Disusun oleh :
Charlos Rohy
112022209
Dokter Pembimbing :
dr. Andhika P. Hutapea Sp. A(K)
LAPORAN KASUS
Disusun oleh :
Charlos Rohy - 102022209
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Kolestasis ec Infeksi Cytomegalovirus (CMV) pada
Neonatus”. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di SMF Anak RSUD
Cengkareng
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada seluruh dokter di Departemen Anak, terutama dr. Andhika Tiurmaida
Hutapea, Sp. A (K) selaku pembimbing dalam pembuatan pembuatan laporan
kasus ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak dekanat dan segenap staf
RSUD Cengkareng yang turut melancarkan kegiatan kepaniteraan klinik.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini terdapat kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan
semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran.
Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
NIM : 112022209
Dokter Pembimbing : dr. Andhika P. Hutapea Sp. A(K)
IDENTITAS
PASIEN
Nama Lengkap : By. Ny. W Suku Bangsa : Betawi
Tanggal Lahir : 04 Mei 2023 Usia : 18 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
Alamat : Jl. Pedongkelan belakang No. 38
RT/RW : 009/013, Kapuk, Kec.
Cengkareng, Kota Jakarta Barat, DKI
Jakarta
IDENTITAS
ORANG TUA
IBU
Nama lengkap : Ny. WA Agama : Islam
Usia : 35 tahun
Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Pedongkelan Penghasilan :-
belakang No. 38
RT/RW : 009/013,
Kapuk, Kec.
Cengkareng, Kota
Jakarta Barat, DKI
Jakarta
AYAH
Nama lengkap : Tn. AS Agama : Islam
Usia : 40 tahun
Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :-
Alamat :
Jl. Pedongkelan belakang No. 38 RT/RW : 009/013, Kapuk, Kec. Cengkareng, Kota
Jakarta Barat, DKI Jakarta
Keluhan Utama
Lemas
Keluhan Tambahan
Orang tua pasien mengatakan bayi tidak kuat menyusu.
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Riwayat Sosial
Sejak lahir sampai sekarang pasien dirawat di rumah sakit. Kondisi tempat
tinggal pasien padat penduduk dengan ventilasi yang baik dan lingkungan yang
bersih.
Pasien anak kedua dari dua saudara. Pasien memiliki seorang kakak laki-
laki berusia 3 tahun. Ayah pasien bekerja wiraswasta dan ibu pasien seorang ibu
rumah tangga dan sehari-hari mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga.
Menit ke
Tanda 0 1 2
1 5 10
Tubuh
Warna Biru/Pucat Kemerahan 1 2 -
kemerahan,
tangan kaki
pucat
Jumlah Total 7 9
Riwayat Imunisasi
Riwayat Nutrisi
Susu : ASI eksklusif
MPASI :-
Makanan sekarang :-
Kesan nutrisi :-
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 22 Mei 2023, pukul 14.20 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak
Sakit Ringan Kesadaran :
Compos Mentis Tanda-tanda vital
Tekanan darah :-
Frekuensi nadi :
130 kali/menit Frekuensi
napas : 48
kali/menit Suhu :
37,0 oC
SpO2 : 99%
Data antropometri
Berat badan : 2,34 kg
Panjang badan : 50 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar dada : 31 cm
Interpretasi Fenton Growth Chart
1. Berat Badan : P10%- P90% (Sesuai masa kehamilan)
2. Panjang Badan : P90% (Besar untuk masa kehamilan)
11
Fenton Preterm Growth Chart for Boys
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
Bentuk dan ukuran : Normocephali, simetris, tidak tampak kelainan.
Rambut dan kulit kepala : Normal, warna hitam, distribusi merata.
Mata : Bentuk normal, simetris, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3mm/3mm,
reflex cahaya langsung +/+ normal, tidak langsung +/+
normal, sekret -/-, edema palbebra -/-
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen -/-
12
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi -/-, sekret -/-, nafas
cuping hidung -/-,mukosa tidak anemis, epistaksis -/-,
krepitasi -/-
Mulut
Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Trismus : Tidak ada
Tonsil : T1-T1 tenang, detritus (-), pseudomembran (-)
Faring : Normal, tidak hiperemis
Langit-langit : Tidak ada celah
Lidah : coated tongue (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak Teraba
13
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, massa (-), bekas operasi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) massa (-)
Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kejang, tremor, twitching, korea, atau parese. Refleks
Babinsky positif. Kaku kuduk negatif. Brudzinksi I negatif. tonus 5/5
pada seluruh ekstremitas
Hasil Laboratorium:
a. Laboratorium (19/5/2023)
1) Darah rutin
Hb : 10.1 g/dL
Ht : 28 %
Leukosit : 21,8 (10^3/ul)
Trombo : 608 (10^3/ul)
Bilirubin total : 10,1 mg/dL
Billirubin Direct : 7,2 mg/dL
Billirubin Indirect : 2,9 mg/dL
CRP Kwantitatif : 1,50 mg/dL
14
2) Imunologi
Anti Toxoplasma IgG (ELISA) : Non Reaktif
Anti Toxoplasma IgM (ELISA) : Non Reaktif
3) Imunoserologi (15/05/2023)
Anti CMV IgM : Non Reaktif (0,16)
Anti CMV IgG : Reaktif (224,6)
RESUME
Seorang bayi laki-laki berusia 18 hari dirawat di RSUD Cengkareng sejak lahir. Saat lahir
bayi terlihat kurang aktif dengan riwayat penilian pasca lahir menunjukan bayi kurang aktif
bergerak (APGAR = 7). Pasien sempat dirawat di NICU karena mengalami distres napas.
Setelah mengalami perbaikan, pasien dipindahkan ke perina. Selama di perina pasien rutin
diberikan asi, namun pasien tidak kuat menyusu. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah dan didapatkan kadar gula darah pasien rendah (GDS 66) dan setelah 2 hari perawatan
bayi terlihat kuning. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya menunjukan kadar billirubin total
10,1 mg/dL, direk 7,2 mg/dL, Imunoserologi Anti CMV IgG Reaktif. Saat dilakukan
pemeriksaan kondisi kuning pada bayi telah teratasi. Keluhan lain seperti demam, mual dan
muntah tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien bayi lahir dari ibu umur 35 tahun G2P1A0 masa gestasi 35 minggu presentasi kaki
dan tunggal secara SC dengan ketuban kering. Berat badan lahir 2450 gram, panjang badan 50
cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm. Frekuensi nadi 138 x/menit, pernapasan 48
x/menit, dan suhu 370C. Anus (+), mekonium (+) berwarna hijau tua, konsistensi lunak dan
anggota tubuh lengkap.
DIAGNOSIS KERJA
Kolestasis ec Cytomegalovirus
Hipoglikemi
Anemia
PENATALAKSANAAN
- Ganciclovir 1 x 12mg drip 2 jam
15
- Ursodeoksikolat 3 x 5 mg per 8 jam
- ASI 8 x 5 ml
- IVFD RL 200cc/24jam
- Transfusi PRC
- Bolus Dextrose
PROGNOSIS
ad vitam : dubia ad bonam
Follow Up
16
Leukosit= 6,8
Tr = 48
Billtot :29
Dir : 22,9
Indir : 6,7
CRP : 10,82
17
18
ANALISA KASUS
Seorang bayi laki-laki berusia 18 hari dirawat di RSUD Cengkareng dengan diagnosis
kolestasis ec cytomegalovirus, hipoglikemi dan anemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil
alloanamnesis. Dari orang tua pasien diketahui bahwa sejak kelahiran bayi tampak lemas dan kurang
aktif bergerak.
Pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 2,4 kg, dan panjang badan 50 cm, ikterik, dan
hepatomegali. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil Hb 10,1 g%,
bilirubin total 29 mg/dL, dan bilirubin direk 22,9 mg/dL. Berdasarkan pemantauan laboratorium,
kolestasis telah terjadi selama 18 hari dan masih berlangsung hingga saat ini pasien dirawat. Pada
kasus serupa biasanya akan didapatkan hasil peningkatan bilirubin total dan bilirubin direk, alkali
fosfatase, dan GGT pada hasil laboratorium. Pada anamnesis selanjutnya, ternyata pasien tidak
mengalami manifestasi perdarahan, serta pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan pembesaran hepar.
Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh adanya trombositopenia tetapi tidak
disertai peningkatan hematokrit. Pemeriksaan serologis juga telah dilakukan dan diperoleh IgM dan
IgG anti toxoplasmosis negatif, sedangkan IgG anti CMV positif.
Kolestasis, hepatosplenomegali, maupun petechie merupakan gejala klinis yang paling sering
pada infeksi CMV. Anemia hemolisis (44%), trombositopenia (67%), hiperbillirubinemia
terkonjugasi (44%), dan kolestasis (100%) adalah manifestai hematologi yang terjadi. Peningkatan
serum transaminase, alkali phosphatase dan GGT (77%), hipoalbumin (55%), gangguan koagulasi
dengan pemanjangan INR (33%) merupakan bukti adanya gangguan pada fungsi hepar.1,2
Diagnosis kolestasis ec infeksi CMV kongenital pada kasus ini ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaaan penunjang. Hasil anamnesis didapatkan gejala dari
infeksi CMV, yaitu pada riwayat natal didapatkan BBLR. Pasien ini didiagnosis kolestasis
intrahepatal dengan diagnosis banding kolestasis ekstrahepatal. Diagnosis kolestasis berdasarkan
peningkatan bilirubin direk >20% kadar bilirubin total. Pada pasien ini, bilirubin total 29 mg/ dL,
kadar bilirubin direk 22,9 mg/dL, yang berarti 87% (>20%) kadar bilirubin total. Pemeriksaan
serologi CMV semakin mendukung penegakkan diagnosis infeksi CMV. Konversi antibodi IgM dan
IgG CMV pada titer yang bermakna merupakan petunjuk terbaik adanya infeksi primer post natal.
Berdasarkan onset manifestasi klinis kolestasis mulai muncul pada usia 3 bulan. Pemeriksaan IgM
CMV memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang kurang baik, karena sering terjadi positif palsu. 3,4
Pemeriksaan IgG CMV yang positif akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan pemeriksan aviditas
IgG CMV untuk mengetahui apakah infeksi sedang berlangsung atau baru saja terjadi. Aviditas IgG
CMV yang tinggi menunjukkan infeksi sudah terjadi lebih dari 3 bulan, sedangkan aviditas yang
rendah. menunjukkan baru saja terinfeksi. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
19
mendeteksi DNA CMV merupakan baku emas untuk diagnosis CMV. Sampel urin, darah, saliva,
atau Liquor cerebrospinalis (LCS) dapat digunakan untuk mengisolasi DNA. Penelitian
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas terbaik (100%) dengan menggunakan sampel urin (level of
evidence 3A).5,6 Pemeriksaan bilirubin dan enzim hati, serta USG abdomen dapat memperkuat
diagnosis kolestasis. Pemeriksaan USG puasa dapat dilakukan untuk menyingkirkan kelainan
anatomis seperti kista koledokus, kolelitiasis, koledokolitiasis, ada tidaknya proses inflamasi hati,
duktus bilier, fibrosis, bahkan sirosis. USG doppler dapat memeriksa aliran darah dari vena porta,
aliran darah yang terbalik mengindikasikan adanya hipertensi portal. Endoskopi saluran pencernaan
pada penyakit hati kronik yang berlanjut menjadi sirosis hati dipakai untuk mencari dan
mengevaluasi varises esofagus sebagai tanda terjadinya hipertensi portal. CT scan dan MRI sebagai
pemeriksaan noninvasif untuk penegakan diagnosis seperti sirosis, perencanaan tatalaksana
selanjutnya dan evaluasi perjalanan penyakit. CT Scan dapat memberikan gambaran hati, kandung
empedu, dan struktur organ lain, juga sebagai panduan dalam melakukan aspirasi cairan dari area
hepar atau traktus biliaris. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi hati merupakan pemeriksaan
penunjang yang baik untuk menegakkan diagnosis etiologi penyakit hati kronik.7
Hasil pemeriksaan serologi menunjukkan bahwa pasien ini terinfeksi cytomegalovirus.
Hampir 85% bayi yang terinfeksi cytomegalovirus intrauterin, saat lahir tidak menunjukkan kelainan,
tetapi dalam perkembangannya dapat menunjukkan gejala lemas, kuning, hepatomegali,
splenomegali, demam, anemia, korioretinitis, hidrocephalus, kalsifikasi intrakranial, atau
trombositopenia. Gambaran hepatomegali dengan struktur parenkim yang kasar, permukaan irreguler
dan sudut yang tumpul, mendukung suatu gambaran proses kronik hepar, sehingga penyebab
kolestasis paling mungkin pada kasus ini adalah intrahepatal.8
Infeksi CMV pada pasien ini mungkin merupakan infeksi yang didapat pada masa
intrauterine. Alloanamnesis diketahui bahwa ibu belum pernah mendapatkan transfusi darah
sebelumnya, keluarga memelihara binatang peliharaan ayam dan juga sekitar rumah banyak terdapat
binatang seperti kucing, dan ayam. Pasien maupun ibu dan ayahnya serta anggota keluarga lain tidak
ada yang pernah menderita sakit kuning. Pasien dilahirkan pada kehamilan preterem dengan berat
lahir cukup masa kehamilan, bayi berat lahir rendah, dari pemeriksaan imunologi hanya didapatkan
titer IgG anti CMV yang positif pada 1x pemeriksaan. Sebaiknya, untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan kembali titer IgG anti CMV dengan interval 1 mingggu. Pasien ini diterapi dengan
tatalaksana infeksi CMV. Ibu pasien perlu diperiksa serologi CMV untuk menegakkan infeksi CMV
kongenital.
Tatalaksana awal adalah rehidrasi cairan, mengatasi hipoglikemi, serta koreksi elektrolit.
Tatalaksana kolestasis yaitu tatalaksana etiologi. Prinsip penatalaksanaan infeksi CMV kongenital
sampai saat ini masih terus dikembangkan. Tatalaksana farmakologi yang bisa dilakukan yaitu
20
dengan memberikan gancyclovir dan valgancyclovir. Dosis pemberian sebanyak 6 mg/kgBB/kali, 2
kali per hari selama 6 minggu. Sedangkan valgancyclovir diberikan dosis sebanyak 16
mg/kgBB/kali, 2 kali per hari selama 6 minggu (level of evidence 3). Keberhasilan dari terapi
antiviral pada infeksi CMV ini masih sangat minimal. Ada berbagai efek samping yang dapat timbul
adalah neutropeni, supresi sumsum tulang, peningkatan liver enzim, hipokalemi, dan gangguan
fungsi ginjal, sehingga perlu dilakukan pemantauan. 9 Pasien pada kasus ini telah diberikan injeksi
Gancyclovir 12 mg tiap 12 jam sebagai terapi.
Terapi suportif lain adalah stimulasi aliran empedu menggunakan asam ursodeoksikolat (10-
20 mg/kgBB/hari).6,13 Selain stimulasi aliran empedu, obat ini berfungsi hepatoprotektor dan
membantu absorpsi lemak.1 Obat lain yaitu kolestiramin (0,25-0,5 g/kgBB/hari), atau rifampisin (5-
10 mg/kgBB/hari). 1,9
Pada pasien ini didapatkan kondisi status gizi kurang dan berat badan tidak bertambah sesuai
saat usia 1 bulan meskipun kondisi dehidrasi telah teratasi, sehingga perlu diwaspadai risiko gagal
tumbuh. Dukungan nutrisi perlu lebih diperhatikan karena kondisi kolestasis meningkatkan risiko
gagal tumbuh akibat kondisi malabsorpsi.10 Pasien diberi vitamin K 2 mg setiap tiga hari sekali dan
suplementasi multivitamin A, D, dan E. Tatalaksana stimulasi aliran empedu dengan asam
ursodeoksikolat 5 mg tiga kali per hari.
Prognosis kolestasis neonatal buruk bila terdapat faktor seperti kuning berlangsung lebih dari
6 bulan, tinja dempul, adanya riwayat penyakit dalam keluarga, hepatomegali persisten, dan terdapat
inflamasi hebat pada hasil biopsi hati.
KESIMPULAN
Infeksi yang terjadi pada pasien ini diakibatkan cytomegalovirus yang mungkin didapat pada masa
intrauterine. Identifikasi kolestasis dengan pemeriksaan bilirubin, fungsi hepar, dan evaluasi etiologi .
Manifestasi klinis infeksi CMV berupa kolestasis, hepatosplenomegali, maupun petechie. Tatalaksana awal
terhadap etiologi umum yang dapat segera diatasi dan terapi suportif . Terapi medikamentosa pada
infeksi CMV adalah pemberian gancyclovir dan valgancyclovir. Pemantauan jangka panjang penting
dilakukan untuk mengetahui adanya kalsifikasi intrakranial dan juga gangguan pendengaran. Rujukan ke
bagian anak sesegera mungkin untuk evaluasi menyeluruh etiologi kolestasis untuk tatalaksana
efektif, yang merupakan kunci keberhasilan terapi dan prognosis yang optimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Bisanto J. Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak. Buku Ajar Gastro-Enterologi
Hepatologi. Jilid 1. IDAI; 2009. 7.
6. Hoilat GJ, John S. Bilirubinuria. StatPearls. [Internet]. 2020 [cited 2020 Aug 08]. Available
from:. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557439/.
7. Pereira NMD, Shah I. Neonatal cholestasis mimicking biliary atresia: Could it be urinary tract
infection. Sage Open Med Case Rep. 2017;5:1-3.
8. Niazi R, Baharoon B, Neyas A, Alaifan M, Safdar O. Unusual case of an infant with urinary
tract infection presenting as cholestatic jaundice. Case reports in nephrology [Internet]. 2018
[cited 2020 Aug 08]. Available from: https://www.hindawi.com/journals/crin/2018/9074245/.
9. D’Amato M, Ruiz P, Aguirre K, Rojas SG. Cholestasis in pediatrics. Rev Col Gatroenterol.
2016;31(4):404-11.
10. Feldman AG, Sokol RJ. Neonatal cholestasis. Neo Reviews American Academy of Pediatrics.
2014;14(2):63-71.
22