“Onikomikosis”
Pendamping:
dr. Mohamad Ali Mashar
Oleh:
dr. Stefan Wilson Halim
LAPORAN KASUS
ONIKOMIKOSIS
Telah disetujui dan disahkan sebagai Laporan Kasus Program Dokter Internsip
Periode Agustus – Februari 2022
Pembimbing Puskesmas,
NIP. 196402052000031002
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Srikaton
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 30 Agustus 2022
II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Kuku jari manis kanan kuning
b. Keluhan Tambahan
Kuku tampak rapuh
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan jari manis tangan kanan tampak
berwarna kekuningan dan lebih rapuh.
Keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir, awalnya kecil pada
ujung lateral distal kanan kuku lalu semakin bertambah ke
proksimal, dan saat dipotong bercak kuning tidak hilang selain itu
pasien mengatakan bahwa kuku tampak lebih rapuh dari
sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma, kejang, alergi makanan disangkal
3
Alergi obat Amoxicilin
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengalami keluhan yang serupa
f. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
g. Riwayat Psikososial
Pendidikan : Siswi
h. Review of system
4
Gastrointestinal Muntah (-)
Gangguan telan (-)
Nyeri perut (-)
Konstipasi (-)
Diare (-)
Nafsu makan berkurang (-)
Perut terasa penuh (-)
Hemoroid (-)
Sistem Hepatobilier Riwayat Penyakit kuning (-)
Muntah/Berak darah (-)
Endokrin Banyak keringat (-)
Polidipsi (-)
Polifagi (-)
Poliuria (-)
BB menurun (-)
Nafsu makan menurun (-)
Sistem Urinari Sering kencing (-)
Jumlah kencing banyak (-)
kencing nyeri (-)
Tidak bisa kencing (-)
Kencing batu (-)
Kyeri pinggang (-)
Kencing darah (-)
Kencing malam hari (-)
Tidak dapat menahan kencing (-)
Sistem Hematologi Mimisan (-)
Perdarahan Gusi (-)
Luka berdarah sulit sembuh (-)
Pucat (-)
Lemah, letih, lesu (-)
Sistem Rematologi Kaku sendi (-)
dan Muskuloskeletal Nyeri sendi (-)
5
Bengkak pada sendi (-)
ROM terbatas (-)
Lumpuh (-)
Akral dingin (-)
Bengkak pada kedua kaki (-)
Bengkak pada kedua tangan (-)
Sistem Imunologi Alergi makanan (-)
Alergi obat (-)
III. OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
o Keadaan Umum : Baik
o Kesadaran : Compos mentis, GCS 456
o Keadaan sakit : Ringan
o Suara bicara : Mampu berbicara
o Ekspresi wajah : Tampak tenang
o Status mentalis : Orientasi baik, daya ingat baik
o Personal hygiene : Baik
o BB/TB : 45 kg / 150 cm
Tanda-Tanda Vital
o Tekanan darah : 90/60 mmHg
o Nadi : 100 x/menit
o Suhu : 36.2 oC
o RR : 20 x/menit
Kepala/Leher
o Inspeksi : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspneu
(-), Lidah kotor (-), faring hiperemis (-),
Distensi JVP tidak dievaluasi, tidak tampak
edema pada mata, wajah (-)
o Palpasi : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
o Perkusi : Tiroid retrosternal (-)
6
o Auskultasi : Bruit (-)
Thorax
Bentuk : Normochest, simetris, spider nevi (-),
kolateral (-)
Pulmo
o Inspeksi : Bentuk dan gerak nafas simetris, retraksi (-)
o Palpasi : Gerakan simetris, fremitus raba sama, nyeri
tidak ada
o Perkusi : Sonor +/+ di semua lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler -/-, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Cor
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, Pulsasi jantung
tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, pulsasi jantung tidak
teraba
o Perkusi : Batas kanan di parasternal line dextra ICS III,
IV, V
Batas kiri di ICS IV, V midclavicular line
sinistra
o Auskultasi : S1 S2 Tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Flat, distensi (-)
o Auskultasi : Bising usus normal
o Palpasi : Hepar tidak teraba, lien dan renal tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium-, undulasi (-)
o Perkusi : Shifting dullness (-)
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas
o Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat
ekstremitas
o Akral : Hangat, kering, merah
7
o
o CRT : < 2 detik
o Unguium : tampak bercak kekuningan pada ungual digiti
IV manus sinistra, bercak pada daerah proksimal hingga distal dan
lateral.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan muncul bercak kekuningan pada jari manis tangan
kanan, keluhan dirasakan sejak 2 bulan terkahir. Keluhan sudah dirasakan sejak 2
bulan terakhir, awalnya kecil pada ujung proksimal kanan kuku lalu semakin
bertambah ke distal, dan saat dipotong tidak hilang. Ketika dipotong bercak
kuning tidak hilang selain itu pasien mengatakan bahwa kuku tampak lebih rapuh
dari sebelumnya
Tanda-Tanda Vital
o Tekanan darah : 90/60 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o Suhu : 36.2 oC
o RR : 20 x/menit
Kepala/Leher
o Inspeksi : dbn
o Palpasi : dbn
o Perkusi : dbn
8
o Auskultasi : dbn
Thorax
Bentuk : dbn
Pulmo : dbn
Cor
o Inspeksi : dbn
o Palpasi : dbn
o Perkusi : dbn
o Auskultasi : dbn
Abdomen
o Inspeksi : dbn
o Auskultasi : dbn
o Palpasi : dbn
o Perkusi : dbn
Ekstremitas
o Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat
ekstremitas
o Akral : Hangat, kering, merah
o CRT : < 2 detik
o Unguium : tampak bercak kekuningan pada ungual digiti
IV manus dekstra
IV. ASSESSMENT
Diagnosis Awal : Onikomikosis
Diagnosis Utama : Onikomikosis tipe proksimal subungual (PSO)
V. PLANNING.
Terapi
9
NB : Sebelumnya pasien telah di KIE terdapat pilihan terapi yaitu terapi oral
selama 2 bulan dengan metode denyut itrakonazol, terapi topikal
menggunakan ciclopirox dan ekstraksi kuku. Dengan pertimbangan
kepatuhan dan biaya, maka orang tua dan pasien memilih opsi “pikir – pikir”
keesokan harinya pasien dan orang tua sepakat untuk memilih terapi
ekstraksi kuku dengan resiko refrakter.
- Pemberian antibiotik oral cefadroxil 2x1 tab
- Pemberian analgesic berupa asam mefenamat 500 mg 3x1
Monitoring:
- Tanda-tanda perdarahan
- Klinis (nyeri)
Edukasi:
FOLLOW UP
S/
Pasien datang dengan keluhan nyeri masih dirasakan
O/
TTV :
Pemeriksaan Fisik :
10
K/L :
- A/I/C/D = -/-/-/-
- Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax :
Abdomen :
Ekstremitas :
- HKM, CRT< 2s
- Unguium : luka tampak baik, perdarahan minimal, tidak tampak pus dan tanda
inflamasi
A/
P/
Asam Mefenamat 3x500 mg
FOLLOW UP
S/
Pasien datang dengan keluhan tangan sudah tidak nyeri
O/
11
Kesadaran: GCS = 456
TTV :
Pemeriksaan Fisik :
K/L :
- A/I/C/D = -/-/-/-
- Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax :
Ekstremitas :
- HKM, CRT< 2s
- Unguium : luka baik, tidak tampak pus, perdarahan dan tanda inflamasi
A/
P/
KIE untuk menjaga kebersihan kuku, dengan cara sering mencuci tangan dan
apabila muncul lagi maka disarankan penggunaan terapi oral itrakonazol
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita, molds non dermatofita atau yeast. Sedangkan tinea unguium istilah
untuk infeksi kuku akibat dermatofita.1 Secara umum, 80-90% penyebab kasus
onikomikosis adalah dermatofita Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrophytes. Di Indonesia, penyebab yang banyak dilaporkan adalah Candida
spp., T. Rubrum dan T.Mentagrophytes.2
Definisi
Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (tinea unguium), kapang non dermatofita dan ragi. Penyakit ini dapat
terjadi pada area matriks, nail bed dan atau nail plate.1,3 Secara klinis terdapat 3
macam onikomikosis antara lain: (a) distolateral subungual onychomycosis
(DLSO), (b) proximal subungual onychomycosis (PSO), dan (c) white superficial
onychomycosis (WSO).1
Epidemiologi
13
dan banyak diantaranya terjangkit pada kelompok usia lansia. Onikomikosis juga
meningkat pada usia anak dan dewasa muda. 1
Faktor Resiko
Faktor resiko kejadian onikomikosis ialah usia, jenis kelamin pria, adanya trauma
kuku, kondisi pasien imunosupresi (HIV, diabetes mellitus), adanya gangguan
pembuluh darah perifer.[fitzpatrick48]. Pasuin HIV dengan CD4 < 400 sel/µL
(referensi normal: 1200 to 1400 cells/µL) memiliki resiko terjangkit onikomikosis
dan cenderung dapat terjadi penyebaran kuku hingga seluruh / 20 kuku yang ada.
[fitzpatrick36] Peningkatan angka kejadian onikomikosis juga dapat terjadi akibat
penggunaan sepatu yang ketat, meningkatnya pengguna obat imunosupresan dan
diabetes serta penggunaan ruangan umum bersama (communal). 1
14
ditemukan bahwa 20% penderita onikomikosis berada pada usia > 60 tahun dan
diperkirakan separuh penderita onikomikosis berusia > 70 tahun. Berdasarkan
studi observasional yang dilakukan di sebuah panti werdha Selandia baru,
ditemukan bahwa 47,7 % keluhan kulit yang dialami merupakan onikomikosis.
Angka onikomikosis pada lansia diperkirakan karena pada lansia sudah terjadi
penurunan faktor imun, peningkatan penderita diabetes, gangguan pembuluh
darah perifer, riwayat trauma berulang, penurunan kemampuan merawat
kebersihan kuku.
Secara umum onikomikosis lebih sering terjadi pada pria dan jarang
ditemukan pada anak atau usia muda karena kecepatan pertumbuhan kuku. Anak
atau usia muda lebih kecil kemungkinan mengalami jamur pada kulit kaki. Namun
ditemukan bahwa pada anak lebih sering ditemukan jamur pada kuku tangan yang
biasanya ditemukan bersamaan dengan jamur pada kepala (tinea capitis). Saat ini
sering ditemukan infeksi pada kuku tangan yang disebabkan Candida, khususnya
pada usia diantara 12 – 16 tahun. Pada anak dan remaja hal ini kemungkinan
terjadi karena adanya riwayat keluarga, seringnya aktivitas olahraga, dan
perubahan hormonal selama masa pubertas.4
15
Table 1 Faktor Resiko Onikomikosis4
Etiologi
Onikomikosis dapat disebabkan oleh dermatofita (tine unguium), kapang atau ragi
non dermatofita. Infeksi kuku pada negara barat banyak disebabkan oleh
dermatofita, sedangkan pada negara dengan tingkat kelembapan tinggi dan cuaca
yang panas, jamur atau ragi non dermatofita lebih umum ditemukan.[elewski].
Setiap organisme memiliki mekanisme penetrasi yang berbeda sehingga
memunculkan manifestasi klinis yang berbeda. Sebagai contonhya, T. rubrum dan
Epidermophyton floccosum umumnya mengindeksi dari daerah distal dan lateral
kuku, sedangkan T. mentagrophytes dan kapang non dermaofita menginvasi nail
plate bagian superfisial yang bermanifestasi berupa WSO. Sebaliknya Candida
spp. Menginvasi bagian subkutikuler yang menyebabkan distrofi kuku pada
bagian proksimal.
Etiologi Onychomycosis
Tinea Unguium Epidemophyton floccosum
Microsporum canis
Tricophycton mentagrophytes
Tricphyton rubrum
Tricophyton tonsurans
Candida Onychomycosis Candida albicans
Candida guiliermondii
Candida lusitaniae
Candida parapsilosis
Candida tropicalis
Onychomycosis non dermatofita Acremonium spp.
Aspergillus falvus
Aspergillus fumigatus
Aspergillus terreus
Aspergillus versicolor
Fusarium spp.
Scopulariopsis spp.
16
Scytalidium spp.
Table 2 Etiologi Onychomycosis4
Manifestasi Klinis
17
5. Endonyx onikomikosis (EO)
Pada onikomikosis endoniks, jamur menginfeksi lapisan superfisial
lempeng kuku dan berpenetrasi hingga lapisan dalam. Secara klinis, kuku
tampak berwarna putih seperti susu dan adanya pelepasan kuku secara
lamelar.3,5
Diagnosis
18
Tatalaksana
19
disebabkan oleh pertumbuhan kuku yang lambat dan konsentrasi obat yang
kurang adekuat di kuku. Sebaliknya terapi kombinasi obat jamur sistemuk dan
topical menunjukkan angka resolusi lebih tinggi disbanding monoterapi, karena
kombinasi terapi meningkatkan efek fungisidal, mengurangi resistensi dan
kekambuhan serta meningkatkan toleransi dan keamanan obat.6
Penetrasi obat topikal pada lempeng kuku dipengaruhi oleh kondisi keratin kuku
yang keras dan padat, sehingga untuk meningkatkan penetrasi obat tersebut dibuat
formulasi sediaan topikal nail lacquer. Bentuk sediaan ini mampu untuk
menfasilitasi pengiriman obat secara transungual pada lempeng kuku, dan bila
mengering akan membentuk suatu biofilm yang akan mendepositkan kandungan
obat penetrasi ke kuku dan membantu hidrasi pada kuku.15 Penetrasi obat secara
transungual dapat ditingkatkan melalui metode mekanik dengan cara abrasi kuku,
metode kimia dengan menggunakan agen yang bersifat keratolitik, atau metode
fisik dengan menggunakan laser, sinar UV, atau terapi fotodinamik.5
20
7 hari dengan periode bebas obat selama 3 minggu (1 dosis denyut). Pemberian 2
dosis denyut efektif untuk infeksi kuku jari tangan dan 3 dosis denyut efektif
untuk kuku jari kaki. Flukonazol digunakan sebagai alternatif itrakonazol dan
terbinafin. Suatu analisis literatur menunjukkan dosis pemberian flukonazol 150
mg tiap minggu selama 12 minggu hingga 12 bulan memberikan hasil yang efektif
untuk tinea unguium dan onikomikosis non dermatofita.5
Terapi Laser
Terapi Fotodinamik
Terapi Iontoforesis
21
Iontoforesis menggunakan arus listrik rendah untuk meningkatkan transpor obat
pada lempeng kuku sehingga masuk ke bantalan kuku dan matrik kuku.5
Pencegahan
22
BAB III
RINGKASAN
23
Daftar Pustaka
6. Ameen M, Lear JT, Madan V, Mohd Mustapa MF, Richardson M, Hughes JR, et
al. British Association of Dermatologists’ guidelines for the management of
onychomycosis 2014. British Journal of Dermatology. 2014 Nov 19;171(5):937–
58.
24