Hasbullah, 2022, Acceptance of The - En.id
Hasbullah, 2022, Acceptance of The - En.id
com
* Penulis koresponden Hasbullah Abstrak:Dakwah salafibaru-baru ini menyebar dengan cepat ke berbagai daerah di
Hasbullah, Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Indonesia. Kehadiran daridakwah salafidi berbagai daerah tidak jarang menimbulkan
Kasim Riau, Indonesia
Surel:hasbullah@uin-suska.ac.id konflik sebagai akibat daridakwahmetode yang digunakan. Berbeda dengan yang terjadi
di Riau, khususnya Pekanbaru, dalam satu dekade terakhirdakwah salafimendapat tempat
Redaktur peninjau:
Sandro Serpa, Sosiologi, Universitas di hati masyarakat sehingga mengalami peningkatan pesat. Tujuan dari makalah ini
Azores, Ponta Delgada, Portugal
adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penerimaandakwah salafi
masyarakat Pekanbaru. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan
Informasi tambahan tersedia di akhir
artikel rangkaian wawancara dengan 15 informan. Informan dipilih berdasarkan tujuan dari
makalah ini. Studi ini menemukan bahwa penerimaan darisalafi manḥajpada masyarakat
Pekanbaru disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri
daridakwah salafiyang bertujuan untuk menjalankan ajaran Islam sesuai dengan Al Quran
dan As Sunnah, dan profilustadz salafi(ulama atau pendakwah) yang melaksanakan
dakwah. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari nilai-nilai Islam yang terkandung dalam
budaya Melayu Islam dan karakter masyarakat Melayu Islam yang terbuka terhadap
perbedaan. Bentuk dakwah salafisme yang mempercepat perkembangan inimanḥaj
mendirikan masjid sebagai pusat kajian Al Quran, mendirikan lembaga pendidikan Islam,
dan mengembangkan kegiatan ekonomi melalui pusat penjualan jamu dan ṭibbun nabawi
. Studi ini tidak dapat membuat generalisasi; Oleh karena itu, disarankan untuk dilakukan
studi banding dengan daerah lain yang memiliki karakter yang sama.
1. Perkenalan
Penerimaan dakwah Islam di masyarakat Riau meningkat dalam satu dekade terakhir. Kehadiran ini
manḥaj(ideologi) perlahan mendapat tempat di hati masyarakat, padahal sebelumnya sering
dipandang sebagai kelompok yang membawa perbedaan paham dan akan menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pusat kajian dan kelompok
kajian Alquran; bertambahnya jumlah lembaga pendidikan; dan munculnya sentra penjualan jamu,t
ibbun Nabawi(pengobatan kenabian), dan makanan ringan Timur Tengah. Nabil (2012) menjelaskan
bahwa perkembangan darisalafidi Riau diawali dengan berdirinya Pondok Pesantren al-Furqon di
Pekanbaru dan kembalinya para ulama dari menuntut ilmu di Timur Tengah. Sampai dengan tahun
2014 di Kota Pekanbaru hanya terdapat dua pesantren sajasalafi manḥaj(Sarifandi, 2014). Namun,
kini bertambah menjadi lima lembaga pendidikan (Tabel 1).
© 2022 Penulis. Artikel akses terbuka ini didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons
Attribution (CC-BY) 4.0.
Halaman 1 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
Sejauh ini, studi tentang Salafimanḥajcenderung melihat gerakan mereka dalam tiga perspektif. Itu
pertama kecenderungan, adalah untuk melihatsalafisebagai gerakan yang mengarah pada munculnya
kekerasan dan radikalisme (Kusumah,2020; Muthohirin,2016; Qodir,2008).Kedua, mendiskusikan konsep-
konsep tertentu dalamsalafiajaran dan melihat implikasi dari pemahaman konsep-konsep tersebut pada
perilaku keagamaansalafikelompok (Faizah & Faizah,2012; Muliono,2011; Muzammil,2013; Rosadi,2015).
Ketiga, Kajian penggunaan hijab dikalangansalafiperempuan, baik dari segi estetika maupun makna
simbolik (Fitrianita,2018; Mahanani dkk.,2019; Ramadhani,2017). Ketiga kecenderungan ini cenderung
terjadisalafidakwah sebagai bagian dari gerakan radikalisme yang mengarah pada hal-hal negatif dan
sebagai kelompok yang eksklusif, serta tidak memberikan ruang bagi kontribusi positif gerakan ini dalam
membangkitkan semangat keagamaan yang dapat diidentifikasi dari penerimaan masyarakat. Padahal,
Salafi di Pekanbaru memiliki pemahaman yang berbeda dengan kajian-kajian di atas. Salafi di Pekanbaru
bermaksud memurnikan paham keagamaan, bukan sebagai gerakan politik. Hal ini terlihat jelas dari
berbagai kebijakan yang diambil kelompok ini dalam menyikapi keputusan pemerintah, seperti menutup
masjid pada masa Covid-19, mengikuti penetapan awal bulan Ramadhan dan mengikuti penetapan awal
bulan. di Zulhijjah.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melengkapi kekurangan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak
memperhatikan aspek penerimaan masyarakat terhadap keberadaannyasalafigrup. Sejalan dengan itu, tulisan ini
secara khusus bertujuan untuk tidak hanya memetakansalafipergerakan masyarakat Riau, dasar penerimaan
masyarakat Riau terhadap keberadaan Salafi, implikasi (manfaat) kehadiran salafi bagi masyarakat Riau, serta
analisis kondisi struktural dan kultural yang menyebabkan diterimanya salafi manḥajoleh masyarakat Riau. Oleh
karena itu, tulisan ini akan memfokuskan pada 3 pertanyaan pokok: 1) Bagaimana bentuk penerimaan masyarakat
terhadap dakwah salafi? 2) apa faktor yang membentuk penerimaan? 3) apa implikasi dari penerimaansalafidakwah
kepada masyarakat Riau? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan pemahaman yang mendalam
tentang anatomisalafidakwah di masyarakat Riau.
Halaman 2 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
yang terbuka terhadap perbedaan, danghirahmasyarakat untuk menjalani kehidupan seperti yang
diajarkan oleh Nabi. Dakwah Salafi yang menggunakan pendekatan tekstual (Quran dan Sunnah) yang
dibarengi dengan karakterustadzyang merupakan alumni sekolah di Timur Tengah, membuat masyarakat
tertarik untuk kembali belajar agama. Kondisi ini sejalan dengan semangat masyarakat yang ingin menjadi
muslim sejati atau menjalankan sunah Nabi. Sesuatu yang semula dianggap “asing dan berbeda” oleh
masyarakat, akhirnya diterima sebagai bagian dari bentuk pengamalan ajaran Islam. Keinginan untuk
menjadi seorang muslim sejati dengan mengikuti kehidupan Nabi Muhammad SAW, membuatsalafidakwah
sebagai kontribusi dalam mendorong munculnya agamaghirah(semangat) dalam masyarakat.
2. Tinjauan literatur
2.1. Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa arab yang artinya seruan atau ajakan. Makna dakwah dalam Islam menjadi
cara pandang yang membawa manusia dari satu cara pandang ke cara pandang yang lain (Abdul Gahaf
Don et al., 2012). Pelaksanaan dakwah memiliki dimensi eksternal dan internal dimana dakwah internal
dimaksudkan untuk meningkatkan keimanan umat Islam terhadap kewajiban kepada Allah dan ajaran Nabi
Muhammad SAW. Berdasarkan kandungan internalnya, dakwah mengandung ajaran seperti dasar-dasar
tauhid,fikih(Fikih Islam), sejarah, tasawuf, Alquran dan ilmu Islam yang disampaikan melalui panggilan ke
semua tempat ibadah (Nasir et al.,2019). Sedangkan dakwah eksternal bertujuan mengajak pemeluk agama
lain untuk masuk Islam (Mirza, 2014). Namun dalam praktiknya, dakwah tidak hanya membahas seluk-beluk
Islam dan ajarannya secara kontekstual atau teologis, tetapi juga membahas hukum-hukum yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk masalah politik, ekonomi, dan sosial.2021). Dakwah
merupakan bagian dari reformasi diri, sumber kebahagiaan, kepuasan, kepatuhan, dan kebanggaan (Kashif
et al.,2015). Dengan menerapkan dakwah secara lisan, visual, dalam praktik, dan dalam tindakan (Siagian et
al.,2016).
Dakwah memiliki tiga fungsi dalam kehidupan umat Islam.Pertama, berfungsi sebagai pembawa pesan (Bukay,
2016; Mahmuddin & Aisyah,2019; Salam,2016). Penyampaian pesan-pesan yang berkaitan dengan ajaran agama
Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadits (Mahmuddin & Aisyah,2019). Efektivitas dakwah dapat menjadi alat
komunikasi untuk menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat (Salam,2016).Kedua, dakwah digunakan untuk
meredam radikalisme (Rabasa & Benard,2014; Thailand, 2020; Abdul Gahaf Don dkk.,2012). Dakwah merupakan
media komunikasi yang efektif untuk kegiatan keagamaan yang masif dalam masyarakat Islam (Thaib,2020).
Karena dakwah dapat menginformasikan umat Islam tentang iman dan ajaran Islam serta mempromosikan
toleransi dan kerukunan sosial (Abdul Gahaf Don et al., 2012).Ketiga, dakwah sebagai benteng umat Islam dari
kemaksiatan. (Abdul Gahaf Don dkk.,2012; Hasan,2017). Pelaksanaan dan pemberian dakwah kepada umat Islam
dengan muatan keislaman dapat menjadikan umat Islam terhindar dari nilai-nilai kezaliman (Don et al.,2012).
Ketiga fungsi dakwah tersebut menjadikan umat Islam memiliki kebutuhan dakwah dan kewajiban untuk
melaksanakan dakwah dalam kebaikan kepada sesama (Rassool,2016).
Halaman 3 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
inisalafigerakan menjadikan hukum Syariah sebagai sarana untuk mengatasi masalah sosial, tantangan ekonomi,
dan politik yang dihadapi masyarakat (Sonkar,2020).
Gerakan Salafi di seluruh dunia dapat dikategorikan dalam tiga bentuk.Pertama, Salafi-purist (Ahmad
Bunyan Wahib,2017; Lauziere,2012). Ini adalah gerakan yang menyerukan kembalinya Alquran dan Sunnah
dan tidak mentolerir praktik keagamaan yang bercampur dengan syirik,bid'ah (inovasi Islam), dan takhayul.
(Pembuat upah,2018).Kedua, Salafi Haraki (Bangstad & Linge,2015; Martensson,2014). Gerakan tersebut
berfokus pada kaum intelektual dengan tidak menganjurkan serangan atau pemberontakan. Oleh karena
itu, gerakan ini memiliki ciri pemurnian, meskipun berideologi nasionalis berdasarkan syariah (Mårtensson,
2014).Ketiga, Jihad Salafi yang sama dengan Salafi dari Haraki tetapi meratifikasi semua tindakan
pemberontakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan syariah (Pemberi upah,2011). Mereka biasanya
melakukan pengeboman atas nama jihad terhadap negara-negara yang menjunjung tinggi syariah. Selain
itu mereka juga memerangi orang-orang kafir dan menganggap semua kelompok di luar komunitasnya
sebagai kafir (Pattison et al.,2017). Ketiga bentuk darisalafisebenarnya memiliki keyakinan yang sama,
mereka semua menekankan tauhid dan menolak peran dan kecerdasan manusia dalam menghadapi dan
memahami bagaimana sumber-sumber Islam yang tidak berubah harus diterapkan di zaman modern
(Suharto,2018).
Hubungan penerimaan salafisme di Indonesia dapat dilihat dari beberapa kasus yang ada di
masyarakat. Penerimaan masyarakat di era modern ini tidak lepas dari keberadaan teknologi dan
komunikasi. Pemberitaan tentang gerakan Salafisme di Indonesia menjadikan gerakan keagamaan
ini paling cepat berkembang di zaman sekarang. Bahkansalafitelah menyebarkan dakwahnya melalui
berbagai media (Iqbal,2014). Salah satu darisalafidi Indonesia, Wahdah Islamiyah yang merupakan
organisasi Salafi terbesar di Indonesia memiliki gerakan yang lebih terbuka dan bekerjasama dalam
bidang pendidikan dan internasional.salafidonor. Mengingat kesetiaannya, membuat inisalafilebih
diterima di kalangan masyarakat muslim di Indonesia (Chaplin, 2018). Di Indonesia, istilah dan unsur
Salafisme telah diindonesiakan dan kini menjadi unsur mapan dalam kaleidoskop agama dan budaya
(Woodward et al.,2011). Sehingga kekuatan darisalafidan penerimaan publik dapat dilihat dengan
jelas dari sejarah perkembangannya dari anti politik menjadirealpolitik, dari gerakan diam menjadi
gerakan yang lebih terbuka. Mereka telah hadir dan aktif sejak tahun 1980-an dan berkembang
menjadi kekuatan sosial politik yang menonjol setelah lengsernya Suharto pada tahun 1998
(Izharuddin,2015).
3. Metode
Penelitian ini tentang penerimaansalafidakwah pada masyarakat Kota Pekanbaru dilaksanakan pada tahun 2020–
2021. Sejalan dengansalafidakwah yang berkembang beberapa tahun terakhir di Kota Pekanbaru, menarik untuk
dikaji, mengingat sebelumnya kelompok ini tidak banyak mendapat respon dari masyarakat. Selain itu, mengetahui
dengan jelas tentang penerimaan masyarakat terhadap kelompok ini akan membantu
Halaman 4 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
meminimalisir konflik antar kelompok yang berbeda paham dan menciptakan toleransi dan
kerukunan antar umat beragama. Kota Pekanbaru dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kota
Pekanbaru merupakan ibu kota Provinsi Riau. Pekanbaru dipilih karena tokoh-tokoh penting salafi
tinggal di Pekanbaru, serta keberadaan dan perkembangan salafi terlihat di kota ini dibandingkan
daerah lain di Riau. Masyarakatnya terdiri dari kalangan menengah ke atas, dan munculnyahijrah
grup.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif atau naratif yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan penekanan pada
data deskriptif yang diperoleh dari informan (Creswell,2007; Denzin & Lincoln,2018). Selain itu,
diperlukan juga data dokumentasi dari Kementerian Agama Kota Pekanbaru,manḥaj salafiinstitusi,
serta data dan berita online terkait dengan isu kajian.
Sebagai orang dalam, peneliti melakukan penelitian ini secara objektif karena peneliti tidak terlibat
langsung dalam kegiatan manajemen salafi. Selain itu, peneliti juga bukan merupakan anggota aktif
dari kepengurusan salafi. Keuntungan menjadi orang dalam (orang muslim) adalah peneliti
memahami ajaran Islam dan budaya masyarakat yang diteliti. Kajian ini melibatkan tokoh
masyarakat dan warga, tokoh agama, tokoh Melayu Islam, pengurusmanḥajMasjid salaf, ulama
salafi, pengurusmanḥajLembaga pendidikan salaf, pedagang jamu dantibbunnabawi sebagai
informan penelitian yang berjumlah 15 orang. Pemilihan informan ini ditentukan berdasarkan tujuan
penelitian ini. Alasan pemilihan informan tersebut karena mereka adalah pengikut salafi yang aktif
dan mengetahui kegiatan salafi. Alasan memilih informan laki-laki karena informan perempuan tidak
mau diwawancarai dan cenderung pasif dalam kegiatan salafi dibandingkan dengan laki-laki.
Informasi yang diperoleh dari masing-masing kelompok tersebut akan memperkaya dan
memperdalam pemahaman penerimaan masyarakat Pekanbaru terhadapsalafi manḥaj. Dari masing-
masing informan tersebut akan diperoleh data tentang pandangan-pandangan atassalafidakwah,
pengembangansalafidakwah melalui pengajian, pendidikan, dan kegiatan ekonomi, serta nilai-nilai
budaya yang dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru. Dalam penelitian ini, nama informan
disebutkan karena tidak meminta dirahasiakan. Durasi rata-rata wawancara adalah 1 sampai 1,5 jam,
tetapi jika mereka memiliki urusan lain, durasi waktunya kurang dari 1 jam.
Penelitian ini diawali dengan melakukan desk-review untuk memetakan isu-isu yang relevan dari sumber tertulis.
Setelah menentukan masalah yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan observasi lapangan dan wawancara.
Pengamatan dilakukan di pusat-pusat kegiatansalafijemaah, seperti masjid Raudahatul Jannah dan masjid Abu
Darda. Sejalan dengan kebijakan pemerintah di masa pandemi COVID-19 untuk membatasi berbagai kegiatan,
kegiatan observasi tidak dapat dilakukan secara maksimal, karena kegiatan yang dilakukan di masjid sangat
terbatas. Demikian juga kegiatan pendidikan tidak dapat diamati, karena sekolah dan pesantren ditutup dan tidak
ada kegiatan belajar mengajar. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dapat diandalkan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Wawancara dilakukan dengan informan baik secara
langsung maupun melalui telepon genggam.
Kegiatan analisis data pada dasarnya dilakukan selama penelitian dilakukan. Hal ini untuk memastikan
kecukupan data sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data diawali dengan “restatement” catatan
wawancara yang kemudian dituangkan dalam bentuk kutipan. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
proses “deskripsi” untuk menunjukkan pola dan kecenderungan dari data tersebut. Tahap terakhir adalah
“interpretasi” untuk menemukan makna-makna yang dikomunikasikan dalam data pada setiap pernyataan
informan. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan triangulasi data.
4. Hasil
Halaman 5 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
jaringan yang luas, baik dari segi geografi maupun aspek kehidupan masyarakat (AM Iqbal,2014; Nabil, 2012).
Jaringan yang dibangun kelompok ini tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga sampai ke Timur Tengah.
Jejaring di Timur Tengah biasanya dilakukan oleh para alumni yang menyelesaikan pendidikannya di sana. Melalui
jaringan ini,salafikelompok bisa mendapatkan donasi, baik berupa uang, barang, maupun buku. Secara geografis,
kelompok ini telah berkembang di berbagai daerah di Riau dan telah membentuk kelompok pengajian, baik di
masjid maupun musala. Dalam aspek kehidupan,salafiGerakan tersebut dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu
dakwah, pendidikan, dan ekonomi.
“Masjid Raudhatul Jannah melakukan kegiatan terjadwal, setiap hari setelah Subuh dan Maghrib.
Kajian Al-Qur'an setelah Maghrib dipimpin oleh orang-orang yang berbedaustadzdi setiap malam,
serta buku yang dibahas. Sedangkan pengajian setelah Subuh (Senin—Jumat) dipimpin oleh Ustadz
Dr. Aspri Rahmat Azai, MA, Subuh Sabtu oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc., dan Subuh Minggu oleh
Ustadz Zamzami Juned, Lc. Khusus pengajian bagi santri putra dan putri dilaksanakan pada hari
Sabtu ba'da Ashar secara bergantian, pekan ganjil bagi putra dan pekan genap bagi santri putri.
Pengajian perempuan dewasa dilaksanakan pada hari Senin pagi pukul 10.00 dipimpin oleh Ahmad
Doni, Lc. membahas kitab Faḍâilul A'amal; dan Kamis pagi pukul 09.30 dipimpin oleh dua orang
ustadz, yaitu Ust. Dr. Aspri Rahmat Azai, MA dan Ust. Asror Habibi, Lc. yang membahas kitab
Mau'iẓatun Nisa'. Sementara itu,Daura(mentoring) dilakukan sebulan sekali, dengan ustadzdiundang
dari Jabodetabek. Selagiustadzyang pernah memimpindaurahdi masjid Raudhatul Ahmad adalah
Zainuddin, Ust. Syafiq Rizal Basalamah, Ust. Abdullah Taslim. Jumlah jamaah yang mengikuti
pengajian umum pada malam hari sekitar 400 hingga 500 orang. Orang-orang yang hadir dalam
pengajian ini berasal dari berbagai tempat di Pekanbaru” (Muhammad Akhyar, wawancara, 15 Maret
2020).
Pengembangan dakwah tidak hanya dilakukan melalui kajian, tetapi juga dengan mendirikan
lembaga pendidikan. Kelompok ini mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari Madrasah
Ibtidaiyah hingga perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
ManḥajLembaga pendidikan salaf tersebar di beberapa kecamatan di Pekanbaru, seperti di Kecamatan Tampan,
Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Rumbai, dan Kecamatan Tenayan Raya. Dilihat dari persebarannya dapat
dikatakan bahwa terdapat lembaga pendidikan yang berada di perkotaan maupun di daerah perbatasan atau
pinggiran kota.
Dalam aspek ekonomi, kelompok ini mempromosikan jamu dantibbun nabawi(seperti habbatus sauda,
minyak zaitun, madu, kurma),syariah' pakaian, dan lain-lain kepada masyarakat. Mereka memperkenalkant
ibbun nabawipengobatan melalui kegiatan pengajian, membagikan pamflet, dan lain-lain. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, telah muncul pusat-pusat penjualan untuktibbun nabawi, seperti di kompleks Masjid
Raudhatul Jannah, dan juga pertokoan yang bisa ditemui hampir di seluruh wilayah di Pekanbaru. Begitu
juga dengan tren darisyariahpakaian yang juga diminati oleh masyarakat telah menciptakan peluang usaha
bagi kelompok ini. Selain itu, ada jugaruqyah syar'iyah(pengobatan dengan membaca Al Quran untuk
meminta perlindungan kepada Allah dari penyakit atau musibah) dan pusat bekam, baik yang berafiliasi
dengan rumah sakit (Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab) maupun yang mandiri, dan rumah
Halaman 6 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
praktek. Kehadiran komoditas tersebut mendapat respon dari masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh
Marwad, salah seorang anggota masyarakat bahwa:
“Emerging store yang menjual komoditas kebutuhan muslim, termasuksyariahpakaian, jamu, dant
ibbun nabawiberarti akses yang lebih mudah ke mereka. Jamu dantibbun nabawikini telah menjadi
alternatif kebutuhan kesehatan masyarakat. Terlebih lagi,tibbun nabawidikenal sebagai cara Nabi
menjaga kesehatan. Komoditas ini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan stamina, terutama di tengah pandemi, yaitu kurma,habbatussauda(Habbatussauda),
madu dan jamu lainnya” (Marwad,wawancara, 16 Juli 2020).
“Permintaan masyarakat terhadap kurma relatif stabil meski di tengah pandemi. Dalam sebulan, saya
bisa menjual 100 kotak kurma (3 kg per kotak). Saya memiliki pelanggan tetap, dan sebagian besar
dari kelas sosial menengah ke atas” (Imron,wawancara, 18 Juli 2020).
Islam mendorong umatnya untuk menjadi muslim yang taat dan menjalankan ajaran Islam sesuai
dengan teladan dan tuntunan Nabi. Ini adalah pokok bahasan yang disampaikan olehustadzdalam setiap
kajian Al-Qur'an. Praktek keagamaan dengan mengacu pada ayat-ayat yangustadzyang disampaikan
demikian himbauan bagi mereka yang ingin menjadi jamaah yang lebih baik. Hal ini menimbulkan
anggapan di kalangan masyarakat bahwa beberapa praktik keagamaan yang salah ditemukan kebanyakan
merupakan kebiasaan yang diteruskan daripada pengetahuan yang didapat. Hal ini didukung dengan nilai-
nilai budaya Melayu Islam yang mengandung nilai-nilai Islam. Pepatah adat menyatakan, “adat bersendi
syara', syara' bersendi kitabullah, bersalahan adat dengan syara', tinggalkan adat tegakkan syara'(segala
adat dan nilai budaya Melayu Islam harus sesuai dengan nilai Islam. Jika adat atau nilai dalam budaya
Melayu Islam tidak sesuai dengan nilai Islam, tinggalkan dan ikuti yang sesuai; Ashshubli,2018; Hamidy,
1999; Junaidi,2014; Luthfi,1991; Thamrin,2018). Misalnya tradisi yang ada di masyarakat yang masih
mengandung unsur syirik, seperti dukun, jimat, kepercayaan akan adanya wali di tempat tertentu, dan lain-
lain. Hal itu seperti yang dibahas oleh UU. Hamidy, seorang budayawan Melayu yang:
“Semangat Melayu Islam adalah Islam. Islam memberikan corak budaya Melayu Islam, dan
diinternalisasikan sedemikian rupa ke dalam budaya. Istilah Melayu untuk hubungan Islam dan budaya
Melayu adalahsebati. Sebatiberarti bersatu dan tidak dapat dipisahkan. Kesesuaian nilai Islam dan budaya
Melayu Islam dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan, baik aspek normatif maupun perilaku. Aspek-
aspek normatif dapat ditemukan dalam berbagai peribahasa adat Melayu Islam, misalnya persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan nilai waktu, hidup sederhana, kerja keras, dan sebagainya. Sedangkan
aspek perilaku dapat dilihat dari berbagai perilaku menghormati tamu, sikap ramah dan santun, saling
tolong-menolong dalam kehidupan, dll” (UU. Hamidy,wawancara, 8 Juli 2020)
Selain itu, Melayu Islam yang berwatak terbuka terhadap perbedaan berarti Melayu Islam dikenal
terbuka terhadap perbedaan, baik itu perbedaan suku, perbedaan budaya, maupun perbedaan
pemahaman (Budisantoso et al.,1985; Rab,1990; Yusuf,1996). Karakter ini berarti melayu yang islami
Halaman 7 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
masyarakat memiliki sikap toleran terhadap perbedaan, sehingga pemahaman yang berbeda dari mereka sendiri
dapat berkembang. Dalam Islam, terdapat perbedaan pemahaman di kalangan ulama, kebanyakan terkait dengan
furu'iyahmasalah. Orang-orang Melayu Islam tidak pernah mempersoalkan perbedaan-perbedaan ini karena
keterikatan mereka yang teguh pada pandangan Islam. Mereka juga dikenal toleran dan moderat dalam
menjalankan kehidupan beragama, di mana wajar adanya pemahaman yang beragam (asal dianggapmadzhab
Sunni) bisa tumbuh di antara mereka. Karakter ini dapat dilihat dari perbedaan praktik keagamaan, seperti
membaca qunut(doa khusus selama sholat subuh),pak(membuat tenang).basmalah(Kata Islami), the rakaatpada
tarawihdoa, penentuan awal bulan Ramadhan, dan sebagainya.
Keterbukaan Melayu Islam terhadap perbedaan telah memberikan ruang gerak bagisalafi manḥaj dalam
melakukandakwahdan dalam memperkenalkan merekamanḥajmemahami. Lebih jauh lagi, karakter
perusahaan yang tegas inimanḥajdalam semangat dakwahnya perlahan-lahan membuka jalan ke hati umat
Islam Melayu. Mereka selalu menyampaikan dakwahnya dalam setiap kesempatan, seperti pengajian atau
percakapan sehari-hari. Mereka berusaha keras untuk menerapkan NabiSunnah(jalan dan prinsip Islam)
dalam kehidupan sehari-hari, dan ini biasa dikenal dengan istilah menghidupkan kembali NabiSunnah. Itu
manḥajPerilaku ekspansif terlihat jelas ketika mereka berdakwah di tengah masyarakat. KataSunnahadalah
kata kunci yang digunakan dalam dakwah mereka karena mempengaruhi cara berpikir masyarakat.
Kebanyakanmanḥaj salafi ustadzdi Riau adalah ulama dan pemuka agama. Mereka biasanya menyelesaikan
pendidikan tinggi mereka, di Timur Tengah dan/atau di Indonesia. Salah satunya adalahUstadzDasman Yahya,
seorang ulama yang menguasaihaditsyang ilmunya telah diakui secara lokal dan nasional. Dalam kesehariannya,
beliau dikenal sebagai pribadi yang santun, hormat, baik hati dan dermawan. Dia selalu memulai miliknyadakwah
dengan menyampaikan ayat-ayat dalam setiap pembahasan, juga menyampaikan pembahasan terkait dari
sebelumnyaulama. Jika ada perbedaan tentang masalah, semua pendapat terkait masih dibahas, di manasalafi
pandangan lebih ditekankan daripada yang lain. Namun, perbedaan tersebut tidak disebut salah dan tidak
dipandang sebagaibid'ah(praktik dengan sumber daya yang tidak jelas atau diragukan). Dengan demikian, jamaah
memiliki kebebasan untuk menjalankan ajaran agama sesuai dengan ayat yang mereka yakini. Beberapa ustadz
menampilkan karakter yang kuat dalam diri merekadakwahpenyampaian, yaitu seperti menilai dan menunjukkan
amalan-amalan keagamaan tertentu sebagaibid'ah, namun hal ini tidak pernah menimbulkan konflik di dalam
masyarakat. Itudakwahtidak disampaikan langsung kepada orang yang berbeda paham, melainkan diadakan di
masjid-masjidsalafi manḥaj.
Ketiga faktor inilah yang menjadi dasar penerimaan orang Melayu Islamsalafi manḥaj. Kesesuaian nilai-nilai
budaya Melayu Islam dengansalafi manḥajtelah menjadikannya jalan menuju penerimaan dan telah diterima
secara sosial oleh orang Melayu Islam. Islam Budaya Islam yang menempatkan Islam sebagai sumber nilai tidak
akan menghadapi penolakan jika ajarannya mengacu pada ayat-ayat al-Qur'an dan hadits. Apalagi didukung
dengan sikap orang Melayu yang terbuka dan menghargai perbedaan (toleran). Penerimaan orang-orang Melayu
Islam terhadap berbagai pandangan baru menunjukkan sifat keterbukaan mereka. Di sisi lain, penghormatan
mereka terhadap perbedaan adalah pendekatan mereka yang bijak terhadap perbedaan etnis, budaya atau
pandangan. Dua faktor yang disebutkan sebelumnya memudahkansalafidakwah dalam memperkenalkan mereka
manḥajkepada orang Melayu Islam.Salafi manḥajkeyakinan yang kuat dalam melaksanakan dan melaksanakan
Nabi Sunnahdalam kehidupan perlahan bisa diterima oleh orang Melayu Islam.
Halaman 8 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
beberapa aspek, termasuk pemahaman agama yang lebih baik dan praktik keagamaan, mengangkatghirah
(semangat) religiusitas, dan pengembangan lembaga pendidikan Islam.
Menjalankan ibadah yang murni sesuai dengan tuntunan dan teladan Nabi adalah dambaan setiap umat
Islam. Ini hanya bisa didapat dari ilmu yang didapat dalam mempelajari hadits Nabi. Dalam berbagai kajian
Al-Qur'an, dakwah darisalafi manḥajmembahas berbagai aspek praktik keagamaan sehari-hari masyarakat
Melayu Islam. Dakwah mereka tidak hanya mencakup isu-isu utama, termasukwudhu', berdoa, berpuasa,
zakat, haji, qurban(kurban), tetapi juga masalah yang berkaitan dengan sikap seorang muslim. Di antara
banyak perubahan dan praktik keagamaan, hal itu dapat disaksikan diqurbanpraktek ritual. Salafiustadz
intens menjelaskan bagaimanaqurbanAmalannya adalah mengikuti ajaran Nabi, khususnya amalan yang
berkaitan dengan pembagianqurbandaging untuk panitiaqurbaneksekusi. Hal ini diakui oleh Rusydi, ketua
panitiaqurbaneksekusi bahwa:
“Pelan-pelan pengurus masjid sudah bergantiqurbanpola kinerja di masa lalu agar lebih dekat
dengan ajaran Nabi” (Rusydi,wawancara, 12 Januari 2021).
Salafidakwahjuga bisa menciptakan agamaghirah, ini bisa dilihat dari semakin banyaktaḥsinkelompok
Quran, intensitas shalat berjamaah, berikansalam, yang berkenaan dengan jemaatfajarkampanye,
kampanye Jumat berkah, danshadaqah fajarkampanye. Seperti yang dikatakan oleh Usman, imam masjid:
Kehadiran kelompok salafi juga mendorong berkembangnya lembaga pendidikan Islam (SDIT, SMPIT, dan
SMAIT—jaringan sekolah Islam terpadu yang meliputi SD, SMP, dan SMA; pondok pesantren), rumahtaḥfiz,
Dan seterusnya. Munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut memudahkan akses masyarakat
Melayu Islam di Pekanbaru Riau untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Masyarakat melayu
Islam di Riau saat ini sangat bersemangat untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan
Islam maupun ketaḥfizpesantren. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ruslan Zuardi, Wakil Direktur
Madrasah Imam Syafi'i:
“Banyak lembaga pendidikan Islam di kota Pekanbaru khususnya Salafmanḥaj, memberikan jawaban
dan memenuhi keinginan orang tua agar anaknya dapat menjadi generasi islami yang memahami
dan mengamalkan ajaran islam sebagaimana yang dipraktekkan olehRasulAllah SWT (Ruslan Zuardi,
wawancara, 15 Januari 2021).
5. Diskusi
Penerimaan masyarakat Melayu Islam di Riau terhadapdakwahdengan Salafimanḥajkarena faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari kelompok salafi, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kelompok salafi. Faktor internal seperti luasnya jaringan Salafi itu
manḥajmemiliki serta profil dariustadz. Sedangkan faktor eksternal meliputi nilai-nilai budaya Melayu Islam yang
memiliki kesamaan dengan Islam, dan karakter masyarakat Melayu Islam yang menyambut keberagaman. Jaringan
Salafimanḥajdapat disaksikan daridakwahkegiatan, pendirian lembaga pendidikan, dan kegiatan ekonomi. Ketiga
kegiatan ini menjadi faktor pendorong terbentuknya berbagai jaringan di kalangan Salafimanḥajmasyarakat.
Apalagi profil Salafi banyakustadzyang sebagian besar berpendidikan di negara-negara Timur Tengah memiliki
daya tarik tersendiri dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap khutbah kelompok ini (Ubaidillah, 2012;
Wahyudin,2021). Salafidakwahdi kalangan masyarakat Melayu Islam dipermudah dengan adanya nilai-nilai Islam
dalam budaya Melayu Islam. Dalam budaya Melayu Islam, Islam ditetapkan sebagai sumber utama nilai-nilai,
sehingga tidak boleh ada konflik nilai-nilai yang terkandung dalam budaya dengan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini
nilai-nilai Islam menjadi inti dari nilai-nilai budaya Melayu, misalnya Islam mengajarkan persahabatan, dalam
budaya Melayu nilai-nilai Islam diwujudkan dalam bentuk sikap ramah dan gotong royong. Namun, tidak semua
orang Melayu
Halaman 9 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
mengamalkan nilai-nilai Islam, misalnya ada orang Melayu yang tidak suka membantu orang lain.
Perbedaan pemahaman dalam hal inifuru'iyahdibawa oleh inimanḥajlebih mudah diterima karena karakter
masyarakat Melayu Islam yang ramah dan toleran. Oleh karena itu, baik faktor internal maupun eksternal
menjadi kekuatan yang membuat Salafimanḥajlebih mudah diterima dalam masyarakat Melayu Islam.
Kehadiran Salafimanḥajpada masyarakat melayu Islam memberikan suasana baru dalam hal kehidupan
beragama, baik yang berkaitan dengan pemahaman keagamaan maupun praktik keagamaan. Salafimanḥaj
membawa paham keagamaan yang cenderung tekstual (Hamdeh,2021; Rabbani,2017; ABA B. Wahib,2011)
dan sebagian memiliki perbedaan dengan masyarakat Melayu Islam. Perbedaan ini umumnya terkait
denganfuru'iyah(cabang) bukanushul(inti). Meskipun perbedaan tersebut terkait dengan masalah furu'iyah,
namun juga sering menimbulkan masalah dan perpecahan dalam masyarakat. Isu-isu yang sering
menimbulkan perselisihan di masyarakat antara lain shalat qunut, shalat berjamaah setelah shalat
berjamaah, membaca yasin pada malam jum'at, tahlilan, dan lain-lain yang dipandang oleh kelompok salafi
tidak memiliki dalil yang kuat dalam Islam, bahkan bid'ah (Abidin & Hafizah). ,2019; Kusumah,2020). Orang
Melayu Islam dipersilakan untuk perbedaan apa pun; oleh karena itu, mereka dapat menerimanyadakwah
Apalagi hal-hal yang diwartakan telah dikenal masyarakat Melayu Islam sebelum Salafidakwahtelah datang.
Selanjutnya dengan kehadiran Salafi manḥaj, yang religiusghirahdikembangkan seiring dengan semangat
masyarakat Melayu Islam untuk menjadi muslim sejati. Orang-orang sangat antusias mengikuti pengajian
untuk memperbaiki amalan ibadahnya selama ini, karena di beberapa bagian dianggap tidak sepenuhnya
sesuai dengan ajaran Nabi. Keinginan untuk hidup sedekat-dekatnya dengan cara hidup Nabi menjadikan
hal tersebutmanḥajmemiliki tempat khusus di hati masyarakat. Selanjutnya, tren berpakaian kesopanan
menurutsyariah, jamu, dantibbun nabawi(pengobatan kenabian) adalah bentuk nyata dari keinginan untuk
melaksanakanSunnahdari Nabi. Oleh karena itu, Salafimanḥajmemberikan kontribusi kepada masyarakat
Melayu Islam untuk lebih memahami dan mengamalkan ibadah Islam sesuai dengan Al Quran dan Sunnah
ajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan penerimaan paham keagamaan yang berkembang pada masyarakat
Melayu Islam. Berbagai organisasi keagamaan maupun aliran keagamaan apapun telah hidup
berdampingan dalam komunitas Melayu Islam. Perbedaan apapun tidak membawa masyarakat ke dalam
konflik antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Sifat ramah tamah dan toleran terhadap
perbedaan menjadikan masyarakat melayu Islam bijak dalam menyikapinya. Dalam hal praktik keagamaan,
orang Melayu Islam bisa dianggap tradisionalis. Pandangan tradisionalis dalam beragama mengakomodir
budaya lokal sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan Salafi lebih dekat dengan
pandangan neo-tradisionalisme. Menurut Shepard (1987) neo-tradisionalisme menerima munculnya
teknologi, tetapi hanya nilai-nilai “kemajuan” yang terkandung dalam modernisasi. Kelompok ini ingin
menginisiasi Islam murni dan bebas dari berbagai percampuran budaya lokal seperti yang terdapat pada
kelompok tertentu. Kelompok salafi yang berbasis di Riau adalah salafi non-jihadiskelompok. Hal ini terlihat
dari kegiatan mereka yang menitikberatkan pada dakwah dalam rangka mensucikan ajaran Islam. Mereka
tidak berpartisipasi dalam kegiatan politik apapun dan mengikuti semua ketentuan pemerintah, seperti
penutupan masjid di masa Covid-19 atas anjuran pemerintah. Oleh karena itu, Salafimanḥajpembangunan
di kalangan masyarakat di Riau dapat diterima oleh masyarakat karena aktivitasnya hanya sebagai upaya
untuk hidup sesuai dengan aturanSunnahdari Nabi.
Salafi puritandakwahtelah tersebar di seluruh Indonesia. Besar sekalidakwah, baik melalui tarekat
konvensional, melalui media on line, maupun melalui media massa mempercepat proses penyebaran dan
pengembangan inimanḥaj. Salafimanḥajmelakukan merekadakwahsecara bertahap dalam kelompok
tertentu. Namun kini berkembang pesat, hal ini ditandai dengan munculnyamanḥajMasjid salaf di berbagai
daerah di Riau (khususnya Pekanbaru), serta berdirinya banyak lembaga pendidikan. Penerimaan Salafi ini
dakwahterjadi ketika khutbah yang dilakukan hanya terkait dengan ajaran Islam dan tidak melibatkan isu-
isu politik. Selain itu,dakwahdilakukan bukan dengan mengutuk praktik kelompok lain (bid'ah). Namun
demikian, masih ada Salafiustadzyang berdakwah dengan metode ini, sehingga menimbulkan potensi
konflik di masyarakat (Abidin & Hafizah,2019; Fitriani,2015; Rohman,2017). Meskipun dilakukan oleh
kelompok Salafidakwahdi antara orang-orang ramah yang terbuka untuk
Halaman 10 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
perbedaan, bukan berarti mereka dapat menyampaikan khotbahnya secara sembarangan ketika
berhadapan dengan pandangan arus utama di masyarakat. Salafidakwahyang mengedepankan
keseragaman dan menolak perbedaan cenderung ditolak oleh masyarakat. Melalui berbagai simbol yang
mereka kenakan, seperti janggut, baju gamis, dan celana mata kaki, Turner menyebutnya sebagai amal
saleh, di satu sisi mempererat persatuan di kalangan Salafi. Di sisi lain, tindakan tersebut memperlebar
jarak antara Salafi dan kelompok lawan atau kelompok Muslim lainnya (Turner,2008). Namun harus diakui,
kehadiran kelompok salafi terus memperkaya pemahaman keagamaan masyarakat dan juga menuntut
masyarakat untuk mengkaji ulang praktik keagamaan yang mereka lakukan selama ini (Hasan,2013; Ahmad
Bunyan Ahmad Bunyan Wahib,2017).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Melayu Islam, serta nilai-nilai budaya
Melayu Islam membuat proses penerimaan terhadap Salafi.manḥajmelihat lebih mudah. Sikap toleransi
dan menghargai orang lain, khususnya sesama muslim yang dibentuk oleh ajaran Islam Sunni menjadikan
masyarakat Islam Melayu terbuka terhadap berbagai perbedaan agama, selama tidak bertentangan
dengan inti keyakinan agama. Perkembangan Salafi yang pesatmanḥajdi Pekanbaru didukung oleh jaringan
yang dibangun melalui kegiatan pengajian, kegiatan pendidikan, dan kegiatan ekonomi. Untuk melakukan
kegiatan tersebut, kelompok Salafi membangun masjid, lembaga pendidikan Islam, serta pusat ekonomi
yang fokus pada komoditas yang berkaitan denganSunnah. Ketiga kekuatan ini digunakan sebagai sarana
Salafidakwahakan berimplikasi pada corak religi masyarakat Riau di masa mendatang. Sementara
pandangan tradisional masih dihayati dengan baik (dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat), tidak
menutup kemungkinan di masa mendatang akan terjadi pergeseran pemahaman keagamaan. Pergeseran
corak keagamaan ini tidak hanya berarti perubahan pemahaman dan praktik keagamaan. Namun, yang
lebih memprihatinkan adalah bergesernya gerakan Salafi ini dari non-jihadis(murni) untukharakiataujihad(
Wahid,2012; Wiktorowicz,2006). Hal ini tidak menutup kemungkinan ajaran Salafi yang memahami agama
secara tekstual cenderung intoleran terhadap perbedaan yang ada (Rohman & Puspitasari,2011).
6. Kesimpulan
Ternyata apa yang selama ini dianggap kehadiran Salafidakwahselalu mendapat penolakan dari masyarakat
tidak memiliki alasan yang cukup. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Riau dapat menerima
kehadiran mereka sehingga dalam satu dekade terakhir kelompok ini menunjukkan perkembangan yang
pesat. Hal ini tentunya tidak hanya terkait dengan Salafidakwahtetapi juga terkait dengan nilai-nilai budaya
Melayu Islam yang erat kaitannya dengan nilai-nilai Islam dan juga karakter masyarakat Melayu Islam yang
terbuka terhadap perbedaan. Penerimaan publik atas kehadiran Salafimanḥajdapat disaksikan dengan
munculnya kelompok-kelompok pengajian, berdirinya masjid-masjid, berdirinya lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, serta berkembangnya pusat-pusat
perdagangan yang menjual komoditas denganSunnahstrategi tematik, sebagai tambahan berbagai klinik
bekam basah danruqya syariah(penyembuhan Islam) pusat.
Penelitian ini dilakukan di satu daerah di Riau, sehingga tidak bisa digeneralisasikan. Untuk
melakukan generalisasi, studi lebih lanjut perlu dilakukan dengan lebih banyak area dengan karakter
yang mirip serta tipe orang yang mirip. Komunitas salafi tumbuh di perkotaan, tempat tinggal kelas
atas, baik yang dikategorikan berdasarkan pendidikan maupun kemampuan ekonomi. Oleh karena
itu, kajian berkelanjutan dapat dilakukan pada komunitas Melayu Islam di daerah lain, seperti Jambi,
Kalimantan, Palembang, Medan, dll.
Kajian ini tidak menggeneralisasi masyarakat Melayu di daerah lain, karena kajian ini terbatas pada
masyarakat Melayu Riau. Kajian serupa dengan kajian ini pada komunitas Melayu daerah lain
mungkin akan menghasilkan hasil yang berbeda. Dampak sosial dari kajian ini memungkinkan salafi
berkembang pesat di Riau. Namun ideologi salafi di Riau saat ini cenderung moderat, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif seperti konflik dan lahirnya kelompok terorisme.
Halaman 11 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
Halaman 12 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
Halaman 13 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
Halaman 14 dari 15
Hasbullah dkk.,Ilmu Sosial yang meyakinkan(2022), 8: 2107280
https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2107280
© 2022 Penulis. Artikel akses terbuka ini didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0.
Anda tidak boleh menerapkan ketentuan hukum atau tindakan teknologi yang secara hukum membatasi orang lain untuk melakukan apa pun yang diizinkan oleh lisensi.
Ilmu Sosial yang meyakinkan(ISSN: 2331-1886 ) diterbitkan oleh Cogent OA, bagian dari Taylor & Francis Group.
Halaman 15 dari 15