Disusun oleh :
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Besi (Fe) adalah salah satu dari banyak logam berat yang tahan korosif, padat, dan rendah
titik lebur. Besi banyak ditemukan dalam makanan yang jumlahnya bervariasi dari jumlah
yang rendah (dalam sayuran) dan yang tinggi (dalam daging) (Purnomo, 2016).
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan
dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb)
yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin
terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe)
(Susiloningtyas, I.,2020).
Besi (Fe) pada perairan dapat terakumulasi kedalam tubuh organisme melalui permukaan
tubuh, terserap insang dan rantai makanan. Logam berat yang masuk kedalam tubuh ikan
tidak dapat dikeluarkan lagi dari tubuh, karena logam berat cenderung menumpuk dalam
tubuh ikan. Akibatnya besi (Fe) akan terus ada disepanjang rantai makanan (Handayani<
2015).
Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus memenuhi syarat dari segi
kualitas maupun kuantitas. Biasanya besi (Fe) terdapat pada air tanah yang dapat
mengandung besi (Afandi, 2017).
Logam besi (Fe) bukan hanya bersifat toksik terhadap tumbuhan, tetapi juga terhadap hewan
dan manusia. Tingginya kandungan logam besi (Fe) akan berdampak terhadap kesehatan
manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan usus, gangguan
penyerapan vitamin dan mineral, serta hemokromatis (Ainiyah, S. D., dkk.2018).
Salah satu cara untuk menurunkan kadar zat besi dalam air yaitu memanfaatkan limbah kulit
pisang terutama kulit pisang kepok. Kulit pisang kepok (Musa acuminate) memiliki
kandungan vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil,
lemak, arabinosa, galaktosa, rhamnosa, dan asam galacturonic (Nursia, Arnita.,2012).
1) Alat
1. Kuvet
2. Beaker Gelas
3. Pipet tetes
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Labu ukur
7. Mikroburet
2) Bahan
1. Aquedest
2. Standar F
3. HCL pekat
4. Hidrosilamin
5. Ammonium Asetat
6. Fenantrolin
7. Larutan NH4
D. CARA KERJA
0,0 0,000
0,2 0,034
0,4 0,061
0,6 0,098
0,8 0,134
Kurva Standar Fe
0.16
0.14 y = 0.166x - 0.001
0.12 R² = 0.9974
0.1
Absorban
0.08
Absorban
0.06
Linear (Absorban)
0.04
0.02
0
-0.02 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Fe (ppm)
1 Aquadest 0,000 0
2 Air diambil dari sumur tanah kapur, air jernih, 0,008 0,0
banyak kerak kapur di sekitar sumur.
F. PEMBAHAASAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan pada menganalisis parameter besi (Fe) dari berbagai
sampel untuk dapat menganalsis air dengan parameter besi (Fe). Pada praktikum pemeriksaan
besi (Fe) menggunakan alat spektofotometri, Sampel air yang digunakan pada praktikum kali
ini yaitu air aquadest, air sumuh tanah kapur, air PDAM yang berbau kaporit, air jernih dan
bersih, air sumur bor dan air berbau. Pada seluruh sampel yang didapatkan bahwa sampel air
yang mempunyai konsentrasi Fe tertinggi yaitu Air berbau dan berasa tidak enak, muncul
endapan saat air diendapkan, menyebabkan pakaian menjadi kuning dengan nilai konsentrasi
Fe yang didapatkan 1,4 dan sampel air yang terendah yaitu Aquadest dengan nilai konsentrasi
Fe 0.
Secara biologis tinggimya kadar besi dipengaruhi oleh bakteri besi yaitu bakteri yang dalam
hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut Air tanah dalam
biasanya memiliki karbondioksida yang relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan
biasanya disertai dengan kadar oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana
anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah ferri karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan
kadar besi ferro (Fe2+) di perairan. Pelaruran ferri karbonat ditunjukkan dalam persamaan
reaksi. Reaksi tersebut juga terjadi pada perairan anaerob. Dengan kata lain besi (Fe2+) hanya
ditemukan pada perairan yang bersifat anaerob, akibat proses dekomposisi bahan organik
yang berlebihan. Hal tersebut menunjukkan kadar besi (Fe2+) yang tinggi di perairan
berkolerasi dengan kadar bahan organik yang tinggi atau kadar besi yang tinggi terdapat pada
air yang berasal dari air tanah dalam yang bersuasana anaerob atau dari lapisan dasar perairan
yang sudah tidak mengandung oksigen.
Kadar Fe yang tinggi pada suatu perairan dapat berdampak bagi kesehatan maupun
lingkungan. Kadar Fe yang tinggi dapat menyebabkan ikan di air dapat mati dan tanaman
yang ada disekitar juga akan mati. Sedangkan bagi kesehatan dapat menyebabkan mual,
muntah, sakit kepala, sakit perut, diare, dan gatal. Kandungan Fe dapat menyebabkan disentri,
penyakit kulit berupa infeksi maupun alergi. Cara menanggulangi kadar Fe yang tinggi yaitu
dengan aerasi, sedimentasi, dan filtrasi. Selain itu, penanggulangan dengan cara menjauhkan
sumber pencemaran dengan daerah atau wilayah sumber air (Arifani, 2013).
Salah satu metode yang cukup handal pada spektrofotometer adalah dengan penambah
bakuan atau adisi standar. Metode ini merupakan suatu pengembangan metode
spektrofotometer sinar tampak dengan biaya relatif lebih murah (Watulingas, 2018).
Banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan zat besi dalam air, antara
lain, Oksidasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan oksigen (aerasi), klorin,
klordioksida, pottasium permanganat, atau ozon. Dan Aerasi adalah pengolahan air dengan
cara mengontakkannya dengan udara. Aerasi secara luas telah digunakan untuk mengolah air
yang mempunyai kandungan kadar besi (Fe) terlalu tinggi (mengurangi kandungan
konsentrasi zat padat terlarut). Klordioksida adalah oksidan kuat yang secara efektif
mengoksidasi Fe dan Mn yang berikatan dengan zat organik.
G. KESIMPULAN
Afandi, Agus. 2017. Analisis Kandungan Logam Besi Pada Air Sumur Galian dan Mata Air
Terhadap Kelayakan Sebagai Air Minum. Mataram: Institut Agama Islam Mataram.
Arifani, Tika, dkk. 2013. Kandungan Besi pada Air Sumur dan Gangguan Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7 No. 1.
Nursia, Arnita. 2012. Studi Kualitas Air Sumur Gali di Lingkungan Caile Kelurahan
Sangiasseri Kecamatan Sinjai. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Ainiyah, S. D., Lestri, I., & Andini, A. 2018. Hubungan Antara Kadar Besi (Fe) Air Tambak
Terhadap Kadar Besi (Fe) Pada Daging Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ikan
Bandeng (Chanos Chanos) Di Kecamatan Jabon Sidoarjo. Jurnal SainHealth, 2(2), 21-
28.
Handayani, I.R., 2015. Akumulasi Logam Berat Cromium (Cr) Pada Daging Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp) Dalam Karamba Jaring Apung (KJA) Disungai Winongo Yogyakarta,
Skripsi.
Purnomo, A., dan Mandasari, I., 2016. Penurunan Ion Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam
Air Dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper. JURNAL TEKNIS ITS Vol. 5 (1).
Susiloningtyas, I. 2020. Pemberian zat besi (Fe) dalam Kehamilan. Majalah Ilmiah Sultan
Agung, 50(128), 73-99.
Watulingas, M.C.2018. Aplikasi Teknik Adisi Standar pada Penetapan Kadar Besi (III)
dalam Air Sungai Karang Mumus dengan Spektronic 21-D. Jurnal Kimia Mulawarman.
Vol.6
No.1.