r Al-Tustari>, 2001.
61

Dari penjelasan tabel di atas dapat dilihat

1. QS. Al-Baqarah ayat 30

ٰۤ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫اّن َجاع ٌل ِف أاَلَأرض َخلأي َفةً ۗ قَالُأٓوا اََأَت َع ُل فأي َها َم أن‬ ِ ِ ٰ ِ ُّ‫ال رب‬ ِ
‫ك للأ َمل ِٕى َكةِ ٰۤ أ‬
َ َ َ َ‫َوا أذ ق‬
‫ّنٓ اَ أعلَ ُم َما‬ِِ‫ال ا‬‫ق‬ ۗ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫س‬ ِ ‫الدما ۚء وََنن نُسبِح ِِبم ِد َك ونُ َق‬
ِ ‫يُّ أف ِس ُد فِي ها ويس ِف‬
‫أ‬ َ َ َ َ ُ َ ‫ك َ َ َ أ ُ َ ُ َأ‬
‫د‬ ُ ‫أ َ ََ أ‬
‫ََل تَ أعلَ ُم أو َن‬
Terjemah: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui”.20

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menafsirkan, “Aku (Allah SWT) hendak

menjadikan khalifah di bumi, berkata : Allah SWT Yang Maha Tinggi, sebelum Dia

(Allah SWT) menciptakan Adam Dia (Allah SWT) berkata kepada para malaikat aku

(Allah SWT) menjadikan khalifah di bumi, dan Dia (Allah SWT) menciptakan Adam

dari tanah yang berasal dari Nu>r Muh}ammad. 21

Dari penjelasan di atas mengatakan saat Allah SWT akan menjadikan khalifah di

bumi, Allah SWT terlebih dahulu menciptakan Adam AS yang berasal dari Nu>r

Muh}ammad.

20
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967)/ Tim Penyempurnaan
Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019,
(Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019). h. 6.
21
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari. Translated by Keeler, A. &
Keeler, A. Amman (Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic thought, 2011). h. 16.
62

2. QS. Al-A’raf ayat 172

‫ىن ءَ َاد َم ِمن ظُ ُهوِرِه أم ذُ ِريهتَ ُه أم َوأَ أش َه َد ُه أم َعلَ ٰٓى أَن ُف ِس ِه أم‬ ۢ ِ ُّ‫وإِ أذ أَخ َذ رب‬
َِٓ‫ك من ب‬ َ َ َ َ
ِِ ِ ِ ۟ ۟
‫ي‬َ ‫ت بَِربِ ُك أم ۖ قَالُوا بَلَ ٰى ۛ َش ِه أد ََنٓ ۛ أَن تَ ُقولُوا يَ أوَم ٱلأقيَ َٰمة إِ هَن ُكنها َع أن َٰه َذا ٰغَفل‬
ُ ‫أَلَ أس‬
Terjemahan: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". 22
Ayat di atas menurut Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> merupakan ayat yang

membahas tentang keturunan manusia, dalam tafsi>rnya tersebut Abu> Muh}ammad

Sahla al-Tustrai membagi d}hurriyyat (keturunan) atas tiga tingkatan yaitu:23

a. Tingkatan pertama, Muh}ammad SAW. saat ketika Allah SWT ingin

menciptakan Muhammad Dia (Allah SWT) menampakan (aẓhara) cahaya dari

cahaya-Nya, dan ketika mencapai tabir keagungan Tuhan, cahaya itu bersujud

di hadapan Allah SWT dan dari sujud itu Tuhan menciptakan cahaya-cahaya

seperti kristal yang sangat besar, yang luar maupun dalamnya (bercahaya

terang), dan di dalamnya ada ruh Muha}mmad SAW. Kemudian dia berdiri

dalam ketaatan di hadapan Penguasa Alam Semesta (Allah SWT) selama

bertahun-tahun dengan ciri-ciri keimanan (ṭabāʾiʿ al-īmān), yang merupakan

bentuk fisik dari iman (muʿāyanat al-īmān), penyingkapan ketentuan

(mukāshafat al-yaqīn) dan kesaksian Tuhan (mushāhadat al-Rabb).

22
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 236.
23
‘Abdulla>h bin Yunis Al-TustarI, A. S.; bin Rafi, Tafsir Al-Tustari..., h. 77.
63

Demikianlah Dia menghormatinya dengan kesaksian ini, bertahun-tahun

sebelum dimulainya penciptaan.

b. Tingkatan kedua, Adam AS. Allah SWT menciptakannya dari Nu>r Muḥammad

dan Dia (Allah SWT) menciptakan Muh{ammad dari tanah liat seperti Adam.

c. Tingkatan ketiga, keturunan Adam. Allah SWT Maha Perkasa dan Maha

Agung, menciptakan para pencari rahmat (muri>du>n) dari cahaya Adam, dan Dia

menciptakan yang dicari (mura>du>n) dari Nu>r Muh}ammad. Sedang cahaya

mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Seperti Firman Allah

SWT QS. Al-H}adid ayat 12.

Dari penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> di atas dapat di simpulkan

bahwa awal yang pertama diciptakan Allah SWT adalah Nu>r Muh}ammad yang

kemudian dari sana diciptakannya makhluk lain.

3. QS. Hud ayat 40

‫ك إِهَل‬ ِ ‫ٱْحل فِ َيها ِمن ُك ٍل َزأو َج أ‬


ِ ‫ي ٱثأنَ أ‬
َ َ‫ي َوأ أَهل‬ ِ ِ ٰٓ‫َح ه‬
‫ُّور قُ ألنَا أ أ‬ ُ ‫ىت إ َذا َجآءَ أ أَم ُرََن َوفَ َار ٱلته ن‬
‫يل‬ِ ‫ِه‬ ِ
ٌ ‫َمن َسبَ َق َعلَأيه ٱلأ َق أو ُل َوَم أن ءَ َام َن ۚ َوَمآ ءَ َام َن َم َعٓهُۥ إَل قَل‬
Terjemah: “Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah
memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari
masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu
kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan
pula) orang-orang yang beriman". Dan tidak beriman bersama dengan Nuh
itu kecuali sedikit”.24
Saat menafsirkan ayat (‫)وفار َالتنور‬, Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menjelaskan

bahwa Allah SWT menciptakan “sumber mata air” dalam hati Nabi Muh{ammad

24
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 311.
64

SAW, yang diliputi dengan cahaya rahmat bagi umatnya, karena Allah SWT

memuliakan Muh{ammad SAW dengan hal ini. Dengan demikian cahaya para Nabi

berasal dari Nu>r Muh{ammad. Demikian juga cahaya malaikat, cahaya dunia dan

cahaya akhirat berasal dari Nu>r Muh{ammad. Barangsiapa yang ingin mencapai

hakikat cinta maka hendaklah ia mengikutinya.25

Dari penjelasan ayat di atas mengatakan bahwa Nabi Muh}ammad merupakan

cahaya dari para Nabi-Nabi, malaikat, dunia serta akhirat.

4. QS. Al-Najm ayat 13

‫َولََق أد َراٰهُ نَأزلَةً اُ أخ ٰرى‬


Terjemahan : “Dan sesungguh, dia (Muh}ammad) telah melihatnya (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain.”26 QS. Al-Najm : 13

Abu> Muh}ahmmad Sahal al-Tustari> menafsirkan ayat ini, pada mulanya ketika

Allah SWT Yang Maha Suci dan Maha Tinggi Dia, menciptakannya (Muh}ammad)

sebagai cahaya di antara cahaya (Nūran fī amūd Al-Nūr), di masa jauh sebelum

penciptaan, dengan sifat-sifat utama dari keimanan (ṭabāʾiʿ al-īmān), dalam

menyaksikan yang gaib di dalam yang gaib (mushāhadat al-ghayb bi’l-ghayb). Dia

(Muh}ammad) berdiri di hadapan-Nya dalam kehambaan (ʿubūdiyya), “di pohon

Sidratul Muntaha" (surah 53:14), yaitu pohon di mana pengetahuan setiap orang

berakhir.27

25
‘Abdulla>h bin Yunis Al-Tustari, A. S.; bin Rafi, Tafsi>r Al-Tustari.., h. 90.
26
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 772.
27
‘Abdulla>h bin Yunis Al-TustarI, A. S.; bin Rafi, Tafsir Al-Tustari..., h. 213.
65

Ayat di atas menjelaskan ketika pertama kalinya Allah SWT menciptakan Nabi

Muh}ammad SAW sebagai sebuah cahaya yang berada pada suatu intisari beribu-ribu

tahun sebelum dimulainya penciptaan, ia berdiri di hadapan Tuhan dengan penuh

keimanan dan ketersingkapan alam gaib dengan alam gaib itu sendiri.28

5. QS. Al-Najm ayat 16

ِ ‫إِ أذ ي أغ َشى ٱ‬
‫لس أد َرةَ َما يَ أغ َش ٰى‬ َ
Terjemahan :“(Muh{ammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha> diliputi
oleh sesuatu yang meliputinya.” (QS. Al-Najm (53): 16).29

Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> menafsirkan. Pohon (sidratul Muntaha)> berasal

dari Nu>r Muh}ammad, ketika dia (Muh}ammad SAW) beribadah Itu bisa disamakan

dengan ngengat emas, yang Tuhan gerakkan ke arah-Nya dari keajaiban rahasia-Nya.

Semua ini adalah untuk meningkatkan dia (Muḥammad SAW) dalam keteguhan

(thabāt) untuk masuknya rahmat (mawārid) yang dia terima dari Allah SWT.

Dari penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> di atas berkaitan dengan

perjalanan isra miraj Nabi Muh}ammad SAW, saat beliau sampai di ujung langit yaitu

di sidratul Muntaha> beliau lantas beribadah disana dan dari ibadah tersebut

memancarkan cahaya yang menyinari tempat tersebut (sidratul Muntaha>).

Setelah melihat penafsiran Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> yang berkaitan

dengan ayat-ayat Al-Nu>r dalam kita>b Al-Tustari>, peneliti melihat adanya perbedaan

diantara penafsiran beliau saat menafsirkan ayat-ayat yang memiliki term Al-Nu>r di

28
‘Abdulla>h bin Yunis Al-TustarI, A. S.; bin Rafi, Tafsir Al-Tustari..., h. 213.
29
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan..., h. 773.
66

dalamnya, yaitu pada surah Al-Nu>r ayat 35 yang beliau tafsirkan sebagai Nu>r

Muh}ammad. Akan tetapi, dalam konteks lain di beberpa ayat yang tidak memiliki

redaksi Al-Nu>r di dalamnya beliau menafsirkan ayat tersebut sebagai Al-Nu>r, seperti

yang sudah di jelaskan pada penjelasan di atas. Dalam hal ini terlihat penafsiran

beliau tidak hanya dari segi makna secara tekstual ayat akan tetapi beliau menafsirkan

ayat secara kontekstual, yang mana dalam hal ini dapat di pengaruhi dari keilmuan

beliau sebagai seorang yang memiliki aliran Tasawuf.


BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap penafsiran ayat-ayat Al-Nu>r dalam kita>b

tafsi>r Al-Tustari> karya Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> peneliti tidak melihat

adanya patokan tertentu dari Abu> Muh}ammad Sahal al-Tustari> dalam menafsirkan

ayat-ayat yang memiliki term Al-Nu>r yang beliau tafsirkan, tidak semua ayat yang

mengandung redaksi Al-Nu>r akan beliau tafsirkan tentang Al-Nu>r, hal ini menunjukan

bahwa beliau hanya menafsirkan ayat-ayat tersebut sesuai dengan indikasi yang

mampu beliau tangkap melalui kapasitas beliau sebagai seorang sufi.

Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa ada tujuh penafsiran term Al-Nu>r

dalam kita>b tersebut diataranya: QS. Al-Baqarah ayat 257 Al-Nu>r adalah Cahaya

Keimanan, QS. Al-Taubah ayat 32 Al-Nu>r adalah Agama Islam, QS. Al-Nu>r ayat 35

Nu>r adalah Nu>r Muh}ammad, QS. Al-Zumar ayat 69 Al-Nu>r adalah hati orang-orang

beriman, QS. Al-H}adid ayat 12 dan 13 Al-Nu>r adalah cahaya penyelamat orang

mukmin di akhirat, QS. Al-S}aff ayat 8 Al-Nu>r adalah cahaya kenabian, QS. Al-

Tahrim ayat 8 Al-Nu>r adalah karunia bagi orang yang beriman. Adapun beberapa

penafsiran yang diluar term Al-Nu>r yang di tafsirkan sebagai Al-Nu>r diantaranya: QS.

Al-Baqarah ayat 30, QS. Al-A’raf ayat 172, QS. Hud ayat 40, QS. Al-Najm 13 dan

16.

67
68

B. Saran

Setelah mengkaji kita>b tafsir Al-Tustari> makna yang terdapat dalam Al-Qur’an

tidak terbatas dari makan zahir saja akan tetapi Al-Qur’an juga memiliki makna batin

yang jarang diketahui oleh para masyarakat umum. Oleh sebab itu adanya penelitian

ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk para peneliti kedepannya, agar lebih

banyak kajian dari makna batin yang ada dalam Al-Qur’an.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

‘Abd Halim Mahmud, Mani`, “Metodologi Tafsi>r: Kajian Kompreheshif Metode Para
Ahli Tafsi>r”, Terj. Faisal Shaleh Dan Syahdionar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
‘Abdullah, Ma’ruf, “Metodologi Penelitian Kuantitatif” Jl. Plosokuning V No. 73
Minomartani, Ngaglik, Sleman. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015.
Al-Ashfah}ani>, Al-Ra>ghib, “Mufradat Alfuz Al-Qur’an”. Damaskus: Dar al-Qalam,
1992.
Al-Ghazali, Imam Abu Hamid, “Miskatul Anwar.” Terj., Bahrudin Achmad, Ngaji
Kitab Miskatul Anwar Imam Al-Ghazali, Cet. I(Bekasi: Pustaka Al-Muqsith,
2021.
Arfan Baraja, ‘Abbas, “Ayat–Ayat Kauniyah”. Malang: UIN-Malang Press, 2009.
Al-Farmawi>, ‘Abdul Hayy. Metode Tafsi>r Maudhu’i dan Cara Penerapannya: Terj.
Rosihon Anwar. Bandung CV Pustaka Setia, 2002.
Al-Tustari>, A. S.; bin Rafi, ‘Abdulla>h bin Yunis, “Tafsi>r Al-Tustari>. Translated by
Keeler, A. & Keeler, A. Amman”. Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic
thought, 2011.
Al-Tustari>, Sahl, “Tafsi>r Al-Qur’an al-‘Az}him”. Kairo: Dar Al-Kutub aurnal
‘Arabiyyah, 1329 H.
Al-Sula>mi>, H}aqa>’iq Al-Tafsi>r : Tafsir Al-Qura’an Al-‘Azhim, Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyah, 2001.
Al-Suyuth}i>, Imam, Asba>bun Nuzu>l: “Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an”. Vol.
1. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Al-Z}ahabi, M. Husain, Al-Tafsi>r Wa al-Mufassi>run. Qairo: Maktabah Wahbah, 2000.
Al-Syirba>shi>, Ah}mad, “Sejarah Tafsi>r Qur’an”. Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus,
2001.
Anwar, Rosihon, “Menelusuri Ruang Batin Al-Qur’an”. T.tp: Penerbit Erlangga,
2010.
Anwar, Rosihon, “Ulum Al-Qur’an”. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.
Bowering, Gerhard, “The Mystical Vision of Existence in Classical Islam: The
Qur`anic Hermeneutics of The Sufi Sahl At Tustari>”. New York: De Gruyter,
1979.

69
70

Fuad ’Abd Al-Baqi, Muh}ammad, “Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfazh Al Quran Al


Karim”. Dar Al Kutub Al Mishriyyah, 1364 H.
Farid, Heri MS, and et.al, “Ensiklopedi Tasawuf”. Bandung: Angkasa, 2008.
Farida, Nugrahani, “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa”, Surakarta. Solo: Cakra Books, 2014.
Jalaluddin Al-Qasimy, Muh}ammad, “Tafsi>r Al-Qasimy”. Meir: Dar al-Kutuby al-
Araby, 1957.
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsi>r Al-Qoeraan (1967) / Tim
Penyempurnaan Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), Al-Qur’an Dan
“Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019”. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2019.
Kolis, Nu>r, “Nu>r Muh}ammad Dalam Serat Sasangka Jati Pangestu”, M. Nurdin. Jl.
Pramuka No. 155 Ponorogo: Lingkar Media jogja, 2016.
Munawwir, A.W, “Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia”, Cet ke-14. Surabaya,
1997.
Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Ansha>ri Al-Qurthu>bi, Abi ‘Abdullah, “Al-Jamiu al-Ahkam
Al-Qur’an”. Kairo: Dir al-Kutub al-Araby,1967.
Muh}ammad Ibn Ja>rir al-Thbari>, Abu> Jafar, Jami’ “al-Bayan an Tawilayi al-Qurbn”.
Mesi>r: Mustafa al-Bib al-Halabi>, 1954.
Sulayman Al-Rumi, Fahd Bin ‘Abd Al-Rahma>n, “Prinsip Dasar Dan Metodologi
Penafsiran Al-Qur’an”. Antasari Press, 2020.
Suryadilaga, M. Alfatih, “Metodologi Ilmu Tafsi>r”. Teras : Yogyakarta, 2010.
Sahal, Abu> Muh}ammad, “Tafsi>r Al-Tustari>”. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah,
2007.
Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad , “Pintu Menuju Allah: Telaah Atas Pemikiran Sufistik
Syekh Yusuf An-Nabhani”. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002.
Shihab, M. Quraish, “Tafsi>r Al-Misbah Pesan : Kesan Dan Keserasian al-Qur’an”.
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2002.
Siyoto, Sandu, and Sodik M. Ali, “Dasar Metodologi Penelitian”, Karanganyar-
Klodangan 004/027 Sendangtirto Berbah Sleman Yk.: Literasi Media
Publishing, 2015.
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Tatang, M. Arifin, “Menyusun Rencana Penelitian”. Jakarta: Rajawali Press, 1995.
71

Ushama, Thameem, “Metodologi Tafsi>r Al-Qur’an : Kajian Kritis, Objektif &


Komprehensif”. Jakarta: Penerbit Riora Cipta, 2000.

Jurnal :
Abidin, ‘Umar, “Ta’wil Terhadap Ayat Al-Qur’an MenurutAl-Tustari>”, Dalam
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an Dan Hadis, Vol. 15, No. 2, Juli 2014.
Lestar, Lenni, “Epistemologi Corak Penafsiran Sufistik”, Dalam Jurnal Syahadah,
Vol. II, No. 1, 2014.
Husni, Muh}ammad, “Studi Al-Qur’an: Teori Al-Makkiyah Dan Al-Madaniyah”,
Dalam Jurnal Al-Ibrah, Vol. 4 No. 2 Desember 2019.
Mustafa, Ilham, and M. Zubir, “Nu>r Dalam Persefektif Al-Qur’an”, Dalam Jurnal Al-
Kauniyah, Vol. 2, No. 1, Juni 2021.
Syarifuddin, M. Anwar, “Otoritas Penafsiran Sufistik Sahl Al-Tustari>”, Dalam Jurnal
Studi Al-Qur’an (JSQ), Vol. II, No. 1, 2007.
Syukur, ‘Abdul, “Mengenal Corak Tafsi>r Al-Qur’an”, Dalam Jurnal El-Furqonia,
Vol. 01 No. 01 Agustus, 2015.

Skripsi :
Ainul Fiqih, Muh., “Makna Ikhlas Dalam Tafsi>r Al-Tustari> Karya Sahl Ibn ‘Abdulla>h
Al-Tustari>”, IAIN Surakarta, 2017.
Wardani, Lely, “Penafsiran Kata Nuur Dalam Surah An-Nuur Ayat 35 Menurut
Muh}ammad Quraish Shihab Dalam Tafsi>r Al-Misbah”, Skripsi. Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimupan, 2019.

Tesis :
Masduki, “Otentisitas Tafsi>r Sufi Isyari (Studi Tafsi>r al-Tustari>)”, Tesis. Fakultas
Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2019.
72

Lampiran I
Kita>b Tafsi>r Al-Tustari>
73

Lampiran II
Isi penafsiran kita>b tafsi>r Al-Tustari>
Surah Al Baqarah 30

Surah Al A’raf 172


74

Surah Hud 40

Surah Al Najm 13 dan 16


75

Lampiran III
kita>b Mu’jam Mufahras

Anda mungkin juga menyukai