Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN Ny.

K DENGAN SNNT SINISTRA

DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ISTHMOLOBECTOMY

DENGAN GENERAL ANESTESI ETT

DI RUANG OPERASI RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

DISUSUN OLEH :
AFINA RIZKANINGSIH (2019040003)
MELYA SARI (2019040027)
MUHAMMAD IRFAN (2019040029)

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022/2023
BAB I
TEORI PENYAKIT

A. DEFINISI
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan
kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak, sehingga
menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemeteran, bicara jadi gagap, diare,
berat badan turun, mata membesar. ( Nuratif & Kusuma 2016)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit Grsves,
sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang
menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroiditis sub akut dan berbagai bentuk kanker tiroid
(Doengers, 2012).

B. ETIOLOGI

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormothyroid merupakan faktor penyebab


pembesaran kelenjar thyroid antara lain :
1. Defisiensi iodium
2. Kelainan metabolik kongenintal yang menghambat sintesa hormon thyroid
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia ( seperti sustansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai)
4. Penghambatan sintesa hormon olehobat-obatan
Penyebab kelainan ini bermacam-macam pada setiap orang dapat dijumpai masa karena
kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pubertas pertumbuhan, mestruasi,
kehamilan, laktasi, menopouse, infeksi atau stress lain. Pada masa-masa tersebut dapat
dijumpai hiperplasia dan involusia kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan
nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan
berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia.
1. Klasifikasi
Klasifikasi dan karakteristik struma nodusa menurut Majoer dalam Nuratif Kusuma
(2016) antara lain :
a. Berdasarkan jumlah nodul
- Struma nodusa soliter : jika jumlah nodul hanya satu
- Struma multi nodusa : jika jumlah nodul lebih dari satu
b. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif
- Nodul dingin
- Nodul hangat
- Nodul panas
c. Berdasarkan konstitensinya
- Nodul lunak
- Nodul kristik
- Nodul keras
- Nodul sangat keras
C. TANDA DAN GEJALA
1. Akibat berulangnya hyperplasia daninvolusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi
sebagai fibrosis, nekrosis, klasifikasi, pembentukkan kista dan perdarahan ke dalam
kista tersebut. Pada umumnya pada kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai
struma nodusa adalah edenoma, kista perdarahan tiroiditis dan karsinoma.
2. Sedangkan menifestasi klinis penderita dengan hipotiroidisme nyata, berupa: kurang
energi, rambut rontok,, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi,kilit kering
dan dingin,suara parau, serta lambat dalam berpikir
3. Pada hipotiroidisme,kelenjar tiroid seringtidak teraba. Kemungkinan terjadi karena
atrofi kelenjar akibat pengobatan hipotiroiddisme memakai yodium radioaktif
sebelumnya setelah tiroiditiditis autoimun.

D.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sidik troid
2. Pemeriksaanu USG
3. Biopsi aspirasi jarum halus
4. Termografi

Dalam buku asuhan keperawatan yang disusun oleh Doenges (2012), pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan berupa :

1. Tes ambilan RAI


Meningkat pada penyakit GRAVES dan toksikgoiter noduler, menurun pada
tiroifitis.
2. T4 dan serum meningkat
3. TSH
Tertekan dan tidak berespon pada TRH (Tiroid Releasting Hormon)
4. Tiroglobulin meningkat
5. Stimulasi TRH
Dikatakan hipertiroid jika TRH dan tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
6. Ambian tiroid meningkat
7. Ikatan protein iodium meningkat
8. Gula darah
Meningkat (sehubungan dengan peningkatkan adrenal )
9. Kortisol plasma
Turun (berhubungan menurunnya pengeluaran hormon adrenal )
10. Fosfat alkali dan kalsium serum meningkat
11. Elektorlit
Hiperemia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal dan efek dilusi dalam
terapi cairan pengganti. Hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan deuresis.
12. Katekolamin serum menurun
13. Kreatinin urine meningkat
14. EKG
Fibrasis atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi
2. Yodium Radioaktif
Memberikan radioaktif dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga
menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioprasi maka pemberian
yodium radioaktif dapat mengurangigondok sekitar 50%
3. Pemberian tiroksin dan Anti Tiroid
Digunakan untuk menyusutkan ukuran struma
BAB II

PERTIMBANGAN ANESTESI

A. DEFINISI

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek (Smeltzer,
S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis kegunaannya
dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi
regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa
menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011)

B. JENIS ANESTESI
Menurut Potter & Perry tahun 2006, pasien yang mengalami pembedahan akan
menerima anestesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:
1. Anestesi Umum Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi
dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan
yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
2. Anestesi Regional Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah
tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal
anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli
anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti
perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Anestesi
lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.

C. TEKNIK ANESTESI
General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3
teknik, yaitu:
1. General Anestesi Intravena Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2. General Anestesi Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
3. Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-
obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal
dan berimbang, yaitu:
(a) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat anestesi
umum yang lain.
(b) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau obat
general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
(c) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau general
anestesi, atau dengan cara analgesia regional.

Teknik Anestesi Regional Meliputi 2 cara,yaitu :

1. Blok sentral (blok spinal,epidural,dan kaudal)


2. Blok perifer (blok pleksus,brachialis,aksiller,anestesi regional intravena)
Anestesi spinal merupakan pemberian obat anestestik lokal ke dalam
ruangsubarachnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestesi lokal
kedalam ruang subarachnoid sehingga terjadi blok saraf yang revesibel 12 pada radiks
anterior dan radiks posterior,radiks ganglion,dan sebagian medulla spinalis yang
menyebabkan hilangnya aktivasi sensoris ,motoris,dan otonom
D. RUMATAN ANESTESI

Obat-obat General Anestesi

Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi, berikut obat-
obat yang dapat digunakan pada kedua teknik tersebut.

Anestesi Intravena:

1. Atropine sulfat
2. Pethidin
3. Atrakurium
4. Ketamine hcl
5. Midazolam
6. Fentanyl
7. Rokuronium bromide
8. Prostigmin

Anestesi Inhalasi:

1. Nitrous Oxide
2. Halotan
3. Enfluren
4. Isofluran
5. Sevofluran
E. RISIKO PASCA ANESTESI

Gangguan Pasca Anestesi (Potter dan Perry, 2010):

1. Pernapasan Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia sehingga


harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering dijumpai sebagai
penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa pelemas
otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang
menyebabkan obstruksi hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi, dan dalam
derajat yang lebih beratmenyebabkan apnea.

2. Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal ini
disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain
adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapan anastesi
masih dalam akhir pembedahan.
3. Regurgitasi danMuntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama
anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan aspirasi.
4. Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu
juga karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga memengaruhi ketiga
elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat
dan juga respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta
mengganggu mekanisme fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang
untuk respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat.
5. Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang disebabkan
oleh kerja anestesi yang memanjang karena 14 dosis berlebih relatif karena penderita syok,
hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan anestesi lambat dikeluarkan dari
dalam darah.
BAB III

WOC
BAB IV

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a) Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk ruangan, Riwayat Kesehatan.
b) Hal yang perlu di kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat
pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada
bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada abdomen
(Dermawan & Rahayuningsih, 2010 dalam Aristia, 2020).
2. Data Objektif
a) Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
maupun pemeriksaan head to toe.
b) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di area
badan.
c) Sistem kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sistem cardio, validasi apakah pasien
menderita penyakit jantung atau tidak, kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi,
kebiasaan merokok, minum alkohol, oedema, irama dan frekuensi jantung.
d) Sistem pernafasan, apakah pasien bernafas teratur dan berubah secara tiba-tiba di kamar
operasi.
e) Sistem gastrointestinal
(1) Inspeksi: perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi (merah, bengkak,
panas, nyeri, berubah bentuk).
(2) Auskultasi: Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan
pasien tidak nafsu makan
(3) Perkusi: Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen.
(4) Palpasi: Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri.
f) Pemeriksaan data penunjang (Dermawan & Rahayuningsih, 2010 dalam Aristia,
2020).
B. MASALAH KESEHATAN ANESTESI
1. Ketidakefektifa bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan,
perdarahan dan spasme larigeal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
kurang, disfagia
3. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/ otot dan edema pasca
operasi
4. Gangguan rasa nyaman
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/ kerusakkan laring,
edema jaringanm nyeri , ketidaknyamanan
6. Resiko infeksi.
Intervensi keperawatan

NANDA NOC NIC


Ketidakefektifan  Respirasi status: ventilation Airway suction
bersihan jalan nafas  Respiratory status: airway  Pastikan kebutuhan
Definisi: patency oral/tracheal suctioning
Ketidakmampuan untuk Kriteria hasil  Auskultasi suara nafas
membersihkan sekresi atau  Mendemonstraskan batuk sebelum dan sesudah
obstruksi dari saluran efektif suara nafas yang bersih, suctioning
pernafasan untuk tidak ada sianosis dan dispneu  Informasikan kepada
mempertahankan kebersihan ( mampu mengeluarkan klien dan keluarga
jalan nafas sputum,mampu bernafas tentang suctioning
Batasan karakteristik: dengan mudah, tidak ada  Minta klien nafas dalam
 Tidak ada batuk persed lips) sebelum suctioning
 Suara nafas tambahan  Menunjukkan jalan nafas yang  Berikan O2 dengan
 Perubahan frekuensi paten (klien tidak merasa menggunakan nasal
nafas tercekik, frekuensi nafas, dan untuk memfasilitasi
 Perubahan irama nafas rentang normal, tidak ada suara suksion nasotrakheal
 Sianosis abnormal)  Gunakan alat yang steril
 Mampu mengidentifikasi dan setiap melakukan
 Kesulitan berbicara atau
mencegah faktor yang tindakan
mengeluarkan suara
menghambat jalan nafas
 Penurunan bunyi nafas  Anjurkan klien untuk
 Dispnea beristirahat dan nafas

 Sputum dalam jumlah dalam setelah kateter

yang berlebihan dikeluarkan dari

 Batuk yang tidak efektif nasotrakheal

 Orthopneu  Monitor status oksigen


pasien
 Gelisah
 Ajarkan keluarga
 Mata terbuka lebar
bagaimana cara
Faktor – faktor yang
melakukan suction
berhubungan
 Hentikan suction dan
 Lingkungan perokok
berikan oksigen apabila
pasif mengisap asap
pasien menunjukan
rokok
bradikardi, peningkatan
 Obstruksi jalan nafas
saturasi O2, dll.
spasme jalan nafas
Airway
mukus dalam jumlah
Management
berlebihan eksudat
 Buka jalan nafas gunakan
dalam jalan alveoli
teknik chin lift atau jaw
Materi asing
trust bila perlu
dalam jalan nafas
 Posisikan pasien untuk
Adanya jalan
memaksimalkan ventilasi
nafas buatan
 Klarifikasi pasien
Sekresi bertahan
atau sisa ekskresi perlunya pemasangan
Sekresi dalam alat jalan nafas buatan
bronki  Pasang mayo bila perlu
 Fisiologis  Lakukan fisioterapi dada
Jalan napas bila perlu
alergik  Keluarkan sekret dengan
Asma batuk atau section
PPOM  Auskultasi suara nafas,
Hiperplasia catat adanya suara
dinding bronkial infeksi tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan
bronkodilatornbila perlu
 Berikan pelembab udara
dengan kasa basah NaCl
lembab
 Atur intake atau cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi dengan
status 02
Ketidakseimbangan  Nutritional staus: food and Nutrition
nutrisi kurang dari fluid intake management
kebutuhan tubuh  Nutritional status: nutrient  Kaji adanya alergi
Definisi: asupan nutrisi intake makanan
tidak cukup untuk memenuhi  Weight control  Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan metabolik Kriteria hasil: gizi untuk menentukan
Batas karakteristik:  Adanya peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
 Kram abdomen badab sesuai dengan tujuan yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen  Berat badan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk
 Menghindari makanan dengan tinggi badan meningkatkan inteke
 Berat badan 20% atau  Mampu mengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
lebih dibawah berat kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
badan ideal  Tidak ada tanda malnutrisi dan vit C
 Kerapuhan kapiler  Menunjukkan peningkatan dari  Berikan subtansi gula
fungsi pengecapan dari  Berikan makanan yang
 Diare
menelan terpilih
 Kehilangan rambut
 Tidak terjadi penurunan berat
berlebihan  Monitor jumlah nutrisi
badan yang berarti
 Bising usus hiperaktif dan kalori

 Kurang makan  Berikan informasi

 Kurang informasi tentang kebutuhan nutrisi

 Kurang minat pada Nutrition monitoring


 BB pasien dalam batas
makanan normal
 Penurunan berat badan  Monitoring adanya
dengan asupan penurunan BB
makanan adekuat  Monitor tipe dan jumlah
 Kesalahan konsepsi aktivitas yang biasa
 Kesalahan informasi dilakukam
 Membran mukosa pucat  Monitor lingkungan
 Tonus otot menurun selama makan

 Mengeluh gangguan  Monitor kulit kering dan

sensasi rasa pigmentasi

 Mengeluh asyupan  Monitor turgor kulit

makanan kurang dari  Monitor kekeringan,


RDA rambut kusam, dan
 Cepat kenyang setelah mudah patah
makan  Monitor mual muntah
 Sariawan rongga mulut  Monitor kadar albumin,
 Kelemahan otot total protein
pengunyah  Monitor pertumbuhan
 Kelemahan otot untuk dan perkembangan
menelan  Monitor konjungtiva
Faktor yang
berhubungan:
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan
menelan makanan
 Faktor psikologis
Nyeri akut  Pain level  Lakuakan pengkajian
Definisi: Pengalamann  Pain control nyeri secara konfrensif
sensori dan emosional yang  Confort level termasuk lokasi,
tidak menyenangkan yang Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
muncul akibat kerusakan  Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
jaringan yang aktual atau (tahu penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
potensial atau digambarkan menggunakan teknik  Observasi reaksi
dalam hal kerusukan nonfarmakologi, untuk nonverbal dan
sedemikian rupa mengurang nyeri, mencari ketidaknyamanan
( international Assotiatipon for bantuan)  Gunakan komunikasi
study of pain): awitan yang tiba  Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk
tiba atau lambat dari intesnsitas berkurang dengan mengetahui pengalaman
ringan hingga berta dengan menggunakan manajemen
akhir yang dapat antisipasi atau nyeri nyeri pasien
diprediksi dan berlangsung <6  Mampu mengenali nyeri  Kaji kultur yang
bulan (intensitas, frekuensi, dan mempengaruhi respon
Batas karakteristik: nyeri) nyeri
 Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi respon nyeri
 Perubahan tekanan setelah nyeri berkurang dimasa lampau
darah  Evaluasi bersama pasien
 Perubahan frekuensi dengan tim kesehatan
jantung lain tentang
 Perubahan frekuensi ketidakefektifan kontrol
pernapasan nyeri masa lampau
 Laporan isyaraf  Bantu pasien dan
 Diaforesis’ keluarga untuk mencari

 Perilaku distraksi dan menemukan

 Mengekspresikan dukungan

perilaku  Kontrol lingukungan

 Masker wajah yang dapat


mempengaruhi nyeri
 Sikap melindungi area
seperti suhu ruangan,
nyeri
pencahayaan dan
 Fokus menyempit
kebisingan
 Indikasi nyeri yang
 Kurangi faktor presipitasi
dapat diamati
nyeri
 Perubahan posisi untuk
 Pilih dan lakukan
menghindari nyeri
penanganan nyeri
 Sikap tubuh melindungi
( famakologi,
 Dilatasi pupil
nonfarmakologi, dan
 Melaporkan nyeri
interpesonnal)
secara verbal
 Kaji tipe sumber nyeri
 Gangguan tidur
untuk menentukan
Faktor berhubungan:
intervensi
Agen cidera (mis.;
 Ajarkan teknik non
biologis, fisik, zat kimia,
farmakologi
psikologis)
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluahan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
administration
 Tentukan lokasi,
Karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek istruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dengan
analgetik ketika
pemberian lebih dari satu
tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan rute pemberian
dan dosis optimal
 Pilih rute secara IV,
untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan
gejala

Resiko Infeksi  Imune status Infection control


Definisi : mengalami  Knowledge : infection - Bersihkan
peningkatan terserang control lingkungan
organisme patogenik  Risk control setelah dipakai
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil : pasien lain
 Penyakit kronis : DM, - Klien bebad dari tanda - Pertahanan teknik
Obesitas gejala infeksi isolasi
 Pengetahuan yang tidak - Mendeskripsikan - Batasi pengunjung
cukup untuk proses penularan bila perlu
menghindari penyakit, faktor yang - Instruksikan pada
pemanjangan patogen mempengaruhi, pengunjung untuk
 Petahanan tubuh primer penularan serta mencuci tangan
yang tidak adekuat penatalaksanaan saat berkunjung
- Gangguan - Menunjukkan dan setelah
peristalsis kemampuan untuk berkunjung
- Kerusakkan mencegah timbulnya menemui pasien
integritas kulit infeksi - Gunakan sabun
- Perubahan sekresi - Jumlah leukosit dalam antimikroba untuk
ph batas normal cuci tangan
- Trauma jaringan - Menunjukkan perilaku - Cuci tangan setiap
 Ketidakadekuatan hidup sehat sebelum dan
pertahanan sekunder sesudah
- Penurunan melakukan
hemoglobin tindakan
- Imunosuprosit keperawatan
 Vaksinasi tidak adekuat - Gunakan baju,

 Prosedur infasif sarung tangan

 Malnutrisi sebagai pelindung


- Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak dan IV
perifer dengan
line central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
antibiotik bila
perlu infection
- Monitor tanda dan
gejala sistemik
dan lokasi
- Batasi pengunjung
C.IMPLEMENTASI

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas,
aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. (Nurdin Usman 2012)

C. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa
dua jenis evaluasi:
1. Evaluasi Formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP :
a) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.
b) (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
c) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji
dari data subjektif dan data objektif.
d) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
2. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan
evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
a) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
b) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
yang telah ditetapkan.
c) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arief.dkk,2009.Kapita Selecta Kedokteran , jilid I Media Aesculapius: Jakarta


Smeltzer (2012), Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
Syarifuddin, drs. AMK. 2010. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, edisi 3.
EGC : Jakarta.
Tonacchera, M., Pinchera, A., & Vitty, P. 2009. Assesment of nodular goiter. Journal of best
practice & research clinical endocrinology and metabolism. Pisa : Elseiver.
Smeltzer, Suzanne. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddart Vol 2.
Jakarta : EGC
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

PASIEN N y . K DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ISTHMOLOBECTOMY


DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI ETT
DI RUANG IBS RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
PADA TANGGAL 27 SEPTEMBER 2022

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny.K
Umur : 60 Th
Jeniskelamin :Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Kawin
Golongan darah :B
Alamat : Tanurejo,Bandasari, Temanggung
No. CM :031xxx
Diagnosa medis : SNNT SINISTRA
Tindakan Operasi :Isthmolobectomi
Tanggal MRS : 26 september 2022
Tanggal pengkajian : 27 september 2022 Jam Pengkajian:
Jaminan : BPJS

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Bp.N
Umur : 65th
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : suami
Alamat : Tanurejo,Bandasari, Temanggung

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh nyeri pada leher sebelah kiri karena terdapat benjolan
(Struma).
P : Nyeri karena desakkan nodul/benjolan
Q : Nyeri terasa cenat-cenut diarea nodul/benjolan
R : Leher kiri Ny. E
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul

b. Saat Pengkajian
Saat dikaji pasien mengeluhkan nyeri dileher sebelah kiri

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.k datang ke IGD RSMT pada Tgl 26 september 2022 pukul 10.30 WIB dengan
diagnosa SNNT sinestra dengan keluhan nyeri sudah 6 bulan di area benjolan leher
kiri
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, perdarahan
tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok) Tidak

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma)
Tidak

5) Riwayat Kesehatan
Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- ya/tidak Jika ya, menderita penyakit apa?
Riwayat operasi sebelumnya : Tidak
- tahun: jenis:
Komplikasi:
Riwayat anestesi sebelumnya : Tidak
- tahun: jenis :
Komplikasi:
Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- ya/tidak jika ya, jumlah : , Reaksi alergi: ya/tidak
Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
- ya/tidak Jika ya, sebutkan……
- Khusus pasien perempuan
: Jumlah kehamilan:2
jumlah anak :2
mensturasi terakhir :
menyususi : tidak
6)Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
Obat yang pernah dikonsumsi: Tidak

Obat yang sedang dikonsumsi: Tidak

7) Riwayat Alergi : ya/tidak, jika ya, sebutkan : tidak


8) Kebiasaan :
a) Merokok : tidak , jika ya,jumlah :
b) Alkohol : tidak , jika ya,jumlah :
c) Kopi/teh/soda : tidak , jika ya,jumlah :

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau
oksigenasi Sebelum
Sakit
- Gangguan pernafasan : normal
- Alat bantu pernafasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi :6-7 gelas
- Jenis :air putih Cara :langsung
- Minum Terakhir :tadi pagi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat Ini
- Frekuensi : 6-7 gelas
- Jenis :air putih
- Cara : langsung
- Minum Terakhir :tadi pagi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

3) Nutrisi/
makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi :3x
- Jenis :nasi dan lauk
- Porsi :habis
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : semua
- Napsu makan :baik
- Puasa terakhir : tadi pagi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat ini
- Frekuensi :3x
- Jenis :nasi dan lauk
- Porsi :habis
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai :semua
- Napsu makan :baik
- Puasa terakhir :tadi pagi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

4) Eliminasi
a) BAB Sebelum
sakit
- Frekuensi : 2x
- Konsistensi :padat
- Warna :coklat
- Bau :khas feses
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

Saat ini
- Frekuensi :2x
- Konsistensi :padat
- Warna :coklat
- Bau :khas feses
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 4-5 x
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau :khas urin
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat ini
- Frekuensi :4-5x
- Konsistensi :cair
- Warna :kuning
- Bau :khas feses
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

5) Pola aktivitas dan istirahat


a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

b) Istirahat Dan Tidur


Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 8 jam, siang 2 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? tidak
- Berapa jam anda tidur: malam6 jam, siang 2 jam

6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman. baik

7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : baik
- Rasa Nyaman : nyaman
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :

8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok


sosial sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : tidak ada
- Imunisasi : tidak ada
- Olahraga : tidak ada
- Upaya keharmonisan keluarga: tidak ada
- Stres dan adaptasi :

2. Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
GCS : Verbal 5 Motorik 6 Mata 4
Penampilan : tampak sedang
Tanda-tanda Vital : Nadi = 65 x/menit, Suhu =360 C, TD =126/68 mmHg,
RR =16 x/menit, Skala Nyeri:7
BB: 55Kg, TB:155 Cm, BMI: …………
Lainnya:tidak ada

b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH
- Wajah:
□ √Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □√Ya □Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □√Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya □√Tidak
- Mallampati Skor : □√ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 □ √T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran intensitas
- Obstruksi Jalan Napas
□ √Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : □√Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher :
 Leher pendek : □Ya □√Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
□ √Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ √Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya □ √Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax :
 Pola napas :
 Retraksi otot bantu napas :
 Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas : □ ronchi □ wheezing □ vesikuler □ bronchial □
bronkovesikular

2) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis □ √tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya □√tida
k
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur

3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : □√ kompomentis □ apatis □ delirium □ somnolen □ sopor
□ koma
- GCS : Verbal5 Motorik:6 Mata : 4
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + √/ -)
b. Reflek trisep ( + √/ -)
c. Reflek brachiradialis ( + / -)
d. Reflek patella ( +√ / -)
e. Reflek achiles ( + √/ -)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( +√ / -)
b. Reflek chaddok ( +√ / -)
c. Reflek schaeffer ( +√ / -)
d. Reflek oppenheim ( + √/ -)
e. Reflek gordon ( + √/ -)

4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus :12x/menit
- Titk Mc. Burney : □ √nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya □Tidak □√ nyeri menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya □√Tidak
- Distensi : □Ya □√Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi

5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : □√Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya □√Tidak
- Gagal ginjal : □Ya □√Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya □√Tidak
- Produksi urine :1 cc
- Retensi urine : □Ya □√Tidak

6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (+√/-), Scoliosis (√+/-), Lordosis (+√/-),
Perlukaan (+/-√), infeksi (+/-√), mobilitas (leluasa/terbatas), Fibrosis (+/-), HNP
(+/-)
- Lainnyatidak ada

b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (+ / -)
Fraktur (+/√-), lokasi fraktur tidak ada jenis fraktur
Tidak ada kebersihan luka tidak ada terpasang gips (+/-),
Traksi ( + / - ), atropi otot ( + / -)
IV line: terpasang ditangan kiri ukuran abocatch 20
tetesan:16 tpm
ROM: ………………..
Lainnya:……………..

 Palpasi
Perfusi:…….
CRT:2 detik
Edema : ( 1 – 4) (1111)
Lakukan uji kekuatan otat : ( 1 – 5
(5555) Lainnya:………………

- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris)deformitas (+√/ -)
Fraktur (+/-√), lokasi fraktur tidak ada jenis fraktur
Tidak ada kebersihan luka tidakada terpasang gips (+/√-),
Traksi ( + / - √), atropi otot ( + / √-)
IV line: terpasang ...............ukuran abocatch...........tetesan:.............
ROM: ………………..
Lainnya:………………
 Palpasi Perfusi:
……. CRT:2 detik
 Edema : (1 – 4 )
(1111)
Kekuatan otot : ( 1 – 5 )
()5555
Lainnya:………………

Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema :

- uji kekuatan otot :

Anda mungkin juga menyukai