Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MERAJALELANYA RIBA DALAM MASYARAKAT: PENYEBAB,


DAMPAK, SOLUSI
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Moh. Ilham Darmawan
2. Mahadewo Fadel Rieva
3. Muhamad Fadlan
4. Nabila Salwa Salsabil
5. Pandu Dzaki Kurnia
6. Pradnya Paramita
7. Raisya Endinia
8. Rayi Panuntun Sufa’at
9. Sazkia Rahmadani
10.Vania Carissa Haiyun

KELAS XI MIPA 2

SMA NEGERI 13 KOTA BEKASI

Jl. Pariwisata Raya Perumahan Bumi Bekasi Baru Utara, Pengasinan,


Rawalumbu, Kota Bekasi 17115, Jawa Barat
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaiakum warhmatullahi wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
petunjuk-Nya kepada kita semua. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
Saw., keluarga, sahabat, dan pengikut setianya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami denga penuh keikhlasan dan kesadaran
bersyukurtelah menyelesaikan makalah ini dengan judul “Merajalelanya Riba dalam
Masyarakat: Penyebab, Dampak, dan Solusi“. Makalah ini disusun sebgaia salah satu bentuk
upaya kami untuk memahami dan menggali lebih dalam tentang permasalahan yang sedang
melanda masyarakat kita, yaitu praktik riba yang semakin merajalela.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
yang terpercaya dan diolah dengan seksama. Kami berharap dengan adanya makalah ini,
kesadaran dan pemahaman kita tentang bahaya riba dapat meningkat. Semoga makalah ini
menajadi langkah awal dalam mengubah mindset dan perilaku kita sebagai umat manusia
yang sadar akan keberkahannya, serta berupaya menjauhi riba dalam segala aspek kehidupan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat luas dan menjadi langkah awal menuju masyarakat
yang bebas riba .
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bekasi, 30 Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................................ 5
BAB II...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Riba............................................................................................................. 6
B. Jenis-Jenis Riba.............................................................................................................6
C. Dasar-Dasar Hukum Riba dan Sebab Diharamkannya Riba.........................................7
D. Faktor-Faktor Riba di Masyarakat................................................................................. 9
E. Dampak Dari Pada Praktek Riba................................................................................. 12
F. Upaya-Upaya Dalam Mengurangi Praktek Riba...........................................................13
1. Pemerintah............................................................................................................. 13
2. Lembaga Keuangan............................................................................................... 14
3. Masyarakat............................................................................................................. 14
G. Cara Menghindari Riba Dalam Ekonomi Islam............................................................15
H. Hikmah di Balik Larangan Riba................................................................................... 15
BAB III................................................................................................................................... 16
PENUTUP.............................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks masyarakat modern yang semakin kompleks dan terhubung
secara global, fenomena riba menjadi salah satu isu yang mendesak untuk dibahas.
Riba dalam pengertian umum, merujuk pada praktik pengambilan keuntungan
berlebihan yang melanggar prinsip keadilan dan moralitas. Praktik ini telah lama
menjadi perhatian dalam konteks keuangan dan ekonomi, serta memiliki dampak
yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat.
Permasalahan riba tidak hanya terbatas pada sektor keuangan formal, tetapi
juga merasuki berbagai aspek kehidupan masyarakat secara luas. Praktik riba telah
merajalela di berbagai sektor, termasuk dalam transaksi bisnis, pinjaman konsumen,
pembiayaan perumahan, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sistem kredit
yang berlebihan. Hal ini berdampak negatif pada stabilitas ekonomi, ketimpangan
sosial, serta menyebabkan kemiskinan dan kesenjangan yang semakin besar.
Selain itu, faktor-faktor ekonomi global seperti liberalisasi pasar, pertumbuhan
ekonomi yang tidak merata, dan ketidaktahuan akan konsekuensi jangka panjang dari
praktik riba juga berkontribusi pada perluasan praktik ini di masyarakat. Kondisi ini
semakin memperburuk situasi ekonomi dan sosial, mengakibatkan ketergantungan
yang lebih besar pada lembaga keuangan, dan menyebabkan terjadinya siklus
kemiskinan yang sulit dihentikan.
Di tengah permasalahan yang kompleks ini, pemahaman yang benar tentang
riba dan kesadaran akan bahayanya sangat penting. Masyarakat perlu menyadari
bahwa praktik riba tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip keuangan Islam,
tetapi juga dapat merusak kestabilan ekonomi, menimbulkan kesenjangan sosial, dan
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Makalah ini bertujuan untuk mendalami permasalahan merajalelanya riba di
masyarakat, menganalisis akar penyebabnya, dan membahas dampak negatif yang
ditimbulkannya. Dengan memahami lebih dalam tentang riba, diharapkan masyarakat
dapat melihat urgensi dan pentingnya perubahan yang lebih menyeluruh dalam
memerangi praktik riba dan mencari alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan.
Selain itu, makalah ini juga akan menyoroti upaya-upaya yang telah dilakukan
oleh negara-negara atau masyarakat tertentu dalam memerangi riba, baik melalui
regulasi keuangan yang ketat, pendidikan keuangan yang lebih baik, atau melalui
pengembangan sistem keuangan alternatif yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
Dengan memperdalam pemahaman tentang permasalahan merajalelanya riba
di masyarakat, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam
menggerakkan langkah-langkah nyata yang dapat dilakukan oleh individu, lembaga
keuangan, dan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian riba?
2. Apa saja jenis-jenis riba?
3. Bagaimana dasar-dasar hukum riba dan sebab-sebab diharamkannya riba?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat riba di masyarakat?
5. Bagaimana dampak sosial dan ekonomi dari merajalelanya riba di
masyarakat?
6. Apa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga keuangan dan
masyarakat untuk mengurangi praktek riba?
7. Bagaimana cara menghindari riba dalam ekonomi islam?
8. Apa saja hikmah di balik larangan riba?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami apa itu riba.
2. Mengetahui berbagai jenis riba yang ada di masyarakat.
3. Mengetahui dan memahami dasar-dasar hukum riba dan sebab-sebab
diharamkannya riba.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat riba
di masyarakat.
5. Menyadarkan pembaca akan implikasi negatif yang ditimbulkan oleh praktek
riba dalam hal ketimpangan sosial, ekonomi, dan keadilan.
6. Memberikan wawasan tentang langkah-langkah yang telah diambil untuk
mengurangi dan mencegah penyebaran riba, serta mendorong pembaca untuk
terlibat dalam upaya tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan (az-ziyadah), berkembang,
(an-numuw), meningkat ( al-irtifa) dan membesar ( al-uluw ). Dengan kata lain, riba
adalah penambahan, perkembangan, peningkatan,dan pembesaran atas pinjaman
pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai imbalan karena
menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu.
Menurut Abdurrahman al-Jaiziri, yang dimaksud dengan riba adalah aqad
yang terjadi dengan penukaran tertentu tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan
syara, atau terlambat salah satunya.Syaikh Muhammad Abduh berpendapat, bahwa
yang dimaksud dengan riba adalah penambahan- penambahan yang di syaratkan oleh
orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena
pengunduran janji pembayaran oleh peminjaman dari waktu yang telah ditentukan.
Riba, apapun bentuknya, dalam syariat islam hukumnya haram. Sanksi juga
sangat berat. Diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan bahwa, "Rasulullah
mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat,
dan orang yang menyaksikannya." (HR. Muslim).

B. Jenis-Jenis Riba
1) Riba Fadhal
Riba Farhan merupakan pertukaran barang sejenis yang tidak sama
timbangan atau kualitasnya. Misalnya, cincin emas 22 karat seberat 10 gram
ditukar dengan emas 22 karat namun seberat 11 gram. Kelebihannya itulah
yang termasuk riba.
Riba fadhl dilarang berdasarkan hadits Nabi : “Diriwayatkan dari Abu
Said al-Khudri ia berkata, Rasulullah Saw. berkata (tukar-menukar) emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan
kurma, garam dengan garam harus dengan tunai. Siapa yang menambah atau
minta tambahan maka sesungguhnya dia memungut riba, orang yang
mengambil dan memberikannya sama dosanya.
2) Riba Yad
Riba yad adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya,
namun penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima. Seperti
penjualan kacang atau ketela yang masih dalam tanah. Larangan riba yad
ditetapkan berdasarkan hadis.
Artinya: “Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum
dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma
riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali
dengan dibayarkan kontan”. (HR. al-Bukhari dari Umar bin al-Khattab)
3) Riba Nasi'ah
Riba Nasi'ah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu
kemudian. Misalnya, si A meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B;
dengan perjanjian si B harus mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1
Januari 2009; dan jika si B menunda pembayaran hutangnya dari waktu yang
telah ditentukan (1 Januari 2009), maka si B wajib membayar tambahan atas
keterlambatannya; misalnya 10 % dari total hutang. Tambahan pembayaran di
sini bisa saja sebagai bentuk sanksi atas keterlambatan si B dalam melunasi
hutangnya, atau sebagai tambahan utang baru karena pemberian tenggang
waktu baru oleh si A kepada si B. Tambahan inilah yang disebut dengan riba
nasi'ah.
4) Riba Qardi
Riba qardi merupakan pinjam meminjam dengan syarat harus memberi
kelebihan saat mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang
sebesar Rp100.000,00 asalkan si B bersedia mengembalikannya sebesar
Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut riba. Riba semacam ini
dilarang di dalam Islam berdasarkan hadis berikut ini:
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia
berkata, “Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa dengan
Abdullah bin Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya
engkau berada di suatu tempat yang di sana praktek riba telah merajalela.
Apabila engkau memberikan pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan
hadiah kepadamu berupa rumput kering, gandum atau makanan ternak, maka
janganlah diterima. Sebab, pemberian tersebut adalah riba”. [HR. Imam
Bukhari]
Hadits di atas menunjukkan bahwa peminjam tidak boleh memberikan
hadiah kepada pemberi pinjaman dalam bentuk apapun, lebih-lebih lagi jika si
peminjam menetapkan adanya tambahan atas pinjamannya. Praktek-praktek
riba yang sering dilakukan oleh bank adalah riba nasi’ah, dan riba qardi, dan
kadang-kadang dalam transaksi-transaksi lainnya, terjadi riba yad maupun riba
fadhl. Seorang Muslim wajib menjauhi sejauh-jauhnya praktek riba, apapun
jenis riba itu, dan berapapun kuantitas riba yang diambilnya. Seluruhnya
adalah haram dilakukan oleh seorang Muslim.

C. Dasar-Dasar Hukum Riba dan Sebab Diharamkannya Riba


Riba dalam syariat Islam secara tegas dinyatakan haram. Bahkan semua
agama samawi melarang praktik riba karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi
pemberi dan penerima hutang. Di samping berpotensi menghilangkan sikap tolong
menolong, riba juga dapat menimbulkan permusuhan antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi. Hukum haram dari riba berdasarkan al-Qur’an dan Hadis
sebagai berikut. Dalam QS. Al-Baqarah/2:275 dijelaskan larangan riba:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang beriman. Jika kamu tidak
mengerjakan ( meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat ( dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
Dari As- Sunnah
“Abu Hurairah r.a berkata bahwa Nabi SAW bersabda, tinggalkanlah tujuh
dosa yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya .” Apakah itu ya Rasulullh?‟
Jawab Nabi, (1) Syirik (mempersekutukan Allah) (2) Berbuat sihir (3) Membunuh
jiwa yang diharamkan Allah, kecuali yang hak (4) Makan harta riba (5) Makan
harta anak yatim (6) Melahirkan diri dari perang jihad pada saat berjuang dan
(7) Menuduh wanita mukmin yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina.
(Hadist HR. Bukhari dan Muslim)
Pelanggaran riba secara tegas ialah ketika turun QS Al-Baqarah/2:278-279 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang sebelum dipungut) jika kamu orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah dan rasul-
nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka
bagimu pokok hartamu. Kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”.
Dalam QS. Yunus/10:23 juga dijelaskan pemakan riba adalah orang yang
zalim dan mengakibatkan kesusahan seperti pada firman Allah :
“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezaliman akan menimpa dirimu sendiri (hasil
kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-
lah, kembali-mu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan”.
Berdasarkan al-Qur’an dan Hadits di atas berikut adalah sebab-sebab
diharamkannya riba:
1) Riba adalah suatu perbuatan mengambil harta orang lain tanpa ada imbangnya.
Umpamanya orang yang menukar uang kertas Rp. 100.000,00 dengan uang
rupiah sebanyak Rp. 95.000,00. Kurangnya uang yang Rp. 5.000,00 dari
pertukaran itu tidak ada imbangnnya sehingga dinamakan riba, sebab uang
yang Rp. 95.000,00 itu imbangnya Rp.95.000,00 pula bukan Rp.
100.000,00.
2) Bergantung kepada riba dapat membuat orang malas bekerja. Orang yang
terjerumus dalam praktek riba menganggap mendapatkan uang adalah cara
yang mudah. Hal tersebut dilakukan dengan membebankan keuntungan pada
orang lain.
3) Riba akan menyebabkan terputusnya sikap belas kasih antara sesama manusia
dalam membantu. Membantu pihak yang sedang membutuhkan adalah
kewajiban dalam berhubungan sosial. Dengan adanya riba, semangat saling
bantu dapat pudar.
4) Memperdalam ketimpangan sosial. Biasanya, pihak yang mengambil
keuntungan memiliki tingkat kehidupan yang lebih sejahtera. Jeratan
tambahan nilai barang atau hutang dapat memperparah keadaan orang yang
lebih membutuhkan.
5) Riba itu telah ditetapkan haramnya dengan nash al-Qur’an dan hadis nabi.
Oleh karena itu, wajiblah diyakini bahwa riba itu haram hukumnya . (Ibnu
Mas'ud: 2000:78)

D. Faktor-Faktor Riba di Masyarakat


1. Lemahnya keimanan
Para pembaca yang budiman, kalau kita perhatikan, berbagai kemaksiatan tidaklah
terjadi selain karena kelemahan atau ketiadaan iman dalam hati pelakunya. Oleh
karena itu, Allah ‫ سبحانه وتعالى‬di dalam banyak ayat dan Rasul-Nya di dalam
hadits-hadits mengaitkan sebuah larangan atau perintah dengan iman. Iman inilah
yang mendorong pemiliknya untuk melakukan kebaikan, dengan cara melaksanakan
perintah atau meninggalkan larangan-Nya. Termasuk di antaranya adalah larangan
Allah ‫ سبحانه وتعالى‬terhadap riba, sebagaimana firman-Nya,

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ َو َذ ُر‌وا َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ‌بَا ِإن ُكنتُم ُّمْؤ ِمنِين‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” [Qs. al-Baqarah: 278]

Allah ‫ سبحانه وتعالى‬menjelaskan sikap yang mulia bagi para hamba-Nya karena
keimanan mereka terhadap keputusan Allah dan Rasul-Nya, terkhusus hukum riba.
Allah ‫ تعالى‬berfirman,

ۡ
ِ ‫ضى ٱهَّلل ُ َو َرسُولُ ٓۥهُ َأمۡ رًا َأن يَ ُكونَ لَهُ ُم ٱل ِخيَ َرةُ ِم ۡن َأمۡ ِر ِهمۡۗ َو َمن يَ ۡع‬
‫ص ٱهَّلل َ َو َرسُولَ ۥهُ فَقَ ۡد‬ َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُم ۡؤ ِم ٖن َواَل ُم ۡؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬
ٰ
‫ضلَاٗل ُّمبِ ٗينا‬ َ ‫ض َّل‬َ

“Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barang siapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” [Qs.
al-Ahzab: 36]

Rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,

‫ « َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَِإ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَِإ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ان‬ِ ‫ك َأضْ َعفُ اِإْل ي َم‬ َ ِ‫» َو َذل‬

“Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan Tangannya.


Apabila tidak mampu, ubahlah dengan lisannya. Apabila tidak mampu, dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
2. Tidak takut kepada Allah

Coba kita perhatikan ancaman-ancaman Allah ‫ سبحانه وتعالى‬terhadap para pelaku riba
yang tidak mau meninggalkan larangan-Nya. Allah ‫ سبحانه وتعالى‬berfirman,

ۗ ۚ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱلرِّ بَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َكما يَقُو ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِمنَ ۡٱلم‬
َ ِ‫سِّ ٰ َذل‬
‫ك بَِأنَّهُمۡ قَالُ ٓو ْا ِإنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ْا‬ َ َ
َٓ ٰ ‫َُأ‬ ۚ
‫ك‬ َ ‫ة ِّمن َّربِِّۦه فَٱنتَهَ ٰى فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوَأمۡ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد ف وْ لِئ‬ٞ َ‫َوَأ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱلرِّ بَ ٰو ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ‬
َ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬ ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬ ۡ ‫َأ‬

“Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu berhenti
(dari mengambil riba), maka Baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
didalamnya.” [Qs. al-Baqarah: 275]

Dia juga berfirman,

َ‫ب ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِۖۦه وَِإن تُ ۡبتُمۡ فَلَ ُكمۡ ُر ُءوسُ َأمۡ ٰ َولِ ُكمۡ اَل ت َۡظلِ ُمونَ َواَل تُ ۡظلَ ُمون‬ ْ ُ‫وا فَ ۡأ َذن‬
ٖ ‫وا بِ َح ۡر‬ ْ ُ‫فَِإن لَّمۡ ت َۡف َعل‬

“Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah
dan Rasul -Nya akan memerangimu. Jika kamu bertobat (dari pengambilan riba),
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” [Qs.
al-Baqarah: 279]

Ibnu Abbas ‫ رضي هللا عنه‬berkata, “Akan dikatakan kepada orang yang memakan hasil
riba nanti pada hari kiamat, ‘Ambillah pedangmu untuk bertempur!’ Kemudian beliau
membaca,

‘Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu’.” Beliau juga mengatakan, “Barang siapa tetap
melakukan muamalah riba dan tidak meninggalkannya, wajib bagi imam (pemerintah)
kaum muslimin untuk meminta tobatnya. Kalau dia mau meninggalkannya (itulah
yang diharapkan), (jika tidak demikian) dia dihukum mati (oleh penguasa).” [Tafsir
Ibnu Katsir, 1/296]

Kesimpulannya, orang yang tidak memedulikan larangan-larangan Allah ‫سبحانه وتعالى‬


dan Rasul-Nya dalam hal bermuamalah riba dengan berbagai sistemnya, berarti tidak
ada rasa takut kepada Allah ‫ سبحانه وتعالى‬di dalam hatinya.

3. Diperbudak oleh dunia

Allah ‫ سبحانه وتعالى‬dengan hikmah -Nya yang sempurna menciptakan manusia dengan
salah satu tabiat jeleknya, yaitu rakus (tamak, serakah). Hal itu ujian dan cobaan bagi
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah ‫صلي هللا عليه وسلم‬,
َ ‫ان َولَ ْن يَ ْمَأَل فَاهُ ِإ التُّ َرابُ َويَتُوبُ هللاُ َعلَى َم ْن ت‬
« ‫َاب‬ ِ َ‫ب َأ َحبَّ َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ َوا ِدي‬
ٍ َ‫»لَوْ َأ َّن بِ ْال ِن آ َد َم َوا ِديًا ِم ْن َذه‬

“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah yang berisi emas, sungguh dia akan
berambisi memiliki dua lembah (yang berisi emas pula), dan tidak ada yang akan
memenuhi mulutnya selain tanah. Akan tetapi, Allah ‫ سبحانه وتعالى‬menerima tobat
siapa saja dari hamba -Nya.” [Muttafaqun alaih dari Ibnu Abbas ‫]رضي هللا عنه‬

Rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬juga mengabarkan bahwa ujian yang paling besar bagi
umatnya adalah harta. Sabda beliau,

« ‫» ِإ َّن لِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة فِ ْتنَةً َوفِ ْتنَةُ ُأ َّمتِي ْال َما ُل‬

“Sesungguhnya, bagi setiap umat ada ujian (tersendiri), dan ujian bagi umatku
adalah harta.” [HR. at-Tirmidzi dari Ka’b bin ‘Iyadh ‫]رضي هللا عنه‬

Itulah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬atas umatnya. Beliau
bersabda dalam hadits Amr bin Auf al-Anshari ‫رضي هللا عنه‬,

« ‫ت َعلَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم فَتَنَافَسُوهَا َك َما‬ ْ َ‫ َما ْالفَ ْق َر َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم َولَ ِكنِّي َأ ْخ َشى َأ ْن تُ ْب َسطَ ال ُّد ْنيَا َعلَ ْي ُك ْم َك َما ب ُِسط‬،ِ‫فَ َوهللا‬
‫» تَنَافَسُوهَا فَتُ ْهلِ َك ُك ْم َك َما َأ ْهلَ َك ْتهُ ْم‬

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan akan menimpa kalian. Akan
tetapi, aku khawatir akan dibukakan dunia kepada kalian sebagaimana telah
dibukakan kepada orang-orang sebelum kalian. Lantas kalian berlomba-lomba
(dengan menghalalkan berbagai cara) untuk mendapatkannya sebagaimana mereka
telah berlomba-lomba mendapatkannya, hingga dunia itu membinasakan kalian
sebagaimana telah membinasakan mereka.” [Muttafaqunalaih]

Kita memohon keselamatan kepada Allah ‫ سبحانه وتعالى‬dari berbagai hal yang
menyelisihi syariat-Nya.

4. Keterbatasan Akses dan Kurangnya Pendidikan Keuangan

Jika akses ke lembaga keuangan yang resmi terbatas, masyarakat dapat terpaksa
menggunakan layanan pinjaman informal atau lintas batas yang menerapkan suku
bunga yang sangat tinggi. Keterbatasan akses ke lembaga keuangan yang aman dan
terpercaya dapat meningkatkan resiko semakin banyak orang yang terlibat praktek
riba yang merugikan. Selain keterbatasan akses, kurangnya pemahaman dan
pendidikan keuangan dalam masyarakat juga dapat memperburuk situasi riba. Jika
masyarakat tidak memahami konsep riba, mereka tidak akan menyadari resiko terkait
dengan pinjaman bunga berlebih.
5. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang diimplementasikan oleh bank sentral suatu negara juga dapat
mempengaruhi tingginya tingkat riba. Misalnya, ketika suku bunga rendah,
masyarakat cenderung lebih cenderung untuk meminjam uang dari bank atau
menggunakan kartu kredit untuk membiayai kebutuhan mereka. Namun, jika suku
bunga sangat tinggi, beberapa orang mungkin terpaksa menggunakan praktik riba
yang melibatkan bunga tinggi karena mereka sulit memperoleh pinjaman dengan
syarat yang lebih baik. Oleh karena itu, pengaturan suku bunga yang efektif dapat
mempengaruhi tingkat praktik riba dalam masyarakat.

E. Dampak Dari Pada Praktek Riba


Dampak adanya riba di tengah-tengah masyarakat tidak saja berpengaruh
dalam kehidupan ekonomi, tetapi dalam seluruh aspek sosial kehidupan manusia juga.
Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi dalam aspek sosial:
1) Meningkatnya kesenjangan sosial
Riba dapat menyebabkan kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin.
Masyarakat yang tidak mampu membayar bunga pada pinjaman akan terjerat
dalam siklus utang dan kesulitan ekonomi, sementara mereka yang mampu
mendapatkan keuntungan dari bunga akan menjadi semakin kaya.
2) Ketidakadilan dan ketidakstabilan sosial
Riba dapat menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat. Orang-orang yang
terjebak dalam utang bunga yang tinggi seringkali sulit untuk keluar dari
lingkaran kemiskinan. Ini dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial,
ketidakpuasan, dan bahkan konflik antar kelompok.
3) Penindasan dan eksploitasi
Praktik riba yang merajalela dapat memungkinkan pihak-pihak yang berkuasa
secara finansial untuk mengeksploitasi mereka yang membutuhkan dana. Hal
ini dapat menciptakan lingkungan yang merugikan bagi masyarakat yang lebih
lemah, memperburuk kesenjangan kekayaan, dan meningkatkan
ketidaksetaraan.
Sedangkan dalam aspek ekonomi riba akan menimbulkan beberapa dampak berikut
ini:
1) Penghambatan pertumbuhan ekonomi
Riba dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena dana yang seharusnya
digunakan untuk investasi produktif dialokasikan untuk membayar bunga. Ini
dapat menghambat perkembangan usaha, kewirausahaan, dan inovasi dalam
masyarakat.
2) Menekan daya beli masyarakat
Riba yang tinggi pada pinjaman konsumen dapat mengurangi daya beli
masyarakat. Jika sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar
bunga, konsumsi dan investasi dapat menurun, yang pada gilirannya dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi.
3) Penghambatan akses ke modal
Riba yang tinggi dapat membuat sulit bagi individu atau kelompok yang
kurang mampu atau tidak memiliki jaminan yang cukup untuk mendapatkan
akses ke modal. Hal ini dapat menghambat perkembangan usaha mikro, kecil,
dan menengah, serta mengurangi peluang ekonomi bagi mereka yang
membutuhkan.

F. Upaya-Upaya Dalam Mengurangi Praktek Riba


Praktik riba, yang mengacu pada praktik membebankan atau menerima bunga
atau keuntungan tambahan atas pinjaman uang, telah menjadi perhatian bagi pemerintah,
lembaga keuangan, dan masyarakat di berbagai negara yang menganut sistem keuangan
berbasis Islam. Berikut adalah beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah,
lembaga keuangan, dan masyarakat untuk mengurangi praktik riba:
1. Pemerintah
a) Menerapkan hukum dan peraturan yang melarang atau membatasi
praktek riba dalam sektor keuangan
Pemerintah dapat menerapkan hukum dan peraturan yang secara tegas
melarang atau membatasi riba dalam sektor keuangan. Hal ini melibatkan
pembuatan dan penegakan undang-undang yang mengatur penggunaan bunga
atau riba dalam transaksi keuangan, seperti peraturan terkait suku bunga
maksimal atau larangan praktik bunga berbunga. Dengan adanya peraturan
yang jelas dan penegakan yang efektif, pemerintah dapat menciptakan
lingkungan hukum yang mendorong praktik keuangan yang beretika dan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
b) Memperkenalkan peraturan yang mendukung pendanaan berbasis
syariah dan menyediakan insentif bagi lembaga keuangan syariah.
Pemerintah dapat menyediakan alternatif keuangan tanpa riba. Ini dapat
mencakup penyediaan insentif fiskal, pembebasan pajak, atau pembiayaan
terjangkau bagi lembaga keuangan syariah. Selain itu, pemerintah juga dapat
memperkenalkan peraturan dan kebijakan yang mendorong pertumbuhan
sektor keuangan berbasis syariah, seperti menyediakan regulasi yang jelas dan
memfasilitasi pendirian lembaga keuangan syariah serta mempromosikan
inovasi produk keuangan syariah.
c) Mendorong pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang praktik
keuangan berbasis syariah.
Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan pendidikan
dan kesadaran masyarakat tentang praktik keuangan berbasis syariah sebagai
alternatif yang lebih baik daripada riba. Ini dapat dilakukan melalui
program-program pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang
ekonomi Islam dimulai dari prinsip-prinsip keuangan syariah, manfaatnya, dan
bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini dapat
diberikan melalui lembaga pendidikan, media massa, seminar, dan workshop
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang alternatif keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2. Lembaga Keuangan
a) Menyediakan produk dan layanan keuangan berbasis syariah
Lembaga keuangan, seperti bank syariah, menyediakan produk dan layanan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Mereka menawarkan
pembiayaan berbasis mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), dan
murabahah (jual beli dengan markup) sebagai alternatif yang tidak melibatkan
praktik riba. Dengan demikian, masyarakat dapat mengakses layanan
keuangan yang halal dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b) Mengembangkan instrumen keuangan berbasis syariah
Lembaga keuangan juga berperan dalam mengembangkan instrumen
keuangan berbasis syariah, seperti sukuk (obligasi syariah) dan reksa dana
syariah. Instrumen ini menyediakan alternatif investasi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan Islam, di mana pengembalian investasi didasarkan
pada keuntungan yang dihasilkan dari aset riil atau aktivitas bisnis yang sesuai
dengan syariah.
c) Menjalankan kegiatan riset pengembangan
Lembaga keuangan melakukan studi dan penelitian guna berinovasi sehingga
dapat terus memperluas dan meningkatkan layanan keuangan berbasis syariah,
sehingga mengurangi ketergantungan pada praktik riba.

3. Masyarakat
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan prinsip keuangan islam
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang prinsip-prinsip keuangan
Islam dan memahami pentingnya menghindari praktek riba. Dengan
pemahaman ini, mereka dapat membuat pilihan yang lebih bijak dalam
mengelola keuangan mereka.

b) Memilih lembaga keuangan berbasis syariah


Masyarakat dapat memilih lembaga keuangan berbasis syariah untuk
memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Dengan memilih lembaga ini, mereka
dapat menghindari praktek riba dan menggunakan layanan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan Islam.
c) Menerapkan prinsip-prinsip keuangan syariah
Masyarakat perlu mengadopsi dan menerapkan prinsip-prinsip keuangan
syariah dalam kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan menghindari pinjaman
dengan bunga dan memprioritaskan sistem ekonomi yang adil dan
berkelanjutan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, mereka dapat
mengurangi ketergantungan pada praktik riba dan berkontribusi pada
pembangunan ekonomi yang lebih etis.
G. Cara Menghindari Riba Dalam Ekonomi Islam
Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong
maraknya perbankan Syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung di dapat dari
sistem bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada
umumnya. Karena, menurut sebagian pendapat bunga bank termasuk riba.
Sebagai pengganti bunga bank, Bank Islam menggunakan berbagai cara yang
bersih dari unsur riba antara lain:
a) Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito.
b) Mudarabah adalah kerja sama antara pemlik modal dengan pelaksanaan atas
dasar perjanjian profit and loss sharing.
c) Syirkah (perseroan) adalah diamana pihak Bank dan pihak pengusaha
sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan.
d) Qard hasan, memberikan pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang
baik sebagai salah satu bentuk pelayanan dan penghargaan.

H. Hikmah di Balik Larangan Riba


Berikut adalah beberapa hikmah di balik larangan riba :
1) Allah SWT tidak mengharamkan sesuatu yang baik dan bermanfaat
bagi manusia, tetapi hanya mengharamkan apa yang sekiranya dapat
membawa kerusakan baik individu maupun masyarakat.
2) Cara riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat, karena keuntungan
yang di peroleh si pemilik dana bukan merupakan hasil pekerjaan atau
jerih payahnya. Keuntungannya diperoleh dengan cara memeras tenaga
orang lain yang pada dasarnya lebih lemah dari padanya.
3) Riba dapat menyebabkan krisis akhlak dan rohani. Orang yang
meribakan uang atau barang akan kehilangan rasa sosialnya, egois.
4) Riba dapat menimbulkan kemalasan bekerja, hidup dari mengambil
harta orang lain yang lemah. Cukup duduk di atas meja, orang lain
yang memeras keringatnya.
5) Riba dapat mengakibatkan kehancuran, banyak orang-orang yang
kehilangan harta benda dan akhirnya menjadi fakir miskin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktek riba merupakan hal yang diharamkan atau dilarang keras dalam agama
Islam karena riba sendiri sangat merugikan bagi orang yang berhutang, sedangkan
yang menghutangi akan semakin kaya dan menginjak-injak orang yang miskin. Dari
riba tersebut tidak memakai konsep etika atau moralitas. Allah mengharamkan
transaksi yang mengandung unsur ribawi, hal ini disebabkan mendzolimi orang lain
dan adanya unsur ketidakadilan.
Praktek riba pada masa pra islam berkecenderungan menyebabkan pihak yang
berhutang (debitur) menambah beban hutangnya. Situasi seperti ini sangatlah
berbahaya,yang menyeret pihak yang berhutang (debitur) terjerat oleh beban
hutangnya. Oleh karenanya, sangatlah tidak mungkin untuk dapat melunasinya, yang
konsekuensinya menimbulkan perbudakan. Sebagaimana telah dijelaskan dimuka
tentang pembahasan riba, bahwa tujuan utama dilarangnya riba adalah untuk
melindungi kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari dampak yang sangat
merugikan mereka. Al-Qur,an sejak masa awal diturunkan telah menekankan
perhatian yang mendalam terhadap sosial ekonomi dalam suatu masyarakat, berusaha
melindungi lapisan masyarakat lemah dengan menghilangkan upaya eksploitasi dari
pihak yang kuat.
Islam mengharamkan riba selain telah tercantum secara tegas dalam al-Qur'an
surat al-Baqarah ayat 278-279 yang merupakan ayat terakhir tentang pengharaman
riba, yang juga mengandung unsur eksploitasi. Dalam konteks ini al-Qur,an mengutuk
praktek riba yang esensinya menambah beban tanggungan debitur yang mengalami
problem dalam melunasi hutangnya yang selanjutnya turut meningkatkan
kesengsaraan hidup debitur, akibatnya hutangnya tersebut menjadi berlipat ganda
setelah melampaui batas waktu yang ditentukan.

B. Saran
Dalam makalah ini, kami memberikan beberapa saran yang dapat dilakukan
oleh umat Islam untuk mengurangi pengaruh riba. Pertama, adalah dengan mengenali
bahaya riba. Penting bagi umat Islam untuk memahami konsekuensi negatif dari
praktik riba agar dapat menghindarinya dengan lebih baik. Selanjutnya, adalah
memahami transaksi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, penting
untuk hanya membeli dan menjual barang-barang yang halal dan thayyib, yang sesuai
dengan ajaran agama. Selain itu, penting juga untuk menanamkan sifat saling
membantu (ta'awun) dalam masyarakat. Dengan saling membantu dan berkolaborasi
dalam hal keuangan, umat Islam dapat menghindari bergantung pada praktik riba.
Terakhir, umat Islam perlu menanamkan sifat bersyukur dan merasa cukup (qona'ah).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim dan Terjemahannya

Choirunnisak. (2021, Juli 1). Sosialisasi Pengenalan Ria DI Desa Betung II

Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. AKM: Aksi

Kepada Masyarakat, 2, 80-82. https://doi.org/10.36908/

Dampak dan Hikmah Pelarangan Riba – Universitas Islam An Nur Lampung. (2022,

November 8). Universitas Islam An Nur Lampung. Retrieved June 4, 2023,

from https://an-nur.ac.id/dampak-dan-hikmah-pelarangan-riba/

Faktor-faktor yang menjerat seseorang dalam riba. (2014, March 31). Belajar Islam.

Retrieved June 3, 2023, from

https://risalahnet.wordpress.com/2014/03/31/faktor-faktor-yang-menjerat-sese

orang-dalam-riba/

Pengertian Riba, Dasar Hukum, Jenis-Jenis, Cara Menghindari Riba dan Hikmah

diharamkannya Riba – Universitas Islam An Nur Lampung. (2022, November

23). Universitas Islam An Nur Lampung. Retrieved June 3, 2023, from

https://an-nur.ac.id/pengertian-riba-dasar-hukum-jenis-jenis-cara-menghindari

-riba-dan-hikmah-diharamkannya-riba/

Redaksi OCBC NISP. (2021, November 25). Mengenal 5 Jenis Riba, Contoh, dan

Hukumnya Dalam Islam. OCBC NISP. Retrieved June 3, 2023, from

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/25/riba-adalah

Anda mungkin juga menyukai