Anda di halaman 1dari 96

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL

MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL TEROMPAH PANJANG

PADA SISWA RA KEMUNING SUNGAILIAT

Oleh:

Nama : Ida Apriani, S.Pd.

RA KEMUNING
SUNGAILIAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan PTK yang

berjudul“Upaya Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Melalui Permainan

Tradisional Terompah Panjang Pada Siswa Ra Kemuning Sungailiat ”.

Saya menyadari bahwa PTK ini masih jauh dari sempurna, karena saya
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan PTK ini.

Untaian terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan PTK ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sungailiat, , Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

ABSTRAK........................................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 6

A. Latar Belakang......................................................................................................... 6

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 10

C. Hipotesis Tindakan...................................................................................................10

D. Kajian Pustaka...........................................................................................................11

E. Kerangka Teoretik..................................................................................................... 12

F. Variabel Penelitian.....................................................................................................15

G. Metode Penelitian......................................................................................................24

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................. 39

A. Kecerdasan Interpersonal......................................................................................... 39

B. Teori Belajar.............................................................................................................47

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN...................................................................... 61

A. Sejarah Singkat.........................................................................................................61

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA.............................. 67

A. Deskripsi Siklus I.................................................................................................... 67

B. Deskripsi Siklus II...................................................................................................73

C. Analisis Data........................................................................................................... 77

BAB V PENUTUP...............................................................................................................83

A. Kesimpulan............................................................................................................. 83
3
B. Saran........................................................................................................................83

C. Kata Penutup........................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 85
LAMPIRAN .............................................................................................................................87

4
ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Melalui Permainan


Tradisional Terompah Panjang pada Kelompok B RA Kemuning Sungailiat
Tahun Pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini dilatar belakangi adanya pendidikan anak usia dini yang
bertujuan untukmeningkatkan kecerdasan (intelegensi) anak usia dini, khususnya
kecerdasan interpersonal anak. Kecerdasan interpersonal anak di RA Kemuning
Sungailiat masih ada beberapa anak yang belum dapat bersosialisasi dengan
baik kepada teman-temannya, oleh karena itu diperlukan perbaikan dalam
meningkatkan kecerdasan interpersonal anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kecerdasan
interpersonal anak melalui permainan tradisional Terompah panjang pada
kelompokB RA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 dan untuk
mengetahui kecerdasan interpersonal anak pada Kelompok B RA Kemuning
Tahun Pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
sampel sebanyak 14 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
penilaian indikator dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan statistik
sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan permainan
tradisional Terompah panjang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak
Pada studi awal, anak yang kecerdasan interpersonalnya berkembang hanya 7
anak atau 50 % dari 14 anak yang ada. Pada tindakan perbaikan peningkatan
kecerdasan interpersonal dengan metode permainan tradisional Terompah panjang
siklus I diadakan review dan pengamatan untuk 14 anak dan hasilnya ada 9 anak
(64 %) dapat berkembang kecerdasan interpersonalnya. Pada hasil review dan
pengamatan akhir siklus II, peningkatan kecerdasan interpersonal anak dengan
metode permainan tradisional Terompah panjang telah terpenuhi yaitu dari 14
anak yang meningkat kecerdasan interpersonal dengan metode permainan
tradisional Terompah panjang mencapai 14 siswa atau 100 %, menyisakan 0 siswa
(0 %). Peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui permainan tradisional
Terompah panjang pada kelompok RA Kemuning Sungailiat Tahun
Pelajaran 2021/2022 sangat baik, karena setelah melalui permainan tradisional
Terompah panjang kecerdasan interpersonal anak telah mencapai 100 %
menyisakan 0 siswa (0 %) yang belum berkembang.

Kata kunci : Kecerdasan Interpersonal, Permainan Tradisional dan

Terompah Panjang.

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak yang pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga

terutama dari kedua orang tuanya. Selanjutnya anak akan berinteraksi dengan

lingkungan keduanya yang tidak lain adalah lembaga pendidikan. Untuk menopang

pendidikan anak tersebut, berbagai upaya dilakukan agar mereka mendapatkan

pendidikan yang sebaik-baiknya. Fungsinya adalah untuk memupuk kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban yang bermanfaat untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa. Tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Untuk mencapai semua itu dibutuhkan peningkatan kualitas

sikap, pengetahuan, daya cipta, dan keterampilan sebelum memasuki pendidikandasar.

Dalam hal ini adalah pendidikan taman kanak-kanak.1

Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan untuk anak usia

3 sampai 6 tahun (PP No. 27/1990 Pasal 6). Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan

sebelum jenjang pendidikan dasar. Lalu, pendidikan perlu dilakukan bagi anak sejak

lahir sampai berusia 6 tahun.2

1
Ulfiani Rahman, Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, (Lentera Pendidikan, vol. 12 no.
1 Juni 2009), hlm. 46-57.
2
Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Media
Wacana, 2003), hlm.58.

6
Sementara Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak dalam pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam

pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yakni: Pertama, setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; dan kedua, selain hak anak

sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khususnya anak yang menyandang cacat juga

berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki

keunggulan juga berhak mendapat pendidikan khusus. Pendidikan anak usia dini

memegang peranan penting sebab anak memiliki karakteristik perkembangan dan

kemampuan tersendiri.3

Pendidikan anak usia dini telah banyak berkembang di masyarakat, baik yang

ditumbuhkembangkan oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. Misalnya,

Bina Keluarga Balita yang dikembangkan oleh BKKBN, Penitipan Anak oleh Depsos

(dulu), TK oleh Depdiknas, TPA oleh Depag, dan Kelompok Bermain oleh

masyarakat.4

Pendidikan anak usia dini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Seperti jumlah anak pada tahun 2002 yang berusia 0-6 tahun (28.311.300 orang),

hanya 5,69 % dilayani TK, 11% sudah masuk SD dan 52,25% dibina melalui

program Bina Keluarga Balita. Sisanya 30,06% belum memperoleh pelayanan

3
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Media Wacana,
2002).
4
Siswanto, PemberdayaanMasyarakat & Keluarga dalam PAUD, (Jakarta: Buletin PAUD, 2006),
hlm.2.

7
pendidikan.5 Namun, pada tahun 2005, UNESCO mencatat bahwa angka partisipasi

PAUD di Indonesia menduduki posisi terendah di dunia (20%). Fenomena yang sama

juga terjadi di ASEAN, Indonesia tergolong rendah dibandingkan Vietnam, Filipina,

Thailand, dan Malaysia.6

Saat ini sudah mulai tampak adanya perkembangan yang positif dalam bentuk

pertumbuhan Kelompok Bermain dan Tempat Penitipan Anak yang pesat di

masyarakat. Demikian pula dengan semakin kuatnya dukungan Pemerintah,

akademisi, praktisi dan birokrat. Hal ini terlihat dari pendidikan yang dilalui, yakni:

1. Pada jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-

kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), atau yang sederajat.

2. Pada pendidikan nonformal, pendidikan anak usia dini berbentuk kelompok

bermain(KB), taman penitipan anak (TPA) atau yang sederajat.

3. Pada jalur informal berupa pendidikan keluargaatau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.7

Pesatnya pertumbuhan pendidikan anak usia dini tersebut diantaranya adalah

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan (intelegensi) anak usia dini, khususnya

kecerdasan interpersonal anak, terutama pada pendidikan anak usaha dini yang

berbasis agama, seperti RA Kemuning Sungailiat dan KB yang lain yang ada di

wilayah Kabupaten Pati.

Di RA Kemuning Sungailiat berbagai kecerdasan anak mulai

dikembangkan sebagai bekal hidup anak pada kehidupan di masa depan. Kecerdasan

(intelegensi) merupakan kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis


5
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm.108.
6
Siswanto, PemberdayaanMasyarakat & Keluarga dalam PAUD, (Jakarta: Buletin PAUD, 2006),
hlm.3.
7
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Media
Wacana, 2003), hlm. 22.

8
dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan

kecerdasan. Howard Gardner sebagaimana dikutip oleh Yatim Rianto,

mendefinisikan kecerdasan sebagai : 1) kemampuan menyelesaikan masalah atau

mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya, 2) keterampilan

memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi sasaran yang harus

dicapai, dan 3) kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran

tersebut.8

Kecerdasan yang dikembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya

berbeda karena kecerdasan yang dimiliki anak usia dini juga berbeda antara yang satu

dengan yang lain. Dan kecerdasan itu bermacam-macam sehingga memperngaruhi

cara pandang dan orientasi masa depannya. Dan hal ini semuanya bersumber dari

otak, baik kiri maupun kanan. Karena hanya dengan otak setiap manusia bisa berpikir

dan berbuat segala sesuatu. Maka dari itu, kalau seseorang tidak mempunyai otak,

mustahil bisa berpikir apalagi sampai bisa bertahan hidup.9

Demikian juga kecerdasan interpersonal yang merupakan kemampuan

mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang

lain. Kecerdasan interpersonal ini pun berbeda antara anak yang satu dengan yang

lainnya. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat;

kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan

8
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hlm.236.
9
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 67.

9
menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu

(misalnya, mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tinda tertentu).10

Pengembangan kecerdasan interpersonal anak usia dini yang ada di lembaga

pendidikan anak usia juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Demikian pula

berdasarkan hasil penelitian sementara menujukkan bahwa pengembangan

kecerdasan di RA Kemuning Sungailiat terdapat kelebihan dan kekurangan. Di

RA Kemuning Sungailiat mayoritas anak sudah mempunyai kepekaan terhadap

perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan

orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya karena

terbiasa bersosialisasi dengan orang lain, selain kemampuan menjalin persahabatan

yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin,

mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta

didik yang lain, dan sebagainya. Pada umumnya kecerdasan interpersonal anak di RA

Kemuning Sungailiat sudah baik, namun masih ada beberapa anak yang belum

dapat bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Ada yang sibuk dengan

dirinya sendiri tidak peduli dengan lingkungan sekitar, dan masih ada yang belum

mandiri serta belum mau pisah dengan ibunya.11

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis ingin

mengadakan penelitian dan menulis skripsi dengan judul: “Upaya Meningkatkan

Kecerdasan Interpersonal Anak Melalui Permainan Tradisional Terompah Panjang

pada Kelompok B RA Kemuning Sungailiat .

B. Rumusan Masalah

10
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan … hlm. 57.

10
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka

rumusan masalah yang diajukan dalam penlitian ini adalah:

1. Apakah Permainan Tradisional Terompah Panjang Dapat Meningkatkan

Kecerdasan Interpersonal Anak pada Kelompok B RA Kemuning Sungailiat

Tahun Pelajaran 2021/2022 ?

2. Bagaimana Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui permainan

tradisional Terompah panjang pada Kelompok B RA Kemuning Sungailiat

TahunPelajaran 2021/2022 ?

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah "catatan yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul".12 Menurut Sutrisno Hadi,

Hipotesis artinya "Dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah".13

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, hipotesis adalah “Jawaban sementara

terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris".14

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah : “Melalui Permainan

Tradisional Terompah Panjang Dapat Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak

pada Kelompok B RA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 ”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 67.
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 63.
14
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV Rajawali, 1992), hlm.69.
11
a. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal anak

melalui permainan tradisional Terompah panjang pada kelompok B RA

Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 .

b. Untuk mengetahui kecerdasan interpersonal anak pada Kelompok B RA

Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 ?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

1) Menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang kecerdasan

interpersonal anak.

2) Memberikan konstribusi di dalam khasanah literatur dalam kaitannya

dengan kecerdasan interpersonal anak.

b. Secara Praktis

1) Bagi Guru

a) Sebagai acuan dalam peningkatan kecerdasan interpersonal anak usia

dini.

b) Sebagai referensi dalam peningkatan pengelolaan lembaga pendidikan

anak usia dini, khususnya dalam peningkatan kecerdasan

interpersonal.

2) Bagi Orang Tua

a) Sebagai salah satu sumber informasi bagi peningkatan kecerdasan

interpersonal anak.

b) Sebagai acuan dalam peningkatan kecerdasan interpersonal anak.

3) Bagi Anak

12
a) Sebagai informasi dalam mengetahui perkembangan peningkatan

kecerdasan interpersonal.

b) Sebagai acuan dalam peningkatan kecerdasan interpersonal pada anak

usia dini.

4) Bagi lembaga

a) Sebagai evaluasi kepada lembaga dalam meningkatkan kecerdasan

interpersonal anak usia dini.

b) Sebagai informasi kepada lembaga dalam penentuan kebijakan

berkaitan dengan peningkatan kecerdasan interpersonal anak usia dini.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam hal ini penulis tekankan pada telaah penelitian

sebelumnya yang merupakan ulasan yang mengarah kepada pembahasan karya ilmiah

(skripsi) periode sebelumnya, sehingga akan diketahui titik perbedaan yang jelas.

Adapun skripsi yang pernah penulis baca adalah:

Pertama, skripsi yang telah ditulis oleh Saudara Anitalia Destriati, Mahasiswa

Progam Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan

Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta Tahun 2014 yang berjudul: Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal

Melalui Metode Proyek Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Baciro Gondokusuman

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak

meningkat setelah adanya tindakan melalui metode proyek. Pada saat dilakukan

observasi pratindakan, persentase kecerdasan interpersonal sebesar 46,6%

mengalami peningkatan sebesar 4,97% menjadi 51,57% dan pelaksanaan Siklus II

mengalami peningkatan sebesar 28,96% menjadi 80,53%. Langkah-langkah yang

ditempuh sehingga kecerdasan interpersonal anak meningkat: kegiatan pra-


13
pengembangan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan penutup. Pemberian

pengarahan aktif dilakukan pada saat kegiatan pengembangan dan pemberian reward

pada saat kegiatan penutup.15 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan penulis lakukan adalah pada obyek penelitian dan pada metode yang

digunakan dalam tindakan, yaitu penggunaan metode proyek, sedangkan penelitian

yang akan penulis lakukan dengan permainan Terompah panjang.

Skripsi karya Anitalia Destriati mempunyai persamaan dengan penelitian yang

penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dan

meneliti aspek kecerdasan interpersonal dan penelitian ini bersubyek anak usia dini.

Sedangkan perbedaan skripsi diatas dengan penulis lakukan adalah tentang

meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui metode proyek sedangkan

penulis meneliti tentang kecerdasan interpersonal melalu permainan tradisional

Terompah panjang, sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan layak

untuk diteliti.

Kedua, skripsi yang telah ditulis oleh Enny Yulianti, Mahasiswa Fakultas Ilmu

Pendidikan Program Studi Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri

Semarang yang berjudul : Peningkatan Kecerdasan Spiritual melalui Metode

Bermain Peran pada Anak Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang

Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan metode bermain peran dapat dikatakan berhasil dalam rangka

meningkatkan kecerdasan spiritual anak, untuk itu disarankan pada semua guru dapat

memberikan kegiatan bermain peran yang menarik dan menyenangkan anak, selain

itu guru juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan

15
Anitalia Destriati, Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Melalui Metode Proyek Pada Anak
Kelompok B TK Kusuma Baciro Gondokusuman Yogyakarta, (Yogyakarta: Progam Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).
14
menyenangkan anak.16 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang

akan penulis lakukan juga pada obyek penelitian dan pada metode yang digunakan

dalam tindakan, yaitu penggunaan metode bermain peran, sedangkan penelitian yang

akan penulis lakukan dengan permainan Terompah panjang.

Skripsi karya Enny Yulianti ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang

penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dan

meneliti aspek kecerdasan interpersonal dan penelitian ini bersubyek anak usia dini.

Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian tersebut meningkatkan kecerdasan

interpersonal menggunakan metode bermain peran dan subyeknya anak usia 4-5tahun,

sedangkan penulis meningkatkan kecerdasan interpersonal dengan menggunakan

permainan tradisional Terompah panjang yang subyeknya anak kelompok B usia rata-

rata 5-6 tahun, sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan layak untuk

diteliti.

Ketiga, skripsi yang telah ditulis oleh Andri Dwi Cahyono, Mahasiswa

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, yang berjudul : Pengaruh

Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dengan hasil belajar matematika siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai Fhitung=17,7 pada taraf sigifikansi 5%.

Dengan demikian F hitung (12,1) > Ftabel (3,30), sehingga dapat disimpulkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti persamaan regresi Y=--71,3+

16
Enny Yulianti, Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Melalui Metode Bermain Peran pada
Anak Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013 (Skripsi),
(Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Sarjana PendidikanAnak Usia Dini Universitas
Negeri Semarang , 2013), hlm. 86.
15
0,98X1+0,85X2 adalah persamaan regresi yang signifikan yang artinya persamaan

tersebut dapat digunakan untuk meramalkan besarnya variabel Y berdasarkan

variabel X1 dan X2.17 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang

akan penulis lakukan juga pada pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif

sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian tindakan.

Persamaan dari penelitian Andri Dwi Cahyono dan penelitian yang peneliti

lakukan adalah sama-sama mengembangkan aspek kecerdasan interpersonal anak.

Sedangkan perbedaann dari penelitian Andri Dwi Cahyono dengan penelitian ini

adalah, pertama dari segi metode, Andri Dwi Cahyono menggunakan Metode

Penelitian sedangkan penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, Kedua objek

penelitian Andri Dwi Cahyono di lakukan pada siswa kelas XI IPA SMA, dan

penelitian yang penulis lakukan pada anak usia dini kelompok B. Jadi indikator

perkembangannya berbeda. Sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan

layak untuk diteliti.

Relevansi dari beberapa karya ilmiah yang disebutkan di atas sebagai

pembanding atas penelitian yang akan penulis lakukan, dan menurut hemat penulis

belum ada penelitian yang membahas tentang “Upaya Meningkatkan Kecerdasan

Interpersonal Anak Melalui Permainan Tradisional Terompah Panjang pada

Kelompok BRA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 ”

E. Kerangka Teoretik

1. Kecerdasan Interpersonal

a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

17
Andri Dwi Cahyono, Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014,
(Skripsi), (Tulungagung, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung.
16
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan

abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan

menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor,

dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard

Gardner sebagaimana dikutip oleh Yatim Rianto, mendefinisikan kecerdasan

sebagai : 1) kemampuan menyelesaikan masalah atau mode yang merupakan

konsekuensi dalam suasana budaya, 2) keterampilan memecahkan masalah

membuat seseorang mendekati situasi sasaran yang harus dicapai, dan

3) kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran

tersebut.18

Danah Zohar dan Ian Marshal sebagaimana dikutip oleh Ari Ginanjar

Agustin, mendefinisikan kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk

mengahadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas

dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.19

Menurut Suyadi sebagaimana dikutip oleh As’adi Muhammad,

kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain di sekitarnya. Dengan kecerdasan interpersonal yang baik,

seseorang akan mempunyai kepekaan hati, sehingga bersikap tanpa

menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal

ini sebenarnya sangat identik dengan pola persahabatan yang baik dan

18
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hlm.236.
19
Ari Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual, ESQ,
Emotional Spriritual Quantient The ESQ Way, (Jakrta: Arga Tilanta, 2001), hlm. 57.

17
merupakan sebuah sikap atau pola hidup sosial yang sangat baik dengan orang

lain. Banyak orang menilai bahwa kecerdasan interpersonal identik dengan

etika pergaulan yang memungkinkan seseorang mempunyai jalinan yang baik

dengan orang lain.20

Kecerdasan interpersonal dipakai oleh para direktur dan pimpinan

dalam memotivasi secara manusiawi para bawahannya. Kecerdasan ini pula

yang digunakan oleh para konselor dan motivator dalam menjalin hubungan

emosianal lebih dekat dengan kliennya. Bahkan para psikolog dan sosiolog

pun mengandalkan kecerdasan ini untuk menganalisis perubahan sosial dan

personal. Dan kalau mereka tidak menggunakan kecerdasan interpersonal ini,

maka mereka tidak akan pernah bisa melakukan berbagai tindakan dan

analisis terhadap beberapa bidang yang menjadi orientasinya.21

Menurut Suyadi, memberikan sebuah hipotesis bahwa kecerdasan

interpersonal sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, yang dalam hal ini

adalah orang tua dan para guru. Kalau orang tua memberikan didikan yang

individualis dan tidak pernah mengajarkan untuk bersahabat dengan baik pada

teman-temannya, maka anaknya akan mengikuti pola itu. Begitu pun dengan

guru di sekolah, kalau ia tidak pernah memperhatikan sikap yang demikian itu

terjadi pada anak didiknya, maka siswanya akan tetap dengan pola hidup

seperti itu. Tetapi, kalau orang tua maupun guru dapat memberikan didikan

atau atau pola pergaulan yang mempunyai tendensi kecerdasan interpersonal

ini, maka anak Anda akan menjadi anak yang mempunyai kecerdasan

20
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 103-104.
21
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan …., hlm. 106.

18
interpersonal. Sebab, memang tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak akan

mengikuti pola hidup yang sangat dekat dengan dirinya.22

2. Permainan Tradisional

a. Pengertian Permainan Tradisional

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas

keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,

sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan

proses belajar pada anak.23

Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain

yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain dan dukungan orang

dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal. Pemahaman

tentang orientasi bermain pada masa lalu dan masa depan. Para ahli

mempunyai cara pandang dan pemikiran yang berbeda tentang bermain. Hal

ini memperlihatkan betapa pentingnya arti bermain bagi perkembangan anak.

Walaupun ada kelemahan pada teori tersebut, tetapi tiap teori bermanfaat dan

memberikan sumbangan untuk memperdalam pengertian tentang bermain.

Bermain bagi anak adalah eksplorasi, eksperimen, peniruan (imitation) dan

menyesuaikan (adaptasi).24

Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus karena

kurangnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya

perhatian terhadap perkembangan anak. Plato dianggap orang pertama yang

menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Plato

22
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan…, hlm. 107.
23
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 91.
24
Diana Mutiah, Psikologi Bermain …, hlm. 91.
19
anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara

membagikan apel kepada anak-anak. Dengan memberikan alat permainan

miniatur balok-balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan

mengantarkan anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan. Aristoteles

dalam teori Kataris-nya memandang permainan itu sebagai saluran untuk

menyalurkan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan segala

emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan

ke arah yang baik. Aristoteles juga berpendapat bahwa anak-anak perlu

didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni dimasa dewasa

nanti. Berkat tokoh-tokoh pendidikan seperti Comenus (abad ke-17),

Reusseau, Pestalozzi dan Frobel (abad ke-18 & awal abad ke-19) akhirnya

lambat laun para pendidik dapat menerima pendapat bahwa pendidikan untuk

anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak. Frobel

lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan

pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun

maupun mainan yang yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik

perhatian dana mengembangkan pengetahauan mereka.25

Plato, Aristoteles dan Fobel menganggap bermain sebagai kegiatan

yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media

untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.

Sayangnya pada masa tersebut teori psikologi perkembangan anak belum

mempunyai sistematika yang tertentu, akibatnya apa yang dikemukakan oleh

Fobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan

anak sulit dibuktikan.26

25
Diana Mutiah, Psikologi…, hlm. 92.
26
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 93.
20
b. Jenis-Jenis Permainan

Terdapat beberapa macam jenis permainan, sebagai berikut :

1) Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi untuk

memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema)

sensorimotor mereka.

2) Permainan prkatis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika

keterampilan-keterampilan baru sedang dipelajarai. Permainan ini

utamanya muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis terjadi

sepanjang hayat.

3) Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak

mentransformasikan fisik ke dalam suatu symbol.

4) Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial

dengan teman sebaya.

5) Permainan fungsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan pada

awal masa anak-anak, di mana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana

dan menemukan kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya.

Permainan ini berguna untuk meningkatkan motorik anak.

6) Permainan kontruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri

dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah

ciptaan sendiri.

7) Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

kenikmatan yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi.27

c. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini

27
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 139-140.

21
Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak,

meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan,

meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan

memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial

berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan

berbicara dan berinteraksi dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini

anak-anak mempraktikkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam

kehiupan masa depannya.28

Menurut Freud dan Erikson, sebagaimana dikutip oleh Diana Mutiah,

permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang sangat berguna,

menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena tekanan-tekanan

terlepas dari permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah dalam

kehidupan. Pemainan dapat memungkinkan anak melepaskan energi fisik

yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan terpendam. Juga

merupakan medium bagi ahli terapi untuk menganalisa konflik-konflik anak

dan cara mereka mengatasinya. Dalam konteksi ini anak leluasa

mengemukakan perasaan-perasaan mereka sebenarnya.29

Menurut Piaget, pemainan sebagai suatu media yang meningkatkan

perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak

mempraktekkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Menurutnya sturktur-

struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna

bagi latihan ini.30

d. Permainan Bakiak

28
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 137.
29
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
30
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
22
Permainan Terompah merupakan permainan tradisional Indonesia

yang dimainkan secara bersamaan dalam 1 kelompok atau regu. Di Sumatera

Barat, Terompah disebut terompa galuak yang merupakan terompah deret

dari papan bertali karet yang panjang. Alat yang digunakan yaitu berupa

sandal yang dibuat dari kayu. Sepasang sandal dapat di pakai untuk 3 sampai

dengan 5 orang anak. Permainan ini melatih kekompakan serta konsentrasi

anak, karena anak-anak diajarkan untuk berjalan bersama dengan satu

pasang sandal secara bersamaan. Kelomok atau regu yang mencapai garis

finish paling pertama dengan kompak memenangkan permainan Terompah

tersebut.31

Permainan terompah panjang sejak dulu sudah ada di daerah

sepanjang perairan Sungai Rokan, baik Rokan Kiri maupun Rokan Kanan,

Kabupaten Kampar, maupun Rokan dibagian Hilir, seperti dibagian Siapi-

Api, Bengkalis, Riau. Kini, terompah panjang sudah merakyat. Tujuannya

adalah untuk berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk sikap kerja

sama (kekompakan team). Manfaat permainan ini adalah untuk meningkatkan

kebugaran, ketegangan menurun, dan kemampuan kerja sama meningkat.

Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak, remaja, dewasa putra dan

putri.32

Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang berkaitan, berikut

kerangka berfikir dalam penelitian ini.

Guru belum
Kondisi Awal Kecerdasan
menggunakan
penerapan interpersonal anak
permaian rendah
tradisional bakiak

31
Dania Iriyani, Permainan Bakiak, http://kebudayaanindonesia.net, Dipublish Mei 9, 2014
diakses pada hari Kamis, tanggal 3 November 2016 pukul 14.30.

23
32
Elfan Fadhilah, Permainan Terompah Panjang (Bakiak), (Bandung: Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hlm. 2.

24
panjang

Siklus I:
Guru menerapkan Dilakukan dalam dua
permainan kelompok kecil
Tindakan tradisional
Terompah
panjang Siklus II:
Dilakukan dalam dua
kelompok besar

Diduga melalui permainan tradisional


Kondisi Akhir Terompah panjang dapat meningkatkan
kecerdasan interpersonal anak di kelompok
B RA Kemuning Kayen
Gambar 1.2
Kerangka berfikir

Pada kondisi awal guru belum menerapkan permainan tradisional

Terompah panjang, pada saat itu kecerdasan interpersonal anak rendah. Kemudian

peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan permainan tradisional Terompah

panjang dengan siklus I menerapkan pembelajaran dengan kegiatan bermain

Terompah panjang di kelompok kecil. Setelah itu peneliti melakukan tindakan

dengan menerapkan kegiatan bermain Terompah panjang dengan siklus II

menerapkan kegiatan bermain Terompah panjang di dua kelompok besar. Diduga

melalui permainan tradisional Terompah panjang dapat meningkatkan kecerdasan

interpersonal anak.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitia.33 Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang

25
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm.161.

26
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang laina tau satu obyek dengan obyek

lain.34 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) atau independen adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau yang menjadi atau

timbulnya variabel dependen.35 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

permainan Terompah panjang.

2. Variabel terikat (Y) atau dependen sering disebut sebagai variabel output,

kriteria. Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas.36 Dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah kecerdasan interpersonal.

Operasional variabel yaitu satu definisi yang diberikan pada sebuah variabel

dengan cara mendefinisikan atau menspesialisasikan kegiatan yang diperlukan

untuk mengukur variabel penelitian. Operasional variabel pada penelitian ini

adalah permainan Terompah panjang, adapun langkah-langkah kegiatan dalam

permainan Terompah panjang adalah sebagai berikut :

1. Guru mengajak anak bermain di luar kelas dengan membagi menjadi

beberapa kelompok kecil.

2. Proses kegiatan dilakukan dengan mengajak anak bermain Terompah sesuai

dengan kelompok masing-masing.

3. Anak bermain antara satu kelompok dengan kelompok lain hingga sampai

garis finis.

34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2010) hlm.60.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm.61.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm.61.

27
Sedangkan operasional variabel tersebut yaitu kecerdasan interpersonal terdapat

beberapa indikator yang dijadikan acuan pada penelitian ini untuk mengetahui

sejauh mana peningkatan kecerdasan interpersonal anak yang dihasilkan dari

penelitian ini, indikator kecerdasan interpersnal usia 5-6 tahun adalah :

1. Mengetahui bagaimana cara menunggu giliran ketika bermain.

2. Tertib menggunakan alat atau benda mainan sesuai dengan fungsinya

3. Tertib dan terbiasa menunggu giliran.

4. Mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar(4-8 anak).

5. Terampil memecahkan masalah sederhana.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom

Action Research (CAR), merupakan suatu kegiatan mencermati objek dengan

menggunakan metodologi tertentu yang berkonteks kelas, yang sengaja dilakukan

dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran

serta memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran.37

Sedangkan model penelitian ini dirancang menurut John Elliot yang

mencakup empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah:

a. Menyusun rencana tindakan (planning)

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

c. Pengamatan (observing)

d. Refleksi (reflecting).38

2. Seting Penelitian
37
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), Cet. I, hlm.12.
38
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan...,hlm.25.
28
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B RA Kemuning Sungailiat

Tahun Pelajaran 2021/2022 . Penelitian dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas

yang diajar oleh guru sebagai peneliti karena sebagian besar anak belum

berkembang kecerdasan interpersonalnya.

3. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah anak TK sejumlah 10 anak, terdiri

dari 6 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Objek penelitiannya adalah proses

pengembangan kecerdasan interpersonal melalui permainan tradisional Terompah

panjang pada anak Kelompok B RA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran

2021/2022 .

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah pengambilan data yang dihimpun langsung

oleh peneliti.39 Sumber data primer ini peneliti peroleh melalui person berupa

jawaban lisan melalui wawancara berupa jawaban lisan melalui wawancara

berupa kata-kata, ucapan lisan dan perilaku dari subyek yang diteliti. Adapun

sumber data untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui

permainan Terompah panjang diperoleh dari guru kelas, kepala RA dan dari

siswa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah pengambilan data yang dihimpun melalui

tangan kedua.40 Sumber data sekunder ini peneliti peroleh melalui place dan

paper, yaitu data yang berasal dari dokumen-dokumen, foto, buku panduan

39
Riduan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 24.
29
40
Riduan, Skala Pengukuran ..., hlm, 24.

30
pengembangan kecerdasan interpersonal anak, alat peraga dan rekaman-

rekaman kegiatan pembelajaran.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan bagian yang

terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi

seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data,

yaitu : observasi, wawancara, kajian dokumen dan tes yang masing-masing secara

singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja terhadap anak ketika

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kemampuan anak

selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Penilaian Indikator

Penilaian indikator meliputi penilaian terhadap indikator kinerja siswa

untuk mengetahui sejauhmana indikator-indikator tersebut telah tercapai.

c . Wawancara.

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan jalan atau cara

berdialog langsung dengan para responden secara lisan berdasarkan hasil

pengamatan di kelas selama proses belajar mengajar berlangsung untuk

memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran khususnya pada perkembangan kecerdasan

interpersonal anak melalui permainan Terompah panjang.

d. Dokumentasi.

31
Dokumentasi dilakukan terhadap kurikulum RKH, model pembelajaran

dan hasil belajar anak berupa nilai perkembangan kecerdasan interpesolan

melalui permainan Terompah panjang.

6. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang peneliti rencanakan untuk meningkatkan

kecerdasan interpersonal melalui permainan tradisional Terompah panjang

adalah dengan melaksanakan perbaikan dalam penelitian dengan melaksanakan

tiga siklus, yaitu: Siklus I, Siklus II dan Siklus III, yang dapat dilihat melalui

skemaberikut:

Siklus I

Rencana tindakan I
Permasalahan Pelaksanaan
Alternatif pemecahan
tindakan I

Pengamatan atau
pengumpulan
Refleksi I Analisa data I data I

32
Siklus II

Belum
Terselesaikan Rencana tindakan II
Alternatif Pelaksanaan
pemecahan tindakan II

Analisa Pengamatan atau


Refleksi II pengumpulan
data II data II

Siklus III

Belum
Terselesaikan Rencana tindakan III
Alternatif Pelaksanaan
pemecahan tindakan III

a. Siklus III

Analisa Pengamatan atau


Refleksi III pengumpulan
data III data III

Jika dibutuhkan Berhenti pada siklus ini

33
Dari skema di atas, dapat dilihat masing-masing siklus melalui empat

tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan

data dan tahap refleksi.

Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah disesuaikan dengan hasil penemuan awal pra

siklus, berupa penggunaan permainan Terompah panjang untuk

meningkatkankecerdasan interpersonal.

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH dan

langkah metodik yang telah ditentukan.

c. Pengamatan

Dari proses (b) peneliti kemudian melakukan pengamatan situasi

kelas atas kecerdasan interpersonal anak baik kelompok maupun

individual untuk mengukur perkembangan kecerdasann interpersonal anak

dengan menggunakan permainan Terompah panjang.

d. Refleksi

Peneliti melakukan korelasi atas perkembangan pembelajaran agar

bisa dicari kelemahan dan kekurangannya sehingga mampu dirumuskan

langkah strategis sebagai sebuah solusi atas proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

Siklus II

34
Pada siklus dua adalah merupakan tahapan kedua dalam siklus

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini peneliti lakukan karena dalam

siklus I hasil yang peneliti harapkan belum tercapai secara maksimal.

Adapun langkah-langkah tahapan pada siklus dua adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Meninjau kembali rancangan pembelajaran RKH yang disiapkan dan

memperbaharuinya berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus

satu.

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH dan

pengembangan metode pembelajaran sebagaimana hasil evaluasi pada

siklus satu.

c. Pengamatan

Berdasarkan atas hasil siklus dua guru peneliti mengamati perkembangan

dan sejauh mana penggunaan permaian Terompah panjang dalam

meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui permainan

Terompah panjang.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis mengenai penggunaan permainan Terompah panjang

selanjutnya merefleksikan serta mengevaluasi untuk mengambil

kesimpulan dan menentukan solusi atas persoalan yang ada.

Siklus III

35
Pada siklus dua adalah merupakan tahapan kedua dalam siklus

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini peneliti lakukan karena dalam

siklus II hasil yang peneliti harapkan belum tercapai secara maksimal.

Adapun langkah-langkah tahapan pada siklus tiga adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Meninjau kembali rancangan pembelajaran RKH yang disiapkan dan

memperbaharuinya berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus

satu.

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH dan

pengembangan metode pembelajaran sebagaimana hasil evaluasi pada

siklus satu.

c. Pengamatan

Berdasarkan atas hasil siklus dua guru peneliti mengamati perkembangan

dan sejauh mana penggunaan permaian Terompah panjang dalam

meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui permainan

Terompah panjang.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis mengenai penggunaan permainan Terompah panjang

selanjutnya merefleksikan serta mengevaluasi untuk mengambil

kesimpulan dan menentukan solusi atas persoalan yang ada.

Instrumen Penelitian

a. Instrumen Siklus I

36
Adapun instrumen penilaian siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Instrumen penilaian anak

Siklus I

Kategori
No. Aspek Penilaian BSB
BB MB BSH

1 Mengetahui bagaimana caranya


menunggu giliran ketika bermain
2 Tertib menggunakan alat atau benda
mainan sesuai dengan fungsinya
3 Tertib dan terbiasa menunggu giliran
antri
4 Memahami akibat jika melakukan
pelanggaran
5 Berani bertanggungjawab (tidak
menagis karena takut dihukum)
6 Mampu memimpin kelompok
bermain yang lebih besar (4-8 anak)
7 Terampil memecahkan masalah
sederhana
Jumlah

Keterangan :

BB = Anak belum berkembang dalam bermain


Terompah MB = Anak Mulai berkembang dalam
bermain bakiak
BSH = Anak berkembang sesuai harapan dalam bermain
Terompah BSB = Anak berkembang sangat baik dalam bermain
bakiak

b. Instrumen Siklus II

Adapun instrumen penilaian siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 3

37
Instrumen penilaian anak

Siklus II

38
Kategori BSB
No. Aspek Penilaian
BB MB BB

Mengetahui bagaimana caranya


1
menunggu giliran ketika bermain
2 Berani berangkat ke sekolah tanpa
diantar
3 Tertib menggunakan alat atau benda
mainan sesuai dengan fungsinya
4 Tertib dan terbiasa menunggu giliran
antri
5 Memahami akibat jika melakukan
pelanggaran
6 Berani bertanggungjawab (tidak
menagis karena takut dihukum)
7 Mampu memimpin kelompok
bermain yang lebih besar (4-8 anak)
8 Terampil memecahkan masalah
sederhana
Jumlah

Keterangan :

BB = Anak belum berkembang dalam bermain


Terompah MB = Anak Mulai berkembang dalam
bermain bakiak
BSH = Anak berkembang sesuai harapan dalam bermain
Terompah BSB = Anak berkembang sangat baik dalam bermain
bakiak

Adapun instrumen penilaian siklus III adalah sebagai berikut :

Tabel 4

39
Instrumen penilaian anak

Siklus III

40
Kategori BSB
No. Aspek Penilaian
BB MB BB

Mengetahui bagaimana caranya


1
menunggu giliran ketika bermain
2 Berani berangkat ke sekolah tanpa
diantar
3 Tertib menggunakan alat atau benda
mainan sesuai dengan fungsinya
4 Tertib dan terbiasa menunggu giliran
antri
5 Memahami akibat jika melakukan
pelanggaran
6 Berani bertanggungjawab (tidak
menagis karena takut dihukum)
7 Mampu memimpin kelompok
bermain yang lebih besar (4-8 anak)
8 Terampil memecahkan masalah
sederhana
Jumlah

Keterangan :

BB = Anak belum berkembang dalam bermain


Terompah MB = Anak Mulai berkembang dalam
bermain bakiak
BSH = Anak berkembang sesuai harapan dalam bermain
Terompah BSB = Anak berkembang sangat baik dalam bermain
bakiak

Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk

merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang

41
dapat dipercaya dan benar.41 Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau

prosentase peningkatan perkembangan kecerdasan interpersonal anak pada

setiap siklusnya, peneliti menggunakan statistik sederhana berikut ini:

a. Penilaian Hasil Observasi

Peneliti menjumlahkan nilai observasi masing-masing anak,

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh

nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:

M 
X
N
Keterangan : M = nilai rata-rata

= jumlah semua nilai anak

= jumlah sanak42

b. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar anak,

digunakan rumus sebagai berikut:

9. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan

evaluasi secara menyeluruh. Kriteria yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui dari

peningkatan kecerdasan interpersonal anak baik dalam proses pembelajaran

41
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), hlm.54.
42
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan..., hlm. 40.
42
maupun di luar kegiatan belajar mengajar dan evaluasi kegiatan dalam bentuk

nilai. Adapun indikator untuk mengukur peningkatan kecerdasan interpersonal

anak dan keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana kecerdasan

interpersonal anak.

Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran

dalam berhitung permulaan melalui permainan Terompah panjang adalah

sebagai berikut :

a. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan

pembelajaran jika total jumlah anak meningkat kecerdasan

interpersonalnya melalui permainan Terompah panjang diatas 75 %.

2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan

pembelajaran jika jumlah anak yang meningkat kecerdasan

interpersonalnya dengan permainan Terompah panjang sama dengan

jumlah anak yang meningkat kecerdasan interpersonalnya dengan

permainan Terompah panjang ditambah dengan jumlah anak yang sangat

meningkat kecerdasan interpersonalnya dengan permainan Terompah

panjang diatas 75

%.

Dengan simbol nilai yaitu : lingkatan (O) = anak belum berkembang,

ceklis (Ѵ) = anak yang berkembang, lingkaran penuh ( ) = anak sangat

berkembang.

3. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan

pembelajaran jika jumlah anak yang berkembang kecerdasan

ingterpersonalnya ditambah jumlah anak yang sangat berkembang

interpersonalnya dengan permainan Terompah panjang diatas 75 %.

43
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan Interpersonal

1. Teori Kecerdasan

Dahulu orang mengira bahwa kecerdasan merupakan faktor tunggal yang

umum, overall single score, yang merupakan skor tunggal yang umum disebut IQ

(Intelligence Quoentent), dan sekarang teori ini sudah out of date. Pada akhir abad

ke-20, Howard Gardner mengatakan bahwa bukan hanya lebih dari satu bakat

atau kecerdasan yang ada sejak lahir, tetapi sebenarnya terdapat lebih dari satu

kecerdasan yang disebut multiple intelelligent.43

Pada tahun 1994, Thomas Amstrong dalam bukunya “Multiple

Intelegencis in the Clasroom” -sebagaimana ditulis oleh Sufyan Ramadhy-

berhasil mengidentifikasi adanya 8 (delapan) aspek atau tipe kecerdasan manusia,

diantaranya :

a. Kecerdasan verbal (linguistic intelligence).

b. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence).

c. Kecerdasan logika-matematis (logica-mathematical intelligence)

d. Kecerdasan ritmik (musical intelligence).

e. Kecerdasan kinestetik-taktil (bodily intelligence).

f. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence).

g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence).

h. Kecerdasan naturalis (natural intelligence).44

43
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 13-14.
44
Sufyan Ramadhy, Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan ? MetodeBaru untuk
Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia), (Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2012), hlm. 118-119.
44
Kemudian pada tahun 1995, Daniel Goleman berhasil menyodorkan teori

baru tentang kecerdasan manusia dengan memperkenalkan teori “Kecerdasan

Emsional” atau Emotional Quotient (EQ) melalui bukunya “Emotional

Intellegence: Why It Can Matter More Than IQ ?. Goleman berkesimpulan

bahwa IQ hanya memberikan kontribusi 25 % terhadap kesuksesan hidup

manusia, sementara 75 % sisanya ditentukan oleh kecerdasan lainnya diantaranya

adalah kecerdasan emosi (EQ)-nya.45

Disusul kemudian pada tahun 1997, Paul G. Stoltz memperkenalkan jenis

kecerdasan baru yaitu kecerdasan Adversity atau Adversity Quontien (AQ) dalam

bukunya “Adversity Quontient: Turning Obstacles Into Opportunities”. Dalam

bukunya, Stoltz menempatkan AQ sebagai factor paling penting dalam meraih

kesuksesan hidup.46

Pada masa millenium ketiga, teori kecerdasan terus mengalami

perkembangan yang pesat sejalan dengan berbagai penemuan dan penelitian para

ahli tentang otak manusia. Seorang psikolog yang juga ahli geologi dari Harvard

University Dahah Zohar dan isterinya Ian Marshall memperkenalkan kecerdasan

Spiritual atau Spiritual Quontient (SQ) sebagai “the ultimate intelligence” atau

puncak dari segala kecerdasan manusia.47

Dengan adanya teori kecerdasan ini, sebenarnya proses pembelajaran

bukan hanya melalui satu channel (sambungan) tetapi tetapi multi channel.

Melalui berbagai inteligensi yang jamak itu informasi yang masuk melalui

neuron-neuron sekitar 100 hingga 200 miliar, maka sebenarnya dapat menangkap

45
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 119.
46
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 119.
47
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 120.

45
semua informasi secara jamak juga. Faktor lingkungan bukan hanya satu arah,

tetapi melalui berbagai arah (jamak) yang mempengaruhi perkembangan manusia

selanjutnya. Hal inilah yang merupakan keistimewaan manusia, yang merupakan

faktor internal.48

2. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi,

serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki

seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Gardner sebagaimana dikutip oleh

Yatim Rianto, mendefinisikan kecerdasan sebagai : 1) kemampuan

menyelesaikan masalah atau mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana

budaya, 2) keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati

situasi sasaran yang harus dicapai, dan 3) kemampuan untuk menemukan

arah/cara yang tepat ke arah sasaran tersebut.49

Danah Zohar dan Ian Marshal sebagaimana dikutip oleh Ari Ginanjar

Agustin, mendefinisikan kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk

mengahadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna dibanding dengan yang lain.50

Menurut Suyadi sebagaimana dikutip oleh As’adi Muhammad, kecerdasan

interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain di

48
Diana Mutiah, Psikologi…. hlm. 14.
49
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran …. hlm. 236.
50
Ari Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual, ESQ,
Emotional Spriritual Quantient The ESQ Way, (Jakrta: Arga Tilanta, 2001), hlm. 57.

46
sekitarnya. Dengan kecerdasan interpersonal yang baik, seseorang akan

mempunyai kepekaan hati, sehingga bersikap tanpa menyinggung atau menyakiti

perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal ini sebenarnya sangat identik

dengan pola persahabatan yang baik dan merupakan sebuah sikap atau pola hidup

sosial yang sangat baik dengan orang lain. Banyak orang menilai bahwa

kecerdasan interpersonal identik dengan etika pergaulan yang memungkinkan

seseorang mempunyai jalinan yang baik dengan orang lain.51

Menurut Fandy Achmad dalam situs pembelajaran Online, kecerdasan

interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang

lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat

berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami

bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang

bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain

ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang

dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan

orang lain.52

Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk memahami dan

bekerjasama dengan orang lain, kemampuan untuk mengamati dan mengerti

maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan

gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam

berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang

lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan

51
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 103-104.
52 Fandy Achmad, Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, Situs Pembelajaran Online,

diakses tanggal 15 Desember 2018. 14.30.

47
umumnya dapat memimpin kelompok. Contoh orang yang mempunyai

kecerdasan interpersonal adalah direktur dan pimpinan sebuah perusahaan.53

Menurut Sullivan dalam Chaplin, sebagaimana ditulis oleh Hariyanto,

kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti

maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan

gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam

berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang

lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan

umumnya dapat memimpin kelompok.54

Kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul

sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan

interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan

orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang

lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

kecerdasan interpersonal ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, selain

kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup

kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar

teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Orang

yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah dapat memunculkan konflik

interpersonal. Hal ini karena penyakit mental dan perkembangan kepribadian

53
Muchlisin Riadi, Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan, www.kajianpustaka.com. diakses
tanggal 10 Desember 2018. 21.15.
54
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2018. 20.00.
48
terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada

oleh faktor-faktor konstitusionalnya.55

Kecerdasan interpersonal sering juga disebut dengan kecerdasan social,

yaitu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan dan

membangun relasi sosial, serta mempertahankan relasi sosial tersebut. Anak

dengan kecerdasan ini mampu untuk berhubungan dengan orang sekitarnya,

mampu memahami dan memperkirakan tempramen, suasana hati, maksud dan

keinginan orang lain serta menanggapinya dengan layak. Anak-anak dengan

kecerdasan ini sangatlah mudah bersosialisasi, berbaur dengan orang lain, serta

mengerti perasaan orang lain dan sangat mudah berempati.56

Kecerdasan interpersonal dipakai oleh para direktur dan pimpinan dalam

memotivasi secara manusiawi para bawahannya. Kecerdasan ini pula yang

digunakan oleh para konselor dan motivator dalam menjalin hubungan emosianal

lebih dekat dengan kliennya. Bahkan para psikolog dan sosiolog pun

mengandalkan kecerdasan ini untuk menganalisis perubahan sosial dan personal.

Dan kalau mereka tidak menggunakan kecerdasan interpersonal ini, maka mereka

tidak akan pernah bisa melakukan berbagai tindakan dan analisis terhadap

beberapa bidang yang menjadi orientasinya.57

Menurut Suyadi, memberikan sebuah hipotesis bahwa kecerdasan

interpersonal sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, yang dalam hal ini adalah

orang tua dan para guru. Kalau orang tua memberikan didikan yang individualis

55
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2108. 20.00.

56
Talent Impact, Kecerdasan Interpersonal Sosial, www.mytalentimpact.com. Diakses 17
Desember 2018. 21.00.
57
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan … hlm. 106.

49
dan tidak pernah mengajarkan untuk bersahabat dengan baik pada teman-

temannya, maka anaknya akan mengikuti pola itu. Begitu pun dengan guru di

sekolah, kalau ia tidak pernah memperhatikan sikap yang demikian itu terjadi

pada anak didiknya, maka siswanya akan tetap dengan pola hidup seperti itu.

Tetapi, kalau orang tua maupun guru dapat memberikan didikan atau atau pola

pergaulan yang mempunyai tendensi kecerdasan interpersonal ini, maka anak

Anda akan menjadi anak yang mempunyai kecerdasan interpersonal. Sebab,

memang tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak akan mengikuti pola hidup

yang sangat dekat dengan dirinya.58

3. Proses terjadinya kecerdasan interpersonal dan perkembangannya

Kecerdasan interpersonal ini terjadi dan bagaimana pula

perkembangannya pada diri anak sejak dini59 :

Tabel 2.1

Proses Terjadinya Kecerdasan interpersonal diri anak sejak dini

No. Anak Usia Perkembangan Kecerdasan Interpersonal


1. Lahir – 1 tahun a. Mengamati mainan yang digantungkan di
atasnya.
b. Menatap siapa saja yang ada di sampingnya.
2. 1 – 2 tahun a. Mudah berbaur dengan anak-anak ketika
bermain
b. Senang bermain secara kelompok
3. 2 – 3 tahun a. Mudah berkenalan dengan anak-anak lain.
b. Senang berada di dekat kerumunan teman-
temannya.
c. Memperbolehkan mainannya dipinjam oleh
temannya.
4. 3 – 4 tahun a. Senang pinjam-meminjam atau tukar-menukar
benda mainan dengan anak lain.
b. Tidak menangis ketika berpisah dengan orang
tua.
c. Sabar menunggu giliran bermain.
5. 4 – 5 tahun a. Mau mengalah dengan teman bermainnya.
b. Tidak mengganggu temannya dengan sengaja.
58
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan…, hlm. 107.
59
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan…, hlm. 109-110.
50
c. Mengerti dan mematuhi aturan bermain
dengan baik.
d. Mampu memimpin kelompok bermain keci
(2-4 anak).
e. Mampu memecahkan masalah sederhana.
6. 5 – 6 tahun a. Mengetahui bagaimana caranya menunggu
giliran ketika bermain.
b. Berani berangkat ke sekolah tanpa diantar.
c. Tertib menggunakan alat atau benda mainan
sesuai dengan fungsinya.
d. Tertib dan terbiasa menunggu giliran antri.
e. Memahami akibat jika melakukan
pelanggaran dan berani bertanggungjawab
(tidak menagis karena takut dihukum).
f. Mampu memimpin kelompok bermain yang
lebih besar (4-8 anak).
g. Terampil memecahkan masalah sederhana.

4. Ciri-Ciri Anak Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal.

Ciri-ciri dari anak yang memiliki kecerdasan interpersonal antara lain

ialah :

a. Mudah menciptakan dan mengembangkan relasi sosial baru secara efektif

(mudah bersosialisasi).

b. Mampu berempati dengan orang lain.

c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif (awet dan tidak

musnah dimakan waktu, justru senantiasa berkembang semakin

intim/mendalam/penuh makna.

d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan

orang lain (peka terhadap perubahan sosial dan tuntutan-tuntutannya).

e. Mampu memecahkan masalah dalam relasi sosial dengan win-win solution

(menguntungkan bagi semua pihak).

51
f. Memiliki keterampilan komunikasi (mampu mendengarkan, berbicara, dan

menulis secara efektif, serta mampu menampilkan penampilan fisik yang

sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya).60

Menurut Sufyan Ramadhy, kecerdasan interpersonal biasanya ditemukan

pada : politisi, guru, pemimpin agama, penasihat, penjual, manajer, PR (Public

Relation), dan orang yang senang bergaul. Sosok yang terkenal memiliki

kecerdasarn interpersonal Oprah Winfrey (pembawa acara talk show. Adapun ciri

yang menonjol pada kecerdasan interpersonal antara lain adalah :

a. Memiliki kemampuan negosiasi yang tinggi.

b. Mahir dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Mampu membaca perasaan dan keinginan orang lain.

d. Menikmati kegiatan bersama.

e. Suka bekerja sama.

f. Memiliki jaringan persahabatan yang banyak.

g. Menikmati berada di tengah-tengah orang lain.

h. Membaca situasi sosial dengan baik.61

Dengan ciri-ciri yang menonjol di atas, Sufyan Ramadhy menyarankan

kepada anak yang memiliki kecerdasan interpersonal agar mudah dalam belajar

untuk :

a. Melakukan aktifitas belajar bersama.

b. Memberi banyak waktu rehat untuk bersosialisasi.

c. Menggunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi.

d. Mengadakan pesta perayaan belajar.

60
Talent Impact, Kecerdasan Interpersonal Sosial, www.mytalentimpact.com. Diakses 17
Desember 2018. 21.00.
61
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 169.

52
e. Bekerja dalam tim.

f. Belajar lewat layanan.

g. Mengajari orang lain.

h. Menggunakan sebab akibat.

i. Melakukan pembicaraan pasangan di telepon.

j. Menjadikan proses belajar yang mengasyikkan.62

B. Teori Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak sekali teori yang berkaitan dengan belajar. Masing-masing teori

memiliki kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan belajar. Adapun teori-teori

belajar yang dapat dijadikan dasar dalam desain pembelajaran antara lain :

1. Teori Belajar Behaviorisme

Sebagai tokoh behaviorisme radikal, Skinner mengatakan bahwa belajar dapat

dipahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang

dapat diamati, yakni perilaku peserta didik beserta anteseden dan konsekuensi

lingkungannya. Oleh karena itu, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku

sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut kaum

behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil

hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai

perespon tindakan stimulus yang diberikan.63

2. Teori Kognitivisme

62
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 170.
63
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan
dengan Kurikulum 2013 ( Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013) hlm. 26-28.

53
Teori cognitif loard theory ( teori muatan konitif ), pertama kali dikenal pada

tahun 1980-an dan terus mengalami yang substansial pada tahun 1990-an dan

berlangsung hingga saat ini oleh kebanyakan para peneliti di seluruh dunia.

Untuk memahami teori muatan kognitif lebih jauh, Renkl dan Sweller

menyarankan sangat perlu mendalami tiga aspek pokok sebagai berikut :

1. Muatan kognitif intrinsik, muatan kognitif intrinsik melalui interaktivitas

elemen ditunjukkan dengan interaksi antara hakikat dari materi yang sedang

dipelajari dengan keahlian peserta didik.

2. Muatan kognitif ekstraneous, dikenal dengan muatan kognitif tidak efektif,

merupakan hasil dari teknik pembelajaran yang menghendaki peserta didik

terlibat dalam aktivitas memori yang bekerja yang tidak langsung

berhubungan dengan konstruksi atau otomatisasi skema.

3. Muatan kognitif german (yang berhubungan), dikenal dengan muatan

kognitif efektif, merupakan hasil dari proses kognitif yang bermakna seperti

abstraksi dan elaborasi yang didorong melalui presentasi pembelajaran.64

3. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Pieget dan Vegotsky. Pieget telah

dikenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan kognisi. Pieget

menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara berbeda pada

periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Setiap anak melewati empat

tahap perkembangan, yaitu1) sensori motor (umur 0-2 tahun), 2) operasi awal

(umur 2-7 tahun), 3) operasional kongret (umur 7-11 tahun), 4) formal

operasional (umur 11 tahun ke atas). Konstrukstivisme kognisi yang

dikembangkan oleh Pieget umumnya menganggap bahwa tujuan pendidikan

64
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 35-37.
54
adalah untuk mendidik individu anak dengan cara mendukung minat dan

kebutuhan. Oleh karena itu, anak adalah subyek studi dan perkembangan kognitif

individu anak adalah penekanan studi. Sedangkan teori konstruktivisme yang

dikembangkan Vygotsky disebut dengan konstrukstivisme sosial. Vygotsky

mengajukan teori yang dikenal istilah Zone of Proximal Development (ZPD),

yang merupakan dimensi sosiokultural yang penting sebagai dimensi psikologis.

Konstruktivisme sosial menekankan proses pendidikan melalui transformasi

sosial, dan mencerminkan teori perkembangan manusia meletakkan individu

dalam konteks sosial budaya. Individu membangun pengetahuan melalui

interaksinya dengan lingkungan.65

Teori-teori tersebut di pandang memiliki kontribusi besar dalam

membangun disiplin ini dan berkorelasi positif terhadap penguatan kawasan

keilmuan desain pembelajaran.66

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belejar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipe lajari

oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.67 Untuk menumbuhkan

semangat dan minat anak dalam belajar perlu adanya tehnik-tehnik yang harus

dilakukan oleh seorang pendidik agar peserta didik semangat dalam mengikuti

65
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 40-49.
66
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 27.

67
Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jalarta:Rhineka Cipta, 2009). hlm. 7.

55
kegiatan belajar diantaranya adalah melakukan kegiatan belajar melalui kegiatan

bermain.

2. Teori Bermain

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas

keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,

sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan

proses belajar pada anak.68

Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang

menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain dan dukungan orang dewasa

membantu anak-anak berkembang secara optimal. Pemahaman tentang orientasi

bermain pada masa lalu dan masa depan. Para ahli mempunyai cara pandang dan

pemikiran yang berbeda tentang bermain. Hal ini memperlihatkan betapa

pentingnya arti bermain bagi perkembangan anak. Walaupun ada kelemahan

pada teori tersebut, tetapi tiap teori bermanfaat dan memberikan sumbangan

untuk memperdalam pengertian tentang bermain. Bermain bagi anak adalah

eksplorasi, eksperimen, peniruan (imitation) dan menyesuaikan (adaptasi).69

3. Pengertian Permainan Tradisional

Permaian tradisonal Indonesia adalah permainan jaman dahulu yang

sesuai dengan budaya Indonesia umumnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-

68 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 91.
69
Diana Mutiah, Psikologi Bermain …, hlm. 91.

56
nilai kebersamaan dan kegitatan sosial, yang dimainkan orang Indonesia

khususnya anak-anak laki-laki dan perempuan Indonesia.70

Permainan tradisional adalah suatu jenis permainan sederhana yang ada

pada suatu daerah tertentu yang berdasarkan kepada tradisi dan budaya daerah

tersebut. Permainan tradisional menjadi salah satu warisan budaya Indonesia,

karena tidak hanya untuk bersenang-senang namun didalamnya terkandung

beragam manfaat bagi pertumbuhan anak. Khususnya bagi perkembangan

pertumbuhan seorang anak, dengan memainkan permainan tradisional secara

tidak langsung anak dapat mempelajari pengetahuan, melatih kemampuan

motorik, serta melestarikan budaya daerahnya sendiri. Permainan tradisional

sebenarnya selalu berkaitan dengan alam, karena setiap bahan atau material yang

digunakan untuk membuat permainan juga tergantung kepada material yang

disediakan oleh alam serta budaya masyarakat itu sendiri.71

Permainan tradisional menurut James Danandjaja, sebagaimana ditulis

oleh Hendtratno adalah salah satu bentuk permainan berupa permainan anak-anak

yang beredar baik secara lisan maupun secara anggota kolektif yang berbentuk

tradisional yang di wariskan secara turun temurun hingga memiliki berbagai

variasi dalam satu jenis permainan.72

Menurut Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-

PLSP), sebagaimana ditulis dalam website porosbumi.com, permainan tradisional

70
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam Permainan Tradisional Dan Asal Daerahnya,
www.kotametro. Diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.

71
Nurila, Manfaat Permainan Tradisional untuk Tumbuh Kembang Anak, www.
nersnurila.wordpress.com. diakses 19 Desember 2018. 10.00.
72
Hendratno, Pengertian dan Manfaat Permainan Tradisonal Menurut Para Ahli,
www.gopena.com diakses tanggal 20 Desember 2018. 08.30.

57
merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang didalamnya banyak

mengandung nilai-nilai pendidikan karena dalam kegiatan permainannya

memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang memainkannya. Selain

itu permainannya dilakukan secara berkelompok sehingga menimbulkan rasa

demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan pun relatif

sederhana.73

Menurut Kurniati, permainan tradisional akan mengembangkan potensi

setiap anak yang ditunjukkan dalam perilaku penyesuaian sosial dengan tetap

melestarikan dan mencintai budaya bangsa. Atmadibrata mengemukakan

permainan tradisional Jawa Barat disinyalir memiliki keterampilan prestatif yang

bersifat entertainment yang dapat dijumpai dimana-mana. Bila permainan

tradisional Jawa Barat dikaji, ternyata besifat edukatif, mengandung unsur

pendidikan jasmani (gymnastic), kecermatan, kelincahan, daya fikir, apresiasi

terhadap unsur seni yang ada, dan menyegarkan pikiran.74

Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus karena

kurangnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya

perhatian terhadap perkembangan anak. Plato dianggap orang pertama yang

menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Platoanak-

anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel

kepada anak-anak. Dengan memberikan alat permainan miniatur balok- balok

kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantarkan anak tersebut

menjadi seorang ahli bangunan. Aristoteles dalam teori Kataris-nya memandang

permainan itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala emosi yang

tertahan dan menyalurkan perasaan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan
73
Porosbumi, Pengertian Permainan Tradisional yang Benar Menurut Ahli
mainantradisionalindonesia.wordpress.com/porosbumi.com. diakses tanggal 19 Desember 2018. 08.00.
74
Porosbumi, Pengertian Permainan …. diakses tanggal 19 Desember 2018. 08.00.
58
perasaan yang tidak dapat dinyatakan ke arah yang baik. Aristoteles juga

berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang

akan mereka tekuni dimasa dewasa nanti. Berkat tokoh-tokoh pendidikan seperti

Comenus (abad ke-17), Reusseau, Pestalozzi dan Frobel (abad ke-18 & awal

abad ke-19) akhirnya lambat laun para pendidik dapat menerima pendapat bahwa

pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan

anak. Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena

berdasarkan pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain

maupun maupun mainan yang yang dinikmati anak dapat digunakan untuk

menarik perhatian dana mengembangkan pengetahauan mereka.75

Plato, Aristoteles dan Fobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang

mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Sayangnya pada

masa tersebut teori psikologi perkembangan anak belum mempunyai sistematika

yang tertentu, akibatnya apa yang dikemukakan oleh Fobel bahwa bermain dapat

meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan anak sulit dibuktikan.76

4. Manfaat Permainan Tradional

Permainan tradisonal ini mimiliki banyak manfaat dan sangat baik bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak, baik itu secara fisik ataupun secara mental.

Permainan tradisonal bisa melatih otak kanan dan otak kiri si anak sehingga

antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional mampu berjalan secara

75
Diana Mutiah, Psikologi…, hlm. 92.
76
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 93.

59
seimbang. Selain itu, melalui kegiatan permainan tradisional disitu akan ada yang

namanya proses pembentukan karakter dan kepribadian untuk sang anak.77

Membantu siswa-siswi untuk mengenal macam-macam permainan

tradisional dan atau berdasarkan daerah asalnya, tentu dapat memberikan mereka

banyak manfaat. Selain dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, wawasan mereka

tentang permainan tradisional juga tetap terjaga utuh atau mungkin bertambah.78

Adapun beberapa manfaat secara umum dari permainan tradisional yang

dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah :

a. Mengembangkan kecerdasan intelektual. Banyak permainan anak yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir anak, baik dalam proses pembuatan

permainan maupun ketika memainkan permainannya.

b. Mengembangkan kecerdasan emosional anak. Dalam sebuah permainan

tradisional selain melatih kecerdasan intelektual juga dapat mengembangkan

kecerdasan emosi seorang anak.

c. Mengembangkan daya kreatifitas anak. Kebanyakan alat permainan

tradisional sangat sederhana dan mudah didapat. Namun melalui hal ini

seorang anak dapat terlatih daya kreatifitasnya dalam membuat maupun

menciptakan permainan tradisional.

d. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi. Permainan tradisional membuat

anak memiliki banyak teman, karena biasanya permainan yang dimainkan

akan lebih seru jika dilakukan lebih dari dua orang, (kebetulan juga memang

jarang permainan tradisional yang dimainkan sendiri). Permainan tradisional

juga membuat seorang anak lebih pandai bergaul, bersosialisasi serta

77 Hendratno, Pengertian dan Manfaat … diakses tanggal 20 Desember 2018. 08.30.

78
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam … diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.
60
berinteraksi dengan anak-anak lain dilingkungannya. suatu hal yang harus

ditanamkan sejak dini pada anak-anak.

e. Melatih kemampuan Motorik. Aktivitas fisik yang dilakukan anak ketika

bermain secara langsung merangsang gerakan motorik anak, baik motorik

halus seperti menggambar, meremas, menggenggam, maupun motorik kasar

seperti melompat, berlari, berjongkok, dan meloncat. Selain itu, bermain juga

berfungsi untuk melatih dan mengembangkan gerakan otot pada anak.

f. Lebih menyehatkan. Dengan memainkan permainan tradisional, anak-anak

lebih sehat, mereka bisa berlari dan kemari serta menggerakkan tubuh.

g. Belajar Sportif. Permainan tradisional melatih seorang anak menjadi lebih

sportif misalnya ia bersedia mengakui kesalahan atau pelanggaran yang

dilakukan. Karena biasanya anak yang curang akan terkena sangsi dari teman-

temannya, bahkan bisa-bisa mereka tak akan mau lagi mengajak anak tersebut

bermain.

h. Melatih kerjasama. Permainan tradisional bisa melatih anak untuk

bekerjasama dengan teman bermainnya. Tidak jarang ketika seorang anak

sedang bermain, mereka sering di teriaki oleh teman-temannya ketika

melakukan kesalahan, hal itu bisa melatih anak untuk sabar dan berusaha

supaya menjadi bisa.

i. Lebih Santai. Permainan tradisional itu tidak mengenal waktu dan tempat,

kapan saja anak-anak bisa melakukannya, mereka tidak harus bergantung

pada listrik atau cuaca, bahkan ketika hujan pun mereka masih bisa bermain.

j. Membuat anak lebih percaya diri. Permainan tradisional membuat seorang

anak lebih percaya diri, karena setiap anak yang bermain pernah merasakan

61
kemenangan dan mengungguli teman-teman lainnya, ini sangat baik untuk

perkembangan anak sehingga menjadi anak yang penuh percaya diri.

k. Ikut melestarikan permainan itu sendiri. Dengan memainkan permainan

tradisonal, secara otomatis anak-anak akan ikut melestarikan permainan

tersebut, apalagi di jaman yang sudah sangat maju seperti ini. .79

5. Jenis-Jenis Permainan

Terdapat beberapa macam jenis permainan, sebagai berikut :

a. Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi untuk

memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema) sensorimotor

mereka.

b. Permainan prkatis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika

keterampilan-keterampilan baru sedang dipelajarai. Permainan ini utamanya

muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis terjadi sepanjang hayat.

c. Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak

mentransformasikan fisik ke dalam suatu symbol.

d. Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan

teman sebaya.

e. Permainan fungsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan pada awal

masa anak-anak, di mana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana dan

menemukan kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya. Permainan

ini berguna untuk meningkatkan motorik anak.

f. Permainan kontruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam

suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan

sendiri.

79
Nurila, Manfaat Permainan Tradisional untuk Tumbuh Kembang Anak, www.
nersnurila.wordpress.com. diakses 19 Desember 2018. 10.00.
62
g. Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

kenikmatan yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi.80

6. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini

Permainan tradisonal ini mimiliki banyak manfaat dan sangat baik bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak, Baik itu secara fisik ataupun secara

mental. Permainan tradisonal bisa melatih otak kanan dan otak kiri si anak

sehingga antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional mampu berjalan

secara seimbang.81

Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak,

meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan

perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat

berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan

meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi

dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikkan

peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam kehiupan masa depannya.82

Menurut Freud dan Erikson, sebagaimana dikutip oleh Diana Mutiah,

permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang sangat berguna, menolong

anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena tekanan-tekanan terlepas dari

permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan. Pemainan

dapat memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan

membebaskan perasaan-perasaan terpendam. Juga merupakan medium bagi ahli

terapi untuk menganalisa konflik-konflik anak dan cara mereka mengatasinya.

80
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 139-140.
81
Hendratno, Pengertian dan Manfaat Permainan Tradisonal Menurut Para Ahli,
www.gopena.com diakses tanggal 20 Desember 2016. 08.30.

82
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 137.

63
Dalam konteksi ini anak leluasa mengemukakan perasaan-perasaan mereka

sebenarnya.83

Menurut Piaget, pemainan sebagai suatu media yang meningkatkan

perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak

mempraktekkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Menurutnya sturktur-

struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna

bagi latihan ini.84

7. Permainan Bakiak

Permainan Terompah merupakan permainan tradisional Indonesia yang

dimainkan secara bersamaan dalam 1 kelompok atau regu. Di Sumatera

Barat, Terompah disebut terompa galuak yang merupakan terompah deret dari

papanbertali karet yang panjang. Alat yang digunakan yaitu berupa sandal yang

dibuat dari kayu. Sepasang sandal dapat di pakai untuk 3 sampai dengan 5 orang

anak. Permainan ini melatih kekompakan serta konsentrasi anak, karena anak-

anak diajarkan untuk berjalan bersama dengan satu pasang sandal secara

bersamaan. Kelomok atau regu yang mencapai garis finish paling pertama dengan

kompak memenangkan permainan Terompah tersebut.85

Permainan terompah panjang sejak dulu sudah ada di daerah sepanjang

perairan Sungai Rokan, baik Rokan Kiri maupun Rokan Kanan, Kabupaten

Kampar, maupun Rokan dibagian Hilir, seperti dibagian Siapi-Api, Bengkalis,

Riau. Kini, terompah panjang sudah merakyat. Tujuannya adalah untuk

83
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
84 Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
85
Dania Iriyani, Permainan Bakiak, www. kebudayaanindonesia.net, diakses tanggal 3 November
2018 pukul 14.30.

64
berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk sikap kerja sama (kekompakan

team). Manfaat permainan ini adalah untuk meningkatkan kebugaran, ketegangan

menurun, dan kemampuan kerja sama meningkat. Biasanya permainan ini

dimainkan oleh anak-anak, remaja, dewasa putra dan putri.86

Menurut Fery Fadli, Terompah panjang atau yang sering disebut terompa

galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang

panjang. Sepasang Terompah minimal memiliki tiga pasang sandal atau

dimainkan tiga anak. Terompah sebenarnya permainan tradisional anak-anak di

Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga

pertengahan tahun 1970- an, sering dan biasa memainkan Terompah atau

terompah panjang ini. Bahkan, Terompah panjang ini menjadi salah satu mata

acara permainan yang dilombakan dalam 17 Agustusan di tingkat kelurahan dan

kecamatan.87

86
Elfan Fadhilah, Permainan Terompah Panjang (Bakiak), (Bandung: Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hlm. 2.
65
87
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam … diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.

66
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Metode Penelitian
Metode dan rancangan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK) difokuskan pada anak-anak, untuk memperbaikiatau meningkatkan mutu pelajaran di
kelas Kemmis, 1988 (dalam Masnur, 2008:8). Penelitian ini diawali dengan melakukan
observasi dalam proses belajar mengajar di kelas dari masalah yang nampak dalam mengatasi
agar dapat terlaksana perencanaan belajar mengajar yang baik, untuk memecahkan ini
peneliti membuat rencana baru yang lebih mendorong pencapaian tujuan.
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan
2 siklus, setiap siklus menggunakan langkah berikut, yaitu:
a. Perencanaan perbaikan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan melalui intervensi di dalam kelas.
c.Melakukan observasi dan evaluasi terhadap intervensi tindakan didalam kelas.
d. Melakukan refleksi berdasakan hasil evaluasi.
Gambar 3.1 Bagan Penetilian Tindakan Kelasmenurut , Suyanto (2008:56)

Perencanaan

SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan

1. Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

8. Tempat dan Waktu Penelitian


67
a. Tempat pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di Kelompok B RA Kemuning
Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka .
b. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelompok B RA Kemuning Kecamatan
Sungailiat Kabupaten Bangka , yang akan dilaksanakan mulai pada t a n g g a l 1 0 J u n i
2 0 2 2 yang dapat dilihat pada jadwal pelaksanaan penelitian di bawah ini yang mana sudah
disusun mulai dari persiapan judul sampai laporan akhir

9. Subjek Penelitian

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

No Nama Kell Jenis Pekerjaan


Kelamin orang tua
1. Azzahra B1 P Swasta
2. Bilqis B1 P Swasta
3. cika B1 L Swasta
4. Dita B1 L Swasta
5. Febri B1 P Swasta
6. Egi B1 P Swasta
7. Haris B1 P Swasta
8. Iqbal B1 P Swasta
9. Juna B1 P Swasta
10. Kiki B1 P Swasta
11. Lukman B1 L Swasta
12. Slamet B1 L Swasta
13. Fello B1 L Swasta

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B RA
Kemuning Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka berjumlah 14 orang anak, yang terdiri
atas 9 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Jika ditinjau dari usia kelompok B
rata-rata berumur 5-6 tahun.
Proses belajar mengajar di RA Kemuning ini dilaksanakan pada pagi hari dari jam 07.30 WIB
68
– jam 10.30 WIB,
10. Prosedur penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di perkenalkan oleh arikunto, (2006:102) terdiri
atas 4 kegiatan yang akan dilakukan dengan siklus berulang, kegiatan utama dalam siklus
yaitu : a) Perencanaan, b)Pelaksanaan, c) Observasi dan Evaluasi, d)Refleksi yaitu:

a. Siklus 1
• Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian langkah awal sebelum melakukan penelitian,
harus mempersiapkan: (1) RKH, (2) RKM melaksanakan tindakan perbaikan
perkembangan kecerdasan interpesonal melalui permainan tradisional Terompah
panjang
• Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
aksi/tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
• Kegiatan awal
Dalam kegiatan pembukaan terlebih dahulu dilakukan pemanasan motorik kasar.
kemudian masuk kelas, peneliti menyapa dan memberi salam selanjutnya berdoa
bersama. Bernyanyi bersama, pengenalan hari, tanggal, bulan dan tahun,
menyebutkan tata tertib kelas. Kemudian guru bersama anak berdiskusi tentang
permainan Terompah yang akan dilakukan sewaktu pelaksaan , sehingga mereka
mengerti tujuan pembelajaran yang akandicapai.
• Kegiatan inti
Guru menjelaskan tentang permainan bakiak. Dan guru juga melakukan tanya
jawab ssuai materi yang diajaraknn tersebut.
• Kegiatan istirahat/makan
Kegiatan ini dapat digunakan anak untuk bermain dengan alat permainan
ataupun tanpa menggunakan alat, Setelah kegiatan bermain ada kegiatan makan,
sebelum makan anak- anak disuruh mencuci tangan, membaca doa sebelum dan
sesudah makan, peneliti menyampaikan tata tertib makan.
• Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir ini guru mengajak ajak anak untuk berdiskusi atau mereviu
tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan guru bertanya apakah anak ibu guru sudah
69
bisa semuamelakukan tugasnya tadi dan apakah ada anak ibu yang belum selesai atau
tidak bisa mengerjakan tugasnnya. Dan setelah itu guru menyampaikan kegiatan
untuk esok harinya, pesan dan kesan, beryanyi lagu hari sudah siang, membaca do’a
pulang, salam, dan pulang.
• Observasi dan Evaluasi
Guru melakukan observasi dan evaluasi yaitu mengisi format observasi
tahapan kegiatan yang dilakukan anak, serta mengamati dan mengisi format aktivitas
dan proser belajar serta mengisi format lembar observasi guru. Dan menjawab
pertanyaan hasil pengamatan.
• Refleksi
Pada tahap ini dilakukan refleksi analisis terhadap data yang telah diperoleh
selama pembelajaran dan observasi. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Data-data yang telah diproses itu
digunakan untuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada, mengkaji apa yang telah
terjadi dan belum terjadi, mengapa terjadi demikian dan langkah apa saja yang perlu
dilakukan untuk perbaikan. Hasil refleksi pada siklus 1 ternyata hasilnya belum sesuai
harapan ini digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya atau akan
merencanakan tindakan untuk siklus selanjutnya (siklus II).

Perencanaan

SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Insrumen-Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan Instrumen penelitian yang


digunakan peneliti untuk mendapatkandata penelitian adalah :
1. Lembar Observasi guru, yang digunakan oleh teman sejawat untuk mengamati

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.


70
2. Lembar observasi anak, yang diisi oleh peneliti guna melihat

keberhasilan anak didik dalam pembelajaran.

3. Lembar hasil observasi anak, dibuat oleh peneliti guna melihatperkembangan

anak didik secara keseluruhan dalam pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam

Penelitian Tindakan Kelas teknik yang sangat penting dalampengumpulan data yaitu

teknik observasi/pengamatan, pengamatan ini digunakan untuk merekam proses

pembelajaran yang sedang berlangsung baik aktivitas guru maupun aktivitas anak.

Pengumpulan data melalui observasi ini akan dilakukan di RA Kemuning Sungailiat.

b. Dokumentasi

Menurut Amirin, (2001:34) menyatakan bahwa dokumentasi merupakan suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumentasi-

dokumentasi, baik dokumentasi tertulis,gambar maupun elektronik.

11. Indikator Keberhasilan

1. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila indikator lebih dari (80%) anak dari

jumlah 14 orang anak dapat memahami tentang permainan Terompah panjang

2. Lebih dari (80%) anak dari jumlah 14 orang anak dapat mengerti cara dan aturan dalam

permainan masalah pada permainan Terompah panjang

Lebih dari (80%) anak dari jumlah 14 orang anak mampu memehami car permainan dan
atuuran yang harus di jalani dalam permainan Terompah .

71
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan.

Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),


peneliti membuat rencana kegiatan pembelajaran agar dalam
pelaksanaannya dapat berhasil dengan baik dan sesuai harapan.

Peneliti mempersiapkan lembar evaluasi yang digunakan


untuk mengukur perkembangan kecerdasan interpesonal, dan lembar
analisis untuk mencatat nilai yang diperoleh anak.

Tabel 4.1

Komponen-Komponen Yang Dipersiapkan Dalam Siklus I

No Komponen Keterangan

1 Terompah panjang Dibuat untuk digunakan anak

2 Lembar pengamatan Dibuat untuk anak

3 Lembar Evaluasi Dibuat sejumlah anak

4 Lembar Analisis Dibuat untuk anak

2. Tindakan.

Setelah semua komponen di atas dipersiapkan, peneliti


melaksanakan tindakan perbaikan perkembangan kecerdasan
interpesonal melalui permainan tradisional Terompah panjang.

Tindakan perbaikan pengembangan kecerdasan interpersonal


dengan permainan tradisional Terompah panjang dilaksanakan dalam
tiga pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti memberikan review
kepada anak untuk mengetahui seberapa pengembangan kecerdasan
interpersonal sesuai dengan proses permainan tradisional Terompah
panjang yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan tindakan dapat
diuruaikan sebagai berikut :

a. Pertemuan pertama

Tahap awal : salam, berdo`a, dan bernyanyi dilanjutkan dengan


bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini.
72
Tahap inti : Guru memberi contoh menggunakan permainan Terompah panjang,
kemudian anak mengikutinya sampai bisa dan mampu untuk bermain
Terompah panjang dengan sempurna.

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan


mengingat permainan yang diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.

b. Pertemuan kedua

Tahap awal : salam, berdo`a dan bernyanyi.

Tahap inti : Guru memberi contoh menggunakan permainan tradisional


Terompah panjang. Kemudian anak bermain Terompah panjang secara
berkelompok.

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari yang telah dilakukan


kemudian berdo`a, salam dan pulang.

c. Pertemuan ketiga

Tahap awal : salam, berdo`a dan bernyanyi..

Tahap inti : anak bermain Terompah panjang, guru sifatnya mengamati dan
membantu anak yang mengalami kesulitan

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest

kemudian berdo`a, salam dan pulang.

3. Observasi

Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan dalam

melaksanakan konteks penelitian tindakan kelas merupakan aktvitas yang

dirancang dengan sengaja untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam praktek

pendidikan dan pengajaran dalam kondisi kelas tertentu.

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh pelaksanaan

tindakan yang dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

Observasi dilakukan peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan

mencatat apa saja yang diamati pada saat proses kegiatan berlangsung ke dalam

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Selain itu perencanaan observasi

bersifat fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke
73
dalam jurnal, yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada saat proses kegiatan

berlangsung.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Perbaikan Siklus I

Hasil Pengamatan Indikator ke


No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 2 3 3 2 3 3 2 21
Azzahra
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Bilqis
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8
cika
4 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Dita
5 2 1 1 2 1 1 1 1 10
Febri
6 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Egi
7 2 1 1 1 1 1 1 1 9
Haris
8 2 2 2 2 2 2 2 1 15
Iqbal
9 2 2 2 2 2 2 2 2 16
Juna
10 2 2 2 2 2 2 2 3 17
Kiki
11 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Lukman
12 3 3 3 3 3 3 3 2 23
Slamet
13 Fello 2 2 2 2 2 2 2 2 16

74
14 Bagas 2 1 3 3 3 2 2 1 17

Jumlah 252

Keterangan Indikator :
1. Mengetahui bagaimana caranya menunggu giliran ketika bermain

2. Berani berangkat ke sekolah tanpa diantar

3. Tertib menggunakan alat atau benda mainan sesuai dengan fungsinya

4. Tertib dan terbiasa menunggu giliran antri

5. Memahami akibat jika melakukan pelanggaran

6. Berani bertanggungjawab (tidak menagis karena takut dihukum)

7. Mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar (4-8 anak)

8. Terampil memecahkan masalah sederhana

Dari tabel di atas kemudian membuat interval untuk menentukan kategori


dengan rumus :

nt  nr  1
Interval =
N

Maka data yang disajikan adalah :

Nilai tertinggi = 24

Nilai terendah = 8

Option kategori = 4

Maka diperoleh hasil sebagai berikut :

(24  8 1) (16 1) 17


Interval =    5,7 kemudian dibulatkan menjadi 6.
3 3 3

Maka hasil interval yang diperoleh adalah sebagai berikut :

75
Tabel 4.3

Kategori Hasil Observasi Perbaikan

Siklus I

No Interval Kategori Jumlah Anak Prosentase

1 20 - 24 Sangat Berkembang 4 28 %

2 13 - 18 Berkembang 5 36 %

3 8 - 12 Belum Berkembang 5 36 %

Jumlah 14 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan kecerdasan


interpersonal anak RA Kemuning Sunhailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 pada
siklus I secara umum masih rendah. Dari data tersebut dapat dilihat, anak dengan
kategori Sangat Berkembang sebanyak 4 anak(28 %) dari jumlah keseluruhan 14
anak. Anak yang dengan kategori berkembang sebanyak 5 anak (36 %) dari
jumlah keseluruhan 14 anak. Dan dengan kategori Belum Berkembang sebanyak
5 anak (36 %) dari jumlah keseluruhan 14 anak.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan kecerdasan


interpersonal anak masih rendah dan masih jauh dari tingkat ketercapaian 75 %.

Gambar 4.1

Ketuntasan Belajar Anak pada Siklus I

76
40
36 3%6 %
35
30 28 %
25 Sangat
Berkembang
20 Berkembang
15
Belum
10 Berkembang
5 5
5 4
0
Jumlah %

Keterangan:

1. Rencana perbaikan siklus I

Sesuai dengan indikator kegiatan


2. Pengamatan

Dari hasil pengamatan peneliti perkembanga kecerdasan interpersonal kurang.


3. Refleksi

Dalam kegiatan perkembangan kecerdasan interpersonal melalui permaianan


tradisional Terompah panjang belum mampu secara maksimal.
4. Tingkat keberhasilan anak dalam perkembangan kecerdasan interpersonal

permulaan hanya sekitar 64 %.

5. Kegagalan

Tingkat kegagalan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan permainan


Terompah panjang ini sekitar 36 persen.

6. Refleksi.

Setelah selesai melakukan pengembangan kecerdasan interpersonal


dengan menggunakan permainan tradisional Terompah panjang, peneliti
memperoleh temuan yang perlu ditindak lanjuti.

77
Temuan pada siklus I ini diperoleh peningkatan perkembangan
kecerdasan interpersonal permulaan dengan menggunakan permainan tradisional
Terompah panjang di RA Kemuning Sungailiat , terdapat 5 anak (36 %)
yang belum berkembang, dan 9 anak (64%) yang berkembang dan sangat
berkembang. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus II.

B. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I yang


hasilnya kurang memuaskan maka peneliti melanjutkan melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran siklus II.

Peneliti mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dijadikan pedoman


didalam langkah-langkah pelaksanaan kegiatan, lembar observasi untuk
mencatat kekurangan anak dan guru selama proses kegiatan, lembar evaluasi
yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak dan lembar analisis untuk
mencatat nilai yang diperoleh anak pada saat kegiatan dengan permainan
tradisional Terompah panjang.

Untuk memperjelas, peneliti sajikan perencanaan dalam bentuk tabel


seperti berikut ini :

Tabel 4.4

Komponen-Komponen Yang Dipersiapkan Dalam Siklus II

No Komponen Keterangan

1 Terompah Panjang Dipersiapkan untuk anak

2 Lembar pengamatan Dibuat untuk anak

3 Lembar evaluasi Dibuat sejumlah anak

4 Lembar analisis Dibuat untuk anak

2. Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan perbaikan siklus II. Selama peneliti


melakukan tindakan perbaikan, peneliti berpedoman pada rencana kegiatan dan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.

78
Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :

a. Pertemuan pertama

Tahap awal : salam, berdo`a, bernyanyi dan bermain Terompah panjang.

Tahap inti : melakukan permainan tradisional Terompah panjang secara beregu


dan guru mengamati.

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest


kemudian berdo`a, salam, dan pulang.

b. Pertemuan ke dua

Tahap awal : salam, berdo`a, dan bermain permainan Terompah panjang.

Tahap inti : anak bersama temannya melakukan permainan tradisional


Terompah panjang secara beregu.

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari, kemudian berdo`a, salam,


dan pulang.

c. Pertemuan ketiga

Tahap awal : salam, berdo`a, review kegiatan pertemua yang lalu.

Tahap inti : anak bersama teman beregu melakukan permainan Terompah panjang.

Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari, kemudian berdo`a, salam,


dan pulang.

3. Observasi

Teman sejawat yang peneliti minta menjadi observer selama kegiatan


tindakan perbaikan pembelajaran peningkatan kecerdasan interpersonal dengan
permainan Terompah panjang memberikan hasil pengamatannya.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Hasil Pengamatan Indikator ke


No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 2 3 3 2 3 3 2 21
Azzahra

2 3 2 3 3 2 3 1 2 20
Bilqis

79
3 3 3 3 3 3 2 2 3 22
cika
4 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Dita
5 3 3 3 3 3 1 2 2 20
Febri
6 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Egi
7 3 3 3 3 3 3 1 1 20
Haris
8 3 3 3 3 3 3 1 1 20
Iqbal
9 3 3 3 3 3 3 1 2 21
Juna
10 3 3 3 3 3 2 1 2 20
Kiki
11 3 3 2 2 2 2 2 2 18
Lukman
12 3 3 3 3 3 3 3 2 23
Slamet
13 Fello 3 3 3 3 3 2 2 1 20

14 Bagas 3 3 3 3 3 3 2 1 21

Jumlah 295

Keterangan Indikator :
1. Mengetahui bagaimana caranya menunggu giliran ketika bermain

2. Berani berangkat ke sekolah tanpa diantar

3. Tertib menggunakan alat atau benda mainan sesuai dengan fungsinya

4. Tertib dan terbiasa menunggu giliran antri

5. Memahami akibat jika melakukan pelanggaran

6. Berani bertanggungjawab (tidak menagis karena takut dihukum)

80
7. Mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar (4-8 anak)

8. Terampil memecahkan masalah sederhana

Dari tabel di atas kemudian membuat interval untuk menentukan kategori,


sebagai berikut :

Tabel 4.6

Kategori Hasil Observasi Perbaikan Siklus II

No Interval Kategori Jumlah Anak Prosentase

1 20 - 24 Sangat Berkembang 13 93 %

2 13 - 18 Berkembang 1 7%

3 8 - 12 Belum Berkembang 0 0%

Jumlah 14 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan kecerdasan


interpersonal anak RA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 pada
siklus II secara umum sudah tinggi. Dari data tersebut dapat dilihat, anak yang
sangat berkembang sebanyak 13 anak (93 %) dari jumlah keseluruhan 14 anak.
Anak yang berkembang sebanyak 1 anak (7 %) dari jumlah keseluruhan 14 anak.
Dan belum berkembang sudah tidak ada. Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan bahwa perkembangan kecerdasan interpersonal anak sudah tinggi dan
di atas tingkat ketuntasan 75 %.

Gambar 4.7

Ketuntasan Belajar Anak pada Siklus II

81
100 93 %
90
80
70
60 Sangat Berkembang
50
Berkembang
40
Belum Berkembang
30
20 13
7%
10 1
0
Jumlah %

Keterangan:

1. Rencana perbaikan siklus II

Sesuai dengan rencana dan indikator pembelajaran


2. Pengamatan

Dari hasil pengamatan peneliti dan teman sejawat peningkatan kecerdasan


interpersonal anak sangat maksimal

3. Refleksi

Dalam kegiatan perkembangan kecerdasan interpersonal anak sudah mampu


secara maksimal
4. Keberhasilan peningkatan perkembangan kecerdasan interpersonal permulaa

anak mencapai 93 %.

C. Analisis Data

1. Pembahasan Siklus I

Pada studi awal, anak yang kecerdasan intepersonalnya berkembang hanya


9 anak atau 56 % dari 14 anak yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya
bimbingan orang tua dan metode pembelajaran yang monoton bagi anak. Melihat
perkembangan kecerdasan interpersonal anak yang demikian kiranya diperlukan
tindakan perbaikan pembelajaran yang lebih mudah dan menyenangkan bagi
anak sehingga anak termotivasi untuk mengikutinya dan dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam kecerdasan interpersonal.

82
Pada tindakan perbaikan pengembangan kecerdasan interpersonal dengan
permainan tradisional Terompah panjang siklus I diadakan observasi untuk 14
anak dan hasilnya ada 10 anak (60 %) dapat berkembang dengan mudah.
Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran peneliti
menggunkaan permainan tradisional Terompah panjang menarik anak dalam
bersosialisasi dengan temannya karena dilakukan dengan gembira dan bersama-
sama, sehingga anak akan merasa senang dan mudah dalam berhitung dan
meningkat kecerdasan interpersonalnya.

Di bawah ini peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi
anak yang berkembang dan anak yang belum berkembang pada prasiklus dan
siklus I.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Peningkatan Kecerdasan Interpersonal

Melalui Permainan Tradisional Terompah Panjang

Kegiatan Sangat Belum


No Berkembang
Pembelajaran Berkembang Berkembang

1 Studi awal 3 anak 4 anak 7 anak

(21 %) (28 %) (50 %)

2 Siklus I 4 anak 5 anak 5 anak

(28 %) (36 %) (36 %)

Siklus I menemukan beberapa kekurangan baik yang dilakukan anak


maupun guru antara lain :

a. Dalam melakukan permainan Terompah panjangnya anak masih kaku.

b. Masih ragu-ragu dalam bermain bersama.

c. Keaktifan anak masih kurang.

2. Pembahasan Siklus II

Menurut peneliti pada siklus II terjadi peningkatan yang baik, anak


termotivasi mengikuti permainan tradisional Terompah panjang karena dilakukan
dengan bersama-sama dan menyenangkan, anak yang masih ragu-ragu dan belum
bisa bermain Terompah panjang terlihat lebih mudah dan termotivasi untuk
bermain Terompah panjanng. Peneliti lebih sering menggunakan review
dengan nyanyian

83
untuk memotivasi dan memudahkan anak untuk menggunakan Terompah
panjangdalam bermain.

Setelah diadakan review dan diadakan observasi berulang kali ternyata


pada siklus II ini mengalami peningkatan yang baik. Dari 14 anak yang ada pada
RA Kemuning Sungailiat yang kecerdasan intepersonal dengan permainan
tradisional Terompah panjang bisa dengan kategori berkembang mencapai 9
anak atau 64 %, sedangkan yang dengan kategori belum berkembang ada 5 anak
atau 36 %.

Berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini

Tabel 4.9

Rekapitulasi Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Dengan Permainan


Tradisional Terompah Panjang Studi Awal Sampai Siklus II

No Kegiatan Anak Sangat Anak Anak Belum


Pembelajaran Faham Faham Faham

1 Studi awal 3 anak 4 anak 7 anak

(21 %) (28 %) (50 %)

2 Siklus I 4 anak 5 anak 5 anak

(28 %) (36 %) (36 %)

3 Siklus II 13 anak 1 anak 0

(93 %) (7 %) (0 %)

Jika data perkembangan kecerdasan interpersonal dari studi awal sampai


siklus II di atas dibuat diagram akan terlihat seperti berikut :

Gambar 4.3

Grafik Rekapitulasi Prestasi Studi Awal Sampai Siklus II

84
14 13
12
10
8 7 KONDISI AWAL
6 5 5 SIKLUS I
4 4
4 3 SIKLUS II

2 1
0
0
Sangat Belum
Berkembang Berkembang

Dari diagram tersebut jelas terlihat peningkatan perkembangan kecerdasan


intrepersonal anak dengan menggunakan permainan tradisional Terompah
panjang yang cukup baik dari siklus I ke siklus II yaitu anak yang mampu dan
paham mencapai 100 % atau 14 anak dari 14 anak yang ada.

Untuk memperjelas hasil penelitian, berikut ini data hasil peningkatan


kecerdasan interpersonal dengan permainan tradisional Terompah panjang dari
stadi awal sampai siklus II.

Tabel 4.10

Rekapitulasi Peningkatan Kecerdasan Interpersonal dengan Permainan


Tradisional Terompah Panjang Studi Awal Sampai Siklus II

No Anak Yang
Kegiatan Berkembang dan Anak Yang Belum
Pembelajaran Sangat Berkembang
Berkembang

1 Studi awal 7 anak (50 %) 7 anak (50 %)

2 Siklus I 9 anak (64 %) 5 anak (36 %)

3 Siklus II 14 anak (100 %) 0 (0 %)

Berdasarkan hasil peningkatan kecerdasan interpersonal anak yang telah


mencapai 100 %, maka peneliti memutuskan bahwa penelitian tindakan kelas

85
yang dilaksanakan untuk RA Kemuning Sungailiat berhenti pada siklus II

Peningkatan kecerdasan interpersonal anak pada tindakan perbaikan


pembelajaran siklus I meningkat sebesar 8 % atau sebanyak 2 anak dari
peningkatan kecerdasan interpersonal anak pada studi awal. Dan pada siklus II
naik menjadi 36 % atau sebanyak 5 anak dari siklus I.

Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan


permainan tradisional Terompah panjang sangat memotivasi anak untuk
meningkatkan kecerdasan interpersonal, sehingga anak terbiasa dan senang
menggunakan permainan tradisional Terompah panjang untuk bersosialisasi
dengan teman-temanya.

Pada hasil review akhir siklus II, peningkatan kecerdasan interpersonal


anak dengan permainan tradisional Terompah panjang telah terpenuhi, yaitu dari
14 anak yang meningkat kecerdasan interpersonalnya dengan permainan
Terompah panjang mencapai 14 anak atau 100 %, sehingga perbaikan
pengembangan kecerdasan interpersonal berhenti pada siklus II.

Tindakan perbaikan pengembangan kecerdasan interpersonal dengan


menggunakan permainan tradisional Terompah panjang pada anak RA Kemuning
Sungailiat telah selesai sampai pada siklus II, dari hasil pengamatan yang
telah dilaksanakan, kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar dan
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian, peneliti
mendapatkan beberapa temuan-temuan dari hasil tindakan perbaikan
pengembangan kecerdasan interpersonal yaitu :

a. Anak mampu dan terampil menggunakan permainan Terompah panjang untuk


meningkatkan kecerdasan interpersonalnya.

c. Anak mengetahui bagaimana caranya menunggu giliran ketika bermain.

d. Anak berani berangkat ke sekolah tanpa diantar.

e. Anak terbiasa tertib menggunakan alat atau benda mainan sesuai dengan
fungsinya.

86
f. Anak terbiasan tertib dan terbiasa menunggu giliran antri.
g. Anak dapat memahami akibat jika melakukan pelanggaran.
h. Anak menjadi berani bertanggungjawab (tidak menagis karena takut
dihukum).
i. Anak mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar (4-8 anak).
j. Anak menjadi terampil memecahkan masalah sederhana.

Hal ini terbukti dari studi awal sampai siklus II anak yang meningkat
kecerdasan interpersonalnya dengan permainan tradisional Terompah panjang
mencapai 14 anak atau 100 % .

87
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada akhir skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kecerdasan


Interpersonal Melalui Permainan Tradisional Terompah Panjang pada Kelompok
B RA Kemuning Sungailiat Tahun Pelajaran 2021/2022 ”, maka penulis
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Melalui metode penggunaan permainan tradisional Terompah panjang
dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak RA Kemuning Sungailiat
Tahun Pelajaran 2021/2022 , karena setelah menerapkan permainan tradisional
Terompah panjang, kecerdasan interpersonal anak meningkat. Padastudi awal,
anak yang kecerdasan interpersonalnya berkembang hanya 7 anak atau 50 %
dari 14 anak yang ada. Pada tindakan perbaikan peningkatan kecerdasan
interpersonal dengan metode permainan tradisional Terompah panjang siklus I
diadakan review dan pengamatan untuk 14 anak dan hasilnya ada 9 anak(64 %)
dapat berkembang kecerdasan interpersonalnya. Pada hasil review dan
pengamatan akhir siklus II, peningkatan kecerdasan interpersonal anak dengan
metode permainan tradisional Terompah panjang telah terpenuhi yaitu dari 14
anak yang meningkat kecerdasan interpersonal dengan metode permainan
tradisional Terompah panjang mencapai 14 siswa atau 100 %, menyisakan 0
siswa (0 %), sehingga perbaikan peningkatan kecerdasan interpersonal
berhenti pada siklusII.

B. Saran-Saran

Dari kajian teori dan hasil penelitian lapangan yang peneliti kemukakan,
penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

2. Kepada anak agar lebih aktif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dalam
setiap kegiatan pembelajaran, khususnya dalam permainan tradisional.

88
3. Kepada guru, agar menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan yang
disesuaikan dengan keadaan anak dan membuat perencanaan yang matang
dalam setiap proses kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Kepada Kepala Sekolah, agar melengkapi sarana prasarana bermain anak bagi
peningkatan mutu pembelajaran dengan tanpa mengabaikan permainan-
permainan yang bersifat tradisional.
5. Kepada orang tua agar membantu dan mendukung setiap program sekolah,
khususnya dalam membimbing belajar putra-putrinya dalam meningkatkan
kecerdasan anak.

C. Kata Penutup

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan


kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada akhir penulisan PTK ini peneliti mengharapkan masukan, kritik


dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan. Penulis
menyadari akan adanya kekurangan pada penulisan skripsi ini karena
keterbatasan kemampuan penulis. Akhirnya, penulis berharap semoga karya
sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi peneliti.
Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.

89
90
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fandy, Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, Situs


Pembelajaran Online, diakses tanggal 15 Desember 2106.

Agustin, Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi &


Spiritual, ESQ, Emotional Spriritual Quantient The ESQ Way, (Jakrta:
Arga Tilanta, 2001).

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


Rineka Cipta, 1998).

Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), Cet. I.

Cahyono, Andri Dwi, Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal


terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014, (Skripsi),
(Tulungagung, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung).

Destriati, Anitalia, Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Melalui Metode


Proyek Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Baciro Gondokusuman
Yogyakarta, (skripsi) (Yogyakarta: Progam Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah
Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).

Fadhilah, Elfan, Permainan Terompah Panjang (Bakiak), (Bandung: Program


Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Pendidikan Indonesia, 2015).

Fadli ,Fery, Mengenal Macam-Macam Permainan Tradisional Dan Asal


Daerahnya, www.kotametro. Diakses tanggal 20 Desember 2016. 09.15.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000).

Hendratno, Pengertian dan Manfaat Permainan Tradisonal Menurut Para Ahli,


www.gopena.com diakses tanggal 20 Desember 2016. 08.30.

Hurlock, Elizabet B., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan, Edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 1980)

91
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2106. 20.00.

IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:


Universitas Terbuka, 2008).

Iriyani, Dania, Permainan Bakiak, http://kebudayaanindonesia.net, Dipublish Mei9,


2014.
Muhammad, As’adi, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power
Bookk (IHDINA), 2009).

Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran,(Jalarta:Rhineka Cipta, 2009).

Mutiah, Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010).


Nurila, Manfaat Permainan Tradisional untuk Tumbuh Kembang Anak, www.
nersnurila.wordpress.com. diakses 19 Desember 2016. 10.00.

Papan Visi Misi RA Sabilun Najah Desa Brati Kecamatan Kayen Kabupaten Pati,
yang dikutip pada tanggal 7 Januari 2017

Porosbumi, Pengertian Permainan Tradisional yang Benar Menurut Ahli


mainantradisionalindonesia.wordpress.com/porosbumi.com. diakses
tanggal 19 Desember 2016. 08.00.

Rahman, Ulfiani, Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, (Lentera


Pendidikan, vol. 12 no. 1 Juni 2009).

Ramadhy, Sufyan, Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan ? MetodeBaru untuk


Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia), (Bandung: PT. Sarana Panca
Karya Nusa, 2012).

Riadi, Muchlisin. Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan,


www.kajianpustaka.com. diakses tanggal 10 Desember 2016. 21.15.

Rianto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi


Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).

Riduan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta,


2010).

92
Siswanto, PemberdayaanMasyarakat & Keluarga dalam PAUD, (Jakarta: BuletinPAUD,
2006).

Sumiyati, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta:
Cakrawala Institut, 2014).

Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV Rajawali, 1992). Sugiyono,


Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

R&D, (Bandung: Alfabeta,2010).


Talent Impact, Kecerdasan Interpersonal Sosial, www.mytalentimpact.com.

Diakses 17 Desember 2016. 21.00.


Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Jakarta:MediaWacana,
2002).

Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Jakarta:


Media Wacana, 2003).

Yaumi, Muhammad, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan


Kurikulum 2013 ( Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013).

Yulianti, Enny, Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Melalui Metode Bermain Peran pada Anak
Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013
(Skripsi), (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Sarjana PendidikanAnak
Usia Dini Universitas Negeri Semarang , 2013) 86.

93
LAMPIRAN

94
95

Anda mungkin juga menyukai