Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERLUNYA PENDIDIKAN KEALAMAN, MATEMATIKA, KEANTARIKSAAN


Disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Mata Kuliah: Tafsir Hadis Tarbawi
Dosen Pengampu: Dr. M. Misbah, M. Ag

Disusun oleh :
1. Fadliyah Wahyuni Khasanah (214110402264)
2. Azza Rizki Tajriyani ( 214110402147)

KELAS 2 PAI-A JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang Ia berikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam


perkembangan ilmu pengetahuan dan memicu penelitian yang lebih mendalam.
Kami sadar bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian.

Purwokerto 2 Juni, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. QS. Yunus ayat 5................................................................................................3
B. QS. Yasin ayat 38-40............................................................................................3
C. QS. An-nisa ayat 11-12................................................................................................3
D. Hadis ........................................................................................................4

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta memiliki dimensi yang sangat luas sebagai tolak ukur batas
kemampuan akal dan teknologi. Alam semesta menjadi cerminan kehidupan manusia
sejak dulu, kini, dan masa mendatang. Kehidupan sosial manusia tercermin melalui
pergerakan benda-benda langit, seperti adanya kecenderungan berkelompok,
berpasangan, termasuk kelahiran dan kematian. Para ilmuan terdahulu seperti
Aristoteles, Plato, Copernicus dan lainya menggambarkan alam semesta sebatas
pemikiran yang berkembang pada zamanya. Tentu alam semesta yang kebanyakan
orang pahami jauh berbeda

Antara dulu dan sekarang serta masa yang akan datang. Semuanya terus
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pemahaman setiap orang tentang
alam semesta, juga disertai pula perspektif bagaimana cara setiap orang
memandangnya. Mengenal, mempelajari, dan memahami astronomi sama artinya
dengan mengetahui asal mula terjadinya jagad raya dan kehidupan ini, serta
menyadari kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta beserta isinya.
Astronomi merupakan ilmu pengetahuan yang paling tua dan memiliki peran penting
dalam perkembangan peradaban manusia. Jejak-jejak sejarah peradaban manusia telah
menunjukan bukti ketertarikan manusia terhadap benda-benda langit dan
fenomenanya sejak jaman dahulu. Perkembangn astronomi sangat menarik untuk
dipelajari dan diapresiasi dengan berbagai cara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran surat Yunus ayat 5?
2. Bagaimana penafsiran surat Yasin ayat 38-40?
3. Bagaimana penafsiran surat an-nisa ayat 11-12?
4. Bagaimana penafsiran hadis

C. Tujuan
1. Mengetahui tafsir surat Yunus ayat 5
2. Mengetahui tafsir surat Yasin ayat 38-40
3. Mengetahui tafsir surat an-nisa ayat 11-12
4. Mengetahui tafsir hadis
BAB II
PEMBAHASAN

A. QS Yunus ayat 5

‫هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر لورا وقدرة منازل لتعلموا عند المتنين والحساب ما خلق هللا ذلك إال بالحق يفصل‬
‫اآليات لقوم يعلمون‬

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui.” Tafsir Jalalain:

 Tafsir Ayat
(Dialah yang menjadikan matahari bersinar) mempunyai sinar (dan bulan bercahaya dan
ditetapkan Nya bagi bulan) dalam perjalanannya (manzilah-manzilah) selama dua puluh
delapan malam untuk setiap bulan, setiap malam daripada dua puluh delapan malam itu
memperoleh suatu manzilah, kemudian tidak tampak selama dua malam, jika jumlah hari
bulan yang bersangkutan ada tiga puluh hari. Atau tidak tampak selama satu malam jika
ternyata jumlah hari bulan yang bersangkutan ada dua puluh sembilan hari (supaya kalian
mengetahui) melalui hal tersebut (bilangan tahun dan perhitungan waktu, Allah tidak
menciptakan yang demikian itu) hal-hal yang telah disebutkan itu (melainkan dengan hak)
bukannya main-main, Maha Suci Allah dari perbuatan tersebut (Dia menjelaskan) dapat
dibaca yufashshilu dan nufashshilu, artinya Dia menerangkan atau Kami menerangkan
(tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui) yakni orang-orang yang mau berpikir,

B. QS Yasin ayat 38-40

‫) ال الشممن ينبغي لها‬39( ‫) والقمر قدرناه منازل حتى عاد كالعرجون القديم‬38( ‫والشمس تجري لمسافر لها ذلك تقدير العزيز العليم‬
‫أن‬
40‫ا فترك القمر وال الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون‬

Artinya: “dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah)


Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi
bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti
bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun
tidak dapat mendahului siang. Masing masing beredar pada garis edarnya.”

 Tafsir Jalalain Ayat 38


‫( والتنفس تجري‬Dan matahari berjalan) ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat
Wa-aayatul Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak terikat oleh ayat
sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat
peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya. (Demikianlah) beredarnya
matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui)
tentang makhluk-Nya.

 Tafsir Jalalain Ayat 39


(Dan bagi bulan) dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal
Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu ja
(telah Kami tetapkan) bagi peredarannya Ji (manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh
delapan manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian
bersembunyi selama dua malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan satu malam
jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke
manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata As (sebagai bentuk tandan yang tua) bila
sudah lanjut masanya bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning.

 Tafsir Jalalain Ayat 40


(mendapatkan bulan) ‫ أن تدرك القمر‬Tidaklah mungkin bagi matahari) tidak akan teriadi) ‫ال الشمس‬
‫ ينبغي لها‬yaitu matahari dan bulan bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat
mendahului siang) malam hari tidak akan datang sebelum habis waktu siang hari. (Dan
masing-masing) matahari, bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun ini merupakan
pergantian dari Mudhaf llaih (pada garis edarnya) yang membundar (beredar) pada garis
edarnya masing-masing. Di dalam ungkapan ini benda-benda langit diserupakan sebagai
makhluk yang berakal, karenanya mereka diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna.

C. Qs An-nisa ayat 11-12

‫التنين فلهن تينا ما ترك وإن كانت واحدة فلها التصنف وألنويه لكل واحد ألوة فالمه الثلث فإن كان له إخوة فالته المثمن من بعد‬
‫ الربع منا تركن من بعد وصية توصيل بها أو دين ولهن الربع منا بها أو دين وإن‬1 ‫وصية يوصي بها هللا إن هللا كان عالما حكينا‬
‫كان رجل يورث كلة أو المرأة وله بعد وصية يوصى بها أو دين غير المضار وصية وصيكم هللا في أوالدكم للذكر مثل حظ األنني قال‬
‫له وال فإن لم يكل ال منهما الثمن منات اباركم وأبناؤكم ال تنزون انهم أقرب لكم نفعا ً جگران لم يكن لين وال فإن كان لكم وال مهن‬
‫ ولكم تصنف ترشد إن لم‬، ‫التمن مشائر الستم من كانوا أكتر‬
Artinya :. Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka
bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu
seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-
bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang
meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Artinya :. Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi)
wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
(setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika
seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang
saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama
dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan
Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.

Tafsir ayat 11

Dalam ayat ini Allah menyampaikan wasiat yang mewajibkan kepada kaum Muslimin yang
telah mukalaf untuk menyelesaikan harta warisan bagi anak yang ditinggalkan oleh orang
tuanya, baik mereka laki-laki atau perempuan. Apabila ahli waris itu terdiri dari anak-anak
laki-laki dan perempuan, maka berikan kepada yang laki laki dua bagian dan kepada yang
perempuan satu bagian. Adapun hikmah anak laki-laki mendapat dua bagian, karena laki-laki
memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan nafkah istrinya serta anaknya,
sedang perempuan hanya memerlukan biaya untuk diri sendiri. Adapun apabila ia telah
menikah maka kewajiban nafkah itu ditanggung oleh suaminya. Karena itu wajarlah jika ia
diberikan satu bagian.
 Tafsir ayat 12

Ayat ini menjelaskan perincian pembagian hak waris untuk suami atau istri yang ditinggal
mati. Suami yang ditinggalkan mati oleh istrinya jika tidak ada anak maka ia mendapat ½
dari harta, tetapi bila ada anak, ia mendapat dari harta warisan. Ini juga baru diberikan setelah
lebih dahulu diselesaikan wasiat atau utang almarhum. Adapun istri yang ditinggalkan mati
suaminya dan tidak meninggalkan anak maka ia à ia mendapat 4 dari harta, tetapi bila ada
anak, istri mendapat 1/8. Lalu diingatkan bahwa hak tersebut baru diberikan setelah
menyelesaikan urusan wasiat dan utangnya.

Apabila seseorang meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan bapak maupun anak, tapi
hanya meninggalkan saudara laki-laki atau perempuan yang seibu saja maka masing-masing
saudara seibu itu apabila seorang diri bagiannya adalah 1/6 dari harta warisan dan apabila
lebih dari seorang, mereka mendapat 1/3 dan kemudian dibagi rata di antara mereka. Dalam
hal ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Allah menerangkan juga bahwa
ini dilaksanakan setelah menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan wasiat dan utang
almarhum. Allah memperingatkan agar wasiat itu hendaklah tidak memberi mudarat kepada
ahli waris. Umpama seorang berwasiat semata-mata agar harta warisannya berkurang atau
berwasiat lebih dari 1/3 hartanya. Ini semua merugikan para ahli waris.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Bahasan tentang alam semesta (universe) merupakan bahasan yang kompleks penuh dengan
teka-teki. Sehingga akal manusia tanpa perantara piranti agama dan studi empiris ilmu
pengetahuan kealaman (kosmologi) niscaya tak akan dapat sampai mengambil kesimpulan-
kesimpulan, atau jawaban-jawaban di seputarnya. Bahkan teks-teks agama pun kadang dalam
membahas hal ini sangatlah dangkal dan tidak mencakup semua bahasan yang dikehendaki.

Teks-teks agama hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan secara global hal-hal yang
sekiranya otak tidak mampu mencernanya. Yang jelas, bahwa penciptaan alam ini merupakan
bukti keagungan tuhan yang tiada terkira yang semua agama pasti meyakininya. Bahkan
agama Budha sekalipun yang dalam teks kitab sucinya tidak menyebutkan prosesi penciptaan
alam ini mengakui hal tersebut.
Demikianlah sekelumit upaya penyuakan cakrawala kita tentang bukti keagungan tuhan yang
diimplementasikan dalam penciptaan alam. Semoga hal ini menambah keyakinan dan
keimanan kita akan kebesaran dan keagungan-Nya
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kitab (Bible), diterbitkan oleh Lembaga Al-Kitab Indonesia, 1996.

Al-Quran dan Terjemahannya, diterbitkan oleh Departemen Agama RI, 1998.

Ahmad, Hanafi “al-Tafsir al-Ilmi Ayat al-Kauniyat”, Cet I. Dar Al-Ma’arif Kairo,
1995.

Carmody, Dennis Lardner & John Carmody, Jejak Rohani Sang

Guru Suci; Memahami Spiritualitas Buddha, Konfusius, Yesus, Muhammad, cet. I,


Murai Kenjana Jakarta Utara, 2001.

Djam’annuri, Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-Agama, cet II, Kurnia Kalam
Semesta, 2002.

Hammond, Jeff, Charles Pallaghy, Alkitab & Ilmu Pengetahuan, Immanuel, Jakarta.
YPI Immanuel, 1992.

Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, CD maktabah al-tarikh wa al-Hadloroh, Kairo 2003.

Anda mungkin juga menyukai