PTK Terompah Panjang
PTK Terompah Panjang
Oleh:
RA KEMUNING
SUNGAILIAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan PTK yang
Saya menyadari bahwa PTK ini masih jauh dari sempurna, karena saya
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan PTK ini.
Untaian terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan PTK ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
ABSTRAK........................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 6
A. Latar Belakang......................................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 10
C. Hipotesis Tindakan...................................................................................................10
D. Kajian Pustaka...........................................................................................................11
E. Kerangka Teoretik..................................................................................................... 12
F. Variabel Penelitian.....................................................................................................15
G. Metode Penelitian......................................................................................................24
A. Kecerdasan Interpersonal......................................................................................... 39
B. Teori Belajar.............................................................................................................47
A. Sejarah Singkat.........................................................................................................61
C. Analisis Data........................................................................................................... 77
BAB V PENUTUP...............................................................................................................83
A. Kesimpulan............................................................................................................. 83
3
B. Saran........................................................................................................................83
C. Kata Penutup........................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 85
LAMPIRAN .............................................................................................................................87
4
ABSTRAK
Terompah Panjang.
5
BAB I
PENDAHULUAN
terutama dari kedua orang tuanya. Selanjutnya anak akan berinteraksi dengan
lingkungan keduanya yang tidak lain adalah lembaga pendidikan. Untuk menopang
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan untuk anak usia
3 sampai 6 tahun (PP No. 27/1990 Pasal 6). Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar. Lalu, pendidikan perlu dilakukan bagi anak sejak
1
Ulfiani Rahman, Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, (Lentera Pendidikan, vol. 12 no.
1 Juni 2009), hlm. 46-57.
2
Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Media
Wacana, 2003), hlm.58.
6
Sementara Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dalam pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yakni: Pertama, setiap anak berhak
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; dan kedua, selain hak anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khususnya anak yang menyandang cacat juga
keunggulan juga berhak mendapat pendidikan khusus. Pendidikan anak usia dini
kemampuan tersendiri.3
Pendidikan anak usia dini telah banyak berkembang di masyarakat, baik yang
Bina Keluarga Balita yang dikembangkan oleh BKKBN, Penitipan Anak oleh Depsos
(dulu), TK oleh Depdiknas, TPA oleh Depag, dan Kelompok Bermain oleh
masyarakat.4
Pendidikan anak usia dini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Seperti jumlah anak pada tahun 2002 yang berusia 0-6 tahun (28.311.300 orang),
hanya 5,69 % dilayani TK, 11% sudah masuk SD dan 52,25% dibina melalui
3
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Media Wacana,
2002).
4
Siswanto, PemberdayaanMasyarakat & Keluarga dalam PAUD, (Jakarta: Buletin PAUD, 2006),
hlm.2.
7
pendidikan.5 Namun, pada tahun 2005, UNESCO mencatat bahwa angka partisipasi
PAUD di Indonesia menduduki posisi terendah di dunia (20%). Fenomena yang sama
Saat ini sudah mulai tampak adanya perkembangan yang positif dalam bentuk
akademisi, praktisi dan birokrat. Hal ini terlihat dari pendidikan yang dilalui, yakni:
1. Pada jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-
kecerdasan interpersonal anak, terutama pada pendidikan anak usaha dini yang
berbasis agama, seperti RA Kemuning Sungailiat dan KB yang lain yang ada di
dikembangkan sebagai bekal hidup anak pada kehidupan di masa depan. Kecerdasan
8
dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan
dicapai, dan 3) kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran
tersebut.8
Kecerdasan yang dikembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya
berbeda karena kecerdasan yang dimiliki anak usia dini juga berbeda antara yang satu
cara pandang dan orientasi masa depannya. Dan hal ini semuanya bersumber dari
otak, baik kiri maupun kanan. Karena hanya dengan otak setiap manusia bisa berpikir
dan berbuat segala sesuatu. Maka dari itu, kalau seseorang tidak mempunyai otak,
mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang
lain. Kecerdasan interpersonal ini pun berbeda antara anak yang satu dengan yang
lainnya. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat;
8
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hlm.236.
9
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 67.
9
menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu
pendidikan anak usia juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan
didik yang lain, dan sebagainya. Pada umumnya kecerdasan interpersonal anak di RA
Kemuning Sungailiat sudah baik, namun masih ada beberapa anak yang belum
dapat bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Ada yang sibuk dengan
dirinya sendiri tidak peduli dengan lingkungan sekitar, dan masih ada yang belum
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis ingin
B. Rumusan Masalah
10
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan … hlm. 57.
10
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka
TahunPelajaran 2021/2022 ?
C. Hipotesis Tindakan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul".12 Menurut Sutrisno Hadi,
Hipotesis artinya "Dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah".13
terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris".14
1. Tujuan Penelitian
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 67.
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 63.
14
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV Rajawali, 1992), hlm.69.
11
a. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal anak
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis
interpersonal anak.
b. Secara Praktis
1) Bagi Guru
dini.
interpersonal.
interpersonal anak.
3) Bagi Anak
12
a) Sebagai informasi dalam mengetahui perkembangan peningkatan
kecerdasan interpersonal.
usia dini.
4) Bagi lembaga
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam hal ini penulis tekankan pada telaah penelitian
sebelumnya yang merupakan ulasan yang mengarah kepada pembahasan karya ilmiah
(skripsi) periode sebelumnya, sehingga akan diketahui titik perbedaan yang jelas.
Pertama, skripsi yang telah ditulis oleh Saudara Anitalia Destriati, Mahasiswa
Progam Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan
meningkat setelah adanya tindakan melalui metode proyek. Pada saat dilakukan
pengarahan aktif dilakukan pada saat kegiatan pengembangan dan pemberian reward
pada saat kegiatan penutup.15 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian
yang akan penulis lakukan adalah pada obyek penelitian dan pada metode yang
meneliti aspek kecerdasan interpersonal dan penelitian ini bersubyek anak usia dini.
Terompah panjang, sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan layak
untuk diteliti.
Kedua, skripsi yang telah ditulis oleh Enny Yulianti, Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Program Studi Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri
Bermain Peran pada Anak Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang
bahwa dengan metode bermain peran dapat dikatakan berhasil dalam rangka
meningkatkan kecerdasan spiritual anak, untuk itu disarankan pada semua guru dapat
memberikan kegiatan bermain peran yang menarik dan menyenangkan anak, selain
itu guru juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan
15
Anitalia Destriati, Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Melalui Metode Proyek Pada Anak
Kelompok B TK Kusuma Baciro Gondokusuman Yogyakarta, (Yogyakarta: Progam Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).
14
menyenangkan anak.16 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan penulis lakukan juga pada obyek penelitian dan pada metode yang digunakan
dalam tindakan, yaitu penggunaan metode bermain peran, sedangkan penelitian yang
Skripsi karya Enny Yulianti ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang
meneliti aspek kecerdasan interpersonal dan penelitian ini bersubyek anak usia dini.
interpersonal menggunakan metode bermain peran dan subyeknya anak usia 4-5tahun,
permainan tradisional Terompah panjang yang subyeknya anak kelompok B usia rata-
rata 5-6 tahun, sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan layak untuk
diteliti.
Ketiga, skripsi yang telah ditulis oleh Andri Dwi Cahyono, Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, yang berjudul : Pengaruh
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai Fhitung=17,7 pada taraf sigifikansi 5%.
Dengan demikian F hitung (12,1) > Ftabel (3,30), sehingga dapat disimpulkan bahwa
16
Enny Yulianti, Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Melalui Metode Bermain Peran pada
Anak Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013 (Skripsi),
(Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Sarjana PendidikanAnak Usia Dini Universitas
Negeri Semarang , 2013), hlm. 86.
15
0,98X1+0,85X2 adalah persamaan regresi yang signifikan yang artinya persamaan
variabel X1 dan X2.17 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan penulis lakukan juga pada pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif
Persamaan dari penelitian Andri Dwi Cahyono dan penelitian yang peneliti
Sedangkan perbedaann dari penelitian Andri Dwi Cahyono dengan penelitian ini
adalah, pertama dari segi metode, Andri Dwi Cahyono menggunakan Metode
penelitian Andri Dwi Cahyono di lakukan pada siswa kelas XI IPA SMA, dan
penelitian yang penulis lakukan pada anak usia dini kelompok B. Jadi indikator
pembanding atas penelitian yang akan penulis lakukan, dan menurut hemat penulis
E. Kerangka Teoretik
1. Kecerdasan Interpersonal
17
Andri Dwi Cahyono, Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014,
(Skripsi), (Tulungagung, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung.
16
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan
abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan
tersebut.18
Danah Zohar dan Ian Marshal sebagaimana dikutip oleh Ari Ginanjar
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
ini sebenarnya sangat identik dengan pola persahabatan yang baik dan
18
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hlm.236.
19
Ari Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual, ESQ,
Emotional Spriritual Quantient The ESQ Way, (Jakrta: Arga Tilanta, 2001), hlm. 57.
17
merupakan sebuah sikap atau pola hidup sosial yang sangat baik dengan orang
yang digunakan oleh para konselor dan motivator dalam menjalin hubungan
emosianal lebih dekat dengan kliennya. Bahkan para psikolog dan sosiolog
maka mereka tidak akan pernah bisa melakukan berbagai tindakan dan
adalah orang tua dan para guru. Kalau orang tua memberikan didikan yang
individualis dan tidak pernah mengajarkan untuk bersahabat dengan baik pada
teman-temannya, maka anaknya akan mengikuti pola itu. Begitu pun dengan
guru di sekolah, kalau ia tidak pernah memperhatikan sikap yang demikian itu
terjadi pada anak didiknya, maka siswanya akan tetap dengan pola hidup
seperti itu. Tetapi, kalau orang tua maupun guru dapat memberikan didikan
ini, maka anak Anda akan menjadi anak yang mempunyai kecerdasan
20
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 103-104.
21
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan …., hlm. 106.
18
interpersonal. Sebab, memang tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak akan
2. Permainan Tradisional
perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain dan dukungan orang
tentang orientasi bermain pada masa lalu dan masa depan. Para ahli
mempunyai cara pandang dan pemikiran yang berbeda tentang bermain. Hal
Walaupun ada kelemahan pada teori tersebut, tetapi tiap teori bermanfaat dan
menyesuaikan (adaptasi).24
menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Plato
22
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan…, hlm. 107.
23
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 91.
24
Diana Mutiah, Psikologi Bermain …, hlm. 91.
19
anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara
miniatur balok-balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan
emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan
didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni dimasa dewasa
Reusseau, Pestalozzi dan Frobel (abad ke-18 & awal abad ke-19) akhirnya
lambat laun para pendidik dapat menerima pendapat bahwa pendidikan untuk
anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak. Frobel
maupun mainan yang yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik
25
Diana Mutiah, Psikologi…, hlm. 92.
26
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 93.
20
b. Jenis-Jenis Permainan
sensorimotor mereka.
sepanjang hayat.
dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah
ciptaan sendiri.
27
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 139-140.
21
Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak,
memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial
berbicara dan berinteraksi dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini
struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna
d. Permainan Bakiak
28
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 137.
29
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
30
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
22
Permainan Terompah merupakan permainan tradisional Indonesia
dari papan bertali karet yang panjang. Alat yang digunakan yaitu berupa
sandal yang dibuat dari kayu. Sepasang sandal dapat di pakai untuk 3 sampai
pasang sandal secara bersamaan. Kelomok atau regu yang mencapai garis
tersebut.31
sepanjang perairan Sungai Rokan, baik Rokan Kiri maupun Rokan Kanan,
adalah untuk berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk sikap kerja
Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak, remaja, dewasa putra dan
putri.32
Guru belum
Kondisi Awal Kecerdasan
menggunakan
penerapan interpersonal anak
permaian rendah
tradisional bakiak
31
Dania Iriyani, Permainan Bakiak, http://kebudayaanindonesia.net, Dipublish Mei 9, 2014
diakses pada hari Kamis, tanggal 3 November 2016 pukul 14.30.
23
32
Elfan Fadhilah, Permainan Terompah Panjang (Bakiak), (Bandung: Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hlm. 2.
24
panjang
Siklus I:
Guru menerapkan Dilakukan dalam dua
permainan kelompok kecil
Tindakan tradisional
Terompah
panjang Siklus II:
Dilakukan dalam dua
kelompok besar
Terompah panjang, pada saat itu kecerdasan interpersonal anak rendah. Kemudian
interpersonal anak.
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitia.33 Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang
25
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm.161.
26
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang laina tau satu obyek dengan obyek
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau yang menjadi atau
2. Variabel terikat (Y) atau dependen sering disebut sebagai variabel output,
kriteria. Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.36 Dalam penelitian ini variabel
Operasional variabel yaitu satu definisi yang diberikan pada sebuah variabel
3. Anak bermain antara satu kelompok dengan kelompok lain hingga sampai
garis finis.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2010) hlm.60.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm.61.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm.61.
27
Sedangkan operasional variabel tersebut yaitu kecerdasan interpersonal terdapat
beberapa indikator yang dijadikan acuan pada penelitian ini untuk mengetahui
G. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
mencakup empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah:
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting).38
2. Seting Penelitian
37
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), Cet. I, hlm.12.
38
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan...,hlm.25.
28
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B RA Kemuning Sungailiat
Tahun Pelajaran 2021/2022 . Penelitian dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas
yang diajar oleh guru sebagai peneliti karena sebagian besar anak belum
dari 6 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Objek penelitiannya adalah proses
2021/2022 .
4. Sumber Data
oleh peneliti.39 Sumber data primer ini peneliti peroleh melalui person berupa
berupa kata-kata, ucapan lisan dan perilaku dari subyek yang diteliti. Adapun
permainan Terompah panjang diperoleh dari guru kelas, kepala RA dan dari
siswa.
tangan kedua.40 Sumber data sekunder ini peneliti peroleh melalui place dan
paper, yaitu data yang berasal dari dokumen-dokumen, foto, buku panduan
39
Riduan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 24.
29
40
Riduan, Skala Pengukuran ..., hlm, 24.
30
pengembangan kecerdasan interpersonal anak, alat peraga dan rekaman-
seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
yaitu : observasi, wawancara, kajian dokumen dan tes yang masing-masing secara
a. Observasi.
b. Penilaian Indikator
c . Wawancara.
d. Dokumentasi.
31
Dokumentasi dilakukan terhadap kurikulum RKH, model pembelajaran
6. Rencana Tindakan
tiga siklus, yaitu: Siklus I, Siklus II dan Siklus III, yang dapat dilihat melalui
skemaberikut:
Siklus I
Rencana tindakan I
Permasalahan Pelaksanaan
Alternatif pemecahan
tindakan I
Pengamatan atau
pengumpulan
Refleksi I Analisa data I data I
32
Siklus II
Belum
Terselesaikan Rencana tindakan II
Alternatif Pelaksanaan
pemecahan tindakan II
Siklus III
Belum
Terselesaikan Rencana tindakan III
Alternatif Pelaksanaan
pemecahan tindakan III
a. Siklus III
33
Dari skema di atas, dapat dilihat masing-masing siklus melalui empat
Siklus I
a. Perencanaan
meningkatkankecerdasan interpersonal.
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
dilaksanakan.
Siklus II
34
Pada siklus dua adalah merupakan tahapan kedua dalam siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini peneliti lakukan karena dalam
berikut:
a. Perencanaan
satu.
b. Pelaksanaan
siklus satu.
c. Pengamatan
Terompah panjang.
d. Refleksi
Siklus III
35
Pada siklus dua adalah merupakan tahapan kedua dalam siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini peneliti lakukan karena dalam
berikut:
a. Perencanaan
satu.
b. Pelaksanaan
siklus satu.
c. Pengamatan
Terompah panjang.
d. Refleksi
Instrumen Penelitian
a. Instrumen Siklus I
36
Adapun instrumen penilaian siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Siklus I
Kategori
No. Aspek Penilaian BSB
BB MB BSH
Keterangan :
b. Instrumen Siklus II
Tabel 3
37
Instrumen penilaian anak
Siklus II
38
Kategori BSB
No. Aspek Penilaian
BB MB BB
Keterangan :
Tabel 4
39
Instrumen penilaian anak
Siklus III
40
Kategori BSB
No. Aspek Penilaian
BB MB BB
Keterangan :
merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang
41
dapat dipercaya dan benar.41 Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
M
X
N
Keterangan : M = nilai rata-rata
= jumlah sanak42
9. Indikator Keberhasilan
41
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), hlm.54.
42
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan..., hlm. 40.
42
maupun di luar kegiatan belajar mengajar dan evaluasi kegiatan dalam bentuk
interpersonal anak.
sebagai berikut :
panjang diatas 75
%.
berkembang.
43
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Interpersonal
1. Teori Kecerdasan
umum, overall single score, yang merupakan skor tunggal yang umum disebut IQ
(Intelligence Quoentent), dan sekarang teori ini sudah out of date. Pada akhir abad
ke-20, Howard Gardner mengatakan bahwa bukan hanya lebih dari satu bakat
atau kecerdasan yang ada sejak lahir, tetapi sebenarnya terdapat lebih dari satu
diantaranya :
43
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 13-14.
44
Sufyan Ramadhy, Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan ? MetodeBaru untuk
Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia), (Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2012), hlm. 118-119.
44
Kemudian pada tahun 1995, Daniel Goleman berhasil menyodorkan teori
kecerdasan baru yaitu kecerdasan Adversity atau Adversity Quontien (AQ) dalam
kesuksesan hidup.46
perkembangan yang pesat sejalan dengan berbagai penemuan dan penelitian para
ahli tentang otak manusia. Seorang psikolog yang juga ahli geologi dari Harvard
Spiritual atau Spiritual Quontient (SQ) sebagai “the ultimate intelligence” atau
bukan hanya melalui satu channel (sambungan) tetapi tetapi multi channel.
Melalui berbagai inteligensi yang jamak itu informasi yang masuk melalui
neuron-neuron sekitar 100 hingga 200 miliar, maka sebenarnya dapat menangkap
45
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 119.
46
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 119.
47
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 120.
45
semua informasi secara jamak juga. Faktor lingkungan bukan hanya satu arah,
faktor internal.48
serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki
Danah Zohar dan Ian Marshal sebagaimana dikutip oleh Ari Ginanjar
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
48
Diana Mutiah, Psikologi…. hlm. 14.
49
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran …. hlm. 236.
50
Ari Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual, ESQ,
Emotional Spriritual Quantient The ESQ Way, (Jakrta: Arga Tilanta, 2001), hlm. 57.
46
sekitarnya. Dengan kecerdasan interpersonal yang baik, seseorang akan
dengan pola persahabatan yang baik dan merupakan sebuah sikap atau pola hidup
sosial yang sangat baik dengan orang lain. Banyak orang menilai bahwa
berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami
dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan
orang lain.52
maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan
gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam
berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang
lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan
51
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda, (Yogyakarta: Power Bookk
(IHDINA), 2009), hlm. 103-104.
52 Fandy Achmad, Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, Situs Pembelajaran Online,
47
umumnya dapat memimpin kelompok. Contoh orang yang mempunyai
maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan
gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam
berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang
lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan
sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan
orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang
kecerdasan interpersonal ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, selain
teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Orang
53
Muchlisin Riadi, Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan, www.kajianpustaka.com. diakses
tanggal 10 Desember 2018. 21.15.
54
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2018. 20.00.
48
terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada
kecerdasan ini sangatlah mudah bersosialisasi, berbaur dengan orang lain, serta
digunakan oleh para konselor dan motivator dalam menjalin hubungan emosianal
lebih dekat dengan kliennya. Bahkan para psikolog dan sosiolog pun
Dan kalau mereka tidak menggunakan kecerdasan interpersonal ini, maka mereka
tidak akan pernah bisa melakukan berbagai tindakan dan analisis terhadap
interpersonal sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, yang dalam hal ini adalah
orang tua dan para guru. Kalau orang tua memberikan didikan yang individualis
55
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2108. 20.00.
56
Talent Impact, Kecerdasan Interpersonal Sosial, www.mytalentimpact.com. Diakses 17
Desember 2018. 21.00.
57
As’adi Muhammad, Menghidupkan Otak Kanan … hlm. 106.
49
dan tidak pernah mengajarkan untuk bersahabat dengan baik pada teman-
temannya, maka anaknya akan mengikuti pola itu. Begitu pun dengan guru di
sekolah, kalau ia tidak pernah memperhatikan sikap yang demikian itu terjadi
pada anak didiknya, maka siswanya akan tetap dengan pola hidup seperti itu.
Tetapi, kalau orang tua maupun guru dapat memberikan didikan atau atau pola
memang tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak akan mengikuti pola hidup
Tabel 2.1
ialah :
(mudah bersosialisasi).
intim/mendalam/penuh makna.
51
f. Memiliki keterampilan komunikasi (mampu mendengarkan, berbicara, dan
Relation), dan orang yang senang bergaul. Sosok yang terkenal memiliki
kecerdasarn interpersonal Oprah Winfrey (pembawa acara talk show. Adapun ciri
kepada anak yang memiliki kecerdasan interpersonal agar mudah dalam belajar
untuk :
60
Talent Impact, Kecerdasan Interpersonal Sosial, www.mytalentimpact.com. Diakses 17
Desember 2018. 21.00.
61
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 169.
52
e. Bekerja dalam tim.
B. Teori Belajar
1. Pengertian Belajar
belajar yang dapat dijadikan dasar dalam desain pembelajaran antara lain :
dapat diamati, yakni perilaku peserta didik beserta anteseden dan konsekuensi
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut kaum
behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil
hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai
2. Teori Kognitivisme
62
Sufyan Ramadhy, Bagaimana … hlm. 170.
63
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan
dengan Kurikulum 2013 ( Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013) hlm. 26-28.
53
Teori cognitif loard theory ( teori muatan konitif ), pertama kali dikenal pada
tahun 1980-an dan terus mengalami yang substansial pada tahun 1990-an dan
berlangsung hingga saat ini oleh kebanyakan para peneliti di seluruh dunia.
Untuk memahami teori muatan kognitif lebih jauh, Renkl dan Sweller
elemen ditunjukkan dengan interaksi antara hakikat dari materi yang sedang
kognitif efektif, merupakan hasil dari proses kognitif yang bermakna seperti
3. Teori Konstruktivisme
periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Setiap anak melewati empat
tahap perkembangan, yaitu1) sensori motor (umur 0-2 tahun), 2) operasi awal
64
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 35-37.
54
adalah untuk mendidik individu anak dengan cara mendukung minat dan
kebutuhan. Oleh karena itu, anak adalah subyek studi dan perkembangan kognitif
tindakan, maka belejar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipe lajari
semangat dan minat anak dalam belajar perlu adanya tehnik-tehnik yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik agar peserta didik semangat dalam mengikuti
65
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 40-49.
66
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA, Prinsip-prinsip Desain…, hlm. 27.
67
Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jalarta:Rhineka Cipta, 2009). hlm. 7.
55
kegiatan belajar diantaranya adalah melakukan kegiatan belajar melalui kegiatan
bermain.
2. Teori Bermain
perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain dan dukungan orang dewasa
bermain pada masa lalu dan masa depan. Para ahli mempunyai cara pandang dan
pada teori tersebut, tetapi tiap teori bermanfaat dan memberikan sumbangan
sesuai dengan budaya Indonesia umumnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-
68 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm. 91.
69
Diana Mutiah, Psikologi Bermain …, hlm. 91.
56
nilai kebersamaan dan kegitatan sosial, yang dimainkan orang Indonesia
pada suatu daerah tertentu yang berdasarkan kepada tradisi dan budaya daerah
sebenarnya selalu berkaitan dengan alam, karena setiap bahan atau material yang
oleh Hendtratno adalah salah satu bentuk permainan berupa permainan anak-anak
yang beredar baik secara lisan maupun secara anggota kolektif yang berbentuk
70
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam Permainan Tradisional Dan Asal Daerahnya,
www.kotametro. Diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.
71
Nurila, Manfaat Permainan Tradisional untuk Tumbuh Kembang Anak, www.
nersnurila.wordpress.com. diakses 19 Desember 2018. 10.00.
72
Hendratno, Pengertian dan Manfaat Permainan Tradisonal Menurut Para Ahli,
www.gopena.com diakses tanggal 20 Desember 2018. 08.30.
57
merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang didalamnya banyak
memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang memainkannya. Selain
demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan pun relatif
sederhana.73
setiap anak yang ditunjukkan dalam perilaku penyesuaian sosial dengan tetap
menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Platoanak-
anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel
kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantarkan anak tersebut
tertahan dan menyalurkan perasaan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan
73
Porosbumi, Pengertian Permainan Tradisional yang Benar Menurut Ahli
mainantradisionalindonesia.wordpress.com/porosbumi.com. diakses tanggal 19 Desember 2018. 08.00.
74
Porosbumi, Pengertian Permainan …. diakses tanggal 19 Desember 2018. 08.00.
58
perasaan yang tidak dapat dinyatakan ke arah yang baik. Aristoteles juga
berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang
akan mereka tekuni dimasa dewasa nanti. Berkat tokoh-tokoh pendidikan seperti
Comenus (abad ke-17), Reusseau, Pestalozzi dan Frobel (abad ke-18 & awal
abad ke-19) akhirnya lambat laun para pendidik dapat menerima pendapat bahwa
pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan
maupun maupun mainan yang yang dinikmati anak dapat digunakan untuk
yang tertentu, akibatnya apa yang dikemukakan oleh Fobel bahwa bermain dapat
Permainan tradisonal ini mimiliki banyak manfaat dan sangat baik bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak, baik itu secara fisik ataupun secara mental.
Permainan tradisonal bisa melatih otak kanan dan otak kiri si anak sehingga
75
Diana Mutiah, Psikologi…, hlm. 92.
76
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 93.
59
seimbang. Selain itu, melalui kegiatan permainan tradisional disitu akan ada yang
tradisional dan atau berdasarkan daerah asalnya, tentu dapat memberikan mereka
tentang permainan tradisional juga tetap terjaga utuh atau mungkin bertambah.78
tradisional sangat sederhana dan mudah didapat. Namun melalui hal ini
akan lebih seru jika dilakukan lebih dari dua orang, (kebetulan juga memang
78
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam … diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.
60
berinteraksi dengan anak-anak lain dilingkungannya. suatu hal yang harus
seperti melompat, berlari, berjongkok, dan meloncat. Selain itu, bermain juga
lebih sehat, mereka bisa berlari dan kemari serta menggerakkan tubuh.
dilakukan. Karena biasanya anak yang curang akan terkena sangsi dari teman-
temannya, bahkan bisa-bisa mereka tak akan mau lagi mengajak anak tersebut
bermain.
melakukan kesalahan, hal itu bisa melatih anak untuk sabar dan berusaha
i. Lebih Santai. Permainan tradisional itu tidak mengenal waktu dan tempat,
pada listrik atau cuaca, bahkan ketika hujan pun mereka masih bisa bermain.
anak lebih percaya diri, karena setiap anak yang bermain pernah merasakan
61
kemenangan dan mengungguli teman-teman lainnya, ini sangat baik untuk
tersebut, apalagi di jaman yang sudah sangat maju seperti ini. .79
5. Jenis-Jenis Permainan
mereka.
teman sebaya.
suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan
sendiri.
79
Nurila, Manfaat Permainan Tradisional untuk Tumbuh Kembang Anak, www.
nersnurila.wordpress.com. diakses 19 Desember 2018. 10.00.
62
g. Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
Permainan tradisonal ini mimiliki banyak manfaat dan sangat baik bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak, Baik itu secara fisik ataupun secara
mental. Permainan tradisonal bisa melatih otak kanan dan otak kiri si anak
secara seimbang.81
berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan
dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikkan
permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang sangat berguna, menolong
80
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 139-140.
81
Hendratno, Pengertian dan Manfaat Permainan Tradisonal Menurut Para Ahli,
www.gopena.com diakses tanggal 20 Desember 2016. 08.30.
82
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 137.
63
Dalam konteksi ini anak leluasa mengemukakan perasaan-perasaan mereka
sebenarnya.83
struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna
7. Permainan Bakiak
Barat, Terompah disebut terompa galuak yang merupakan terompah deret dari
papanbertali karet yang panjang. Alat yang digunakan yaitu berupa sandal yang
dibuat dari kayu. Sepasang sandal dapat di pakai untuk 3 sampai dengan 5 orang
anak. Permainan ini melatih kekompakan serta konsentrasi anak, karena anak-
anak diajarkan untuk berjalan bersama dengan satu pasang sandal secara
bersamaan. Kelomok atau regu yang mencapai garis finish paling pertama dengan
perairan Sungai Rokan, baik Rokan Kiri maupun Rokan Kanan, Kabupaten
83
Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
84 Diana Mutiah, Psikologi …, hlm. 138.
85
Dania Iriyani, Permainan Bakiak, www. kebudayaanindonesia.net, diakses tanggal 3 November
2018 pukul 14.30.
64
berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk sikap kerja sama (kekompakan
Menurut Fery Fadli, Terompah panjang atau yang sering disebut terompa
galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang
pertengahan tahun 1970- an, sering dan biasa memainkan Terompah atau
terompah panjang ini. Bahkan, Terompah panjang ini menjadi salah satu mata
kecamatan.87
86
Elfan Fadhilah, Permainan Terompah Panjang (Bakiak), (Bandung: Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), hlm. 2.
65
87
Fery Fadli, Mengenal Macam-Macam … diakses tanggal 20 Desember 2018. 09.15.
66
BAB III
1. Metode Penelitian
Metode dan rancangan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK) difokuskan pada anak-anak, untuk memperbaikiatau meningkatkan mutu pelajaran di
kelas Kemmis, 1988 (dalam Masnur, 2008:8). Penelitian ini diawali dengan melakukan
observasi dalam proses belajar mengajar di kelas dari masalah yang nampak dalam mengatasi
agar dapat terlaksana perencanaan belajar mengajar yang baik, untuk memecahkan ini
peneliti membuat rencana baru yang lebih mendorong pencapaian tujuan.
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan
2 siklus, setiap siklus menggunakan langkah berikut, yaitu:
a. Perencanaan perbaikan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan melalui intervensi di dalam kelas.
c.Melakukan observasi dan evaluasi terhadap intervensi tindakan didalam kelas.
d. Melakukan refleksi berdasakan hasil evaluasi.
Gambar 3.1 Bagan Penetilian Tindakan Kelasmenurut , Suyanto (2008:56)
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
1. Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
9. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B RA
Kemuning Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka berjumlah 14 orang anak, yang terdiri
atas 9 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Jika ditinjau dari usia kelompok B
rata-rata berumur 5-6 tahun.
Proses belajar mengajar di RA Kemuning ini dilaksanakan pada pagi hari dari jam 07.30 WIB
68
– jam 10.30 WIB,
10. Prosedur penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di perkenalkan oleh arikunto, (2006:102) terdiri
atas 4 kegiatan yang akan dilakukan dengan siklus berulang, kegiatan utama dalam siklus
yaitu : a) Perencanaan, b)Pelaksanaan, c) Observasi dan Evaluasi, d)Refleksi yaitu:
a. Siklus 1
• Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian langkah awal sebelum melakukan penelitian,
harus mempersiapkan: (1) RKH, (2) RKM melaksanakan tindakan perbaikan
perkembangan kecerdasan interpesonal melalui permainan tradisional Terompah
panjang
• Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
aksi/tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
• Kegiatan awal
Dalam kegiatan pembukaan terlebih dahulu dilakukan pemanasan motorik kasar.
kemudian masuk kelas, peneliti menyapa dan memberi salam selanjutnya berdoa
bersama. Bernyanyi bersama, pengenalan hari, tanggal, bulan dan tahun,
menyebutkan tata tertib kelas. Kemudian guru bersama anak berdiskusi tentang
permainan Terompah yang akan dilakukan sewaktu pelaksaan , sehingga mereka
mengerti tujuan pembelajaran yang akandicapai.
• Kegiatan inti
Guru menjelaskan tentang permainan bakiak. Dan guru juga melakukan tanya
jawab ssuai materi yang diajaraknn tersebut.
• Kegiatan istirahat/makan
Kegiatan ini dapat digunakan anak untuk bermain dengan alat permainan
ataupun tanpa menggunakan alat, Setelah kegiatan bermain ada kegiatan makan,
sebelum makan anak- anak disuruh mencuci tangan, membaca doa sebelum dan
sesudah makan, peneliti menyampaikan tata tertib makan.
• Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir ini guru mengajak ajak anak untuk berdiskusi atau mereviu
tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan guru bertanya apakah anak ibu guru sudah
69
bisa semuamelakukan tugasnya tadi dan apakah ada anak ibu yang belum selesai atau
tidak bisa mengerjakan tugasnnya. Dan setelah itu guru menyampaikan kegiatan
untuk esok harinya, pesan dan kesan, beryanyi lagu hari sudah siang, membaca do’a
pulang, salam, dan pulang.
• Observasi dan Evaluasi
Guru melakukan observasi dan evaluasi yaitu mengisi format observasi
tahapan kegiatan yang dilakukan anak, serta mengamati dan mengisi format aktivitas
dan proser belajar serta mengisi format lembar observasi guru. Dan menjawab
pertanyaan hasil pengamatan.
• Refleksi
Pada tahap ini dilakukan refleksi analisis terhadap data yang telah diperoleh
selama pembelajaran dan observasi. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Data-data yang telah diproses itu
digunakan untuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada, mengkaji apa yang telah
terjadi dan belum terjadi, mengapa terjadi demikian dan langkah apa saja yang perlu
dilakukan untuk perbaikan. Hasil refleksi pada siklus 1 ternyata hasilnya belum sesuai
harapan ini digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya atau akan
merencanakan tindakan untuk siklus selanjutnya (siklus II).
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
a. Observasi
Penelitian Tindakan Kelas teknik yang sangat penting dalampengumpulan data yaitu
pembelajaran yang sedang berlangsung baik aktivitas guru maupun aktivitas anak.
b. Dokumentasi
1. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila indikator lebih dari (80%) anak dari
2. Lebih dari (80%) anak dari jumlah 14 orang anak dapat mengerti cara dan aturan dalam
Lebih dari (80%) anak dari jumlah 14 orang anak mampu memehami car permainan dan
atuuran yang harus di jalani dalam permainan Terompah .
71
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan.
Tabel 4.1
No Komponen Keterangan
2. Tindakan.
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Pertemuan ketiga
Tahap inti : anak bermain Terompah panjang, guru sifatnya mengamati dan
membantu anak yang mengalami kesulitan
3. Observasi
mencatat apa saja yang diamati pada saat proses kegiatan berlangsung ke dalam
bersifat fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke
73
dalam jurnal, yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada saat proses kegiatan
berlangsung.
Tabel 4.2
1 3 2 3 3 2 3 3 2 21
Azzahra
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Bilqis
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8
cika
4 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Dita
5 2 1 1 2 1 1 1 1 10
Febri
6 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Egi
7 2 1 1 1 1 1 1 1 9
Haris
8 2 2 2 2 2 2 2 1 15
Iqbal
9 2 2 2 2 2 2 2 2 16
Juna
10 2 2 2 2 2 2 2 3 17
Kiki
11 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Lukman
12 3 3 3 3 3 3 3 2 23
Slamet
13 Fello 2 2 2 2 2 2 2 2 16
74
14 Bagas 2 1 3 3 3 2 2 1 17
Jumlah 252
Keterangan Indikator :
1. Mengetahui bagaimana caranya menunggu giliran ketika bermain
nt nr 1
Interval =
N
Nilai tertinggi = 24
Nilai terendah = 8
Option kategori = 4
75
Tabel 4.3
Siklus I
1 20 - 24 Sangat Berkembang 4 28 %
2 13 - 18 Berkembang 5 36 %
3 8 - 12 Belum Berkembang 5 36 %
Jumlah 14 100 %
Gambar 4.1
76
40
36 3%6 %
35
30 28 %
25 Sangat
Berkembang
20 Berkembang
15
Belum
10 Berkembang
5 5
5 4
0
Jumlah %
Keterangan:
5. Kegagalan
6. Refleksi.
77
Temuan pada siklus I ini diperoleh peningkatan perkembangan
kecerdasan interpersonal permulaan dengan menggunakan permainan tradisional
Terompah panjang di RA Kemuning Sungailiat , terdapat 5 anak (36 %)
yang belum berkembang, dan 9 anak (64%) yang berkembang dan sangat
berkembang. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus II.
B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Tabel 4.4
No Komponen Keterangan
2. Tindakan
78
Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan ke dua
c. Pertemuan ketiga
Tahap inti : anak bersama teman beregu melakukan permainan Terompah panjang.
3. Observasi
Tabel 4.5
1 3 2 3 3 2 3 3 2 21
Azzahra
2 3 2 3 3 2 3 1 2 20
Bilqis
79
3 3 3 3 3 3 2 2 3 22
cika
4 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Dita
5 3 3 3 3 3 1 2 2 20
Febri
6 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Egi
7 3 3 3 3 3 3 1 1 20
Haris
8 3 3 3 3 3 3 1 1 20
Iqbal
9 3 3 3 3 3 3 1 2 21
Juna
10 3 3 3 3 3 2 1 2 20
Kiki
11 3 3 2 2 2 2 2 2 18
Lukman
12 3 3 3 3 3 3 3 2 23
Slamet
13 Fello 3 3 3 3 3 2 2 1 20
14 Bagas 3 3 3 3 3 3 2 1 21
Jumlah 295
Keterangan Indikator :
1. Mengetahui bagaimana caranya menunggu giliran ketika bermain
80
7. Mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar (4-8 anak)
Tabel 4.6
1 20 - 24 Sangat Berkembang 13 93 %
2 13 - 18 Berkembang 1 7%
3 8 - 12 Belum Berkembang 0 0%
Jumlah 14 100 %
Gambar 4.7
81
100 93 %
90
80
70
60 Sangat Berkembang
50
Berkembang
40
Belum Berkembang
30
20 13
7%
10 1
0
Jumlah %
Keterangan:
3. Refleksi
anak mencapai 93 %.
C. Analisis Data
1. Pembahasan Siklus I
82
Pada tindakan perbaikan pengembangan kecerdasan interpersonal dengan
permainan tradisional Terompah panjang siklus I diadakan observasi untuk 14
anak dan hasilnya ada 10 anak (60 %) dapat berkembang dengan mudah.
Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran peneliti
menggunkaan permainan tradisional Terompah panjang menarik anak dalam
bersosialisasi dengan temannya karena dilakukan dengan gembira dan bersama-
sama, sehingga anak akan merasa senang dan mudah dalam berhitung dan
meningkat kecerdasan interpersonalnya.
Di bawah ini peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi
anak yang berkembang dan anak yang belum berkembang pada prasiklus dan
siklus I.
Tabel 4.8
2. Pembahasan Siklus II
83
untuk memotivasi dan memudahkan anak untuk menggunakan Terompah
panjangdalam bermain.
Tabel 4.9
(93 %) (7 %) (0 %)
Gambar 4.3
84
14 13
12
10
8 7 KONDISI AWAL
6 5 5 SIKLUS I
4 4
4 3 SIKLUS II
2 1
0
0
Sangat Belum
Berkembang Berkembang
Tabel 4.10
No Anak Yang
Kegiatan Berkembang dan Anak Yang Belum
Pembelajaran Sangat Berkembang
Berkembang
85
yang dilaksanakan untuk RA Kemuning Sungailiat berhenti pada siklus II
e. Anak terbiasa tertib menggunakan alat atau benda mainan sesuai dengan
fungsinya.
86
f. Anak terbiasan tertib dan terbiasa menunggu giliran antri.
g. Anak dapat memahami akibat jika melakukan pelanggaran.
h. Anak menjadi berani bertanggungjawab (tidak menagis karena takut
dihukum).
i. Anak mampu memimpin kelompok bermain yang lebih besar (4-8 anak).
j. Anak menjadi terampil memecahkan masalah sederhana.
Hal ini terbukti dari studi awal sampai siklus II anak yang meningkat
kecerdasan interpersonalnya dengan permainan tradisional Terompah panjang
mencapai 14 anak atau 100 % .
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
Dari kajian teori dan hasil penelitian lapangan yang peneliti kemukakan,
penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
2. Kepada anak agar lebih aktif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dalam
setiap kegiatan pembelajaran, khususnya dalam permainan tradisional.
88
3. Kepada guru, agar menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan yang
disesuaikan dengan keadaan anak dan membuat perencanaan yang matang
dalam setiap proses kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Kepada Kepala Sekolah, agar melengkapi sarana prasarana bermain anak bagi
peningkatan mutu pembelajaran dengan tanpa mengabaikan permainan-
permainan yang bersifat tradisional.
5. Kepada orang tua agar membantu dan mendukung setiap program sekolah,
khususnya dalam membimbing belajar putra-putrinya dalam meningkatkan
kecerdasan anak.
C. Kata Penutup
89
90
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), Cet. I.
91
Hariyanto, Pengertian Kecerdasan Interpersonal menurut Para Ahli, www.
belajarpsikologi.com diakses tanggal 17 Desember 2106. 20.00.
Mutiah, Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada
Papan Visi Misi RA Sabilun Najah Desa Brati Kecamatan Kayen Kabupaten Pati,
yang dikutip pada tanggal 7 Januari 2017
92
Siswanto, PemberdayaanMasyarakat & Keluarga dalam PAUD, (Jakarta: BuletinPAUD,
2006).
Sumiyati, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta:
Cakrawala Institut, 2014).
Yulianti, Enny, Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Melalui Metode Bermain Peran pada Anak
Usia 4-5 Tahun Semester 1 di TK Nasima Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013
(Skripsi), (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Sarjana PendidikanAnak
Usia Dini Universitas Negeri Semarang , 2013) 86.
93
LAMPIRAN
94
95